pembangunan
lebih
umum
dipakai
dibandingkan
dengan
perencanaan ekonomi.
Penggunaan konsep perencanaan pembangunan untuk mendorog proses
pembangunan nasioal dan daerah sudah dimulai di Indonesia sejak periode awal
kemerdekaan. Namun demikian, karena kondisis politik yang belum stabil,
pelaksanaan rencana pembangunan dalam era pemerintahan Presiden Soekarno
ternyata tidak berjalan mulus dan bahkan ada yang terputus di pertengahan jalan
karena terjadinya perubaha kondisi politik dan pemerintahan Presiden Soeharto,
pelaksanaan
berkelanjutan
perencanaan
melalui
pembangunan
penerapan
ini
Rencana
berjalan
dengan
Pembangunan
baik
Lima
dan
Tahun
pembangunan secara lebih cepat dan terarah. Ada tiga alasan untama mengapa
perencanaan pembangunan masih tetap banyak digunakan di negara berkembang
yaitu:
1. Karena mekanisme pasar belum berjalan secara sempurna (Market
Failure), maka kondisis masyarakat banyak yang masih sangat
terbelakang tingkat pendidikannya menyebabkan mereka belum mampu
bersaing dengan golongan yang sudah maju dan mapan. Disamping itu,
informasi belum tersebar secara mertata ke seluruh tempat karena masih
banyak daerah yang terisolir karena keterbatasan sarana dan prasarana
perhubungan. Dalam hal ini, campur tangan pemerintah yang dilakukan
secara terencana menjadi sangat penting dan menentukan terlaksananya
proses pembangunan secara baik.
2. Karena adanya ketidakpastian masa datang sehingga perlu disusun
perencanaan pembangunan untuk mengantisipasi kemungkinan situasi
buruk yang mungkin timbul dikemudian hari berikut tindakan dan
kebijakan preventif yang perlu dilakukan sebelumnya.
3. Untuk dapat memberikan arahan dan koordinasi yang lebih baik
terhadap para pelaku pembangunan, baik di kalangan pemerintah,
swasta maupun masyarakat secara keseluruhan sehingga dalam jangka
panjang akan terwujud proses pembangunan yang terpadu, bersinergi,
dan saling menunjang satu sama lainnya.
BAB 2
BAB 3
DASAR HUKUM PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Undang-Undang No. 22 tahun 199 tentang pemerintah daerah, pemerintah
Indonesia telah menyatakan dimulainya pelaksanaan otonomi daerah yang
ditetapkan pada 7 Mei 1999 dan berlaku efektif sejak tahun 2000. Setelah itu
direvisi kembali dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 23 tahun 1999 tentang
Perimbangan Keungan daerah dan Pusat. Secara umum Undang-Undang No 22
Tahun 1999 membawa kemajuan bagi daerah dan juga bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat karena pemerintah daerah diberi wewenang untuk
mengelola kekayaan daerah guna dimanfaatkan bagi pembangunan daerah dan
BAB 4
STRATEGI
A. Pilihan Strategi Pembangunan
Secara teoritis, ada empat jenis strategi yang digunakan, diakitkan dengan
keadaan dan kebutuhan. Strategi Klasik dan Strategi Sistemik digunakan dalam
keadaan normal sebaliknya Strategi Evolusi dan Strategi Proses digunakan untuk
mengatasi keadaan krisis. Strategi klasi dan Evolusi dapat digunakan untuk
mencapai keuntungan aksimum dan sebaliknya Strategi Proses dan Strategi
Sistemik
adalah
untuk
mewujudkan
keuntungan,
optimum.
Dalam
mencapai tujuan dan sasarannya karena ada strategi yang disusun untuk jangka
pendek dan menengah serta panjang.
Strategi Klasik digunakan dalam keadaan normal bertujuan untuk mencapai
manfaat maksimum berlandaskan kepada konsep dan teori dengan beberapa
asumsi dasar yang sesuai untuk jangka menengah dan panjang. Strategi Evolusi
digunakan dalam keadaan krisis dan bertujuan mencapai manfaat maksimum
berdasarkan analisa situasi dan kondisi yang sesuai untuk jangka pendek. Strategi
Proses juga digunakan dalam keadaan krisis namun bertujuan untuk mewujudkan
kepuasan atau manfaat optimum dengan menggerakkan beberapa satuan kerja
tertentu yang dianggap mampu mengatasi masalah dalam jangka pendek. Strategi
Sistemik digunakan dalam keadaan normal yang bertujuan untuk mengendalikan
seluruh satuan kerja untuk beroperasi berdasarkan sistem kerja tertentu untuk
mencapai keuntungan optimum. Keempat strategi tersebut berbeda menurut
keadaan, waktu dan satuan kerja pelaksanaannnya sehingga keberhasilannya
bergantung kepada analisis situasi.
Dengan demikian, strategi pembangunan pada dasarnya harus berlandaskan
kepada empat kategori tersebut diatas. Strategi kepemimpinan berdasarkan
pembentuka visi dan misi dengan melibatkan sekelompok pemangku kepentingan
strategis (elites). Strategi pilihan berdasarkan keputusan investasi oleh pemangku
kepentingan dalam penrencanaan sektoral dan regional. Strategi pertumbuhan
berdasarkan inovasi termasuk kebijakan bersifat insentif dan disinsentif. Strategi
pengelolaan berdasarkan karakteristik srtukrur dan busaya organisasi serta
peubahan lingkungan luar. Konsekuensi dari pemilihan strategi adalah keselarasan
strategi dengan kebutuhan dan kemampuan dikaitkan dengan bergagai upaya
penguatan
aspek-aspek
kepemimpinan
(leadership),
kewirausahaan
dianggap sebagai bagian dari upaya menyeluruh karena bagian dari sistem kerja
dalam organisasi yang telah dirumuskan melalui visi dan misi serta kwenangan
tertentu bersifat spesifik. Strategi menyeluruh dalam bentuk rencana jangka
menengah dan panjang sedangkan strategi parsial dalam bentuk rencana jangka
pendek sebagai bagian dari rencana jangka menengah dan panjang.
C. Strategi Fokus dan Strategi Campuran
Strategi pembangunan daerah bertujuan meningkatkan laju pertumbuhan
ekonomi berdasarkan sektor-sektor yang potensial dikembangkan pada kawasankawasan yang memiliki faktor penumbuh (growing factor). Pembangunan perlu
diarahkan kepada sektor-sektor tertentu dalam suatu wilayah atau diakaitkan
dengan pengembangan antarsektor dalam satu wilayah dan antar wilayah. Strategi
pembangunan demikian akan dapat meningkatan laju pertumbuhan ekonomi
sekaligus pemerataannya sehingga stabilitas pembangunan dapat terwujud sebagi
resultan dari keduanya. Strategi pembangunan demikian mengaitkan kebijakan
sektoral dan kewilayahan melalui strategi konsolidasi dan strategi ekspansi serta
strategi integrasi yang disesuaikan dengan karakteristik sektor dan kawasannya.
BAB 5
DAMPAK
Memperhatikan pengalaman masa lalu dan perekembangan yang terjadi di
Indonesia dewasa ini, terlihat adanya beberapa permasalahan pokok dalam
perencanaan pembangunan di Indonesia. Permasalahan ini timbul baik dalam
penyusunan rencana, maupun dalam pelaksanaannya. Di samping itu, terjadi pula
beberapa perubahan peraturan dan perundangan berlaku yang membawa implikasi
terhadap penyusuan rencana pembangunan. Kesemua permasalah dan perubahan
ini merupakan dasar dan latar belakang utama keluarnya Undang-Undang Nomor
25 Tahun 2004 tentang SPPN.
Permasalahan pertama adalah adanya perubahan yang cukup fundamental
tentang ketentuan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang salah satu
tugasnya menyusun Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN). Sedangkan
didalam GBHN tersebut termasuk Garis Besar Pembangunan Jangka Panjang
yang merupakan acuan utama dalam penyusunan rencanan pembangunan baik
pada tingkat nasional mapun daerah. Dengan adanya perubahan tersebut MPR
tidak lagi berkewajiban menyususn GBHN dan hal ini berarti pula tidak akan ada
lagi garis besar pembangunan jangka panjang. Karena itu, pemerintah perlu
menyusun sendiri Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) untuk periode
20 tahun, baik untuk nasional maupun daerah yang akan dijadikan pedoman untuk
penyususnan Rencana Pembangunan Jangka Menengah untuk periode 5 tahun.
Permasalahan berikutnya adalah masih sangat dirasakan adanya ego
sektoral antara para aparat pemerintah dalam melaksanakan kegiatan
pembangunan. Masing-masing dinas dan instansi cenderung mengatakann tugas
dan fungsinyalah yang terepenting dalam kegitan pembangunan. Permasalahan
tersebut menyebabkan koordinasi dalam penyusunan rencana dan pelaksanaan
pembangunan menjadi sulit dilakukan. Akibat selanjutnya kurang keterpaduan
dan sinergi antarsektor dan akibanya sasaran yang dituju juga tidak dapat
terlaksana sama sekali.
Pelaksanaan otonomi daerah yang secara formal dimulai tahun 2001 yang
lalu pada dasarnya dimaksudkan untuk mendorong proses pembangunan dengan
jalan memberikan wewenang dan alokasi dana yang lebih besar ke daerah. Akan
tetapi, kenyataan setelah beberapa tahun pelaksanaan otonomi daerah tersebut
dilakukan, ternyata yang berkembang justru meningkatkan ego daerah. Hal ini
terlihat dari makin meningkatnya keinginan untuk mementingkan daerahnya
sendiri, yang sering kali meningkat menjadi konflik antar daerah, sementara itu,
pembangunan daerah memerlukan keterpaduan pembangunan antar daerah pusat
dan daerah, dan antar daerah sendiri, baik antar provinsi, kabupaten, dan kota.
Permasalahan selanjutnya juga sangat dirasakan sampai saat ini adalah
kurang terpadunya antara penrencanaan dan penganggaran. Tidak hanya itu, tetapi
kekurangterpaduan ini juga dirasakan antara perencanaan dan pelaksanaan serta
pengawasan. Akibatnya, apa yang dilaksanakan cenderung tidak sama dengan apa
yang direncanakan sehingga dalam jangka panjang apa yang diharapkan dapat
dicapai melalui pembangunan ternyata tidak terwujud sama sekali, walaupun
waktu dan dana telah habis digunakan untuk keperluan tersebut.
Terkahir, permasalahan yang sampai saat ini masih belum dapat dipecahkan
adalah belum optimalnya dimanfaatkan peran serta masyarakat dalam proses
penyusunan rencana pembangunan sehingga kebanyakan perencanaan yang
BAB 6
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perencanaan Pembangunan
Perencanaan pada daarnya merupakan cara, teknik atau metode untuk
mencapai tujuan yang diinginkan secara tepat, terarah, dan efisien sesuai dengan
sumber daya yang tersedia.
Beberapa definisi perencanaan pembangunan menurut para ahli:
1. M. L. Jhingan (1984) perencanaan pembangunan pada dasarnya adalah
merupakan pengendalian dan pengaturan perkenonomian dengan
sengaja oleh suatu pengusaha (pemerintah) pusat untuk mencapai suatu
sasaran dan tujuan tertentu di dalam jangka waktu tertentu pula.
2. Michael Todaro (2000) mendefinisikan perencanaan pembangunan
adalah suatu upaya pemerintah secara sengaja untuk melakukan
koordinasi pengambilan keputusan ekonomi dalam jangka panjang
untuk mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung tingkat
pertumbuhan dari beberapa variabel utama perekonomian nasional.
Sebenarnya ada banya definisi perencanaan pembangunan, namun penulis
membatasinya karena pada dasarnya sama.
Tujuan pernencanaan pembangunan:
1. Mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan
10
masyaraat
dalam
perencanaan
pembangunan
5. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif,
dan adil.
11
Planning)
biasanya
mencakup waktu 4-5 tahun, tergantung dari masa jabatan presiden atau kepala
daerah. Di Indonesia, perencanaan jangka menengah mempunyai jangka waktu 5
tahun yang disusun oleh pemerintah nasional maupun pemerintah daerah.
Perencanaan jangka menengah pada dasarnya merupakan jabaran dari
perencanaan jangka panjang sehingga bersifat lebih operasional. Perencanaan
jangka panjang berisikan perumusan kerangka ekonomi makro, strategi, kebijakan
dan program pembangunan yang disusun berdasarkan visi dan misi presiden atau
kepala daerah terpilih. Disamping itu , perencaan jangka menengah memuat juga
sasaran dan targe pembangunan scara kuantitatif dan kualitiatif supya perencanaan
tersebut menjadi lebih terukur dan mudah dijadikan sebagai dasar dalam
melakukan monitoring dan evaluasi.
3. Perencanaan Jangka Pendek
Perencanaan jangka pendek biasanya mencakp waktu hanya 1 tahun,
sehingga sering kali juga dinamakan segabai rencana tahunan (Annual Planning).
Rencana ini pada dasarnya adalah merupakan jabaran dari Rencana Jangka
Menengah. Disamping itu, perencanaan tahunan ini bersifat sangat operasional
karea didalamnya termasuk program dan kegitan , lengkap dengan pendanaannya.
Bahkan dalam rencana tahunan ini termasuk juga indikator dan target kinerja
untuk masing-masing program dan kegiatan. Karena itu, rencana tahunan ini
selanjutnya dijadikan dasar utama dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan
Belanja baik pada tingkat nasional (RAPBN) maupun tingkat daerah (RAPBD).
Rencana tahunan yang mencakup kesemua sektor dinamakan Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD), sedangkan khusus untuk suatu sekto atau bidang
dinamakan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD).
C. Tahapan Perencanaan Pembangunan
1. Tahap Penyusunan Rencana
Tahap awal kegitan perencanaan adalah menyusun naskah atau rancangan
pembangunan yang secara formal merupakan tanggungjawab badan perencana,
baik BAPPENAS untuk tingkat nasional dab BAPPEDA untuk tingkat daerah.
Penyusunan rencana ini dapat dilakukan secara swakelola oleh badan perencana
sendiri atau dikontrakan kepad perusahaan konslutan yang relevan bila tenaga
12
perencana yang terdapat pada badan perncana tidak mencukupi. Namun demikian,
bila dimungkinkan sebaiknya penysusunan rencana dilakukan sendiri oleh badan
perencana sendiri dengan menafaatkan tenaga-tenaga ahli tambahan dari instansi
dan badan lainnya yang terkait. Hali ini sangat penting artinya agar perencanaan
tersebut
lebih
bersifat
operasional
dengan
menjaga
keterkaitan
antara
13
14
sistem
perencanaan
wilayah
dalam
dokumen
perencanaan
15
BAB 7
PEMECAHAN
Memperhatikan permasalahan yang dihadapi perencanaan pembangunan
Indonesia sebagaimana dijelaskan di atas, maka sasaran utama perencanaan
pembangunan yang ingin dicapai pemerintah dengan diterapkan SPPN secara
menyeluruh di Indonesia tersebut, mencakup lima hal pokok yaitu:
1. Meningkatkan koordinasi antarpelaku pembangunan sehingga hasil yang
diharpkan menjadi lebih optimal;
2. Meningkatkan keterpaduan dan sinergitas perencanaan antara pusat dan
daerah serta antar daerah yang terkait;
3. Meningkatkan kererpaduan antara
perencanaan,
penganggaran,
16
penyusunan berbagai dokumen perencanaan, baik antara pusat dan daerah maupun
antara daerah terkait, baik provinsi, kabupaten, dan kota.
Untuk dapat meningkatkan keterpaduan antara perencanaan penganggaran,
SPPN 2004 menetapkan perlunya disusun rencana tahunan yang kemudian
dijadikan sebagai dasar penyusunan anggaran, baik RAPBN maupun RAPBD.
Disamping
itu,
perencanaan
tahunan
juga
berfungsi
untuk
lebih
17
BAB 8
KESIMPULAN
Perencanaan pada daarnya merupakan cara, teknik atau metode untuk
mencapai tujuan yang diinginkan secara tepat, terarah, dan efisien sesuai dengan
sumber daya yang tersedia. Jenis perencanaan pembangunan dibagi menjadi tiga
diantarnya:
1. Perencanaan Jangka Panjang
2. Perencanaan Jankga Menengah
3. Perencanaan Jangka Pendek
Secara umum terdapat empat tahap dalam proses perencanaan pembangunan
yaitu:
18
1.
2.
3.
4.
DAFTAR PUSTAKA
Prof. H. Rozali Abdullah, S.H. Pelaksanaan Otonomi Luas dengan Pemilihan
Kepala Daerah Secara Langsung, Jakarta: FAJARGRAPINDO PERSADA. 2005
Sjafrizal. Perencanaan Pembangunan Daerah dalam Era Otonomi, Jakarta:
RajaGrafindo Persada. 2014
Bintoro Tjoakroamidjojo. Pengantar Administrasi Pembangunan, Jakarta:
Matahari Bhakti. 1981
19