Anda di halaman 1dari 19

BAB I

DASAR PEMIKIRAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN


Ilmu perencanaan pembangunan pada awalnya muncul di negara-negara
yang menganut paham sosial di mana peranan pemerintah dalam kegiatan
okonomi dan pembangunan sangat besar. Untuk dapat mengarahkan peranan
ekonomi dan pembangunan sangat besar. Untuk dapat mengarahkan peranan
pemerintah tersebut secara sistematis dalam mendorong proses pembangunan
nasional, munculah pemikiran dari para ahli untuk menggunakan konsep Ilmu
Perencanaan Pembangunan guna dapat menkoordinasikan upaya pemerintah
untuk mendorog proses pembangunan nasional. Pada negara-negara yang
menganut sistem sosialis dan komunis, perencanaan pembangunan yang diterpkan
adalah Perencanaan Terpusat (Central Planning) dimana perencanaan tersebut
dilaksanakan secara mengikat dengan menggunakan kewenangan pemerintah dan
kekuatan politik sebagai landasan utama.
Kemudian ilmu perencanaan pembangunan ini berkembang pesat pula di
negara non sosialis setelah Perang Dunia II usai. Pada saat itu ada dua kelompok
negara yang berkeinginan untuk memacu prose pembangunan negaranya secepat
mungkin. Kelompok pertama adalah negara yang kalah dalam perang tersebut
seperti Jerman, Italia, dan Jepang yang ingin segera membangun negara kembali
dari puing-puing akibat adanya peperangan. Kelompok kedua adalah negara yang
baru merdeka yang ingin meningkatkan proses pembangunannya untuk mengejar
ketertinggalan dari negara-negara lain sebagai akibat dari penjajahan. Termasuk
kedalam kelompok ini adalah negara-negara bekas jajahan di Asia dan Afrika,
termasuk Indonesia. Pada negara-negara ini perencanaan pembangunan yang
dilaksanakan dalam bentuk Planning by Insentive dengan menggunakan
mekanisme pasar (Market Mechanism) sebagai landasan untama.
Pada tahap awal ilmu perencanaan pembangunan ini hanya menekankan
pada ilmu ekonomi saja. Hal ini disebabkan karena permasalah pokok
perencanaan pembangunan sejalan dengan Ilmu Ekonomi yaitu : membahas

berbagai kemungkinan dan memilih kebijakan dan upaya untuk memenuhi


kebutuhan masyarakat yang tidak terbatas dengan menggunakan sumber daya
(resources) yang terbatas. Akan tetapi kemudian dirasakan pula bahwa
pemenuhan kebutuhan masyarakat tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh aspke
ekonomi saja, tetapi juga aspek-aspek lainnya yaitu seperti sosial, budaya, fisik
prasarana dan tata ruang. Karena itulah dewasa ini di indonesia istilah
perencanaan

pembangunan

lebih

umum

dipakai

dibandingkan

dengan

perencanaan ekonomi.
Penggunaan konsep perencanaan pembangunan untuk mendorog proses
pembangunan nasioal dan daerah sudah dimulai di Indonesia sejak periode awal
kemerdekaan. Namun demikian, karena kondisis politik yang belum stabil,
pelaksanaan rencana pembangunan dalam era pemerintahan Presiden Soekarno
ternyata tidak berjalan mulus dan bahkan ada yang terputus di pertengahan jalan
karena terjadinya perubaha kondisi politik dan pemerintahan Presiden Soeharto,
pelaksanaan
berkelanjutan

perencanaan
melalui

pembangunan

penerapan

ini

Rencana

berjalan

dengan

Pembangunan

baik

Lima

dan
Tahun

(REPELITA) ke I sampai ke VI, yaitu selama kurang lebih 30 tahun.


Akan tetapi mulai tahun 1998, ketika Presiden Soeharto tidak lagi
memegang tampuk kekuasaan, penggunaan konsep perencanaan pembangunan
kemali mengalami perubahan yang cukup signifikan. Hal ini terjadi karena mulai
diterapkannya demokratisasi dan otomi daerah dalam pemerintahan. Perubahan
tersebut dilakukan melalui Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dengan memasukkan prinsip
otonomi daerah dan desentralisasi pembangunan secara konkret ke dalamnya.
Mulai tahun 2005, sistem perencanaan pembangunan ini telah berlaku secara
formal di seluruh wilayah Indonesia.
Untuk negara yang berkembang termasuk Indonesia, perencanaan
pembangunan ternyata masih sangat diperlukan dan masih mempunyai peranan
yang sangat besar sebagai alat untuk mendorong dan mengendalikan proses

pembangunan secara lebih cepat dan terarah. Ada tiga alasan untama mengapa
perencanaan pembangunan masih tetap banyak digunakan di negara berkembang
yaitu:
1. Karena mekanisme pasar belum berjalan secara sempurna (Market
Failure), maka kondisis masyarakat banyak yang masih sangat
terbelakang tingkat pendidikannya menyebabkan mereka belum mampu
bersaing dengan golongan yang sudah maju dan mapan. Disamping itu,
informasi belum tersebar secara mertata ke seluruh tempat karena masih
banyak daerah yang terisolir karena keterbatasan sarana dan prasarana
perhubungan. Dalam hal ini, campur tangan pemerintah yang dilakukan
secara terencana menjadi sangat penting dan menentukan terlaksananya
proses pembangunan secara baik.
2. Karena adanya ketidakpastian masa datang sehingga perlu disusun
perencanaan pembangunan untuk mengantisipasi kemungkinan situasi
buruk yang mungkin timbul dikemudian hari berikut tindakan dan
kebijakan preventif yang perlu dilakukan sebelumnya.
3. Untuk dapat memberikan arahan dan koordinasi yang lebih baik
terhadap para pelaku pembangunan, baik di kalangan pemerintah,
swasta maupun masyarakat secara keseluruhan sehingga dalam jangka
panjang akan terwujud proses pembangunan yang terpadu, bersinergi,
dan saling menunjang satu sama lainnya.

BAB 2

MANFAAT PERENCANAAN PEMBANGUNAN


Dengan adanya perencanaan pembangungan diharpakan terdapatnya suatu
pengarahan kegiatan, adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang
ditujukan kepada pencapaian tujuan pembangunan. Manfaat dan tujuan
perencanaan pembangunan diantaranya:
1. Bidang kesejahteraan rakyat dan pendidikan
Pembangunan nasional tidak saja menghasilkan pertumbuhan ekonomi
yang pesat, tetapi juga menghasilkan kesejahteraan rakyat yang makin
meningkat dan makin merata. Meningkatnya drajat pendidikan dan juga
kesehatan mempunyai dampak terhadap peningkatan kualitas peranan
wanita dalam pembangunan,
2. Bidang Agama
Selama ini telah berhasil diciptakan suasana kehidupan antaragama yang
rukun sehingga para pemeluk agama dapat menjalankan ibadahnya
dengan tentram, dan memperkuat persatuan dan kesatuan bangasa.
3. Bidang ilmu pengetahuan dan teknologi
Meningkatnya kemampuan rekayasa dan rancang bangun dalam industri
manufaktur, mulai dari industri dengan teknologi sederhana sampai
dengan yang canggih seperti pesawat terbang.
4. Bidang hukum
Dalam kaitan ini, antara lain telah ditetapkan Undang-Undang tentang
KUHP, Hak Cipta, Paten, dan Merk, komplikasi hukum islam dan lainlain.
5. Bidang Politik, Aparatur Negara, Penerangan, Komunikasi, dan Media
Massa telah dapat mewujudkan tingkat stabilitas nasional yang mantap
dan dinamis sehingga memungkinkan pelaksanaan pembangunan
nasional yang menghasilkan kesejahteraan rakyat yang makin baik.
6. Bidang Pertahanan dan Keamanan
Pembangunan pertahanan, keamanan, terus dilakukan sesuai dengan
Sishankamrata, dan dengan terus memperkuat kemampuan ABRI dalam
melaksanakan fungsinya.
7. Perbaikan kualitas hidup dengan memberikan prioritas pada 3 hal yakni
terciptanya lapangan pekerjaan, sistem keamanan yang luas, dan
pembagian kekayaan dan pendapatan yang merata
8. Berkurangnya ketergantungan pada dunia luar dan dengan semakin
menyatunya kerjasama yang solid dalam negara

Perencanaan pembangunan menurut Bintoro Tjokromidjojo, memiliki


mamfaat perencanaan adalah:
1. Dengan adanya perencanaan diharapkan terdapatnya suatu persyaratan
kegiatan, adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang
ditujukan kepada pencapaian tujuan pembangunan.
2. Dengan perencanaan maka dapat dilakukan suatu perkiraan terhadap
hal-hal dalam masa pelaksanaan yang akan dilalui.
3. Perencanaan memberikan kesempatan untuk memilih berbagai alternatif
tetang cara yang terbaik atau kesempatan untuk memilih kombinasi cara
yang terbaik.
4. Dengan perencanaan dapat dilakukan penyususan skala prioritas
5. Dengan adanya rencana maka ada suatu alat pengukur untuk
mengadakan suatu pengawasan dan evaluasi
6. Penggunaan dan alokasi sumber-sumber pembangunan yang terbatas
adanya secara lebih efisen dan efektif.
7. Adanya perencanaan, perkembangan ekonomi yang mantap atau
pertumbuhan ekonomi yang terus menerus dapat ditingkatkan.
8. Dengan perencanaan dapat dicapai stabilitas ekonomi, menghadapi
siklis konjungtur.

BAB 3
DASAR HUKUM PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Undang-Undang No. 22 tahun 199 tentang pemerintah daerah, pemerintah
Indonesia telah menyatakan dimulainya pelaksanaan otonomi daerah yang
ditetapkan pada 7 Mei 1999 dan berlaku efektif sejak tahun 2000. Setelah itu
direvisi kembali dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 23 tahun 1999 tentang
Perimbangan Keungan daerah dan Pusat. Secara umum Undang-Undang No 22
Tahun 1999 membawa kemajuan bagi daerah dan juga bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat karena pemerintah daerah diberi wewenang untuk
mengelola kekayaan daerah guna dimanfaatkan bagi pembangunan daerah dan

peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah. Namun disisi lain banyak terjadi


persoalan, seperti banyaknya raja-raja kecil dan praktek KKN.
Dengan begitu dasar hukum untuk perencanaan pembangunan diantaranya:
1. Undang-Undang No 22 tahun 1999, tentang pemerintahan daerah
2. Undang-Undang No 23 tahun 1999, tentang perimbangan keuangan
antara pemerintah daerah dan pusat,
3. Undang-Undang No 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah sebagai
pengganti Undang-Undang No 22 tahun 1999
4. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional
a. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa
depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan
sumber daya yang tersedia.
b. Pembangunan nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua
komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara.
5. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentan Lingkup Hidup
6. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Tata Ruang

BAB 4
STRATEGI
A. Pilihan Strategi Pembangunan
Secara teoritis, ada empat jenis strategi yang digunakan, diakitkan dengan
keadaan dan kebutuhan. Strategi Klasik dan Strategi Sistemik digunakan dalam
keadaan normal sebaliknya Strategi Evolusi dan Strategi Proses digunakan untuk
mengatasi keadaan krisis. Strategi klasi dan Evolusi dapat digunakan untuk
mencapai keuntungan aksimum dan sebaliknya Strategi Proses dan Strategi
Sistemik

adalah

untuk

mewujudkan

keuntungan,

optimum.

Dalam

pelaksanaannya strategi tersebut terbagi kepada empat kategori yaitu Strategi


Kepemimpinan (Leadership Strategy) dan Strategi pilihan (strategic choices) serta
strategi pertumbuhan (growth strategy) dan strategi pengelolaan (manajemen
strategy). Pilihan strategi tersebut harus digunakan dalam stratgi tersebut dapat

mencapai tujuan dan sasarannya karena ada strategi yang disusun untuk jangka
pendek dan menengah serta panjang.
Strategi Klasik digunakan dalam keadaan normal bertujuan untuk mencapai
manfaat maksimum berlandaskan kepada konsep dan teori dengan beberapa
asumsi dasar yang sesuai untuk jangka menengah dan panjang. Strategi Evolusi
digunakan dalam keadaan krisis dan bertujuan mencapai manfaat maksimum
berdasarkan analisa situasi dan kondisi yang sesuai untuk jangka pendek. Strategi
Proses juga digunakan dalam keadaan krisis namun bertujuan untuk mewujudkan
kepuasan atau manfaat optimum dengan menggerakkan beberapa satuan kerja
tertentu yang dianggap mampu mengatasi masalah dalam jangka pendek. Strategi
Sistemik digunakan dalam keadaan normal yang bertujuan untuk mengendalikan
seluruh satuan kerja untuk beroperasi berdasarkan sistem kerja tertentu untuk
mencapai keuntungan optimum. Keempat strategi tersebut berbeda menurut
keadaan, waktu dan satuan kerja pelaksanaannnya sehingga keberhasilannya
bergantung kepada analisis situasi.
Dengan demikian, strategi pembangunan pada dasarnya harus berlandaskan
kepada empat kategori tersebut diatas. Strategi kepemimpinan berdasarkan
pembentuka visi dan misi dengan melibatkan sekelompok pemangku kepentingan
strategis (elites). Strategi pilihan berdasarkan keputusan investasi oleh pemangku
kepentingan dalam penrencanaan sektoral dan regional. Strategi pertumbuhan
berdasarkan inovasi termasuk kebijakan bersifat insentif dan disinsentif. Strategi
pengelolaan berdasarkan karakteristik srtukrur dan busaya organisasi serta
peubahan lingkungan luar. Konsekuensi dari pemilihan strategi adalah keselarasan
strategi dengan kebutuhan dan kemampuan dikaitkan dengan bergagai upaya
penguatan

aspek-aspek

kepemimpinan

(leadership),

kewirausahaan

(entrepreneurship), dan pengelolaan (managerialship)


B. Strategi Menyeluruh dan Strategi Parsial
Strategi pembangunan daerah dapat bersifat menyeluruh dan parsialstrategi
yang menyeluruh berkaitan dengan upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi
melalui peningkatan tabungan dan investasi. Strategi parsial berkaitan dengan
alokasi dan distribusi anggaran pendapatan dan belanja menurut satuan kerja
untuk mencapai tujuan dan sasaran tertentu. Keseluruhan upaya bersifat parsial

dianggap sebagai bagian dari upaya menyeluruh karena bagian dari sistem kerja
dalam organisasi yang telah dirumuskan melalui visi dan misi serta kwenangan
tertentu bersifat spesifik. Strategi menyeluruh dalam bentuk rencana jangka
menengah dan panjang sedangkan strategi parsial dalam bentuk rencana jangka
pendek sebagai bagian dari rencana jangka menengah dan panjang.
C. Strategi Fokus dan Strategi Campuran
Strategi pembangunan daerah bertujuan meningkatkan laju pertumbuhan
ekonomi berdasarkan sektor-sektor yang potensial dikembangkan pada kawasankawasan yang memiliki faktor penumbuh (growing factor). Pembangunan perlu
diarahkan kepada sektor-sektor tertentu dalam suatu wilayah atau diakaitkan
dengan pengembangan antarsektor dalam satu wilayah dan antar wilayah. Strategi
pembangunan demikian akan dapat meningkatan laju pertumbuhan ekonomi
sekaligus pemerataannya sehingga stabilitas pembangunan dapat terwujud sebagi
resultan dari keduanya. Strategi pembangunan demikian mengaitkan kebijakan
sektoral dan kewilayahan melalui strategi konsolidasi dan strategi ekspansi serta
strategi integrasi yang disesuaikan dengan karakteristik sektor dan kawasannya.
BAB 5
DAMPAK
Memperhatikan pengalaman masa lalu dan perekembangan yang terjadi di
Indonesia dewasa ini, terlihat adanya beberapa permasalahan pokok dalam
perencanaan pembangunan di Indonesia. Permasalahan ini timbul baik dalam
penyusunan rencana, maupun dalam pelaksanaannya. Di samping itu, terjadi pula
beberapa perubahan peraturan dan perundangan berlaku yang membawa implikasi
terhadap penyusuan rencana pembangunan. Kesemua permasalah dan perubahan
ini merupakan dasar dan latar belakang utama keluarnya Undang-Undang Nomor
25 Tahun 2004 tentang SPPN.
Permasalahan pertama adalah adanya perubahan yang cukup fundamental
tentang ketentuan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang salah satu
tugasnya menyusun Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN). Sedangkan
didalam GBHN tersebut termasuk Garis Besar Pembangunan Jangka Panjang
yang merupakan acuan utama dalam penyusunan rencanan pembangunan baik
pada tingkat nasional mapun daerah. Dengan adanya perubahan tersebut MPR

tidak lagi berkewajiban menyususn GBHN dan hal ini berarti pula tidak akan ada
lagi garis besar pembangunan jangka panjang. Karena itu, pemerintah perlu
menyusun sendiri Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) untuk periode
20 tahun, baik untuk nasional maupun daerah yang akan dijadikan pedoman untuk
penyususnan Rencana Pembangunan Jangka Menengah untuk periode 5 tahun.
Permasalahan berikutnya adalah masih sangat dirasakan adanya ego
sektoral antara para aparat pemerintah dalam melaksanakan kegiatan
pembangunan. Masing-masing dinas dan instansi cenderung mengatakann tugas
dan fungsinyalah yang terepenting dalam kegitan pembangunan. Permasalahan
tersebut menyebabkan koordinasi dalam penyusunan rencana dan pelaksanaan
pembangunan menjadi sulit dilakukan. Akibat selanjutnya kurang keterpaduan
dan sinergi antarsektor dan akibanya sasaran yang dituju juga tidak dapat
terlaksana sama sekali.
Pelaksanaan otonomi daerah yang secara formal dimulai tahun 2001 yang
lalu pada dasarnya dimaksudkan untuk mendorong proses pembangunan dengan
jalan memberikan wewenang dan alokasi dana yang lebih besar ke daerah. Akan
tetapi, kenyataan setelah beberapa tahun pelaksanaan otonomi daerah tersebut
dilakukan, ternyata yang berkembang justru meningkatkan ego daerah. Hal ini
terlihat dari makin meningkatnya keinginan untuk mementingkan daerahnya
sendiri, yang sering kali meningkat menjadi konflik antar daerah, sementara itu,
pembangunan daerah memerlukan keterpaduan pembangunan antar daerah pusat
dan daerah, dan antar daerah sendiri, baik antar provinsi, kabupaten, dan kota.
Permasalahan selanjutnya juga sangat dirasakan sampai saat ini adalah
kurang terpadunya antara penrencanaan dan penganggaran. Tidak hanya itu, tetapi
kekurangterpaduan ini juga dirasakan antara perencanaan dan pelaksanaan serta
pengawasan. Akibatnya, apa yang dilaksanakan cenderung tidak sama dengan apa
yang direncanakan sehingga dalam jangka panjang apa yang diharapkan dapat
dicapai melalui pembangunan ternyata tidak terwujud sama sekali, walaupun
waktu dan dana telah habis digunakan untuk keperluan tersebut.
Terkahir, permasalahan yang sampai saat ini masih belum dapat dipecahkan
adalah belum optimalnya dimanfaatkan peran serta masyarakat dalam proses
penyusunan rencana pembangunan sehingga kebanyakan perencanaan yang

disusun masih bersifat top down planning. Akibatnya kebanyakan kegiatan


pembangunan yang dilakukan tidak sesuai dengan aspirasi dan keinginan
masyarakat di daerah sehingga pemanfaatan dari hsil pemabangunan oleh
masyarakat menjadi tidak maksimal. Bahkan banyak pula masyarakat yang
kecewa karena apa yang dibangun oleh pemerintah ternyata tidak berkaitan sama
sekali dengan apa yang diinginkan oleh masyarakat. Kondisi demikian
menyebabkan masyarakat menjadi apatis dan kepedulian serta tanggungjawab
mereka terhadap program dan kegiatan pembangunan menjadi sangat kecil sekali,
bahkan cenderung pula tidak peduli sama sekali, atau bisa pula menolak.

BAB 6
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perencanaan Pembangunan
Perencanaan pada daarnya merupakan cara, teknik atau metode untuk
mencapai tujuan yang diinginkan secara tepat, terarah, dan efisien sesuai dengan
sumber daya yang tersedia.
Beberapa definisi perencanaan pembangunan menurut para ahli:
1. M. L. Jhingan (1984) perencanaan pembangunan pada dasarnya adalah
merupakan pengendalian dan pengaturan perkenonomian dengan
sengaja oleh suatu pengusaha (pemerintah) pusat untuk mencapai suatu
sasaran dan tujuan tertentu di dalam jangka waktu tertentu pula.
2. Michael Todaro (2000) mendefinisikan perencanaan pembangunan
adalah suatu upaya pemerintah secara sengaja untuk melakukan
koordinasi pengambilan keputusan ekonomi dalam jangka panjang
untuk mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung tingkat
pertumbuhan dari beberapa variabel utama perekonomian nasional.
Sebenarnya ada banya definisi perencanaan pembangunan, namun penulis
membatasinya karena pada dasarnya sama.
Tujuan pernencanaan pembangunan:
1. Mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan

10

2. Menjamin terapainya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi antar daerah ,


waktu dan fungsi pemerintah , baik pusat maupun daerah,
3. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antar perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan, dan pengawasan
4. Mengoptimalkan
partisipasi

masyaraat

dalam

perencanaan

pembangunan
5. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif,
dan adil.

B. Jenis Perencanaan Pembangunan


1. Perencanaan Jangka Panjang
Perencanaan jangka panjang biasanya mencakup jangka waktu 10-25
tahun. Pada era orde baru, pembangunan jangka panjang menakup jangka waktu
25 tahun sebagaimana ditetapkan dalam GBHN. Sedangkan dewasa ini rencana
Pembanguna Jangka Panjang, baik nasional maupun daerah mencangkup waktu
20 tahun. Malah ada pula jenis perencanaan pembangunan yang mempunyai
jangka waktu 10 tahun, seperti Rencana Induk Pengembangan (RIP) dan Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW).
Rencana jangak panjan (Long-term Planning) biasanya disebut uga
sebagai perencanaan perspektif (Perspektive Planning) yang berisikan arah
pembangunan secara umum. Degan kata lain , perencanaan jangka panjang
berisikan pandangan jauh ke depan tentang kerangka pembangunan (Blue Print)
yang disusun sesuai dengan aspirasi masyarakat secara umum. Karena itu,
perencanaan jangka panjang lebih bersifat makro (menyeluruh) dan tidak sampai
kepada program dan kegiatan secara rinci. Sedangkan aspek yang dibahas
meliputi bidang ekonomi, sosial budaya, dan tata ruang. Di samping itu dalam
perencanaan jangka panjang juga tercakupu pentahapan pembangunan untuk
masing-masing periose lima tahuan. Hal ini perlu dilakukan agar pernencanaan
jangka panjang tersebut dapat menjadi acuan terhadap penyusunan perencanaan
jangka menengah.

11

2. Perencanaan Jangka Menengah


Perencanaan jangka menengah (Medium-term

Planning)

biasanya

mencakup waktu 4-5 tahun, tergantung dari masa jabatan presiden atau kepala
daerah. Di Indonesia, perencanaan jangka menengah mempunyai jangka waktu 5
tahun yang disusun oleh pemerintah nasional maupun pemerintah daerah.
Perencanaan jangka menengah pada dasarnya merupakan jabaran dari
perencanaan jangka panjang sehingga bersifat lebih operasional. Perencanaan
jangka panjang berisikan perumusan kerangka ekonomi makro, strategi, kebijakan
dan program pembangunan yang disusun berdasarkan visi dan misi presiden atau
kepala daerah terpilih. Disamping itu , perencaan jangka menengah memuat juga
sasaran dan targe pembangunan scara kuantitatif dan kualitiatif supya perencanaan
tersebut menjadi lebih terukur dan mudah dijadikan sebagai dasar dalam
melakukan monitoring dan evaluasi.
3. Perencanaan Jangka Pendek
Perencanaan jangka pendek biasanya mencakp waktu hanya 1 tahun,
sehingga sering kali juga dinamakan segabai rencana tahunan (Annual Planning).
Rencana ini pada dasarnya adalah merupakan jabaran dari Rencana Jangka
Menengah. Disamping itu, perencanaan tahunan ini bersifat sangat operasional
karea didalamnya termasuk program dan kegitan , lengkap dengan pendanaannya.
Bahkan dalam rencana tahunan ini termasuk juga indikator dan target kinerja
untuk masing-masing program dan kegiatan. Karena itu, rencana tahunan ini
selanjutnya dijadikan dasar utama dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan
Belanja baik pada tingkat nasional (RAPBN) maupun tingkat daerah (RAPBD).
Rencana tahunan yang mencakup kesemua sektor dinamakan Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD), sedangkan khusus untuk suatu sekto atau bidang
dinamakan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD).
C. Tahapan Perencanaan Pembangunan
1. Tahap Penyusunan Rencana
Tahap awal kegitan perencanaan adalah menyusun naskah atau rancangan
pembangunan yang secara formal merupakan tanggungjawab badan perencana,
baik BAPPENAS untuk tingkat nasional dab BAPPEDA untuk tingkat daerah.
Penyusunan rencana ini dapat dilakukan secara swakelola oleh badan perencana
sendiri atau dikontrakan kepad perusahaan konslutan yang relevan bila tenaga

12

perencana yang terdapat pada badan perncana tidak mencukupi. Namun demikian,
bila dimungkinkan sebaiknya penysusunan rencana dilakukan sendiri oleh badan
perencana sendiri dengan menafaatkan tenaga-tenaga ahli tambahan dari instansi
dan badan lainnya yang terkait. Hali ini sangat penting artinya agar perencanaan
tersebut

lebih

bersifat

operasional

dengan

menjaga

keterkaitan

antara

pernencanaan dan pelaksanaannya.


Bila menyususun rencana dilakukan dengan menggunakan pendekatan
perencanaan partisipatif, ama sebelum naskah rencana disusun, terlebih dahulu
perlu dilakukan penjaringan aspirasi dan keinginan masyarakat tentang visi dan
misi serta arah pembangunan. Berdasarkan hasil penjaringan aspirasi masyarakat
tersebut, maka tim penyusun rencana sudah dapat mulai menyusun naskah awal
(rancangan) dokumen perencanaan pembangunan yang dibutuhkan. Kemudian
rancangan tersebut dibahas dalam MUSREMBANG untuk menerima tanggapan
dari pihak yang peduli dan berkepentingan dengan pembangunan seperti tokoh
masyarakat, alim ulama, cerdik pandai dan para tokoh Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) setempat. Naskah rencana akhir akan dapat disusun oleh badan
perencana setelah memasukkan semua kritikan dan usul perbaikan yang diperoleh
dari MUSREMBANG tersebut.
2. Tahap Penetapan Rencana
Rancangan rencana pembangunan yang telah selesai baru akan berlaku
secara resmi bila telah medapat pengesahan dari pihak yang berwenang. Sesuai
ketentuan berlaku, RPJP perlu mendapat pengesahan dari DPRD setempat,
sedangkan RPJM dan RKPD cukup mendapat pengesahan kepala daerah. Pada
tahap kedua ini kegiatan utama badan perencana adalah melakukan proses untuk
mendapatkan pengesahan tersebut. Pengalaman masa lalu menunjukkan bahwa
penetapan rencana oleh kepala daerah pada umumnya berjalan lancar bilama
BAPPEDA telah melakukan finalisasi melalui DPRD sering kali memerlukan
proses yang juga cukup memakan waktu karena diperlukan pembahasan hasil
MUSREMBANG. Akan tetapi, penetapan rencana melalui DPRD sering kali
memerlukan proses yang juga cukup memakan waktu karena diperlukan
pembahasan kembali oleh pihak dewan. Bahkan adakalanya dewan melakukan

13

kembali pembahasan dengan para tokoh masyarakat untuk mendapatkan penilaian


terhadap rancangan rencana yang telah disampaikan oleh pihak eksekutif.
3. Tahap Pengendalian Pelaksanaan Rencana
Setelah rencana pembangunan tersebut ditetapkan oleh pihak yang
berwenang, maka dimulai proses pelaksanaan rencana oleh pihak eksekutif
melalui SKPD terkait. Namun demikian, sesuai dengan ketentuan perundangan
yang berlaku, perencanaan masih tetap mempunyai tanggungjawab dalam
melakukan pengendalian (monitoring) pelaksanaan rencana bersama SKPD
bersangkutan. Sasaran untama pengdalian ini adalah untuk memastikan agar
pelaksanaan kegitan pembanguna sesuai dengan rencana yang telah ditetakan
terdahulu. Termasuk dalam kegiatan pengendalian ini adalah melakukan observasi
lapangan dan menanggunglangi permasalahan dan kendala yang dihadapi
sehingga pelaksanaan kegiatan pembangunan tersebut berjalan lancar sesuai
dengan rencana bik dari segi fisik maupun pemanfaatan dana.
4. Tahap Evaluasi Keberhasilan Pelaksanaan Rencana
Setelah pelaksanaan kegitan pembangunan selesai, badan perencana masih
mempunyai tanggung jawab terakhir, yaitu melakukan evaluasi terhadap kinerja
dari kegitan pembangunan tersebut. Sasaran utama kegitan evaluasi ini adalah
untuk mengetahui apakah kegitan dan objek pembangunan yang telah selesai
dilaksanakan tersebut dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Selanjutnya perlu juga
dievaluasi, bilamana kegitan dan objek pembangunan yang sudah dimanfaatkan
tersebut dapat memberikan hasil (outcome) sesuai dengan yang dirncakan semula.
Sesuai dengan peraturan pemerintah Nomor 6 tahun 2008 tentang Pedoman
Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah, evaluasi harus dilakukan dengan
menggunakan metode Evaluasi Kinerja yang paling kurang didasarkan atas tiga
unsru evaluasi utama yaitu unsur masukan (input) terutama dana, keluaran
(output) dan hasil (outcome). Sedangkan kriteria evaluasi secara lengkap
mencakup enam unsur dngan tambahan menyangkut dengan evaluasi proses,
manfaat (benefit) dan dampak (inpact). Disamping itu, evaluasi ini juga mencakup
faktor-faktor utama yang menyebabkan berhasilnya atau kendala yang
menyebabkan kurangnya manfaat yang dapat dihasilkan oleh objek dan kegiatan
pembangunan tersebut. Hasil evaluasi ini sangat penting artinya sebagai masukan

14

atau umpan balik (feedback) untuk penyususan perencanaan pembangunan di


masa mendatang.

D. Kelemahan yang Dimiliki SPPN 2004


SPPN sendiri sebenarnya juga tidak luput dari kekurangan dan kelemahan.
Kelemahan untama dari SPPN 2004 adalah bahwa sistem perencanaan
perencanaan pembangunan ini ternyata kurang mempertimbangkan secara
eksplisit aspek-aspek tata-ruang dan pembangunan wilayah dalam penyusunan
dokumen perencanaan pembangunan. Aspek perencanaan wilayah yang terdapat
di dalamnya hanyalah berkaitan dengan wilayah administratif seperti provinsi,
kabupaten, dan kota. Sedangkan pengertian wilayah dalam perencanaan
pemangunan sebenarnya lebih luas dari wilayah administratif tersebut, karena
termasuk pula perbedaan potensi dan keterkaitan antara daerah pedesaan dan
perkotaan, antar kota dan kabupaten antara sesama kota mapun antar provinsi
yang berdekatan.
Perencanaan wilayah diperlukan untuk dapat mewujudkan perencanaan
pembangunan yang terpadu dan bersinergi baik antarsektor maupun antar wilayah.
Disamping itu, melalui perencanaan wilayah ini akan dapat pula dimanfaatkan
potensi dan keuntungan lokasi dari wilayah yang bersangkutan. Ini berarti bahwa
penerapan

sistem

perencanaan

wilayah

dalam

dokumen

perencanaan

pembangunan sangat penting artinya guna dapat mendorong proses pembangunan


daerah secara lebih ditingkatkan. Disamping itu, melalui perencanaan wilayah ini
akan dapat pula diwujudkan kualitas lingkungnan yang lebih baik, sehingga
kehidupan masyarakat menjadi lebih baik dan menyenangkan.

15

BAB 7
PEMECAHAN
Memperhatikan permasalahan yang dihadapi perencanaan pembangunan
Indonesia sebagaimana dijelaskan di atas, maka sasaran utama perencanaan
pembangunan yang ingin dicapai pemerintah dengan diterapkan SPPN secara
menyeluruh di Indonesia tersebut, mencakup lima hal pokok yaitu:
1. Meningkatkan koordinasi antarpelaku pembangunan sehingga hasil yang
diharpkan menjadi lebih optimal;
2. Meningkatkan keterpaduan dan sinergitas perencanaan antara pusat dan
daerah serta antar daerah yang terkait;
3. Meningkatkan kererpaduan antara

perencanaan,

penganggaran,

pelaksanaan, dan pengawasaan;


4. Mengoptimalkan partisipasi dan peran serta masyarakat dalam
menyusun dan pelaksanaan perencanaan pembangunan;
5. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif,
dan adil.
Koordinasi antara aparatur pelaku pembangunan akan dapat diwujudkan
melalui kererkaitan yang erat antara berbagai unsur perencanaan dalam suatu
sistem pembangunan. Dalam kaitan dengan hal ini, SPPN 2004 menggariskan
perlunya diwujudkan hubungan yang erat antara beberapa dokumen perencanaan
terkait, baik yang disusun pada tingkat pusat dan daerah, serta antara dokumen
yang disusun oleh dinas dan instansi dengan perencanaan pembangunan secara
keseluruhan yang disusun oleh BAPPENAS atau BAPPEDA. Dengan cara
demikiann, koordinasi antara aparatur pemerintah khususnya dan pelaku
pembangunan umumnya akan dapat diwujudkan dan hal ini selanjutnya akan
dapat pula meningkatkan kinerja dan efisien proses pembangunan daerah.
Tidak dapat disangkal bahwa pembangunan suatu daerah sangat terkait
dengan pembangunan pada tingkat nasional dan pembangunan antara daerah.
Kaeran itu, untuk dapat mewujudkan keterpaduan dan sinergitas pembangunan
daerah merupakan unsur penting yang perlu dikembangkan. Untuk keperluan ini,
SPPN 2004 menggariskan perlunya diciptakan hubungan yang erat antara

16

penyusunan berbagai dokumen perencanaan, baik antara pusat dan daerah maupun
antara daerah terkait, baik provinsi, kabupaten, dan kota.
Untuk dapat meningkatkan keterpaduan antara perencanaan penganggaran,
SPPN 2004 menetapkan perlunya disusun rencana tahunan yang kemudian
dijadikan sebagai dasar penyusunan anggaran, baik RAPBN maupun RAPBD.
Disamping

itu,

perencanaan

tahunan

juga

berfungsi

untuk

lebih

mengoperasionalkan perencanaan dan sekaligus untuk dapat menyususn diri


dengan perkembangan situasi dan kondisi ekonomi dan sosial daerah. Dimasa
lalu, penyusunan anggaran didasarkan pada dokumen perencanaan lima tahunan
seperti Program Pembangunan Daerah (PROPEDA) dan rencana Strstegis Daerah
(RENSTRADA), sehinga banyak keluhan kurang operasionalnya dokumen
perencanaan sehingga sulit dijadikan landasan penyususnan rencana anggaran.
Hal lain yang juga digariskan SPPN untuk meningkatkan keterpaduan antara
perencanaan dan penyusunan anggaran adalah melalui penggunaan indikator
kinerja pada waktu penyusunan rencana tahunan. Indikator kinerja ini selanjutnya
digunakan pula dalam penyusunan anggaran berbasis kinerja (Performance
Budget).
Untuk dapat mengoptimalkan pemanfaaan partisipasi masyarakat dalam
penyusunan rencana, SPPN menggariskan perlunya dilakukan penjaringan
aspirasi masyarakat melalui pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan
(Musrembang). Minimum, pelaksanaan Musrembang ini dilakukan pada tiga
kegitan yaitu: pada waktu penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
(RPJP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah dan Rencana Tahunan (RKPD).
Pada Musrembang ini diikutsertakan beberapa tokoh masyarakat, alim ulama dan
cerdik pandai yang terdapat pada daerah bersangkutan.
Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, dan
adil sudah merupakan sasaran tradisional dari sebuah perencanaan pembangunan.
Sasaran ini akan dapat dicapai melalui penyusunan dokumen perencanaan secara
baik dan layak dengan meletakan strategi dan prioritas pembangunan secara tepat.
Upaya lain yang ditekankan oleh SPPN adalah mengupayakan semaksimal
mungkin keterkaitan yang erat antara perencanaan dan penganggaran serta
pelaksanaan dan pengawasannya, sebagaimana sudah dijelaskan sebelumnya.

17

Jadi untuk dapat mewujudkan keterpaduan pembangungan dengan aspek


wilayah, maka upaya praktis yang dapat dilakukan adalah dengan jalan
memadukan atau mengintegrasikan antara dokumen perencanaan pembangunan
seperti RPJP, RPJM, dan RKPD dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
yang umumnya telah terdapat di masing-masing daerah. Satu sama lainnya
sehinga ketrpaduan menjadi sulit diwujudkan. Dalam hal ini peran kepala
Bappeda sangat penting sekali untuk dapat melakukan koordinasi dan sinkronisasi
secara intensif sehingga keterpaduan antara perencanaan pembangunan dan tata
ruang dan perencanaan wialayah akan dapt diwujudkan.

BAB 8
KESIMPULAN
Perencanaan pada daarnya merupakan cara, teknik atau metode untuk
mencapai tujuan yang diinginkan secara tepat, terarah, dan efisien sesuai dengan
sumber daya yang tersedia. Jenis perencanaan pembangunan dibagi menjadi tiga
diantarnya:
1. Perencanaan Jangka Panjang
2. Perencanaan Jankga Menengah
3. Perencanaan Jangka Pendek
Secara umum terdapat empat tahap dalam proses perencanaan pembangunan
yaitu:

18

1.
2.
3.
4.

Tahapa Penyusunan Rencana


Tahap Penetapan Rencana
Tahapa Pengendalian Pelaksanaan Rencana
Tahap Evaluasi Keberhasilan Pelaksanaan Rencana

DAFTAR PUSTAKA
Prof. H. Rozali Abdullah, S.H. Pelaksanaan Otonomi Luas dengan Pemilihan
Kepala Daerah Secara Langsung, Jakarta: FAJARGRAPINDO PERSADA. 2005
Sjafrizal. Perencanaan Pembangunan Daerah dalam Era Otonomi, Jakarta:
RajaGrafindo Persada. 2014
Bintoro Tjoakroamidjojo. Pengantar Administrasi Pembangunan, Jakarta:
Matahari Bhakti. 1981

19

Anda mungkin juga menyukai