Anda di halaman 1dari 6

PRO atas Garis Besar Haluan Negara (GBHN)

Pengertian GBHN adalah haluan negara tentang penyelenggaraan negara dalam


garis-garis besar sebagai pernyataan kehendak rakyat secara menyeluruh dan terpadu.
GBHN ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) untuk jangka waktu
lima tahun.

Keberadaan GBHN sangat penting karena Negara ini memerlukan visi dan misi Negara
bukan visi dan misi pribadi atau visi dan misi kelompok. GBHN berfungsi sebagai visi
misi bangsa Indonesia untuk menentukan arah pembangunan nasional. Sehingga
diharapkan setiap pembangunan yang ada di Indonesia dapat terarah, terukur dan
terencana secara jelas. Dalam pembangunan yang dilaksanakan oleh eksekutif
khususnya presiden terpilih tidak akan melenceng dari GBHN karena prosesnya akan
dipertanggungjawabkan kembali kepada MPR yang mana merupakan representatif dari
rakyat. Isi dalam GBHN ini juga menunjukkan apa kebutuhan yang diperlukan oleh
masyarakat secara umum sehingga proses pembangunan sejalan juga dengan
keinginan masyarakat.

Dalam Pembangunan nasional merupakan tanggung jawab bersama bukan hanya


menjadi tanggungjawab presiden atau lembaga eksekutif. Pembangunan nasional yang
baik harus terencana, berkesinambunagan dan berkelanjutan sehingga tidak bisa
diserahkan hanya kepada satu pihak saja seperti presiden. GBHN yang pernah ada
dan diterapkan diindonesia merupakan bentuk implementasi dari pembangunan
nasional yang terencana berkesinambungan dan berkelanjutan sehingga arah dan
tujuan dalam berbangsa dan bernegara dapat dilaksanakan sesuai dengan amanat
UUD 1945 yang mana intinya untuk kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

GBHN memiliki beberapa berfungsi yang dapat kita uraikan sebagai berikut:

1. Garis kendali politis dan hukum bagi pengelola negara dalam membuat
perencanaan, kebijakan, dan pelaksanaan pembangunan
2. Arah penyelenggaraan negara untuk mewujudkan kehidupan yang demokratis,
berkeadilan sosial, melindungi hak asasi manusia, dan menegakkan supremasi
hukum
3. Materialisasi dari pemenuhan kebutuhan dan keinginan dari masyarakat dalam
pembangunan nasional
4. Acuan kendali terhadap pembangunan yang dilaksanakan tidak hanya oleh
Presiden dan eksekutif

Dari uraian diatas maka pemberlakuan kembali GBHN merupakan komitmen bersama
bangsa Indonesia dalam membangun dan memperbaiki kualitas bangsa dan negara.
Selain itu GBHN sejalan dengan tujuan bangsa Indonesia yang tertuang pada alinea
keempat UUD NKRI 1945 Sebagai kesepakatan bersama antara pemerintah dan MPR
sebagai penjewantahan rakyat dalam melaksanakan visi, misi, tujuan dan program
pemeritahan sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. GBHN akan menjadikan
pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh pemerintah menjadi lebih konsisten
dan berkesinambungan sehingga amanah konstitusi dalam alinea keempat pembukaan
UUD 1945 akan terwujud. GBHN merupakan garis kendali politis dan hukum bagi
pengelola Negara dalam membuat perencanaan, kebijakan dan pelaksanaan
pembangunan Indonesia.

Garis besar haluan negara ini penting, terutama dimulai dari mempertanyakan
demokrasi yang berjalan saat ini akan membawa negara ini kemana hal ini sejalan
dengan tujuan pembentukan Bappenas atau Badan Perencanaan nasional yang mana
memiliki tugas dan fungsi dalam merencakan pembangunan di Indonesia. Dewasa ini
GBHN diperlukan untuk arah dan acuan dari sistem pembangun di desa, kota, propinsi
dan nasional sehingga tidak berbenturan satu sama lain karena dengan adanya
undang- undang baru terkait otonomi daerah yang mana pemerintah daerah dapat
menjalakan keinginan dalam pembangunan semau sendiri maka dapat menyebabkan
benturan dengan pemerintah pusat sehingga GBHN diperlukan untuk menjadi road
map pembangunan yang dipedomani oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah
daerah.

Seperti yang kita ketahui hubungan pemerintah pusat dan daerah sekarang ini
sepenuhnya belum efektif. Komunikasi baik dalam hal politik. sosial bahkan ekonomi
masih belum terintegrasi dan masih blur, sehingga peran dalam kebijakan yang dilambil
dan dilaksanakan oleh pemerintah pusat sering tidak terrespon baik oleh pemerintah
daerah. Pemerintahan daerah memiliki aspirasi daerah tersendiri dalam berbagai
bidang pembangunan belum juga terakomodir secara baik,proposional dan efektif oleh
pemerintah pusat. Keadaan yang terjadi sekarang ini mneyebabkan pelaksanaan
pembangunan didaerah hasilnya tidak terdistribusi secara merata, sehingga
menimbulkan kesenjangan sosial ekonomi antar daerah.

Dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi yang diharapkan dapat


mendekatkan peran pemerintah danpelayanan publik yang cepat dan lancar dalam
mensejahterakan rakyat tidak maksimal karena pemangku pemerintah didaerah
merasa khawatir dan takut menyalahi ketentuan peraturtan perundangan yang dapat
dihuukum dan disanksi. Penyerapan anggaran juga lambat dilaksanakan hal ini juga
merupakan bentuk pengabaian tugas fungsi dari pemerintah terhadap pelayanan
rakyat. Satjipto raharjo (2007 ) menyatakan bahwa setiap stakeholder berbangsa dan
bernegara dan bermasyarakat harus peka dan kritis, berpikir an berhati dan bertindak
cerdas dalam menjalankan hukum dan kekuasaan; melaksankan kewenangan dan
peranan karena pada akhirnya adalah mengakomodasi kepentingan dan aspirasi
rakyat dan masyarakat demi terwujudnya kesejaheraan rakyat yang berkeadilan
sosial.

Dalam pembangunan nasional kemungkina terjadinya penyelewengan kekuasaan jatuh


pada tampuk orang perorangan semakin besar kemungkinannya. problem tersebut
yang sifatnya pragmatis, sehingga pikiran untuk menghidupkan kembali GBHN ada
sangat diperlukan. Hal ini perlu disusun dengan melibatkan seluruh elemen kekuatan
rakyat untuk ikut mengembangkan GBHN. Masalah GBHN harus diletakkan dalam
desain sistem kekeluargaan, dan hal-hal yang bersifat instrumental dapat diubah.
Wacana menghidupkan GBHN juga perlu diikuti dengan peran serta elemen
masyarakat dalam segala prosesnya sehingga GBHN dapat merepresentasikan apa
yang diinginkan dan dibutuhkan oleh masyarakat. Pemberlakuan kembali GBHN
adalah hal yang tidak bertentangan dengan UUD NRI 1945. Hal ini dikarenakan
konstitusi membuka kemungkinan untuk mengatur ketentuan lebih lanjut mengenai
kewenangan MPR, termasuk kewenangan dalam menetapkan GBHN, dengan undang-
undang.

Dari segi substansi GBHN haruslah berisi hal-hal yang pokok atau garis-garis besar
pengejewantah nilai-nilai dalam pembukaan UUD NRI 1945, yang hanya mengandung
nilai nilai dasar yang harus diwujudkan dalam UU (legislative),penyelenggaraan
pemerintahan/ eksekutif (Visi dan Misi Presiden) maupun Yudikatif/ Mahkamah
Konstitusi) dalam pengujian Undang-undang. Selain itu GBHN yaitu suatu rangkaian
program-program pembangunan yang terarah, menyeluruh, sistematis, terpadu dan
memungkinkan untuk dilaksanakan. Sebelum dilakukan perubahan UUD, istilah GBHN
ini dimaknai sebagai kehendak rakyat yang menjadi pedoman bagi eksekutif dalam
penyelenggaraan pemerintahan. Partisipasi masyarakat dalam pemerintahan sebagai
pengaplikasian nilai-nilai demokrasi dalam pengusualan adanya GBHN. Presiden
dalam menyelenggarakan pemerintahan harus berdasarkan haluan negara yang telah
ditetapkan sehingga mengurangi penyelewengan yang timbul.

Dalam penyelenggaraan negara untuk mencapai cita-cita bangsa, tergantung pada


peran aktif masyarakat serta pada sikap mental, tekad, semangat, serta ketaatan dan
disiplin para penyelenggara negara. Sehubungan dengan itu, semua kekuatan sosial
politik, organisasi kemasyarakatan, dan lembaga kemasyarakatan lainnya perlu
menyusun program menurut fungsi dan kemampuan masing-masing dalam
melaksanakan Garis-garis Besar Haluan Negara. Peran serta seluruh elemen
masayarakat ini bertujuan agar GBHN yang ideal dapat terwujudkan secara baik dan
benar sesuai dengan yang diharapkan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Yang berarti
seluruh perangkat kelembagaan pemerintah dan berbagai instrumen hukum publik
yang dipergunakan untuk mengelola berbagai kebijakan pemerintah harus bersandar
pada sebuah perencanaan yang komprehensif, matang, mendasar dan
merepresentasikan kehendak seluruh bangsa.

Perwujudan GBHN dalam Program pembangunan Nasional sudah sejalan dengan


alasan-alasan diantaranya secara historis yang mana sejak pembentukan UUD sampai
dengan amandemen terkahir UUD NKRI 1945 bahkan sejak jaman presiden Soekarno
sudah ada sehingga secara sejarah GBHN sudah mengakar dalam Sistem
ketatanegaraan diindonesia, secara hukum Bapenas yang mana memiliki tugas dan
fungsinya dalam perencanaan pembangunan nasional dirasa masih kurang efektif dan
belum mengakomodir pembangunan secara berkelanjutan, ketiga politik karena
didalam politik indonesia yang tidak sama dengan sistem politik yang ada diluar sana
sehingga perlunya GBHN untuk dapat mengambil sikap sendiri yang mandiri dan
dapat mengambil langkah terbaik dalam pengawasan pembangunan nasional serta
yang terakhir adalah secara sosial ekonomi dan budaya, dalam pembangunan nasional
baik di bidang sosial ekonomi dan budaya yang berkelanjutan dan lebih pro terhadap
perkembangan masyarakat Indonesia sendiri.

Garis–Garis Besar Haluan Negara (GBHN) adalah instrumen sentral dan konstitusional
dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. Meskipun Undang-Undang Dasar 1945 telah
diamandemen, namun GBHN masih memiliki relevansi dan urgensi. Tak hanya bisa
dipandang dari aspek manajemen perencanaan, GBHN sejatinya memiliki cakupan
luas yakni menyangkut politik negara dan moral kebangsaan. Oleh karena itu, ketika
ada gagasan untuk merumuskan kembali (reformulasi) arah kebijakan perencanaan
pembangunan nasional model GBHN, maka sesungguhnya sejalan dengan esensi dari
UUD 1945. Esensi konstitusi bangsa Indonesia ini demokratis dan berorientasi pada
kesejahteraan rakyat, sesuai dengan cita-cita bangsa yang termaktub dalam
pembukaannya. GBHN bertujuan sebagai wadah permusyawaratan rakyat yang
membahas rencana pembangunan untuk 25 tahun ke depan. GBHN merupakan suatu
Road Map yang tidak hanya Reformulasi GBHN dan Upaya Memperkokoh Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional. GBHN tidak hanya dibahas oleh tim sukses
para calon presiden maupun calon wakil presiden, tapi dibicarakan pula oleh seluruh
elemen rakyat melalui berbagai proses kanalisasi pemikiran kebangsaan, politik,
maupun ekonomi yang tersebar dalam fraksi yang ada di MPR. GBHN memposisikan
diri sebagai pedoman pembangunan nasional yang jelas, terarah, dan
berkesinambungan. Hal ini untuk memastikan tujuan nasional sebagaimana tertuang
dalam pembukaan UUD 1945 terwujud secara bertahap. Haluan negara juga berfungsi
sebagai koridor presiden terpilih untuk mengembangkan visi, misi, dan program
pembangunan selama periode kepemimpinannya. tak menutup kemungkinan, tanpa
adanya GBHN yang menjadi acuan, pemerintah ke depan akan makin banyak aturan
yang berbeda antara pusat dan daerah serta pembangunanyang tidak konsisten
berkesinambungan dan berkelanjutan.

Dari uraian diatas maka kami dapat menyimpulkan bahwa garis-garis besar haluan
Negara merupakan elemen dalam menentukan arah dan pola pembangunan dalam
rangka mencapai tujuan Negara . Dari segi substansi GBHN haruslah berisi hal-hal
yang pokok atau garis-garis besar penjabaran nilai-nilai dalam pembukaan UUD NRI
1945 yang tidak hanya mengandung keinginan dari segelintir orang namun untuk
mereprentasikan seluruh rakyat indonesia demi menjamin adanya pembangunan yang
konsisten berkesinambungan serta berkelanjuta demi Indonesia yang lebih baik. Dan
dalam pelaksanaan penetuan Pembangunan Nasional menggunakan GBHn
diharapkan melibatkan seluruh instrumen masyarakat agar dapat berperan aktif dalam
menyumbangkan ide pemikiran dan gagasan demi GBHN yang deal dan sesuai
dengan keadaan Bangsa Indonesia.
Daftar Bacaan

Bagir Manan,(2008 ). Dalam Hukum Administrasi Negara, (Ed) Ridwan HR.


Jakarta, PT Raja Grafindo Persada
Satjipto rahardjo .2007. Membedah Hukum progresif ,Jakarta, Kompas,
Penerbit Buku Kompas
W.Riawan Tjandra, Potensi Distorsi GBHN, Makalah pada FGD “Gagasan
Reformulasi GBHN sebagai Panduan dalam Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional, kerjasama Asosiasi Pengajar HTN-HAN dengan
MPR RI, Yogyakarta, 9 September 2016
Media sosial
https://www.bappenas.go.id/id/berita/pro-kontra-menghidupkan-gbhn-pasca-
reformasi

https://kumparan.com/sejarah-dan-sosial/mengenal-apa-itu-gbhn-beserta-
fungsi-dan-tujuannya-21DgYtRvDnk

https://ejournal.up45.ac.id/index.php/cakrawala-hukum/article/view/265/228

https://www.mpr.go.id/img/jurnal/file/250322_2014%20_%20Reformulasi
%20GBHN%20dan%20Upaya%20Memperkokoh%20SPPN.pdf

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/
dc22be91a2d8f6e7d2a9babf1e1ab1f5.pdf

Anda mungkin juga menyukai