Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PANCASILA

“GBHN SEBAGAI LANDASAN KEBIJAKAN


PEMBANGUNAN NASIONAL DAN TUJUAN
PEMBANGUNAN NASIONAL”

Dosen Pengampu :
Dr. Nur Widiastuti, M.Pd.I

DISUSUN OLEH :

ERNAWATI 22241010
BERLIANA ARNETA 22241006

AKADEMI KEBIDANAN WIRABUANA


KOTA METRO
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat-Nya
maka kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “GBHN Sebagai
Landasan Kebijakan Pembangunan Nasional Dan Tujuan Pembangunan
Nasional”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah
Pancasila. Makalah ini berisi tentang GBHN Sebagai Landasan Kebijakan
Pembangunan Nasional Dan Tujuan Pembangunan Nasional, makalah ini kami
lengkapi dengan pendahuluan sebagai pembuka yang menjelaskan latar belakang
dan tujuan pembuatan makalah. Pembahasan yang menjelaskan GBHN Sebagai
Landasan Kebijakan Pembangunan Nasional Dan Tujuan Pembangunan Nasional,
penutup yang berisi tentang kesimpulan yang menjelaskan isi dari makalah kami.
Makalah ini juga kami lengkapi dengan daftar pustaka yang menjelaskan sumber
dan referensi bahan dalam penyusunan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan makalah ini akan kami
terima. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak baik yang
menyusun maupun yang membaca.

Metro, Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 2
C. Tujuan.......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................ 3


A. Pengertian Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) .............. 3
B. GBHN Sebagai Landasan Kebijakan Pembangunan Nasional ... 3
C. Tujuan Pembangunan Nasional ................................................... 5

BAB III PENUTUP ................................................................................ 9

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perubahan ketiga Undang-Undang Dasar mengurangi kewenangan MPR.
Kekuasaanya untuk memilih Presiden dan wakil Presiden, misalnya
dihapuskan. Akibatnya kekuasaan MPR untuk menyusun an menetapkan
GBHN yang menjadi tanggungjawab yang wajib dilaksankan oleh presiden
juga hilang. Presiden diberi kekuasaan untuk mengatur agendanya sendiri,
Tetapi MPR tetap memegang kekuasaan untuk mengamandemen dan
meratifikasi undag-undang dasar. Berbagai konsekwensi dari perubahan UUD
1945 ini akan menjadikan kehidupan bangsa bernegara ini pada masa pasca
2004 akan mengalami perubahan yang amat mendasar, antara lain; MPR
menjadi neben dengan lembaga tinggi lainnya; anggota MPR terdiri dari
anggota DPR dan DPD; presiden, wakil presiden, anggota DPR, anggota DPD
dipilih secara langsung oleh rakyat, dan tidak ada lagi GBHN. Ketiadaan
GBHN tentunya akan berpengaruh kepada sistem dan alat untuk mewujukan
cita-cita bangsa bernegara, atau lebih sempit lagi akan merubah sistem
perencanaan pembangunan nasional. Menurut Prajudi Atmosudiro (2008)
kewenangan menjalankan pemerintahan dalam konteks berbangsa dan
bernegara yang bertumpu pada keadilan harus memenuhi syarat :
1. Efektif, kegiatan harus mengenai sasaran yang tepat
2. Legitimate, diterima oleh masyrakat yang bersangkutan
3. Yuridis, perbuatan pejabat negara tidak boleh melanggar hukum dalam arti
luas
4. Legal, Perbuatan dan keputusan negara berdasarkan peraturan perundang-
undangan
5. Memnghormati dan menjunjung tinggi nilai moral, dan etik dalam
menjalankan tugas dan fungsi
6. Mendasarkan teknik dan teknologi untuk mengembangkan dan menjaga
mutu.

1
Wewenang untuk menjalankan pemerintahan memiliki dimensi politik dan
hukum. Wewenang bukan hanya berdimensi politik yang menunjukan hak
untuk berbuat atau tidak berbuat, tapi wewenang harus berdimensi hukum
yang menunjukan hak untuk memenuhi tugas an kewajiban. Wewenang yang
dijalankan pemerintah adalah proses dan bentuk memperjunagkan hak dan
kewajiban bagi pemberi layanan ( pemerintah ) dan untuk yang dilayani yaitu
rakyat dan masyarakat ( Bagir Manan , 2008)

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat kami jadikan sebagai rumusan
masalah, yaitu :
1) Apakah yang dimaksud Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN)?
2) Bagaimanakah GBHN sebagai landasan kebijakan pembangunan nasional?
3) Bagaimanakah tujuan pembangunan nasional?

C. Tujuan
1) Untuk mengetahui apa yang di maksud Garis-Garis Besar Haluan Negara
(GBHN)?
2) Untuk mengetahui bagaimana GBHN sebagai landasan kebijakan
pembangunan nasional
3) Untuk mengetahui bagaimana tujuan pembangunan nasional

2
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengertian Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN)


Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) adalah haluan negara tentang
penyelenggaraan negara dalam garis-garis besar sebagai pernyataan
kehendak rakyat secara menyeluruh dan terpadu. GBHN ditetapkan
oleh MPR untuk jangka waktu 5 tahun. Dengan adanya Amendemen UUD
1945 di mana terjadi perubahan peran MPR dan presiden, GBHN tidak
berlaku lagi. Sebagai gantinya, UU no. 25/2004 mengatur tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional, yang menyatakan bahwa penjabaran
dari tujuan dibentuknya Republik Indonesia seperti dimuat dalam Pembukaan
UUD 1945, dituangkan dalam bentuk RPJP (Rencana Pembangunan Jangka
Panjang). Skala waktu RPJP adalah 20 tahun, yang kemudian dijabarkan
dalam RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah), yaitu perencanaan
dengan skala waktu 5 tahun, yang memuat visi, misi dan program
pembangunan dari presiden terpilih, dengan berpedoman pada RPJP. Di
tingkat daerah, Pemerintah daerah harus menyusun sendiri RPJP dan RPJM
Daerah, dengan merujuk kepada RPJP Nasional.

B. GBHN Sebagai Landasan Kebijakan Pembangunan Nasional


Keberadaan GBHN sangat penting karena Negara ini memerlukan visi
Negara bukan visi pribadi atau visi kelompok. GBHN dalam fungsinya
sebagai visi misi bangsa Indonesia berguna untuk menentukan arah
pembangunan nasional. Jadi, semua pembangunan Indonesia terarah dan
terancang jelas di dalam GBHN. Perjalanan pembangunan oleh presiden pun
tidak akan melenceng dari GBHN karena prosesnya akan
dipertanggungjawabkan kepada MPR. Di dalam GBHN ini juga menunjukkan
apa saja yang dibutuhkan oleh masyarakat secara umum karena pembuatannya
dilakukan dengan meninjau kebutuhan dan masalah di masyarakat. Sehingga

3
semua proses pembangunan itu sesuai dengan apa yang dibutuhkan
masyarakat.
Selain itu, Pembangunan Nasional merupakan tanggung jawab bersama,
bukan hanya tanggung jawab lembaga eksekutif semata. Pembangunan yang
baik, konsisten dan berkesinambungan akan memperbaiki kualitas suatu
negara sehingga hal tersebut tidak dapat dibebankan kepada seorang presiden
beserta wakilnya untuk merencanakan sendiri, melaksanakan sendiri,
mengawasi sendiri, mengontrol sendiri dan menilai sendiri rancangan
pembangunan tersebut. Oleh karena itu, pemberlakuan kembali GBHN
merupakan komitmen bersama bangsa Indonesia dalam membangun dan
memperbaiki kualitas bangsa dan negara. Oleh karena sejalan dengan tujuan
bangsa Indonesia yang tertuang pada alinea keempat UUD NRI 1945,
pemberlakuan kembali GBHN sangat diperlukan. Sebagai kesepakatan
bersama antara pemerintah dan MPR sebagai penjewantahan rakyat dalam
melaksanakan visi, misi, tujuan dan program pemeritahan sesuai dengan
Pancasila dan UUD 1945, GBHN akan menjadikan pembangunan nasional
yang dilaksanakan oleh pemerintah menjadi lebih konsisten dan
berkesinambungan sehingga amanah konstitusi dalam alinea keempat
pembukaan UUD 1945 akan terwujud. GBHN merupakan garis kendali
politis dan hukum bagi pengelola Negara dalam membuat perencanaan,
kebijakan dan pelaksanaan pembangunan Indonesia. GBHN sangat
diperlukan karena saat ini acuan dari sistem pembangun di desa, kota,
propinsi dan nasional saling berbenturan satu sama lain. Hubungan
pemerintah pusat dan daerah belum sepenuhnya efektif. Komunikasi sosial
dan politik masih mengalami distorsi, sehingga peran kebijakan pusat sering
tidak direspon baik oleh pemerintah daerah, dan aspirasi daerah dalam
berbagai bidang pembangunan belum diakomodas secara proposional dan
efektif oleh pemerintah pusat. Keadaan ini mneyebabkan pelaksanaan
pembangunan didaerah dan hasilnya tidak terdistribusi dengan baik, sehingga
kesenjangan sosial ekonomi daerah dan antar daerah masih terasa. Maka
desentralisasi daerah dan otonomi daerah yang diharapkan mendekatkan dan
melancarkan pelayanan publik dan mempercepat terwujudnya kesejahteraan

4
rakyat tidak tercapai secara optimal. Penyerapan anggaran untuk pelaksanaan
pembangunan didaerah lambat, karena pejabatnya khawatir dan takut
menyalahi ketentuan peraturan perundang-undangan, an berujung sanksi
hukum, hal ini merupakan perbuatan untuk mnejalankan fungsi dan tugas
mengabaikan kewenangan untuk pelayanan rakyat, publik, masyarakat,.
Satjipto raharjo (2007 ) memyatakan bahwa setiap stakeholder berbangsa dan
bernegara dan bermasyarakat harus peka dan kritis, berpikir an berhati dan
bertindak cerdas dalam menjalankan hukum dan kekuasaan; melaksankan
kewenangan dan peranan karena pada akhirnya adalah mengakomodasi
kepentingan dan aspirasi rakyat dan masyarakat demi terwujudnya
kesejaheraan rakyat yang berkeadilan sosial.
Pemberlakuan kembali GBHN adalah hal yang tidak bertentangan dengan
UUD NRI 1945. Hal ini dikarenakan konstitusi membuka kemungkinan untuk
mengatur ketentuan lebih lanjut mengenai kewenangan MPR, termasuk
kewenangan dalam menetapkan GBHN, dengan undang-undang. Selain itu,
pembangunan nasional merupakan tanggung jawab bersama, bukan hanya
tanggung jawab lembaga eksekutif semata sehingga pemberlakuan kembali
GBHN sangat diperlukan sebagai sebuah kesepakatan bersama antara
pemerintah dan MPR sebagai penjewantahan rakyat dalam melaksanakan
visi, misi, tujuan dan program pemeritahan sesuai dengan Pancasila dan UUD
1945. Bahkan, pemberlakuan kembali GBHN dapat mengoptimalkan
penggunaan keuangan negara sehingga keuangan negara dapat dipergunakan
secara efektif dan efisien.

C. Tujuan Pembangunan Nasional


Tujuan Pembangunan nasional terterah dalam Pembukaan Undang-undang
Dasar 1945 alinia 4. Bunyi Pembukaan Undang-undang dasar 1945 alinea 4,
sebagai berikut:
“Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah

5
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar
Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik
Indonesia yangberkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhan Yang
Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan / perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”
Tujuan Pembangunan Nasional yang terterah dalam Pembukaan Undang-
undang dasar alinea 4 adalah :
1) Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia.
2) Memajukan kesejahteraan umum,
3) Mencerdaskan kehidupan bangsa,
4) Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan berkeadilan sosial,
5) Mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dalam melakukan pembangunan secara nasional ini, pemerintah Indonesia
tidak pernah terlepas dari tujuan dilakukannya pembangunan nasional di
seluruh wilayah Indonesia. Adapun tujuan pembangunan nasional di Indonesia
secara umum seperti:
a) Membangun Sistem Politik yang Demokratis
Sistem politik yang pernah berkembang di Indonesia sangat beragam.
Sistem politik yang pernah berkembang ini memiliki tujuan untuk
membangun sistem politik yang demokratis di dalam kehidupan berbangsa
dan bertanah air Indonesia.
Berjalannya sistem politik di Indonesia ini tidak hanya terjadi untuk
tatanan pemerintahan saja, namun untuk kehidupan sehari-hari
masyarakat. Berbagai peristiwa jatuh bangun pada berlakunya sistem
politik di berbagai kalangan membuat Indonesia memiliki banyak
pengalaman sehingga dapat melakukan perbaikan pada sistem politik yang
digunakan.

6
Pembangunan pada sistem politik di Indonesia menitik beratkan pada
nilai-nilai Pancasila khususnya dalam kehidupan berdemokrasi. Oleh
karena itu, pembangunan sistem politik yang demokratis di Indonesia
didasarkan pada prinsip-prinsip demokrasi Pancasila agar dalam
perkembangannya, sistem politik di Indonesia tidak melenceng dari
ideologi negara yaitu Pancasila.Selain itu pembangunan terhadap sistem
politik di Indonesia juga didasarkan pada asas-asas demokrasi Pancasila
agar dalam pelaksanaan pembangunan sistem politik tidak melupakan
nilai-nilai Pancasila.
Dengan adanya pembangunan sistem politik yang demokratis,
Indonesia dapat melakukan berbagai kegiatan-kegiatan yang berkaitan
dengan sistem politik secara lebih dewasa dan menekankan pada
demokrasi yang menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan bangsa.
b) Mewujudkan Sistem Pemerintahan yang Baik
Mewujudkan sistem pemeritahan yang baik merupakan salah satu
tujuan umum dalam pembangunan nasional. Dalam mewujdukan sistem
pemerintahan yang baik, diperlukan tubuh-tubuh yang kuat akan jiwa
pemerintahan dapat menjadi sehat untuk menjalankan tugas dan fungsinya
demi memajukan bangsa.
Perwujudan sistem pemerintahan yang baik harus dilakukan terlebih
dahulu melalui sistem pemerintahan terkecil yang berlaku di
masyarakat.Perlu adanya penguatan terhadap struktur pemerintahan
kabupaten, kota, dan provins terhadap tugas dan fungsi yang
dijalankannya dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya.
Demi mewujudkan tujuan pembangunan nasional yaitu mewujudkan
sistem pemerintahan yang baik, pemerintah menetapkan suatu kebijakan
yaitu diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia sebagai salah satu alat
pemerintah pusat untuk memaksimalkan peran pemerintah dalam
pembangunan.
c) Percepatan dan Pemerataan Pembangunan di Berbagai Sektor
Indonesia dengan sumber daya alam dan sumber daya manusianya
yang begitu banyak, namun belum tentu menjamin kesejahteraan

7
masyarakat di Indonesia. Oleh Karenaitu, pemerintah Indonesia semakin
gencar melakukan pembangunan di berbagai sektor guna memenuhi
kebutuhan masyarakat Indonesia dan meningkatkan daya saing bangsa
dalam berbagai aspek dan bidang.
Seperti melakukan percepatan pembangunan yang dilakukan oleh
pemerintah tidak hanya terpusat di pulau Jawa saja, tetapi sudah
menjangkau pembangunan di wilayah Indonesia timur seperti Papua.
d) Membangun Kesejahteraan Rakyat
Salah satu tujuan pembangunan nasional di Indonesia adalah
membangun kesejahteraan rakyat. Kesejahteraan masyarakat di Indonsia
yang perlu diperhatikan salah satuya dengan melakukan pembangunan
terhadap infrastruktur pendidikan, kesehatan, transportasi, ekonomi, dan
lain sebagainya.

8
BAB III
PENUTUP

Tujuan Negara Indonesia dalam membentuk suatu pemerintahan Negara


Indonesia yang melindungi segenap bangsa Inonesia dan seluruh tunpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka menjadi penting dalam negara
Indonesia dibuat suatu sistem perencanaan pembangunan nasional agar tidak
terjadi tumpang tindih dalam arah kebijakan pembangunan dari pusat dan daerah
sehingga optimalisasi pembangunan dan anggaran bisa terwujud. GBHN
ditetapkan dalam maksud untuk memberikan arahan terhadap pembangunan
nasioanal demi mewujudkan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

9
DAFTAR PUSTAKA

Bagir Manan, 2008. Dalam Hukum Administrasi Negara, Ridwan HR. Jakarta, PT
Raja Grafindo Persada
Deny Indrayana, 2007. Amandemen UUD 1945 antara Mitos dan Pembongkaran.
Bandung, Mizan Media Utama.
Prajudi Atmosudirjo. 2008 dalam Hukum Administrasi negara, Ridwan HR.
Jakarta, PT raja Grafindo Persada
Satjipto rahardjo. 2007. Membedah Hukum progresif. Jakarta, Kompas, Penerbit
Buku Kompas

10

Anda mungkin juga menyukai