Anda di halaman 1dari 8

ANGGOTA KELOMPOK

BAYU PAMUNGKAS
BAGUS
DITA SEPTI ANDARISTA
RAHMAN
SANDRA
MEMAHAMI PRINSIP DASAR
GBHN
GBHN adalah haluan negara tentang penyelenggaraan negara dalam garis – garis besar sebagai pernyataan
kehendak rakyat secara menyeluruh dan terpadu. GBHN ditetapkan oleh MPR untuk jangka waktu 5 tahun.
Dengan adanya amandemen UUD 1945 dimana terjadi perubahan peran MPR dan presiden, GBHN tidak
berlaku lagi. Sebagai gantinya, UU No. 25 Tahun 2004 mengatur tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional yang menyatakan bahwa penjabaran dari tujuan dibentuknya Republik Indonesia
seperti dimuat dalam pembukaan UUD 1945, dituangkan dalam bentuk RPJP(Rencana Pembangunan
Jangka Panjang).

Skala waktu RPJP adalah 20 tahun, yang kemudian dijabarkan dalam RPJM(Rencana
Pembangunan Jangka Menengah), yaitu perencanaan dengan skala waktu 5 tahun,
yang memuat visi, misi dan program pembangunan dari presiden terpilih dengan
berpedoman pada RPJP.
Di tingkat daerah, Pemda harus menyusun sendiri RPJP dan RPJM daerah dengan
merujuk kepada RPJP Nasional
TERJADINYA
GBHN
Pada era orde baru, dibentuk MPR(Majelis Permusyawaratan Rakyat) yang memiliki kewenangan
memilih presiden, tetapi tidak mampu menyusun GBHN yang baru untuk mengganti yang lama.
Karena memang dalam penyusunanya membutuhkan waktu yang cukup lama. Juga harus dilakukan
persiapan agar pada kemudian hari tuntutan pasal 3 UUD ‘45 dapat dipenuhi.
Kemudian untuk membantu MPR untuk menyelesaikan tugasnya membuat GBHN, maka dalam sidang
umum MPR pada masa sesudah pemilihan umum 1971 presiden ikut dilibatkan. Presiden sebagai
pejabat tinggi negara akan senantiasa diberikan tugas untuk menjadi pelaksanaan dan pertanggung
jawaban GBHN dengan mengkolaborasikan tugas MPR.
Pada 1998, setelah terjadinya gelombang reformasi, GBHN dihapuskan melalui amandemen UUD
1945. Tidak hanya itu, kewenangan MPR menyusun GBHN juga telah dihilangkan. Dihapusnya GBHN
merupakan konsekuensi logis dari pemilihan presiden secara langsung. Sebab, salah satu aspek
penilaian terhadap calon presiden adalah melalui rencana atau program yang ditawarkanya
HAKEKAT
GBHN
GBHN dalam fungsinya sebagai visi misi bangsa
Indonesia berguna untuk menentukan arah
pembangunan nasional. Jadi, semua pembangunan
Indonesia terarah dan terancang jelas di dalam GBHN.
Penjalanan pembangunan oleh presiden pun tidak akan
melenceng dari GBHN karena prosesnya akan
dipertanggung jawabkan oleh MPR. Di dalam GBHN ini
juga menunjukkan apa saja yang dibutuhkan oleh
masyarakat secara umum karena pembuatanya
dilakukan dengan meninjau kebutuhan dan masalah di
masyarakat. Sehingga semua proses pembangunan itu
sesuai dengan apa yang dibutuhkan masyarakat.
HAKEKAT
GBHN
Pada hakikatnya GBHN ini dibuat oleh MPR melalui
ketetapan atau keputusan MPR yang meninjau dari
kebutuhan dan masalah – masalah yang ada di
masyarakat. Karena masyarakatlah yang menikmati
hasil dari pembangunan nasional itu. Maka dari itu,
setiap daerah di Indonesia harus mengikuti
pembangunan dan peraturan yang berasal dari
pemerintah pusat, agar perencanaan pembangunan itu
berjalan merata setiap daerah. Tapi kelemahan dari ini
adalah mematikan inovasi masyarakat daerah untuk
membangun daerahnya. Jadi bisa diartikan otonomi
pada orde baru belum menguat seperti pada zaman reformasi.
PELIMPAHAN TUGAS DAN
WEWENANG GBHN
KEBERHASILAN PEMBANGUNAN NASIONAL
SEBAGAI PENGAMALAN PANCASILA
Dalam mengembangkan pemikiran kita mengenai pengamalan dari sila-
sila dalam Pancasila dalam pembangunan, pada satu pihak kita
mencatat apa yang dikatakan oleh Bung Hatta, yaitu bahwa “Pancasila
adalah lima dasar, bukan monisme”. Tidak ada satu di antara sila-sila
itu yang menjadi sumber bagi sila-sila yang lain. Pembangunan
dilaksanakan sebagai upaya pengamalan dari semua sila dalam
Pancasila secara serasi dan sebagai kesatuan yang utuh.
Bagaimanakah kita dapat memenuhi kedua segi itu?
Untuk itu, kelima sila dapat kita lihat sebagai sudut-sudut dari suatu
segi lima.
KEBERHASILAN PEMBANGUNAN NASIONAL
SEBAGAI PENGAMALAN PANCASILA
Dalam segi lima itu tidak ada sila yang berada di atas sila-sila yang lain. Itu berarti
bahwa pengamalan dari masing-masing sila terkait dengan pengamalan dari keempat
sila yang lain. Dengan demikian masing-masing sila mempunyai integritasnya sendiri,
tetapi pengamalan dari masing-masing sila berlangsung sebagai bagian yang serasi
dalam rangka pengamalan semua sila sebagai kesatuan yang utuh. Masing-masing sila
memiliki integritasnya, tetapi terkait langsung dengan keempat sila yang lain.

Keberhasilan pembangunan nasional sebagai pengamalan pancasila sendiri


tergantung pada hal-hal berikut:
• tekad dan semangat seluruh rakyat
• kekuatan dan disiplin seluruh rakyat
• sikap mental seluruh masyarakat
• partisipasi seluruh rakyat
Jadi dengan demikian keberhasilan pembangunan terletak pada seluruh aparatur
negara dan peran aktif seluruh rakyat.

Anda mungkin juga menyukai