Anda di halaman 1dari 21

Lampiran

Surat Keputusan
Lembaga Pengkajian MPR
RI
Nomor : 4/LP-
MPR/VII/2016

MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT


REPUBLIK INDONESIA
LEMBAGA PENGKAJIAN
---------

REKOMENDASI LEMBAGA PENGKAJIAN MPR RI


TENTANG
REFORMULASI SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
DENGAN MODEL GBHN SEBAGAI HALUAN PENYELENGGARAAN NEGARA

I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sebelum perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, pada Pasal 3 disebutkan bahwa “Majelis
Permusyawaratan Rakyat menetapkan Undang-Undang Dasar dan garis-
garis besar daripada haluan negara.” Kata “garis-garis besar daripada
haluan negara” yang ditulis seluruhnya dengan memakai huruf kecil,
bermakna bukan menunjuk suatu nama atau nomenklatur tertentu,
tetapi bersifat umum.
Dalam Penjelasan Pasal 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dijelaskan bahwa “oleh karena Majelis
Permusyawaratan Rakyat memegang kedaulatan negara, maka
kekuasaannya tidak terbatas, mengingat dinamika masyarakat, sekali
dalam lima tahun Majelis memperhatikan segala yang terjadi dan segala
aliran-aliran pada waktu itu dan menentukan haluan-haluan apa yang
hendak dipakai untuk di kemudian hari.” Penjelasan Pasal 3 tersebut
menegaskan bahwa yang dimaksud garis-garis besar daripada haluan
negara adalah haluan-haluan dalam garis besar yang ditetapkan MPR
atas dasar dinamika dan perkembangan tuntutan masyarakat setiap
lima tahun.
Salah satu haluan yang ditetapkan oleh MPR adalah tentang arah
dan strategi pembangunan nasional yang disebut Garis-garis Besar
Haluan Negara (GBHN). Pemahaman tersebut menjadi semakin jelas
setelah MPRS, yang dibentuk sebagai tindak lanjut berlakunya kembali

Lampiran Keputusan Lembaga Pengkajian MPR RI No. 4/LP-MPR/VII/2016


1
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 melalui
Dekrit Presiden 5 Juli 1959, menetapkan tiga ketetapan MPR, yaitu :
a. Ketetapan MPRS Nomor I/MPRS/1960 tentang Manifesto Politik RI
sebagai Garis-Garis Besar daripada Haluan Negara
b. Ketetapan MPRS Nomor II/MPRS/1960 tentang Garis-Garis Besar
Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana tahap pertama
1961-1969.
c. Ketetapan MPRS Nomor IV/MPRS/1963 tentang Pedoman-Pedoman
Pelaksanaan Garis-Garis Besar Haluan Negara dan Haluan
Pembangunan.
Dari tiga Ketetapan MPRS dimaksud, yang ditetapkan dalam satu
masa persidangan (1960-1963) sudah dapat disimpulkan bahwa
pengertian frasa “garis-garis besar daripada haluan negara” itu dapat
berbentuk lebih dari satu Ketetapan MPRS. Salah satunya bernama
“Garis-Garis Besar Haluan Negara” dalam huruf besar (kapital) yang
merupakan nama (nomenklatur) yang kemudian dikenal sebagai
“GBHN”. Ketetapan MPR lainnya berupa kebijakan strategis nasional,
termasuk tentang pengangkatan Presiden dan Wakil Presiden.
Dengan demikian, pengertian “garis-garis besar daripada haluan
negara” adalah sejumlah ketetapan MPRS/MPR yang meliputi GBHN dan
Ketetapan MPR lainnya sebagai perwujudan dinamika masyarakat setiap
lima tahun.
Setelah perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, MPR tidak lagi memiliki kewenangan merancang
dan menetapkan garis-garis besar daripada haluan negara.
Fungsi garis-garis besar daripada haluan negara digantikan dengan
UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional dan UU No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 - 2025.
Di samping itu, terdapat TAP-TAP MPR yang diperintahkan oleh
Ketetapan MPR No. 1/MPR/2003 tentang Peninjauan Kembali Materi
dan Status Hukum Ketetapan MPRS dan MPR-RI Tahun 1960 sampai
dengan Tahun 2001, antara lain: (1) TAP MPR XVI/MPR/1998 tentang
Politik Ekonomi dalam rangka Demokrasi Ekonomi, (2) TAP
XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah, Pengaturan,
Pembagian, dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang Berkeadilan,
serta Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah dalam kerangka NKRI,
(3) TAP No. V/MPR/2000 tentang Pemantapan Persatuan dan Kesatuan
Nasional, (4) TAP No. VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa,

Lampiran Keputusan Lembaga Pengkajian MPR RI No. 4/LP-MPR/VII/2016


2
(5) TAP No. VII/MPR/2001 tentang Visi Indonesia Masa Depan, hingga
(6) TAP MPR No. IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria dan
Pengelolaan Sumber Daya Alam.
Ketersebaran panduan arah pembangunan sebagaimana tersebut di
atas menimbulkan kerancuan dalam perencanaan dan pelaksaan
pembangunan nasional. Untuk mencegah kerancuan ini di satu di sisi
dan di sisi lain agar pelaksanaan pembangunan tersebut terintegrasi dan
terkoordinasi dengan baik, maka diperlukan penataan kembali berbagai
ketentuan di atas ke dalam satu naskah haluan negara yang utuh dan
komprehensif.

2. Permasalahan
Sejak diterapkan sistem perencanaan pembangunan nasional yang
mengantikan model GBHN yang diterapkan sebelum adanya perubahan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
mengemuka berbagai permasalahan yang dapat digarisbawahi, antara
lain:
a. Realitas kehidupan masyarakat yang semakin permisif, hedonis dan
jauh dari nilai-nilai luhur bangsa serta agama adalah bertentangan
dengan Pancasila yang dapat mengancam keutuhan kesauan NKRI.
Oleh karena itu, sebagai negara yang dibentuk di atas nilai-nilai
ideologi (ideological state) berkepentingan untuk tetap
mempertahankan keutuhan negara yang berdasarkan kepada nilai-
nilai luhur dan ajaran agama sesuai Pancasila.
b. Adanya ketidaksinkronan arah dan substansi antara program
Presiden (pemerintah pusat) dengan kepala daerahnya, tidak adanya
pranata pertanggungjawaban atas pelaksanaan pembangunan yang
dilakukannya, tidak ada mekanisme pengawasan yang berimplikasi
pada sistem pertanggungjawaban Presiden dan kepala daerah dalam
menjalankan tugas pemerintahan negara yang dapat dijadikan
blueprint bersama, baik pemerintah pusat dan daerah dalam
menyelenggarakan kegiatan pemerintah dan pembangunannya.
c. Inkonsistensi arah dan kebijakan pembangunan antara jenjang
nasional dan daerah (sub-nasional) berpotensi menghasilkan
program-program pembangunan yang bukan saja tidak saling
mendukung, tetapi juga bisa saling menegasikan satu sama lain.
Yang hampir pasti, inkonsistensi antar-jenjang dan antar-wilayah,
berakibat inefisiensi penggunaan sumber daya pembangunan
nasional.

Lampiran Keputusan Lembaga Pengkajian MPR RI No. 4/LP-MPR/VII/2016


3
d. Proses perumusan perencanaan pembangunan nasional melalui
mekanisme Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) yang
dilaksanakan secara berjenjang sejak di tingkat Desa hingga di
tingkat Nasional, pada praktiknya juga memunculkan kritik bahwa ia
hanya menghasilkan rumusan rencana yang tidak faktual dan tidak
aktual. Di satu sisi, pada praktiknya ia tidak mencerminkan proses
partisipasi atau kegotong-royongan publik secara optimal, dan di sisi
lain pun pada kenyataannya antara Presiden, Gubernur, Bupati dan
Walikota tidak ada kesamaan dalam rancangan pembangunan
nasional. Hal tersebut pada gilirannya telah mendorong masyarakat
merasakan perlu adanya kembali arah dan strategi pembangunan
nasional berupa garis-garis besar daripada haluan negara (model
GBHN).
e. Akibat dari ketidakpaduan dari aturan-aturan yang menjadi dasar
pelaksanaan pembangunan nasional, maka perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan nasional, selain semakin kolutif dan
koruptif yang ditandai antara lain, intervensi pemilik modal, juga
tidak mencerminkan aspek-aspek ideologis dan kedaulatan di segala
bidang.

3. Tujuan Pengkajian
Lembaga Pengkajian MPR RI melakukan pengkajian melalui
pembahasan dan berbagai bentuk penyerapan aspirasi dengan tujuan
untuk memperoleh kesatuan pendapat dalam memecahkan masalah
yang akan menjadi substansi dari garis-garis besar daripada haluan
negara.

4. Proses Pengkajian
Proses pengkajian dilakukan melalui serangkaian Sidang Pleno
Lembaga Pengkajian MPR-RI dan sejumlah Focussed Group Discussion
(forum diskusi terpumpun) yang dilakukan di Kota Makassar, Provinsi
Sulawesi Selatan, di Kota Gorontalo Provinsi Gorontalo, di Kota
Mataram, Provinsi NTB, di Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara, di Kota
Ternate, Provinsi Maluku Utara (hasil terlampir).

Lampiran Keputusan Lembaga Pengkajian MPR RI No. 4/LP-MPR/VII/2016


4
II. PEMBAHASAN
Dengan memperhatikan pandangan-pandangan hasil forum diskusi
terpumpun, simposium, dan pembahasan pada Sidang Pleno Lembaga
Pengkajian, berikut ini tersaji tentang pokok-pokok haluan negara.
1. Setelah mencermati berbagai pendapat dari seluruh anggota lembaga
pengkajian, para narasumber dan peserta forum diskusi terpumpun
dan simposium, diperoleh pendapat umum terkait masih
diperlukannya garis-garis besar haluan negara sebagai suatu arah
dan strategi pembangunan nasional (diperlukan kembali perencanaan
pembangunan jangka panjang sebagaimana model GBHN untuk
menjaga pembangunan yang berkelanjutan dalam rangka mencapai
tujuan cita-cita bernegara). Hal ini didasarkan pada pertimbangan-
pertimbangan sebagai berikut.
a. Keberadaan suatu garis-garis besar haluan negara dipandang
mendasar dan mendesak, mengingat tidak saja proses
pembangunan nasional memerlukan panduan arah dan strategi
baik dalam jangka pendek, menengah dan panjang, tetapi juga
yang lebih mendasar adalah guna memastikan bahwa proses
pembangunan nasional tersebut merupakan manifestasi dan
implementasi dari ideologi negara dan falsafah bangsa Pancasila.
b. Setelah tidak diberlakukannya GBHN, pola sistem perencanaan
pembangunan nasional seperti saat ini berpotensi menyulitkan
terselenggaranya pembangunan nasional yang berkesinambungan
dalam jangka panjang, karena setiap kali pemilihan Presiden dan
Wakil Presiden akan berganti pula arah kebijakan pembangunan.
c. Kondisi kebangsaan saat ini menunjukan struktur dan proses
perumusan kepentingan nasional terpecah-pecah sesuai dengan
platform dan program Presiden, Gubernur, Bupati, Walikota
setelah terpilih, sehingga muncul beragam konflik dan dis-harmoni
pembangunan nasional dan daerah. Banyak terjadi proses
pembiaran eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam, muncul
berbagai masalah keamanan nasional dalam konteks globalisasi
yang sangat mengancam keberlangsungan bangsa dan negara
Republik Indonesia.
d. MPR yang merupakan cerminan paling komprehensif keterwakilan
rakyat memiliki legitimasi untuk menghasilkan GBHN yang berisi
di antaranya perencanaan pada tataran strategis dan dilandasi
ideologi kebangsaan. Dengan demikian, GBHN sebagai sebuah
rumusan arah bernegara yang memuat pokok-pokok perencanaan

Lampiran Keputusan Lembaga Pengkajian MPR RI No. 4/LP-MPR/VII/2016


5
pembangunan nasional pada tingkat strategis merupakan produk
konsensual yang mencerminkan konsensus kebangsaan.
Sekaligus, GBHN merupakan pengejawantahan Sila Keempat
Pancasila dalam perencanaan pembangunan nasional.
2. Haluan negara diperlukan sebagai pemandu arah pelaksanaan
pembangunan nasional yang berkesinambungan dan integrasi sistem
perencanaan pembangunan nasional dan daerah. Hal ini didasarkan
pada pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut.
a. Tersusunnya perencanaan dan strategi pembangunan secara
nasional di berbagai daerah secara komprehensif dilengkapi
dengan pencapaian tujuan di berbagai bidang. Model GBHN
disusun pada tataran strategis agar tetap memberikan ruang
inovasi bagi eksekutif di jenjang nasional maupun pemerintahan di
daerah.
b. Keselarasan dan kesesuaian dengan sistem otonomi daerah,
terdapatnya berbagai varian potensi yang ada di berbagai daerah,
sehingga pemerintah daerah dengan komponen masyarakat
dituntut melahirkan dan mengembangkan pembangunan
berdasarkan kreatifitas dan ciri-ciri kearifan lokal dari berbagai
daerah tersebut.
c. Sistem perencanaan pembangunan yang berbasis kedaulatan
rakyat.
d. Mengandung aspek berbagai kehidupan bangsa antara lain ilmu
pengetahuan, hukum, sosial, politik, budaya dan lain-lain.
e. Model GBHN terencana secara nasional di berbagai daerah dalam
mengimplementasikan pembangunan jangka menengah nasional
dan jangka panjang nasional. Model GBHN juga mengakomodir
potensi-potensi pembangunan daerah dari aspek budaya, sosial,
ekonomi, atau kearifan lokal yang apabila digali dan dirinci di
berbagai daerah dapat menjadi potensi secara nasional.
3. Peran MPR RI dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,
meliputi:
a. Secara filosofis, Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
sebagaimana model GBHN adalah dokumen hukum bagi
penyelenggara pembangunan nasional yang berbasis kedaulatan
rakyat. Artinya rakyatlah melalui wakil-wakilnya dalam lembaga
MPR yang merancang, menetapkan dan mengawasinya. Dokumen
haluan negara atau perencanaan pembangunan nasional yang
telah dibuat dan ditetapkan oleh MPR itu selanjutnya

Lampiran Keputusan Lembaga Pengkajian MPR RI No. 4/LP-MPR/VII/2016


6
dimandatkan kepada Presiden untuk dilaksanakan. DPR sebagai
institusi perwakilan rakyat juga memiliki wewenang untuk turut
mengawasi pelaksanaan dokumen haluan negara perencanaan
pembangunan nasional itu. Jika ternyata dalam pengawasan itu
ditemukan adanya pelanggaran oleh Presiden, atau Presiden tidak
melaksanakannya, maka sidang MPR untuk meminta
pertanggungjawaban kepada Presiden dapat digelar atas usul DPR.
Inilah esensi dari sistem perencanaan pembangunan nasional dan
daerah yang berbasis pada prinsip kedaulatan rakyat.
b. Secara politik, Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional itu
tidak dapat dikatakan sebagai bagian dari kontrak politik antara
Presiden dengan rakyatnya melalui lembaga-lembaga
perwakilannya. Dokumen Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional tersebut juga tidak memiliki implikasi politik kepada
Presiden dan atau Kepala Daerah apabila tidak dilaksanakan
sebagaimana mestinya. Juga dari aspek hukum, dokumen Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional itu tidak mengikat dalam
implementasinya. Tidak ada konsekuensi hukum bagi Presiden
apabila ia tidak melaksanakan sebagaimana mestinya. Ini sangat
berbeda dengan GBHN sebagai model haluan haluan negara yang
pernah diterapkan pada masa Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 sebelum diperubahan.
c. Secara yuridis, dalam Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional, MPR tidak memiliki peran apa-apa. Padahal MPR adalah
lembaga negara pembentuk konstitusi atau Undang-Undang
Dasar. MPR merupakan lembaga perwakilan rakyat yang memiliki
2 (dua) unsur, yaitu anggota DPR dan anggota DPD. Jadi, dalam
diri MPR itu tidak saja ada representasi rakyat Indonesia secara
keseluruhan, tetapi juga ada representasi rakyat Indonesia di tiap-
tiap daerah. Sayangnya terdapat pemahaman yang mereduksi
peran MPR agar tidak merancang dan menetapkan ketetapan-
ketetapan MPR yang strategis, termasuk ketetapan MPR yang
mengatur tentang perencanaan pembangunan nasional. Isu yang
mengalir kuat pada publik mengenai hal ini adalah perlunya
penguatan kewenangan MPR, agar kepada Majelis ini diberi
wewenang tidak saja membuat haluan negara, akan tetapi juga
menetapkan dan menegakkannya.
4. Substansi garis-garis besar haluan negara, terdiri atas:

Lampiran Keputusan Lembaga Pengkajian MPR RI No. 4/LP-MPR/VII/2016


7
a. Garis-garis besar daripada haluan negara pada dasarnya memuat
arah dan strategi kebijakan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) dalam mewujudkan Cita-cita Kemerdekaan bangsa
Indonesia sebagaimana dituangkan dalam Alinea II Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dan Tujuan Nasional sebagaimana dimuat dalam Alinea IV
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Cita-cita Kemerdekaan tersebut dapat disebut
sebagai Visi NKRI, yaitu ”……Negara Indonesia, yang merdeka,
bersatu, berdaulat, adil dan makmur”. Tujuan Nasional tersebut
dapat disebut sebagai Misi NKRI, yaitu : “.......membentuk suatu
Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial..”.
Untuk mencapai tujuan nasional tersebut, diperlukan pedoman
perencanaan pembangunan nasional jangka panjang yang
dituangkan di dalam garis-garis besar daripada haluan negara.
Bangsa Indonesia mencita-citakan terwujudnya Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan
makmur, yang merupakan Visi NKRI, sebagaimana ditegaskan
dalam Alinea II Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Visi tersebut disusun atas dasar
Pancasila sebagai pandangan hidup, dasar negara dan ideologi
nasional. Dengan demikian Indonesia adalah sebuah negara yang
dibangun atas dasar suatu ideologi (ideology state). Atas dasar
ideologi Pancasila tersebut perlu dibangun Sistem Kehidupan
Nasional yang meliputi sistem politik, sistem ekonomi, sistem
pendidikan, sistem sosial dan budaya serta sistem pertahanan dan
keamanan.
b. Garis-garis besar daripada haluan negara memuat konsepsi
pembangunan nasional yang menyeluruh, terpadu, terarah dan
berkesinambungan dalam mewujudkan Visi dan Misi Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
1) Pembangunan yang menyeluruh berarti mencakup segenap
aspek kehidupan manusia, masyarakat dan negara Indonesia,
baik aspek spiritual yang menyangkut jiwanya maupun materiil

Lampiran Keputusan Lembaga Pengkajian MPR RI No. 4/LP-MPR/VII/2016


8
yang menyangkut raganya beserta segenap sarana dan
prasarananya.
2) Pembangunan yang terpadu berarti bahwa setiap aspek
pembangunan digerakkan dan dibangun secara sinkron dan
integratif dengan aspek lainnya.
3) Pembangunan yang terarah berarti bahwa pembangunan
direncanakan dan dilaksanakan dengan mengarahkannya pada
sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan.
4) Pembangunan yang berkesinambungan mensyaratkan
perencanaan yang memuat tahapan dan kontinuitas yang
konsisten.
5. Sistematika garis-garis besar daripada haluan negara.
Lembaga Pengkajian MPR RI menyimpulkan “Reformulasi Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional dengan Model GBHN sebagai
Haluan Penyelenggara Negara” seperti yang terdapat dalam lampiran.
6. “Kedudukan hukum” garis-garis besar daripada haluan negara
Dari berbagai kajian yang dilakukan Lembaga Pengkajian MPR,
termasuk melalui FGD dengan berbagai elemen
masyarakat/akademisi diperoleh satu pendapat umum bahwa pada
dasarnya diperlukan garis-garis besar daripada haluan negara. Pada
akhirnya tiba pada satu kesepakatan untuk menyusun suatu
rangkaian pendapat yang mencakup dua Alternatif, sebagai berikut :
Alternatif I : Menempatkan garis-garis besar daripada haluan
negara dalam UU.
Untuk menetapkan arah dan strategi pembangunan nasional yang
berkelanjutan dianggap sebagai garis-garis besar daripada haluan
negara pada era Presiden Megawati Soekarnoputri dan DPR hasil
Pemilu 1999 mengeluarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasiona l dan pada era
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama DPR hasil Pemilu 2004
membuat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional.
Dengan demikian kedua Undang-Undang tersebut merupakan
perwujudan garis-garis besar daripada haluan negara setelah
perubahan Undang-Undang Dasar Negera Republik Indonesia Tahun
1945; garis-garis besar dariapada haluan Negara model ini sejalan
dengan memperkuat sistem Pemerintahan Presidensial dan Sistem
Pemilihan Presiden secara langsung oleh rayat. Khususnya Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2007 tersebut sebenarnya telah

Lampiran Keputusan Lembaga Pengkajian MPR RI No. 4/LP-MPR/VII/2016


9
memberikan visi bersama untuk mencapai tujuan Nasional
sebagaimana tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Penetapan garis-garis besar
daripada haluan negara dengan undang-undang berarti selain
melibatkan DPR dan DPD, juga melibatkan Presiden selaku
penyelenggara pemerintahan negara atau eksekutif.
Indonesia adalah negara hukum yang konstitusional dan demokratis,
dengan demikian segenap peraturan perundang-undangan
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, memiliki
daya ikat yang sama. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tersebut juga menegaskan hirarki peraturan perundang-undangan
yaitu bahwa peraturan perundang-undangan yang lebih bawah tidak
boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan di
atasnya. Prinsip negara hukum juga menegaskan bahwa segenap
penyelenggara negara dan seluruh rakyat wajib menjalankan segala
undang-undang sebagaimana mestinya, termasuk undang-undang
yang menyangkut ‘semacam GBHN’.
Sesungguhnya garis-garis besar daripada haluan negara masih ada
sampai dengan sekarang berdasarkan :
a. Tap MPR Nomor XI/MPR/1998 Tentang Penyelenggara Negara
yang Bersih dan Bebas dari KKN.
b. Tap MPR no XVII/MPR/1998 tentang HAM (rujuk Pasal 28A
s.d. 28 J Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945)
c. Tap MPR Nomor V/MPR/2000 Tentang Pemantapan Persatuan
dan Kesatuan Nasional.
d. Tap MPR Nomor VI/MPR/2001 Tentang Etika kehidupan
Berbangsa dan Bernegara.
e. Tap MPR Nomor VII/MPR/2001 Tentang Visi Indonesia Masa
Depan.
f. Undang-undang nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan
Negara.
g. Undang-undang nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional.
h. Undang-undang nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional.
Permasalahan terjadi karena tidak ada peraturan perundang-
undangan yang membuat korelasi antara program nasional, program

Lampiran Keputusan Lembaga Pengkajian MPR RI No. 4/LP-MPR/VII/2016


10
di daerah dan antar daerah. Untuk itu diperlukan Undang-Undang
Pokok tentang garis-garis besar daripada haluan Negara yang menjadi
rujukan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam
melaksanakan pembangunan.
Oleh karena itu segala peraturan perundang-undangan, baik yang
berupa regeling maupun beschiking, bahkan aspirasi masyarakat
dapat dijadikan bahan bagi penyusunan garis-garis besar daripada
haluan negara. Yang perlu dilakukan adalah penyempurnaan dan
konsolidasi serta sinkronisasi berbagai ketentuan-ketentuan tersebut
agar arah, haluan, dan strategi pembangunan nasional yang
berkelanjutan menghasilkan kehidupan berbangsa dan bernegara
yang kokoh.
Alternatif II : Menempatkan garis-garis besar daripada haluan
negara dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
Sejak awal terbentuknya Negara Republik Indonesia para pendiri
bangsa telah menggariskan di dalam konstitusi kita UUD 1945
tentang perlunya garis-garis besar dari pada haluan negara yang
ditetapkan oleh MPR (Pasal 3 ) yang akan menuntun perjalanan
bangsa Indonesia mencapai tujuan nasional sebagaimana
dicantumkan di dalam Pembukaan UUD 1945. Bung Karno dan
kawan-kawan seperjuangannya telah menunjukkan kebijakan dan
pemahaman yang mendalam akan perlunya instrumen perencanaan
sebagai suatu kebutuhan yang penting bagi suatu pemerintahan
dalam menjalankan tugas membangun bangsa dan Negara
sebagaimana layaknya suatu organisasi yang modern.
Pola perencanaan pembangunan nasional jangka panjang bagi suatu
negara akan menentukan keberhasilan pemerintahan negara itu
secara berkesinambungan melaksanakan pembangunan nasional
secara konsisten meskipun terjadi pergantian pemerintahan sebagai
hasil dari proses demokrasi yang berlangsung secara periodik. Sesuai
dengan ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 setelah perubahan, seorang Presiden hanya dapat
menjabat maksimal selama dua periode atau 10 tahun. Hal ini berarti
setiap lima atau sepuluh tahun akan terjadi pergantian
pemerintahan. Untuk dapat menjamin tetap konsistennya perjalanan
kehidupan bangsa menuju tercapainya tujuan nasional sebagaimana
yang diamanatkan oleh Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 diperlukan suatu pola pembangunan

Lampiran Keputusan Lembaga Pengkajian MPR RI No. 4/LP-MPR/VII/2016


11
nasional jangka panjang yang harus dipedomani oleh siapapun yang
memegang pemerintahan.
Perlu diingat bahwa sistem MPR dalam sistem ketatanegaraan kita
ketika diterapkan secara konsisten dan dikombinasikan dengan
pemimpin pemerintahan yang kuat dan akuntabel dalam
menjalankan garis-garis besar dari pada haluan negara yang disusun
dan ditetapkan oleh MPR telah mampu membawa bangsa Indonesia
mencapai kemajuan-kemajuan signifikan di berbagai bidang
pembangunan nasional, meningkatkan kesejahteran masyarakat dan
membuat Indonesia diperhitungkan oleh bangsa-bangsa lain di dunia.
Sehubungan dengan perubahan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang menghapuskan kewenangan
MPR untuk menetapkan garis-garis besar dari pada haluan Negara,
telah mengakibatkan pembangunan nasional baik di tingkat pusat
maupun daerah tidak memiliki arah yang terintegrasi dan
berkesinambungan. Atas dasr kenyataan tersebut dan demi
terselenggaranya pembangunan yang menyeluruh , terarah, terpadu
dan berkesinambungan diperlukan adanya garis-garis besar dari
pada haluan Negara.
Mengingat pentingnya GBHN sebagai peta jalan, strategi dan arah
serta sasaran pembangunan nasional bagi seluruh komponen bangsa
untuk mencapai cita-cita dan tujuan nasional sebagaimana
diamanatkan oleh Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 Maka GBHN perlu diberikan daya
ikat dan daya dorong yang kuat agar ditaati oleh seluruh komponen
bangsa dari tingkat nasional hingga daerah. Oleh karenanya GBHN
perlu dimasukkan (ditetapkan) dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dengan memasukkan kewenangan
MPR menyusun dan menetapkan garis-garis besar dari pada haluan
Negara.
Selain dua alternatif di atas, juga muncul pandangan lain yang
menyatakan bahwa pembangunan nasional pasca-perubahan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
dalam kenyataannya tidak terintegrasi, baik secara horizontal
maupun vertikal. Oleh karena itu sebelum MPR bertugas membahas
perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 secara keseluruhan maka khusus untuk memberikan tempat
kepada MPR agar dapat menjalankan fungsi membuat dan
menetapkan garis-garis besar daripada haluan negara, MPR perlu

Lampiran Keputusan Lembaga Pengkajian MPR RI No. 4/LP-MPR/VII/2016


12
melakukan perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 untuk mengembalikan Pasal 3 Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagaimana
sebelum perubahan.

III. PENUTUP
Untuk memberikan arah dan pola pembangunan dalam suatu sistem
perencanaan pembangunan nasional yang berkelanjutan, Lembaga
Pengkajian secara bulat menyepakati garis-garis besar daripada haluan
negara merupakan hal yang mendasar dan penting bagi
pembangunan negara bangsa Indonesia berdasarkan Pancasila dan
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Sebagai suatu produk hukum, terdapat dua pandangan mengenai
tempat/rumah penetapan garis-garis besar daripada haluan negara,
yakni : pertama, garis besar daripada haluan negara ditetapkan dalam
UU, dan kedua, garis-garis besar daripada haluan negara ditetapkan
oleh MPR yang diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.

Banten, 29 Juli 2016

PIMPINAN LEMBAGA PENGKAJIAN


MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Ketua,

Ir. H. Rully Chairul Azwar, M.Si, IPU.

Wakil Ketua, Wakil Ketua,

Prof. Dr. Soedijarto. Prof. Dr. Syamsul Bahri,M.Sc.

Wakil Ketua, Wakil Ketua,

Dr. Ir. Mohammad. Jafar Hafsah, IPM. Dr. H. Ahmad Farhan Hamid, MS.
Lampiran 1-1
Lampiran Keputusan Lembaga Pengkajian MPR RI No. 4/LP-MPR/VII/2016
13
SISTEMATIKA GARIS GARIS BESAR DARIPADA HALUAN NEGARA

A. PENDAHULUAN
I. Pengertian
Garis-garis besar daripada haluan negara adalah haluan negara
dalam garis-garis besar yang memuat arah dan strategi kebijakan
Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dalam
mewujudkan Visi dan Misi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pemerintah NKRI mencakup aspek kekuasaan eksekutif, legislatif,
yudikatif dan auditif yang disebut juga sebagai supra struktur
politik.

II. Landasan
Garis-garis besar daripada haluan negara disusun atas dasar
Pancasila sebagai landasan ideologi dan UNDANG-UNDANG
DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA Tahun 1945 sebagai
landasan konstitusional.
1. Visi Negara
Visi Negara adalah terwujudnya Negara Kebangsaan Indonesia,
yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
2. Misi Negara
Misi Negara adalah membentuk suatu Pemerintah Negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

III. Hakikat Pembangunan Nasional


Pembangunan nasional sebagai perwujudan Pancasila pada
hakikatnya adalah membangun manusia Indonesia seutuhnya,
baik jiwanya maupun raganya, serta membangun masyarakat
Bangsa Indonesia seluruhnya, tanpa kecuali dan tanpa
diskriminasi.

IV. Tujuan Pembangunan Nasional


Tujuan Pembangunan Nasional adalah terwujudnya warga negara
Indonesia yang sehat jiwa dan raganya, cerdas, kreatif dan
terampil serta terwujudnya sistem kehidupan nasional yaitu
Lampiran Keputusan Lembaga Pengkajian MPR RI No. 4/LP-MPR/VII/2016
14
sistem politik, sistem ekonomi, sistem sosial dan budaya serta
sistem pertahanan dan keamanan, dalam wadah Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat,
berkedaulatan rakyat, adil dan makmur.

V. Modal Dasar
1. Kemerdekaan dan kedaulatan bangsa dan negara.
2. Kedudukan geografis.
3. Sumber kekayaan alam.
4. Jumlah penduduk yang besar.
5. Rohaniah dan keanekaragaman budaya.
6. Visi Negara adalah terwujudnya Negara Kebangsaan Indonesia,
yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

B. ARAH DAN STRATEGI PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG


I. Melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia
Misi: membangun negara bangsa Indonesia (1) yang stabil sistem
politik; (2) yang kokoh dan utuhnya Negara Kesatuan Republik
Indonesia; (3) yang kokoh dan kuatnya sistem pertahanan dan
keamaan nasional; (4) terwujudnya sistem hukum nasional
berdasarkan Pancasila; dan (5) terciptanya rasa aman dalam
kehidupan rakyat masyarakat negara bangsa Indonesia.
Melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia adalah salah satu Misi NKRI yang harus dilaksanakan
melalui upaya dan program pembangunan yang menyeluruh,
terpadu dan berkesinambungan yang mencakup :
1. Aspek agama dan ideologi serta prioritasnya.
a. Terselenggaranya kehidupan beragama yang mantap saling
menghormati dan damai yang dapat menciptakan
kehidupan yang bertaqwa, memperkuat jati diri bangsa dan
menjaga kesatuan Negara Republik Indonesia.
b. Semakin mantapnya perwujudan Pancasila dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di
seluruh wilayah tanah air dan di segenap lapisan
masyarakat Indonesia.
2. Aspek sosial dan politik serta prioritasnya.
Sasaran yang hendak dicapai dalam aspek sosial dan politik
dalam rangka melaksanakan Misi NKRI sebagaimana dimaksud
pada butir 1 di atas, antara lain meliputi :
a. Terciptanya rasa aman dan tenteram yang didukung oleh
Lampiran Keputusan Lembaga Pengkajian MPR RI No. 4/LP-MPR/VII/2016
15
terselenggaranya mekanisme kehidupan nasional lima
tahunan secara demokratis, egaliter, jujur dan adil.
b. Tegaknya hukum yang didukung oleh aparatur penegak
hukum yang profesional, jujur, adil dan berkemanusiaan.
c. Terselenggaranya sistem pemerintahan negara yang semakin
memperkuat persatuan dan kesatuan nasional yang
didukung oleh penerapan advance technology di segala
bidang, serta aparatur negara yang berkemampuan,
profesional, jujur dan adil.
d. Kokoh, kuat, dan kompaknya kekuatan pertahanan nasional
Indonesia.
e. Terselenggaranya sistem komunikasi dan informasi nasional
yang menyatukan seluruh wilayah Indonesia beserta
segenap kepelbagaiannya.
3. Aspek ekonomi dan prioritasnya
Sasaran yang hendak dicapai dalam aspek ekonomi dalam
rangka melaksanakan Misi NKRI sebagaimana dimaksud pada
butir 1 di atas, antara lain meliputi :
a. Terselenggaranya kehidupan perekonomian sebagai
pengejawantahan prinsip keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
b. Terpenuhinya kebutuhan pokok seluruh rakyat, baik
sandang, pangan maupun perumahan, secara adil dan
merata.
4. Aspek pendidikan dan kebudayaan serta prioritasnya.
Sasaran yang hendak dicapai dalam aspek pendidikan dan
kebudayaan dalam rangka melaksanakan Misi NKRI
sebagaimana dimaksud pada butir 1 di atas, antara lain
meliputi :
a. Terbentuknya satu sistem pendidikan nasional yang
memanusiakan, membudayakan dan meng-Indonesia-kan
segenap peserta didik.
b. Terimplementasikannya semangat kekeluargaan dan
kegotong-royongan dalam segenap kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
5. Aspek pertahanan dan keamanan serta prioritasnya.
Sasaran yang hendak dicapai dalam aspek pertahanan dan
keamanan dalam rangka melaksanakan Misi NKRI
sebagaimana dimaksud pada butir 1 di atas, antara lain
meliputi :
a. Makin kokohnya implementasi sistem pertahanan

Lampiran Keputusan Lembaga Pengkajian MPR RI No. 4/LP-MPR/VII/2016


16
keamanan rakyat semesta.
b. Terbinanya daerah-daerah perbatasan sehingga mampu
meningkatkan kebanggaan dan kecintaan kepada negara.

II. MEMAJUKAN KESEJAHTERAAN UMUM


Misi: membangun sistem ekonomi nasional sesuai dengan
Pancasila khususnya Pasal 33 UNDANG-UNDANG DASAR
NEGARA REPUBLIK INDONESIA Tahun 1945 yang (1) mampu
meningkatkan produktivitas sektor-sektor ekonomi, baik industri,
pertanian dan lainnya; (2) meratanya pembangunan ekonomi
keseluruh nusantara; (3) meratanya kesempatan kerja; (4)
meningkatnya pendapatan nasional; dan (5) meningkatkan
kesejahteraan rakyat dalam semua dimensinya.
Untuk mewujudkan misi tersebut pada butir 2 di atas, perlu
dilakukan upaya menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan,
yang mencakup :
1. Aspek agama dan ideologi serta prioritasnya
Terejawentahkannya nilai-nilai agama dan idiologi bangsa
dalam seluruh aspek kehidupan yang dapat mendorong
terwujudnya kesejahteraan rakyat lahir dan batin.
Berfungsinya Pancasila dalam segenap upaya peningkatan
kesejahteraan rakyat.
2. Aspek sosial politik serta prioritasnya
Sasaran yang hendak dicapai dalam aspek sosial dan politik
dalam rangka melaksanakan Misi NKRI sebagaimana dimaksud
pada butir 2 di atas, antara lain meliputi :
a. Terselenggaranya sistem peradilan yang jujur, adil dan
profesional.
b. Terimplementasikannya kemajuan teknologi, khususnya
teknologi informasi yang mendorong penciptaan lapangan
kerja dan kesempatan berusaha.
3. Aspek ekonomi dan prioritasnya.
Sasaran yang hendak dicapai dalam aspek ekonomi dalam
rangka melaksanakan Misi NKRI sebagaimana dimaksud pada
butir 2 di atas, antara lain meliputi :
a. Terpenuhinya kebutuhan pokok seluruh rakyat, baik
sandang, pangan maupun perumahan, secara adil dan
merata.
b. Tercukupinya ketersediaan lapangan kerja dan luasnya
peluang bagi penciptaan kesempatan berusaha.
4. Aspek pendidikan dan kebudayaan serta prioritasnya
Sasaran yang hendak dicapai dalam aspek pendidikan dan
kebudayaan dalam rangka melaksanakan Misi NKRI

Lampiran Keputusan Lembaga Pengkajian MPR RI No. 4/LP-MPR/VII/2016


17
sebagaimana dimaksud pada butir 2 di atas, antara lain
meliputi :
a. Terselenggaranya satu sistem pendidikan nasional yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
b. Tersedianya dana pendidikan sebesar 20% dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara serta 20% dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah.
c. Terselenggaranya berbagai kegiatan kegotongroyongan
dalam masyarakat.
d. Tersedianya sarana dan prasarana yang cukup bagi
pengembangan kreatifitas berkesenian dan berkebudayaan.
5. Aspek pertahanan dan keamanan serta prioritasnya
Sasaran yang hendak dicapai dalam aspek pertahanan dan
keamanan dalam rangka melaksanakan Misi NKRI
sebagaimana dimaksud pada butir 2 di atas, antara lain
meliputi :
a. Terselenggaranya kehidupan kemasyarakatan dan
kenegaraan yang aman, tenteram, tertib dan dinamis.
b. Tersedianya aparat keamanan yang jujur dan profesional.

III. MENCERDASKAN KEHIDUPAN BANGSA


Misi: menyelengarakan satu sistem pendidikan nasional yang
mampu mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara yang
memajukan kebudayaan nasionalnya.
(1) Lahirnya manusia warga negara yang relijius, demokrasi,
memiliki sikap toleran, mandiri, bertanggungjawab, kreatif dan
produktif, serta beretos kerja tinggi; (2) majunya kebudayaan
nasional bangsa Indonesia; (3)majunya ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Untuk mewujudkan misi tersebut pada butir 3 di atas, perlu
dilakukan upaya menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan,
yang mencakup :
1. Aspek agama dan ideologi serta prioritasnya
a. Terintegrasinya nilai-nilai agama dan idiologi bangsa dalam
sistem pendidikan nasional yang dapat melahirkan anak
bangsa yang cerdas iman dan bertaqwa.
b. Terimplementasinya Pancasila dalam sistem pendidikan
nasional dan dalam praktik belajar mengajar.
2. Aspek sosial dan politik serta prioritasnya
Sasaran yang hendak dicapai dalam aspek sosial dan politik
dalam rangka melaksanakan Misi NKRI sebagaimana dimaksud
pada butir 3 di atas, antara lain meliputi :
a. Terimplementasinya Pancasila dalam sistem pendidikan
Lampiran Keputusan Lembaga Pengkajian MPR RI No. 4/LP-MPR/VII/2016
18
nasional dan dalam praktik belajar mengajar.
b. Terselenggaranya sistem pemilihan umum yang langsung,
umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.
3. Aspek ekonomi dan prioritasnya.
Sasaran yang hendak dicapai dalam aspek ekonomi dalam
rangka melaksanakan Misi NKRI sebagaimana dimaksud pada
butir 3 di atas, antara lain meliputi :
a. Terselenggaranya sistem ekonomi yang mampu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
b. Tercukupinya protein dan gizi masyarakat.
4. Aspek pendidikan dan kebudayaan serta prioritasnya.
Sasaran yang hendak dicapai dalam aspek pendidikan dan
kebudayaan dalam rangka melaksanakan Misi NKRI
sebagaimana dimaksud pada butir 3 di atas, antara lain
meliputi :
- Tersedianya dana pendidikan yang mendukung
pengembangan penelitian dan kreatifitas.
5. Aspek pertahanan dan keamanan serta prioritasnya
Sasaran yang hendak dicapai dalam aspek pertahanan dan
keamanan dalam rangka melaksanakan. Misi NKRI
sebagaimana dimaksud pada butir 3 di atas, antara lain
meliputi :
a. Terselenggaranya program wajib latih dalam rangka
perwujudan sistem pertahanan dan keamanan rakyat
semesta.
b. Terselenggaranya sistim pendidikan dibidang pertahanan
dan keamanan yang dapat membentuk dan
mengembangkan personil-personil yang profesional, patriotis
yang rela berkorban untuk bangsa dan negara..

IV. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan


kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial
Misi keempat ini secara efektif dapat dilaksanakan bila tiga misi
pertama terwujud, yaitu kokoh dan kuatnya negara bangsa
Indonesia dan maju serta maksmurnya negara bangsa sehingga
secara aktid dapat ikut menciptakan perdamaian dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, keadilan sosial dan perdamaian abadi.
Untuk mewujudkan misi tersebut pada butir 4 di atas, perlu
dilakukan upaya menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan,
yang mencakup :
1. Aspek agama dan ideologi serta prioritasnya.
a. Diterimanya bentuk kehidupan sosial Indonesia yang
mayoritas beragama Islam sebagai contoh dan teladan bagi
negara lain yang berpenduduk mayoritas beragama Islam.
Lampiran Keputusan Lembaga Pengkajian MPR RI No. 4/LP-MPR/VII/2016
19
b. Terimplementasi dan tersosialisasinya Pancasila dalam
hubungan internasional
2. Aspek Sosial dan politik serta prioritasnya.
Sasaran yang hendak dicapai dalam aspek sosial dan politik
dalam rangka melaksanakan Misi NKRI sebagaimana dimaksud
pada butir 4 di atas, antara lain meliputi :
a. Terselenggaranya politik luar negeri yang bebas aktif yang
ditujukan bagi kepentingan sosial.
3. Aspek ekonomi dan prioritasnya.
Sasaran yang hendak dicapai dalam aspek sosial dan politik
dalam rangka melaksanakan Misi NKRI sebagaimana dimaksud
pada butir 4 di atas, antara lain meliputi :
a. Berkembangnya sistem ekspor-impor yang berbasis keadilan
sosial.
b. Berkembangnya sistem kerjasama ekonomi global yang
berbasis kepedulian, kesetaraan dan keadilan.
4. Aspek pendidikan, dan kebudayaan serta prioritasnya.
Sasaran yang hendak dicapai dalam aspek pendidikan, agama,
sosial dan budaya dalam rangka melaksanakan Misi NKRI
sebagaimana dimaksud pada butir 4 di atas, antara lain
meliputi :
a. Berkembangnya sistem pertukaran generasi muda
antarbangsa.
5. Aspek pertahanan dan keamanan serta prioritasnya.
Sasaran yang hendak dicapai dalam aspek pertahanan dan
keamanan dalam rangka melaksanakan Misi NKRI sebagaimana
dimaksud pada butir 4 di atas, antara lain meliputi :
a. Penyiapan personil TNI yang profesional untuk dapat berperan
secara signifikan yang didukung oleh alat utama sistim senjata
yang kuat.
b. Terlibatnya TNI dalam Misi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

C. PENUTUP
Garis-garis besar daripada haluan negara ini merupakan pedoman
kebijakan dan strategi pembangunan nasional dalam jangka panjang
yang harus dipedomani oleh seluruh penyelenggara negara,
khususnya oleh Presiden yang terpilih dalam proses pemilihan 5
tahunan.
Garis-garis besar daripada haluan negara ini juga menjadi pedoman
bagi calon calon Presiden dalam penyusunan strategi kampanye
pemilihan Presiden yang akan menjadi program pembangunan 5
tahun masa pemerintahan bagi Presiden yang terpilih.
Dengan demikian maka visi, misi, sasaran dan strategi nasional
jangka panjang yang disusun dalam garis-garis besar haluan negara

Lampiran Keputusan Lembaga Pengkajian MPR RI No. 4/LP-MPR/VII/2016


20
ini akan menjamin pencapaian tujuan nasional dalam jangka
panjang.

Lampiran Keputusan Lembaga Pengkajian MPR RI No. 4/LP-MPR/VII/2016


21

Anda mungkin juga menyukai