Anda di halaman 1dari 2

Bekerja Harus Professional Sehingga Bisa Memuaskan Pelanggan Baik Internal

Maupun Eksternal

2.1. QS. Al-Isra' Ayat 36


ٰۤ
َ َ‫ص َر َو ْالفُ َؤادَ ُك ُّل اُول ِٕىكَ َكان‬
‫ع ْنهُ َمسْـُٔ ْو ًَل‬ َ ‫س ْم َع َو ْال َب‬
َّ ‫ْس لَكَ ِب ٖه ِع ْل ٌم ۗا َِّن ال‬ ُ ‫َو ََل تَ ْق‬
َ ‫ف َما لَي‬
Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena
pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya.

2.2. Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I

Bahkan perhatikan dahulu keadaannya dan pikirkan dahulu akibatnya jika engkau
hendak mengucapkan atau melakukan sesuatu. Oleh karena itu, sepatutnya seorang hamba
yang mengetahui bahwa ucapan dan perbuatannya akan diminta pertanggungjawaban
menyiapkan jawaban untuknya. Hal itu tentunya dengan menggunakan anggota badannya
untuk beribadah kepada Allah, mengikhlaskan ibadah kepada-Nya dan menjaga dirinya
dari melakukan perbuatan yang dibenci Allah Subhaanahu wa Ta'aala.

2.3. Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad
14 H

janganlah kamu mengikuti apa yang tidak kamu ketahui. Namun, telitilah setiap
apa yang hendak kamu katakan dan kerjakan. Janganlah pernah sekali-kali menyangka
semua itu akan pergi tanpa memberi manfaat bagimu dan (bahkan) mencelakakanmu.
“Sesungguhnya pendengaran,penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggung jawabannya.” Sudah sepantasnya seorang hamba yang mengetahui
bahwasanya dia akan diminta pertanggung jawaban tentang segala yang telah dia katakan
dan perbuat serta (cara) pemanfaatan anggota badan yang telah Allah ciptakan untuk
beribadah kepadaNya, untuk mempersiapkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan (yang
akan diajukan). Hal itu tidak bisa terlaksana kecuali dengan menggunakannya (hanya)
dalam rangka pengabdian diri (beribadah) kepada Allah, mengikhlaskan agama ini (hanya)
untukNYa dan mengekangnya dari setiap yang dibenci Allah.

2.1. HR. Thabrani, No: 891, Baihaqi, No: 334

َ ُ‫صلَّى للا‬
‫علَ ْي ِه‬ ِ ‫س ْو ُل‬
َ ‫للا‬ ُ ‫قَا َل َر‬: ‫ت‬ ْ َ‫ع ْن َها قَال‬
َ ُ‫ي للا‬ ِ ‫شةَ َر‬
َ ‫ض‬ َ ‫ع ْن‬
َ ِ‫عائ‬ َ
‫ع َملً أَ ْن يُتْ ِقنَهُ (رواه الطبرني‬
َ ‫ع ِم َل أَ َحدُ ُك ْم‬ َّ ‫ ِإن‬: ‫سلَّ َم‬
َ ‫َللاَ تَ َعالى يُ ِحب ِإذَا‬ َ ‫َو‬
‫)والبيهقي‬
Dari Aisyah r.a., sesungguhnya Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya Allah
mencintai seseorang yang apabila bekerja, mengerjakannya secara profesional”.

3.1 Kesimpulan

Pegawai yang ikhlas dan professional adalah ciri insan yang cerdas dan ahli dalam
melakukan sesuatu dan ahli dalam pekerjaannya, mampu menunaikan tugas yang diberikan
kepadanya secara professional dan sempurna, dan diiringi adanya perasaan selalu diawasi
oleh Allah dalam setiap pekerjaannya, serta semangat yang penuh dalam meraih keridhaan
Allah dibalik pekerjaannya. Model pegawai seperti ini tidak membutuhkan adanya
pengawasan dari manusia; berbeda dengan orang yang melakukan pekerjaan karena takut
manusia, sehingga akan menghilangkan berbagai sarana yang ada, melakukan penipuan
terhadap apa yang dapat dilakukan. Sebagai pegawai yang mukhlis, yang bekerja dibawah
perasaan adanya pengawasan oleh Dzat yang tidak pernah lengah sedikitpun, dan tidak ada
yang tersembunyi atas apa yang tersembunyi di dalam bumi dan di langit.

Untuk mewujudkan pegawai muslim yang professional, beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam bekerja adalah antara lain :

1. Kejujuran (ash-shidqu)

2. Amanah (al-amanah) atau dapat dipercaya

3. Keterbukaan dan transparasi (tabligh)

4. Cerdas dan bijaksana (fathanah)

Nilai-nilai islam yang dapat mendasari pengembangan profesionalisme :

1. Bersikap positif dan berfikir positif.

2. Memperbanyak shilaturahim.

3. Disiplin waktu dan menepati janji.

4. Bertindak efektif dan efisien.

5. Memberikan upah secara tepat dan cepat

Anindya Ulhaq

200106110024

Anda mungkin juga menyukai