Anda di halaman 1dari 3

7 Adab Menuntut Ilmu

Adab menuntut ilmu harus diketahui oleh setiap muslim. Bahkan adab tersebut harus
sudah ditanamkan pada diri seseorang sejak dini. Ilmu merupakan kunci segala kebaikan dan
pengetahuan. Ilmu adalah sarana untuk menjalankan perintah Allah SWT. Keimanan dan
amal seseorang tidak akan sempurna jika tanpa ilmu. Sementara seseorang yang menuntut
ilmu seharusnya menghiasi dirinya dengan adab dan akhlak mulia.

“Al adab artinya menerapkan segala yang dipuji oleh orang, baik berupa perkataan maupun
perbuatan. Sebagian ulama juga mendefinisikan, adab adalah menerapkan akhlak-akhlak
yang mulia”

“Kaum Mukminin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya” (HR.
Tirmidzi no. 1162, ia berkata: “hasan shahih”).

Adab Menuntut Ilmu dalam Islam:


1. Niat karena Allah

Hal pertama yang harus dipersiapkan sebelum menuntut ilmu adalah membenarkan niat.
Niatkan semua ilmu yang akan kamu pelajari hanya karena Allah. Sebagaimana firman Allah
dalam Al Bayyinah ayat 5,

َ ِ‫صاَل ةَ َويُْؤ تُوا ال َّز َكاةَ ۚ َو ٰ َذل‬


‫ك ِدينُ ْالقَيِّ َم ِة‬ ِ ِ‫َو َما ُأ ِمرُوا ِإاَّل لِيَ ْعبُدُوا هَّللا َ ُم ْخل‬
َّ ‫صينَ لَهُ ال ِّدينَ ُحنَفَا َء َويُقِي ُموا ال‬

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan
shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Barangsiapa yang menuntut ilmu
syar’i yang semestinya ia lakukan untuk mencari wajah Allah dengan ikhlas, namun ia tidak
melakukannya melainkan untuk mencari keuntungan duniawi, maka ia tidak akan mendapat
harumnya aroma surga pada hari kiamat.” (HR. Ahmad)

2. Mengamalkan

Akan percuma setiap ilmu yang didapatkan jika tidak diamalkan. Sudah seharusnya
kita mengamalkan ilmu yang kita dapatkan agar mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perumpamaan seorang alim yang mengajarkan
kebaikan kepada manusia, kemudian ia melupakan dirinya (tidak mengamalkan ilmunya)
adalah seperti lampu (lilin) yang menerangi manusia, namun membakar dirinya sendiri.” (HR
Ath-Thabrani)

3. Selalu berdoa

Dalam menuntut ilmu hendaknya kita selalu berdoa agar diberi kemudahan dalam menyerap
ilmu dan mengamalkannya.
Allah Azza wa Jalla berfirman:

‫َوقُلْ َربِّ ِز ْدنِي ِع ْل ًما‬

dan katakanlah :”Ya Rabbku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan”. [Thâhâ/20:114]

4. Selalu rendah hati

Banyak sekali orang berilmu yang justru menjadi sombong hanya karena merasa lebih baik
dibandingkan orang lain. Jika ingin mendapatkan ilmu yang baik dan bermanfaat, maka
tetaplah menjadi pribadi yang rendah hati.

Imam Mujahid mengatakan,

‫الَ يَتَ َعلَّ ُم ْال ِع ْل َم ُم ْستَحْ ٍى َوالَ ُم ْستَ ْكبِ ٌر‬

“Dua orang yang tidak belajar ilmu: orang pemalu dan orang yang sombong” (HR. Bukhari
secara muallaq).

5. Fokus Memperhatikan Penjelasan

Jika ingin mendapatkan ilmu dengan mudah, maka konsentrasilah ketika guru atau ustadz
menjelaskan. Fokuslah untuk menyerap ilmu yang disampaikan. Sebagaimana Allah Ta’ala
berfirman,

ُ‫ُون َأحْ َسنَه‬


Šَ ‫) الَّ ِذينَ يَ ْستَ ِمعُونَ ْالقَوْ َل فَيَتَّبِع‬17( ‫َوالَّ ِذينَ اجْ تَنَبُوا الطَّا ُغوتَ َأ ْن يَ ْعبُدُوهَا َوَأنَابُوا ِإلَى هَّللا ِ لَهُ ُم ْالبُ ْش َرى فَبَ ِّشرْ ِعبَا ِد‬
)18( ‫ب‬ ْ ‫وا‬
ِ ‫األلبَا‬ ْ ُ‫ك هُ ْم ُأول‬ َ ‫ك الَّ ِذينَ هَدَاهُ ُم هَّللا ُ َوُأولَِئ‬
َ ‫ُأولَِئ‬

“sebab itu sampaikanlah berita gembira itu kepada hamba-hambaKu, (yaitu) mereka yang
mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik diantaranya. Mereka itulah
orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan merekalah orang-orang yang mempunyai
akal sehat.” (QS. Az-Zumar: 17-18)

6. Menjauhi Maksiat

Untuk bisa mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan berkah, maka jauhkanlah diri dari
berbagai macam maksiat. Maksiat akan membuat otak menjadi sulit untuk berkonsentrasi
sehingga ilmu sangat sulit dimengerti.

‫َت فِى قَ ْلبِ ِه نُ ْكتَةٌ َسوْ دَا ُء فَِإ َذا ه َُو‬


ْ ‫ قَا َل « ِإ َّن ْال َع ْب َد ِإ َذا َأ ْخطََأ خَ ِطيَئةً نُ ِكت‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫ُول هَّللا‬ ِ ‫ع َْن َأبِى هُ َري َْرةَ ع َْن َرس‬
‫َاب ُسقِ َل قَ ْلبُهُ َوِإ ْن عَا َد ِزي َد فِيهَا َحتَّى تَ ْعلُ َو قَ ْلبَهُ َوهُ َو الرَّانُ الَّ ِذى َذ َك َر هَّللا ُ ( َكالَّ بَلْ َرانَ َعلَى قُلُوبِ ِه ْم َما َكانُوا‬
َ ‫نَ َز َع َوا ْستَ ْغفَ َر َوت‬
) َ‫» يَ ْك ِسبُون‬

Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Seorang
hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka dititikkan dalam hatinya sebuah titik hitam.
Apabila ia meninggalkannya dan meminta ampun serta bertaubat, hatinya dibersihkan.
Apabila ia kembali (berbuat maksiat), maka ditambahkan titik hitam tersebut hingga
menutupi hatinya. Itulah yang diistilahkan “ar raan” yang Allah sebutkan dalam firman-Nya
(yang artinya), ‘Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu
menutupi hati mereka’.”
7. Menghafal

Setelah berhasil memahami ilmu yang disampaikan, maka hendaknya hafal lah ilmu tersebut
agar lebih mudah diingat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Semoga Allah memberikan cahaya kepada wajah orang yang mendengar perkataanku,
kemudian ia memahaminya, menghafalkannya, dan menyampaikannya. Banyak orang yang
membawa fiqih kepada orang yang lebih faham daripadanya…” (HR. At-Tirmidzi).

Anda mungkin juga menyukai