MAKALAH
HADITS KEUTAMAAN PENDIDIKAN, HADITS TENTANG PENDUDUK
BUMI, & HADITS MENDAPATKAN PAHALA BERKELANJUTAN
Dosen Pengampuh:
Wanuru S.Ag., M.Pd
OLEH:
Hesti Suliatiawati
Pina Sulviani
Robin
Harto
1. Faidah pertama
Bahwasanya segala sesuatu terjadi atas kehendak Allah. Tidak ada satu
kejadian pun kecuali pasti dikehendaki oleh Allah. Setiap karunia, nikmat, dan
pemberian yang diperoleh hamba semuanya berasal dari Allah.
Allah Ta’ala berfirman :
Ini adalah landasan pokok akidah yang penting yang wajib diimani,
bahwasanya segala sesuatu terjadi atas kehendak Allah. Tidaklah engkau
mendapat ilmu dan amal kecuali karena Allah memberikan taufik kepadamu dan
memberi anugerah nikmat kepadamu dengannya. Dialah yang mengajarkan
hamba tentang ilmu yang tidak diketahui sebelumnya. Dialah yang memberikan
taufik kepada hamba untuk beramal dengan ilmu yang telah dipelajari. Semua
terjadi atas kehendak-Nya. Allah Ta’ala berfirman :
2. Faidah Kedua
ْ ش ْك ِر َك َو ُح
س ِن ِعبَا َدتِ َك َ الَ تَ َدعَنَّ ُدبُ َر ُك ِّل،إِنِّي ألُ ِحبُّ َك يَا ُم َعا ُذ
ُ اللَّهُ َّم أَ ِعنِّي َعلَى ِذ ْك ِر َك َو:صالَ ٍة أَنْ تَقُو َل
ووجدت أن ذلك ، الخير كثير- والبر خير، والصيام خير، الصالة خير- تأملت الخير فرأيت الخير كثير
مفتاح كل خيرd فأيقنت أن الدعاء، كله بيد هللا
Oleh karena itu selayaknya bagi hamba untuk memperbanyak doa kepada
Allah Ta’ala, di antaranya doa agar Allah memberi ilmu yang bermanfaat
baginya. Di antara petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana
terdapat dalam hadits Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, bahwasnya Nabi
berdoa setiap pagi setelah selesai shalat subuh dengan ucapan :
Tiga perkara yang terkumpul dalam doa ini di awal setiap pagi merupakan
tujuan yang diharapkan oleh setiap muslim di sepanjang harinya. Nabi
mengawali dengan ilmu sebelum perkara lainnya dalam doa ini memberi faidah
bahwa ilmu adalah merupakan perkara awal yang dibutuhkan setiap muslim.
Maka termasuk kerugian yang besar adalah seorang yang melewati harinya tanpa
mendapatkan ilmu syar’i sedikitpun.
Doa dalam hadits ini juga memberi faidah bahwa menuntut ilmu adalah
tujuan harian bagi seseorang. Ini adalah faidah yang agung. Dalam mencari ilmu
sejatinya tidak ada istilah liburan musim panas, liburan musim semi, maupun
libur lainnya. Menuntut ilmu adalah tujuan harian yang menemani setiap hari-
hari seorang muslim.
1. Hadits Pertama:
Faedah Hadits:
س َماء ِ ْ األَرe َم ْن فِىeم الرَّحْ َمنُ ارْ َح ُمواeُ َُّاح ُمونَ يَرْ َح ُمه
َّ الeض يَرْ َح ْم ُك ْم َم ْن فِى ِ الر
ومعنى رحمتهم ألهل األرض دعاؤهم لهم بالرحمة والمغفرةeوالمراد بأهل السماء المالئكة
“Yang dimaksud dengan penduduk langit adalah para malaikat. Makna kasih
sayang mereka kepada penduduk bumi adalah berupa doa yang mereka
panjatkan demi kebaikan mereka -penduduk bumi- berupa curahan rahmat dan
ampunan…” (Tuhfat al-Ahwadzi [6/43] software Maktabah asy-Syamilah)
فحينما حصلت منهم رحمة للخلق، فكما أنهم يَرحمون يُرحمون،وهذا ألن الجزاء من جنس العمل
يستحقون الرحمة فجزاؤهم أن يرحمهم هللا تعالىeالذين.
“Hal ini dikarenakan balasan atas suatu amal sejenis dengan amal yang
dilakukan. Sebagaimana mereka menyayangi maka mereka pun disayangi. Ketika
muncul kasih sayang dari mereka kepada orang-orang yang memang berhak
untuk disayangi maka balasan untuk mereka adalah Allah ta’ala pun menyayangi
mereka…” (Syarh Sunan Abu Dawud [28/249] software Maktabah asy-Syamilah)
وغايته الرحمة في، ونتيجته الرحمة في الدنيا،قال العلماء سبب ذلك أن مبنى هذا العلم الرحمة
)؛ دعاء-ُك هللا
َ رحم- لهذا الشيخ رحمه هللا نبه على ذلك تنبيها لطيفا دقيقا حيث قال (اعل ْم،اآلخرة
المعلم والمتعلم هو التراحم ك ٌّل بما يناسبهe ذلك ألن مبنى التعلم بين,للمتعلم بالرحمة.
ُ ال إِ َّن لِى َع َش َرةً ِمنَ ْال َولَ ِد َما قَب َّْل
ت َ َ يُقَبِّ ُل ْال َح َسنَ فَق-صلى هللا عليه وسلم- ى َ س أَب
َّ ِْص َر النَّب ٍ ِأَ َّن األَ ْق َر َع ْبنَ َحاب
« إِنَّهُ َم ْن الَ يَرْ َح ْم الَ يُرْ َح ْم-صلى هللا عليه وسلم- ِ » َوا ِحدًا ِم ْنهُ ْم فَقَا َل َرسُو ُل هَّللا.
“al-Aqra’ bin Habis suatu ketika melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
sedang mencium al-Hasan -cucu beliau-, maka dia berkata: ‘Saya memiliki
sepuluh orang anak namun saya belum pernah melakukan hal ini kepada
seorang pun di antara mereka.’ Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
pun bersabda, ‘Sesungguhnya barang siapa yang tidak menyayangi maka dia
tidak akan disayangi.’.” (HR. Bukhari dan Muslim, ini lafazh Muslim)
“al-Aqra’ bin Habis suatu ketika melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
sedang mencium Husain -cucu beliau-, maka dia berkata: ‘Saya memiliki
sepuluh orang anak namun saya belum pernah melakukan hal ini kepada
seorang pun di antara mereka.’ Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
pun bersabda, ‘Barang siapa yang tidak menyayangi maka dia tidak akan
disayangi.’.” (HR. Abu Dawud, dinyatakan sahih oleh al-Albani)
Ibnu Batthal rahimahullah mengatakan,
. فى هذه األحاديث الحض على استعمال الرحمة للخلق كلهم كافرهم ومؤمنهم ولجميع البهائم والرفق بها
فينبغى لكل مؤمن عاقل أن يرغب فى األخذ بحظه من، وأن ذلك مما يغفر هللا به الذنوب ويكفر به الخطايا
وإن كانت فى غيرe ويستعملها فى أبناء جنسه وفى كل حيوان…وكذلك ينبغى أن يرحم كل بهيمة، الرحمة
أال ترى أن الذى سقى الكلب الذى وجده بالفالة لم يكن له مل ًكا فغفر هللا له بتكلفة النزول في البئر، ملكه
…وإخراجه الماء فى خفه وسقيه إياه
“Di dalam hadits-hadits ini terkandung dorongan untuk bersikap kasih sayang
kepada segenap makhluk, yang kafir maupun yang beriman dan juga kepada
segenap hewan piaraan dan bersikap lembut kepadanya. Dan sesungguhnya hal
itu merupakan salah satu penyebab Allah akan mengampuni dosa dan menutupi
kesalahan-kesalahan. Oleh sebab itu sudah semestinya setiap mukmin yang
berakal bersemangat dalam mengambil bagian dalam upaya mewujudkan rasa
kasih sayang dalam dirinya dan menerapkannya kepada sesama jenisnya
-manusia- dan juga kepada segala jenis hewan -kecuali yang membahayakan,
pent-…”… “Demikian pula semestinya dia menyayangi setiap hewan piaraan
meskipun bukan miliknya sendiri. Tidakkah kamu melihat bahwa orang yang
memberikan minum kepada anjing tak berpemilik yang ditemukannya di tengah
padang tandus sehingga Allah pun berkenan untuk mengampuninya disebabkan
usahanya dengan bersusah payah turun ke sumur dan mengambil airnya dengan
terompahnya dan kemudian memberikan air itu untuk minum si anjing…”
(Syarh Shahih al-Bukhari li Ibni Batthal, [9/219-220] software Maktabah asy-
Syamilah)
هeeرحم نفسeeرة أو من ال يeرحم في اآلخeeويحتمل أن يكون المراد من ال يكون فيه رحمة اإليمان في الدنيا ال ي
بامتثال أوامر هللا واجتناب نواهيه
“Bisa juga ditafsirkan maknanya adalah bahwa barang siapa yang pada dirinya
ketika di dunia tidak terdapat rahmat keimanan maka dia tidak akan mendapat
rahmat di akherat. Atau barang siapa yang tidak mengasihi dirinya sendiri
dengan cara melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya -maka
Allah juga tidak akan mengasihinya kelak di akherat, pent-…” (Fath al-Bari bi
Syarh Shahih al-Bukhari [10/440] software Maktabah asy-Syamilah)
Imam Muslim meriwayatkan dalam kitab Shahih-nya, hadits dari sahabat Uqbah
bin ‘Amr bin Tsa’labah radhiallahu’anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam
bersabda:
“Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala
seperti pahala orang yang mengerjakannya” (HR. Muslim no. 1893).
فَلَهُ ِم ْث ُل أَجْ ِر, َم ْن َد َّل َعلَى َخي ٍْر: قَا َل َرسُو ُل هَّللَا ِ – صلى هللا عليه وسلم:ال
َ َع َْن أَبِي َم ْسعُو ٍد – رضي هللا عنه – ق
َ
فا ِعلِ ِه
TAKHRIJ HADITS
Hadits ini diriwayatkan Imam Muslim dalam kitab al-imârah bab fadhlu I’ânat
al-ghâzî fî sabîlillâh (bab keutamaan membantu orang yang berperang di jalan
Allâh), no. 1893 dari jalur Abu Mu’awiyah dari A’masy dari Abu Amr asy-
Syaibani dari Abu Mas’ud al-Anshâri Radhiyallahu anhu ; ia berkata, “Seorang
lelaki datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya berkata,
‘Sungguh, tungganganku telah binasa. Karena itu tolong berilah aku tumpangan
(tunggangan).” Nabi menjawab, “Aku tidak punya.” Lalu ada seorang lelaki
yang berkata, “Wahai Rasûlullâh! Aku bisa menunjukkan padanya orang yang
bisa memberinya tumpangan (tunggangan).” Lalu Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda seperti yang tertera dalam hadits di atas.
SYARAH LAFAZH
KANDUNGAN HADITS
Hadits ini berisi kandungan yang agung dan termasuk jawâmi’ al-kalim.
Jawâmi’ al-kalim sendiri adalah istilah untuk ungkapan yang disampaikan
dengan bahasa yang singkat, namun bermakna luas, padat dan berisi. Hadits ini
menjelaskan bahwa orang yang menunjukkan kepada orang lain suatu kebaikan
atau suatu jalan hidayah, ia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang
melakukannya.
Pengertian ini ada juga pada hadits Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ُ َ ُر أَ ْن يَ ْنقe
ِ eص ِم ْن أ ُج
ور ِه ْمe ِ e ِم ْن َغ ْيe،ُ َدهeا بَ ْعeeَ َل بِهe ُر َم ْن َع ِمeْ َوأَج،اeeَ فَلَهُ أَجْ ُره،ًَم ْن َس َّن فِي اإْل ِ ْساَل ِم ُسنَّةً َح َسنَة
َ ُر أَ ْن يَ ْنقe
ص ِ e ِم ْن َغ ْيe، ِد ِهe َكانَ َعلَ ْي ِه ِو ْز ُرهَا َو ِو ْز ُر َم ْن َع ِم َل بِهَا ِم ْن بَ ْع،ً َو َم ْن َس َّن فِي اإْل ِ ْساَل ِم ُسنَّةً َسيِّئَة،َش ْي ٌء
ِ ِم ْن أَوْ َز
ار ِه ْم َش ْي ٌء
Barang siapa mencontohkan dalam Islam suatu contoh yang baik, maka ia akan
mendapatkan pahalanya, dan pahala orang yang melakukannya setelahnya; tanpa
berkurang sesuatu apapun dari pahala mereka. Dan barangsiapa yang
mencontohkan dalam Islam suatu contoh yang buruk, maka ia menanggung
dosanya dan dosa orang yang mengerjakannya setelah dia, tanpa berkurang
sesuatu pun dari dosa-dosa mereka.[HR. Muslim, no. 1017] Baca Juga
Mencintai Saudara Seiman Termasuk Kesempurnaan Iman Ini juga mencakup
dakwah dengan perkataan, seperti mengajar, memberikan wejangan, berfatwa
dan mencakup pula dakwah dengan perbuatan, seperti dengan memberikan
tauladan yang baik. Sebab orang yang menjadi panutan dan tauladan, bila
mengerjakan atau meninggalkan sesuatu, akan diikuti orang banyak. Seolah-olah
dengan perbuatannya ini, ia telah menyeru dan mendakwahi manusia untuk
mengerjakan atau meninggalkan perbuatan tersebut. Hal ini ditunjukkan oleh
firman Allâh Azza wa Jalla :
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar [Ali Imrân/3:110] Para
Ulama Salaf mengambil kesimpulan dari ayat ini bahwa predikat terbaik bisa
diraih oleh umat ini, karena mereka adalah orang yang paling bermanfaat untuk
orang lain. Ini terwujud dengan menunjukkan manusia pada perbuatan baik dan
memperingatkan mereka dari perbuatan buruk.
FAEDAH HADITS
4) Berdasarkan hadits ini dan dalil lainnya, para Ulama ahli Tahqiq ketika
membicarakan masalah mengukur dan menimbang amalan yang paling
utama, mereka menetapkan bahwa amalan-amalan yang manfaatnya bisa
dirasakan orang lain (a’mâl muta’addiyah) lebih utama daripada amalan
yang manfaatnya hanya untuk pelaku (a’mâl qâshirah) saja. Contoh :
Memberi pelayanan kepada kaum fakir, mengajarkan ilmu, menyibukkan
diri dengan menyusun sebuah karya yang bermanfaat, memperhatikan
kepentingan dan kemaslahatan serta memenuhi kebutuhan mereka, juga
membantu mereka, baik dengan harta, dengan kedudukan ataupun dengan
memberikan mediasi untuk kebaikan mereka. Semua ini lebih utama
karena amalan yang manfaatnya dirasakan orang lain akan mewujudkan
manfaat yang merata dan memberikan pahala secara terus-menerus.
Orang yang memberikan suatu kemanfaatan tidak akan terputus amal
perbuatannya, selama kemanfaatan tersebut dinisbatkan kepadanya. Ini
adalah tugas dari para nabi dan rasul, serta dai yang menyerukan agama
ini dengan ikhlas yang meneladani mereka.
َ َك ِم ْن أَ ْن يَ ُكونَ ل
ك ُح ْم ُر النَّ َع ِم َ َك َر ُجاًل َوا ِحدًا َخ ْي ٌر ل َ فَ َوهللاِ أَل َ ْن يَ ْه ِد
َ ِي هللا ُ ب
Demi Allâh, bila Allâh memberi petunjuk kepada satu orang melalui tanganmu,
itu lebih baik bagimu daripada engkau mempunyai unta merah. [HR. al-Bukhâri,
no. 3009, dan Muslim, no. 2406 dari hadits Sahl bin Sa’ad as-Sâ’idi
Radhiyallahu anhu]
Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam. Dan selalu memohonkan
ampunan diwaktu pagi sebelum fajar. Dan pada harta-harta mereka ada hak
untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat
bagian (orang miskin yang tidak meminta-minta). [Adz-Dzâiyât/ 51: 17-19]
Dalam ayat ini, Allâh Azza wa Jalla menamakan ibadah dengan sebutan ihsân
(berbuat baik), karena dimulai dengan ihsân (berbuat baik) terhadap diri sendiri yang Allâh
Azza wa Jalla sebutkan dalam bentuk pujian dalam dua ayat (yaitu ayat 17 dan 18).
Kemudian menyebutkan ihsân kepada orang lain dalam satu ayat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nabi mengawali dengan ilmu sebelum perkara lainnya dalam doa ini memberi
faidah bahwa ilmu adalah merupakan perkara awal yang dibutuhkan setiap muslim.
Maka termasuk kerugian yang besar adalah seorang yang melewati harinya tanpa
mendapatkan ilmu syar’i sedikitpun.
Orang orang yang berkasih sayang akan mendapatkan kasih sayang Allah
Dzat Yang Maha Pengasih. Kasihilah mereka yang ada di muka bumi ini niscaya
mereka yang ada di atas langit sana (Allah dan para malaikatnya –pent) akan
mengasihi kalian. Rahim itu adalah sesuatu yang sangat dekat dengan Allah Dzat
Yang Maha Pengasih, maka barangsiapa yang menyambungnya niscaya Allah akan
menyambungnya (dengan kasih sayangNya –pent) dan barangsiapa yang
memutusnya niscaya Alloh akan memutusnya.