Anda di halaman 1dari 16

TUGAS

MAKALAH
HADITS KEUTAMAAN PENDIDIKAN, HADITS TENTANG PENDUDUK
BUMI, & HADITS MENDAPATKAN PAHALA BERKELANJUTAN

Dosen Pengampuh:
Wanuru S.Ag., M.Pd

OLEH:
Hesti Suliatiawati
Pina Sulviani
Robin
Harto

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH & ILMU KEGURUAN
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM RAWA AOPA
2021
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hadis merupakan salah satu dasar pengambilan hukum Islam setelah alQuran.
Sebab hadis mempunyai posisi sebagai penjelas terhadap makna yang dikandung oleh
teks suci tersebut. Apalagi, banyak terdapat ayat-ayat yang masih global dan tidak
jelas Maknanya sehingga seringkali seorang mufassir memakai hadis untuk
mempermudah pemahamannya.
B. Rumusan Masalah
1) Apa hadits pendidikan
2) Hadits tentang penduduk bumi
3) Hadits mendapatkan pahala berkelanjutan
C. Tujuan
Adapun tujuan dan kegunaan penulisan makalah ini yaitu untuk memahami
hadits-hadits yang telah dicantumkan oleh penulis.
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Hadits Keutamaan Pendidikan


Ada beberapa faidah hadist keutamaan ilmu, yaitu sebagai berikut :

1. Faidah pertama

Bahwasanya segala sesuatu terjadi atas kehendak Allah. Tidak ada satu
kejadian pun kecuali pasti dikehendaki oleh Allah. Setiap karunia, nikmat, dan
pemberian yang diperoleh hamba semuanya berasal dari Allah.
Allah Ta’ala berfirman :

ُ‫ت َوإِلَ ْي ِه أُنِيب‬


ُ ‫َو َما تَوْ فِيقِي إِال َّ بِاهّلل ِ َعلَ ْي ِه تَ َو َّك ْل‬

“ Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah.


Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali. “
(Huud:88)

Ini adalah landasan pokok akidah yang penting yang wajib diimani,
bahwasanya segala sesuatu terjadi atas kehendak Allah. Tidaklah engkau
mendapat ilmu dan amal kecuali karena Allah memberikan taufik kepadamu dan
memberi anugerah nikmat kepadamu dengannya. Dialah yang mengajarkan
hamba tentang ilmu yang tidak diketahui sebelumnya. Dialah yang memberikan
taufik kepada hamba untuk beramal dengan ilmu yang telah dipelajari. Semua
terjadi atas kehendak-Nya. Allah Ta’ala berfirman :

َ‫ َعل َّ َم ْالقُرْ آن‬  ُ‫الرَّحْ َمن‬

“ Allah Yang Maha Penyayang, Yang telah mengajarkan Al Qur’an. “ (Ar


Rahman : 1-2)

Ilmu dan setiap nikmat adalah merupakan anugerah dari Allah Ta’ala.


Oleh karena itu wajib bagi setiap penuntut ilmu untuk menghadirkan keyakinan
yang benar dalam masalah ini dan dalam setiap masalah dalam agama ini, bahkan
juga dalam setiap kemaslahatan yang didapat oleh hamba baik berupa perkara
dunia maupun akhirat.

2. Faidah Kedua

Hadits ini menunjukkan tentang tentang pentingnya tawakal kepada Allah


dan meminta pertolongan hanya kepada-Nya. Rasul shallallahu ‘alaiahi wa
sallam bersabda :

ْ ‫ص َعلَى َما يَ ْنفَعُ َك َوا‬


ِ ‫ستَ ِعنْ بِاهَّلل‬ ْ ‫اح ِر‬
ْ

“Semangatlah dalam hal yang bermanfaat untukmu, minta tolonglah kepada


Allah, dan jangan malas (patah semangat).” (HR. Muslim)

Orang yang menuntut ilmu membutuhkan pertolongan dari Allah dalam


keberhasilannya menuntut ilmu. Demikian pula dia butuh pertolongan Allah
untuk mengamalkan ilmu yang sudah dipelajari. Dia juga butuh pertolongan
untuk tetap teguh dalam mempelajari ilmu dan mengamalkannya.
Rasul shallalllahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda kepada
Mu’adz radhiyallahu ‘anhu :

ْ ‫ش ْك ِر َك َو ُح‬
‫س ِن ِعبَا َدتِ َك‬ َ ‫ الَ تَ َدعَنَّ ُدبُ َر ُك ِّل‬،‫إِنِّي ألُ ِحبُّ َك يَا ُم َعا ُذ‬
ُ ‫ اللَّهُ َّم أَ ِعنِّي َعلَى ِذ ْك ِر َك َو‬:‫صالَ ٍة أَنْ تَقُو َل‬

“ Demi Allah, aku sungguh mencintaimu. Aku wasiatkan padamu, janganlah


engkau lupa untuk mengucapkan pada akhir shalat (sebelum salam):

ُ ‫اللَّ ُه َّم أَ ِعنِّى َعلَى ِذ ْك ِر َك َو‬


ْ ‫ش ْك ِر َك َو ُح‬
‫س ِن ِعبَا َدتِ َك‬

[Ya Allah, tolonglah aku agar selalu berdzikir/mengingat-Mu, bersyukur pada-


Mu, dan memperbagus ibadah pada-Mu].” (HR. Abu Daud dan Ahmad, shahih)

Maka seorang penuntut ilmu senantiasa butuh pertolongan Allah untuk


bisa menuntut ilmu, mengamalkan apa yang sudah diilmui, dan agar tetap tegar di
atas jalan ilmu adan amal. Dia juga butuh pertolongan Allah agar selamat dari
berbagai pemikiran menyimpang yang banyak terjadi ketika seseorang meniti
jalan ilmu dalam rangka menuju Allah. 
3. Faidah ketiga

Pentingnya doa dalam kehidupan penuntut ilmu dan pentingnya


senantiasa meminta pertolongan Allah Ta’ala karena seluruh urusan berada di
tangan-Nya. Kebutuhan hamba terhadap doa adalah kebutuhan yang sangat
penting. Seorang tabi’in pernah berkata :

‫ ووجدت أن ذلك‬ ،‫ الخير كثير‬-‫ والبر خير‬، ‫ والصيام خير‬، ‫الصالة خير‬- ‫تأملت الخير فرأيت الخير كثير‬
‫ مفتاح كل خير‬d‫ فأيقنت أن الدعاء‬، ‫كله بيد هللا‬

“ Aku merenungkan tentang kebaikan dan aku berpandangan bahwa


kebaikan itu sangatlah banyak. Shalat adalah kebaikan, puasa adalah kebaikan,
berbakti kepada orangtua juga adalah kebaikan. Kebaikan sangat banyak
jumlahnya. Aku mendapati bahwasanya seluruhnya berada di tangan Allah,
sehingga aku yakin bahwasanya doa adalah kunci dari setiap kebaikan. “

Oleh karena itu selayaknya bagi hamba untuk memperbanyak doa kepada
Allah Ta’ala, di antaranya doa agar Allah memberi ilmu yang bermanfaat
baginya. Di antara petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana
terdapat dalam hadits Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, bahwasnya Nabi
berdoa setiap pagi setelah selesai shalat subuh dengan ucapan : 

‫ َو َع َماًل ُمتَقَبَّاًل‬، ‫ َو ِر ْزقًا طَيِّبًا‬،‫سأَلُ َك ِع ْل ًما نَافِعًا‬


ْ َ‫اللهُ َّم إِنِّي أ‬

“ Ya Allah, aku mohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezekiyang thayyib,


dan aman yang diterima.“ (H.R Ibnu Majah, shahih)

Tiga perkara yang terkumpul dalam doa ini di awal setiap pagi merupakan
tujuan yang diharapkan oleh setiap muslim di sepanjang harinya. Nabi
mengawali dengan ilmu sebelum perkara lainnya dalam doa ini memberi faidah
bahwa ilmu adalah merupakan perkara awal yang dibutuhkan setiap muslim.
Maka termasuk kerugian yang besar adalah seorang yang melewati harinya tanpa
mendapatkan ilmu syar’i sedikitpun. 

Doa dalam hadits ini juga memberi faidah bahwa menuntut ilmu adalah
tujuan harian bagi seseorang. Ini adalah faidah yang agung. Dalam mencari ilmu
sejatinya tidak ada istilah liburan musim panas, liburan musim semi, maupun
libur lainnya. Menuntut ilmu adalah tujuan harian yang menemani setiap hari-
hari seorang muslim.

B. Hadits Tentang Penduduk Bumi

1. Hadits Pertama:

Sayangilah Penduduk Bumi, Allah Akan Menyayangimu


ُ‫ع بْن‬ ُ ‫ َر‬e‫ َدهُ اأْل َ ْق‬e‫نَ ْبنَ َعلِ ٍّي َو ِع ْن‬e‫لَّ َم ْال َح َس‬e‫ ِه َو َس‬e‫لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي‬e‫ص‬ ِ ‫ع َْن أَبِي هُ َر ْي َرةَ َر‬
َ ِ ‫ قَبَّ َل َرسُو ُل هَّللا‬:‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ قَا َل‬
ُ ‫صلَّى هَّللا‬َ ِ ‫ت ِم ْنهُ ْم أَ َحدًا) فَنَظَ َر إِلَ ْي ِه َرسُو ُل هَّللا‬ ُ ‫ (إِ َّن لِي َع َش َرةً ِم ْن ْال َولَ ِد َما قَب َّْل‬:ُ‫س التَّ ِمي ِم ُّي َجالِسًا فَقَا َل اأْل َ ْق َرع‬
ٍ ِ‫َحاب‬
)‫ ( َم ْن اَل يَرْ َح ُم اَل يُرْ َح ُم‬:‫َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ثُ َّم قَا َل‬

Diriwayatkan dari Abdullah ibn ‘Amr radhiyallahu ’anhuma berkata: Rasulullah


Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda :
“Orang orang yang berkasih sayang akan mendapatkan kasih sayang Allah Dzat
Yang Maha Pengasih. Kasihilah mereka yang ada di muka bumi ini niscaya
mereka yang ada di atas langit sana (Allah dan para malaikatnya –pent) akan
mengasihi kalian. Rahim itu adalah sesuatu yang sangat dekat dengan Allah Dzat
Yang Maha Pengasih, maka barangsiapa yang menyambungnya niscaya Allah
akan menyambungnya (dengan kasih sayangNya –pent) dan barangsiapa yang
memutusnya niscaya Alloh akan memutusnya (kasih sayangNya –pent).

[HR. At Turmudzi no. 1847 dengan sanad yang shahih]

Faedah Hadits:

a) Kewajiban untuk berkasih sayang antar makhluk Allah Subhanahu wa


Ta’ala.
b) Kasih sayang Allah hanya akan turun kepada mereka yang saling
berkasih sayang.
c) Penjelasan bahwa balasan itu sesuai dengan perbuatan.
d) Penjelasan aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah bahwa Allah itu berada di
atas langit.
e) Kewajiban untuk menyambung silaturahim (hubungan kekerabatan dan
kekeluargaan)
f) Larangan memutus tali silaturahim.
g) Orang yang menyambung silaturahim akan mendapatkan kasih sayang
Allah dan orang yang memutusnya akan terpotong dari kasih sayang-
Nya.

2. Perintah untuk menebar kasih sayang

Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu’anhuma, Rasulullah shallallahu


‘alaihi wa sallam bersabda,

ِ ْ‫ أَ ْه َل األَر‬e‫م الرَّحْ َمنُ ارْ َح ُموا‬eُ ُ‫الرَّا ِح ُمونَ يَرْ َح ُمه‬


َّ ‫م َم ْن فِى ال‬eْ ‫ض يَرْ َح ْم ُك‬
‫س َما ِء‬

“Orang-orang yang penyayang niscaya akan disayangi pula oleh ar-Rahman


(Allah). Maka sayangilah penduduk bumi niscaya Yang di atas langit pun akan
menyayangi kalian.” (HR. Abu Dawud, dinyatakan sahih oleh al-Albani)

Dalam riwayat Tirmidzi dengan teks,

‫س َماء‬ ِ ْ‫ األَر‬e‫ َم ْن فِى‬e‫م الرَّحْ َمنُ ارْ َح ُموا‬eُ ُ‫َّاح ُمونَ يَرْ َح ُمه‬
َّ ‫ ال‬e‫ض يَرْ َح ْم ُك ْم َم ْن فِى‬ ِ ‫الر‬

“Orang-orang yang penyayang niscaya akan disayangi pula oleh ar-Rahman


(Allah). Maka sayangilah yang di atas muka bumi niscaya Yang di atas langit
pun akan menyayangi kalian.” (HR. Tirmidzi, dinyatakan hasan sahih oleh
Tirmidzi dan disahihkan al-Albani)

Di dalam riwayat Ahmad dengan lafazh,

‫الراحمون يرحمهم الرحمن ارحموا أهل األرض يرحمكم أهل السماء‬

“Orang-orang yang penyayang niscaya akan disayangi pula oleh ar-Rahman


(Allah). Maka sayangilah penduduk bumi niscaya penduduk langit pun akan
menyayangi kalian.” (HR. Ahmad, dinyatakan sahih lighairihi oleh Syaikh
Syu’aib al-Arna’uth)
al-Mubarakfuri rahimahullah menjelaskan,

‫ ومعنى رحمتهم ألهل األرض دعاؤهم لهم بالرحمة والمغفرة‬e‫والمراد بأهل السماء المالئكة‬

“Yang dimaksud dengan penduduk langit adalah para malaikat. Makna kasih
sayang mereka kepada penduduk bumi adalah berupa doa yang mereka
panjatkan demi kebaikan mereka -penduduk bumi- berupa curahan rahmat dan
ampunan…” (Tuhfat al-Ahwadzi [6/43] software Maktabah asy-Syamilah)

Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad hafizhahullah menerangkan,

‫ فحينما حصلت منهم رحمة للخلق‬،‫ فكما أنهم يَرحمون يُرحمون‬،‫وهذا ألن الجزاء من جنس العمل‬
‫ يستحقون الرحمة فجزاؤهم أن يرحمهم هللا تعالى‬e‫الذين‬.

“Hal ini dikarenakan balasan atas suatu amal sejenis dengan amal yang
dilakukan. Sebagaimana mereka menyayangi maka mereka pun disayangi. Ketika
muncul kasih sayang dari mereka kepada orang-orang yang memang berhak
untuk disayangi maka balasan untuk mereka adalah Allah ta’ala pun menyayangi
mereka…” (Syarh Sunan Abu Dawud [28/249] software Maktabah asy-Syamilah)

Syaikh Shalih bin Abdul Aziz alu Syaikh hafizhahullah menjelaskan:

‫ وغايته الرحمة في‬،‫ ونتيجته الرحمة في الدنيا‬،‫قال العلماء سبب ذلك أن مبنى هذا العلم الرحمة‬
‫)؛ دعاء‬-ُ‫ك هللا‬
َ ‫رحم‬- ‫ لهذا الشيخ رحمه هللا نبه على ذلك تنبيها لطيفا دقيقا حيث قال (اعل ْم‬،‫اآلخرة‬
‫ المعلم والمتعلم هو التراحم ك ٌّل بما يناسبه‬e‫ ذلك ألن مبنى التعلم بين‬,‫للمتعلم بالرحمة‬.

“Para ulama mengatakan -ketika menjelaskan kandungan hadits tersebut, pent-


bahwa sebabnya adalah dikarenakan ilmu ini dibangun di atas landasan rahmat
(kasih sayang). Buahnya adalah rahmat di dunia dan tujuan akhirnya adalah
untuk mendapatkan rahmat di akherat. Oleh sebab itulah Syaikh -Muhammad bin
Abdul Wahhab rahimahullah memberikan perhatian atasnya dengan cara yang
halus dan lembut yaitu ketika beliau mengutarakan -di dalam risalah ini- dengan
ucapannya, ‘Ketahuilah, semoga Allah merahmatimu’. Ini merupakan doa agar
orang yang menimba ilmu memperoleh curahan rahmat. Hal itu dikarenakan
kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan antara pengajar dengan pelajar
dibangun di atas landasan sikap saling menyayangi, satu sama lain -disayangi-
sesuai dengan kedudukannya.” (Syarh Tsalatsat al-Ushul, hal. 4)

3. Ancaman bagi orang yang tidak punya rasa kasih sayang

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, beliau meriwayatkan:

ُ ‫ال إِ َّن لِى َع َش َرةً ِمنَ ْال َولَ ِد َما قَب َّْل‬
‫ت‬ َ َ‫ يُقَبِّ ُل ْال َح َسنَ فَق‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ى‬ َ ‫س أَب‬
َّ ِ‫ْص َر النَّب‬ ٍ ِ‫أَ َّن األَ ْق َر َع ْبنَ َحاب‬
‫ « إِنَّهُ َم ْن الَ يَرْ َح ْم الَ يُرْ َح ْم‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫» َوا ِحدًا ِم ْنهُ ْم فَقَا َل َرسُو ُل هَّللا‬.

“al-Aqra’ bin Habis suatu ketika melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
sedang mencium al-Hasan -cucu beliau-, maka dia berkata: ‘Saya memiliki
sepuluh orang anak namun saya belum pernah melakukan hal ini kepada
seorang pun di antara mereka.’ Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
pun bersabda, ‘Sesungguhnya barang siapa yang tidak menyayangi maka dia
tidak akan disayangi.’.” (HR. Bukhari dan Muslim, ini lafazh Muslim)

Dalam riwayat Abu Dawud dengan teks,

‫ا‬ee‫ ِد َم‬eَ‫ َرةً ِمنَ ْال َول‬e‫َش‬


ْ ‫ا َل إِ َّن لِى ع‬eeَ‫ ْينًا فَق‬e‫ُس‬
َ ‫ َو يُقَبِّ ُل ح‬eُ‫ َوه‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ى‬ َّ ِ‫ص َر النَّب‬ َ ‫س أَ ْب‬
ٍ ِ‫أَ َّن األَ ْق َر َع ْبنَ َحاب‬
‫ « َم ْن الَ يَرْ َح ُم الَ يُرْ َح ُم‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫اح ٍد ِم ْنهُ ْم فَقَا َل َرسُو ُل هَّللا‬ ِ ‫ت هَ َذا بِ َو‬ ُ ‫» فَ َع ْل‬

“al-Aqra’ bin Habis suatu ketika melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
sedang mencium Husain -cucu beliau-, maka dia berkata: ‘Saya memiliki
sepuluh orang anak namun saya belum pernah melakukan hal ini kepada
seorang pun di antara mereka.’ Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
pun bersabda, ‘Barang siapa yang tidak menyayangi maka dia tidak akan
disayangi.’.” (HR. Abu Dawud, dinyatakan sahih oleh al-Albani)

Dari Usamah bin Zaid radhiyallahu’anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi


wa sallam bersabda,

‫إنَّ َما يَرْ َح ُم هَّللا ُ ِم ْن ِعبَا ِد ِه ال ُّر َح َما َء‬

“Sesungguhnya Allah hanya akan menyayangi hamba-hamba-Nya yang


penyayang.” (HR. Bukhari)

Ibnu Batthal rahimahullah mengatakan,

. ‫فى هذه األحاديث الحض على استعمال الرحمة للخلق كلهم كافرهم ومؤمنهم ولجميع البهائم والرفق بها‬
‫ فينبغى لكل مؤمن عاقل أن يرغب فى األخذ بحظه من‬، ‫وأن ذلك مما يغفر هللا به الذنوب ويكفر به الخطايا‬
‫ وإن كانت فى غير‬e‫ ويستعملها فى أبناء جنسه وفى كل حيوان…وكذلك ينبغى أن يرحم كل بهيمة‬، ‫الرحمة‬
‫ أال ترى أن الذى سقى الكلب الذى وجده بالفالة لم يكن له مل ًكا فغفر هللا له بتكلفة النزول في البئر‬، ‫ملكه‬
‫…وإخراجه الماء فى خفه وسقيه إياه‬

“Di dalam hadits-hadits ini terkandung dorongan untuk bersikap kasih sayang
kepada segenap makhluk, yang kafir maupun yang beriman  dan juga kepada
segenap hewan piaraan dan bersikap lembut kepadanya. Dan sesungguhnya hal
itu merupakan salah satu penyebab Allah akan mengampuni dosa dan menutupi
kesalahan-kesalahan. Oleh sebab itu sudah semestinya setiap mukmin yang
berakal bersemangat dalam mengambil bagian dalam upaya mewujudkan rasa
kasih sayang dalam dirinya dan menerapkannya kepada sesama jenisnya
-manusia- dan juga kepada segala jenis hewan -kecuali yang membahayakan,
pent-…”… “Demikian pula semestinya dia menyayangi setiap hewan piaraan
meskipun bukan miliknya sendiri. Tidakkah kamu melihat bahwa orang yang
memberikan minum kepada anjing tak berpemilik yang ditemukannya di tengah
padang tandus sehingga Allah pun berkenan untuk mengampuninya disebabkan
usahanya dengan bersusah payah turun ke sumur dan mengambil airnya dengan
terompahnya dan kemudian memberikan air itu untuk minum si anjing…” 
(Syarh Shahih al-Bukhari li Ibni Batthal, [9/219-220]  software Maktabah asy-
Syamilah)

al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah menukil keterangan Ibnu Abi Jamrah,

‫ه‬ee‫رحم نفس‬ee‫رة أو من ال ي‬e‫رحم في اآلخ‬ee‫ويحتمل أن يكون المراد من ال يكون فيه رحمة اإليمان في الدنيا ال ي‬
‫بامتثال أوامر هللا واجتناب نواهيه‬

“Bisa juga ditafsirkan maknanya adalah bahwa barang siapa yang pada dirinya
ketika di dunia tidak terdapat rahmat keimanan maka dia tidak akan mendapat
rahmat di akherat. Atau barang siapa yang tidak mengasihi dirinya sendiri
dengan cara melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya -maka
Allah juga tidak akan mengasihinya kelak di akherat, pent-…” (Fath al-Bari bi
Syarh Shahih al-Bukhari [10/440] software Maktabah asy-Syamilah)

C. HADITS TENTANG MENDAPATKAN PAHALA BERKELANJUTAN

Imam Muslim meriwayatkan dalam kitab Shahih-nya, hadits dari sahabat Uqbah
bin ‘Amr bin Tsa’labah radhiallahu’anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam
bersabda:
“Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala
seperti pahala orang yang mengerjakannya” (HR. Muslim no. 1893).

Ketika seseorang menunjukkan orang lain suatu perbuatan baik, misalkan


memberi nasihat, peringatan, menyusun buku atau menyampaikan tentang ilmu-ilmu
yang bermanfaat. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Maka ia mendapatkan pahala sebagaimana pahala orang yang melakukannya Artinya


orang yang menunjukkan kebaikan akan mendapatkan pahala seperti pahala orang
yang mengerjakan kebaikan itu sendiri. Sehingga semakin banyak orang yang
melakukannya, maka semakin banyak pula pahala yang didapatkannya.”

 KEUTAMAAN MENUNJUKKAN KEBAIKAN

‫ فَلَهُ ِم ْث ُل أَجْ ِر‬,‫ َم ْن َد َّل َعلَى َخي ٍْر‬: ‫ قَا َل َرسُو ُل هَّللَا ِ – صلى هللا عليه وسلم‬:‫ال‬
َ َ‫ع َْن أَبِي َم ْسعُو ٍد – رضي هللا عنه – ق‬
َ
‫فا ِعلِ ِه‬

Dari Abu Mas’ud Radhiyallahu anhu berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda, ‘Barangsiapa menunjukkan suatu kebaikan, maka ia
mendapatkan pahala seperti pahala orang yang melakukannya.” [HR. Muslim]

 TAKHRIJ HADITS

Hadits ini diriwayatkan Imam Muslim dalam kitab al-imârah bab fadhlu I’ânat
al-ghâzî fî sabîlillâh (bab keutamaan membantu orang yang berperang di jalan
Allâh), no. 1893 dari jalur Abu Mu’awiyah dari A’masy dari Abu Amr asy-
Syaibani dari Abu Mas’ud al-Anshâri Radhiyallahu anhu ; ia berkata, “Seorang
lelaki datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya berkata,
‘Sungguh, tungganganku telah binasa. Karena itu tolong berilah aku tumpangan
(tunggangan).” Nabi menjawab, “Aku tidak punya.” Lalu ada seorang lelaki
yang berkata, “Wahai Rasûlullâh! Aku bisa menunjukkan padanya orang yang
bisa memberinya tumpangan (tunggangan).” Lalu Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda seperti yang tertera dalam hadits di atas.

 SYARAH LAFAZH

Sabda Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

‫َم ْن َد َّل َعلَى َخي ٍْر‬

“Siapa yang menunjukkan pada suatu kebaikan”


Kata khair pada potongan hadits di atas adalah bentuk nakirah dalam redaksi
kalimat bersyarat (kalimat majmuk bertingkat). Dalam tata bahasa arab, kata
khair dalam kalimat seperti di atas bermakna umum, sehingga mencakup semua
bentuk kebaikan, baik kebaikan duniawi maupun religi (terkait agama). Sehingga
masuk dalam cakupan kata khair di atas yaitu ketika seseorang menunjukkan
orang lain suatu perbuatan baik, termasuk pula memberi nasihat, wejangan,
peringatan, menyusun buku tentang ilmu-ilmu yang bermanfaat.

Sabda Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

‫فَلَهُ ِم ْث ُل أَجْ ِر فَا ِعلِ ِه‬

“Maka ia mendapatkan pahala sebagaimana pahala orang yang


melakukannya.”

Artinya orang yang menunjukkan kebaikan akan mendapatkan pahala seperti


pahala orang yang mengerjakan kebaikan itu sendiri. Semakin banyak orang
yang melakukannya, maka semakin banyak pahala yang didapatkannya.

 KANDUNGAN HADITS

Hadits ini berisi kandungan yang agung dan termasuk jawâmi’ al-kalim.
Jawâmi’ al-kalim sendiri adalah istilah untuk ungkapan yang disampaikan
dengan bahasa yang singkat, namun bermakna luas, padat dan berisi. Hadits ini
menjelaskan bahwa orang yang menunjukkan kepada orang lain suatu kebaikan
atau suatu jalan hidayah, ia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang
melakukannya.

Pengertian ini ada juga pada hadits Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ُ َ ُ‫ر أَ ْن يَ ْنق‬e
ِ e‫ص ِم ْن أ ُج‬
‫ور ِه ْم‬e ِ e‫ ِم ْن َغ ْي‬e،ُ‫ َده‬e‫ا بَ ْع‬eeَ‫ َل بِه‬e‫ ُر َم ْن َع ِم‬eْ‫ َوأَج‬،‫ا‬eeَ‫ فَلَهُ أَجْ ُره‬،ً‫َم ْن َس َّن فِي اإْل ِ ْساَل ِم ُسنَّةً َح َسنَة‬
َ ُ‫ر أَ ْن يَ ْنق‬e
‫ص‬ ِ e‫ ِم ْن َغ ْي‬e،‫ ِد ِه‬e‫ َكانَ َعلَ ْي ِه ِو ْز ُرهَا َو ِو ْز ُر َم ْن َع ِم َل بِهَا ِم ْن بَ ْع‬،ً‫ َو َم ْن َس َّن فِي اإْل ِ ْساَل ِم ُسنَّةً َسيِّئَة‬،‫َش ْي ٌء‬
ِ ‫ِم ْن أَوْ َز‬
‫ار ِه ْم َش ْي ٌء‬
Barang siapa mencontohkan dalam Islam suatu contoh yang baik, maka ia akan
mendapatkan pahalanya, dan pahala orang yang melakukannya setelahnya; tanpa
berkurang sesuatu apapun dari pahala mereka. Dan barangsiapa yang
mencontohkan dalam Islam suatu contoh yang buruk, maka ia menanggung
dosanya dan dosa orang yang mengerjakannya setelah dia, tanpa berkurang
sesuatu pun dari dosa-dosa mereka.[HR. Muslim, no. 1017] Baca Juga
Mencintai Saudara Seiman Termasuk Kesempurnaan Iman Ini juga mencakup
dakwah dengan perkataan, seperti mengajar, memberikan wejangan, berfatwa
dan mencakup pula dakwah dengan perbuatan, seperti dengan memberikan
tauladan yang baik. Sebab orang yang menjadi panutan dan tauladan, bila
mengerjakan atau meninggalkan sesuatu, akan diikuti orang banyak. Seolah-olah
dengan perbuatannya ini, ia telah menyeru dan mendakwahi manusia untuk
mengerjakan atau meninggalkan perbuatan tersebut. Hal ini ditunjukkan oleh
firman Allâh Azza wa Jalla :

ِ ‫اس تَأْ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬


ِ ‫ُوف َوتَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُم ْن َك ِر َوتُ ْؤ ِمنُونَ بِاهَّلل‬ ْ ‫ُك ْنتُ ْم َخ ْي َر أ ُ َّم ٍة أ ُ ْخ ِر َج‬
ِ َّ ‫ت لِلن‬

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar [Ali Imrân/3:110] Para
Ulama Salaf mengambil kesimpulan dari ayat ini bahwa predikat terbaik bisa
diraih oleh umat ini, karena mereka adalah orang yang paling bermanfaat untuk
orang lain. Ini terwujud dengan menunjukkan manusia pada perbuatan baik dan
memperingatkan mereka dari perbuatan buruk.

 FAEDAH HADITS

Diantara faedah penting yang didapatkan dari hadits ini adalah:

1) Orang yang membimbing kepada kebaikan akan mendapatkan pahala


seperti pahala orang yang dibimbingnya.

2) Membimbing orang menuju kebaikan adalah bentuk realisasi dari amar


ma’ruf dan nahi munkar. Tentunya ini adalah sebuah bentuk partisipasi
besar dalam memperbaiki masyarakat.
3) Anjuran kerja sama dalam kebaikan dan takwa, menyebarluaskan adab
atau etika serta hukum Islam di antara individu masyarakat. Ini akan
merealisasikan kehidupan yang bahagia dan penuh petunjuk ilahi bagi
masyarakat.

4) Berdasarkan hadits ini dan dalil lainnya, para Ulama ahli Tahqiq ketika
membicarakan masalah mengukur dan menimbang amalan yang paling
utama, mereka menetapkan bahwa amalan-amalan yang manfaatnya bisa
dirasakan orang lain (a’mâl muta’addiyah) lebih utama daripada amalan
yang manfaatnya hanya untuk pelaku (a’mâl qâshirah) saja. Contoh :
Memberi pelayanan kepada kaum fakir, mengajarkan ilmu, menyibukkan
diri dengan menyusun sebuah karya yang bermanfaat, memperhatikan
kepentingan dan kemaslahatan serta memenuhi kebutuhan mereka, juga
membantu mereka, baik dengan harta, dengan kedudukan ataupun dengan
memberikan mediasi untuk kebaikan mereka. Semua ini lebih utama
karena amalan yang manfaatnya dirasakan orang lain akan mewujudkan
manfaat yang merata dan memberikan pahala secara terus-menerus.
Orang yang memberikan suatu kemanfaatan tidak akan terputus amal
perbuatannya, selama kemanfaatan tersebut dinisbatkan kepadanya. Ini
adalah tugas dari para nabi dan rasul, serta dai yang menyerukan agama
ini dengan ikhlas yang meneladani mereka.

Sudah sepantasnya bagi setiap Muslim, terutama para penuntut ilmu


untuk giat dan bersemangat dalam menunjukkan kebaikan dan menyeru manusia
kepada perkara yang bermanfaat bagi mereka di dunia dan akhirat. Hendaknya
seorang Muslim tidak meremehkan apa yang ada pada dirinya; atau merasa
pesimis untuk bisa mewujudkan kebaikan dan keistiqamahan pada audien (obyek
dakwah) nya. Hendaknya ia memberi bimbingan kepada mereka sesuai kadar
ilmu yang dimiliki. Sedangkan hidayah taufiq, itu ada di tangan-Nya Azza wa
Jalla . Sehingga dengan itu ia bisa meraih pahala besar. Tugas ini menjadi
semakin ditekankan pada diri seorang guru, imam masjid dan yang semacamnya
yang mengemban amanah untuk menyampaikan risalah Allâh Azza wa Jalla
kepada umat secara umum, terutama para pemuda dan remaja. Rasul Shallallahu
‘alaihi wa sallam sendiri telah bersabda: Baca Juga Golongan Yang Masuk
Surga Tanpa Hisab Dan Azab

َ َ‫ك ِم ْن أَ ْن يَ ُكونَ ل‬
‫ك ُح ْم ُر النَّ َع ِم‬ َ َ‫ك َر ُجاًل َوا ِحدًا َخ ْي ٌر ل‬ َ ‫فَ َوهللاِ أَل َ ْن يَ ْه ِد‬
َ ِ‫ي هللا ُ ب‬

Demi Allâh, bila Allâh memberi petunjuk kepada satu orang melalui tanganmu,
itu lebih baik bagimu daripada engkau mempunyai unta merah. [HR. al-Bukhâri,
no. 3009, dan Muslim, no. 2406 dari hadits Sahl bin Sa’ad as-Sâ’idi
Radhiyallahu anhu]

Perlu diperhatikan, bahwa ketika menekankan pentingnya amalan yang


manfaatnya dirasakan orang lain, tidak berarti melupakan atau menyepelekan
amalan yang sifatnya individualis yang manfaatnya kembali pada diri sendiri.
Pemahaman seperti ini akan berakibat pada ketimpangan pemahaman dan
amalan bagi sebagian pentuntut ilmu. Sehingga ia menyepelekan amalan ibadah
yang sifatnya khusus, atau tidak memperhatikan hal-hal terkait istri dan anak-
anaknya, dengan dalih ia sibuk berdakwah dan mengajarkan ilmu pada orang
lain. Sikap Terbaik pertengahan, itulah jalan yang benar, dan inilah jalan yang
lurus. Perhatikanlah firman Allâh tentang ahli surga berikut:

َ ِ‫إِنَّهُ ْم َكانُوا قَ ْب َل ٰ َذل‬


َ‫ك ُمحْ ِسنِين‬

Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat


kebaikan. [Adz-Dzâriyât/ 51: 16]

Ini bersifatnya umum dan menyeluruh, sehingga mereka berbuat baik


kepada dirinya dengan beribadah kepada Rabb mereka dan berbuat baik kepada
sesama hamba Allâh. Ini bisa diperhatikan dari lanjutan ayat tersebut:

ِ ‫ق لِلسَّائِ ِل َو ْال َمحْ ُر‬


‫وم‬ ٌّ ‫﴾ َوفِي أَ ْم َوالِ ِه ْم َح‬١٨﴿ َ‫ار هُ ْم يَ ْستَ ْغفِ ُرون‬
ِ ‫﴾ َوبِاأْل َ ْس َح‬١٧﴿ َ‫َكانُوا قَلِياًل ِمنَ اللَّي ِْل َما يَ ْه َجعُون‬

Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam. Dan selalu memohonkan
ampunan diwaktu pagi sebelum fajar. Dan pada harta-harta mereka ada hak
untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat
bagian (orang miskin yang tidak meminta-minta). [Adz-Dzâiyât/ 51: 17-19]

Dalam ayat ini, Allâh Azza wa Jalla menamakan ibadah dengan sebutan ihsân
(berbuat baik), karena dimulai dengan ihsân (berbuat baik) terhadap diri sendiri yang Allâh
Azza wa Jalla sebutkan dalam bentuk pujian dalam dua ayat (yaitu ayat 17 dan 18).
Kemudian menyebutkan ihsân kepada orang lain dalam satu ayat.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Nabi mengawali dengan ilmu sebelum perkara lainnya dalam doa ini memberi
faidah bahwa ilmu adalah merupakan perkara awal yang dibutuhkan setiap muslim.
Maka termasuk kerugian yang besar adalah seorang yang melewati harinya tanpa
mendapatkan ilmu syar’i sedikitpun.

Orang orang yang berkasih sayang akan mendapatkan kasih sayang Allah
Dzat Yang Maha Pengasih. Kasihilah mereka yang ada di muka bumi ini niscaya
mereka yang ada di atas langit sana (Allah dan para malaikatnya –pent) akan
mengasihi kalian. Rahim itu adalah sesuatu yang sangat dekat dengan Allah Dzat
Yang Maha Pengasih, maka barangsiapa yang menyambungnya niscaya Allah akan
menyambungnya (dengan kasih sayangNya –pent) dan barangsiapa yang
memutusnya niscaya Alloh akan memutusnya.

Anda mungkin juga menyukai