Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Tabarruk dalam tradisi masyarakat sejauh ini lebih identik pada upaya

memperoleh barokah dengan perantara orang-orang mulia di sisi Allah SWT, semisal

para Nabi, wali dan kiai, serta peninggalan, petilasan dan setiap hal yang terkait

dengan mereka, baik mereka masih hidup atau sepeninggalannya.

Akhhir-akhir ini tradisi Tabarruk atau ngalap berkah menjadi problem sosial

di kalangan ummat Islam. Antara satu kelompok dengan kelompok yang lain

cenderung ada perbedaan dalam memahaminya, ada yang moderat dan ada pula yang

ekstrim.

Di Indonesia misalnya, antara NU dan Muhammadiyah sering terjadi

kontroversi ketika memahami tabarruk. NU sangat toleran dengan tradisi-tradisi yang

berkembang seperti tabarruk di kuburan para wali dan peninggalan-peninggalan

mereka. sedangkan Muhammadiyah sedikit ekstrim menyikapi beberapa tradisi

tabarruk yang berkembang di masyarakat. Seperti tabarruk di kuburan para auliaya’

oleh sebagian mereka dianggap tidak sesuai dengan ajaran Islam, sesat, syirik dan

bid’ah.

Menjadi suatu keniscayaan, pemahaman tabarruk perlu diketengahkan

kembali. Oleh sebab itu, kami menyusun makalah tabarruk ini sebagai pengetahuan
bagi yang masih belum mengerti, pengingat bagi yang sudah lupa dan tentu agar

dilestarikan dengan diamalkan dan di tradisikan bersama bagi yang meyakininya.

II. RUMUSAN MASALAH

Batasan pembahasan dalam karya ini akan kami rangkum dalam rumusan

masalah berikut:

1. Apa pengertian Tabarruk?

2. Bagaiman tinjauan hukum tabarruk?

3. Apa saja permasalahan cara mendapatkan tabarruk?

III. TUJUAN MAKALAH

Adapun tujuan dari pembahasan ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengertian Tabarruk

2. Untuk mengetahui Tinjauan Hukum Tabarruk

3. Untuk mengetahui cara mendapatkan Tabarruk ?


BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TABARRUK

Tabarruk sendiri jika dilihat dari segi kebahasaan berartikan, mencari

berkah. Berkah adalah bertambah dan berkembang dalam hal kebaikan. Dengan

demikian, arti tabarruk adalah mencari tambahan dalam kebaikan. Ketika orang

mengatakan “mencari berkah terhadap sesuatu” berarti ingin mengambil nilai

kebaikan dari sesuatu itu tadi. Atas dasar itulah maka definisi tabarruk dari sisi

istilah adalah mengharap berkah dari sesuatu ataupun hal-hal lain yang Allah SWT

telah memberikan keistimewaan dan kedudukan khusus kepadanya.

Bermula dari dua makna tersebut, barakah kemudian menjadi istilah bagi

sebuah keberuntungan, seperti diungkapkan oleh al-Fara’ (144-207 H/761-822 M),

tokoh besar bahasa dan gramatika Arab asal kota Kuffah, Irak:

“barakah adalah keberuntungan, dengan arti tersebut firman Allah Ta’ala

“Rahmatullahi wa barakatuhu ‘alaikum ahlal bait” ditafsiri. Sebab, orang yang

diberi keberuntungan oleh Allah Ta’ala dengan keberuntungan yang diberikan-Nya

kepada Nabi SAW. maka niscaya ia telah memperoleh keberuntungan yang penuh

barakah dan abadi.”

Barakah bisa pula berarti sebagai suatu kebaikan ilahi yang secara kontinyu

ada dalam suatu perkara, sebagaimana ungkapan abu al-qosim al-asbihani

َّ ‫ي فِي ال‬
‫ش ْي ِء‬ ِِّ ‫ـب ُْـوتُ ْال َخي ِْر اْ ِالل ِه‬
“berkah adalah tetapnya kebaikan ilahi dalam suatu perkara”

Dengan bahasa lain syeh yusuf khottar muhammad mengatakan:

“barokah adalah rahasia ilahi dan limpahan rahmat yang dengannya

Allah tambahkan dan kembangkan amal baik dengan secara kontinyu bisa

melakukan kemuliaan pendekatan diri (taqorrub kepadanya).”

Dengan makna tersebut, maka barokah termasuk buah dari amal shaleh,

dengannya Allah SWT. mewujudkan harapan, menghindarkan bahaya dan

Allah SWT. membukakan kunci-kunci kebajikan.

Dalam Al–Qur’an pun kata barakah ini banyak disebutkan di antaranya:

‫ن أَت َ ْع َج ِبينََ قَالُوا‬


َْ ‫ّللا أ َ ْم َِر ِم‬ ََِ ُ‫ع َل ْي ُك َْم َوبَ َر َكات ُ َه‬
ََِ ۖ َُ‫ّللا َر ْح َمت‬ َِ ‫َح ِميدَ إِنَ َهُ ۖ ْالبَ ْي‬
ََ ‫ت أ َ ْه‬
َ ‫ل‬

َ‫َم ِجيد‬

Artinya: “Para malaikat itu berkata: "Apakah kamu merasa heran

tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya,

dicurahkan atas kamu, hai ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi

Maha Pemurah". (QS. Hud : 73 )

Ayat ini menjelaskan bahwa ketika para malaikat (Jibril, Mikail, Isrofil)

telah datang kepada Nabi Ibrahim as dengan membawa kabar gembira, bahwa

“Isterinya (Siti Sarah) akan mempunyai keturunan yaitu Nabi Ishaq as, dan

Nabi Ishaq as ini akan mempunyai keturunan yaitu Nabi Yakub as”. Mendengar

berita tersebut siti sarah langsung berkata:“Mungkinkah aku akan melahirkan

anak padahal aku sudah tua (usianya 99 tahun) dan suamiku (Nabi Ibrahim as)
ini sudah sangat tua (usianya 120 tahun)? ini sangat mengherankan bagi kami

(Nabi Ibrahim as dan Siti Sarah) yang sudah tua akan melahirkan anak. Para

malaikat (Jibril, Mikail, Israfil) berkata: “Mengapa engkau merasa heran

tentang ketetapan Allah swt? itu adalah rahmat dan berkah dari Allah swt yang

dicurahkan kepada kamu wahai Ahlul Bait (keluarga Nabi Ibrahim as),

sesungguhnya Allah swt Maha Terpuji lagi Maha Pengasih”

Oleh sebab itu, setiap kebaikan atau keberuntungan pada suatu hal bisa

disebut sebagai barokah. Semisal kitab al-Ajjurmiyah yang telah beratus-ratus

tahun menjadi kurikulum dasar bahasa Arab di berbagai lembaga pendidikan

Islam, bisa dikatakan bahwa kitab tersebut adalah kitab yang barokahnya

banyak. Sebuah keluarga yang harmonis dan dipenuhi nilai-nilai sakinah,

mawaddah wa rahmah bisa disebut keluarga yang penuh barokah. Begitu pula

seorang santri yang telah pulang dari pesantren dan mampu mengamalkan serta

menyebarkan ilmunya di tengah masyarakat bisa pula dinilai sebagai santri

yang memperoleh barokah ilmunya. Dari makna-makna barokah di atas, secara

sederhana tabarruk atau ngalap berkah bisa diartikan sebagai upaya seseorang

untuk memperoleh kebaikan atau keberuntungan dalam setiap lini

kehidupannya.

B. TINJAUAN HUKUM TABARRUK

Perkataan Tabarruk bukanlah suatu perkataan yang sekarang ini timbul, tetapi

dalam Al–Qur’an dan hadits perkataan tabarruk ada di dalamnya. Namun perkataan
tabarruk ini bukan hanya suatu perkataan kosong, akan tetapi ini suatu perbuatan

yang dilakukan oleh para Nabi, sahabat, dan orang–orang shaleh.

Seperti telah disinggung dalam bab Ziarah kubur, tabarruk tiada lain adalah

satu pola keberagaman dan cara berdoa orang Islam dari zaman Nabi SAW. Sampai

sekarang. Subtansi tabarruk adalah praktek tawassul. Sebab, keduanya sama- sama

merupakan salah satu cara berdo'a atau upaya untuk meluluskan harapan. Baik

mendatangkan kebaikan ataupun menghindarkan petaka. Maka tabarruk termasuk

salah satu anjuran syari'at dalam firman Allah SWT.

‫ياايهاالدين أمنوا اتقوا آهلل وآبتغوا إليه آلوسيلة وجهدوا فى سبيله لعلكم تفلحون‬

”Hai orang- orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah SWT dan carilah

wasilah (amal atau sebab) yang mendekatkan diri kepada-Nya,dan berjihadlah pada

jalan-Nya,supaya kamu mendapat keberuntungan."(QS. Al-Maidah:35)

Maka seperti halnya dalam tawassul, orang-orang shaleh ditabarruki sebab

khusnuzhan atas keistimewaan dan kedekatan mereka di sisi Allah SWT. petilasan,

peninggalan dan kuburan semisal, dicari barakahnya sebab kemuliaan orang shaleh

yang pernah menyinggahinya atau menempatinya. Sebuah benda dijadikan media

tabarruk sebab keagungan pemiliknya, seperti sampul mushaf al-Qur’an yang

mempunyai barakah, wajib dimuliakan dan haram dihina, tiada lain karena telah

menjadi sampul kitab yang mulia. Kendati begitu, aliran barakah yang diperoleh

bukan berarti murni darinya tanpa campur tangan Allah Ta’ala sebagai sumber

bearakah itu sendiri.


Adapun pendapat para ulama yang membolehkan tabarruk yaitu:

1. Al–Hafidz Ibnu Hajar membolehkan tabarruk dengan ayat–ayat Al–Qur’an

bahkan dalam hal ini tidak terdapat larangan, karena tujuannya untuk memperoleh

berkah dengan adanya ayat–ayat Al–Qur’an.

2. Imam Muhammad bin Abdul Wahab membolehkan tabarruk yang berasal dari

ayat–ayat Al–Qur’an karena mengharap berkah.

3. Abdullah bin Ahmad bin Hanbal (putra Imam Ahmad) membolehkan tabarruk

dengan peninggalan–peninggalan Nabi. Bahkan ayahnya sendiri yaitu Imam

Ahmad mengambil berkah dengan rambut Nabi saw, yang pada saat itu Imam

Ahmad menaruh sehelai rambut Nabi di atas bibirnya dan mengecupnya,

kemudian meletakan rambut tersebut di atas matanya dan memasukan rambut

tersebut pada sebuah bejana yang berisi air kemudian meminumnya dengan

tujuan meminta kesembuhan

Melihat kenyataan di atas bahwa bertabarruk diperbolehkan dalam Islam

terutama kepada orang-orang yang saleh seperti Nabi Muhammad saw, sahabat Nabi

saw, dan para waliyullah.

Adapun pendapat ulama yang melarang secara mutlak baik menggunakan

ayat–ayat Al–Qur’an yang dibuat jimat–jimat atau ditulis dan sebagainya dengan

berbagai macam pendapat, pendapat–pendapat tersebut ialah:

1. Bin Baz (Abdul Aziz) mengatakan bahwa meletakan Al–Qur’an dalam kendaraan

(Mobil) untuk mencari berkah (tabarruk) adalah sesuatu yang tidak beraras (tidak

ada asalnya) dalam syari’at islam. Dengan kata lain Abdul Aziz bin Baz
menyatakan bahwa perbuatan semacam itu (tabarruk) merupakan perbuatan

bid’ah.

2. Ibn Utsaimin mengatakan bahwa mengambil berkah dari kisa (kain yang

melingkar) ka’bah dan mengusap–usapnya termasuk perbuatan bid’ah karena

Nabi tidak pernah mengajarkannya.

Meskipun begitu tidak selayaknya bagi seorang muslim bersikap keras di

dalam mengingkari jimat–jimat jika berasal dari Al–Qur’an dan dzikrullah dalam

mencari berkah, atau menganggapnya merupakan kemungkaran yang harus di ubah

dengan tangan (kekuasaan), karena sudah menjadi keputusan bahwa : “Tidak (boleh)

ada pengingkaran dalam masalah–masalah Ijtihadiyah Khilafiyah (masalah–

masalah yang masih menjadi perbedaan pendapat dan berpeluang untuk melakukan

ijtihad)”. Walaupun hak setiap muslim yang puas dengan suatu pendapat untuk

membuktikan dalil yang kuat atas kebenaran pendapat yang dianutnya, dan

menerangkan kesalahan pendapat yang lain dengan cara yang lemah lembut dan

bijaksana tanpa mencela atau melukai hati orang lain dan tanpa di sertai kekerasan di

dalam menjelaskannya.

C. CARA MENDAPATKAN TABARRUK

Bagaimana cara mendapatkan Tabarruk yang benar sesuai syari’at , maka

dalam ulasan bagian keempat ini diketengahkan cara ber-tabarruk yang lain, yaitu

antara lain ber-tabarruk pada Masjid-Masjid ( Masjidil Haram, Masjidil Aqsha dan

Masjid Nabawi).
Tabarruk di Masjid

Ada sejumlah tempat yang oleh Allah subhanahu wa ta’ala dijadikan tempat

yang mengandung banyak kebaikan (barakah). Yakni apabila beramal di tempat

tersebut dengan ikhlas dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu’alaihi wa

sallam . Contohnya adalah masjid-masjid, di mana mencari barakahnya dengan

melaksanakan shalat lima waktu, beri’tikaf, menghadiri majelis ilmu, dan sebagainya

dengan cara-cara yang disyariatkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Perlu diketahui,

bertabarruk pada masjid-masjid itu bukanlah dengan cara mengusap-ngusap tembok

atau tanah masjid tersebut, atau yang hal-hal lain yang dilarang syariat.

Beberapa masjid yang mempunyai keutamaan dan keberkahan antara lain adalah

masjidil Haram di Makkah, masjid Nabawi di Madinah dan masjid Aqsa di

Yerussalam Palestina.

1. Tabarruk di Masjidil Haram di Makkah

Diantara keutamaan dan keberkahan masjidil Haram yang melingkupinya adalah :

a. Keutamaan shalat di dalamnya

Satu kali shalat di Masjidil Haram lebih utama daripada seratus ribu kali

shalat di masjid-masjid lainnya, selain masjid Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam

dan masjid Aqsha, sebagaimana di jelaskan dalam beberapa hadits.


Keutamaan shalat di Masjidil Haram itu tidak hanya terbatas pada shalat

fardhu, akan tetapi juga meliputi shalat-shalat sunnah secara keseluruhan,menurut

pendapat yang shahih. Namun perlu diketahui bahwa pelipat gandaan nilai ini hanya

terkait dengan masalah pahala dan ia tidak dapat menggantikan shalat-shalat yang

ditinggalkan sebelumnya.

Pahala yang semacam ini termasuk keberkahan terbesar yang Allah berikan

kepada Majidil Haram sebagai bwentuk pemuliaan.

b. Keutamaan amal-amal shalih yang dilakukan di dalamnya

Diantaranya adalah melakukan thawaf disekeliling ka’bah, ada beberapa

hadits yang diriwayatkan dalam sebagian kitab sunan yang menunjukkan besarnya

keutamaan thawaf dan ajujran agar memperbanyaknya.Thawaf itu sendiri membuat

Masjidil Haram menjadi istimewa.Dimana keistimewaan tersebut adalah

diperbolehkannya melakukan thawaf dan shalat pada setiap waktu. Sebagaimana

hadits Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam :

Sunan Tirmidzi 795: dari Jubair bin Muth'im berkata; "Nabi shallallahu 'alaihi

wasallam bersabda: 'Wahai Bani Abdu Manaf, janganlah kalian melarang orang yang

thowaf dan shalat di Ka'bah kapanpun dia suka, baik malam ataupun siang'."

c. Masjid yang pertama kali dibangun di muka bumi


Masjidil Haram memiliki keutamaan dan keberkahan karena masjid inilah

yang pertama kali dibangun di atas muka bumi.

Hal ini ditegaskan dalam firman Allah subhanahuwa ta’ala :

Allah ta’ala berfirman :

‫ض َع بَيْت أَو َل إِن‬ َ َ‫ِل ْلعَالَ ِمينَ َو ُهدًى ُمب‬


ِ ‫ار ًكا بِبَكةَ لَلذِي ِللن‬
ِ ‫اس ُو‬

Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia,

ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi

semua manusia (QS. Ali Imran : 96 )

2. Tabarruk Masjid Nabawi di Madinah

Diantara keberkahan dan keutamaan masjid Nabawi ini antara lain adalah :

a. Keutamaan shalat di dalamnya

Shalat di masjid utama mempunyai keutamaan yang lebih besar dibanding

dengan shalat di masjid-masjid lainnya,m kecuali shalat di Masjidil Haram, karena

apabila shalat di Masjid Nabawi ini nilainya adalah seribu kali maka shalat di masjid

lain hanya mempunyai nilai 1. Sedangkan kalau shalat di Masjidil Haram nilainya

seratus kali dibanding dengan nilai shalat di Masjid Nabawi. Atau sama dengan

100.000 kali dibanding bila shalat di Masjid-masjid lainnya.


Keutamaan shalat di Masjid Nabawi ini disebutkan oleh hadits Rasullullah

shallallahu’alaihi wa sallam :

Shahih Muslim 2469: dari Abu Hurairah dan sampai kepada Nabi shallallahu 'alaihi

wasallam, bahwa beliau bersabda: "Shalat di masjidku ini, lebih baik daripada

seribu shalat di tempat lain, kecuali di Masjidil Haram."

b. Keutamaan ruang yang terletak diantara bekas rumah dan mimbar

Rasullullah Shallallahu’alaihi wa sallam

Hal ini disebutkan oleh beliau shallallahu’alaihi wa sallam dalam hadits

riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim :

Shahih Bukhari 1120: dari 'Abdullah bin Zaid Al Maaziniy radliallahu 'anhu bahwa

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tempat yang ada diantara rumahku

dan mimbarku adalah raudhah (taman) diantara taman-taman surga".

Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah dalam Fathul Barri menerangkan bahwa

maksudnya, seperti taman Surga dalam hal turunnya rahmat dan perolehan

kebahagiaan yang dihasilkan dari mulazamah (selalu hadir) pada halaqah-halaqah

dzikir, terutama pada masa beliau shallallahu’alaihi wa sallam. Sehingga, sabda

beliau itu merupakan perumpamaan tanpa menggunakan kata bantu ( yaitu seperti).

Atau maknanya adalah mengerjalan ibadah di dalamnya mengantarkan ke Surga.

Sehingga sabda beliau tersebut merupakan majaz ( kiasan) atau memang zhahirnya
demikian, maksudnya bahwa ruang itu merupakan dalam artian taman yang hakiki (

sebenarnya), yaitu dengan beralihnya tempat tersebut kelak di akhirat ( Surga ).

c. Diperbolehkannya melakukan perjalanan (safar) ibadah kesana

Yang termasuk sebagai keutamaan dan keberkahan dari masjid Nabawi,

adalah sebagaimana juga keutamaan dan keberkahan Masjidil Haram, yaitu

diperbolehkannya orang-orang untuk melakukan perjalanan jauh ( safar) untuk ziarah

ibadah, padahal untuk berziarah ketempat-tempat lain tidak diperkenankan. Tentang

hal ini diksebutkan dalam hadits dasri riwayat Imam Bukhari :

Shahih Bukhari 1115: dari Qaza'ah berkata; Aku mendengar Abu Sa'id radliallahu

'anhu empat kali, berkata; Aku mendengar dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.

Dia (Abu Sa'id radliallahu 'anhu) pernah ikut berperang bersama Nabi shallallahu

'alaihi wasallam sebanyak dua belas kali peperangan. Dan diriwayatkan, telah

menceritakan kepada kami 'Ali telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Az

Zuhriy dari Sa'id dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi

wasallam bersabda: "Tidaklah ditekankan untuk berziarah kecuali untuk

mengunjungi tiga masjid, Masjidil Haram, Masjid Rasul shallallahu 'alaihi wasallam

dan Masjidil Aqsha".

Mengingat bahwa masjid Nabawi sebagaimana juga Masjidil Haram

mempunyai keutamaan dan keberkahan, maka keutamaan dan keberkahan tersebut


hanya dapat diperoleh oleh orang-orang yang melakukan ibadah yang disyari’atkan

yaitu sesuai petunjuk dari Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam.

3.Tabarruk di Masjidil Aqsha di Palestina

Masjid ibni memiliki banyak keutamaan dan keberkahan, yang diantaranya adalah :

a. Keutamaan dan berlipat gandanya pahala shalat di dalammnya.

Mengenai besarnya pahala shalat di dalamnya ada beberapa perbedaan dari

riwayat hadits . Ada yang menyebutkan bahwa melakukan shalat di dalamnya sama

dengan lima ratus kali shalat, dan ada pula yang meriwayatkan bahwa shalat di

dalamnya sama dengan seribu kali shalat.

b. Disunnahkan menziarahinya

Sebagaimana menziarhi Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, maka melakukan

perjalanan jauh (safar) ke Masjidil Aqsha dalam rangka ibadah yang disyari’atkan (

shalat, berdoa, berdzikir,membaca al-Qur’an dan berii’tikaf) termasuk yang

disunnahkan.

c. Adanya keberkahan disekeliling Masjidil Aqsha

Disekeliling Masjidil Aqsha diberkahi oleh Allah subhanahu wa ta’ala

sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya :


ُ ‫صى ْال َمس ِْج ِد إِلَى ْال َح َر ِام ْال َمس ِْج ِد ِمنَ لَي ًْل بِعَ ْب ِد ِه أَس َْرى الذِي‬
َ‫س ْب َحان‬ َ ‫ار ْكنَا الذِي ْاْل َ ْق‬
َ َ‫آَيَاتِنَا ِم ْن ِلنُ ِريَهُ َح ْولَهُ ب‬

‫( ِإنه‬1)‫ير الس ِمي ُع ه َُو‬


ُ ‫ص‬ِ ‫ْال َب‬

Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam

dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya

[847] agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran)

Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.( QS. Al-

Israa’:1)

d. Masjid kedua yang dibangun di muka bumi setelah Masjidil Haram

Masjidil Aqsha adalah masjid kedua yang dibangun sesudah Masjidil Haram

dalam rentang waktu empat puluh tahun. Hal ini ditegaskan dalam sebuah hadits

Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam :

Shahih Bukhari 3115: Abu Dzarr radliallahu 'anhu berkata; "Aku bertanya kepada

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, masjid apakah yang pertama di bangun di

muka bumi ini?". Beliau menjawab: "al-Masjidil Haram". Dia berkata, aku tanya

lagi; "Kemudian apa?". Beliau menjawab: "al-Masjidil Aqshaa". Aku bertanya lagi;

"Berapa lama selang waktu antara keduanya?". Beliau menjawab: "Empat puluh

tahun. Kemudian dimana saja kamu berada dan waktu shalat sudah datang maka

shalatlah, karena didalamnya ada keutamaan".


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pemaparan di atas, dapat kami tarik kesimpulan:

1. Barokah adalah rahasia ilahi dan limpahan rahmat yang dengannya Allah tambahkan

dan kembangkan amal baik dengan secara kontinyu bisa melakukan kemuliaan

pendekatan diri (taqorrub kepadanya). secara sederhana tabarruk atau ngalap berkah

bisa diartikan sebagai upaya seseorang untuk memperoleh kebaikan atau

keberuntungan dalam setiap lini kehidupannya

2. Mengenai hukum tabarruk, ulama’ berbeda pendapat dalam menetapkannya, sebegian

ulama’ membolehkannya dengan beberapa pengecualian dan sebagian yang lain

secara mutlak melarangnya.

B. SARAN

Dengan dibuatnya makalah ini mahasisawa diharapkan dapat memahami

bagaimana permasalahan tentang tabarruk yang terjadi di lingkungan masyarakat.


DAFTAR PUSTAKA

Al Hariri, Asy Syaihk Abdullah. 2002. Al Maqolaatis Sunniyyah Fi Dhalalati Ahmad Ibnu
Taimiyyah. Beirut: Da’arul Masaa’rih.

Al–Qardhawy, Yusuf. 1999. Sikap Islam Terhadap Ilham, Kasyaf, Mimpi, Jimat,
Perdukunan dan Jampi–Jampi. Jakarta: Bina Tsaqafah.

Gozali, Ahmad. 2009. “Tabarruk Terhadap Benda Keramat Dalam Prespektif Hukum
Islam: Studi Kasus Pada Masyarakat Kampung Duri Kecamatan Cengkareng”.
Skripsi, Universitas Islam Negeri (UIN) syarif hidayatullah, jakarta.

http://forum.dudung.net/index.php?topic=8975.15. Diunduh pada 08-12-2014.

http://albumpuisirindu.blogspot.co.id/2012/12/b-agaimanakah-cara-ber-tabarruk-
mencari.html

http://fadilmahmud.blogspot.co.id/2014/12/makalah-tabarruk.html

Anda mungkin juga menyukai