Anda di halaman 1dari 194

Pusat

P e n d i d ika n dan
PeIatihan
Pengawasan

Pe n ge / o / a a n
Xeuangan Desa
Pengelolaan Keuangan Desa

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENGAWASAN


BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN
PEMBANGUNAN
2016
Pengelolaan Keuangan Desa

Dikeluarkan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan


BPKP dalam rangka Diklat Teknis Substansi Pengelolaan
Keuangan Desa

Edisi Kedua : Tahun 2016

Penyusun : Adrian Puspawijaya, Ak.


Julia Dwi Nuritha Siregar
Narasumber : R.B. Bely Dj. Widodo, S.E.,
M.M. Pereviu : Drs. Syukri
Penyunting : Kusmayawati
Penata Letak : Riri Lestari,
Ak.

Pusdiklatwas BPKP
Jl. Beringin II, Pandansari, Ciawi, Bogor 16720
Telp. (0251) 8249001 ‐ 8249003
Fax. (0251) 8248986 ‐ 8248987
Email : pusdiklat@bpkp.go.id
Website : http://pusdiklatwas.bpkp.go.id
e‐Learning : http://lms.bpkp.go.id

Dilarang keras mengutip, menjiplak, atau menggandakan sebagian atau


seluruh isi modul ini, serta memperjualbelikan tanpa izin tertulis dari
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan BPKP
Kata Pengantar

Setiap pegawai harus memiliki kompetensi yang layak untuk dapat menjalankan tugas
dan tanggung jawabnya. Kompetensi yang selalu dimutakhirkan dan ditingkatkan akan
menjadikan seseorang menjadi mahir dan mampu menghadapi lingkungan yang selalu
berubah. Salah satu cara untuk memutakhirkan dan meningkatkan kompetensi adalah dengan
mengikuti pendidikan dan pelatihan (diklat).

Pusdiklatwas BPKP adalah salah satu unit kerja BPKP yang memiliki tugas pokok dan
fungsi melaksanakan diklat. Dalam rangka melaksanakan mandat Peraturan Pemerintah
Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil,
Pusdiklatwas BPKP berkomitmen memberikan yang terbaik bagi para peserta diklat.
Kurikulum dan bahan ajar dirancang dengan memperhatikan praktik di
kementerian/lembaga dan pemerintah daerah, sehingga materi diklat dalam proses
pembelajaran adalah cerminan penerapan ilmu pengetahuan di lapangan. Dengan demikian,
peserta diklat diharapkan mampu menerapkan hasil pendidikan dan pelatihan pada
instansinya.

Modul pelatihan ini adalah salah satu bahan ajar tertulis, selain menjadi acuan pada
proses pembelajaran juga diharapkan dapat menjadi acuan pada tempat kerja para peserta
diklat. Namun modul bukan satu‐satunya referensi yang berkenaan dengan substansi materi,
bahan ajar lain yang disampaikan oleh instruktur merupakan pengayaan materi diklat. Peserta
diklat juga diharapkan tetap memperkaya dengan referensi lainnya.

Meskipun modul ini telah disusun dengan proses evaluasi dan reviu, kami menyadari
perbaikan terus menerus masih perlu dilakukan. Untuk itu, kami mengharapkan saran
perbaikan untuk menjadikan modul ini lebih bermanfaat.

Akhir kata, kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi atas
terbitnya modul ini.

Ciawi, 31 Desember
2016 Kepala Pusdiklat Pengawasan
BPKP

Slamet Hariadi

PengelolaanKeuanganDesa i
i 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Daftar Isi

Kata Pengantar.........................................................................................i
Daftar Isi................................................................................................iii
Tinjauan Diklat.........................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................1
B. Kompetensi Dasar......................................................................1
C. Indikator Keberhasilan.................................................................1
D. Sistematika Modul......................................................................2
E. Metode Pembelajaran.................................................................3
BAB II DESA DAN KEUANGAN DESA..............................................................5
A. Sejarah, Kedudukan Dan Kewenangan Desa........................................5
B. Pengelolaan Keuangan Desa.........................................................11
C. Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Pemerintahan Desa........................13
D. Soal dan Latihan......................................................................21
BAB III PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA.................................................23
A. Gambaran Umum Perencanaan Desa..............................................23
B. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa)..................24
C. Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP DESA).....................................30
D. Batasan (Prioritas) Belanja Desa...................................................40
E. Soal dan Latihan......................................................................46
BAB IV PENGANGGARAN KEUANGAN DESA....................................................47
A. Gambaran Umum Penganggaran Keuangan Desa.................................47
B. Proses Penyusunan APB Desa........................................................48
C. Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa)..................50
D. Kode Rekening.........................................................................71
E. Perubahan APB Desa..................................................................79
F. Soal dan Latihan......................................................................84
BAB V PELAKSANAAN KEUANGAN DESA.......................................................87
A. Pelaksanaan Pendapatan Desa......................................................87
B. Pelaksanaan Belanja Desa...........................................................97
C. Penyelenggaraan Kewajiban Perpajakan........................................105
D. Pengadaan Barang dan Jasa (PBJ Desa)..........................................110
E. Pelaksanaan Pembiayaan Desa....................................................113
F. Soal dan Latihan.....................................................................113

PengelolaanKeuanganDesa iii
BAB VI PENATAUSAHAAN KEUANGAN DESA.................................................115
A. Penatausahaan Pendapatan Desa.................................................115
B. Penatausahaan Belanja Desa......................................................117
C. Penatausahaan Pembiayaan Desa.................................................123
D. Dokumen Penatausahaan Keuangan Desa........................................123
E. Laporan Bendahara Desa...........................................................132
F. Laporan Pelaksana Kegiatan.......................................................134
G. Soal dan Diskusi......................................................................134
BAB VII PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DESA..................135
A. Pelaporan Keuangan Pemerintah Desa...........................................135
B. Pertanggungjawaban Keuangan Pemerintah Desa..............................141
C. Informasi Kepada Masyarakat.....................................................149
D. Laporan Tingkat Pemerintah Kabupaten/Kota..................................150
E. Soal dan Diskusi......................................................................154
BAB VIII PENGAWASAN KEUANGAN DESA......................................................155
A. Pihak‐Pihak Terkait yang Melakukan Pengawasan Terhadap Pengelolaan
Keuangan Desa.......................................................................155
B. Pola Pengawasan yang Dilakukan oleh Inspektorat Kabupaten/Kota........157
C. Tahapan Audit atas Pengelolaan Keuangan Desa...............................157
Daftar Istilah........................................................................................159
Referensi Regulasi.................................................................................163

i 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Tinjauan Diklat

A. Nomor
UU LATAR 6BELAKANG
Tahun 2014 (UU Desa) beserta peraturan pelaksanaannya telah
mengamanatkan pemerintah desa untuk lebih mandiri dalam mengelola pemerintahan dan
berbagai sumber daya alam yang dimiliki, termasuk di dalamnya merencanakan pembangunan
desa serta mengelola keuangan dan kekayaan milik desa. Semua itu terangkum dalam suatu
siklus pengelolaan keuangan desa yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban keuangan desa. Perencanaan
pembangunan desa dituangkan dalam RPJMDesa dan RKPDesa sedangkan rencana keuangan
tahunan pemerintahan desa dituangkan dalam APBDesa.

Dalam siklus tersebut, mencakup pelaksanaan dari wewenang dan tanggung jawab yang
dimiliki oleh desa. Sehingga dalam praktiknya, aparatur pemerintah desa dituntut untuk
dapat memahami dan mengelola keuangan desa dengan baik dan benar sesuai dengan
ketentuan perundang‐ undangan yang berlaku. Namun karena keterbatasan kualitas SDM
yang dimiliki oleh pemerintah desa, maka APIP selaku pengemban fungsi pembinaan harus
mampu memberikan konsultansi, misalnya dalam bentuk asistensi dan bimbingan teknis, agar
keuangan desa dapat dikelola dengan baik, transparan, dan akuntabel. Modul ini disusun
untuk membekali APIP sehingga memiliki pengetahuan terkait pengelolaan keuangan desa,
sekaligus juga mampu melaksanakan penugasan konsultansi dimaksud.

B. KOMPETENSI
Kompetensi DASAR
dasar yang diharapkan setelah mempelajari Modul Pengelolaan Keuangan Desa
adalah peserta diklat dapat menjelaskan konsep‐konsep pengelolaan keuangan desa serta
dapat melaksanakan penugasan konsultansi kepada pemerintah desa mengenai pengelolaan
keuangan desa.

C. INDIKATOR
Penanda tercapainyaKEBERHASILAN
kompetensi yang diharapkan yaitu peserta diklat memiliki pengetahuan dan
mampu menjelaskan mengenai:

PengelolaanKeuanganDesa 1
 Kedudukan dan kewenangan desa, gambaran umum pengelolaan keuangan desa,
SOTK pemerintahan desa serta pihak‐pihak terkait termasuk tugas dan
tanggungjawabnya.

 Gambaran umum perencanaan desa, RPJM Desa berserta penyusunannya, RKP Desa
berserta penyusunannya dan juga batasan/prioritas penggunaan Dana Desa.

 Konsep penganggaran; proses penyusunan APB Desa; Struktur APB Desa yang terdiri
dari Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan; Kode Rekening serta proses perubahan APB
Desa.

 Menjelaskan konsep‐konsep pelaksanaan pendapatan desa, belanja desa, dan


pembiayaan desa.

 Memahami proses pencatatan dokumen dan formulir dalam pelaksanaan keuangan


desa yang meliputi pendapatan desa, belanja desa, dan pembiayaan desa.

 Memahami proses penyusunan Pelaporan dan pertanggungjawaban keuangan desa.

 Menjelaskan proses dan mekanisme Pengawasan keuangan desa terkait pelaksana


pengawasan dan ruang lingkupnya masing‐masing sesuai regulasi yang berlaku

D. SISTEMATIKA MODUL
Modul Pengelolaan Keuangan Desa disajikan dengan sistematika sebagai

berikut: Bab I Tinjauan Diklat

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, kompetensi dasar untuk


memahami modul, indikator keberhasilan, sistematika modul serta metode
pembelajaran

Bab II Desa dan Keuangan Desa

Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum desa beserta pengelolaan


keuangan terkait siklus keuangan desa, pelaku/subjek pengelola keuangan
serta .

Bab III Perencanaan Pembangunan Desa

Bab ini menjelaskan tentang proses penyusunan RPJM Desa, RKP Desa serta prioritas
2 2 016 | Pu s d i k l a t w as
pembangunan desa.

PengelolaanKeuanganDesa 3
Bab IV Penganggaran Keuangan Desa

Bab ini menjelaskan tentang proses penganggaran, struktur APB Desa berupa
pendapatan, belanja dan pembiayaan serta perubaha APB Desa.

Bab V Pelaksanaan Keuangan Desa

Bab ini menjelaskan tentang pelaksanaan pendapatan desa, belanja desa,


pembiayaan desa, dan kode rekening.

Bab VI Penatausahaan Keuangan Desa

Bab ini menjelaskan tentang dokumen penatausahaan dan proses penatausahaan


pendapatan desa, belanja desa, dan pembiayaan desa.

Bab VII Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa

Bab ini menjelaskan tentang jenis‐jenis laporan pengelolaan keuangan desa.

Bab VIII Pengawasan Keuangan Desa

Bab ini menjelaskan tentang subjek pengawasan fungsional keuangan desa,


ruang lingkup pengawasan keuangan dan mekanismenya secara umum.

E. METODE PEMBELAJARAN

Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran adalah melalui pemaparan, tanya
jawab dan diskusi, serta latihan soal.
~

4 2 016 | Pu s d i k l a t w as
PengelolaanKeuanganDesa 5
BAB
II DESA DAN KEUANGAN
DESA

Indikator Keberhasilan:
Setelah mempelajari bab ini, Peserta diklat diharapkan mengenai kedudukan dan kewenangan
A. desa,
SEJARAH,
gambaranKEDUDUKAN DAN keuangan
umum pengelolaan KEWENANGAN DESA
desa, SOTK pemerintahan desa serta pihak‐pihak
terkait termasuk tugas dan tanggungjawabnya.
Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau
hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

Penyebutan ‘desa’ disesuaikan dengan penyebutan yang berlaku di daerah setempat. Sebutan
lain untuk desa misalnya ‘huta/nagori’ di Sumatera Utara, ‘gampong’ di Aceh, ‘nagari’ di
Minangkabau, ‘marga’ di Sumatera bagian selatan, ‘tiuh’ atau ‘pekon’ di Lampung, ‘desa
pakraman/desa adat’ di Bali, ‘lembang’ di Toraja, ‘banua’ dan ‘wanua’ di Kalimantan,
dan ‘negeri’ di Maluku.

Desa telah ada sebelum Negara Kesatuan Republik Indonesia terbentuk. Sebagai bukti
keberadaannya, Penjelasan Pasal 18 Undang‐Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 (sebelum perubahan) menyebutkan bahwa “Dalam territori Negara Indonesia
terdapat lebih kurang 250 “Zelfbesturende landschappen” dan “Volksgemeenschappen”, seperti
desa di Jawa dan Bali, nagari di Minangkabau, dusun dan marga di Palembang, dan sebagainya.
Daerah‐daerah itu mempunyai susunan asli dan oleh karenanya dapat dianggap sebagai
daerah yang bersifat istimewa. Negara Republik Indonesia menghormati kedudukan daerah‐
daerah istimewa tersebut dan segala peraturan negara yang mengenai daerah‐daerah itu akan
mengingati hak‐hak asal usul daerah tersebut. Oleh sebab itu, keberadaannya wajib tetap
diakui dan diberikan jaminan keberlangsungan hidupnya dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

Dalam sejarah pengaturan desa, telah ditetapkan beberapa pengaturan tentang desa, yaitu:

 Undang‐Undang Nomor 22 Tahun 1948 tentang Pokok Pemerintahan Daerah;

 Undang‐Undang Nomor 1 Tahun 1957 tentang Pokok‐Pokok Pemerintahan Daerah;

6 2 016 | Pu s d i k l a t w as
 Undang‐Undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang Pokok‐Pokok Pemerintahan Daerah;

 Undang‐Undang Nomor 19 Tahun 1965 tentang Desa Praja Sebagai Bentuk Peralihan
Untuk Mempercepat Terwujudnya Daerah Tingkat III di Seluruh Wilayah Republik
Indonesia;

 Undang‐Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok‐Pokok Pemerintahan di Daerah;

 Undang‐Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa;

 Undang‐Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah:

 Undang‐Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; dan

 Undang‐Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

UU Desa disusun dengan semangat penerapan amanat konstitusi, berupa pengakuan


terhadap kesatuan masyarakat hukum adat sebagaimana tertuang dalam Pasal 18B ayat (2)
yang berbunyi “Negara mengakui dan menghormati kesatuan‐kesatuan masyarakat hukum
adat beserta hak‐hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan
masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang‐
undang” dan ketentuan Pasal 18 ayat (7) yang menegaskan bahwa “Susunan dan tata cara
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah diatur dalam undang‐undang”.

Berdasarkan kedua pasal tersebut, asas rekognisi dan subsidiaritas disepakati bahwa dalam UU
Desa sebagai asas nomor satu dan dua. Asas rekognisi yaitu pengakuan terhadap hak asal
usul; sedangkan subsidiaritas, yaitu penetapan kewenangan berskala lokal dan pengambilan
keputusan secara lokal untuk kepentingan masyarakat desa. Azas ini memiliki konstruksi
menggabungkan fungsi self‐governing community dengan local self government. Hal ini
diharapkan kesatuan masyarakat hukum adat yang selama ini merupakan bagian dari wilayah
desa, ditata sedemikian rupa menjadi desa dan desa adat. Desa dan desa adat memiliki fungsi
pemerintahan, keuangan desa, pembangunan desa, serta mendapat fasilitasi dan
pembinaan dari pemerintah kabupaten/kota. Dalam posisi seperti ini, desa dan desa adat
mendapat perlakuan yang sama dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

PengelolaanKeuanganDesa 7
Tabel 2.1
Jenis‐Jenis Tipe/Kedudukan Desa

Tipe/Kedudukan Azas Gambaran

Desa Adat Rekognisi Desa hanya sebagai kesatuan masyarakat (Self


(pengakuan dan Governing Community); Otonomi Asli atau otonomi
penghormatan) bawaan, desa tidak menjalankan tugas administrasi
dari negara, desa memperoleh bantuan dari negara.

Desa Otonom Desentralisasi Desa sebagai unit pemerintahan lokal yang otonom
(Local Self Government) seperti daerah, desa
memperoleh dana dari APBN.

Desa Administratif Delegasi (tugas Desa sebagai unit administratif atau kepanjangan
pembantuan) tangan negara (Local State Government).

Sesuai Pasal 4 UU Desa, Pengaturan Desa bertujuan:

a. Memberikan pengakuan dan penghormatan atas desa yang sudah ada dengan
keberagamannya sebelum dan sesudah terbentuknya Negara Kesatuan Republik
Indonesia;

b. Memberikan kejelasan status dan kepastian hukum atas desa dalam sistem
ketatanegaraan Republik Indonesia demi mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat
Indonesia;

c. Melestarikan dan memajukan adat, tradisi, dan budaya masyarakat desa;

d. Mendorong prakarsa, gerakan, dan partisipasi masyarakat desa untuk


pengembangan potensi dan aset desa guna kesejahteraan bersama;

e. Membentuk pemerintahan desa yang profesional, efisien dan efektif, terbuka, serta
bertanggung jawab

f. Meningkatkan pelayanan publik bagi warga masyarakat desa guna mempercepat


perwujudan kesejahteraan umum;

g. Meningkatkan ketahanan sosial budaya masyarakat desa guna mewujudkan masyarakat


desa yang mampu memelihara kesatuan sosial sebagai bagian dari ketahanan
nasional;

h. Memajukan perekonomian masyarakat desa serta mengatasi kesenjangan pembangunan


nasional; dan

8 2 016 | Pu s d i k l a t w as
i. Memperkuat masyarakat desa sebagai subjek pembangunan.

PengelolaanKeuanganDesa 9
Diharapkan konsep pemerintahan desa ini dapat menumbuhkan prakarsa dan kreativitas
masyarakat serta dapat mendorong peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan
dengan memanfaatkan sumber daya dan potensi yang tersedia yang pada gilirannya
mewujudkan kesejahteraan umum.

Kedudukan Desa

Desa berkedudukan tidak hanya di wilayah kabupaten, namun bisa juga berkedudukan di
wilayah kota. Menurut Permendagri nomor 56 Tahun 2015 tentang Kode dan Data Wilayah
Administrasi Pemerintahan, terdapat sebanyak 74.754 desa. Desa ini tersebar di 33
Provinsi atau 434 kabupaten/kota. Jumlah ini meningkat dibandingkan dengan tahun
sebelumnya yang diatur dalam Permendagri nomor 39 Tahun 2015 dimana berjumlah
sebanyak 74.093 desa, atau terjadi peningkatan sebanyak 661 desa. Jumlah desa memiliki
kecenderungan untuk selalu meningkat melalui pemekaran atau pun peralihan status.
Peralihan status terjadi misalnya dari kelurahan menjadi desa atau desa adat menjadi desa.
Di balik laju penambahan jumlah desa, ternyata terdapat juga desa yang mengalami
penghapusan karena kejadian tertentu misalnya yang terjadi pada desa di Kabupaten
Sumedang yang dihapuskan karena digenangi waduk.

Keberadaan desa ditetapkan dalam bentuk peraturan daerah. Perda ini selanjutnya dievaluasi
gubernur, dan diundangkan setelah mendapat nomor registrasi dari gubernur dan kode desa
dari Menteri Dalam Negeri.

Perbedaan Desa dan Kelurahan

Satuan pemerintahan terkecil NKRI sebagai ujung tombak pelayanan masyarakat adalah
pemerintah desa dan kelurahan. Wilayah Indonesia akan terbagi habis dalam bentuk desa atau
kelurahan. Namun, terdapat beberapa perbedaan mendasar antara keduanya. Berikut
beberapa rincian perbedaan antara desa dan kelurahan.

Tabel 2.1
Perbedaan Desa dan
Kelurahan
Aspek Desa Kelurahan
Mata Mayoritas mata pencaharian Mayoritas mata pencaharian di
Pencaharian agraris, lebih homogen sektor jasa/industri dan lebih
penduduk heterogen
Kedudukan Desa bukan bagian Kelurahan bagian dari Pemerintah
Pemerintahan Daerah (Bukan Daerah (unit kerja/SKPD)

10 2 016 | Pu s d i k l a t w as
SKPD/unit kerja)

PengelolaanKeuanganDesa 1
Aspek Desa Kelurahan
Pemilihan Kepala Desa dipilih langsung Lurah ditunjuk/ dipilih oleh Kepala
pemimpin dari masyarakat Daerah
Pengawasan Di bawah pengawasan BPD Tidak memiliki BPD, pengawasan
(perwakilan dari masyarakat) langsung oleh Pemda
Status Aparatnya bukan PNS/ASN Seluruh Aparatnya merupakan
kepegawaian PNS/ASN
Pembiayaan Sumber pendapatan terdiri dari Sumber pendapatan untuk pengeluaran/
PA Desa, Dana Desa, ADD, belanja berasal dari pemda
Bantuan Keuangan
Anggaran Rencana Keuangan Tahunan => Rencana Keuangan Tahunan =>
Keuangan APB Desa DPA (bagian dari APBD)
Regulasi Pengelolaan keuangannya mengacu Pengelolaan keuangannya mengacu
keuangan Permendagri 113 Tahun 2014 (saat Permendagri 13 Tahun 2006 dan
ini) perubahannya (saat ini)
Regulasi PBJ Pengadaan B/J merujuk pada Pengadaan B/J merujuk pada Perpres
Perka LKPP Nomor 13 Tahun 2013 54 Tahun 2010 beserta
jo Perka LKPP Nomor 22 Tahun perubahannya
2015

Kelurahan merupakan bagian dari pemerintah daerah sehingga kewenangan dan


aturan/regulasinya merujuk secara keseluruhan pada peraturan pemerintahan daerah. Hal ini
berbeda dengan desa yang memiliki kewenangan dan aturan/regulasi tersendiri khusus
pemerintahan desa yang berbeda dengan ketentuan pemerintahan daerah. Terkait
pendapatan, hal yang menjadi perbedaan mendasar dan merupakan sesuatu yang
membuat desa saat ini menjadi sorotan adalah Dana Desa yang berasal dari 10% Dana
Transfer ke Daerah (APBN). Kelurahan tidak mendapat Dana Desa, semua
pengeluaran/belanjanya berasal dari Pemerintah Daerah (APBD).

Kewenangan Desa

Kewenangan desa adalah kewenangan yang dimiliki desa. Kewenangan desa meliputi:

a. Kewenangan berdasarkan hak asal usul;

b. Kewenangan lokal berskala desa;

c. Kewenangan yang ditugaskan oleh pemerintah, pemerintah daerah provinsi, atau


pemerintah daerah kabupaten/kota; dan

12 2 016 | Pu s d i k l a t w as
d. Kewenangan lain yang ditugaskan oleh pemerintah, pemerintah daerah provinsi,
atau pemerintah daerah kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang‐ undangan.

“Hak Asal Usul” adalah hak yang merupakan warisan yang masih hidup dan prakarsa desa
atau prakarsa masyarakat desa sesuai dengan perkembangan kehidupan masyarakat, antara
lain sistem organisasi masyarakat adat, kelembagaan, pranata dan hukum adat, tanah kas
desa, serta kesepakatan dalam kehidupan masyarakat desa.

“Kewenangan Lokal Berskala Desa” adalah kewenangan untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat desa yang telah dijalankan oleh desa atau mampu dan efektif
dijalankan oleh desa atau yang muncul karena perkembangan desa dan prakasa masyarakat
desa, antara lain tambatan perahu, pasar desa, tempat pemandian umum, saluran irigasi,
sanitasi lingkungan, pos pelayanan terpadu, sanggar seni dan belajar, serta perpustakaan
desa, embung desa, dan jalan desa.

Pelaksanaan kewenangan berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal berskala desa
dibiayai oleh APB Desa. Sedangkan kewenangan yang ditugaskan, dibiayai oleh pemerintah
yang memberi penugasan.

Pengaturan kewenangan desa merujuk pada PP nomor 43 Tahun 2014 jo PP nomor 47 Tahun
2015 pasal 34 ayat 3 dan pasal 39 disebutkan berada pada Kemendagri. Regulasi
turunannya adalah Permendagri nomor 44 Tahun 2016 tentang Kewenangan Desa. Dengan
regulasi ini, maka regulasi sebelumnya yaitu Peraturan Menteri Desa PDTT nomor 1 Tahun
2015 tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul dan Kewenangan Lokal
Berskala Desa menjadi tidak berlaku lagi.

Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan kewenangan desa selanjutnya ditindak lanjuti
oleh bupati/walikota yang akan menetapkan daftar kewenangan berdasarkan hak asal‐
usul dan kewenangan lokal berskala desa. Selanjutnya, berdasarkan peraturan
bupati/walikota tersebut, pemerintah desa menetapkan peraturan desa tentang kewenangan
desa sesuai dengan situasi, kondisi dan kebutuhan lokal desa yang bersangkutan.

Pemerintah Supra Desa

Walaupun desa bukan bagian pemerintahan secara langsung dari pemerintah daerah (bukan
unit kerja/SKPD Pemda), namun desa tetap memiliki hubungan koordinasi dan administratif
dengan

PengelolaanKeuanganDesa 1
pemerintahan yang ada di atasnya yang disebut sebagai pemerintah supra desa. Pemerintah
Supra Desa terdiri dari Pemerintah Kecamatan, Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah
Provinsi dan Pemerintah Pusat. Setiap jenjang tingkatan pemerintah supra desa memiliki
fungsi pengawasan dan pembinaan kepada pemerintah desa sebagaimana di atur dalam UU
Desa. Bentuk pembinaan dan pengawasan yang dilakukan pemerintah supra desa antara
lain memberikan panduan/pedoman, bimbingan dan supervisi, pembinaan peningkatan
kapasitas, hingga melakukan fasilitasi dan pengawasan atas penyelenggaraan
pemerintahan desa.

B. PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

Pengertian Keuangan Desa menurut UU Desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang
dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang
berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban desa. Hak dan kewajiban tersebut
menimbulkan pendapatan, belanja, pembiayaan yang perlu diatur dalam pengelolaan
keuangan desa yang baik. Siklus pengelolaan keuangan desa meliputi perencanaan,
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban, dengan periodisasi 1
(satu) tahun anggaran, terhitung mulai tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember.

Gambaran rincian proses Siklus Pengelolaan Keuangan Desa adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1
Siklus Pengelolaan Keuangan Desa

14 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Setiap tahapan proses pengelolaan keuangan desa tersebut memiliki aturan‐aturan yang harus
dipahami dan dilaksanakan sesuai dengan batasan waktu yang telah ditentukan.

Untuk memahami pengelolaan keuangan desa secara utuh, berikut disajikan gambaran umum
pengelolaan keuangan desa dikaitkan dengan pemerintah pusat/provinsi/kabupaten/kota, subjek
pelaksananya di desa, struktur APB Desa, laporan dan lingkungan strategis berupa
ketentuan yang mengaturnya.

Gambar 2.2
Gambaran Umum Pengelolaan Keuangan Desa

Keuangan Desa dikelola berdasarkan praktik‐praktik pemerintahan yang baik. Asas‐asas


Pengelolaan Keuangan Desa sebagaimana tertuang dalam Permendagri Nomor 113 Tahun 2014
yaitu transparan, akuntabel, partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran.
Uraiannya sebagai berikut:

1. Transparan yaitu prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk mengetahui


dan mendapat akses informasi seluas‐luasnya tentang keuangan desa. Asas yang
membuka

PengelolaanKeuanganDesa 1
diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan
tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan pemerintahan desa dengan tetap
memperhatikan ketentuan peraturan perundang‐undangan;

2. Akuntabel yaitu perwujudan kewajiban untuk mempertanggung‐jawabkan pengelolaan


dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan dalam
rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Asas akuntabel yang menentukan
bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir kegiatan penyelenggaraan pemerintahan desa
harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat desa sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang‐ undangan;

3. Partisipatif yaitu penyelenggaraan pemerintahan desa yang mengikutsertakan


kelembagaan desa dan unsur masyarakat desa;

4. Tertib dan disiplin anggaran yaitu pengelolaan keuangan desa harus mengacu pada
aturan atau pedoman yang melandasinya.

Beberapa disiplin anggaran yang perlu diperhatikan dalam Pengelolaan Keuangan Desa yaitu:

 Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara rasional


yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan belanja yang
dianggarkan merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja;

 Pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan


dalam jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan yang belum
tersedia atau tidak mencukupi kredit anggarannya dalam APB Desa/Perubahan APB
Desa;

 Semua penerimaan dan pengeluaran desa dalam tahun anggaran yang bersangkutan
harus dimasukan dalam APB Desa dan dilakukan melalui Rekening Kas Desa.

C. SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA

Desa dipimpin oleh seorang kepala desa (atau sebutan lainnya). Kepala desa memegang
jabatan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pelantikan. Kepala desa dipilih
langsung oleh masyarakat desa. Dalam menjalankan pemerintahan, kepala desa didukung
sekretariat desa. Sekretariat desa dipimpin oleh sekretaris desa. Sekretaris desa dalam
melaksanakan tugasnya dibantu oleh kepala urusan (kaur). Sesuai pasal 62 PP Nomor 43
Tahun 2014 jo PP 47 Tahun 2015

16 2 016 | Pu s d i k l a t w as
dinyatakan bahwa sekretaris desa dibantu paling banyak terdiri dari 3 (tiga) bidang urusan,
yaitu Keuangan; Perencanaan; dan Tata Usaha dan Umum.

Secara umum, dikarenakan terbatasnya jumlah SDM maka kepala urusan keuangan dapat
merangkap sebagai bendahara desa sedangkan kepala urusan umum merangkap sebagai
pengurus kekayaan milik (aset) Desa.

Kotak 2.1: Sekretaris Desa haruskah PNS?


Pelaksana Wilayah
Berbeda dengan regulasi sebelumnya (PP Nomor 72 Tahun 2005) yang menyebutkan
Sekretaris Desa diisi dari Pegawai Negeri Sipil, PP Nomor 43 Tahun 2014 jo PP Nomor 47
Pelaksana
Tahun 2015Kewilayahan
memberikanmerupakan
kewenanganunsur pembantu
kepada kepala kepala desa mengangkat
desa untuk sebagai satuan
dan tugas
memberhentikan
kewilayahan. perangkat
Jumlah pelaksanadesa (termasukditentukan
kewilayahan di dalamnya
secarasekretaris desa)
proporsional setelah
antara pelaksana
dikonsultasikan dengan camat. Tidak ada lagi persyaratan status sekretaris desa harus diisi
kewilayahan yang dibutuhkan dan kemampuan keuangan desa. Contoh pelaksana wilayah
PNS, bahkan jika PNS yang terpilih menjadi perangkat desa, yang bersangkutan dibebaskan
disementara
beberapadaridaerah diberi nama
jabatannya selamakepala dusun
menjadi atau kepala
perangkat jorong.
desa tanpa Banyaknya
kehilangan hak jumlah
sebagai kepala
dusun disesuaikan dengan jumlah kewilayahan yang ada.

Pelaksana Teknis

Pelaksana Teknis merupakan unsur pembantu kepala desa sebagai pelaksana tugas
operasional. Pelaksana teknis sesuai PP Nomor 43 Tahun 2014 jo PP Nomor 47 Tahun 2015
pasal 64 paling banyak terdiri atas 3 (tiga) seksi, yaitu Seksi Pemerintahan, Seksi
Kesejahteraan dan Seksi Pelayanan.

Ketentuan secara teknis mengenai SOTK Desa diatur dalam Permendagri Nomor 84 Tahun
2015 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa.

Struktur Pengelolaan Keuangan Desa

Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa dipegang oleh Kepala Desa, namun demikian
dalam pelaksanaannya, kekuasaan tersebut sebagian dikuasakan kepada perangkat desa
sehingga pelaksanaan pengelolaan keuangan dilaksanakan secara bersama‐sama oleh Kepala
Desa dan

PengelolaanKeuanganDesa 1
Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD). Ilustrasi Struktur Organisasi Pengelolaan
Keuangan disandingkan dengan SOTK pada pemerintah desa dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.3
Ilustrasi SOTK Pemerintah Desa dan PTPKD

Dalam siklus pengelolaan keuangan desa, tanggung jawab dan tugas dari Kepala Desa sebagian
diserahkan kepada Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa. PTPKD terdiri dari Sekretaris
Desa, Kepala Seksi dan Bendahara Desa. Uraian lebih lanjut kewenangan Kepala Desa dan
PTPKD diuraikan sebagai berikut:

1. Kepala Desa

Kepala Desa adalah Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa dan mewakili
pemerintah desa dalam kepemilikan kekayaan milik desa yang dipisahkan. Dalam hal ini,
Kepala Desa memiliki kewenangan:

a. Menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APB Desa;

b. Menetapkan Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD);

c. Menetapkan petugas yang melakukan pemungutan penerimaan desa;

18 2 016 | Pu s d i k l a t w as
d. Menyetujui pengeluaran atas kegiatan yang ditetapkan dalam APB Desa;

e. Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban APB Desa.

Kepala Desa memegang jabatan selama 6 (enam) tahun terhitung tanggal pelantikan dan
dapat menjabat paling lama 3 (tiga) kali masa jabatan secara berturut‐turut atau tidak
secara berturut‐turut. Dalam melaksanakan kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa,
Kepala Desa menguasakan sebagian kekuasaannya kepada perangkat desa.

2. Sekretaris Desa

Sekretaris Desa selaku Koordinator PTPKD membantu Kepala Desa dalam


melaksanakan pengelolaan keuangan desa, dengan tugas:

a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan APB Desa;

b. Menyusun rancangan peraturan desa mengenai APBDesa, perubahan APB Desa


dan pertanggungjawaban pelaksanaan APB Desa;

c. Melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan


dalam APB Desa;

d. Menyusun pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan APB Desa;

e. Melakukan verifikasi terhadap Rencana Anggaran Biaya (RAB), bukti‐ bukti


penerimaan dan pengeluaran APB Desa (SPP).

Sekretaris Desa mendapatkan pelimpahan kewenangan dari Kepala Desa dalam


melaksanakan Pengelolaan Keuangan Desa, dan bertanggungjawab kepada Kepala Desa.

3. Kepala Seksi

Kepala Seksi merupakan salah satu unsur dari PTPKD yang bertindak sebagai
pelaksana kegiatan sesuai dengan bidangnya. Sesuai pasal 64 PP Nomor 43 Tahun
2014 jo Nomor 47 Tahun 2015 serta Permendagri Nomor 84 Tahun 2015 tentang
SOTK Pemerintahan Desa dinyatakan bahwa desa paling banyak terdiri dari 3 (tiga)
seksi.

PengelolaanKeuanganDesa 1
Kepala Seksi mempunyai tugas:

a. Menyusun RAB kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya;

b. Melaksanakan kegiatan dan/atau bersama Lembaga Kemasyarakatan Desa yang


telah ditetapkan di dalam APB Desa;

c. Melakukan tindakan pengeluaran yang menyebabkan atas beban anggaran belanja


kegiatan;

d. Mengendalikan pelaksanaan dengan melakukan pencatatan dalam Buku Pembantu


Kas Kegiatan;

e. Melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan kepada Kepala Desa;

f. Mengajukan SPP dan melengkapinya dengan bukti‐bukti pendukung atas beban


pengeluaran pelaksanaan kegiatan.

4. Bendahara Desa

Bendahara Desa merupakan salah satu unsur dari PTPKD yang dijabat oleh kepala/staf
urusan keuangan dan memiliki tugas untuk membantu Sekretaris Desa. Bendahara Desa
mengelola keuangan desa yang meliputi penerimaan pendapatan desa dan
pengeluaran/pembiayaan dalam rangka pelaksanaan APB Desa. Penatausahaan dilakukan
dengan menggunakan Buku Kas Umum, Buku Kas Pembantu Pajak, dan Buku Bank.
Penatausahaan yang dilakukan antara lain meliputi yaitu:

a. Menerima, menyimpan, menyetorkan/membayar;

b. Memungut dan menyetorkan PPh dan pajak lainnya;

c. Melakukan pencatatan setiap penerimaan dan pengeluaran serta melakukan


tutup buku setiap akhir bulan secara tertib;

d. Mempertanggungjawabkan uang melalui laporan pertanggungjawaban.

20 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Kotak 2.2: Regulasi tingkat Desa (Peraturan di Desa)
Pemerintah desa wajib menyelenggarakan pengelolaan keuangan dengan tertib dan
sesuai dengan ketentuan. Oleh karenanya pemerintah desa perlu menyusun berbagai
peraturan di tingkat desa dalam bentuk peraturan desa. Amanat dari regulasi untuk
menyusun Peraturan Desa adalah sebagai berikut:
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, sebagaimana diamanatkan dalam UU Nomor
6 Tahun 2014 Pasal 73;
b. RPJM Desa, sebagaimana diamanatkan dalam UU Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 79;
c. RKP Desa, sebagaimana diamanatkan dalam UU Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 79; PP Nomor
43 Tahun 2014 Pasal 58 dan Permendagri Nomor 114 Tahun 2014 Pasal 29;
d. Pendirian BUM Desa, sebagaimana diamanatkan dalam UU Nomor 6 Tahun 2014,
Pasal 88; PP Nomor 43 Tahun 2014 Pasal 132;
e. Daftar Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul Dan Kewenangan Lokal Berskala
Desa, sebagaimana diamanatkan dalam PP Nomor 43 Tahun 2014 Pasal 37;
f. Pengelolaan Kekayaan Milik Desa, sebagaimana diamanatkan dalam PP Nomor 43
Tahun 2014 Pasal 110;
g. Perencanaan, Pemanfaatan, dan Pendayagunaan Aset Desa dan Tata Ruang Dalam
Pembangunan Kawasan Perdesaan, sebagaimana diamanatkan dalam PP Nomor 43 Tahun
2014 Pasal 125;
h. Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan Desa, sebagaimana diamanatkan dalam PP
Nomor 43 Tahun 2014 Pasal 150;
i. Pembentukan Lembaga Adat Desa, sebagaimana diamanatkan dalam PP Nomor 43 Tahun
2014 Pasal 152;
j. Pembentukan Dana Cadangan, sebagaimana diamanatkan dalam Permendagri Nomor 113
Tahun 2014 Pasal 19; dan
k. Pelestarian dan Pemanfaatan Hasil Kegiatan Pembangunan Desa, sebagaimana
diamanatkan dalam PP Nomor 43 Tahun 2014 Pasal 83.

Badan Permusyawaratan Desa dan Lembaga Kemasyarakatan Desa

1. Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

Mengingat kedudukan, kewenangan dan keuangan desa yang semakin kuat,


penyelenggaraan pemerintahan desa diharapkan lebih akuntabel yang didukung dengan
sistem pengawasan dan keseimbangan antara pemerintah desa dan lembaga desa.
Lembaga desa, khususnya Badan Permusyawaratan Desa yang dalam kedudukannya
mempunyai fungsi penting dalam menyiapkan kebijakan pemerintahan desa bersama
kepala desa. BPD harus mempunyai visi dan misi yang sama dengan Kepala Desa
sehingga BPD tidak dapat menjatuhkan kepala desa yang dipilih secara demokratis
oleh masyarakat desa. Jumlah anggota Badan Permusyawaratan Desa ditetapkan
dengan jumlah gasal, paling sedikit 5 (lima) orang dan paling banyak 9 (sembilan)
orang, dengan memperhatikan wilayah,

PengelolaanKeuanganDesa 2
perempuan, penduduk, dan kemampuan Keuangan Desa yang ditetapkan dengan
keputusan bupati/walikota.

Badan Permusyawaratan Desa merupakan badan permusyawaratan di tingkat desa


yang turut membahas dan menyepakati berbagai kebijakan dalam penyelenggaraan
Pemerintahan Desa. Dalam upaya meningkatkan kinerja kelembagaan di tingkat
desa, memperkuat kebersamaan, serta meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan
masyarakat, pemerintah desa dan/atau Badan Permusyawaratan Desa memfasilitasi
penyelenggaraan Musyawarah Desa. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama
lain adalah forum musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah
Desa, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan
Desa untuk memusyawarahkan dan menyepakati hal yang bersifat strategis dalam
penyelenggaraan pemerintahan desa. Hasil Musyawarah Desa dalam bentuk
kesepakatan yang dituangkan dalam keputusan hasil musyawarah dijadikan dasar oleh
Badan Permusyawaratan Desa dan Pemerintah Desa dalam menetapkan kebijakan
pemerintahan desa.

Badan Permusyawaratan Desa mempunyai fungsi:

a. Membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa bersama kepala desa;

b. Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa; dan

c. Melakukan pengawasan kinerja kepala desa.

Anggota Badan Permusyawaratan Desa merupakan wakil dari penduduk desa berdasarkan
keterwakilan wilayah yang pengisiannya dilakukan secara demokratis yangmasa
keanggotaannya selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pengucapan
sumpah/janji. Anggota Badan Permusyawaratan Desa dapat dipilih untuk masa
keanggotaan paling banyak 3 (tiga) kali secara berturut‐turut atau tidak secara berturut‐
turut. Ketentuan lebih lanjut mengenai Badan Permusyawaratan Desa diatur dalam
peraturan bupati/walikota.

2. Kelembagaan Masyarakat Desa

Di dalam UU Desa diatur mengenai kelembagaan desa. Lembaga Kemasyarakatan Desa


(LKD) antara lain Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), Pemberdayaan
Kesejahteraan Keluarga (PKK), Karang Taruna, Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), dan
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD).

22 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Lembaga Kemasyarakatan Desa merupakan mitra dalam memberdayakan masyarakat
desa dan berfungsi sebagai wadah partisipasi masyarakat desa serta menciptakan
akses agar masyarakat lebih berperan aktif dalam kegiatan pembangunan yang dibentuk
atas prakarsa pemerintah desa dan masyarakat. Pembentukan Lembaga
Kemasyarakatan Desa diatur dalam peraturan desa, dengan rincian tugas:

a. Melakukan pemberdayaan masyarakat desa;

b. Ikut serta dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan; dan

c. Meningkatkan pelayanan masyarakat desa.

Sedangkan fungsi yang dimiliki oleh LKD sebagai berikut:

a. Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat;

b. Menanamkan dan memupuk rasa persatuan dan kesatuan masyarakat;

c. Meningkatkan kualitas dan mempercepat pelayanan pemerintah desa kepada


masyarakat desa;

d. Menyusun rencana, melaksanakan, mengendalikan, melestarikan, dan


mengembangkan hasil pembangunan secara partisipatif;

e. Menumbuhkan, mengembangkan, dan menggerakkan prakarsa, partisipasi,


swadaya, serta gotong royong masyarakat;

f. Meningkatkan kesejahteraan keluarga; dan

g. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Pembentukan lembaga kemasyarakatan desa diatur dengan peraturan desa. Pemerintah,


pemerintah daerah, dan lembaga nonpemerintah dalam melaksanakan programnya di
desa wajib memberdayakan dan mendayagunakan lembaga kemasyarakatan yang sudah
ada di desa.

PengelolaanKeuanganDesa 2
D. SOAL DAN LATIHAN

1. Jelaskan status dan kedudukan desa berdasarkan berdasarkan UU Desa? Apakah


dapat dikatakan desa merupakan otonomi tingkat 4 setelah pemerintah pusat,
provinsi dan kabupaten/kota?

2. Sebutkan dan jelaskan azas‐azas pengelolaan keuangan desa?

3. Jelaskan beberapa perbedaan antara kelurahan dan desa?

4. Sebutkan dan jelaskan kewenangan yang dimiliki desa sesuai UU Desa?

5. Apa itu Lembaga Kemasyarakatan Desa? Berikan contoh dan peranannya masing‐masing?

6. Sebagaimana pemerintah daerah, kepala desa dipilih secara langsung. Bagaimana


dengan pemilihan BPD? Apakah dipilih secara langsung sebagaimana DPRD? Jelaskan!

7. Apa fungsi dan peran Badan Permusyawaratan Desa?

8. Jelaskan siklus pengelolaan keuangan desa secara lengkap?

9. Apakah Sekretaris Desa harus dijabat Pegawai Negeri Sipil? Jelaskan!

10. Jelaskan kedudukan Bendahara Desa dan Kepala Urusan Keuangan dalam
pengelolaan keuangan desa!

24 2 016 | Pu s d i k l a t w as
PengelolaanKeuanganDesa 2
BAB
III PERENCANAAN PEMBANGUNAN
DESA

Indikator Keberhasilan:
Setelah mempelajari bab ini, Peserta diklat diharapkan mengetahui gambaran umum
A. GAMBARAN UMUMdesa,
perencanaan PERENCANAAN DESApenyusunannya, RKP Desa berserta
RPJM Desa berserta
penyusunannya dan batasan/prioritas penggunaan Dana Desa.
Perencanaan pembangunan desa adalah proses tahapan kegiatan yang diselenggarakan
oleh pemerintah desa dengan melibatkan Badan Permusyawaratan Desa dan unsur masyarakat
secara partisipatif guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya desa dalam rangka
mencapai tujuan pembangunan desa.

Perencanaan pembangunan desa disusun sesuai dengan kewenangan pemerintah desa dengan
mengacu pada perencanaan pembangunan kabupaten/kota dengan melibatkan seluruh
masyarakat desa dengan semangat gotong royong. Perencanaan pembangunan desa mencakup
bidang penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan
kemasyarakatan desa dan pemberdayaan masyarakat desa

Pemerintah desa dalam rangka perencanaan dan pelaksanaan pembangunan desa didampingi
oleh pemerintah daerah kabupaten/kota yang secara teknis dilaksanakan oleh satuan kerja
perangkat daerah kabupaten/kota dan dapat didampingi oleh tenaga pendamping
profesional, kader pemberdayaan masyarakat desa, dan/atau pihak ketiga di bawah
koordinasi camat.

Perencanaan pembangunan desa disusun secara berjangka dan ditetapkan dengan Peraturan
Desa meliputi:

1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa untuk jangka waktu 6 (enam) tahun; dan

2. Rencana Pembangunan Tahunan Desa atau yang disebut Rencana Kerja Pemerintah Desa
(RKP Desa), merupakan penjabaran dari RPJM Desa untuk jangka waktu 1 (satu)
tahun.

26 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Perencanaan pembangunan desa baik RPJM desa maupun RKP Desa disusun berdasarkan
hasil kesepakatan dalam musyawarah desa yang pelaksanaannya paling lambat pada bulan
Juni tahun anggaran berjalan.

Petunjuk teknis penyusunan RPJM Desa dan RKP Desa lebih lanjut diatur dalam peraturan
bupati/walikota.

B. RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJM DESA)

RPJM Desa memuat visi dan misi kepala desa, arah kebijakan pembangunan desa, serta
rencana kegiatan yang meliputi bidang penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan
pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat
desa. RPJM Desa ditetapkan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak
pelantikan kepala desa.

Kepala desa menyelenggarakan penyusunan RPJM Desa dengan mengikutsertakan unsur


masyarakat desa dengan mempertimbangkan kondisi objektif desa dan prioritas program
dan kegiatan kabupaten/kota. Sesuai Permendagri Nomor 114 tahun 2014 tentang
Pedoman Pembangunan Desa, tahapan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM) Desa meliputi:

Gambar 3.1
Tahapan Penyusunan RPJM Desa

PengelolaanKeuanganDesa 2
1. Pembentukan Tim Penyusun RPJM Desa

Kepala Desa membentuk tim penyusun RPJM Desa. Tim Penyusun RPJM Desa terdiri dari:
(1) Kepala Desa selaku pembina; (2) Sekretaris Desa selaku ketua; (3) Ketua
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat selaku sekretaris; dan (4) anggota yang berasal dari
perangkat desa, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat, Kader Pemberdayaan
Masyarakat Desa, dan unsur masyarakat lainnya.

Jumlah tim paling sedikit 7 (tujuh) dan orang dan paling banyak 11 (sebelas) orang.
Tim ditetapkan berdasarkan keputusan Kepala Desa.

Tugas Tim Penyusun RPJM Desa adalah:

a. Penyelarasan arah kebijakan pembangunan Kabupaten/Kota;

b. Pengkajian keadaan desa;

c. Penyusunan rancangan RPJM Desa; dan

d. Penyempurnaan rancangan RPJM Desa.

2. Penyelarasan Arah Kebijakan Pembangunan Kabupaten/Kota

Langkah berikutnya setelah terbentuk tim penyusun RPJM Desa adalah melakukan
penyelarasan arah kebijakan pembangunan. Penyelarasan arah kebijakan pembangunan
dilakukan dengan tujuan untuk mengintegrasikan program dan kegiatan
pembangunan kabupaten/kota dengan pembangunan desa.

Isi arah Informasi arah kebijakan pembangunan kabupaten/kota yang harus diperhatikan
terdiri dari:

a. Rencana pembangunan jangka menengah daerah kabupaten/kota;

b. Rencana strategis satuan kerja perangkat daerah;

c. Rencana umum tata ruang wilayah kabupaten/kota;

d. Rencana rinci tata ruang wilayah kabupaten/kota; dan

e. Rencana pembangunan kawasan perdesaan.

28 2 016 | Pu s d i k l a t w as
3. Pengkajian Keadaan Desa

Tahapan berikutnya berupa pengkajian keadaan desa. Pengkajian dilakukan dengan


tujuan untuk mempertimbangkan kondisi objektif keadaan desa. Langkah‐langkah
kerja yang dilakukan dalam pengkajian berupa:

a. Penyelarasan data desa.

b. Penggalian gagasan masyarakat; dan

c. Penyusunan laporan hasil pengkajian keadaan Desa

Hasil dari proses pengkajian menjadi bahan masukan dalam Musyawarah Desa dalam
rangka penyusunan perencanaan pembangunan desa.

4. Penyusunan Rencana Pembangunan Desa Melalui Musyawarah Desa

Badan Permusyawaratan Desa menyelenggarakan Musyawarah Desa berdasarkan laporan


hasil pengkajian keadaan desa. Musyawarah Desa dilaksanakan terhitung sejak
diterimanya laporan dari kepala desa.

Hal‐hal yang dibahas dan disepakati dalam Musyawarah Desa yaitu:

a. Laporan hasil pengkajian keadaan desa;

b. Rumusan arah kebijakan pembangunan desa yang dijabarkan dari visi dan misi
kepala desa;

c. Rencana prioritas kegiatan penyelenggaraan pemerintahan desa, pembangunan


desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa.

Musyawarah Desa dilakukan dengan diskusi kelompok secara terarah yang dibagi
berdasarkan bidang penyelenggaraan pemerintahan desa, pembangunan desa,
pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa.

Diskusi kelompok membahas sebagai berikut:

a. Laporan hasil pengkajian keadaan desa;

b. Prioritas rencana kegiatan desa dalam jangka waktu 6 (enam) tahun;

PengelolaanKeuanganDesa 2
c. Sumber pembiayaan rencana kegiatan pembangunan desa;

d. Rencana pelaksana kegiatan desa yang akan dilaksanakan oleh perangkat desa,
unsur masyarakat desa, kerjasama antar desa, dan/atau kerjasama desa dengan
pihak ketiga.

Hasil kesepakatan dalam musyawarah desa dituangkan dalam berita acara dan
menjadi pedoman bagi pemerintah desa dalam menyusun RPJM Desa.

5. Penyusunan Rancangan RPJM Desa

Langkah‐langkah setelah dilakukan musyawarah desa adalah menindaklanjuti hasil


kesepakatan yaitu:

a. Tim penyusun RPJM Desa menyusun rancangan RPJM Desa berdasarkan berita
acara hasil kesepakatan desa dan dituangkan dalam format rancangan RPJM
Desa dan dilampiri dokumen rancangan RPJM Desa.

b. Berita acara disampaikan oleh tim penyusun RPJM Desa kepada kepala desa.

c. Kepala desa memeriksa dokumen rancangan RPJM Desa yang telah disusun oleh
Tim Penyusun RPJM Desa, jika ada perbaikan rancangan RPJM Desa dikembalikan
kepada tim penyusun RPJM Desa. Dalam hal rancangan RPJM Desa telah disetujui
oleh kepala desa, dilaksanakan musyawarah perencanaan pembangunan desa.

6. Penyusunan Rencana Pembangunan Desa Melalui Musyawarah Perencanaan


Pembangunan Desa

Kepala Desa menyelenggarakan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa yang


diadakan untuk membahas dan menyepakati rancangan RPJM Desa. Musyawarah
Perencanaan Pembangunan Desa diikuti oleh Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan
Desa, dan dan unsur masyarakat (tokoh adat, agama, masyakarakat, pendidikan,
perwakilan kelompok tani, nelayan, pengrajin, perempuan dan lain‐lain sesuai kondisi
sosial budaya masyarakat). Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa membahas dan
menyepakati rancangan RPJM Desa dan dituangkan dalam berita acara.

30 2 016 | Pu s d i k l a t w as
7. Penetapan RPJM Desa

Setelah Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa menyepakati rancangan RPJM


Desa, tahapan berikutnya adalah:

a. Kepala Desa mengarahkan tim penyusun RPJM Desa melakukan perbaikan dokumen
rancangan RPJM Desa berdasarkan hasil kesepakatan Musyawarah Perencanaan
Pembangunan Desa.

b. Rancangan RPJM Desa menjadi lampiran rancangan peraturan desa tentang RPJM
Desa.

c. Kepala Desa menyusun rancangan peraturan desa tentang RPJM Desa dibahas
dan disepakati bersama oleh kepala desa dan Badan Permusyawaratan Desa
untuk ditetapkan menjadi Peraturan Desa tentang RPJM Desa.

Berbeda dengan penyusunan APB Desa, kesepakatan bersama kepala desa dan BPD
terkait RPJM Desa sudah dapat ditetapkan menjadi Peraturan Desa tanpa dievaluasi
terlebih dahulu oleh pihak pemerintah kabupaten/kota.

8. Perubahan RPJM Desa

RPJM Desa merupakan perencanaan jangka menengah. Dalam perjalanan waktu


dimungkinkan terjadinya ketidaksesuaian dengan kondisi yang ada sehingga diperlukan
suatu perubahan atas rencana. Terdapat beberapa hal dimana Kepala Desa dapat
mengubah RPJM Desa yaitu:

a. Terjadi peristiwa khusus, seperti bencana alam, krisis politik, krisis ekonomi,
dan/atau kerusuhan sosial yang berkepanjangan; atau

b. Terdapat perubahan mendasar atas kebijakan pemerintah, pemerintah daerah provinsi,


dan/atau pemerintah daerah kabupaten/kota.

Perubahan RPJM Desa dibahas dan disepakati dalam Musyawarah Perencanaan


Pembangunan Desa dan selanjutnya ditetapkan dengan peraturan desa.

Berikut disajikan format RPJM Desa sebagaimana tertuang dalam lampiran Permendagri
114 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa.

PengelolaanKeuanganDesa 3
PengelolaanKeuanganDesa

Format 3.1
Rancangan RPJM Desa

RANCANGAN RPJM DESA


TAHUN : ………………..
DESA : ………………………………………………………………………………………………………………….…………………………………………………..
KECAMATAN : ………………………………………………………………………………………………………………….…………………………………………………..
KABUPATEN : ………………………………………………………………………………………………………………….…………………………………………………..
PROVINSI : ………………………………………………………………………………………………………………….…………………………………………………..

Prakiraan Biaya dan Sumber


Bidang/ Jenis Kegiatan Waktu Pelaksanaan Prakiraan Pola Pelaksanaan
Lokasi Pembiayaan
No Prakiraan Sasaran/
(RT/RW/
Bidang Sub Bidang Jenis Kegiatan Dusun) Volume Manfaat Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
6
Jlh (Rp) Sumber Kerjasama Kerjasama Pihak
1 2 3 Tahun 4 5 Swakelola Antar Desa Ketiga
a b c. d e f g h i j k l m n o p q r s
a.
b.
c.
Penyelenggaraan
1 d.
Pemerintahan Desa
e.
f.
g.
Jumlah Per Bidang 1 -
a.
b.
c.
d.
2 Pembangunan Desa e.
f.
g.
h.
i.
Jumlah Per Bidang 2
a.
b.
c.
Pembinaan
3
d.
Kemasyarakatan
e.
f.
g.
Jumlah Per Bidang 3 -
a.
Pemberdayaan b.
4 Masyarakat c.
d.
Jumlah Per Bidang 4
JUMLAH TOTAL -
………………., Tanggal, …, …, ….
Mengetahui : Disusun oleh:
Kepala Desa, Tim Penyusun RPJM Desa
2

(..........................) (............................)
C. RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA (RKP DESA)

Pemerintah desa menyusun RKP Desa sebagai penjabaran RPJM Desa. RKP Desa disusun
oleh pemerintah desa sesuai dengan informasi dari pemerintah daerah kabupaten/kota
berkaitan dengan pagu indikatif desa dan rencana kegiatan pemerintah pusat, pemerintah
daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota.

RKP Desa mulai disusun oleh pemerintah desa pada bulan Juli tahun berjalan. RKP Desa
ditetapkan dengan peraturan desa paling lambat akhir bulan September tahun berjalan.
RKP Desa menjadi dasar penetapan APB Desa. Kepala desa menyusun RKP Desa dengan
mengikutsertakan masyarakat desa.

Sesuai Permendagri Nomor 114 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa,
tahapan penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa) meliputi:

Gambar 3.2
Tahapan Penyusunan RKP Desa

3 2 016 | Pu s d i k l a t w as
1. Penyusunan Perencanaan Pembangunan Desa melalui Musyawarah Desa

Badan Permusyawaratan Desa menyelenggarakan musyawarah desa dalam rangka


penyusunan rencana pembangunan desa yang menjadi pedoman bagi pemerintah
desa menyusun rancangan RKP Desa dan Daftar Usulan RKP Desa. Badan
Permusyawaratan Desa menyelenggarakan musyawarah desa paling lambat bulan Juni
tahun berjalan.

Musyawarah Desa melaksanakan kegiatan sebagai berikut:

a. Mencermati ulang dokumen RPJM Desa;

b. Menyepakati hasil pencermatan ulang dokumen RPJM Desa;

c. Membentuk tim verifikasi sesuai dengan jenis kegiatan dan keahlian yang
dibutuhkan. Tim verifikasi dapat berasal dari warga masyarakat Desa dan/atau
satuan kerja perangkat daerah kabupaten/kota.

Hasil kesepakatan dituangkan dalam berita acara, yang menjadi menjadi pedoman
kepala desa dalam menyusun RKP Desa.

2. Pembentukkan Tim Penyusun RKP Desa

Untuk menindaklanjuti hasil Musyawarah Desa berupa kesepakatan‐kesepakatan yang


menjadi pedoman dalam menyusun RPK Desa, kepala desa membentuk tim penyusun RKP
Desa. Tim penyusun RKP Desa terdiri dari:

a. Kepala Desa selaku pembina;

b. Sekretaris Desa selaku ketua;

c. Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat sebagai sekretaris; dan

d. Anggota yang meliputi: perangkat desa, lembaga pemberdayaan dan


masyarakat, kader pemberdayaan masyarakat desa, dan unsur masyarakat.

Jumlah tim paling sedikit 7 (tujuh) dan paling banyak 11 (sebelas) orang. Pembentukan tim
penyusun RKP Desa dilaksanakan paling lambat bulan Juni tahun berjalan. Tim penyusun RKP
Desa ditetapkan dengan keputusan kepala desa.

PengelolaanKeuanganDesa 3
Tim penyusun RKP Desa melaksanakan kegiatan sebagai berikut:

a. Pencermatan pagu indikatif desa dan penyelarasan program/kegiatan masuk ke


desa;

b. Pencermatan ulang dokumen RPJM Desa;

c. Penyusunan rancangan RKP Desa; dan

d. Penyusunan rancangan daftar usulan RKP Desa.

Daftar Usulan RKP Desa adalah penjabaran RPJM Desa yang menjadi bagian dari RKP
Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang akan diusulkan pemerintah desa kepada
pemerintah daerah kabupaten/kota melalui mekanisme perencanaan pembangunan
daerah

3. Pencermatan Pagu Indikatif Desa dan Penyelarasan Program/Kegiatan Masuk ke Desa

Pada tahap ini kepala desa mendapatkan data dan informasi dari kabupaten/kota
tentang:

a. Pagu indikatif desa;

b. Rencana program/kegiatan pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan


pemerintah daerah kabupaten/kota yang masuk ke desa.

Data dan informasi diterima kepala desa dari kabupaten/kota paling lambat bulan Juli
setiap tahun berjalan.

Tim penyusun RKP Desa melakukan pencermatan pagu indikatif desa meliputi:

a. Rencana Dana Desa yang bersumber dari APBN;

b. Rencana Alokasi Dana Desa (ADD) yang merupakan bagian dari dana perimbangan
yang diterima kabupaten/kota;

c. Rencana bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota; dan

d. Rencana bantuan keuangan dari anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi
dan anggaran pendapatan belanja daerah kabupaten/kota.

3 2 016 | Pu s d i k l a t w as
4. Pencermatan Ulang RPJM Desa

Tim penyusunan RKP Desa mencermati skala prioritas usulan rencana kegiatan
pembangunan desa untuk 1 (satu) tahun anggaran berikutnya sebagaimana tercantum
dalam dokumen RPJM Desa. Hasil pencermatan sebagaimana dimaksud menjadi
dasar bagi tim penyusun RKP Desa dalam menyusun rancangan RKP Desa.

5. Penyusunan Rancangan RKP Desa

Penyusunan rancangan RKP Desa berpedoman kepada:

a. Hasil kesepakatan musyawarah desa;

b. Pagu indikatif desa;

c. Pendapatan Asli Desa;

d. Rencana kegiatan Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah


daerah kabupaten/kota;

e. Jaring aspirasi masyarakat yang dilakukan oleh DPRD kabupaten/kota;

f. Hasil pencermatan ulang dokumen RPJM Desa;

g. Hasil kesepakatan kerja sama antar desa; dan

h. Hasil kesepakatan kerja sama desa dengan pihak ketiga.

Tim penyusun RKP Desa menyusun daftar usulan pelaksana kegiatan desa sesuai
jenis rencana kegiatan. Hasilnya berupa rancangan RKP Desa. Rancangan RKP Desa
paling sedikit berisi uraian:

a. Evaluasi pelaksanaan RKP Desa tahun sebelumnya;

b. Prioritas program, kegiatan, dan anggaran desa yang dikelola oleh desa;

c. Prioritas program, kegiatan, dan anggaran desa yang dikelola melalui kerja sama
antar‐ desa dan pihak ketiga;

PengelolaanKeuanganDesa 3
d. Rencana program, kegiatan, dan anggaran desa yang dikelola oleh desa
sebagai kewenangan penugasan dari pemerintah pusat, pemerintah daerah
provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota; dan

e. Pelaksana kegiatan desa yang terdiri atas unsur perangkat desa dan/atau unsur
masyarakat desa.

Rancangan RKP Desa dituangkan dalam format rancangan RKP Desa yang dilampiri

a. Rencana Kegiatan dan Rencana Anggaran Biaya.

b. Rencana Kegiatan dan Rencana Anggaran Biaya untuk Kerjasama Antar Desa
disusun dan disepakati bersama para kepala desa yang melakukan Kerja Sama
Antar Desa.

c. Rencana kegiatan dan Rencana Anggaran Biaya sebagaimana dimaksud diverifikasi


oleh tim verifikasi.

Pemerintah desa dapat mengusulkan prioritas program dan kegiatan pembangunan Desa
dan pembangunan kawasan perdesaan kepada pemerintah pusat, pemerintah daerah
provinsi, dan/atau pemerintah daerah kabupaten/kota. Usulan prioritas program
dan kegiatan dituangkan dalam rancangan daftar usulan RKP Desa.

Tim Penyusun RKP Desa membuat berita acara tentang hasil penyusunan rancangan
RKP Desa yang dilampiri dokumen rancangan RKP Desa dan rancangan daftar usulan RKP
Desa, dan disampaikan kepada kepala Desa.

6. Penyusunan RKP Desa Melalui Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa

Kepala desa menyelenggarakan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa yang


diadakan untuk membahas dan menyepakati rancangan RKP Desa. Musyawarah
Perencanaan Pembangunan Desa diikuti oleh Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan
Desa, dan unsur masyarakat. Unsur masyarakat terdiri atas: tokoh adat, tokoh agama,
tokoh masyarakat; tokoh pendidikan, perwakilan kelompok tani, nelayan dan lain‐
lain.

3 2 016 | Pu s d i k l a t w as
7. Penetapan RKP Desa

Langkah‐langkah Penetapan RKP Desa adalah sebagai berikut:

a. Hasil kesepakatan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa dituangkan dalam


berita acara.

b. Kepala desa mengarahkan Tim Penyusun RKP Desa melakukan perbaikan


dokumen rancangan RKP Desa berdasarkan hasil kesepakatan Musyawarah
Perencanaan Pembangunan Desa.

c. Rancangan RKP Desa menjadi lampiran rancangan peraturan desa tentang RKP Desa.

d. Kepala desa menyusun rancangan peraturan desa tentang RKP Desa yang akan
dibahas dan disepakati bersama oleh kepala desa dan Badan Permusyawaratan
Desa untuk ditetapkan menjadi peraturan desa tentang RKP Desa.

8. Perubahan RKP Desa

Sebagaimana RPJM Desa, RKP Desa juga dapat diubah dalam hal:

a. Terjadi peristiwa khusus, seperti bencana alam, krisis politik, krisis ekonomi,
dan/atau kerusuhan sosial yang berkepanjangan; atau

b. Terdapat perubahan mendasar atas kebijakan Pemerintah, pemerintah daerah provinsi,


dan/atau pemerintah daerah kabupaten/kota.

Kepala desa menyelenggarakan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa yang


diadakan secara khusus untuk kepentingan pembahasan dan penyepakatan perubahan
RKP Desa. Penyelenggaraan musyawarah perencanaan pembangunan Desa disesuaikan
dengan terjadinya peristiwa khusus dan/atau terjadinya perubahan mendasar. Hasil
kesepakatan dalam musyawarah perencanaan pembangunan Desa ditetapkan dengan
peraturan Desa tentang RKP Desa perubahan yang menjadi dasar dalam penyusunan
perubahan APB Desa.

9. Pengajuan Daftar Usulan RKP Desa

Kepala desa menyampaikan daftar usulan RKP Desa kepada bupati/walikota melalui
camat paling lambat 31 Desember tahun berjalan. Daftar usulan RKP Desa menjadi
materi pembahasan di dalam musyawarah perencanaan pembangunan kecamatan
PengelolaanKeuanganDesa 3
dan

3 2 016 | Pu s d i k l a t w as
kabupaten/kota. Bupati/walikota menginformasikan kepada pemerintah desa paling
lambat bulan Juli tahun anggaran berikutnya tentang hasil pembahasan daftar
usulan RKP Desa setelah diselenggarakannya Musyawarah Perencanaan
Pembangunan di kecamatan.

Format RKP Desa dan juga Daftar Usulan RKP Desa serta RAB sebagaimana diatur
dalam lampiran Permendagri 114 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa
disajikan sebagai berikut:

PengelolaanKeuanganDesa 3
Format 3.2
PengelolaanKeuanganDesa

Rancangan RKP Desa


Format Rancangan RKP Desa
RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA (RKP-DESA)
TAHUN : ……………………..
DESA : …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
KECAMATAN : …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
KABUPATEN : …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
PROVINSI : …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

Bidang/ Jenis Kegiatan Biaya dan Sumber Pembiayaan Pola Pelaksanaan Rencana
Sasaran/ Waktu
No Lokasi Volume Kerjasama Pihak Pelaksana
Bidang Jenis Kegiatan Manfaat Pelaksanaan Jlh (Rp) Sumber Swakelola Kerjasama Antar Desa
Ketiga Kegiatan
a b c. d e f g h i j k l m n
a.
b.
c.
Penyelenggaraan d.
1
Pemerintahan Desa e.
f.
g.
Jumlah Per Bidang 1 -
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
2 Pembangunan Desa h.
i.
j.
k.
l.
m
.
Jumlah Per Bidang 2

a.
b.
c.
Pembinaan d.
3
Kemasyarakatan e.
f.
g.
Jumlah Per Bidang 3 -
a.
Pemberdayaan b.
4
Masyarakat c.
d.
Jumlah Per Bidang 4

JUMLAH TOTAL -
………………., Tanggal, …, …, ….
Mengetahui : Disusun oleh:
Kepala Desa, Tim Penyusun RKP Desa

(..........................) (............................)
3
Format 3.3
Daftar Usulan RKP Desa

DAFTAR USULAN RKP DESA


TAHUN : …………………………
DESA : ………………………………………………………………………………………………………
KECAMATAN : ………………………………………………………………………………………………………
KABUPATEN : ………………………………………………………………………………………………………
PROVINSI : ………………………………………………………………………………………………………

Prakiraan Prakiraan
Bidang/ Jenis Kegiatan Sasaran/
No Lokasi Volume Waktu Biaya dan
Bidang Jenis Kegiatan Manfaat Jumlah (Rp)
Pelaksanaa

Penyelenggaraan
1 Pemerintahan
Desa

Jumlah Per Bidang 1 -

Pembangunan
2
Desa

Jumlah Per Bidang 2

Pembinaan
3
Kemasyarakatan

Jumlah Per Bidang 3 -

Pemberdayaan
4
Masyarakat

Jumlah Per Bidang 4

JUMLAH TOTAL -

Desa......................, tanggal …., …., ….


Mengetahui Ketua Tim Penyusun RKP Desa
Kepala Desa

( ………………………… ) ( ………………………… )

3 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Format 3.3
Rencana Anggaran Biaya sebagai lampiran RKP Desa
Sesuai Permendagri Nomor 114 Tahun 2015

RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)


DESA : ……………….…………………………………..……………………...
KECAMATAN : …………………………………………...… No.RAB : ……...……..………………
KABUPATEN : …………………………………………...… Bidang : ……...……..………………
PROVINSI : …………………………..………………... Kegiatan : ……...……..………………

Harga Jumlah
URAIAN Volume Satuan Satuan Total Jumlah
Rp Rp
a b c d e=bxd f
1. BAHAN
1.1
1.2
1.3
1.4
1….
Sub Total 1) Rp - Rp -
2. ALAT
2.1
2.2
2.3
2.4
2. …
Sub Total 2) Rp - Rp -
3. UPAH
3.1
3.2
3.3
3. …
Sub Total 3 ) Rp - Rp -
Total Biaya
Keterangan :
Kategori Biaya
I-a Pembelian bahan hasil tenaga manusia
I-b Pembelian bahan hasil industri
II-a Pembelian alat tangan
II-b Pembelian / penyewaan alat mesin
III-a Pembayaran tenaga kerja untuk konstruksi
III-b Pembayaran tenaga untuk pengumpulan bahan

………..,Tanggal…….,…….,…
mengetahui :
Kepala Desa Tim Penyusun RKP Desa

(………………………………..) (………………………………..)

PengelolaanKeuanganDesa 39
D. BATASAN (PRIORITAS) BELANJA DESA

Desa dalam mengelola keuangan desa memperhatikan regulasi yang dibuat oleh pemerintah
supra desa. Terdapat aturan‐aturan yang perlu dicermati khususnya terkait pengeluaran atau
belanja yang dilakukan oleh pemerintah desa.

Berdasarkan pasal 100 PP Nomor 43 Tahun 2014 jo PP Nomor 47 Tahun 2015 tentang
Pedoman Pelaksanaan UU Desa, disebutkan bahwa belanja desa yang ditetapkan dalam APB
Desa digunakan dengan ketentuan paling sedikit 70% dari APB Desa untuk 4 bidang dan
paling banyak 30% untuk 4 item belanja. Lebih lanjut mengenai proporsi belanja dalam
APB Desa akan dibahas pada bab berikutnya tentang Penganggaran Keuangan Desa.

Selain batasan proporsi belanja dalam APB Desa, khusus belanja yang bersumber dari Dana
Desa terdapat batasan penggunaan berupa prioritas penggunaan Dana Desa. Dalam Pasal 19
PP nomor 43 Tahun 2014 jo PP nomor 47 tahun 2015 disebutkan bahwa Dana Desa
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, pemberdayaan
masyarakat dan kemasyarakatan namun diprioritaskan untuk membiayai pembangunan
dan pemberdayaan masyarakat.

Menteri Desa PDTT diberi kewenangan untuk menetapkan prioritas penggunaan Dana Desa
paling lambat 3 bulan sebelum dimulainya tahun anggaran. Prioritas ini dilengkapi dengan
Pedoman Umum pelaksanaan penggunaan Dana Desa. Untuk penggunaan Dana Desa
Tahun 2015, telah diterbitkan Permendes PDTT nomor 5 Tahun 2015. Sedangkan untuk
penggunaan Dana Desa Tahun 2016 telah diterbitkan Permendes PDTT nomor 21 Tahun 2015
jo Permendes 8 Tahun 2016.

Prioritas penggunaan Dana Desa didasarkan pada prinsip‐prinsip:

 Keadilan, dengan mengutamakan hak atau kepentingan seluruh warga desa tanpa
membedabedakan;

 Kebutuhan prioritas, dengan mendahulukan yang kepentingan desa yang lebih


mendesak, lebih dibutuhkan dan berhubungan langsung dengan kepentingan sebagian
besar masyarakat desa; dan

 Tipologi desa, dengan mempertimbangkan keadaan dan kenyataan karakteristik


geografis, sosiologis, antropologis, ekonomi, dan ekologi desa yang khas, serta
perubahan atau perkembangan kemajuan desa.

4 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Kotak 3.1: Tipologi Desa
Tipologi desa merupakan fakta, karakteristik dan kondisi nyata yang khas, keadaan terkini di
desa, maupun keadaan yang keadaan yang berubah, berkembang dan diharapkan terjadi di masa
depan (visi desa). Pengelompokkan tipologi desa dapat diuraikan sekurang‐kurangnya didasarkan
atas hal‐hal sebagai berikut:
a. berdasarkan kekerabatan, dikenal desa geneologis, desa teritorial dan desa campuran;
b. berdasarkan hamparan, dapat dibedakan desa pesisir/desa pantai, desa dataran
rendah/lembah, desa dataran tinggi, dan desaperbukitan/pegunungan;
c. berdasarkan pola permukiman, dikenal desa dengan permukiman menyebar, melingkar,
mengumpul, memanjang (seperti pada bantaran sungai/jalan);
d. berdasarkan pola mata pencaharian atau kegiatan utama masyarakat dapat dibedakan
desa pertanian, desa nelayan, desa industri (skala kerajinan dan atau manufaktur dengan
teknologi sederhana dan madya), serta desa perdagangan (jasa‐jasa); dan
e. berdasarkan tingkat perkembangan kemajuan desa dapat dikategorikan desa tertinggal atau
sangat tertinggal, desa berkembang, serta desa maju atau mandiri. Kategorisasi ini dilakukan
dengan pendekatan ilmiah yang didukung data statistik sehingga didapatkan peringkat
kategoris kemandirian atau kemajuan desa.
Dengan demikian setiap desa pasti memiliki karakteristik yang dapat didefinisikan secara bervariasi
dari kombinasi karakteristik atau tipologi. Artinya, desa memiliki tipologi yang berbeda‐beda atau
beragam, dari desa satu dengan desa lainnya. Contoh Desa A mempunyai tipologi desa
pesisirnelayan‐geneologis‐ maju, Desa B tipologi desa lembah‐pertanian/sawah‐teritorial‐
berkembang, Desa C tipologi desa perbukitanperkebunan/perladangan‐campuran‐tertinggal,
dan lain seterusnya.
(sumber: Permendes PDTT Nomor 21 Tahun 2015 jo
8/2016)

Pemetaan tipologi desa berdasarkan tingkat kemajuan desa digunakan untuk penyusunan
prioritas penggunaan Dana Desa. Untuk mengetahui tipologi desanya, Pemerintah desa harus
menggunakan data Indeks Desa Membangun (IDM) yang ditetapkan oleh Kementerian
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.

Indeks Desa Membangun (IDM) disusun dengan landasan bahwa pembangunan merupakan
proses akumulasi dari dimensi sosial, dimensi ekonomi dan dimensi ekologi. Ketiganya
menjadi mata rantai yang saling memperkuat yang mampu menjamin keberlanjutan
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Desa. Pembangunan desa dimaknai sebagai
proses untuk meningkatkan kapabilitas penduduk dalam mengelola dan memanfaatkan
potensi yang terdapat di desa. Paradigma pembangunan yang mengedepankan pembangunan
manusia didasarkan pada ruang dimensi sosial (Indeks Ketahanan Sosial‐IKS), dimensi ekonomi
(Indeks Ketahanan Ekonomi‐ IKE) dan dimensi ekologi (Indeks Ketahanan Lingkungan‐IKL).
Dalam penyusunan IDM ketiga dimensi dibentuk oleh sejumlah variabel dan indikator.

PengelolaanKeuanganDesa 41
Indeks Ketahanan Sosial terdiri dari dimensi a. modal sosial; b. kesehatan; c. pendidikan; dan
d. permukiman. Indeks Ketahanan Ekonomi memiliki satu dimensi, yakni Dimensi Ekonomi.
Indeks Ketahanan Ekologi memiliki satu dimensi, yakni Dimensi Ekologi.

Berdasarkan Permendes PDTT Nomor 2 Tahun 2016 tentang Indeks Desa Membangun
(IDM), status kemajuan dan kemandirian desa yang ditetapkan berdasar IDM diklasifikasi
dalam 5 status Desa yakni:

1. Desa Mandiri atau yang disebut Desa Sembada adalah Desa Maju yang memiliki
kemampuan melaksanakan pembangunan Desa untuk peningkatan kualitas hidup dan
kehidupan sebesar‐ besarnya kesejahteraan masyarakat Desa dengan ketahanan sosial,
ketahanan ekonomi, dan ketahanan ekologi secara berkelanjutan

2. Desa Maju atau yang disebut Desa Pra‐Sembada adalah Desa yang memiliki potensi
sumber daya sosial, ekonomi dan ekologi, serta kemampuan mengelolanya untuk
peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa, kualitas hidup manusia, dan
menanggulangi kemiskinan.

3. Desa Berkembang atau yang disebut Desa Madya adalah Desa potensial menjadi Desa
Maju, yang memiliki potensi sumber daya sosial, ekonomi, dan ekologi tetapi belum
mengelolanya secara optimal untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa,
kualitas hidup manusia dan menanggulangi kemiskinan.

4. Desa Tertinggal atau yang disebut Desa Pra‐Madya adalah Desa yang memiliki
potensi sumber daya sosial, ekonomi, dan ekologi tetapi belum, atau kurang
mengelolanya dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa, kualitas hidup
manusia serta mengalami kemiskinan dalam berbagai bentuknya.

5. Desa Sangat Tertinggal atau yang disebut Desa Pratama adalah Desa yang
mengalami kerentanan karena masalah bencana alam, goncangan ekonomi, dan konflik
sosial sehingga tidak berkemampuan mengelola potensi sumber daya sosial, ekonomi,
dan ekologi, serta mengalami kemiskinan dalam berbagai bentuknya.

4 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Kotak 3.2: Indeks Desa Membangun (IDM)
Hasil perhitungan Indeks Desa Membangun yang mencakup 73.709 Desa berdasar data Potensi
Desa Tahun 2014 telah dipublikasi Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi untuk pertama kali pada 19 Oktober 2015, yakni bersamaan dengan launching Indeks
Desa Membangun.
Hasil penghitungan IDM dikelompokkan berdasarkan Provinsi, Kabupaten/Kota, Pulau Pulau Besar,
dan kawasan atau kecamatan. Setiap unit pengelompokan dapat diperoleh rata rata Indeks
Desa Membangun (IDM).
Pembagian kelompok dilakukan sesuai dengan kepentingan penggunaan IDM. Penghitungan Indeks
Desa Membangunan secara nasional diperoleh dari indeks rata rata nasional adalah 0,5662.
Indeks ini menandakan status kemajuan dan kemandirian Desa secara nasional dalam status Desa
Tertinggal bila dibandingkan dengan batas ambang batas status tertinggal (= 0,5989). Hal ini juga
berarti mayoritas Desa di Indonesia didominasi oleh Desa Tertinggal (Desa Pra‐Madya). Untuk Desa
Tertinggal (Desa Pra‐ Madya) berjumlah 33.592 Desa (46%) dan Desa Sangat Tertinggal (Desa
Pratama) berjumlah 13.453 Desa (18%). Sedangkan jumlah Desa memiliki status Desa Mandiri (Desa
Sembada) terdapat 174 Desa (0,24%), sementara Desa Maju (Desa Pra‐Sembada) adalah 3.608 Desa
(5%) dan Desa Berkembang (Desa Madya) 31% atau 22.882 desa..
Hasil perhitungan Indeks Desa Membangun tersebut memberi pesan penting akan pentingnya
kerja strategis dan tindakan yang cepat dan tepat dalam upaya pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat Desa.
(sumber: Permendes PDTT Nomor 2 Tahun 2016 tentang Indeks Desa
Membangun)

Prioritas Bidang Pembangunan Desa

Prioritas penggunaan Dana Desa Bidang Pembangunan Desa, meliputi:

1. Pembangunan, pengembangan, dan pemeliharaan infrasruktur atau sarana dan


prasarana fisik untuk penghidupan, termasuk ketahanan pangan dan permukiman;

2. Pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan sarana dan prasarana kesehatan


masyarakat;

3. Pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan,


sosial dan kebudayaan;

4. Pengembangan usaha ekonomi masyarakat, meliputi pembangunan dan


pemeliharaan sarana prasarana produksi dan distribusi; dan/atau

5. Pembangunan dan pengembangan sarana‐prasarana energi terbarukan serta


kegiatan pelestarian lingkungan hidup.

PengelolaanKeuanganDesa 43
Perencanaan program dan kegiatan pembangunan desa dengan mempertimbangkan tipologi
desa berdasarkan tingkat perkembangan kemajuan desa, meliputi:

1. Desa tertinggal dan/atau sangat tertinggal, mengutamakan kegiatan pembangunan


melalui penyediaan sarana dan prasarana untuk pemenuhan kebutuhan atau akses
kehidupan masyarakat desa;

2. Desa berkembang, memprioritaskan pembangunan sarana dan prasarana pelayanan


umum dan social dasar baik pendidikan dan kesehatan masyarakat desauntuk
mengembangkan potensi dan kapasitas masyarakat desa; dan

3. Desa maju dan/atau mandiri, memprioritaskan kegiatan pembangunan sarana dan


prasarana yang berdampak pada perluasan skala ekonomi dan investasi desa, termasuk
prakarsa desa dalam membuka lapangan kerja, padat teknologi tepat guna dan
investasi melalui pengembangan BUM Desa.

Prioritas Bidang Pemberdayaan Masyarakat Desa

Prioritas penggunaan Dana Desa untuk program dan kegiatan bidang Pemberdayaan
Masyarakat Desa, dialokasikan untuk mendanai kegiatan yang bertujuan meningkatkan
kapasitas warga atau masyarakat desa dalam pengembangan wirausaha, peningkatan
pendapatan, serta perluasan skala ekonomi individu warga atau kelompok masyarakat dan
desa, antara lain:

1. Peningkatan investasi ekonomi desa melalui pengadaan, pengembangan atau bantuan


alat‐ alat produksi, permodalan, dan peningkatan kapasitas melalui pelatihan dan
pemagangan;

2. Dukungan kegiatan ekonomi baik yang dikembangkan oleh BUM Desa atau BUM Desa
Bersama, maupun oleh kelompok dan atau lembaga ekonomi masyarakat desa
lainnya;

3. Bantuan peningkatan kapasitas untuk program dan kegiatan ketahanan pangan desa;

4. Pengorganisasian masyarakat, fasilitasi dan pelatihan paralegal dan bantuan hukum


masyarakat desa, termasuk pembentukan Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD)
dan pengembangan kapasitas Ruang Belajar Masyarakat di desa (Community
Centre);

5. Promosi dan edukasi kesehatan masyarakat serta gerakan hidup bersih dan sehat,
4 2 016 | Pu s d i k l a t w as
termasuk peningkatan kapasitas pengelolaan Posyandu, Poskesdes, Polindes dan
ketersediaan atau keberfungsian tenaga medis/swamedikasi di desa;

PengelolaanKeuanganDesa 45
6. Dukungan terhadap kegiatan pengelolaan hutan/pantai desa dan hutan/pantai
kemasyarakatan;

7. Peningkatan kapasitas kelompok masyarakat untuk energi terbarukan dan


pelestarian lingkungan hidup; dan/atau bidang kegiatan pemberdayaan ekonomi lainnya
yang sesuai dengan analisa kebutuhan desa dan telah ditetapkan dalam Musyawarah
Desa.

Perencanaan program dan kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Desa dengan


mempertimbangkan dan menyesuaikan dengan tipologi desa berdasarkan tingkat
perkembangan kemajuan desa, yaitu:

1. Desa tertinggal dan/atau sangat tertinggal, mengutamakan kegiatan pemberdayaan


masyarakat yang berorientasi pada membuka lapangan kerja dan atau usaha baru,
serta bantuan penyiapan infrastruktur bagi terselenggaranya kerja dan usaha warga
atau masyarakat baik dari proses produksi sampai pemasaran produk, serta
pemenuhan kebutuhan atau akses kehidupan masyarakat desa;

2. Desa berkembang, memprioritaskan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan


untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas kerja dan/atau proses produksi sampai
pemasaran produk, serta pemenuhan kebutuhan atau akses modal/fasilitas
keuangan;

3. Desa maju dan/atau mandiri, mengembangkan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang


visioner dengan menjadikan desa sebagai lumbung ekonomi atau capital rakyat, dimana
desa dapat menghidupi dirinya sendiri atau memiliki kedaulatan ekonomi, serta
mampu mengembangkan potensi atau sumberdaya ekonomi atau manusia dan kapital
desa secara berkelanjutan.

Keluaran dari pelaksanakan Musyawarah Desa untuk penyusunan RKP Desa adalah
dokumen perencanaan RKPDesa. Pada Musyawarah Desa tersebut, diharapkan seluruh
informasi terkait dengan pembahasan dan pengambilan keputusan Perencanaan
Pembangunan Desa seperti informasi tentang pagu Dana Desa, Alokasi Dana Desa,
Perkiraan Dana Bagi Hasil Pajak dan Retribusi Daerah, Program/Proyek masuk Desa,
Bantuan Keuangan Daerah dan Tipologi berdasarkan perkembangan Desa dengan data IDM,
sudah dapat disampaikan oleh pemerintah kabupaten/kota kepada desa‐desa di wilayah
masing‐masing.

4 2 016 | Pu s d i k l a t w as
E. SOAL DAN LATIHAN

1. Sebutkan dan jelaskan jenis‐jenis perencanaan pembangunan desa!

2. Jelaskan perbedaan antara Musyawarah Desa dan Musyawarah Perencanaan


Pembangunan Desa?

3. Salah satu titik kritis penyusunan RKP Desa adan pencermatan Pagu Indikatif,
jelaskan permasalahan terkait hal ini?

4. Sebutkan dan jelaskan secara singkat langkah‐langkah penyusunan RKP Desa?

5. Apa perbedaan antara RPJM Desa dengan RKP Desa?

6. Jelaskan alasan‐alasan yang menyebabkan RKP Desa berubah?

7. Prioritas Penggunaan Dana Desa ditentukan berdasarkan tipologi desa. Jelaskan tipologi
desa berdasarkan kemajuan desa?

8. Apa itu IDM? Jelaskan secara singkat!

9. Jelaskan prioritas pengunaan Dana Desa untuk bidang pemberdayaan masyarakat


desa dikaitkan dengan tipologinya?

10. Apakah Dana Desa diperbolehkan digunakan untuk membangun Kantor Desa?
Jelaskan dengan singkat?

11. Di Desa Sukamaju terdapat Jalan Kabupaten yang sering digunakan penduduk desa.
Kondisi jalan tersebut sangat buruk sekali dimana terdapat lubang besar yang
menyebabkan sering terjadi kecelakaan. Namun kondisi yang parah tersebut tidak
segera diperbaiki oleh pihak kabupaten. Desa bermaksud ingin memperbaiki jalan
tersebut. Bagaimana tanggapan anda?

12. Bolehkan Dana Desa digunakan untuk membeli mobil ambulance? Jelaskan dengan
singkat?
~

PengelolaanKeuanganDesa 47
BAB
IV PENGANGGARAN KEUANGAN
DESA

Indikator Keberhasilan:
Setelah mempelajari bab ini, Peserta diklat diharapkan mengetahui konsep
A. GAMBARAN UMUM
penganggaran; PENGANGGARAN
proses penyusunan APBKEUANGAN
Desa; StrukturDESA
APB Desa yang terdiri dari
Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan; Kode Rekening serta proses perubahan APB
Setelah RKP Desa ditetapkan maka dilanjutkan Desa. proses penyusunan APB Desa. Rencana
Kegiatan dan Rencana Anggaran Biaya yang telah ditetapkan dalam RKP Desa dijadikan
pedoman dalam proses penganggarannya. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa)
merupakan rencana anggaran keuangan tahunan pemerintah desa yang ditetapkan untuk
menyelenggarakan program dan kegiatan yang menjadi kewenangan desa.

APB Desa dibahas bersama dengan BPD dalam musyawarah desa untuk selanjutnya
ditetapkan dalam Peraturan Desa paling lambat 31 Desember tahun berjalan setelah
dievaluasi oleh bupati/walikota. Bupati/walikota dapat mendelegasikan evaluasi Rancangan
Peraturan Desa tentang APBDesa kepada camat.

Semua pendapatan dan belanja dianggarkan dalam APB Desa. Seluruh pendapatan dan belanja
dianggarkan secara bruto. Jumlah pendapatan merupakan perkiraan terukur dan dapat
dicapai serta berdasarkan ketentuan perundangan yang berlaku. Penganggaran
pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam
jumlah cukup dan harus didukung dengan dasar hukum yang melandasinya.

APB Desa hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali perubahan dalam 1 (satu) tahun anggaran.
Mekanisme perubahan APB Desa adalah sama dengan mekanisme penetapan APB Desa.

4 2 016 | Pu s d i k l a t w as
B. PROSES PENYUSUNAN APB DESA

Proses penyusunan APB Desa dimulai dengan urutan sebagai berikut:

1. Sekretaris Desa menyusun rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa (RAPB Desa)
berdasarkan RKP Desa yang telah ditetapkan dan menyampaikan kepada Kepala
Desa;

2. Kepala Desa selanjutnya menyampaikan kepada Badan Permusyawaratan Desa untuk


dibahas dan disepakati bersama. Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa disepakati
bersama paling lambat bulan Oktober tahun berjalan antara Kepala Desa dan BPD;

3. Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa yang telah disepakati bersama
sebagaimana selanjutnya disampaikan oleh kepala desa kepada bupati/walikota melalui
camat atau sebutan lain paling lambat 3 (tiga) hari sejak disepakati untuk
dievaluasi;

4. Bupati/Walikota menetapkan hasil evaluasi Rancangan APB Desa paling lama 20 (dua
puluh) hari kerja sejak diterimanya Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa.
Dalam hal bupati/walikota tidak memberikan hasil evaluasi dalam batas waktu maka
Peraturan Desa tersebut berlaku dengan sendirinya.

Dalam hal bupati/walikota menyatakan hasil evaluasi Rancangan Peraturan Desa tentang
APB Desa tidak sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang‐undangan
yang lebih tinggi Kepala Desa melakukan penyempurnaan paling lama 7 (tujuh) hari
kerja terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi. Apabila hasil evaluasi tidak
ditindaklanjuti oleh Kepala Desa dan Kepala Desa tetap menetapkan Rancangan
Peraturan Desa tentang APB Desa menjadi Peraturan Desa, bupati/walikota
membatalkan Peraturan Desa dengan Keputusan Bupati/Walikota yang sekaligus
menyatakan berlakunya pagu APB Desa tahun anggaran sebelumnya;

5. Peraturan Desa tentang APB Desa ditetapkan paling lambat tanggal 31 Desember
tahun anggaran berjalan.

Flowchart penyusunan APB Desa dapat dilihat dalam gambar berikut:

PengelolaanKeuanganDesa 49
Bupati/walikota dalam melakukan evaluasi Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa
dapat mendelegasikan kepada camat. Ketentuan lebih lanjut mengenai
pendelegasian evaluasi Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa kepada camat
diatur dalam peraturan bupati/walikota.

5 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Penyusunan APB Desa sebagaimana telah diuraikan di atas memiliki batasan waktu
yang diatur dalam peraturan perundangan. Jadwal waktu penyusunan APB Desa
digambarkan sebagai berikut:

Tabel 4.1
Jadwal Penyusunan APB Desa

Tahapan Waktu
Penyampaian Pagu Indikatif Bulan Juli
oleh Pemerintah kab/kota ke
Desa
Penetapan RKP Desa Akhir September
Penyusunan Rancangan APB Desa Awal Oktober
Penyepakatan bersama dengan BPD Akhir Oktober
Penyampaian kepada bupati/walikota Maksimum 3 hari kerja
melalui camat
Proses evaluasi R‐APB Desa Maksimum 20 hari kerja
Proses penyempurnaan Maksimum 7 hari kerja
Penetapan APB Desa Maksimum 31 Desember

C. STRUKTUR ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (APBDESA)

APB Desa merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan desa yang disetujui oleh Badan
Permusyawaratan Desa. APB Desa terdiri atas Pendapatan Desa, Belanja Desa, dan
Pembiayaan Desa. Berikut disajikan format APB Desa:

PengelolaanKeuanganDesa 51
Format 4.1
Format APB
Desa

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA


PEMERINTAH DESA…………..
TAHUN ANGGARAN………….

Anggaran Ket. (Sumber


Kode Rekening Uraian
(Rp.) Dana)
1 PENDAPATAN
1 1 Pendapatan Asli Desa
1 1 1 Hasil Usaha Desa
1 1 1 04 Hasil Pelelangan Ikan Yang Dikelola Desa
1 1 2 Hasil Aset Desa
1 1 2 01 Pendapatan Sewa Tanah Kas Desa
1 1 3 Swadaya, Partisipasi dan Gotong Royong
1 1 3 01 Hasil Swadaya
1 1 4 Lain ‐ Lain Pendapatan Asli Daerah Yang
Sah
1 1 4 04 Bunga Simpanan Uang di Bank
1 1 4 09 Lain‐lain Pendapatan Desa Yang Sah
Lainnya
1 2 Pendapatan Transfer
1 2 1 Dana Desa
1 2 1 01 Dana Desa
1 2 2 Bagi Hasil Pajak dan Retribusi
1 2 2 01 Bagi Hasil Pajak dan Retribusi Daerah
1 2 3 Alokasi Dana Desa
1 2 3 01 Alokasi Dana Desa
1 2 4 Bantuan Keuangan Provinsi
1 2 4 01 Bantuan Keuangan dari APBD Provinsi
1 2 5 Bantuan Keuangan Kabupaten/Kota
1 2 5 01 Bantuan Keuangan dari APBD Kabupaten
1 3 Lain‐Lain Pendapatan Desa yang Sah
Pendapatan Hibah dan Sumbangan
1 3 1
Pihak Ketiga
Pendapatan Sumbangan dari Pihak
1 3 1 07
Ketiga Lainnya

5 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Anggaran Ket. (Sumber
Kode Rekening Uraian
(Rp.) Dana)
JUMLAH PENDAPATAN
2 BELANJA
2 1 Bidang Penyelenggaraan Pemerintah Desa
Kegiatan Pembayaran Penghasilan Tetap dan
2 1 1
Tunjangan
2 1 1 1 Belanja Pegawai
2 1 1 1 01 Penghasilan Tetap Kepala Desa dan
Perangkat Desa
2 1 1 1 04 Tunjangan Kepala Desa dan Perangkat
Desa
2 1 1 1 06 Tunjangan BPD dan Anggotanya
2 1 2 Kegiatan Operasional Kantor Desa
2 1 2 2 Belanja Barang dan Jasa
2 1 2 2 01 Belanja Listrik, Air, Telepon, Fax/Internet
2 1 2 2 02 Belanja Alat Tulis Kantor
2 03 Belanja Alat‐alat Kebersihan dan Bahan
2 1 2
Pembersih
2 1 2 2 04 Belanja Benda Pos dan Materai
2 1 2 2 06 Belanja Fotocopy, Cetak dan Penggandaan
2 1 2 2 07 Belanja Makanan dan Minuman Rapat
2 1 2 2 08 Belanja .............
2 1 2 3 Belanja Modal
2 1 2 3 14 Belanja Modal Pengadaan Peralatan Kantor
Belanja Modal Pengadaan Alat‐alat
2 1 2 3
15 Rumah Tangga
2 1 2 3 16 Belanja Modal Pengadaan Komputer
2 1 3 Kegiatan Operasional BPD
2 1 3 2 Belanja Barang dan Jasa
2 1 3 2 02 Belanja Alat Tulis Kantor
2 1 3 2 04 Belanja Benda Pos dan Materai
2 1 3 2 06 Belanja Fotocopy, Cetak dan Penggandaan
2 1 3 2 07 Belanja Makanan dan Minuman Rapat
2 1 3 2 16 Belanja Perjalanan Dinas
2 1 4 Kegiatan Operasional RT/RW

PengelolaanKeuanganDesa 53
Anggaran Ket. (Sumber
Kode Rekening Uraian
(Rp.) Dana)
2 1 4 2 Belanja Barang dan Jasa
2 1 4 2 02 Belanja Alat Tulis Kantor
2 1 4 2 04 Belanja Benda Pos dan Materai
2 1 4 2 06 Belanja Fotocopy, Cetak dan Penggandaan
2 1 4 2 07 Belanja Makanan dan Minuman Rapat
2 1 4 2 16 Belanja Perjalanan Dinas
2 2 Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa
2 2 1 Kegiatan Pembangunan Saluran Irigasi
2 2 1 2 Belanja Barang dan Jasa
2 2 1 2 02 Belanja Alat Tulis Kantor
2 2 1 2 14 Belanja Honorarium Tim Panitia
2 2 1 3 Belanja Modal
2 2 1 3 29 Belanja Modal Pengadaan Jaringan Air
2 2 2 Kegiatan Pembangunan Jalan Desa
2 2 2 2 Belanja Barang dan Jasa
2 2 2 2 02 Belanja Alat Tulis Kantor
2 2 2 2 14 Belanja Honorarium Tim Panitia
2 2 2 3 Belanja Modal
2 2 2 3 27 Belanja Modal Pengadaan Jalan Desa
2 3 Bidang Pembinaan Kemasyarakatan
Kegiatan Pembinaan Keamanan dan
2 3 1
Ketertiban
2 3 1 2 Belanja Barang dan Jasa
2 3 1 2 02 Belanja Alat Tulis Kantor
2 3 1 2 06 Belanja Fotocopy, Cetak dan Penggandaan
2 3 1 2 07 Belanja Makanan dan Minuman Rapat
2 3 1 2 08 Belanja Pakaian Dinas dan Atributnya
2 3 1 2 09 Belanja Bahan Praktek dan Pelatihan
2 3 1 2 11 Belanja Sewa Peralatan
Belanja Honorarium
2 3 1 2 15
Instruktur/Pelatih/Narasumber
2 3 1 2 16 Belanja Perjalanan Dinas

5 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Anggaran Ket. (Sumber
Kode Rekening Uraian
(Rp.) Dana)
2 3 7 Kegiatan Pendidikan Anak Usia Dini
2 3 7 2 Belanja Barang dan Jasa
2 3 7 2 02 Belanja Alat Tulis Kantor
2 3 7 2 06 Belanja Fotocopy, Cetak dan Penggandaan
2 3 7 2 07 Belanja Makanan dan Minuman Rapat
2 3 7 3 Belanja Modal
3 33 Belanja Modal Pengadaan Buku
2 3 7
dan Kepustakaan
2 4 Bidang Pemberdayaan Masyarakat
Kegiatan Pelatihan Kepala Desa dan
2 4 1
Perangkat
2 4 1 2 Belanja Barang dan Jasa
2 4 1 2 02 Belanja Alat Tulis Kantor
2 4 1 2 06 Belanja Fotocopy, Cetak dan Penggandaan
2 4 1 2 07 Belanja .............
2 4 5 Kegiatan ..........................
2 4 5 2 Belanja Barang dan Jasa
2 4 5 2 02 Belanja .............
2 5 Bidang Tidak Terduga
2 5 1 Kegiatan Penanggulangan Bencana Alam
2 5 1 2 Belanja Barang dan Jasa
2 5 1 2 07 Belanja Makanan dan Minuman Rapat
2 5 1 2 11 Belanja Sewa Peralatan
2 5 1 2 14 Belanja Honorarium Tim Panitia
JUMLAH BELANJA
SURPLUS / (DEFISIT)
3 PEMBIAYAAN
3 1 Penerimaan Pembiayaan
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran
3 1 1
Tahun Sebelumnya
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran
3 1 1 01
(SILPA) Tahun Sebelumnya
3 2 Pengeluaran Pembiayaan

PengelolaanKeuanganDesa 55
Anggaran Ket. (Sumber
Kode Rekening Uraian
(Rp.) Dana)
3 2 2 Penyertaan Modal Desa
3 2 2 01 Penyertaan Modal Desa
JUMLAH PEMBIAYAAN
SISA LEBIH / (KURANG)
PERHITUNGAN ANGGARAN

Format APB Desa sebagaimana tercantum dalam Lampiran Permendagri Nomor 113 Tahun
2014 bersifat tidak mengikat, khususnya pada Kode Rekening Objek Belanja yang bertanda
strip “‐“ seperti pasir, semen dsb (Level 4). Pemerintah kabupaten/kota dapat mengatur
lebih lanjut dalam Perkada Pengelolaan Keuangan Desa dengan merinci kode rekening belanja
hingga Objek Belanja (level 4) sebagai alat pengendalian dan pengklasifikasian.

1. Pendapatan Desa

Pendapatan Desa meliputi semua penerimaan uang melalui Rekening Kas Desa yang
merupakan hak desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak perlu dibayar
kembali oleh desa. Pendapatan desa sesuai pasal 72 UU Desa bersumber dari:

a. Pendapatan Asli Desa;

b. Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Dana Desa);

c. Bagian Hasil Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Kabupaten/Kota;

d. Alokasi Dana Desa;

e. Bantuan Keuangan dari APBD Provinsi dan APBD Kabupaten/Kota;

f. Hibah dan Sumbangan yang Tidak Mengikat dari Pihak Ketiga;

g. Lain‐lain Pendapatan Desa yang Sah.

Pendapatan Desa tersebut jika diklasifikasikan menurut kelompok terdiri dari:

 Pendapatan Asli Desa (PA Desa)

 Transfer

 Pendapatan Lain‐Lain

5 2 016 | Pu s d i k l a t w as
a. Pendapatan Asli Desa (PA Desa)

Pendapatan desa diklasifikasikan menurut kelompok dan jenis. Kelompok


PADesa meliputi Hasil Usaha; Hasil Aset; Swadaya, Partisipasi dan Gotong Royong;
dan Lain‐Lain Pendapatan Asli Desa.

Pendapatan yang masuk kategori Hasil Usaha contohnya adalah pendapatan


yang berasal dari Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) pengelolaan pasar desa,
dan pengelolaan kawasan wisata skala desa.

Pendapatan yang berasal dari Hasil Aset Desa antara lain tambatan perahu, pasar
desa, tempat pemandian umum dan jaringan irigasi. Pendapatan dari hasil
pemanfaatan aset tersebut umumnya adalah berupa Retribusi Desa. Retribusi Desa
yaitu pungutan atas jasa pelayanan yang diberikan pemerintah desa kepada
pengguna/penerima manfaat aset desa dimaksud. Ketentuan mengenai Retribusi
Desa harus ditetapkan dalam Peraturan Desa, dan pelaksanaan penerimaan
retribusinya dilakukan oleh Bendahara Desa atau petugas pemungut penerimaan
desa yang telah ditetapkan oleh Kepala Desa.

Swadaya dan partisipasi adalah membangun dengan kekuatan sendiri yang


melibatkan peran serta masyarakat dalam bentuk uang dan atau barang yang
dinilai dengan uang. Gotong royong adalah membangun dengan kekuatan sendiri
yang melibatkan peran serta masyarakat dalam bentuk jasa yang dinilai dengan
uang. Penganggaran kegiatan yang bersumber dari swadaya, partisipasi dan
gotongroyong ini disepakati pada saat musyawarah desa dan penyumbangnya
didata serta diminta kesanggupannya untuk merealisasikannya pada saat
pelaksanaan.

Lain‐lain Pendapatan Asli Desa antara lain diperoleh dari hasil pungutan desa.
Pungutan yang ada di desa antara lain yaitu pungutan atas penggunaan balai desa,
pungutan atas pembuatan surat‐surat keterangan, pungutan atas calon
penduduk desa, dan lain sebagainya yang dilakukan dilakukan oleh Bendahara
Desa. Pemerintah desa dilarang melakukan pungutan sebagai penerimaan desa
selain yang ditetapkan dalam Peraturan Desa.

PengelolaanKeuanganDesa 57
b. Pendapatan Transfer Desa

Kelompok Transfer terdiri atas jenis:

1) Dana Desa;

2) Bagian dari Hasil Pajak Daerah Kabupaten/Kota dan Retribusi Daerah;

3) Alokasi Dana Desa (ADD);

4) Bantuan Keuangan dari APBD Provinsi;

5) Bantuan Keuangan dari APBD Kabupaten/Kota.

1) Dana Desa

Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer
melalui APBD kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan
kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Pemerintah
menganggarkan Dana Desa secara nasional dalam APBN setiap tahun.

Sesuai dengan PP Nomor 60 Tahun 2014 jo PP Nomor 22 Tahun 2015 jo PP


Nomor 8 Tahun 2016 tentang Dana Desa yang bersumber dari APBN, Dana
Desa dihitung berdasarkan jumlah desa dan dialokasikan secara
berkeadilan berdasarkan Alokasi Dasar dan Alokasi Formula.

Penghitungan besaran Dana Desa untuk setiap Kabupaten/Kota

Rincian Dana Desa setiap kabupaten/kota dialokasikan secara merata dan


berkeadilan berdasarkan Alokasi Dasar kab/kota dan Alokasi Formula
kab/kota.

Alokasi dasar adalah alokasi minimal Dana Desa yang diterima setiap desa,
yang besarannya dihitung dengan cara 90% (sembilan puluh persen) dari
anggaran Dana Desa dibagi dengan jumlah desa secara nasional.

Alokasi Formula adalah alokasi yang dihitung dengan memperhatikan


jumlah penduduk desa, angka kemiskinan desa, luas wilayah desa, dan
tingkat kesulitan geografis desa setiap kabupaten/kota.

5 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Besaran Alokasi Dasar setiap kabupaten/kota dihitung dengan cara
mengalikan Alokasi Dasar dengan jumlah desa di kabupaten/kota.

Besaran Alokasi Formula setiap kabupaten/kota, yang besarannya 10%


(sepuluh persen) dari anggaran Dana Desa dihitung dengan bobot sebagai
berikut:

a) 25% (dua puluh lima persen) untuk jumlah penduduk;

b) 35% (tiga puluh lima persen) untuk angka kemiskinan;

c) 10% (sepuluh persen) untuk luas wilayah; dan

d) 30% (tiga puluh persen) untuk tingkat kesulitan geografis.

Angka kemiskinan Desa dan tingkat kesulitan geografis desa ditunjukkan


oleh jumlah penduduk miskin Desa dan Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK)
kabupaten/kota. Dana Desa setiap kabupaten/kota ditetapkan dalam
Peraturan Presiden mengenai rincian APBN.

Penghitungan besaran Dana Desa untuk setiap Desa

Berdasarkan besaran Dana Desa setiap kabupaten/kota, bupati/walikota


menetapkan rincian Dana Desa untuk setiap desa di wilayahnya. Tata
cara pembagian dan penetapan besaran Dana Desa setiap desa ditetapkan
dengan peraturan bupati/walikota.

Kabupaten/kota menghitung besaran Dana Desa untuk setiap desa


berdasarkan alokasi dasar dan alokasi formula. Besaran Alokasi Dasar setiap
desa dihitung dengan cara membagi Alokasi Dasar setiap kabupaten/kota
dengan jumlah desa di kabupaten/kota yang bersangkutan.

Besaran Alokasi Formula setiap desa, dihitung dengan bobot sebagai berikut:

a) 25% (dua puluh lima persen) untuk jumlah penduduk;

b) 35% (tiga puluh lima persen) untuk angka kemiskinan;

c) 10% (sepuluh persen) untuk luas wilayah; dan

d) 30% (tiga puluh persen) untuk tingkat kesulitan geografis.

PengelolaanKeuanganDesa 59
Angka kemiskinan desa dan tingkat kesulitan geografis desa, masing‐
masing ditunjukkan oleh jumlah penduduk miskin desa dan Indeks Kesulitan
Geografis (IKG) Desa. IKG Desa ditentukan oleh faktor yang terdiri atas
ketersediaan prasarana pelayanan dasar, kondisi infrastruktur; dan
aksesibilitas transportasi.

Gambar 4.2
Mekanisme Pengalokasian Dana Desa

Sumber: DJPK – Kementerian Keuangan,


2016

Kotak 4.1: Perkembangan Besaran Dana Desa


Sebagaimana tercantum dalam PP 22 Tahun 2015, pada pasal 30 A dinyatakan
pengalokasian anggaran Dana Desa dalam APBN dilakukan secara bertahap,
yang dilaksanakan sebagai berikut:
a. Tahun Anggaran 2015 paling sedikit sebesar 3% (tiga per seratus);
b. Tahun Anggaran 2016 paling sedikit sebesar 6% (enam per seratus); dan
c. Tahun Anggaran 2017 dan seterusnya sebesar 10% (sepuluh per seratus),
dari anggaran Transfer ke Daerah.
Dana Desa Tahun 2015 telah disalurkan dalam APBN‐P 2015 sebesar Rp20,776
Triliyun atau ± 280 juta per desa, sedangkan di tahun 2016 telah ditetapkan
dalam APBN 2016 sebesar Rp 46,982 Triliyun atau ± Rp628,5 juta per desa.
Untuk tahun 2017, direncanakan dalam R‐APBN 2017 sebesar Rp 60 triliyun atau
diprediksi setiap desa di tahun 2017 mendapat rata‐rata ± Rp800 juta. Dana Desa
setiap tahun akan cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya anggaran
Transfer ke daerah walaupun proporsinya tetap 10% (on top).
6 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Dalam proses penganggarannya, bupati/walikota menginformasikan pagu
indikatif Dana Desa kepada seluruh desa dalam jangka waktu 10 (sepuluh)
hari setelah Kebijakan Umum Anggaran dan Prioritas Serta Plafon
Anggaran Sementara (KUA/PPAS) disepakati Kepala Daerah bersama Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah. Sesuai ketentuan, KUA dan PPAS paling lambat
disepakati akhir bulan Juli. Informasi pagu indikatif Dana Desa sangat
diperlukan bagi desa dalam proses perencanaan pembangunan.

2) Alokasi Dana Desa

Pemerintah daerah kabupaten/kota sesuai amanat UU Desa wajib


mengalokasikan ADD dalam APBD kabupaten/kota setiap tahun anggaran.
Alokasi Dana Desa merupakan bagian dari Dana Perimbangan yang diterima
pemerintah daerah kabupaten/kota paling sedikit 10% setelah dikurangi Dana
Alokasi Khusus.

Tata cara pengalokasian ADD ditetapkan dengan peraturan bupati/walikota.


Pengalokasian ADD kepada setiap desa mempertimbangkan:

 Kebutuhan penghasilan tetap kepala desa dan perangkat desa;

 Jumlah penduduk desa, angka kemiskinan desa, luas wilayah desa,


dan tingkat kesulitan geografis desa.

Tidak seperti penyaluran Dana Desa yang telah ditetapkan sebanyak 2


tahap, Penyaluran ADD ke desa diserahkan mekanismenya kepada
kabupaten/kota masing‐masing yang diatur dalam peraturan
bupati/walikota. Sehingga antar daerah bisa saja terdapat perbedaan dalam
mekanisme penyalurannya dimana ada yang 2 tahap, 3 tahap, 4 tahap
bahkan ada yang 12 tahap (setiap bulan).

Dalam proses penganggaran desa, bupati/walikota menginformasikan rencana


ADD dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari setelah Kebijakan Umum
Anggaran dan Prioritas Serta Plafon Anggaran Sementara (KUA/PPAS)
disepakati Kepala Daerah bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Sesuai
ketentuan, KUA dan PPAS paling lambat disepakati akhir bulan Juli.
Informasi pagu indikatif ADD sangat diperlukan bagi desa dalam proses
perencanaan pembangunan.

PengelolaanKeuanganDesa 61
3) Bagi Hasil Pajak dan Retribusi Daerah

Pemerintah kabupaten/kota mengalokasikan Bagian dari Hasil Pajak dan Retribusi


Daerah Kabupaten/Kota kepada desa paling sedikit 10% dari realisasi
penerimaan hasil pajak dan retribusi daerah kabupaten/kota.

Pengalokasian Bagian Dari Hasil Pajak dan Retribusi kepada desa tersebut
ditetapkan dalam Peraturan Bupati/Walikota, berdasarkan ketentuan:

 60% dibagi secara merata kepada seluruh desa.

 40% dibagi secara proporsional realisasi penerimaan hasil pajak dan


retribusi dari desa masing‐masing.

Sebagaimana DD dan ADD, bupati/walikota menginformasikan kepada Kepala


Desa rencana Bagi Hasil Pajak dan Retribusi Daerah dalam jangka waktu
10 (sepuluh) hari setelah Kebijakan Umum Anggaran dan Prioritas Serta
Plafon Anggaran Sementara (KUA/PPAS) disepakati Kepala Daerah
bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Sesuai ketentuan, KUA dan
PPAS paling lambat disepakati akhir bulan Juli. Informasi pagu indikatif Bagi
hasil pajak/retribusi daerah sangat diperlukan bagi desa dalam proses
perencanaan pembangunan.

4) Bantuan Keuangan Provinsi/Kabupaten/Kota

Pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota dapat memberikan Bantuan


Keuangan yang bersumber dari APBD provinsi/kabupaten/ kota kepada
desa sesuai dengan kemampuan keuangan pemerintah daerah yang
bersangkutan. Bantuan tersebut diarahkan untuk percepatan
pembangunan desa.

Bantuan keuangan tersebut dapat bersifat umum dan khusus. Bantuan


keuangan yang bersifat umum peruntukan dan penggunaannya diserahkan
sepenuhnya kepada desa penerima bantuan dalam rangka membantu
pelaksanaan tugas pemerintah daerah di desa.

Bantuan Keuangan yang bersifat khusus peruntukan dan pengelolaannya


ditetapkan oleh pemerintah daerah pemberi bantuan dalam rangka
percepatan pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat. Bantuan

6 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Keuangan bersifat khusus yang dikelola dalam APB Desa tidak diterapkan
ketentuan penggunaan

PengelolaanKeuanganDesa 63
paling sedikit 70% dan paling banyak 30% sebagaimana diatur dalam pasal 100
PP Nomor 43 Tahun 2014 jo PP Nomor 47 Tahun 2015.

Gubernur/Bupati/Walikota menyampaikan informasi kepada Kepala Desa tentang


Bantuan Keuangan yang akan diberikan dalam jangka waktu 10 (sepuluh)
hari setelah KUA/PPAS disepakati kepala daerah bersama Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah. Informasi dari gubernur/bupati/walikota menjadi bahan
penyusunan rancangan APB Desa.

c. Lain‐Lain Pendapatan Desa Yang Sah

Kelompok Lain‐Lain Pendapatan Desa yang Sah diantaranya berupa Hibah dan
Sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat. Sumbangan tidak mengikat
dapat berupa pemberian berupa uang dari pihak ketiga, hasil kerjasama dengan
pihak ketiga atau bantuan perusahaan yang berlokasi di desa.

2. Belanja Desa

Belanja Desa merupakan semua pengeluaran dari rekening desa yang merupakan
kewajiban desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh desa Belanja Desa dipergunakan dalam rangka mendanai
penyelenggaraan kewenangan desa.

Belanja Desa yang ditetapkan dalam APB Desa sesuai pasal 100 PP Nomor 47 Tahun
2015 digunakan dengan ketentuan:

 Paling sedikit 70% (≥ 70%) dari jumlah anggaran belanja desa digunakan untuk
mendanai penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa,
pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa (4 bidang).

 Paling banyak 30% (≤ 30%) dari jumlah anggaran belanja desa digunakan untuk 4
item yaitu:

- Penghasilan tetap dan tunjangan kepala desa dan perangkat desa;

- Operasional pemerintah desa;

- Tunjangan dan operasional Badan Permusyawaratan Desa;

- Insentif Rukun Tetangga dan Rukun Warga yaitu bantuan kelembagaan


yang digunakan untuk operasional RT dan RW.

6 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Penghasilan tetap, operasional pemerintah desa, dan tunjangan dan operasional BPD
serta insentif RT dan RW dibiayai dengan menggunakan sumber dana dari Alokasi
Dana Desa.

Sedangkan Penggunaan Dana Desa diprioritaskan untuk membiayai pembangunan


dan pemberdayaan masyarakat. Kebutuhan pembangunan meliputi tetapi tidak terbatas
pada kebutuhan primer, pelayanan dasar, lingkungan, dan kegiatan pemberdayaan
masyarakat desa. Pengertian Tidak Terbatas adalah kebutuhan pembangunan di luar
pelayanan dasar yang dibutuhkan masyarakat desa. Kebutuhan Primer adalah kebutuhan
pangan, sandang, dan papan. Pelayanan dasar antara lain pendidikan, kesehatan, dan
infrastruktur dasar.

a. Kelompok Belanja

Belanja Desa diklasifikasikan menurut kelompok, kegiatan, dan jenis. Klasifikasi


Belanja Desa menurut kelompok terdiri dari:

1) Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa;

2) Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa;

3) Bidang Pembinaan Kemasyarakatan Desa;

4) Bidang Pemberdayaan Masyarakat Desa; dan

5) Bidang Belanja Tak Terduga.

Kelompok Belanja tersebut selanjutnya dibagi dalam kegiatan sesuai dengan


kebutuhan desa yang telah dituangkan dalam RKP Desa. Rincian Bidang dan
Kegiatan dibuat dengan mengacu pada Permendagri Nomor 114 Tahun 2014
tentang Pedoman Pembangunan Desa dan prioritas penggunaan Dana Desa yang
ditetapkan Kementerian Desa dan PDTT, diuraikan sebagai berikut:

1) Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, antara lain:

 Penetapan dan penegasan batas desa;

 Pendataan desa;

 Penyusunan tata ruang desa;

 Penyelenggaraan musyawarah desa;

 Pengelolaan informasi desa;

PengelolaanKeuanganDesa 65
 Penyelenggaraan perencanaan desa;

6 2 016 | Pu s d i k l a t w as
 Penyelenggaraan evaluasi tingkat perkembangan pemerintahan desa;

 Penyelenggaraan kerjasama antar desa;

 Pembangunan sarana dan prasarana kantor desa;

 Kegiatan lainnya sesuai kondisi desa.

2) Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa, antara lain:

 Pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan infrasruktur dan


lingkungan desa antara lain:

(a) Tambatan perahu;

(b) Jalan pemukiman;

(c) Jalan desa antar permukiman ke wilayah pertanian;

(d) Pembangkit listrik tenaga mikrohidro;

(e) Lingkungan permukiman masyarakat desa;

(f) Infrastruktur desa lainnya sesuai kondisi desa.

 Pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan sarana dan


prasarana kesehatan antara lain:

(a) Air bersih berskala desa;

(b) Sanitasi lingkungan;

(c) Pelayanan kesehatan desa seperti posyandu;

(d) Sarana dan prasarana kesehatan lainnya sesuai kondisi desa.

 Pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan sarana dan


prasarana pendidikan dan kebudayaan antara lain:

(a) Taman bacaan masyarakat;

(b) Pendidikan anak usia dini;

(c) Balai pelatihan/kegiatan belajar masyarakat;

(d) Pengembangan dan pembinaan sanggar seni;

(e) Sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan lainnya sesuai


kondisi desa.

PengelolaanKeuanganDesa 67
 Pengembangan usaha ekonomi produktif serta pembangunan,
pemanfaatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana ekonomi antara
lain:

(a) Pasar desa;

(b) Pembentukan dan pengembangan BUM Desa;

(c) Penguatan permodalan BUM Desa;

(d) Pembibitan tanaman pangan;

(e) Penggilingan padi;

(f) Lumbung desa;

(g) Pembukaan lahan pertanian;

(h) Pengelolaan usaha hutan desa;

(i) Kolam ikan dan pembenihan ikan;

(j) Kapal penangkap ikan;

(k) Cold storage (gudang pendingin);

(l) Tempat pelelangan ikan;

(m) Tambak garam;

(n) Kandang ternak;

(o) Instalasi biogas;

(p) Mesin pakan ternak;

(q) Sarana dan prasarana ekonomi lainnya sesuai kondisi desa.

 Pelestarian lingkungan hidup antara lain:

(a) Penghijauan;

(b) Pembuatan terasering;

(c) Pemeliharaan hutan bakau;

(d) Perlindungan mata air;

(e) Pembersihan daerah aliran sungai;

(f) Perlindungan terumbu karang;

(g) Kegiatan lainnya sesuai kondisi desa.

6 2 016 | Pu s d i k l a t w as
3) Bidang Pembinaan Kemasyarakatan Desa antara lain:

 Pembinaan lembaga kemasyarakatan;

 Penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban;

 Pembinaan kerukunan umat beragama;

 Pengadaan sarana dan prasarana olah raga;

 Pembinaan lembaga adat;

 Pembinaan kesenian dan sosial budaya masyarakat; dan

 Kegiatan lain sesuai kondisi desa.

4) Bidang Pemberdayaan Masyarakat Desa antara lain:

 Pelatihan usaha ekonomi, pertanian, perikanan dan perdagangan;

 Pelatihan teknologi tepat guna;

 Pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan bagi kepala desa, perangkat


desa, dan Badan Pemusyawaratan Desa;

 Peningkatan kapasitas masyarakat, antara lain:

‐ Kader pemberdayaan masyarakat desa;

‐ Kelompok usaha ekonomi produktif;

‐ Kelompok perempuan;

‐ Kelompok tani;

‐ Kelompok masyarakat miskin;

‐ Kelompok nelayan;

‐ Kelompok pengrajin;

‐ Kelompok pemerhati dan perlindungan anak;

‐ Kelompok pemuda;

‐ Kelompok lain sesuai kondisi desa.

PengelolaanKeuanganDesa 69
5) Bidang Belanja Tak Terduga

Keadaan Darurat dan/atau Keadaan Luar Biasa (KLB) merupakan keadaan


yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang dan/atau mendesak
antara lain dikarenakan bencana alam, sosial, kerusakan sarana dan
prasarana. Dalam keadaan darurat dan/atau KLB, Pemerintah Desa dapat
melakukan belanja yang belum tersedia anggarannya.

Keadaan Darurat dan/atau Luar Biasa ditetapkan dengan Keputusan


Bupati/Walikota. Dalam pelaksanaanya, Belanja Tak Terduga dalam APB Desa
terlebih dulu harus dibuat Rincian Anggaran Biaya yang disahkan oleh
Kepala Desa.

b. Jenis Belanja

Klasifikasi Belanja berdasarkan jenis terdiri dari Belanja Pegawai, Belanja Barang/Jasa,
dan Belanja Modal.

1) Belanja Pegawai

Belanja Pegawai dianggarkan untuk pengeluaran penghasilan tetap dan


tunjangan bagi Kepala Desa dan Perangkat Desa serta tunjangan BPD yang
pelaksanaannya dibayarkan setiap bulan. Belanja Pegawai tersebut
dianggarkan dalam kelompok Penyelenggaraan Pemerintahan Desa,
dengan kegiatan Pembayaran Penghasilan Tetap dan Tunjangan.

2) Belanja Barang dan Jasa

Belanja Barang dan Jasa digunakan untuk pengeluaran pembelian/pengadaan


barang yang nilai manfaatnya kurang dari 12 (dua belas) bulan. Belanja
Barang dan Jasa antara lain:

 Alat tulis kantor;

 Benda pos;

 Bahan/material;

 Pemeliharaan;

 Cetak/penggandaan;

7 2 016 | Pu s d i k l a t w as
 Sewa kantor desa;

 Sewa perlengkapan dan peralatan kantor;

 Makanan dan minuman rapat;

 Pakaian dinas dan atributnya;

 Perjalanan dinas;

 Upah kerja;

 Honorarium narasumber/ahli;

 Operasional pemerintah desa;

 Operasional BPD;

 Insentif rukun tetangga /rukun warga;

 Pemberian barang pada masyarakat/kelompok masyarakat.

Insentif Rukun Tetangga/Rukun Warga adalah bantuan uang untuk


operasional lembaga RT/RW dalam rangka membantu pelaksanaan tugas
pelayanan pemerintahan, perencanaan pembangunan, ketentraman dan
ketertiban, serta pemberdayaan masyarakat desa. Pemberian barang pada
masyarakat/kelompok masyarakat dilakukan untuk menunjang
pelaksanaan kegiatan.

3) Belanja Modal

Belanja Modal digunakan untuk pengeluaran dalam rangka pembelian/


pengadaan barang atau bangunan yang nilai manfaatnya lebih dari 12 (dua
belas) bulan yang digunakan untuk kegiatan penyelenggaraan kewenangan
desa. Contoh Belanja Modal adalah Pembangunan Jalan Desa, Pembangunan
Jembatan Desa, Pengadaan Komputer, Pengadaan Meublair dan lain
sebagainya. Termasuk dalam belanja modal adalah upah kerja yang
dikeluarkan untuk perolehan aset.

3. Pembiayaan

Pembiayaan meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau


pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun pada tahun‐tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan

PengelolaanKeuanganDesa 71
diklasifikasikan menurut kelompok dan jenis.

7 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Pembiayaan desa berdasarkan kelompok terdiri dari Penerimaan Pembiayaan dan
Pengeluaran Pembiayaan.

a. Penerimaan Pembiayaan

Penerimaan pembiayaan meliputi sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA)


tahun sebelumnya; pencairan dana cadangan; dan hasil penjualan kekayaan
desa yang dipisahkan.

1) Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) tahun sebelumnya

Penerimaan pembiayaan yang berasal dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran


yang digunakan untuk mendanai pelaksanaan kegiatan tahun berjalan yang
berasal dari pelampauan penerimaan pendapatan dan penghematan
belanja tahun sebelumnya. Realisasi penggunaan SiLPA merupakan
keseluruhan SiLPA yang dianggarkan dalam APB Desa. SiLPA antara lain
berupa pelampauan penerimaan pendapatan terhadap belanja, penghematan
belanja, dan sisa dana kegiatan lanjutan. SilPA merupakan penerimaan
pembiayaan yang digunakan untuk:

 Menutupi defisit anggaran apabila realisasi pendapatan lebih kecil dari


pada realisasi belanja;

 Mendanai pelaksanaan kegiatan lanjutan; dan

 Mendanai kewajiban lainnya yang sampai dengan akhir tahun


anggaran belum diselesaikan.

2) Pencairan Dana Cadangan

Pencairan Dana Cadangan merupakan kegiatan pencairan dana dari


rekening Dana Cadangan ke rekening desa yang dilakukan sesuai
Peraturan Desa yang mengatur hal tersebut. Pencairan Dana Cadangan
digunakan untuk menganggarkan pencairan Dana Cadangan dari rekening
Dana Cadangan ke Rekening Kas Desa dalam tahun anggaran berkenaan.

3) Hasil Penjualan Kekayaan Desa yang Dipisahkan

Hasil Penjualan Kekayaan Desa yang Dipisahkan digunakan untuk


menganggarkan hasil penjualan kekayaan desa yang dipisahkan. Penerimaan
pembiayaan yang berasal dari Hasil Penjualan Kekayaan Desa yang

PengelolaanKeuanganDesa 73
Dipisahkan diperoleh dari

7 2 016 | Pu s d i k l a t w as
realisasi penjualan aset/kekayaan desa kepada pihak ketiga. Penjualan
kekayaan milik desa yang bersifat strategis harus dilakukan melalui
musyawarah desa terlebih dahulu yang selanjutnya ditetapkan dalam
peraturan desa atau keputusan kepala Desa yang mengacu pada
ketentuan pengelolaan Kekayaan Milik Desa. Kekayaan Milik Desa dapat
dijual hanya apabila sudah tidak memiliki manfaat dalam mendukung
penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau disetujui dalam
musyawarah desa.

b. Pengeluaran Pembiayaan

Pengeluaran pembiayaan meliputi pembentukan dana cadangan; dan


penyertaan modal desa. Pengeluaran Pembiayaan, terdiri dari:

1) Pembentukan Dana Cadangan

Pemerintah Desa dapat membentuk Dana Cadangan untuk mendanai kegiatan


yang penyediaan dananya tidak dapat sekaligus/sepenuhnya dibebankan
dalam satu tahun anggaran. Pembentukan Dana Cadangan tersebut
ditetapkan dengan peraturan desa, yang memuat paling sedikit:

 Penetapan tujuan pembentukan Dana Cadangan;

 Program dan kegiatan yang akan dibiayai dari Dana Cadangan;

 Besaran dan rincian tahunan Dana Cadangan yang harus dianggarkan;

 Sumber Dana Cadangan;

 Tahun Anggaran pelaksanaan Dana Cadangan.

Pembentukan Dana Cadangan dapat bersumber dari penyisihan atas


penerimaan desa, kecuali dari penerimaan yang penggunaannya telah
ditentukan secara khusus berdasarkan peraturan perundang‐undangan.

Pembentukan dana cadangan ditempatkan pada rekening tersendiri dan


penganggarannya tidak melebihi tahun akhir masa jabatan Kepala Desa.
Begitu juga halnya dengan penyertaan modal desa, pelaksanaannya dilakukan
setelah mendapat persetujuan dari Badan Permusyawaratan Desa (BPD).

PengelolaanKeuanganDesa 75
2) Penyertaan Modal Desa

Pemerintah Desa dapat melakukan Penyertaan Modal Desa, misalnya


kepada BUM Desa. Penyertaan modal Desa dapat dilakukan setelah
mendapat persetujuan dari BPD yang ditetapkan dalam Peraturan Desa. Atas
penyertaan modal desa ini, desa selanjutnya dapat menerima deviden
dari BUM Desa dimaksud yang akan dicatat sebagai Penerimaan Asli Desa.

D. KODE REKENING

Pengelolaan keuangan yang baik memerlukan adanya suatu klasifikasi dalam sistem yang
dijabarkan dalam kode rekening atau chart of accounts. Kode Rekening tersebut terdiri
dari kumpulan akun secara lengkap yang digunakan di dalam pembuatan proses
perencanaan, pelaksanaaan, penatusahaan hingga pelaporan. Kode rekening merupakan
alat untuk mensinkronkan proses perencanaan hingga pelaporan, sehingga kebutuhan
pelaporan yang konsisten sejak mulai proses perencanaan dan penganggaran akan dapat
dapat terpenuhi.

Mengingat pentingnya peran kode rekening tersebut maka diperlukan standarisasi kode
rekening sehingga akan dicapai keseragaman dalam pemakaiannya khususnya di wilayah
suatu kabupaten/kota. Berdasarkan hal‐hal tersebut di atas, maka kode rekening disusun
sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi secara efektif.

Tujuan pembakuan kode rekening adalah mengakomodasi proses manajemen keuangan


dengan anggaran berbasis kinerja sedemikian rupa agar diperoleh:

 Perencanaan anggaran pendapatan, belanja dan pembiayaan dilakukan secara


proporsional, transparan dan profesional.

 Pelaksanaan anggaran berbasis kinerja dilakukan secara lebih akuntabel.

 Laporan keuangan mengakomodasi secara baik pengendalian anggaran, pengukuran


kinerja dan pelaporan kinerja keuangan dalam laporan keuangan.

Dalam ketentuan Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa,
pada pasal 8 telah diatur mengenai klasifikasi pendapatan, belanja, dan pembiayaan sampai
ke tingkat jenis. Namun demikian, Ilustrasi APBDesa (sebagaimana tercantum dalam lampiran
Permendagri tersebut) untuk tingkat objek belanja (ditulis dalam tanda strip) bersifat tidak
mengikat. Oleh karena itu pemerintah kabupaten/kota dapat membuat pengaturan lebih
7 2 016 | Pu s d i k l a t w as
lanjut mengenai objek

PengelolaanKeuanganDesa 77
belanja (atau bahkan diatur hingga ke rincian objek belanja) yang disesuaikan dengan kondisi
dan kebutuhan masing‐masing daerah. Pengaturan level kode rekening ini tidak bertentangan
dengan Permendagri 113/2014 karena dalam pasal 43‐nya disebutkan ketentuan terkait
pengelolaan keuangan desa diatur lebih lanjut dalam peraturan bupati/walikota. Hal ini dapat
digunakan untuk kepentingan pengendalian rekening.

Pengaturan kode rekening baru dilakukan untuk kelompok pendapatan, belanja, dan
pembiayaan; sedangkan untuk kelompok aset, kewajiban, dan ekuitas belum ada regulasi
yang mengatur secara definitif. Kode Rekening disajikan dengan menggunakan istilah level
akun. Level akun yang dimaksud dapat diuraikan sebagai berikut:

Level 1 : Kode Akun

Level 2 : Kode

Kelompok Level 3 :

Kode Jenis

Level 4 : Kode Objek (bersifat tambahan dan akan diatur dalam Perkada)

1. Kode Rekening Pendapatan Desa

Pendapatan desa diklasifikasikan menurut kelompok dan jenis. Kelompok pendapatan desa
yaitu:

a. Pendapatan Asli Desa (PA Desa);

b. Pendapatan Transfer;

c. Pendapatan Lain‐Lain.

Masing‐masing kelompok pendapatan tersebut dirinci ke dalam jenis pendapatan yaitu:

a. Pendapatan Asli Desa (PA Desa), terdiri dari:

1) Hasil Usaha;

2) Hasil Aset;

3) Swadaya, Partisipasi dan Gotong Royong;

4) Lain‐Lain Pendapatan Asli Desa.

7 2 016 | Pu s d i k l a t w as
b. Pendapatan Transfer, terdiri dari:

1) Dana Desa;

2) Bagian dari Hasil Pajak Daerah Kabupaten/Kota dan Retribusi Daerah;

3) Alokasi Dana Desa (ADD);

4) Bantuan Keuangan dari APBD Provinsi;

5) Bantuan Keuangan APBD Kabupaten/Kota.

c. Pendapatan Lain‐Lain, terdiri dari:

1) Hibah dan Sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat;

2) Lain‐lain pendapatan Desa yang sah.

Rincian sampai ke tingkat objek pendapatan akan diatur lebih lanjut dalam peraturan
bupati/walikota. Leveling kode rekening pendapatan desa adalah sebagai berikut:

Kode rekening pendapatan hingga ke level objek pendapatan yang dicontohkan


dalam aplikasi SISKEUDES adalah sebagai berikut.

PengelolaanKeuanganDesa 79
Tabel 4.2
Kode Rekening Pendapatan Desa

8 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Kode Rekening Pendapatan Desa tersebut dapat ditambahkan sesuai dengan
kebutuhan daerah namun diberlakukan sama bagi seluruh desa yang ada di wilayah
kabupaten/kota.

2. Kode Rekening Belanja Desa

Belanja desa diklasifikasikan menurut kelompok, kegiatan, dan jenis belanja. Kelompok belanja
yaitu penyelenggaraan pemerintahan desa; pelaksanaan pembangunan desa; pembinaan
kemasyarakatan desa; pemberdayaan masyarakat desa; dan belanja tak terduga. Kelompok
belanja tersebut terbagi dalam kegiatan‐kegiatan yang terdiri dari 3 (tiga) jenis belanja yaitu belanja
pegawai; belanja barang dan jasa; serta belanja modal. Rincian sampai ke tingkat objek belanja
akan diatur lebih lanjut dalam peraturan bupati/walikota. Leveling kode rekening belanja desa
adalah sebagai berikut:

Kode rekening belanja hingga ke level objek belanja yang dicontohkan dalam
aplikasi SISKEUDES adalah sebagai berikut.

PengelolaanKeuanganDesa 81
Tabel 4.3
Kode Rekening Belanja Desa

8 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Kode Rekening Belanja Desa tersebut dapat ditambahkan sesuai dengan kebutuhan
daerah namun diberlakukan sama bagi seluruh desa yang ada di wilayah
kabupaten/kota.

PengelolaanKeuanganDesa 83
3. Kode Rekening Pembiayaan Desa

Pembiayaan Desa diklasifikasikan menurut kelompok, dan jenis pembiayaan. Kelompok


pembiayaan yaitu penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.

Kelompok penerimaan pembiayaan terdiri dari:

a. Sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA) tahun sebelumnya;

b. Pencairan Dana Cadangan;

c. Hasil penjualan kekayaan desa yang dipisahkan;

Sedangkan kelompok pengeluaran pembiayaan terdiri dari:

a. Pembentukan Dana Cadangan;

b. Penyertaan Modal Desa.

Rincian sampai ke tingkat objek pembiayaan akan diatur lebih lanjut dalam
peraturan bupati/walikota. Leveling kode rekening belanja desa adalah sebagai
berikut:

Kode rekening pendapatan hingga ke level objek pembiayaan yang dicontohkan dalam
aplikasi SISKEUDES adalah sebagai berikut.

8 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Gambar 4.4
Kode Rekening Pembiayaan Desa

KODE REKENING PEMBIAYAAN DESA

KODE URAIAN
6 PEMBIAYAAN DESA
6 1 Penerimaan Pembiayaan
6 1 1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya
6 1 1 01 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) Tahun Sebelumnya
6 1 2 Pencairan Dana Cadangan
6 1 2 01 Pencairan Dana Cadangan
6 1 3 Hasil Penjualan Kekayaan Desa Yang Dipisahkan
6 1 3 01 Hasil Penjualan Kekayaan Desa Yang Dipisahkan

6 2 Pengeluaran Pembiayaan
6 2 1 Pembentukan Dana Cadangan
6 2 1 01 Pembentukan Dana Cadangan
6 2 2 Penyertaan Modal Desa
6 2 2 01 Penyertaan Modal Desa

6 3 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya


6 3 1 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berjalan
6 3 1 01 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berjalan

Kode Rekening Belanja Desa tersebut dapat ditambahkan sesuai dengan kebutuhan
daerah namun diberlakukan sama bagi seluruh desa yang ada di wilayah
kabupaten/kota.

E. PERUBAHAN APB DESA

APB Desa yang telah ditetapkan dalam peraturan desa dimungkinkan untuk dilakukan
perubahan. Perubahan APB Desa dapat dilakukan apabila terjadi:

1. Keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran antar jenis belanja;

2. Keadaan yang menyebabkan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SilPA) tahun


sebelumnya harus digunakan dalam tahun berjalan;

3. Terjadi penambahan dan/atau pengurangan dalam pendapatan desa pada tahun


berjalan; dan/atau

4. Terjadi peristiwa khusus, seperti bencana alam, krisis politik, krisis ekonomi, dan/atau
kerusuhan sosial yang berkepanjangan;

5. Perubahan mendasar atas kebijakan Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

PengelolaanKeuanganDesa 85
Perubahan tersebut disepakati terlebih dahulu dalam perubahan RKP Desa. Peraturan
Desa tentang Perubahan RKP Desa menjadi dasar dalam penyusunan perubahan APB Desa.
Perubahan APB Desa hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun anggaran. Tata
cara pengajuan perubahan APB Desa secara umum sama dengan tata cara penetapan APB
Desa.

Dalam hal Bantuan Keuangan dari APBD Provinsi dan APBD Kabupaten/Kota serta hibah
dan bantuan pihak ketiga yang tidak mengikat ke desa disalurkan setelah ditetapkannya
Peraturan Desa tentang Perubahan APB Desa, maka perubahan tersebut diakomodir dan
diatur dengan Peraturan Kepala Desa tentang perubahan APB Desa. Peraturan Kepala Desa
tentang Perubahan APB Desa tersebut selanjutnya diinformasikan kepada BPD.

Berikut disajikan ilustrasi yang dapat digunakan sebagai contoh:

Format 4.5
Format Perubahan APB Desa

PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA


PEMERINTAH DESA…………..
TAHUN ANGGARAN………….
Anggaran Bertambah/
KODE REKENING URAIAN %
Sebelum Sesudah Berkurang
1 PENDAPATAN
1 1 Pendapatan Asli Desa
1 1 1 Hasil Usaha Desa
1 1 1 04 Hasil Pelelangan Ikan Yang Dikelola Desa
1 1 2 Hasil Aset Desa
1 1 2 01 Pendapatan Sewa Tanah Kas Desa
1 1 3 Swadaya, Partisipasi dan Gotong Royong
1 1 3 01 Hasil Swadaya
Lain - Lain Pendapatan Asli Daerah Yang
1 1 4
Sah
1 1 4 04 Bunga Simpanan Uang di Bank
Lain-lain Pendapatan Desa Yang Sah
1 1 4 09
Lainnya
1 2 Pendapatan Transfer
1 2 1 Dana Desa
1 2 1 01 Dana Desa

8 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Anggaran Bertambah/
KODE REKENING URAIAN %
Sebelum Sesudah Berkurang
1 2 2 Bagi Hasil Pajak dan Retribusi
1 2 2 01 Bagi Hasil Pajak dan Retribusi Daerah
1 2 3 Alokasi Dana Desa
1 2 3 01 Alokasi Dana Desa
1 2 4 Bantuan Keuangan Provinsi
1 2 4 01 Bantuan Keuangan dari APBD Provinsi
1 2 5 Bantuan Keuangan Kabupaten/Kota
1 2 5 01 Bantuan Keuangan dari APBD Kabupaten
1 3 Lain-Lain Pendapatan Desa yang Sah
Pendapatan Hibah dan Sumbangan Pihak
1 3 1
Ketiga
Pendapatan Sumbangan dari Pihak Ketiga
1 3 1 07
Lainnya
JUMLAH PENDAPATAN
2 BELANJA
Bidang Penyelenggaraan Pemerintah
2 1
Desa
Kegiatan Pembayaran Penghasilan Tetap
2 1 1
dan Tunjangan
2 1 1 1 Belanja Pegawai
2 1 1 1 01 Penghasilan Tetap Kepala Desa dan
Perangkat Desa
1 1 1 04 Tunjangan Kepala Desa dan Perangkat
2
Desa
2 1 1 1 06 Tunjangan BPD dan Anggotanya
2 1 2 Kegiatan Operasional Kantor Desa
2 1 2 2 Belanja Barang dan Jasa
2 1 2 2 01 Belanja Listrik, Air, Telepon, Fax/Internet
2 1 2 2 02 Belanja Alat Tulis Kantor
2 03 Belanja Alat-alat Kebersihan dan Bahan
2 1 2
Pembersih
2 1 2 2 04 Belanja Benda Pos dan Materai
2 1 2 2 06 Belanja Fotocopy, Cetak dan Penggandaan
2 1 2 2 07 Belanja Makanan dan Minuman Rapat
2 1 2 2 08 Belanja .............

PengelolaanKeuanganDesa 87
Anggaran Bertambah/
KODE REKENING URAIAN %
Sebelum Sesudah Berkurang
2 1 2 3 Belanja Modal
2 1 2 3 14 Belanja Modal Pengadaan Peralatan Kantor
Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Rumah
2 1 2 3
15 Tangga
2 1 2 3 16 Belanja Modal Pengadaan Komputer
2 1 3 Kegiatan Operasional BPD
2 1 3 2 Belanja Barang dan Jasa
2 1 3 2 02 Belanja Alat Tulis Kantor
2 1 3 2 04 Belanja Benda Pos dan Materai
2 1 3 2 06 Belanja Fotocopy, Cetak dan Penggandaan
2 1 3 2 07 Belanja Makanan dan Minuman Rapat
2 1 3 2 16 Belanja Perjalanan Dinas
2 1 4 Kegiatan Operasional RT/RW
2 1 4 2 Belanja Barang dan Jasa
2 1 4 2 02 Belanja Alat Tulis Kantor
2 1 4 2 04 Belanja Benda Pos dan Materai
2 1 4 2 06 Belanja Fotocopy, Cetak dan Penggandaan
2 1 4 2 07 Belanja Makanan dan Minuman Rapat
2 1 4 2 16 Belanja Perjalanan Dinas
2 2 Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa
2 2 1 Kegiatan Pembangunan Saluran Irigasi
2 2 1 2 Belanja Barang dan Jasa
2 2 1 2 02 Belanja Alat Tulis Kantor
2 2 1 2 14 Belanja Honorarium Tim Panitia
2 2 1 3 Belanja Modal
2 2 1 3 29 Belanja Modal Pengadaan Jaringan Air
2 2 2 Kegiatan Pembangunan Jalan Desa
2 2 2 2 Belanja Barang dan Jasa
2 2 2 02 Belanja Alat Tulis Kantor
2 2 2 2 14 Belanja Honorarium Tim Panitia
2 2 2 3 Belanja Modal
2 2 2 3 27 Belanja Modal Pengadaan Jalan Desa
2 3 Bidang Pembinaan Kemasyarakatan

8 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Anggaran Bertambah/
KODE REKENING URAIAN %
Sebelum Sesudah Berkurang
Kegiatan Pembinaan Keamanan dan
2 3 1
Ketertiban
2 3 1 2 Belanja Barang dan Jasa
2 3 1 2 02 Belanja Alat Tulis Kantor
2 3 1 2 06 Belanja Fotocopy, Cetak dan Penggandaan
2 3 1 2 07 Belanja Makanan dan Minuman Rapat
2 3 1 2 08 Belanja Pakaian Dinas dan Atributnya
2 3 1 2 09 Belanja Bahan Praktek dan Pelatihan
2 3 1 2 11 Belanja Sewa Peralatan
Belanja Honorarium
2 3 1 2 15
Instruktur/Pelatih/Narasumber
2 3 1 2 16 Belanja Perjalanan Dinas
2 3 7 Kegiatan Pendidikan Anak Usia Dini
2 3 7 2 Belanja Barang dan Jasa
2 3 7 2 02 Belanja Alat Tulis Kantor
2 3 7 2 06 Belanja Fotocopy, Cetak dan Penggandaan
2 3 7 2 07 Belanja Makanan dan Minuman Rapat
2 3 7 3 Belanja Modal
3 33 Belanja Modal Pengadaan Buku dan
2 3 7
Kepustakaan
2 4 Bidang Pemberdayaan Masyarakat
Kegiatan Pelatihan Kepala Desa dan
2 4 1
Perangkat
2 4 1 2 Belanja Barang dan Jasa
2 4 1 2 02 Belanja Alat Tulis Kantor
2 4 1 2 06 Belanja Fotocopy, Cetak dan Penggandaan
2 4 1 2 07 Belanja .............
2 4 5 Kegiatan ..........................
2 4 5 2 Belanja Barang dan Jasa
2 4 5 2 02 Belanja .............
2 5 Bidang Tidak Terduga
2 5 1 Kegiatan Penanggulangan Bencana Alam
2 5 1 2 Belanja Barang dan Jasa
2 5 1 2 07 Belanja Makanan dan Minuman Rapat

PengelolaanKeuanganDesa 89
Anggaran Bertambah/
KODE REKENING URAIAN %
Sebelum Sesudah Berkurang
2 5 1 2 11 Belanja Sewa Peralatan
2 5 1 2 14 Belanja Honorarium Tim Panitia
JUMLAH BELANJA
SURPLUS / (DEFISIT)
3 PEMBIAYAAN
3 1 Penerimaan Pembiayaan
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun
3 1 1
Sebelumnya
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA)
3 1 1 01
Tahun Sebelumnya
3 2 Pengeluaran Pembiayaan
3 2 2 Penyertaan Modal Desa
3 2 2 01 Penyertaan Modal Desa
JUMLAH PEMBIAYAAN
SISA LEBIH / (KURANG) PERHITUNGAN
ANGGARAN

Format Perubahan APBDesa tidak tercantum dalam Lampiran Permendagri Nomor 113
Tahun 2014, sehingga format di atas merupakan contoh inisiatif.

F. SOAL DAN LATIHAN

1. Sebutkan dan jelaskan proses penyusunan APB Desa secara singkat?

2. Sebutkan dan jelaskan secara singkat struktur APB Desa?

3. Apa bedanya Dana Desa (DD) dan Alokasi Dana Desa (ADD)?

4. Salah satu jenis Pendapatan Asli Desa adalah Swadaya, Partisipasi dan Gotong
Royong. Jelaskan dan berikan contohnya!

5. Dalam APB Desa terdapat pembiayaan desa. Jelaskan perbedaannya dengan belanja
desa dan berikan contohnya!

6. Jelaskan secara singkat mekanisme pengalokasian Dana Desa hingga diperoleh besaran
Dana Desa untuk setiap desa?

9 2 016 | Pu s d i k l a t w as
7. Apa perbedaan antara belanja modal dan belanja barang/jasa dan contohnya?

8. Apakah desa diperbolehkan memberikan bantuan uang kepada masyarakat? Jelaskan!

9. Apa yang dimaksud Bantuan Keuangan Umum dan Bantuan Keuangan Khusus?
Jelaskan!

10. Jelaskan hal‐hal yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan APB Desa?

PengelolaanKeuanganDesa 91
9 2 016 | Pu s d i k l a t w as
BAB
V PELAKSANAAN KEUANGAN
DESA

Indikator Keberhasilan:
Sebagaimana diuraikan
Setelah dalam
mempelajari babbab
ini,sebelumnya,
peserta diklatrencana keuangan
diharapkan mamputahunan pemerintahan
menjelaskan konsep‐ desa
konsep pelaksanaan pendapatan desa; belanja desa termasuk pengadaan barang/jasa dan
disusun dalam suatu APBDesa. Struktur APBDesa terdiri dari pendapatan desa, belanja desa,
perpajakan; serta pembiayaan desa.
dan pembiayaan desa. Pelaksanaan APBDesa berarti pelaksanaan berbagai program dan
kegiatan yang telah ditetapkan dan disepakati di awal tahun, baik kegiatan penerimaan
pendapatan dan pembiayaan maupun kegiatan pengeluaran belanja dan pembiayaan.

Seluruh penerimaan dan pengeluaran desa dilaksanakan melalui Rekening Kas Desa (RKD)
yaitu rekening tempat menyimpan uang pemerintahan desa yang menampung seluruh
penerimaan desa dan untuk membayar seluruh pengeluaran desa pada bank yang ditetapkan.
Ini dapat diartikan bahwa seluruh penerimaan dan pengeluaran dilakukan melalui bank.
Namun bagi desa yang belum menerima layanan perbankan di wilayahnya, maka
pengaturannya akan ditetapkan lebih lanjut oleh pemerintah kabupaten/kota dalam
peraturan kepala daerah (perkada) mengenai pedoman pengelolaan keuangan desa. Dalam
perkada tersebut juga diatur mengenai batasan uang kas yang dapat disimpan oleh bendahara
desa untuk memenuhi kebutuhan operasional pemerintah desa.

A. PELAKSANAAN PENDAPATAN DESA

Pelaksanaan pendapatan desa adalah proses penerimaan berbagai sumber pendapatan


desa, antara lain Pendapatan Asli Desa yang berasal dari masyarakat dan lingkungan desa
(misalnya penerimaan pungutan dan sewa); Pendapatan Transfer yang berasal dari
pemerintah supra desa (misalnya Dana Desa, Alokasi Dana Desa, Bagi Hasil Pajak/Retribusi
Daerah, dan Bantuan Keuangan); serta Lain‐lain Pendapatan Desa berupa hibah dan
sumbangan dari pihak ketiga; yang telah ditetapkan sebelumnya dalam APBDesa.

Pihak yang terkait dalam proses penerimaan pendapatan adalah pemberi dana
(pemerintah pusat/provinsi/kabupaten/kota, masyarakat, pihak ketiga), penerima dana
(bendahara desa/pelaksana kegiatan/kepala dusun), dan bank.

PengelolaanKeuanganDesa 93
1. Pendapatan Asli Desa

Dalam pelaksanaan APB Desa, Bendahara Desa menerima Pendapatan Asli Desa antara
lain berupa berupa pendapatan sewa, pendapatan retribusi, pendapatan Bagi Hasil BUM
Desa, pendapatan pungutan, pendapatan dari swadaya masyarakat dan Pendapatan
Asli Desa lainnya.

Pendapatan dari PADesa berupa Pungutan Desa harus ditetapkan terlebih dahulu
dalam peraturan desa. Pemerintah desa dilarang melakukan pungutan sebagai
penerimaan desa selain yang ditetapkan dalam peraturan desa, karena bisa
dikatagorikan sebagai pungli. Pelaksana Pungutan Desa dilakukan oleh Bendahara
Desa dibantu dengan petugas pemungut. Sumber Pungutan Desa antara lain yaitu
pungutan atas penggunaan tambatan perahu, pasar desa, tempat pemandian umum,
jaringan irigasi, penggunaan balai desa, dan lain sebagainya. Pendapatan Asli Desa
diterima baik secara tunai ataupun melalui mekanisme transfer bank.

Penerimaan Pendapatan Asli Desa secara Tunai

Penerimaan PADesa secara tunai adalah penerimaan pendapatan asli desa secara
tunai diterima oleh bendahara desa/petugas pemungut. Atas penerimaan ini dibuatkan
tanda bukti penerimaan.

Berikut adalah gambar alur pelaksanaan penerimaan pendapatan desa yang berasal
dari PADesa secara tunai.

9 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Gambar 5.1
Prosedur Penerimaan Pungutan dan Sewa Secara Tunai

Seluruh pendapatan yang diterima tunai oleh Bendahara Desa harus disetorkan ke
dalam RKD. Atas pendapatan retribusi yang diterima oleh Petugas Pemungut harus
segera disetorkan kepada Bendahara Desa.

PengelolaanKeuanganDesa 95
Penerimaan Pendapatan Asli Desa melalui Bank (Transfer via bank)

Penerimaan PADesa melalui bank adalah penerimaan pendapatan asli desa melalui
mekanisme transfer ke rekening kas Desa. Atas penerimaan ini, masyarakat melaporkan
ke bendahara untuk selanjutnya dibuatkan tanda bukti penerimaan.

Berikut adalah gambar alur pelaksanaan penerimaan pendapatan desa yang berasal
dari PADesa melalui transfer bank.
Gambar 5.2
Prosedur penerimaan desa secara nontunai/transfer bank

9 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Penerimaan Swadaya, Partisipasi dan Gotong Royong

Pendapatan yang berasal dari swadaya, partisipasi dan gotong royong adalah
pekerjaan membangun dengan kekuatan sendiri yang melibatkan peran serta
masyarakat baik berupa uang, barang atau tenaga. Pendapatan dari swadaya dan
partisipasi masyarakat dikumpulkan dari masyarakat desa yang diserahkan langsung
kepada pelaksana kegiatan atau dikoordinir dari lingkup kewilayahan terkecil yaitu
tingkat Rukun Tetangga (RT) atau dusun kemudian dikumpulkan dan diserahkan ke
Pelaksana Kegiatan.

Pendapatan swadaya masyarakat yang diterima oleh Pelaksana Kegiatan, harus


segera dilaporkan kepada Bendahara Desa setelah sebelumnya dilakukan
konversi/diberi nilai rupiahnya dengan menggunakan harga pasar setempat atau
berdasarkan RAB yang telah telah dibuat sebelumnya. Terhadap pendapatan dari
swadaya dan partisipasi masyarakat, harus dibuatkan bukti penerimaannya berupa
kuitansi/tanda terima uang/barang. Untuk penerimaan yang diberikan dalam bentuk
tenaga dibuatkan daftar hadir atas orang‐orang yang menyumbangkan tenaganya.

Berikut adalah gambar alur pelaksanaan penerimaan pendapatan desa yang berasal
dari Swadaya, Partisipasi dan Gotong Royong dari masyarakat berupa barang dan
jasa.

PengelolaanKeuanganDesa 97
Gambar 5.3
Prosedur penerimaan swadaya, partisipasi, dan gotong royong berupa
barang dan jasa dari masyarakat

9 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Berikut adalah gambar alur pelaksanaan penerimaan pendapatan desa yang berasal
dari Swadaya, Partisipasi dan Gotong Royong dari masyarakat berupa uang.

Gambar 5.4
Prosedur penerimaan swadaya, partisipasi, dan gotong royong berupa uang

PengelolaanKeuanganDesa 99
2. Pendapatan Transfer Desa

Selain PADesa, desa juga menerima Pendapatan Transfer Desa yang berasal dari
pemerintah supra desa yang menyalurkan dana atau bantuan keuangan kepada desa
berdasarkan ketentuan yang berlaku. Dana transfer yang akan diberikan kepada
desa telah tertuang dalam APBD provinsi/kabupaten/kota yang bersangkutan dan
diinformasikan kepada desa dalam waktu 10 hari setelah KUA/PPAS disepakati kepala
daerah dan DPRD. Besaran alokasi yang diterima desa secara umum ditetapkan dalam
bentuk peraturan bupati/walikota mengenai penetapan besaran Dana Desa, Alokasi
Dana Desa, Bagi Hasil Pajak/Retribusi, dan Bantuan Keuangan dari APBD
Provinsi/Kabupaten/Kota. Atas alokasi anggaran tersebut selanjutnya dilakukan
penyaluran dana kepada desa secara bertahap sesuai ketentuan yang berlaku.

Berikut adalah gambar alur pelaksanaan penerimaan pendapatan desa yang berasal
dari transfer.

1 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Gambar 5.5
Prosedur Penerimaan Pendapatan Transfer dari Provinsi/Kabupaten/Kota

PengelolaanKeuanganDesa 10
Dana Desa

Mekanisme penyaluran Dana Desa diatur dalam PP Nomor 60 Tahun 2014 dan telah
diubah dua kali yaitu terakhir dengan PP Nomor 8 Tahun 2016. Dalam ketentuan
tersebut diatur bahwa Dana Desa disalurkan oleh Pemerintah kepada
kabupaten/kota dengan cara pemindahbukuan dari RKUN ke RKUD, selanjutnya oleh
kabupaten/kota disalurkan ke desa dengan cara pemindahbukuan dari RKUD ke RKD.
Penyaluran Dana Desa dilakukan secara bertahap pada tahun anggaran berjalan.

Sesuai PP 8/2016 dan PMK 49/2016, penyaluran dana desa dilakukan secara bertahap
pada tahun anggaran berjalan dengan ketentuan:

 Tahap I bulan Maret sebesar 60%.

 Tahap II bulan Agustus sebesar 40%.

Dana Desa Tahap I

Penyaluran Dana Desa dari RKUN ke RKUD tahap I dilakukan setelah Menteri Keuangan
c.q. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan menerima dari bupati/walikota
berupa:

a. Peraturan daerah mengenai APBD kabupaten/kota tahun anggaran berjalan;

b. Peraturan bupati/walikota mengenai tata cara pembagian dan penetapan rincian


Dana Desa setiap desa; dan

c. Laporan realisasi penyaluran dan konsolidasi penggunaan Dana Desa tahun


anggaran se belumnya.

Penyaluran Dana Desa Tahap I dari RKUD ke RKD dilakukan setelah bupati/walikota
menerima dari kepala desa berupa:

a. Peraturan Desa mengenai APBDesa; dan

b. Laporan realisasi penggunaan Dana Desa tahun anggaran se belumnya dari


kepala desa.

1 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Dana Desa Tahap II

Penyaluran Dana Desa tahap II dari RKUN ke RKUD dilakukan setelah Menteri Keuangan
c.q. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan menerima laporan realisasi
penyaluran dan konsolidasi penggunaan Dana Desa tahap I dari bupati/walikota.
Laporan realisasi penyaluran dan konsolidasi penggunaan Dana Desa tahap I
menunjukkan paling kurang sebesar 50% (lima puluh persen).

Penyaluran Dana Desa tahap II dari RKUD ke RKD dilakukan setelah bupati/walikota
menerima Laporan Realisasi Penggunaan Dana Desa tahap I dari kepala desa.
Laporan Realisasi Penggunaan Dana Desa tahap I menunjukkan paling kurang Dana Desa
tahap I telah digunakan se besar 50% (lima puluh persen).

Penyaluran dana setiap tahap dilakukan paling lambat pada minggu kedua,
selanjutnya disalurkan paling lama 7 hari kerja setelah diterima kas daerah (RKUD) ke
RKD bagi desa yang telah memenuhi persyaratan.

Dalam hal bupati/walikota tidak menyalurkan Dana Desa sesuai dengan ketentuan,
Menteri Keuangan dapat melakukan sanksi administratif berupa penundaan
penyaluran bahkan pemotongan terhadap Dana Alokasi Umum dan/atau Dana Bagi
Hasil yang menjadi hak kabupaten/kota yang bersangkutan (PMK 49/2016).

Pendapatan Transfer Desa Lainnya

Mekanisme penyaluran ADD dan Bagian Dari Hasil Pajak Daerah/Retribusi Daerah
dilakukan secara bertahap, dan ketentuannya diatur dalam peraturan bupati/walikota
masing‐masing. Sedangkan mekanisme bantuan keuangan dari APBD
provinsi/kabupaten/kota dilakukan sesuai dengan peraturan kepala daerah pemberi
bantuan keuangan kepada desa.

B. PELAKSANAAN BELANJA DESA

Pelaksanaan belanja desa adalah proses pengeluaran dari RKD untuk melaksanakan
berbagai program dan kegiatan yang telah ditetapkan sebagaimana tercantum dalam
APBDesa. Dalam pelaksanaan berbagai kegiatan tersebut, Bendahara Desa melakukan
pengeluaran belanja desa atas kegiatan dimaksud. Transaksi yang dilakukan misalnya
pengeluaran belanja pegawai berupa pembayaran penghasilan tetap (yang dianggarkan dalam
kelompok belanja Penyelenggaraan Pemerintahan Desa); pengeluaran belanja barang dan jasa
berupa pembelian alat tulis kantor
PengelolaanKeuanganDesa 10
(misalnya yang dianggarkan pada kelompok belanja Pemberdayaan Masyarakat Desa);
pengeluaran belanja barang dan jasa berupa pembayaran biaya perjalanan dinas (misalnya
yang dianggarkan pada kelompok belanja Pembinaan Kemasyarakatan Desa); dan lain‐
lain.

Proses pelaksanaan Belanja Desa dimulai dari Verifikasi RAB, pengajuan SPP serta pencairan SPP
berupa
pemberian uang/dana dari bendahara kepada pelaksana kegiatan.

1. Penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB)

Sebelum pelaksanaan kegiatan dilakukan, setelah APB Desa ditetapkan maka pelaksana
kegiatan menyusun RAB terlebih dahulu. RAB tersebut harus diverifikasi terlebih dahulu
oleh Sekretaris Desa untuk kemudian disahkan Kepala Desa. RAB kegiatan ini menjadi
dasar bagi Pelaksana Kegiatan untuk melakukan tindakan pengeluaran atas beban
anggaran belanja kegiatan. Berikut ini adalah alur persetujuan RAB.

Gambar 5.6
Alur Persetujuan
RAB

1 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Berdasarkan RAB Kegiatan yang telah disetujui oleh Kepala Desa, Pelaksana
Kegiatan melakukan proses kegiatan sesuai RAB tersebut misalnya berupa pengadaan
barang dan jasa (PBJ) yang dilakukan melalui swakelola dan atau melalui penyedia
barang dan jasa.

2. Mekanisme Pengajuan Surat Permintaan Pembayaran (SPP)

Setelah RAB disetujui, maka langkah berikutnya dalah pengajuan dana melalui SPP.
SPP merupakan dokumen yang berisi permintaan pembayaran atau pengesahan belanja.
SPP yang diajukan oleh Pelaksana Kegiatan diverifikasi terlebih dahulu oleh
Sekretaris Desa (ordonator) untuk kemudian mendapat persetujuan dari Kepala
Desa (otorisator). SPP sekaligus juga menjadi dasar perintah bagi Bendahara Desa
dalam pembayaran atau pengesahan belanja (comptable).

Verifikasi atas SPP yang dilakukan oleh Sekretaris Desa meliputi:

a. Meneliti kelengkapan permintaan pembayaran diajukan oleh pelaksana kegiatan.

b. Menguji kebenaran perhitungan tagihan atas beban APB Desa yang tercantum
dalam permintaan pembayaran.

c. Menguji ketersediaan dana untuk kegiatan dimaksud.

d. Menolak pengajuan permintaan pembayaran oleh pelaksana kegiatan apabila


tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

Dalam pengeluaran belanja desa terdapat dua cara pembayaran yang dapat dilakukan oleh
Bendahara Desa, yaitu Bendahara Desa melakukan pembayaran tanpa panjar (Definitif);
dan pembayaran melalui panjar kepada Pelaksana Kegiatan.

Terkait hal itu perlu dipahami beberapa istilah berikut ini.

 Uang Muka yaitu pemberian uang dalam rangka pembayaran sebagian atas PBJ
kepada pihak ketiga.

 Uang Panjar adalah uang yang diberikan kepada Pelaksana Kegiatan dalam
rangka pelaksanaan kegiatan.

 Uang Persediaan adalah uang yang diberikan khusus kepada Bendahara


Pengeluaran Pembantu. Namun demikian khusus untuk desa istilah ini tidak
digunakan dikarenakan tidak ada Bendahara Pembantu di desa.

PengelolaanKeuanganDesa 10
Pelaksanaan kegiatan baik yang pembayarannya melalui panjar kegiatan ataupun tanpa
panjar (definitif) menggunakan formulir SPP yang sama dengan lampirannya yang berbeda. SPP
diverifikasi oleh Sekretaris Desa untuk selanjutnya disetujui oleh Kepala Desa.

a. Pembayaran Tanpa Melalui Panjar (Definitif)

Mekanisme Pembayaran tanpa melalui panjar dilakukan atas pembayaran terhadap


barang/jasa yang telah diterima terlebih dahulu. Dengan mekanisme ini, saat
pengajuan SPP sudah dilampiri bukti‐bukti transaksi atas pembelian barang/jasa.
Dengan demikian, SPP Definitif baru bisa diajukan setelah barang dan jasa
diterima.

Mekanisme SPP Definitif bisa dilakukan melalui pembayaran langsung oleh


Bendahara Desa kepada pihak ketiga melalui transfer bank atau melalui uang
kas tunai yang dipegang oleh Bendahara Desa.

Pengajuan SPP Definitif oleh Pelaksana Kegiatan dilampiri dengan:

 Pernyataan Tanggung Jawab Belanja

 Bukti Transaksi

Alur mekanisme pembayaran tanpa panjar (definitif) adalah sebagai berikut:

1 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Gambar 5.7
Alur Pembayaran Tanpa Melalui Panjar (Definitif)

Mekanisme pembayaran melalui SPP Definitif lebih baik dan akuntabel dibandingkan
mekanisme panjar karena barang/jasa diterima terdahulu baru dilakukan pembayaran. Hal
ini berarti dengan disetujuinya SPP Definitif oleh kepala desa maka pertanggungjawaban
belanja tersebut telah lengkap dan cukup. Namun, mekanisme ini membutuhkan
kepercayaan yang tinggi dari pihak penyedia, serta tidak bisa diterapkan untuk lokasi
penyedia yang jauh dari desa.

PengelolaanKeuanganDesa 10
b. Pembayaran Melalui SPP Panjar Kegiatan

Berbeda dengan mekanisme SPP Definitif, SPP Panjar Kegiatan dilakukan oleh
pelaksana kegiatan untuk meminta uang dalam rangka akan melaksanakan
kegiatan. Hal ini berarti belum ada barang/jasa yang diterima. Jika
dibandingkan dengan mekanisme di pemerintah daerah, mekanisme ini seperti
mekanisme pembayaran Tambahan Uang Persediaan (TU).

Pengajuan SPP Panjar Kegiatan oleh Pelaksana Kegiatan dilampiri dengan

 Pernyataan Tanggung Jawab Belanja

 Rencana Penggunaan Uang Panjar kegiatan.

Setelah uang panjar diterima, maka pelaksana kegiatan melakukan


pengadaan/ pembelian. Atas pengadaan/pembelian tersebut maka diperoleh bukti‐
bukti transaksi. Bukti transaksi tersebut selanjutnya dipertanggungjawabkan
sebagaimana SPP definitif. Jika ada kelebihan uang panjar, maka kelebihan tersebut
diserahkan kembali kepada Bendahara Desa sebagai bagian pertanggungjawaban
SPP Panjar.

Bukti Transaksi Mekanisme pemberian panjar kepada pelaksana kegiatan hanya


dapat dilakukan apabila memenuhi kondisi yang dipersyaratkan yang cukup ketat.
Kondisi tersebut dapat berupa kondisi penyedia barang/jasa yang jauh atau
belum ada kepercayaan. Selain itu SPP panjar harus memenuhi persyaratan
berupa batasan tertentu seperti batasan jumlah dan batasan waktu
pertanggungjawaban panjar.

Alur proses pemberian panjar adalah sebagai berikut:

1 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Gambar 5.8
Alur Pelaksanaan Pembayaran Melalui Panjar

Mekanisme SPP Panjar Kegiatan memang memiliki risiko yang lebih besar
dibandingkan mekanisme SPP definitif karena bendahara desa melakukan
penyerahan uang kepada pelaksana kegiatan namun barang/jasa belum diterima.
Setelah SPP Panjar kegiatan terbit, masih ada langkah berikutnya berupa
pertanggungjawaban dari SPP Panjar untuk mengetahui pengeluaran definitif.
Mekanisme SPP Panjar Kegiatan dilakukan khususnya penyedia barang/jasa baru
atau belum memberikan kepercayaan kepada desa atau pun juga lokasi penyedia
barang /jasa yang jauh dari desa.

Sebagaimana disebutkan dalam bagian sebelumnya bahwa harus ada Peraturan


Bupati/Walikota yang mengatur mengenai prosedur pengajuan panjar, batasan
pembayaran secara kas, batasan uang panjar yang dapat diberikan kepada
pelaksana kegiatan, lamanya waktu proses pertanggungjawaban panjar oleh
pelaksana kegiatan,
PengelolaanKeuanganDesa 10
dan ketentuan lainnya terkait pemberian panjar (misalnya diatur bahwa panjar
tidak boleh diberikan untuk kegiatan yang sama jika atas panjar sebelumnya
belum dipertanggungjawabkan). Semua ketentuan tersebut harus diperhatikan dan
menjadi kriteria bagi Sekretaris Desa dalam melakukan verifikasi permintaan
panjar kegiatan.

Berikut adalah contoh ilustrasi pengaturan mengenai pemberian panjar.

 Batasan maksimal jumlah uang yang dapat dibayarkan secara kas kepada
pihak ketiga. Nilai pembayaran sebesar di atas Rp 10 juta harus dilakukan
melalui transfer langsung ke nomor rekening bank pihak ketiga oleh
Bendahara Desa. Hal ini berarti pembayaran yang nilainya dibawah Rp 10 juta
dapat menggunakan kas tunai.

 Batasan maksimal jumlah uang panjar yang dapat diberikan kepada pelaksana
kegiatan adalah Rp 5 juta. Hal ini dimaksudkan agar Pelaksana Kegiatan
tidak memegang uang kas dalam jumlah besar sehingga bisa menekan risiko
kehilangan dan risiko lainnya.

 Batas waktu pertanggungjawaban panjar adalah maksimal 7 hari sejak


uang panjar diterima. Jika terdapat uang sisa panjar (belanja lebih kecil dari
panjar yang diberikan), maka sisa uang panjar tersebut segera disetorkan ke
Bendahara Desa bersamaan dengan pertanggungjawaban panjar.

 Panjar tidak boleh diberikan untuk kegiatan yang sama sebelum ada
pertanggungjawaban atas panjar sebelumnya.

 Penerimaan dan penyetoran sisa panjar harus dicatat dalam Buku Kas
Pembantu Kegiatan oleh Pelaksana Kegiatan. Pembayaran kepada pihak
ketiga dilakukan setelah barang dan jasa diterima. Selanjutnya Pelaksana
Kegiatan mengajukan SPP untuk dilakukan pengesahan belanjanya oleh
Kepala Desa.

 Pembayaran kepada pihak ketiga tersebut dilakukan atas kegiatan‐


kegiatan penyelenggaraan pemerintah desa, pembangunan desa, serta
pembinaan dan pemberdayaan masyarakat desa yang menjadi tanggung
jawab Kepala Seksi sebagai Pelaksana Kegiatan sesuai dengan bidang
tugasnya masing‐masing.

1 2 016 | Pu s d i k l a t w as
C. PENYELENGGARAAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN

Atas transaksi keuangan yang wajib dikenakan pajak, Bendahara Desa memiliki kewajiban
untuk melakukan pemotongan/pemungutan. Seluruh potongan/ pungutan pajak tersebut
wajib disetor ke Rekening Kas Negara sesuai ketentuan perpajakan. Kewajiban tersebut harus
dilaksanakan Bendahara Desa dimana jika tidak dilaksanakan maka terdapat sanksi dan
akan menjadi permasalahan/ temuan bagi pemeriksa di kemudian hari.

Transaksi keuangan yang dikenakan pajak antara lain terkait pembayaran belanja barang,
belanja jasa, dan honor. Jenis‐jenis pajak yang dipungut oleh Bendahara Desa yaitu PPh 21,
PPh 22, PPh 23, PPh Pasal 4 ayat 2 dan PPN serta bea materai.

PPh 21 dikenakan atas pembayaran gaji, upah, dan honorarium yang diterima orang pribadi.
PPh 22 dipungut dari pengusaha/took atas pembayaran pembelian barang dengan nilai
transaksi di atas Rp2.000.000,00, dengan tarif pajak sebesar 1,5% di luar PPN (jika ber‐
NPWP). PPh 23 dipotong atas penghasilan yang diterima rekanan atas sewa (tidak
termasuk tanah dan bangunan) serta imbalan jasa manajemen, jasa teknik, jasa
konsultan dan jasa lain dengan tarif 2% tanpa ada batasan nilai transaksi, misalnya sewa
kendaraan atau sewa alat berat. PPh Pasal 4 ayat 2 merupakan PPh final yang dikenakan
untuk sewa tanah dan bangunan (tarif 10%), pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
(tarif 5%) dan jasa konsturksi (tarif 2%).

PPN dipungut atas pembelian barang/jasa kena pajak (BKP dan JKP) yang jumlahnya di
atas Rp1.000.000,00 tidak merupakan pembayaran yang terpecah‐pecah, dengan tarif 10%,
dengan catatan pembeliannya dilakukan kepada Pengusaha Kena Pajak (PKP). Jika bukan PKP
maka tidak dilakukan pemungutan PPN.

Pengenakan Pajak atas Belanja Barang (PPh Pasal 22 dan PPN)

Terhadap pembelian barang misalnya pembelian ATK, pembelian komputer, printer dan
meublair dikenakan pemungutan pajak PPh Pasal 22 dan PPN sesuai ketentuan. PPN dikenakan
jika barang tersebut masuk katagori Barang Kena Pajak (BKP). Untuk lebih jelasnya, berikut
disajikan gambar skema pemungutan pajak di desa atas transaksi pembelian barang.

PengelolaanKeuanganDesa 11
Gambar 5.9
Pemungutan Pajak atas Belanja Barang

Belanja Barang

s.d Rp 1 Juta 1 Jt s.d 2 Jt > Rp 2 Juta

PPh Psl 22 Dengan NPWP: Tarif 1,


Tidak dikenakan PPN % PPN
PPh dan PPN Tarif 10% Tanpa NPWP : 3% Tarif 10%

Ilustrasi Pengenaan PPh Pasal 22 dan PPN atas Belanja Barang:

Seorang Bendahara Desa pada tanggal 5 Januari 2016 membeli komputer kepada rekanan
PKP seharga Rp22.000.000,00 (harga yg tertulis di kuitansi) dari sebuah toko
komputer (NPWP 01.234.567.8‐910.000).

Penghitungan PPh Pasal 22

Harga barang yang tertulis di kuitansi adalah harga termasuk PPN, sedangkan PPh Pasal
22 dihitung dari harga sebelum dikenakan PPN. Dikenakan PPh Pasal 22 karena nilainya
di atas Rp 2 juta. Dikenakan PPN karena dibeli dari PKP dengan nilai di atas Rp 1 juta.
Tarif PPh Pasal 22 sebesar 1,5% karena memiliki NPWP.

PPh Pasal 22 terutang adalah:

Rp22.000.000,00 x 100/110 x 1,5% = Rp300.000,00.

Catatan:

 Untuk mencari harga barang sebelum PPN maka harga barang di kuitansi harus dikurangi
PPN (tarif 10%), jadi harga barang sebelum PPN adalah sebesar 100/110 dari harga
kuitansi (Rp22.000.000,00 x 100/110 = Rp20.000.000,00).

1 2 016 | Pu s d i k l a t w as
 Apabila rekanan tidak memiliki NPWP maka tarif PPh Pasal 22 dikalikan 200%. Jadi besar
PPh Pasal 22 terutang adalah: Rp22.000.000,00 x 100/110 x 1,5% x 200% =
Rp600.000,00.

Pengenakan Pajak atas Belanja Jasa (PPh Pasal 23, Pasal 4 ayat 2 dan PPN)

Terhadap pengadaan jasa (non fisik) misalnya sewa, penggunaan jasa perbaikan
komputer, perbaikan AC, jasa biro iklan dikenakan pemotongan pajak PPh Pasal 23 dan PPN
sesuai ketentuan. Jika jasa tersebut terkait konstruksi maka dikenakan PPh Pasal 4 ayat 2 dan
PPN sesuai ketentuan. Tidak ada batasan nilai untuk PPh pasal 23 dan PPh pasal 4 ayat 2. PPN
dikenakan jika jasa tersebut masuk katagori Jasa Kena Pajak (JKP). Untuk lebih jelasnya,
berikut disajikan gambar skema pemotongan/pemungutan pajak di desa atas transaksi
berupa jasa.

Gambar 5.10
Pemungutan Pajak atas Belanja Jasa

Belanja Jasa

Konstruksi Selain Konstruksi

PPh Pasal 4 (2) Tarifnya tergantung klasifikasi usahaPPN PPh Psl 23 Dengan NPWP: Tarif 2% PPN
Jika diatas 1 Juta Tarif 10% Tanpa NPWP : 4% Jika diatas 1 Juta Tarif 10%

Ilustrasi Pengenaan Pajak atas Belanja Jasa

Seorang Bendahara Desa pada tanggal 10 Januari 2016 menggunakan jasa biro iklan
untuk memasang iklan di media massa dengan nilai pembayaran Rp1.100.000,00 (harga
yg tertulis di kuitansi). Biro iklan tersebut memiliki NPWP dan juga PKP.
PengelolaanKeuanganDesa 11
Penghitungan PPh Pasal 23

Harga barang yang tertulis di kuitansi adalah harga termasuk PPN, sedangkan PPh Pasal
23 dihitung dari harga sebelum dikenakan PPN. Tarif PPh Pasal 23 sebesar 2%
dikarenakan memiliki NPWP. Besar PPh Pasal 23 terutang adalah:

Rp1.100.000,00 x 100/110 x 2% = Rp20.000,00

Catatan:

 Untuk mencari harga barang sebelum PPN maka harga barang di kuitansi harus dikurangi
PPN (tarif 10%), jadi harga barang sebelum PPN adalah sebesar 100/110 dari harga
kuitansi (Rp1.100.000 x 100/110 = Rp1.000.000).
 Apabila rekanan tidak memiliki NPWP maka tarif PPh Pasal 23 dikalikan 200%. Jadi besar
PPh Pasal 23 terutang adalah: Rp1.100.000 x 100/110 x 2% x 200% = Rp400.000.

Pengenakan Pajak atas Belanja Imbalan Penghasilan (PPh Pasal 21)

Terhadap pemberian imbalan penghasilan kepada orang pribadi misalnya Siltap, tunjangan,
honor kepada kepala desa, ketua DPD atau perangkat desa dikenakan pemotongan pajak PPh
Pasal 21 tanpa ada PPN. Pengenaan PPh pasal 21 tergantung dari status/kondisi penerima
imbalan tersebut. JIka penerimanya adalah PNS maka dikenakan PPh Final. Jika bukan,
maka dilihat besaran penghasilannya. PPh Pasal 21 dikenakan atas penghasilan yang melebihi
dari Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Penghitungan PPh pasal 21 juga dibedakan
antara penghasilan tetap dan penghasilan tidak tetap. Untuk lebih jelasnya, berikut
disajikan gambar skema pemungutan pajak di desa atas transaksi pemberian imbalan
pengahasilan.

1 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Gambar 5.11
Pemungutan Pajak atas Honor/Imbalan Kerja

Ilustrasi I Pengenaan Pajak atas Imbalan Penghasilan ‐ PNS

Desa Sukatani membentuk suatu tim yang anggotanya terdiri dari beberapa PNS.
Bendahara Desa membayar honorarium tim pada tanggal 15 Februari 2016 dengan
rincian sebagai berikut:

Nama Gol Honorarium


Syukri IV/a 1.200.000,‐
Gatot III/b 1.000.000,‐
Arief II/b 900.000,‐

Penghitungan PPh Pasal 21

Nama Gol Honorarium Tarif PPh Terutang


Syukri IV/a 1.200.000,‐ 15% 180.000,‐
Gatot III/b 1.000.000,‐ 5% 50.000,‐
Arief II/b 900.000,‐ 0% ‐

PengelolaanKeuanganDesa 11
Karena yang menerima adalah PNS maka dikenakan Pajak Final dimana untuk Gol. IV
tarifnya 15%, Gol. III tarifnya 5% dan Gol II tarifnya sebesar 0%. Pada saat
pembayaran honor langsung dilakukan pemotongan, dengan dibuatkan bukti potongnya.
Atas potongan tersebut selanjutnya disetorkan ke Kas Negara peling lama tanggal 10
bulan Maret 2016.

Ilustrasi II Pengenaan Pajak atas Imbalan Penghasilan – Upah Harian

Mukidi (status belum menikah) pada bulan Mei 2016 bekerja 11 hari pada Desa
Sukatani yaitu pembangunan jembatan desa dengan menerima upah sebesar Rp
200.000,00 per hari.

Penghitungan PPh Pasal 21

Karena penghasilan yang diterima mukidi sehari masih dibawah Rp 450.000,00 per hari
(lihat PMK 102/PMK.010/2016) maka penghasilan Mukidi tidak dikenakan PPh Pasal
21. Sampai dengan hari ke‐11, akumulasi penghasilan Mukidi dalam sebulan sebesar
Rp2.200.000,00 berarti masih di bawah batasan Rp4.500.000,00 sebulannya maka Mukidi
tidak dikenakan PPh Pasal 21 atas akumulasi per bulannya.

Bendahara Desa kemudian mencatat pemotongan dan penyetoran pajak pada BKU dan
Buku Pajak. Jumlah nilai yang dicatat adalah sebesar jumlah pajak yang
dipotong/pungut yang dihitung dari nilai transaksi. Untuk penyetoran pajak ke Kas
Negara dicatat sebesar nilai Surat Setoran Pajak (SSP) yang dibuatnya. Sejak 1 Juli
2016, mekanisme penyetoran pajak dilakukan dengan E‐Billing.

Kewajiban Pemungutan Pajak Daerah

Khusus untuk pajak daerah seperti pajak restoran (saat pembelian konsumsi makan‐
minum), kewajiban pemungutannya disesuaikan dengan kondisi daerah masing‐masing.
Bendahara Desa dapat melakukan pemungutan pajak daerah tersebut jika diberi amanat
yang diatur dalam Peraturan Bupati/Walikota. Peraturan ini juga sekaligus menjadi
acuan bagi Bendahara Desa terkait mekanisme tata cara pemungutan, bukti pemungutan,
pencatatan serta penyetorannya ke kas daerah. Jika tidak ada peraturan yang
mendasarinya maka Bendahara Desa tidak boleh melakukan pemungutan dan penyetoran
pajak daerah.

D. PENGADAAN BARANG DAN JASA (PBJ DESA)

PBJ Desa sebagaimana diatur dalam pasal 105 PP Nomor 43 Tahun 2014, pelaksanaannya
diatur lebih lanjut dengan peraturan bupati/walikota mengenai tata cara pengadaan barang
dan jasa di desa, yang disusun dengan berpedoman pada ketentuan perundang‐undangan

1 2 016 | Pu s d i k l a t w as
yang berlaku. Ketentuan yang dimaksud adalah Peraturan Kepala LKPP Nomor 13 Tahun 2013
sebagaimana telah diubah dengan Perka LKPP Nomor 22 Tahun 2015 tentang Pedoman
Tata Cara Pengadaan

PengelolaanKeuanganDesa 11
Barang/Jasa di Desa. Dalam Perka tersebut dinyatakan bahwa pengadaan barang/jasa
yang bersumber dari APBDesa adalah di luar ruang lingkup pengaturan dalam Perpres Nomor
54 Tahun 2010 beserta perubahannya.

PBJ Desa tidak mengacu kepada Perpres Nomor 54 Tahun 2010 beserta perubahannya
disebabkan beberapa kondisi riil di lapangan, antara lain yaitu jumlah desa yang sangat
banyak, pola maksimal susunan organisasi dan tata kerja (SOTK) pemerintah desa, tingkat
pendidikan kepala desa dan perangkat desa yang belum memadai serta geografis desa yang
jaraknya ke ibukota kabupaten relatif jauh.

Selain itu, jika PBJ Desa harus mengacu kepada Perpres Nomor 54 Tahun 2010, maka
banyak persyaratan yang tidak mampu dipenuhi desa, antara lain yaitu memiliki organisasi
pengadaan (PA/KPA, ULP, PPK, dan PPHP), sertifikasi untuk PPK dan pejabat pengadaan/ULP,
persyaratan ijin usaha dan NPWP bagi penyedia barang dan jasa.

Dalam Perka LKPP 13/2013 jo 22/2015 disebutkan bahwa setiap desa wajib membentuk
Tim Pengelola Kegiatan (TPK) yang ditetapkan dengan surat keputusan Kepala Desa. Unsur
TPK terdiri dari pemerintah desa dan unsur Lembaga Kemasyarakatan Desa. Namun
demikian, susunan maupun unsurnya harap disesuaikan dengan kapasitas (jumlah) dan
kapabilitas SDM serta anggaran (APBDes) yang dimiliki.

PBJ Desa pada prinsipnya dilakukan dengan cara SWAKELOLA yaitu memaksimalkan
penggunaan material/bahan dari wilayah setempat, dilaksanakan secara gotong royong
dengan melibatkan partisipasi masyarakat setempat, untuk memperluas kesempatan
kerja, dan pemberdayaan masyarakat setempat. Apabila tidak dapat dilakukan dengan cara
swakelola baik sebagian maupun seluruhnya, maka dapat dilaksanakan oleh penyedia
barang/jasa yang dianggap mampu untuk melaksanakan pekerjaan.

Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia Barang/Jasa dimaksudkan untuk memenuhi


kebutuhan barang/jasa dalam rangka mendukung pelaksanaan Swakelola maupun memenuhi
kebutuhan barang/jasa secara langsung di Desa.

Contoh kebutuhan barang/jasa dalam rangka mendukung pelaksanaan Swakelola antara


lain:

- Pembelian material pada swakelola pembangunan jembatan desa;

- Sewa peralatan untuk swakelola pembangunan balai desa;

- Penyediaan tukang batu dan tukang kayu untuk swakelola pembangunan Posyandu.

1 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Contoh kebutuhan barang/jasa secara langsung di Desa antara lain:

- Pembelian komputer, printer, dan kertas.

- Langganan internet.

- Pembelian meja, kursi, dan alat kantor.

Penyedia Barang/Jasa yang dianggap mampu dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa


harus memenuhi persyaratan memiliki tempat/lokasi usaha, kecuali untuk tukang batu,
tukang kayu, dan sejenisnya. Selain ketentuan tersebut, Penyedia Barang/Jasa untuk
pekerjaan konstruksi, mampu menyediakan tenaga ahli dan/atau peralatan yang diperlukan
dalam pelaksanaan pekerjaan.

Dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa melalui penyedia, prosedurnya sebagai berikut:

1. Pengadaan Barang/Jasa dengan nilai sampai dengan Rp 50.000.000,00 (lima puluh


juta rupiah), TPK membeli barang/jasa kepada 1 (satu) Penyedia Barang/Jasa, tanpa
permintaan penawaran tertulis, selanjutnya TPK melakukan negosiasi (tawar‐menawar)
dengan Penyedia Barang/Jasa untuk memperoleh harga yang lebih murah.

2. Pengadaan Barang/Jasa dengan nilai di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
sampai dengan Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah), TPK membeli barang/jasa
kepada 1 (satu) Penyedia Barang/Jasa dengan cara meminta penawaran secara
tertulis dari Penyedia Barang/Jasa dengan dilampiri daftar barang/jasa (rincian
barang/jasa atau ruang lingkup pekerjaan, volume, dan satuan). Berdasarkan
penawaran dari penyedia barang/jasa, selanjutnya TPK melakukan negosiasi (tawar‐
menawar) untuk memperoleh harga yang lebih murah.

3. Pengadaan Barang/Jasa dengan nilai di atas Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah),
TPK mengundang dan meminta 2 (dua) penawaran secara tertulis dari 2 (dua)
Penyedia Barang/Jasa yang berbeda dilampiri dengan daftar barang/jasa (rincian
barang/jasa atau ruang lingkup pekerjaan, volume, dan satuan) dan spesifikasi teknis
barang/jasa. Selanjutnya TPK menilai pemenuhan spesifikasi teknis barang/jasa terhadap
kedua Penyedia Barang/Jasa yang memasukan penawaran. Apabila spesifikasi teknis
barang/jasa yang ditawarkan dipenuhi oleh kedua Penyedia Barang/Jasa, maka
dilanjutkan dengan proses negosiasi (tawar‐menawar) secara bersamaan. Namun
jika dipenuhi oleh salah satu Penyedia Barang/Jasa, maka TPK tetap melanjutkan
dengan proses negosiasi (tawar‐menawar) kepada Penyedia Barang/Jasa yang memenuhi
spesifikasi teknis tersebut. Jika tidak dipenuhi oleh kedua Penyedia Barang/Jasa, maka

PengelolaanKeuanganDesa 11
TPK membatalkan proses pengadaan. Negosiasi (tawar‐

1 2 016 | Pu s d i k l a t w as
menawar) dilakukan untuk memperoleh harga yang lebih murah. Selanjutnya Hasil
negosiasi dituangkan dalam surat perjanjian antara Ketua TPK dan Penyedia
barang/Jasa.

Batasan nilai Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana dimaksud di atas dapat ditetapkan berbeda
oleh Bupati/Walikota sesuai dengan kondisi wilayah masing‐masing dan dalam batas
kewajaran.

E. PELAKSANAAN PEMBIAYAAN DESA

Pelaksanaan pembiayaan desa yaitu proses penerimaan dan pengeluaran pembiayaan


desa sebagaimana yang telah tercantum dalam APBDesa. Pembiayaan desa meliputi meliputi
semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima
kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun‐tahun
anggaran berikutnya.

SiLPA desa tahun sebelumnya sebagai penerimaan pembiayaan, penggunaanya diatur dan
disepakati dalam musyawarah desa. Begitu pun halnya dengan pengeluaran pembiayaan
seperti penyertaan modal pemerintah desa atau pembentukan Dana Cadangan harus
disepakati terlebih dahulu dalam musyawarah desa dan ditetapkan dalam Peraturan Desa.

Pelaksanaannya penyertaan modal dilakukan melalui pengajuan SPP pembiayaan yang


diajukan oleh Kaur Keuangan, diverifikasi sekretaris desa untuk selanjutnya disetujui oleh
Kepala Desa. Setelah disetujui oleh kepala desa, bendahara desa selanjutnya mengeksekusi
dengan mentrasfer ke rekening dana cadangan ataupun ke rekening BUMDes penerima.

F. SOAL DAN LATIHAN

1. Jelaskan persyaratan‐persyaratan dalam proses pencairan Dana Desa Tahap II dari RKUD
ke RKD?

2. Jelaskan secara singkat mekanisme pengadaan barang/jasa di desa!

3. Jelaskan prosedyr pemerintah Desa dalam melakukan Penyertaan Modal ke BUM


Desa?

4. Desa melakukan pembelian Komputer sebesar Rp 11.000.000,00. Lakukan


perhitungan kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh Bendahara a. Dilakukan
pembelian kepada PKP dan Ber‐NPWP b. Dilakukan pembeliannya kepada Non PKP

PengelolaanKeuanganDesa 12
dan tidak ber‐NPWP

5. Apa saja yang dilakukan sekretaris desa saat memverifikasi SPP dari pelaksana
kegiatan?

1 2 016 | Pu s d i k l a t w as
6. Jelaskan alasan kenapa bendahara desa harus melakukan penyetoran ke bank untuk
pendapatan desa yang diterima tunai?

7. Apakah pungutan‐pungutan desa termasuk katagori pungli? Jelaskan!

8. Bagaimana pencatatan penerimaan dari tanah bengkok?

9. Jelaskan kedudukan antara Bendahara Desa dengan Kaur Keuangan dalam


pengelolaan keuangan desa?

10. Jelaskan perbedaan antara SPP Definitid dan SPP Panjar Kegiatan?

PengelolaanKeuanganDesa 12
BAB
VI PENATAUSAHAAN KEUANGAN
DESA

Indikator Keberhasilan:
Penatausahaan keuangan
Setelah desa yang
mempelajari bab merupakan bagiandiharapkan
ini, peserta diklat dari proses pengelolaan
mampu memahamikeuangan desa
proses pencatatan dokumen dan formulir dalam pelaksanaan keuangan desa
adalah proses administrasi pencatatan kegiatan keuangan desa dengan menggunakan
yang meliputi pendapatan desa, belanja desa, dan pembiayaan desa.
formulir/dokumen/buku yang dilakukan oleh Bendahara Desa, pelaksana kegiatan yang melibatkan
fihak terkait lainnya. Bendahara Desa wajib melakukan pencatatan terhadap seluruh transaksi
yang ada yaitu berupa penerimaan pendapatan desa dan pengeluaran belanja desa serta
pembiayaan desa. Pelaksana kegiatan melakukan penatausahaan terkait kegiatan yang
dilakukannya. Bendahara Desa melakukan pencatatan secara sistematis dan kronologis atas
transaksi‐transaksi keuangan yang terjadi. Penatausahaan keuangan desa yang dilakukan
oleh Bendahara Desa dilakukan dengan cara sederhana, yaitu berupa PEMBUKUAN dan
belum menggunakan jurnal akuntansi.

A. PENATAUSAHAAN PENDAPATAN DESA

Penatausahaan pendapatan desa adalah proses pencatatan yang dilakukan oleh Bendahara
Desa terhadap seluruh transaksi penerimaan pendapatan desa yang meliputi Pendapatan Asli
Desa, Transfer, dan Pendapatan Lain‐Lain. Pihak yang terkait dalam proses penerimaan
pendapatan desa adalah pemberi dana (pemerintah pusat/provinsi/kabupaten/kota, masyarakat,
dan pihak ketiga), penerima dana (bendahara desa/pelaksana kegiatan/kepala dusun), dan
bank.

Buku yang terkait dengan penatausahaan pendapatan desa terdiri dari Buku Kas Umum, Buku
Bank dan Buku Rincian Pendapatan. Selain Bendahara Desa, Pelaksana Kegiatan juga
melakukan penatausahaan terkait penerimaan khususnya terkait swadaya, partisipasi dan
gotong royong melalui Buku Kas Pembantu Kegiatan.

Setiap pencatatan penerimaan harus disertai dengan bukti yang lengkap dan sah.
Dokumen sumber yang dijadikan dasar pencatatan penerimaan pendapatan oleh Bendahara
Desa antara lain yaitu:

1 2 016 | Pu s d i k l a t w as
 bukti transfer deviden,

 kuitansi penerimaan,

 tanda terima retribusi (yang dibuat oleh petugas pemungut),

 tanda terima pungutan,

 tanda terima swadaya tunai (swadaya berupa uang),

 tanda terima barang (swadaya berupa barang),

 daftar hadir (swadaya berupa tenaga), dan

 nota transfer/nota kredit.

Atas penerimaan tunai yang diterimanya, Bendahara Desa harus membuat bukti kuitansi tanda
terima dan dicatat pada Buku Kas Umum Desa. Sedangkan untuk penerimaan transfer yang
masuk ke dalam RKD, Bendahara Desa akan mendapat informasi dari bank berupa nota
kredit. Berdasarkan nota kredit, Bendahara Desa melakukan pencatatan ke dalam Buku
Bank Desa. Penerimaan berupa kas maupun nonkas/transfer harus disertai dengan bukti‐
bukti yang lengkap dan sah, serta dicatat secara benar dan tertib.

Atas bukti penerimaan swadaya masyarakat berupa uang/barang/tenaga, akan dicatat


dan dilaporkan oleh Bendahara Desa sebagai realisasi Pendapatan Swadaya Partisipasi dan
Gotong Royong dalam kelompok Pendapatan Asli Desa.

Selain pencatatan pada Buku Kas Umum dan Buku Bank, juga dilakukan pencatatan pada
Buku Pembantu Rincian Pendapatan. Tujuannya adalah agar diperoleh informasi mengenai
pendapatan berdasarkan klasifikasinya yang nanti akan memudahkan penyusunan Laporan
Realisasi APBDesa.

Selain Bendahara Desa, Pelaksana Kegiatan juga melakukan pencatatan penerimaan


pendapatan dari swadaya masyarakat. Atas penerimaan berupa material dan tenaga yang
diterima dari masyarakat, Pelaksana Kegiatan harus mengkonversinya ke dalam nilai rupiah.
Pencatatan yang dilakukan oleh Pelaksana Kegiatan dilakukan dalam Buku Kas Pembantu
Kegiatan. Selain itu Pelaksana Kegiatan juga harus menyusun Laporan Kegiatan setelah
kegiatan selesai dilaksanakan.

Dokumen‐dokumen yang terkait dengan penatusahaan pendapatan yang dilakukan Bendahara


Desa dan Pelaksana Kegiatan disajikan dalam pembahasan bab berikutnya.

PengelolaanKeuanganDesa 12
B. PENATAUSAHAAN BELANJA DESA

Penatausahaan belanja desa adalah proses administrasi pencatatan terhadap seluruh transaksi
pengeluaran belanja desa yang dilakukan oleh Bendahara Desa ataupun Pelaksana
Kegiatan. Belanja desa meliputi semua pengeluaran dari RKD yang merupakan kewajiban
desa dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh
desa. Belanja desa digunakan untuk melaksanakan program dan kegiatan sebagaimana
yang telah direncanakan dalam APBDesa.

Dokumen atau formulir yang terkait dengan Penatausahaan Belanja Desa terdiri dari
Rencana Anggaran Biaya (RAB), Surat Permintaan Pembayaran (SPP), Surat Pernyataan
Tanggung Jawab Belanja (SPTB), dan bukti kuitansi. Buku yang digunakan dalam
penatausahaan belanja berupa Buku Kas Umum (Tunai), Buku Bank dan Buku Kas Pembantu
Pajak yang dikelolan Bendahara Desa serta Buku Kas Pembantu Kegiatan yang dikelola
Pelaksana Kegiatan. Selain itu terdapat tambahan dokumen sebagai alat pengendalian berupa
register SPP, register Kuitansi dan regiter pengedali panjar.

1. Rencana Anggaran Biaya

Langkah awal yang harus dilakukan oleh Pelaksana Kegiatan setelah APBDesa ditetapkan
adalah mengajukan pendanaan untuk melaksanakan kegiatan. Pengajuan tersebut harus
disertai dengan dokumen antara lain yaitu RAB. Format RAB sebagai berikut:

1 2 016 | Pu s d i k l a t w as
PEMERINTAH DESA...........
RENCANA ANGGARAN BIAYA
TAHUN ANGGARAN 20xx

Bidang :
Kegiatan :
Waktu Pelaksanaan :
Sumber Dana :
Output/Keluaran :

Anggaran
Kode Uraian
Volume Harga Satuan Jumlah
1 2 3 4 5

JUMLAH

..................20xx ..................20xx Desa.....,................xx


Mengesahkan, Telah Diverifikasi
Kepala Desa Sekretaris Desa Pelaksana Kegiatan

........................ ........................ ........................

Setelah RAB disetujui, maka langkah selanjutnya berupa permintaan pembayaran/uang


dari Pelaksana Kegiatan kepada Bendahara Desa melalui Surat Permintaan Pembayaran
(SPP) baik yang bersifat definitif maupun yang bersifat panjar.

2. Surat Permintaan Pembayaran (Definitif)

Surat Permintaan Pembayaran (Definitif) berfungsi sebagai dasar permintaan dana/uang


oleh Pelaksana Kegiatan kepada Kepala Desa melalui Bendahara Desa. SPP merupakan
dasar bagi Bendahara Desa dalam meberikan pembayaran kepada pelaksana kegiatan
setelah mendapat persetujuan dari Kepala Desa. Bagi Sekretaris Desa, SPP berfungsi
sebagai alat kontrol untuk menguji kebenaran perhitungan dan ketersediaan dana
(verifikasi). Format SPP disajikan sebagai berikut:

PengelolaanKeuanganDesa 12
PEMERINTAH DESA...........
SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN
TAHUN ANGGARAN 20xx

Bidang : Nomor :
Kegiatan :
Waktu Pelaksanaan :
Rincian Pendanaan

Pagu Anggaran Pencairan s.d Permintaan Jumlah Sampai Sisa Dana


No Kode Uraian
(Rp) yang Lalu (Rp) Sekarang (Rp) Saat Ini (Rp) (Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8

JUMLAH

................ 20xx ................ 20xx...............................................xx Desa.....,.................xx


Setuju Untuk Dibayarkan, Telah Dibayar Lunas Telah Diverifikasi
Kepala Desa Bendahara Desa Sekretaris Desa Pelaksana Kegiatan

........................ ........................ ........................ ........................

Dalam rangka pengendalian, maka SPP dibuat sebanyak 3 rangkap yaitu:

 Rangkap 1 (asli) untuk Bendahara Desa.

 Rangkap 2 untuk Sekretaris Desa.

 Rangkap 3 untuk Pelaksana Kegiatan.

Dalam pengajuannya, SPP dilampiri Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja (SPTB)
dan SPJ berupa bukti‐bukti transaksi (kuitansi).

a. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja (SPTB)

Pengajuan SPP oleh Pelaksana Kegiatan harus dilampiri dengan Surat


Pernyataan Tanggung Jawab Belanja (SPTB). SPTB merupakan rekapitulasi SPJ
yang telah dilakukan oleh pelaksana kegiatan. Dalam SPTB ini ditambahkan
kolom “Nama” dan “Nomor Rekening Pihak Ketiga” untuk memfasilitasi
pembayaran yang dilakukan melalui transfer bank. Format SPTB disajikan
sebagai berikut.

1 2 016 | Pu s d i k l a t w as
PEMERINTAH DESA...........
SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB BELANJA
TAHUN ANGGARAN 20xx
:
Bidang
:
Kegiatan

Nomor & Nama


No Penerima Uraian Jumlah (Rp)
Rek Bank
1 2 3 4 5

JUMLAH

Bukti‐bukti pengeluaran atau belanja tersebut di atas sebagaimana terlampir, untuk kelengkapan
administrasi dan pemeriksaan telah sesuai peraturan perundang‐undangan yang berlaku. Demikian surat pernyataan
Desa.....,xx
Pelaksana Kegiatan

........................

b. Bukti Kuitansi

Selain SPTB, pengajuan SPP juga harus dilampiri dengan bukti transaksi. Bukti
transaksi adalah dokumen pendukung yang berisi data transaksi yang dibuat
setelah adanya transaksi yang digunakan sebagai dasar pencatatan. Bukti
transaksi minimal memuat data pihak yang mengeluarkan atau yang membuat.
Bukti transaksi yang baik adalah di dalamnya tertulis nama beserta jabatan dari
pihak yang membuat, nama beserta jabatan yang memverifikasi, nama dan
jabatan yang menyetujui, dan nama dari pihak yang menerima. Contoh bukti
transaksi antara lain yaitu berupa kuitansi, faktur, surat perjanjian, surat
penerimaan barang, nota kontan (nota), nota debet, nota kredit, dan memo
internal.

Selain itu bukti transaksi juga harus diberi nomor dan diarsipkan sehingga
dapat dengan mudah ditelusuri jika diperlukan. Bukti transaksi (termasuk
dokumen pencatatan/BKU/buku pembantu) adalah dokumen resmi milik
Pemerintah Desa, dan berfungsi sebagai sumber data dalam kegiatan audit, serta
bisa menjadi barang bukti dalam proses hukum (misalnya dalam kasus dugaan
penyelewengan keuangan dan atau tindak pidana lain terkait keuangan desa).
Oleh karena itu, tindakan secara sengaja menghilangkan, merusak, mengubah,

PengelolaanKeuanganDesa 12
baik seluruh atau sebagian dari bukti

1 2 016 | Pu s d i k l a t w as
transaksi adalah termasuk tindakan melawan hukum. Contoh format Bukti Kuitansi
disajikan sebagai berikut

KUITANSI PENGELUARAN
Nomor Kuitansi: .........................
Sudah terima dari : …….........……………………………………………………………………
Banyaknya uang : ==..........................................................==
Untuk Pembayaran : .........................................................................................
Nama Kegiatan : .........................................................................................
Kode Rekening Belanja : .........................................................................................
Potongan Pajak ...................., ................
Nilai : .............................. Yang Menerima,
Pot. Pajak PPN : ..............................
Pot. PajakPenghasilan : ..............................
Total yg dibayarkan : .............................. ....................

Rp.

Menyetujui Dibayar Oleh


Kepala Desa Bendahara Desa

.................... ....................

Semua transaksi pengeluaran belanja harus dicatat untuk kemudian


pencatatan tersebut menjadi dasar penyusunan laporan keuangan. Pencatatan
dilakukan oleh Bendahara Desa pada Buku Kas Umum Desa, Buku Bank Desa, dan
Buku Kas Pembantu Pajak.

3. Surat Permintaan Pembayaran (Panjar Kegiatan)

SPP Panjar Kegiatan adalah permintaan dana/uang muka kepada Pelaksana Kegiatan
untuk melaksanakan kegiatan tertentu. Berbeda dengan SPP Definitif yang melampirkan
bukti transaksi yang telah dilaksanakan, lampiran SPP Panjar Kegiatan berupa
rencana pembelian/pengeluran yang akan dilakukan.

Format SPP Panjar Kegiatan adalah sebagai berikut.

PengelolaanKeuanganDesa 13
PEMERINTAH DESA...........
SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN PANJAR KEGIATAN
TAHUN ANGGARAN 20xx

NOMOR : .............................................

Bidang :
Kegiatan :
Keperluan :
Jumlah yang Dimint :

Perincian rencana penggunaan dana


No Kode Uraian Jumlah (Rp) Keterangan
1 2 3 4 5

JUMLAH

…………… …………… 20xx Desa.....,................xx


20xx Telah
Disetujui Diverifikasi Pelaksana Kegiatan
Kepala Desa Sekretaris Desa
........................
........................ ........................

Seluruh SPP (definitif) akan dikompilasi pada akhir periode sebagai dasar
penyusunan Laporan Realisasi APB Desa oleh Bendahara Desa. Oleh karena itu
Bendahara Desa harus membuat Register SPP. Walaupun Register SPP tidak diatur
dalam Permendagri Nomor 113 Tahun 2014, pencatatan ini sangat diperlukan untuk
memudahkan penyusunan laporan keuangan.

Selain membuat Register Surat Perintah Pembayaran (Register SPP), Bendahara


Desa memerlukan Register Kuitansi Pembayaran (Register Kuitansi) sebagai alat
pengendalian pengeluaran belanja.

Dokumen‐dokumen yang terkait dengan penatusahaan belanja disajikan dalam


pembahasan bab berikutnya.

1 2 016 | Pu s d i k l a t w as
C. PENATAUSAHAAN PEMBIAYAAN DESA

Pembiayaan desa meliputi meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali
dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun pada tahun‐tahun anggaran berikutnya. Penatausahaan pembiayaan
desa adalah proses pencatatan yang dilakukan oleh Bendahara Desa terhadap seluruh
transaksi pembiayaan desa yang meliputi penerimaan dan pengeluaran pembiayaan.

Bendahara Desa harus melakukan penatausahaan atas pembiayaan desa berupa pencatatan ke
dalam dokumen pencatatan untuk semua penerimaan maupun pengeluaran pembiayaan.
Sebagaimana halnya penerimaan pendapatan, maka atas penerimaan pembiayaan yang
diterima secara tunai maupun transfer (misalnya atas transaksi penjualan hasil kekayaan
desa yang dipisahkan), Bendahara Desa harus membuat bukti kuitansi tanda terima dan
dicatat pada Buku Kas Umum Desa dan Buku Bank Desa (untuk penerimaan melalui
transfer).

Begitupun halnya dengan pengeluaran pembiayaan, harus dilakukan pencatatan pada Buku
Kas Umum Desa dan Buku Bank Desa (untuk pengeluaran melalui transfer). Pencatatan
penerimaan maupun pengeluaran pembiayaan baik berupa kas maupun nonkas/transfer harus
disertai dengan bukti‐bukti yang lengkap dan sah, serta dicatat secara benar dan tertib.

Selain pencatatan pada Buku Kas Umum dan Buku Bank, juga dilakukan pencatatan pada
Buku Rincian Pembiayaan walaupun frekuensi transaksi pembiayaan relatif sedikit. Tujuannya
adalah agar diperoleh informasi mengenai pembiayaan berdasarkan klasifikasinya yang
nanti akan memudahkan penyusunan laporan keuangan. Dokumen‐dokumen yang terkait
dengan penatusahaan pendapatan disajikan dalam pembahasan bab berikutnya

D. DOKUMEN PENATAUSAHAAN KEUANGAN DESA

1. Buku Kas Umum

Tidak seperti akuntansi pada umumnya, pembukuan keuangan desa dilakukan secara
lebih sederhana. Hal ini bisa dilihat dari penggunaan Buku Kas Umum Desa, yang hanya
digunakan untuk mencatat transaksi yang dilakukan secara TUNAI (baik penerimaan
pendapatan maupun pengeluaran belanja), dan dilakukan secara kronologis. Jadi
penerimaam pendapatan dan pengeluaran belanja kegiatan yang dilakukan secara tunai
oleh Bendahara Desa akan dicatat dalam Buku Kas Umum Desa.

PengelolaanKeuanganDesa 13
Pencatatan semua transaksi baik penerimaan pendapatan maupun pengeluaran belanja
desa pada Buku Kas Umum Desa dan buku pembantu lainnya dilakukan berdasarkan
bukti transaksi yang lengkap dan sah, misalnya dokumen sumber yang dijadikan dasar
pencatatan pengeluaran belanja oleh Bendahara Desa antara lain yaitu kuitansi
pengeluaran, Faktur pembelian atau Nota Pembelian.

Khusus transaksi pemotongan dan penyetoran pajak oleh Bendahara Desa selain dicatat
pada Buku Kas Umum Desa juga dicatat dalam Buku Kas Pembantu Pajak. Hal ini
dilakukan untuk memudahkan memperoleh informasi mengenai kewajiban perpajakan
Bendahara Desa.

Format Buku Kas Umum sebagai berikut:

BUKU KAS UMUM ‐ TUNAI


PEMERINTAH DESA...........
TAHUN ANGGARAN 20xx

Kode Penerimaan Pengeluaran Nomor Pengeluaran


No Tanggal Uraian Saldo
Rekening (Rp) (Rp) Bukti Kumulatif
1 2 3 4 5 6 7 8 9

JUMLAH

Desa.....,................xx

Mengetahui,
Kepala Desa Bendahara Desa

........................ ........................

Dalam Buku Kas Umum Desa, terdapat kolom “Kode Rekening” yang diisi dengan
kode rekening, namun digunakan hanya untuk pencatatan transaksi keuangan yang
mempengaruhi akun pendapatan, belanja, dan pembiayaan sebagaimana tertuang dalam
APBDesa. Sedangkan transaksi yang tidak mempengaruhi akun tersebut tadi,
misalnya pengambilan uang tunai dari bank, pemberian panjar, dan transfer kepada
pihak ketiga, tidak perlu diisi dengan kode rekening.

Kolom “Nomor Bukti” agar diisi dengan nomor intern yang diberikan secara teratur
dan sistematis sehingga mudah untuk ditelusuri.

Kolom “Pengeluaran Kumulatif” diisi dengan jumlah sebesar akumulasi pengeluaran saja
(tidak termasuk penerimaan). Jadi jika pada baris berikutnya adalah transaksi
penerimaan
1 2 016 | Pu s d i k l a t w as
tunai, maka besaran jumlah kolom pada baris tersebut adalah sama dengan besaran
jumlah pada baris sebelumnya.

Kolom “Saldo” menunjukkan jumlah akumulasi uang dari transaksi penerimaan


maupun pengeluaran kas.

Pada setiap akhir bulan Buku Kas Umum Desa harus ditutup secara tertib, serta
ditandatangani oleh Bendahara Desa dan Kepala Desa.

2. Buku Bank

Berbeda dengan Buku Kas Umum Desa, Buku Bank Desa hanya digunakan untuk
pencatatan transaksi keuangan yang dilakukan melalui transfer bank baik
penerimaan maupun pengeluaran termasuk mutasi kas. Pencatatan dalam Buku Bank
Desa juga dilakukan secara kronologis. Format Buku Bank sebagai berikut:

BUKU BANK DESA


PEMERINTAH DESA...........
TAHUN ANGGARAN 20xx
Bulan :
Nama Bank :
Nomor Rek :
Pemasukan Pengeluaran
Uraian Nomor
No Tanggal Penarikan Biaya Admin Saldo
Transaksi Bukti Setoran (Rp) Bunga (Rp) Pajak (Rp)
(Rp) (Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Total Transaksi Bulan Ini


Total Transaksi Kumulatif

Desa.....,................xx

Kepala Desa Bendahara Desa

........................ ........................

Kolom “Nomor Bukti” agar diisi dengan nomor intern yang diberikan secara teratur
dan sistematis sehingga mudah untuk ditelusuri.

Kolom “Bunga”, “Pajak”, dan “Biaya Administrasi”, diisi dengan jumlah yang
nilainya diperoleh dari rekening koran bank yang bersangkutan.

PengelolaanKeuanganDesa 13
Kolom “Saldo” menunjukkan jumlah akumulasi uang dari transaksi pemasukan
maupun pengeluaran melalui bank. Atas saldo ini harus dilakukan rekonsiliasi dengan
rekening koran bank yang bersangkutan.

Pada setiap akhir bulan Buku Bank Desa harus ditutup secara tertib, serta
ditandatangani oleh Bendahara Desa dan Kepala Desa.

3. Buku Kas Pembantu Pajak

Buku Kas Pembantu Pajak digunakan untuk mencatat pemotongan dan penyetoran pajak
yang dilakukan oleh Bendahara Desa. Transaksi pemotongan dan penyetoran pajak ini
dicatat pada Buku Kas Umum Desa dan Buku Pajak.

BUKU KAS PEMBANTU PAJAK


PEMERINTAH DESA...........
TAHUN ANGGARAN 20xx

Pemotongan Penyetoran
No Tanggal Uraian Saldo
(Rp) (Rp)
1 2 3 4 5 6

JUMLAH

Desa.....,...............xx

Mengetahui,
Kepala Desa Bendahara Desa

........................ ........................

Buku Kas Pembantu Pajak merupakan alat pengendali terhadap kewajiban perpajakan
yang dilakukan bendahara desa. Dengan buku ini dapat diketahui pemotongan dan
penyetoran perpajakan yang telah dilakukan oleh Bendahara Desa.

1 2 016 | Pu s d i k l a t w as
4. Buku Pembantu Rincian Pendapatan

Buku Pembantu Rincian Pendapatan merupakan buku sebagai alat pengendali


pencatatan penerimaan pendapatan untuk tiap jenisnya agar pada saat penyusunan
laporan realisasi APBDesa khususnya pendapatan desa tidak mengalami kesulitan.
Buku ini merupakan tambahan diluar yang dipersyaratkan oleh Permendagri 113/2014.
Format Buku Pembantu Rincian Pendapatan sebagai berikut:

BUKU PEMBANTU RINCIAN PENDAPATAN


PEMERINTAH DESA...........
TAHUN ANGGARAN 20xx
Jenis Pendapatan Jumlah
No Uraian PADesa Transfer Lain‐lain Pendapatan (Rp)
1 2 3 4 5 6

JUMLAH

Mengetahui, Desa.....,...............xx
Kepala Desa Bendahara Desa

........................ ........................

Dengan Buku Pembantu Rincian Pendapatan ini maka setiap jenis pendapatan
seperti pendapatan hasil usaha, Dana Desa ataupun Alokasi Dana Desa dapat
diketahui dengan mudah. Hal ini diperlukan dalam penyusunan Laporan Realisasi
APBDesa.

5. Register Surat Perintah Pembayaran (Register SPP)

Register SPP adalah sarana untuk mengendalikan dan mengontrol SPP yang telah
diterbitkan baik SPP Definitif maupun SPP Panjar Kegiatan. Pada akhir periode,
register ini dapat dijadikan kontrol dalam penyusunan Laporan Realisasi APB Desa
oleh Bendahara Desa. Format Register SPP disajikan sebagai berikut.

PengelolaanKeuanganDesa 13
PEMERINTAH DESA...........
REGISTER SURAT PERINTAH PEMBAYARAN
TAHUN ANGGARAN 20xx
No Tanggal No SPP Uraian Pembayaran Jumlah (Rp)
1 2 3 4 5

JUMLAH
Desa.....,...............xx

Sekretaris Desa Bendahara Desa

........................ ........................

Sebagai alat pengendalian, Register SPP ini digunakan sebagai acuan dalam memberi
nomor SPP yang diajukan pelaksana kegiatan.

6. Register Kuitansi Pembayaran (Register Kuitansi)

Register Kuitansi Pembayaran (Register Kuitansi) adalah sarana untuk mengendalikan


dan mengontrol kuitansi. Pada akhir periode, register ini dapat dijadikan kontrol
dalam penyusunan Laporan Realisasi APB Desa oleh Bendahara Desa. Format
Register Kuitansi Pembayaran disajikan sebagai berikut.

PEMERINTAH DESA...........
REGISTER KUITANSI PEMBAYARAN
TAHUN ANGGARAN 20xx
No Tanggal No Bukti Uraian Pembayaran Jumlah (Rp)
1 2 3 4 5

JUMLAH

Desa.....,...............xx
Sekretaris Bendahara Desa
Desa
........................
........................

1 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Dengan adanya Register Kuitansi Pembayaran ini maka penomoran atas kuitansi yang ada
dapat terstandarisasi sehingga memudahkan untuk penelusuran dan pencarian kuitansi
yang dimaksud.

7. Daftar Rekapitulasi Panjar Kegiatan

Daftar Rekapitulasi Panjar Kegiatan merupakan suatu daftar yang dibuat oleh Bendahara
Desa untuk mengetahui rincian panjar yang telah dikeluarkan kepada Pelaksana
Kegiatan.

Format Daftar Rekapitulasi Panjar Kegiatan adalah sebagai berikut:


PEMERINTAH DESA...........
DAFTAR REKAPITULASI PANJAR KEGIATAN
TAHUN ANGGARAN 20xx

Periode :

Jumlah Jumlah Sisa Pengembalian Sisa


Kode Nama Kegiatan
Panjar SPJ Panjar Sisa Panjar Dana
1 2 3 4 5 5 5

Desa.....,................xx
Mengetahui,
Kepala Desa Bendahara Desa

........................ ........................

Dengan daftar ini maka akan diketahui panjar mana saja yang sudah
dipertanggungjawabkan oleh pelaksana kegiatan dan panjar yang masih terbuka
belum di‐SPJ‐kan.

8. Buku Pembantu Rincian Pembiayaan

Buku Pembantu Rincian Pembiayaan merupakan buku sebagai alat pengendali


pencatatan penerimaan dan pengeluaran pembiayaan. Buku ini mencatat transaksi
untuk tiap jenis pembiayaan agar pada saat penyusunan laporan realisasi APBDesa
khususnya yang terkait pembiayaan desa tidak mengalami kesulitan. Buku ini
merupakan tambahan diluar yang dipersyaratkan oleh Permendagri 113/2014. Format
Buku Pembantu Rincian Pembiayaan sebagai berikut:

PengelolaanKeuanganDesa 13
BUKU PEMBANTU RINCIAN PEMBIAYAAN
PEMERINTAH DESA...........
TAHUN ANGGARAN 20xx
Jenis Pembiayaan Jumlah
No Uraian Penerimaan Pengeluaran Pembiayaan
Pembiayaan Pembiayaan (Rp)
1 2 3 4 6

JUMLAH

Desa.....,................xx
Mengetahui,
Kepala Desa Bendahara Desa

........................ ........................

Dengan Buku Pembantu Rincian Pembiayaan ini maka setiap jenis pembiayaan dapat
diketahui dengan mudah. Hal ini diperlukan dalam penyusunan Laporan Realisasi
APBDesa.

9. Buku Kas Pembantu Kegiatan

Selain Bendahara Desa, Pelaksana Kegiatan juga melakukan pencatatan pengeluaran belanja.
Namun pengeluaran yang dicatat oleh Pelaksana Kegiatan adalah berupa
pengeluaran belanja kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya, baik berupa belanja
barang dan jasa maupun belanja modal; serta transaksi penerimaan panjar dari
Bendahara Desa.

Pelaksana Kegiatan melakukan pencatatan pada Buku Kas Pembantu Kegiatan


berdasarkan SPP yang telah disetujui dan didukung dengan bukti transaksi yang lengkap
dan sah. Selain itu Pelaksana Kegiatan juga harus menyusun Laporan Kegiatan
setelah kegiatan selesai dilaksanakan.

1 2 016 | Pu s d i k l a t w as
BUKU KAS PEMBANTU KEGIATAN
PEMERINTAH DESA...........
TAHUN ANGGARAN 20xx
1. Bidang : ................................
2. Kegiatan : ................................
Penerimaan Pengeluaran Jumlah
Dari Swadaya Nomor Belanja Pengembalian Saldo Kas
No Tanggal Uraian Belanja
Bendahara Masyarakat Bukti Barang dan ke Bendahara (Rp)
Modal (Rp)
(Rp) (Rp) Jasa (Rp) (Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Jumlah
Total Penerimaan Total Pengeluaran

Desa.....,................xx

Pelaksana Kegiatan

........................

Dokumen sumber yang dijadikan dasar pencatatan transaksi oleh Pelaksana Kegiatan
ke dalam Buku Kas Pembantu Kegiatan antara lain:

 kuitansi pengeluaran,

 tanda terima panjar,

 tanda terima barang (swadaya berupa barang), dan

 daftar hadir (swadaya berupa tenaga).

Jika pada akhir pelaksanaan kegiatan masih terdapat saldo di Pelaksana Kegiatan,
maka dilakukan penyetoran sisa panjar kepada Bendahara Desa.

Kolom “Nomor Bukti” agar diisi dengan nomor intern yang diberikan secara teratur
dan sistematis sehingga mudah untuk ditelusuri.

Pada setiap akhir bulan Buku Kas Pembantu Kegiatan harus ditutup secara tertib dan
ditandatangani oleh Pelaksana Kegiatan.

PengelolaanKeuanganDesa 14
E. LAPORAN BENDAHARA DESA

Sebagaimana diuraikan dalam bagian sebelumnya bahwa Bendahara Desa harus melakukan
tutup buku setiap akhir bulan secara tertib, meliputi Buku Kas Umum Desa, Buku Bank
Desa, Buku Pembantu Pajak, Buku Rincian Pendapatan, dan Buku Rincian Pembiayaan.
Penutupan buku ini dilakukan bersama dengan Kepala Desa. Selain itu, Bendahara Desa
wajib menyusun Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Desa sebagai wujud tanggung
jawabnya mengelola keuangan desa, sebagaimana diamanatkan dalam Permendagri Nomor
113 Tahun 2014 pasal 35. Laporan ini harus diverifikasi terlebih dahulu oleh Sekretaris Desa
untuk membandingkan antara saldo pembukuan dengan saldo riil (berupa kas tunai dan
saldo Rekening Kas Desa), untuk kemudian disampaikan kepada Kepala Desa setiap bulan
paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Desa menggambarkan arus uang masuk yang diterima
dari penerimaan pendapatan desa; dan arus uang keluar untuk pengeluaran belanja desa.
Arus kas tersebut tergambar pada Buku Kas Umum Desa dan Buku Bank Desa. Berikut adalah
contoh format Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Desa.

1 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Saldo awal diperoleh dari saldo bulan sebelumnya; sedangkan jumlah penerimaan dan
jumlah pengeluaran diperoleh dari penjumlahan kolom penerimaan pada Buku Kas Umum
Desa dan Buku Bank Desa; dan jumlah pengeluaran diperoleh dari penjumlahan kolom
pengeluaran Buku Kas Umum Desa dan Buku Bank Desa.

PengelolaanKeuanganDesa 14
F. LAPORAN PELAKSANA KEGIATAN

Laporan Kegiatan oleh Pelaksana Kegiatan disusun setelah kegiatan telah selesai dilaksanakan
dan telah ada persetujuan/pengesahan belanja oleh kepala desa melalui dokumen SPP.
Laporan kegiatan mencakup kegiatan‐kegiatan yang telah selesai dilaksanakan beserta
uraian hasil/keluaran kegiatan dan biaya yang telah dikeluarkan. Laporan ini sekaligus juga
sebagai media pemberitahuan tambahan aset (jika ada). Jika keluaran berupa aset yang
merupakan bagian kekayaan milik desa maka harus dicatat dalam buku inventaris desa dan
dilaporkan dalam Laporan Kekayaan Milik Desa. Laporan kegiatan ini didukung oleh
lampiran berupa Berita Acara Serah Terima Barang dari penyedia/pihak ketiga kepada
pelaksana kegiatan/kepala desa.

G. SOAL DAN DISKUSI


1. Sebutkan dokumen‐dokumen yang dikelola oleh bendahara desa?

2. Buku Kas Umum mencatat seluruh transaksi baik kas maupaun bank yang dilakukan
bendahara desa, setujukah dengan pernyataan di atas? Jelaskan!

3. Bagaimana pencatatan pendapatan yang berasal dari swadaya masyarakat berupa barang
dan/atau tenaga kerja sukarela?

4. Bendahara Desa dalam penatausahaannya tidak memiliki Rincian Objek Belanja


sebagaimana diatur dalam regulasi sebelumnya yaitu Permendgari 37/2007. Apa
konsukensinya bagi Bendahara Desa?

5. Sebutkan contoh dokumen‐dokumen sumber sebagai dasar pencatatan di BKU?

6. Jelaskan bedanya antara SPP panjar dan SPP definitif?

7. Bagaimana pencatatan penerimaan dividen/bagi hasil dari BUMDesa dan Penyertaan


Modal pada BUM Desa?

8. Apa bentuk Laporan pertanggungjawaban Bendahara Desa? Jelaskan!

9. Jelaskan mekanisme pencatatan penerimaan pajak dan penyetoran pajak?

10. Apa yang dimaksud dengan SPTB? Jelaskan?

11. Bagaimana pencatatan panjar dilakukan oleh Bendahara Desa? Dengan cara
bagaimana Bendahara mengontrol panjar yang telah diserahkan ke Pelaksana
Kegiatan?

1 2 016 | Pu s d i k l a t w as
~

PengelolaanKeuanganDesa 14
BAB
VII PELAPORAN DAN
PERTANGGUNGJAWABAN
KEUANGAN DESA

A. PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DESA

Untuk memenuhi prinsip transparansi dan akuntabilitas, maka kepala desa wajib untuk
menyusun dan menyampaikan laporan atas pelaksanaan tugas, kewenangan, hak, dan
kewajibannya dalam pengelolaan keuangan desa. Laporan tersebut bersifat periodik
semesteran/tahapan dan tahunan, yang disampaikan ke bupati/balikota. Laporan yang
harus disusun terdiri dari:

 Laporan Realisasi Pelaksanaan APBDesa

 Laporan Realisasi Penggunaan Dana Desa.

1. Laporan Realisasi Pelaksanaan APBDesa

Laporan Realisasi Pelaksanaan APBDesa disampaikan kepala desa kepada


bupati/walikota tiap semester tahun berjalan. Untuk laporan semester pertama,
disampaikan paling lambat akhir bulan Juli tahun berjalan, sedangkan untuk laporan
semester akhir tahun disampaikan paling lambat akhir bulan Januari tahun
berikutnya.

Laporan Realisasi Pelaksanaan APBDesa Semester Pertama menggambarkan realisasi


pendapatan, belanja dan pembiayaan untuk seluruh sumber dana yang dikelola
pemeritah desa selama semester I yang dibandingkan dengan target/anggarannya.
Laporan Realisasi Pelaksanaan APBDesa Semester Akhir Tahun mengambarkan akumulasi
realisasi pendapatan, belanja dan pembiayaan sampai dengan akhir tahun anggaran.
Alur penyusunan Laporan Realisasi Pelaksanaan APBDesa adalah sebagai berikut:

1 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Gambar 7.1
Alur Penyusunan Laporan Realisasi Pelaksanaan APB Desa

Format LRA APBDesa Semesteran Semester Pertama dan Semester Akhir Tahun sesuai
Permendagri 113 Tahun 2014 sebagai berikut:

PengelolaanKeuanganDesa 14
LAPORAN REALISASI PELAKSANAAN
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA
SEMESTERAN
PEMERINTAH DESA...........
TAHUN ANGGARAN 20xx
REALISASI
SISA
KODE REKENING URAIAN JUMLAH SEMESTER SEMESTER
Jumlah % ANGGARAN
ANGGARAN I II
1 PENDAPATAN
1 1 Pendapatan Asli Desa
1 1 1 Hasil Usaha Desa
1 1 1 04 Hasil Pelelangan Ikan Yang Dikelola Desa
1 1 2 Hasil Aset Desa
1 1 2 01 Pendapatan Sewa Tanah Kas Desa
1 1 3 Swadaya, Partisipasi dan Gotong Royong
1 1 3 01 Hasil Swadaya
1 1 4 Lain ‐ Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah
1 1 4 04 Bunga Simpanan Uang di Bank
1 1 4 09 Lain‐lain Pendapatan Desa Yang Sah Lainnya
1 2 Pendapatan Transfer
1 2 1 Dana Desa
1 2 1 01 Dana Desa
1 2 2 Bagi Hasil Pajak dan Retribusi
1 2 2 01 Bagi Hasil Pajak dan Retribusi Daerah
1 2 3 Alokasi Dana Desa
1 2 3 01 Alokasi Dana Desa
1 2 4 Bantuan Keuangan Provinsi
1 2 4 01 Bantuan Keuangan dari APBD Provinsi
1 2 5 Bantuan Keuangan Kabupaten/Kota
1 2 5 01 Bantuan Keuangan dari APBD Kabupaten
1 3 Lain‐Lain Pendapatan Desa yang Sah
1 3 1 Pendapatan Hibah dan Sumbangan Pihak Ketiga
1 3 1 07 Pendapatan Sumbangan dari Pihak Ketiga Lainnya
JUMLAH PENDAPATAN
2 BELANJA
2 1 Bidang Penyelenggaraan Pemerintah Desa
2 1 1 Pembayaran Penghasilan Tetap dan Tunjangan
2 1 1 1 Belanja Pegawai
2 1 1 1 01 Penghasilan Tetap Kepala Desa dan Perangkat Desa
2 1 1 1 04 Tunjangan Kepala Desa dan Perangkat Desa
2 1 1 1 06 Tunjangan BPD dan Anggotanya
2 1 2 Kegiatan Operasional Kantor Desa
2 1 2 2 Belanja Barang dan Jasa
2 1 2 2 01 Belanja Listrik, Air, Telepon, Fax/Internet
2 1 2 2 02 Belanja Alat Tulis Kantor
2 1 2 2 03 Belanja Alat‐alat Kebersihan dan Bahan Pembersih
2 1 2 2 04 Belanja Benda Pos dan Materai
2 1 2 2 06 Belanja Fotocopy, Cetak dan Penggandaan
2 1 2 2 07 Belanja Makanan dan Minuman Rapat
2 1 2 2 08 Belanja Pakaian Dinas dan Atributnya
2 1 2 2 10 Belanja Jasa Upah Tenaga Kerja
2 1 2 2 11 Belanja Sewa Peralatan
2 1 2 2 12 Belanja Perawatan Kendaraan Bermotor
2 1 2 2 16 Belanja Perjalanan Di nas
2 1 2 2 18 Belanja Pemeliharaan Al at Kantor dan Rumah Tangga
2 1 2 2 22 Belanja Jasa Transaksi Keuangan (Admin Bank dll)
2 1 2 3 Belanja Modal
2 1 2 3 14 Belanja Modal Pengadaan Peralatan Kantor
2 1 2 3 15 Belanja Modal Pengadaan Alat‐alat Rumah Tangga
2 1 2 3 16 Belanja Modal Pengadaan Komputer
2 1 3 Kegiatan Operasional BPD
2 1 3 2 Belanja Barang dan Jasa
2 1 3 2 02 Belanja Alat Tulis Kantor
2 1 3 2 04 Belanja Benda Pos dan Materai
2 1 3 2 06 Belanja Fotocopy, Cetak dan Penggandaan
2 1 3 2 07 Belanja Makanan dan Minuman Rapat
2 1 3 2 16 Belanja Perjalanan Di nas
2 1 4 Kegiatan Operasional RT/RW
2 1 4 2 Belanja Barang dan Jasa
2 1 4 2 02 Belanja Alat Tulis Kantor
2 1 4 2 04 Belanja Benda Pos dan Materai
2 1 4 2 06 Belanja Fotocopy, Cetak dan Penggandaan
2 1 4 2 07 Belanja Makanan dan Minuman Rapat
2 1 4 2 16 Belanja Perjalanan Di nas
2 2 Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa
2 2 1 Kegiatan Pembangunan Saluran Irigasi
2 2 1 2 Belanja Barang dan Jasa
2 2 1 2 02 Belanja Alat Tulis Kantor
2 2 1 2 14 Belanja Honorarium Tim Panitia
2 2 1 3 Belanja Modal
2 2 1 3 29 Belanja Modal Pengadaan Jaringan Air

1 2 016 | Pu s d i k l a t w as
REALISASI
SISA
KODE REKENING URAIAN JUMLAH SEMESTER SEMESTER
Jumlah % ANGGARAN
ANGGARAN I II
2 2 2 Kegiatan Pembangunan Jalan Desa
2 2 2 2 Belanja Barang dan Jasa
2 2 2 2 02 Belanja Alat Tulis Kantor
2 2 2 2 14 Belanja Honorarium Tim Panitia
2 2 2 3 Belanja Modal
2 2 2 3 27 Belanja Modal Pengadaan Jalan Desa
2 3 Bidang Pembinaan Kemasyarakatan
2 3 1 Kegiatan Pembinaan Keamanan dan Ketertiban
2 3 1 2 Belanja Barang dan Jasa
2 3 1 2 02 Belanja Alat Tulis Kantor
2 3 1 2 06 Belanja Fotocopy, Cetak dan Penggandaan
2 3 1 2 07 Belanja Makanan dan Minuman Rapat
2 3 1 2 08 Belanja Pakaian Dinas dan Atributnya
2 3 1 2 09 Belanja Bahan Praktek dan Pelatihan
2 3 1 2 11 Belanja Sewa Peralatan
2 3 1 2 15 Belanja Honorarium Instruktur/Pelatih/Narasumber
2 3 1 2 16 Belanja Perjalanan Dinas
2 3 7 Kegiatan Pendidikan Anak Usia Dini
2 3 7 2 Belanja Barang dan Jasa
2 3 7 2 02 Belanja Alat Tulis Kantor
2 3 7 2 06 Belanja Fotocopy, Cetak dan Penggandaan
2 3 7 2 07 Belanja Makanan dan Minuman Rapat
2 3 7 2 15 Belanja Honorarium Instruktur/Pelatih/Narasumber
2 3 7 3 Belanja Modal
2 3 7 3 16 Belanja Modal Pengadaan Komputer
2 3 7 3 33 Belanja Modal Pengadaan Buku dan Kepustakaan
2 4 Bidang Pemberdayaan Masyarakat
2 4 1 Kegiatan Pelatihan Kepala Desa dan Perangkat
2 4 1 2 Belanja Barang dan Jasa
2 4 1 2 02 Belanja Alat Tulis Kantor
2 4 1 2 06 Belanja Fotocopy, Cetak dan Penggandaan
2 4 1 2 07 Belanja Makanan dan Minuman Rapat
2 4 1 2 09 Belanja Bahan Praktek dan Pelatihan
2 4 1 2 11 Belanja Sewa Peralatan
2 4 1 2 15 Belanja Honorarium Instruktur/Pelatih/Narasumber
2 4 1 2 16 Belanja Perjalanan Dinas
2 4 5 Kegiatan Pelatihan Kelompok Tani dan Nelayan
2 4 5 2 Belanja Barang dan Jasa
2 4 5 2 02 Belanja Alat Tulis Kantor
2 4 5 2 06 Belanja Fotocopy, Cetak dan Penggandaan
2 4 5 2 07 Belanja Makanan dan Minuman Rapat
2 4 5 2 09 Belanja Bahan Praktek dan Pelatihan
2 4 5 2 11 Belanja Sewa Peralatan
2 4 5 2 15 Belanja Honorarium Instruktur/Pelatih/Narasumber
2 5 Bidang Tidak Terduga
2 5 1 Kegiatan Penanggulangan Bencana Alam
2 5 1 2 Belanja Barang dan Jasa
2 5 1 2 07 Belanja Makanan dan Minuman Rapat
2 5 1 2 11 Belanja Sewa Peralatan
2 5 1 2 14 Belanja Honorarium Tim Panitia
JUMLAH BELANJA
SURPLUS / (DEFISIT)
3 PEMBIAYAAN
3 1 Penerimaan Pembiayaan
3 1 1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya
3 1 1 01 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) Tahun Sebelumnya
3 2 Pengeluaran Pembiayaan
3 2 2 Penyertaan Modal Desa
3 2 2 01 Penyertaan Modal Desa
JUMLAH PEMBIAYAAN
SISA LEBIH / (KURANG) PERHITUNGAN ANGGARAN

Gambar 7.2
Contoh/Format Laporan Realisasi Pelaksanaan APBDesa Semesteran

PengelolaanKeuanganDesa 14
2. Laporan Realisasi Penggunaan Dana Desa

Selain laporan semesteran realisasi pelaksanaan APB Desa untuk seluruh sumber dana
yang dikelola desa, khusus Dana Desa dibuatkan laporan tersendiri. Laporan Realisasi
Penggunaan Dana Desa disampaikan oleh kepala desa kepada bupati/walikota sebagai
persyaratan untuk setiap tahapan (pasal 25 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
49/PMK.07/2016). Laporan Realisasi Penggunaan Dana Desa terdiri atas:

 Laporan Realisasi Penggunaan Dana Desa tahun anggaran sebelumnya; dan

 Laporan Realisasi Penggunaan Dana Desa Tahap 1.

Laporan Realisasi Penggunaan Dana Desa tahun anggaran sebelumnya disampaikan paling
lambat minggu kedua bulan Februari tahun anggaran berjalan. Laporan Realisasi
Penggunaan Dana Desa tahun anggaran sebelumnya ini menjadi salah satu persyaratan
dalam pencairan Dana Desa Tahap I. Laporan Realisasi Penggunaan Dana Desa Tahap
1 tahun berjalan disampaikan paling lambat minggu kedua bulan Juli tahun anggaran
berjalan. Laporan ini menjadi syarat untuk pencairan Dana Desa Tahap II. Format
Laporan Realisasi Penggunaan Dana Desa sebagaimana tercantum dalam Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 49/PMK.07/2016 adalah sebagai berikut.

1 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Sesuai dengan PMK 49/2016, laporan realisasi penggunaan Dana Desa Tahap I bisa
disampaikan kepada bupati/walikota minimal telah digunakan 50% dari Dana Desa
yang diterima di Tahap I. Jadi, tidak mesti harus digunakan seluruhnya (100%) untuk
dilaporkan ke bupati/walikota yang menyebabkan pencairan tahap II Dana Desa menjadi
terlambat karena kesalahan persepsi ini.

Hal lain yang perlu diperhatikan terkait penggunaan Dana Desa adalah Sisa Dana Desa.
Atas Sisa Dana Desa yang tidak wajar (>30%), bupati/walikota akan memberikan
sanksi administrasi berupa pengurangan Dana Desa. Hal ini dikarenakan Sisa Dana Desa
yang tidak wajar tersebut mengindikasikan adanya penggunaan yang tidak sesuai dengan
prioritas, dan atau terdapat penyimpanan uang dalam bentuk deposito lebih dari 2
(dua) bulan.

PengelolaanKeuanganDesa 15
B. PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN PEMERINTAH DESA

Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa merupakan laporan yang


disampaikan kepada BPD setiap akhir tahun anggaran. Laporan ini disampaikan kepada BPD
secara tertulis paling lambat 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran (PP Nomor 43
Tahun 2014 pasal 51). Laporan ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan
APBDesa tersebut setelah dibahas dan disepakati bersama antara pemerintah desaa dengan
BPD selanjutnya ditetapkan dengan Peraturan Desa. Peraturan Desa tersebut harus
dilampiri dengan:

 Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa

 Laporan Kekayaan Milik Desa per 31 Desember Tahun Anggaran berkenaan.

 Laporan Program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang Masuk ke Desa.

Jika dibandingkan dengan pemerintah daerah dimana pertanggungjawabannya dievaluasi oleh


pemerintah provinsi sebelum menjadi peraturan daerah, maka untuk pertanggungjawaban
desa tidak dilakukan evaluasi oleh bupati/walikota untuk menjadi perdes, tapi cukup
disampaikan ke bupati/walikota. Ketentuan mengenai hal tersebut diatur dalam pasal 14
Permendagri Nomor 111 Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Peraturan di Desa, yang
dinyatakan bahwa hanya ada 4 jenis rancangan peraturan desa yang evaluasi oleh
bupati/walikota yaitu tentang APBDesa, pungutan, tata ruang, dan organisasi pemerintah
desa, tidak termasuk pertanggungjawaban desa.

Peraturan Desa tentang Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa


selanjutnya disampaikan kepada bupati/walikota melalui camat.

Alur penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa adalah sebagai


berikut.

1 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Gambar 7.3
Alur Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban

PengelolaanKeuanganDesa 15
1. Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APB Desa

Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APB Desa merupakan bagian


dari peraturan desa mengenai laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan
APBDesa sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan APB Desa yang
telah disepakati di awal tahun. Berikut disajikan format Laporan Pertanggungjawaban
Realisasi Pelaksanaan APB Desa yang disampaikan kepada BPD:

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN REALISASI PELAKSANAAN


ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA
PEMERINTAH DESA…………..
TAHUN ANGGARAN………….

Anggaran Realisasi Lebih/


Nomor Uraian Ket.
(Rp.) (Rp.) Kurang
1 2 3 4 5 6
1 PENDAPATAN DESA
1.1 PENDAPATAN ASLI DESA
1.1.1 Hasil Usaha Desa
1.1.1 Hasil Aset Desa
1.1.3 Swadaya, Partisipasi dan Gotong Royong
1.1.4 Lain - Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah

1.2 PENDAPATAN TRANSFER


1.2.1 Dana Desa
1.2.2 Bagi Hasil Pajak dan Retribusi Daerah
1.2.3 Alokasi Dana Desa
1.2.4 Bantuan Keuangan Provinsi
1.2.5 Bantuan Keuangan Kabupaten/Kota

1.3 Lain-Lain Pendapatan Desa yang Sah


1.3.1 Hibah dan Sumbangan Pihak Ketiga yang tidak mengikat
1.3.2 Lain-lain Pendapatan yang Sah
JUMLAH PENDAPATAN

2 BELANJA DESA

2.1 BIDANG PENYELENGGARAN PEMDES


2.1.1 Keg. Pembayaran Penghasilan tetap dan Tunjangan
2.1.1.1 Belanja Pegawai
2.1.1.1.1 Penghasilan Tetap Kepala Desa dan Perangkat Desa
2.1.1.1.2 Tunjangan Kepala Desa dan Perangkat Desa

1 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Anggaran Realisasi Lebih/
Nomor Uraian Ket.
(Rp.) (Rp.) Kurang
1 2 3 4 5 6
2.1.1.1.3 Tunjangan BPD dan Anggotanya

2.1.2 Keg. Operasional Perkantoran Desa


2.1.2.1 Belanja Barang dan Jasa
2.1.2.1.1 Belanja Listrik, Air dan Telepon
2.1.2.1.2 Belanja Alat Tulis Kantor
2.1.2.1.3 Belanja....dst

2.1.2.2 Belanja Modal


2.1.2.2.1 Belanja Modal Pengadaan Peralatan Kantor
2.1.2.2.2 Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Rumah Tangga
2.1.2.2.3 Belanja Modal Pengadaan Komputer

2.1.4 Kegiatan dst...

2.2 BIDANG PELAKSANAAN PEMBANGUN DESA


2.2.1 Keg. Pembangunan Saluran Air Desa
2.2.1.1 Belanja Barang dan Jasa
2.2.1.1.1 Belanja Alat Tulis Kantor
2.2.1.1.2 Belanja .............
2.2.1.1.2 Belanja .............

2.2.1.2 Belanja Modal


2.2.1.2.1 Belanja Modal Pengadaan Bangunan Air dan Irigasi

2.2.2 Kegiatan Pembangunan Jalan Desa


2.2.2.1 Belanja Barang dan Jasa
2.2.2.1.1 Belanja Alat Tulis Kantor
2.2.1.1.1 Belanja ................
2.2.1.1.2 Belanja .............
2.2.1.1.2 Belanja .............

2.2.2.2 Belanja Modal


2.2.2.2.1 Belanja Modal Pengadaan Jalan

Kegiatan ....

2.3 BIDANG PEMBINAAN KEMASYARAKATAN


2.3.1 Kegiatan Pembinaan Keamanan dan Ketertiban
2.3.1.1 Belanja Barang dan Jasa

PengelolaanKeuanganDesa 15
Anggaran Realisasi Lebih/
Nomor Uraian Ket.
(Rp.) (Rp.) Kurang
1 2 3 4 5 6
2.3.1.1.1 Belanja Alat Tulis Kantor
2.3.1.1.2 Belanja Fotocopy, Cetak dan Penggandaan
2.3.1.1.3 Belanja Makanan dan Minuman Rapat
2.3.1.1.4 Belanja Honorarium Instruktur/Pelatih/Narasumber
2.3.1.1.5 Belanja Perjalanan Dinas
2.3.1.1.5 Belanja ... dst

2.4 BIDANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


2.4.1 Kegiatan Pelatihan Kepala Desa dan Perangkat
2.4.1.1 Belanja Barang dan Jasa
2.4.1.1.1 Belanja Alat Tulis Kantor
2.4.1.1.2 Belanja Fotocopy, Cetak dan Penggandaan
2.4.1.1.3 Belanja ... dst
Kegiatan ........
JUMLAH BELANJA

SURPLUS / DEFISIT

3 PEMBIAYAAN
3.1 Penerimaan Pembiayaan
3.1.1 SILPA
3.1.2 Pencairan Dana Cadangan
3.1.3 Hasil Penjualan Kekayaan Desa yang Dipisahkan
JUMLAH (Rp)

3.2 Pengeluaran Pembiayaan


3.2.1 Pembentukan Dana Cadangan
3.2.2 Penyertaan Modal Desa
JUMLAH (Rp)

Pembiayaan Netto (Penerimaan Pembiayaan –


Pengeluaran Pembiayaan)

SILPA Tahun Berjalan (Selisih antara Pembiayaan


Netto dengan Hasil Surplus/Defisit)

1 2 016 | Pu s d i k l a t w as
2. Laporan Kekayaan Milik Desa

Salah satu lampiran Peraturan Desa mengenai Laporan Pertanggungjawaban


Realisasi Pelaksanaan APBDesa yaitu Laporan Kekayaan Milik Desa (Laporan KMD).
Laporan KMD mengambarkan akumulasi kekayaan milik desa per tanggal tertentu.
Laporan KMD disajikan secara komparatif dengan tahun sebelumnya untuk melihat
tingkat kenaikan atau penurunannya.

Laporan KMD merupakan hal yang baru bagi desa karena belum pernah diatur
sebelumnya dalam ketentuan mengenai desa sebelum terbitnya UU Desa. Oleh
karena itu sebagai langkah awal penyusunan Laporan KMD maka harus dilakukan
inventarisasi aset desa. Inventarisasi aset desa paling lambat 2 (dua) tahun sejak UU
Desa berlaku (UU Nomor 6 tahun 2014 pasal 116 ayat 4). Inventarisasi aset desa
merupakan hal penting yang harus dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota untuk
memberi kejelasan mengenai aset desa baik jumlah maupun nilainya.

Berikut adalah format Laporan Kekayaan Milik Desa


Gambar 7.4
Format Laporan Kekayaan Milik Desa

PEMERINTAH DESA .......


LAPORAN KEKAYAAN MILIK DESA
SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER
20...
TAHUN N
TAHUN N-1
URAIAN (Tahun Periode
(Tahun Sebelumnya)
Pelaporan)
I. ASET DESA
A. ASET LANCAR
1. Kas Desa
a. Uang Kas di Bendahara Desa
b.Rekening Kas Desa
2. Piutang
a. Piutang Sewa Tanah
b. Piutang Sewa Gedung
c. dst......
3. Persediaan
a. Kertas Segel
b.Materai
c. dst......
d..........
JUMLAH ASET LANCAR
B. ASET TIDAK LANCAR
1. Investasi Permanen
- Penyertaan Modal Pemerintah Desa

PengelolaanKeuanganDesa 15
TAHUN N
TAHUN N-1
URAIAN (Tahun Periode
(Tahun Sebelumnya)
Pelaporan)
2. Aset Tetap
- Tanah
- Peralatan dan Mesin
- Gedung dan Bangunan
- Jalan, Jaringan dan Instalasi
- Aset Tetap Lainnya
3. Dana Cadangan
- Dana Cadangan
4. Aset Tidak Lancar Lainnya

JUMLAH ASET TIDAK LANCAR


JUMLAH ASET (A + B)

II. KEWAJIBAN JANGKA PENDEK


- Utang Jangka Pendek
JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

UMLAH KEKAYAAN BERSIH (I – II)

Laporan Kekayaan Milik Desa memiliki banyak pos/rekening yang bersifat non
keuangan yang tidak ada pembukuannya di bendahara desa ataupun sekretaris desa,
sehingga untuk penyusunannya diperlukan langkah‐langkah teknis. Untuk keperluan
penyusunan Laporan KMD tahun berjalan, cara memperoleh saldo masing‐masing
akunnya adalah sebagai berikut:

a. Akun Kas di Bendahara Desa, saldonya diambil dari BKU di akhir tahun setelah
ditutup, sedangkan Akun Rekening Kas Desa diambil dari Buku Bank setelah
sebelumnya dilakukan rekonsiliasi dengan rekening koran.

b. Akun Piutang, pengisiannya dengan melakukan inventarisasi atas hak Desa yang
belum diterima sampai dengan tanggal pelaporan. Hak Desa diketahui misalnya
dari dokumen perjanjian sewa, dimana pihak ketiga sudah menikmati
jasa/pelayanan yang diberikan desa, namun belum membayar kewajibannya.
Contoh lainnya terkait pendapatan transfer misalnya terdapat pendapatan
berupa dana transfer yang telah ditetapkan dalam surat keputusan (Dana Desa,
ADD, dll) sehingga sudah menjadi hak, namun hingga akhir tahun belum
diterima.

c. Persediaan, Dilakukan dengan cara menghitung sisa persediaan yang masih ada
per tanggal laporan, dengan menggunakan nilai pembelian terakhir.Contohnya:

1 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Materai, ATK, Kertas Segel.

PengelolaanKeuanganDesa 15
d. Penyertaan Modal adalah Akumulasi jumlah uang yang diberikan kepada
BUMDesa dengan mengacu Peraturan Desa.

e. Aset Tetap berupa Tanah; Bangunan dan Gedung; Peralatan dan Mesin; Jalan,
Jaringan dan Irigasi; diambil dari hasil rekonsiliasi antara Buku Inventaris Pengurus
Barang dan Laporan Progres Kegiatan dari Pelaksana Kegiatan.

f. Dana Cadangan, dilakukan inventarisasi atas rekening bank yang menampung Dana
Cadangan yang dimiliki oleh pemerintah desa.

g. Kewajiban Jangka Pendek, dilakukan inventarisasi atas kewajiban pemerintah desa


contohnya adalah Pendapatan Diterima Dimuka, Pajak yang sudah
dipungut/dipotong namun belum disetor, dll.

h. Kekayaan Bersih merupakan selisih antara Nilai Aset Desa dengan Kewajiban
Jangka Pendek.

Kotak 6.1: ASET DESA


3. Laporan Program Pemerintah
Sesuai Permendagri dan
1 Tahun 2016 Pemerintah
tentang Daerah
pengelolaan aset yang
desa, Masuk ke terdiri
Aset Desa Desa dari
1. Kekayaan asli desa;
Laporan Program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang Masuk ke Desa meliputi
2. Kekayaan milik desa yang dibeli atau diperoleh atas beban APBDesa;
informasi atas program sektoral dan program daerah yang diintegrasikan ke dalam
3. Kekayaan desa yang diperoleh dari hibah dan sumbangan atau yang sejenis;
pembangunan desa, baik yang dikoordinasikan dan atau didelegasikan
4.
Kekayaan desa yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak
pelaksanaannya kepada berdasarkan
dan/atau diperoleh Desa per tanggal
ketentuantertentu.
peraturan Atas program dan
undang‐undang yang masuk
Hasil kerja ke
samadiinformasikan
desa ini desa; dan kepada pemerintah desa oleh pelaksana kegiatan dari
pemerintah supra
5. Kekayaan desadesa
yangyang bersangkutan.
berasal Berikut
dari perolehan adalah
lain yang contoh
sah. KepalaLaporan Program
desa selakuk
pemegang kekuasaan pengelolaan aset desa dibantu oleh sekretaris desa selaku
Sektoral dan Program Daerah yang Masuk ke Desa.

1 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Gambar 7.5
Format Laporan Program Sektoral Dan Program Daerah Yang Masuk Ke Desa

Kotak 6.2: Laporan Kepala Desa


Sesuai Permendagri 46 Tahun 2016 tentang Laporan Kepala Desa, terdapat 4 laporan yang
C. INFORMASI
dibuat oleh KEPADA MASYARAKAT
kepala desa yaitu: 1) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa akhir tahun
anggaran; 2) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa akhir masa jabatan; 3)
Pelaksanaan
Laporan pembangunan yang dilaksanakan
Keterangan Penyelenggaraan Pemerintahanoleh pemerintah
Desa akhir daerahdanharus
tahun anggaran; 4)
Informasi termasuk
diinformasikan Penyelenggaraan Pemerintahan
pengelolaan Desa. kepada
keuangannya Laporan masyarakat.
tersebut disampaikan paling
Masyarakat Desa
lambat 3 (tiga) bulan setelah berakhir tahun anggaran, namun laporan akhir masa jabatan
berhak batas
meminta danadalah
waktunya mendapatkan informasi
5 (lima) bulan sebelumdari
akhir pemerintah Desa mengenai kegiatan
masa jabatan.
penyelenggaraan pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan, pembinaan
kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.

Hal ini sebagai wujud transparansi yang merupakan asas dari pengelolaan keuangan desa.
Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa sesuai ketentuan dan
keterbukaan publik diinformasikan kepada masyarakat secara tertulis paling lambat 3 (tiga)
bulan setelah berakhir tahun anggaran dengan media informasi yang mudah diakses oleh
masyarakat, antara lain papan pengumuman, radio komunitas, dan media informasi
lainnya.

PengelolaanKeuanganDesa 16
Informasi penyelenggaraan pemerintahan Desa yang disampaikan oleh Kepala Desa dapat
digunakan oleh masyarakat untuk menyampaikan aspirasi, saran dan pendapat lisan atau
tertulis secara bertanggungjawab dalam rangka mendukung penyelenggaraan
pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan
pemberdayaan masyarakat.

D. LAPORAN TINGKAT PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA

Selain pemerintah desa, sebagai pelaksanaan fungsi pembinaan dan pengawasan, Pemerintah
Kabupaten/kota juga memiliki kewajiban untuk melaporkan kompilasi atas laporan‐laporan
desa yang ada di wilayahnya sesuai dengan regulasi. Laporan yang harus dibuat untuk
tingkat pemerintah kabupaten/kota terdiri dari:

 Laporan realisasi Penyaluran dan Konsolidasi Penggunaan Dana Desa

 Ikhtisar Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APB Desa

1. Laporan Realisasi Penyaluran dan Konsolidasi Penggunaan Dana Desa

Berdasarkan Laporan Penggunaan Dana Desa yang disampaikan oleh Kepala Desa yang
ada di wilayah kabupaten/kota, Bupati/Walikota menyusun dan menyampaikan Laporan
Realisasi Penyaluran dan Konsolidasi Penggunaan Dana Desa kepada Menteri Keuangan
c.q Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan, dengan tembusan kepada Gubernur,
Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Desa, Pembangunan Darah Tertinggal dan
Transmigrasi. Laporan Realisasi Penyaluran dan Konsolidasi Penggunaan Dana Desa
terdiri atas:

 Laporan Realisasi Penyaluran dan Konsolidasi Penggunaan Dana Desa tahun


anggaran sebelumnya; dan

 Laporan Realisasi Penyaluran dan Konsolidasi Penggunaan Dana Desa Tahap 1.

Laporan Realisasi Penggunaan Dana Desa tahun anggaran sebelumnya disampaikan paling
lambat minggu keempat bulan Februari tahun anggaran berjalan; sedangkan
Laporan Realisasi Penggunaan Dana Desa Tahap 1 disampaikan paling lambat minggu
keempat bulan Juli tahun anggaran berjalan.

Format Laporan Realisasi Penyaluran dan Konsolidasi Penggunaan Dana Desa


sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 49/PMK.07/2016
adalah sebagai berikut.
1 2 016 | Pu s d i k l a t w as
PengelolaanKeuanganDesa

LAPORAN REALISASI PENYALURAN


KABUPATEN/KOTA ..........
TAHUN ANGGARAN ......
Pagu Kabupaten/Kota Rp........................................
PENYALURAN
TOTAL DALAM
NO PENYALURAN KE DESA PAGU DESA TAHAP 1 TAHAP 2 SISA
PENYALURAN PERSENTASE

Format Laporan Realisasi


NO SP2D TGL PENYALURAN JUMLAH NO SP2D TGL PENYALURAN JUMLAH

Gambar 7.7
JUMLAH TOTAL
1
Gambar 7.8
Format Laporan Konsolidasi Penggunaan Dana Desa

15 2 016 | Pu s d i k l a t w as
2. Ikhtisar Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan AB Desa

Sesuai amanat dari Permendagri Nomor 52 Tahun 2015 tentang Pedoman


Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016 disebutkan
bahwa dalam rangka memenuhi akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan
desa, pemerintah kabupaten/kota wajib melakukan pembinaan dan pengawasan
terhadap pelaksanaan pengelolaan keuangan desa pada pemerintah desa di
wilayahnya sesuai maksud Pasal 44 ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa.

Dalam kaitan itu, Pemerintah Desa harus menyusun Laporan Pertanggungjawaban


Realisasi Pelaksanaan APB Desa yang disampaikan kepada Bupati/Walikota dan
disusun dengan mempedomani Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun
2014. Selanjutnya, pemerintah daerah menyusun Laporan dimaksud dalam bentuk
ikhtisar yang dilampirkan dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.

Berdasarkan ketentuan tersebut, maka mulai tahun anggaran 2016, Pemerintah


Kabupaten/kota harus melampirkan Ikhtisar Laporan Pertanggungjawaban Realisasi
Pelaksanaan APB Desa untuk seluruh desa yang ada di wilayahnya. Diperlukan suatu
mekanisme ataupun tools berupa aplikasi yang mampu mengakomodasi ketentuan
tersebut agar tidak menjadi Kendala bagi pemda untuk memenuhi amanat
ketentuan ini. Hal ini menegaskan peran pembinaan dan pengawasan yang dilakukan
pemerintah kabupaten/kota kepada pemerintah desa harus berjalan dengan efektif.

Begitu juga halnya dengan LKPD Tahun 2017 sebagaimana diatur dalam Permendagri
nomor 31 Tahun 2016 tentang Penyusunan APBD Tahun 2017.

Dalam permendagri tersebut belum diatur format bakunya. Berikut disampaikan contoh
format Ikhtisar Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APB Desa.

PengelolaanKeuanganDesa 15
Format ........
Pemerintah Kabupaten/Kota ……
Ikhtisar Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APB Desa

Real. Real. Surplus/ Pembiayaan


No. Desa SiLPA Ket.
Pendapatan Belanja Defisit Netto
1 2 3 4 5=3-4 6 7=5-6 8

Format Ikhtisar Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APB Desa ini belum
baku. Kolom 2 merupakan nama‐nama desa yang ada di wilayah kabupaten/kota.

E. SOAL DAN DISKUSI

1. Sebutkan laporan‐laporan yang diwajibkan disampaikan kepala desa?

2. Jelaskan bentuk pertanggungjawaban kepala desa?

3. Sebutkan laporan‐laporan yang harus dibuat oleh pemerintah kabupaten/kota?

4. Bagaimana melaporan LKMD bagi desa yang belum melakukan inventarisasi?

5. Jelaskan langkah‐langkah dalam menyusun laporan kekayaan milik desa!

6. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Laporan kegiatan pemerintah pusat/pemerintah


daerah yang masuk desa!

7. Apa yang dimaksud dengan Informasi kepada masyarakat? Jelaskan!

8. Laporan Dana Desa tahap I disampaikan ke desa dengan syarat minimal penggunaan
sebesar 50%, jelaskan masksudnya dengan singkat!

15 2 016 | Pu s d i k l a t w as
BAB
VIII PENGAWASAN KEUANGAN
DESA

Indikator Keberhasilan
Setelah mempelajari bab ini, Peserta diklat diharapkan mampu menjelaskan proses dan
A. mekanisme
Desa saat
pengawasan
PIHAK‐PIHAK TERKAIT
ini diberikan
keuangan
mandatYANG desa beserta PENGAWASAN
MELAKUKAN
dalam mengelola
ruang lingkupnya sesuai dengan
keuangan desaTERHADAP
regulasi
PENGELOLAAN
yang nilainya cukup besar
yang berlaku.
KEUANGAN DESA
dimana sumber pendapatannya berasal dari dari Pendapatan Asli Daerah, Pendapatan
Transfer dan Lain‐ lain pendapatan, sehingga banyak pemangku kepentingan yang diberikan
amanat untuk melakukan pengawasan keuangan desa baik secara langsung maupun tidak
langsung, seperti dalam gambar di bawah ini:

Gambar 8.1
Stakeholders Pengawasan Desa

PengelolaanKeuanganDesa 15
Para pemangku kepentingan tersebut memiliki pola dan sasaran pengawasan yang berbeda‐
beda terhadap pengelolaan keuangan desa, seperti yang dapat diuraikan dalam tabel
berikut ini:

Tabel 8.1
Sasaran dan dasar Hukum Pengawasan Keuangan Desa

No Pemangku kepentingan Sasaran Pengawasan Dasar Hukum


1. Masyarakat 1. Pemantauan Pelaksanaan UU No. 6/2014 ps 82
pembangunan desa PP 43/2014 jo PP 47/2015
2. penyelenggaraan Psl 127
Pemerintahan Desa
dan pembangunan
Desa
2. Badan Permusyawaratan Desa pengawasan kinerja Kepala UU 6/2014 ps 55, 61
(BPD) Desa PP 43/2014 jo 47/2015 ps 43
3. Kecamatan Pengawasan desa PP 43/2014 jo PP 47/2015
melalui kegiatan ps 154
fasilitasi
4. Aparat Pengawasan Intern Pengawasan atas pengelolaan UU 6/2014 ps 112 s.d 115
Pemerintah (APIP) Keuangan Desa Permendagri 113 ps 44
pendayagunaan Aset Desa
serta penyelenggaraan
Pemerintahan Desa
5. Badan Pemeriksa Keuangan pemeriksaan atas UU No. 15/2004 ps 2 ayat
(Bepeka) pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara
6. Komisi Pemberantasan Melakukan penyelidikan, UU 30/2002
Korupsi (KPK) penyidikan, dan penuntutan
terhadap tindak pidana
korupsi
Melakukan tindakan‐tindakan
pencegahan tindak pidana
korupsi;

Dari tabel di atas terlihat bahwa APIP khususnya Inspektorat Kabupaten dalam konteks
pengawasan keuangan desa diberikan porsi atau peran yang paling besar dan strategis
dibandingkan pihak‐pihak lainnya untuk melakukan pengawasan terhadap pengelolaan dana
desa dalam arti lebih luas dari tahap perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan
sampai pertanggungjawaban keuangan desa.

Dalam Jakwas Inspektorat Jenderal Dalam Negeri tahun 2016 (Permendagri 71 tahun 2015)
salah satu prioritas pengawasan yang bisa dilakukan oleh inspektorat Kabupaten terhadap
penguatan akuntabilitas kinerja dan keuangan desa adalah melakukan pengawasan
15 2 016 | Pu s d i k l a t w as
terhadap tugas pembantuan dan alokasi dana desa. Jauh Sebelum UU No. 6 tahun 2014
tentang desa lahir,

PengelolaanKeuanganDesa 15
inspektorat Kabupaten sebenarnya juga telah diberi mandat untuk melakukan pengawasan
atas pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan desa; dan Pelaksanaan
urusan pemerintahan desa (PP 79 tahun 2005).

B. POLA PENGAWASAN YANG DILAKUKAN OLEH INSPEKTORAT KABUPATEN/KOTA

Sesuai standar Audit Intern Indonesia tahun 2013, maka Inspektorat Kabupaten dapat
melakukan pengawasan terhadap pengelolaan keuangan desa dengan pola audit yaitu
audit terhadap terhadap aspek keuangan tertentu yang secara definisi adalah audit atas
aspek tertentu pengelolaan keuangan yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah atas
dana yang dibiayai oleh APBN/APBD dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai
bahwa pengelolaan keuangan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah
ditetapkan sebagaimana ketentuan yang berlaku agar tujuan pengelolaan keuangan tepat
sasaran.

Ruang lingkup audit pengelolaan keuangan desa oleh Inspektorat Kabupaten meliputi proses
siklus keuangan desa dari perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan,
pelaporan dan pertanggungjawaban atas tujuh sumber pendapatan desa yaitu pendapatan asli
daerah, Dana Desa, Alokasi Dana Desa, Bagi Hasil Pajak/Retribusi, Bantuan Keuangan
Provinsi, Bantuan Keuangan Kabupaten dan Lain‐lain pendapatan desa yang sah.

C. TAHAPAN AUDIT ATAS PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

Audit yang dilakukan oleh Inspektorat terhadap pengelolaan keuangan desa dapat
dilakukan melalui beberapa tahap dan langkah kerja audit dimana masing‐masing tahap
terdapat tujuan yang harus dicapai oleh auditor, yaitu sebagai berikut:

No. Tahapan Audit Tujuan Audit


1. Survey Pendahuluan 1. Mendapatkan informasi latar belakang obyek yang diaudit
(desa).
2. Mendapatkan informasi keberadaan infrastruktur
dokumen‐ dokumen pengelolaan keuangan desa.
3. Mendapatkan informasi tentang realisasi pendapatan desa.
4. Mendapatkan informasi awal tentang potensi kelemahan
pada pemerintah desa yang diaudit
2. Reviu Sederhana atas 1. Mendapatkan keyakinan memadai atas pengendalian
Sistem Pengendalian intern pengelolaan keuangan desa
Intern Pengelolaan 2. Mendapatkan keyakinan atas ketaatan pemerintaha desa
Keuangan Desa pada peraturan pengelolaan keuangan desa dalam hal
implementasi proses perencanaan sampai
15 2 016 | Pu s d i k l a t w as
pertanggungjawaban.

PengelolaanKeuanganDesa 15
No. Tahapan Audit Tujuan Audit
3. Menyimpulkan kelemahan‐kelemahan yang terjadi dalam
proses pengelolaan keuangan desa.
3. Pengujian Substantif atas 1. Memperoleh keyakinan yang memadai bahwa
Pengelolaan Keuangan pertanggungjawaban belanja telah dibuat sesuai dengan
Desa ketentuan yang berlaku.
2. Memperoleh keyakinan memadai bahwa kegiatan
yang direalisasikan telah dianggarkan dalam
APBDesa.
3. Memperoleh keyakinan memadai bahwa pengadaan
barang/jasa telah dilakukan sesuai ketentuan yang
berlaku.
4. Memperoleh keyakinan memadai bahwa kewajiban
perpajakan atas pengelolaan keuangan desa telah dipenuhi
sesuai dengan ketentuan.
5. Memperoleh keyakinan memadai bahwa semua sumber
pendapatan telah ditatausahakan dengan benar sesuai ketentuan.
6. Memperoleh keyakinan bahwa peruntukkan belanja dana
desa maupun dana lainnya telah sesuai dengan
ketentuan.
4. Menyusun Laporan Merumuskan kesimpulan dan permasalahan hasil audit
pengelolaan keuangan desa dalam laporan secara terstruktur
dan sistematis.

16 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Daftar Istilah

1. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya
disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak
tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

2. Pemerintah Pusat selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia


yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang‐Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

3. Pemerintahan Daerah adalah Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan dengan prinsip otonomi seluas‐luasnya dalam sistem dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang‐Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.

4. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota dan perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.

5. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan


masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

6. Pemerintah Desa adalah kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu
perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.

7. Badan Permusyawaratan Desa (BPD) atau yang disebut dengan nama lain adalah lembaga
yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari
penduduk desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis.

8. Kewenangan Desa adalah kewenangan yang dimiliki desa meliputi kewenangan di bidang
penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, Pembinaan
kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul dan adat istiadat Desa.

9. Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan uang
serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan
hak dan kewajiban Desa.

10. Pengelolaan Keuangan Desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi


perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban
keuangan desa.

11. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa selanjutnya disingkat RPJM Desa
adalah Rencana Kegiatan Pembangunan Desa untuk jangka waktu 6 (enam) tahun.
PengelolaanKeuanganDesa 16
12. Rencana Kerja Pemerintah Desa selanjutnya disebut RKP Desa, adalah penjabaran
dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa untuk jangka waktu 1 (satu)
tahun.

13. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa selanjutnya disebut APB Desa, adalah
rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa.

14. Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kabupaten/Kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan
pemberdayaan masyarakat.

15. Alokasi Dana Desa selanjutnya disingkat ADD adalah dana perimbangan yang
diterima kabupaten/kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
kabupaten/kota setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus.

16. Transfer ke Daerah adalah bagian dari belanja negara dalam rangka mendanai
pelaksanaan desentralisasi fiskal berupa dana perimbangan, dana otonomi khusus,
dan dana transfer lainnya.

17. Kelompok Transfer adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja
Negara, Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Provinsi dan Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah Kabupaten/Kota.

18. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa adalah Kepala Desa atau sebutan
nama lain yang karena jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan
keseluruhan pengelolaan keuangan desa.

19. Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa yang selanjutnya disingkat PTPKD adalah
unsur perangkat desa yang membantu Kepala Desa untuk melaksanakan pengelolaan
keuangan desa.

20. Sekretaris Desa adalah Pejabat yang membantu kepala desa dan bertindak selaku
koordinator pelaksanaan pengelolaan keuangan desa.

21. Kepala Seksi adalah unsur dari pelaksana teknis kegiatan dengan bidangnya.

22. Bendahara Desa adalah unsur staf sekretariat desa yang membidangi urusan administrasi
keuangan untuk menatausahakan keuangan desa.

23. Rekening Kas Desa adalah rekening tempat menyimpan uang Pemerintahan Desa
yang menampung seluruh penerimaan desa dan digunakan untuk membayar seluruh
pengeluaran desa pada bank yang ditetapkan.

24. Penerimaan Desa adalah uang yang berasal dari seluruh pendapatan desa yang masuk ke
APB Desa melalui Rekening Kas Desa atau telah diterima oleh Bendahara Desa.

16 2 016 | Pu s d i k l a t w as
25. Pengeluaran Desa adalah uang yang dikeluarkan dari APB Desa melalui Rekening Kas
Desa atau Bendahara Desa.

26. Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah upaya mengembangkan kemandirian dan


kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku,
kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan
kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah
dan prioritas kebutuhan masyarakat desa.

27. Badan Usaha Milik Desa, yang selanjutnya disebut BUM Desa, adalah badan usaha
yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan
secara langsung yang berasal dari kekayaan desa yang dipisahkan guna mengelola aset,
jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar‐besarnya kesejahteraan masyarakat
desa.

28. Surplus Anggaran Desa adalah selisih lebih antara pendapatan desa dengan belanja desa.

29. Defisit Anggaran Desa adalah selisih kurang antara pedapatan desa dengan belanja desa.

30. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran yang selanjutnya disingkat SILPA adalah selisih
lebih realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran selama satu periode anggaran.

31. Aset Desa adalah barang milik desa yang berasal dari kekayaan asli desa, dibeli atau
diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa atau perolehan hak lainnya
yang sah.

32. Barang Milik Desa adalah kekayaan milik Desa berupa barang bergerak dan barang
tidak bergerak.

33. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah musyawarah antara
Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang
diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk menyepakati hal yang
bersifat strategis.

34. Lembaga Kemasyarakatan Desa atau disebut dengan nama lain adalah lembaga yang
dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah
desa dalam memberdayakan masyarakat,

35. Peraturan Desa adalah peraturan perundang‐undangan yang ditetapkan oleh Kepala Desa
setelah dibahas dan disepakati bersama Badan Permusyawaratan Desa.

36. Penghasilan Tetap adalah penghasilan yang diterima oleh kepala desa dan perangkat
desa setiap bulan.

37. Surat Permintaan Pembayaran yang selanjutnya disebut SPP adalah dokumen yang
diterbitkan oleh pelaksana kegiatan atas tindakan pengeluaran yang menyebabkan
beban anggaran sekaligus sebagai media verifikasi oleh Sekretaris Desa, media
persetujuan oleh Kepala Desa dan media perintah bayar kepada Bendahara Desa.

PengelolaanKeuanganDesa 16
38. Swadaya adalah membangun dengan kekuatan sendiri yang melibatkan peran serta
masyarakat berupa tenaga dan/atau barang yang dinilai dengan uang.

39. Panjar adalah uang yang diserahkan oleh Bendahara Desa atas persetujuan Kepala
Desa kepada Pelaksana Kegiatan untuk pelaksanaan awal kegiatan.

40. Uang Muka adalah pemberian uang dalam rangka pembayaran sebagian atas
pengadaan barang/jasa kepada pihak ketiga.

41. Pembiayaan Desa adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan /atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun pada tahun‐tahun anggaran berikutnya.

42. Kode Rekening adalah daftar kodefikasi dan klasifikasi terkait transaksi keuangan
yang disusun secara sistematis sebagai pedoman dalam pelaksanaan anggaran dan
pelaporan keuangan pemerintah desa.

43. Laporan Kekayaan Milik Desa adalah laporan yang menyajikan informasi posisi
keuangan desa mengenai aset, kewajiban jangka pendek dan kekayaan bersih pada
tanggal tertentu.

44. Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh desa sebagai
akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di
masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah desa maupun
masyarakat serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya
nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum.

45. Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya
mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah desa.

16 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Referensi Regulasi

1. Undang‐Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;

2. Undang‐Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Desa sebagaimana telah


diubah terakhir dengan UU Nomor 9 Tahun 2015 tentang perubahan kedua atas
Undang‐Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;

3. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan UU


Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor
47 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014
tentang Peraturan Pelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari
APBN sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8
Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014
tentang Dana Desa yang Bersumber dari APBN;

5. Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan;

6. Peraturan Presiden Nomor 11 Tahun 2015 tentang Kementerian Dalam Negeri;

7. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2015 tentang Kementerian Desa, Pembangunan


Daerah Tertinggal dan Transmigrasi;

8. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2014 tentang Peningkatan Kualitas Sistem


Pengendalian Intern dan Keandalan Penyelenggaraaan Fungsi Pengawasan Intern
Dalam Rangka Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat;

9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 111 Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis
Peraturan di Desa;

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Keuangan Desa;

11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 Tahun 2014 tentang Pedoman
Pembangunan Desa;

12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum
Penyusunan APBD Tahun 2016;

13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 82 Tahun 2015 tentang Pengangkatan dan
Pemberhentian Kepala Desa;

PengelolaanKeuanganDesa 16
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 83 Tahun 2015 tentang Pengangkatan dan
Pemberhentian Perangkat Desa;

15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 2015 tentang Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Pemerintah Desa;

16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2016 tentang Pengelolaan Aset Desa;

17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 44 Tahun 2016 tentang Kewenangan Desa;

18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 46 Tahun 2016 tentang Laporan Kepala Desa;

19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 2016 tentang Administrasi
Pemerintah Desa;

20. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 1
Tahun 2015 tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul dan
Kewenangan Lokal Berskala Desa;

21. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 2
Tahun 2015 tentang Pedoman Tata Tertib dan Mekanisme Pengambilan Keputusan
Musyawarah Desa;

22. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 3
Tahun 2015 tentang Pendampingan Desa;

23. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 4
Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan dan Pembubaran Badan
Usaha Milik Desa;

24. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 5
Tahun 2015 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2015;

25. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor
21 Tahun 2015 jo Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan
Dana Desa Tahun 2016;

26. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 2
Tahun 2016 tentang Indeks Desa Membangun;

27. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 241/PMK.07/2014 tentang Pelaksanaan dan


Pertanggungjawaban Transfer ke Daerah dan Dana Desa;

28. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 250/PMK.07/2014 tentang Pengalokasian Transfer


ke Daerah dan Dana Desa;

29. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 263/PMK.05/2014 tentang Sistem Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan Transfer ke Daerah dan Dana Desa.

16 2 016 | Pu s d i k l a t w as
30. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 49/PMK.07/2016 tentang Tata Cara Pengalokasian,
Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan dan Evaluasi Dana Desa.

31. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 257/PMK.07/2015 tentang Tata Cara Penundaan
dan/atau Pemotongan Dana Perimbangan Terhadap Daerah yang Tidak Memenuhi Alokasi
Dana Desa.

32. Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 13


Tahun 2013 sebagaimana telah diubah dengan Nomor 22 Tahun 2015 tentang Pedoman
Tata Cara Pengadaan Barang/Jasa di Desa;
~

PengelolaanKeuanganDesa 16
16 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Pengelolaan Keuangan

Website :
http://pusdikIatwas.bpkp.go.id e-Learning
: http://lms.bpkp.go.id

Anda mungkin juga menyukai