P e n d i d ika n dan
PeIatihan
Pengawasan
Pe n ge / o / a a n
Xeuangan Desa
Pengelolaan Keuangan Desa
Pusdiklatwas BPKP
Jl. Beringin II, Pandansari, Ciawi, Bogor 16720
Telp. (0251) 8249001 ‐ 8249003
Fax. (0251) 8248986 ‐ 8248987
Email : pusdiklat@bpkp.go.id
Website : http://pusdiklatwas.bpkp.go.id
e‐Learning : http://lms.bpkp.go.id
Setiap pegawai harus memiliki kompetensi yang layak untuk dapat menjalankan tugas
dan tanggung jawabnya. Kompetensi yang selalu dimutakhirkan dan ditingkatkan akan
menjadikan seseorang menjadi mahir dan mampu menghadapi lingkungan yang selalu
berubah. Salah satu cara untuk memutakhirkan dan meningkatkan kompetensi adalah dengan
mengikuti pendidikan dan pelatihan (diklat).
Pusdiklatwas BPKP adalah salah satu unit kerja BPKP yang memiliki tugas pokok dan
fungsi melaksanakan diklat. Dalam rangka melaksanakan mandat Peraturan Pemerintah
Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil,
Pusdiklatwas BPKP berkomitmen memberikan yang terbaik bagi para peserta diklat.
Kurikulum dan bahan ajar dirancang dengan memperhatikan praktik di
kementerian/lembaga dan pemerintah daerah, sehingga materi diklat dalam proses
pembelajaran adalah cerminan penerapan ilmu pengetahuan di lapangan. Dengan demikian,
peserta diklat diharapkan mampu menerapkan hasil pendidikan dan pelatihan pada
instansinya.
Modul pelatihan ini adalah salah satu bahan ajar tertulis, selain menjadi acuan pada
proses pembelajaran juga diharapkan dapat menjadi acuan pada tempat kerja para peserta
diklat. Namun modul bukan satu‐satunya referensi yang berkenaan dengan substansi materi,
bahan ajar lain yang disampaikan oleh instruktur merupakan pengayaan materi diklat. Peserta
diklat juga diharapkan tetap memperkaya dengan referensi lainnya.
Meskipun modul ini telah disusun dengan proses evaluasi dan reviu, kami menyadari
perbaikan terus menerus masih perlu dilakukan. Untuk itu, kami mengharapkan saran
perbaikan untuk menjadikan modul ini lebih bermanfaat.
Akhir kata, kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi atas
terbitnya modul ini.
Ciawi, 31 Desember
2016 Kepala Pusdiklat Pengawasan
BPKP
Slamet Hariadi
PengelolaanKeuanganDesa i
i 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Daftar Isi
Kata Pengantar.........................................................................................i
Daftar Isi................................................................................................iii
Tinjauan Diklat.........................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................1
B. Kompetensi Dasar......................................................................1
C. Indikator Keberhasilan.................................................................1
D. Sistematika Modul......................................................................2
E. Metode Pembelajaran.................................................................3
BAB II DESA DAN KEUANGAN DESA..............................................................5
A. Sejarah, Kedudukan Dan Kewenangan Desa........................................5
B. Pengelolaan Keuangan Desa.........................................................11
C. Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Pemerintahan Desa........................13
D. Soal dan Latihan......................................................................21
BAB III PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA.................................................23
A. Gambaran Umum Perencanaan Desa..............................................23
B. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa)..................24
C. Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP DESA).....................................30
D. Batasan (Prioritas) Belanja Desa...................................................40
E. Soal dan Latihan......................................................................46
BAB IV PENGANGGARAN KEUANGAN DESA....................................................47
A. Gambaran Umum Penganggaran Keuangan Desa.................................47
B. Proses Penyusunan APB Desa........................................................48
C. Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa)..................50
D. Kode Rekening.........................................................................71
E. Perubahan APB Desa..................................................................79
F. Soal dan Latihan......................................................................84
BAB V PELAKSANAAN KEUANGAN DESA.......................................................87
A. Pelaksanaan Pendapatan Desa......................................................87
B. Pelaksanaan Belanja Desa...........................................................97
C. Penyelenggaraan Kewajiban Perpajakan........................................105
D. Pengadaan Barang dan Jasa (PBJ Desa)..........................................110
E. Pelaksanaan Pembiayaan Desa....................................................113
F. Soal dan Latihan.....................................................................113
PengelolaanKeuanganDesa iii
BAB VI PENATAUSAHAAN KEUANGAN DESA.................................................115
A. Penatausahaan Pendapatan Desa.................................................115
B. Penatausahaan Belanja Desa......................................................117
C. Penatausahaan Pembiayaan Desa.................................................123
D. Dokumen Penatausahaan Keuangan Desa........................................123
E. Laporan Bendahara Desa...........................................................132
F. Laporan Pelaksana Kegiatan.......................................................134
G. Soal dan Diskusi......................................................................134
BAB VII PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DESA..................135
A. Pelaporan Keuangan Pemerintah Desa...........................................135
B. Pertanggungjawaban Keuangan Pemerintah Desa..............................141
C. Informasi Kepada Masyarakat.....................................................149
D. Laporan Tingkat Pemerintah Kabupaten/Kota..................................150
E. Soal dan Diskusi......................................................................154
BAB VIII PENGAWASAN KEUANGAN DESA......................................................155
A. Pihak‐Pihak Terkait yang Melakukan Pengawasan Terhadap Pengelolaan
Keuangan Desa.......................................................................155
B. Pola Pengawasan yang Dilakukan oleh Inspektorat Kabupaten/Kota........157
C. Tahapan Audit atas Pengelolaan Keuangan Desa...............................157
Daftar Istilah........................................................................................159
Referensi Regulasi.................................................................................163
i 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Tinjauan Diklat
A. Nomor
UU LATAR 6BELAKANG
Tahun 2014 (UU Desa) beserta peraturan pelaksanaannya telah
mengamanatkan pemerintah desa untuk lebih mandiri dalam mengelola pemerintahan dan
berbagai sumber daya alam yang dimiliki, termasuk di dalamnya merencanakan pembangunan
desa serta mengelola keuangan dan kekayaan milik desa. Semua itu terangkum dalam suatu
siklus pengelolaan keuangan desa yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban keuangan desa. Perencanaan
pembangunan desa dituangkan dalam RPJMDesa dan RKPDesa sedangkan rencana keuangan
tahunan pemerintahan desa dituangkan dalam APBDesa.
Dalam siklus tersebut, mencakup pelaksanaan dari wewenang dan tanggung jawab yang
dimiliki oleh desa. Sehingga dalam praktiknya, aparatur pemerintah desa dituntut untuk
dapat memahami dan mengelola keuangan desa dengan baik dan benar sesuai dengan
ketentuan perundang‐ undangan yang berlaku. Namun karena keterbatasan kualitas SDM
yang dimiliki oleh pemerintah desa, maka APIP selaku pengemban fungsi pembinaan harus
mampu memberikan konsultansi, misalnya dalam bentuk asistensi dan bimbingan teknis, agar
keuangan desa dapat dikelola dengan baik, transparan, dan akuntabel. Modul ini disusun
untuk membekali APIP sehingga memiliki pengetahuan terkait pengelolaan keuangan desa,
sekaligus juga mampu melaksanakan penugasan konsultansi dimaksud.
B. KOMPETENSI
Kompetensi DASAR
dasar yang diharapkan setelah mempelajari Modul Pengelolaan Keuangan Desa
adalah peserta diklat dapat menjelaskan konsep‐konsep pengelolaan keuangan desa serta
dapat melaksanakan penugasan konsultansi kepada pemerintah desa mengenai pengelolaan
keuangan desa.
C. INDIKATOR
Penanda tercapainyaKEBERHASILAN
kompetensi yang diharapkan yaitu peserta diklat memiliki pengetahuan dan
mampu menjelaskan mengenai:
PengelolaanKeuanganDesa 1
Kedudukan dan kewenangan desa, gambaran umum pengelolaan keuangan desa,
SOTK pemerintahan desa serta pihak‐pihak terkait termasuk tugas dan
tanggungjawabnya.
Gambaran umum perencanaan desa, RPJM Desa berserta penyusunannya, RKP Desa
berserta penyusunannya dan juga batasan/prioritas penggunaan Dana Desa.
Konsep penganggaran; proses penyusunan APB Desa; Struktur APB Desa yang terdiri
dari Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan; Kode Rekening serta proses perubahan APB
Desa.
D. SISTEMATIKA MODUL
Modul Pengelolaan Keuangan Desa disajikan dengan sistematika sebagai
Bab ini menjelaskan tentang proses penyusunan RPJM Desa, RKP Desa serta prioritas
2 2 016 | Pu s d i k l a t w as
pembangunan desa.
PengelolaanKeuanganDesa 3
Bab IV Penganggaran Keuangan Desa
Bab ini menjelaskan tentang proses penganggaran, struktur APB Desa berupa
pendapatan, belanja dan pembiayaan serta perubaha APB Desa.
E. METODE PEMBELAJARAN
Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran adalah melalui pemaparan, tanya
jawab dan diskusi, serta latihan soal.
~
4 2 016 | Pu s d i k l a t w as
PengelolaanKeuanganDesa 5
BAB
II DESA DAN KEUANGAN
DESA
Indikator Keberhasilan:
Setelah mempelajari bab ini, Peserta diklat diharapkan mengenai kedudukan dan kewenangan
A. desa,
SEJARAH,
gambaranKEDUDUKAN DAN keuangan
umum pengelolaan KEWENANGAN DESA
desa, SOTK pemerintahan desa serta pihak‐pihak
terkait termasuk tugas dan tanggungjawabnya.
Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau
hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Penyebutan ‘desa’ disesuaikan dengan penyebutan yang berlaku di daerah setempat. Sebutan
lain untuk desa misalnya ‘huta/nagori’ di Sumatera Utara, ‘gampong’ di Aceh, ‘nagari’ di
Minangkabau, ‘marga’ di Sumatera bagian selatan, ‘tiuh’ atau ‘pekon’ di Lampung, ‘desa
pakraman/desa adat’ di Bali, ‘lembang’ di Toraja, ‘banua’ dan ‘wanua’ di Kalimantan,
dan ‘negeri’ di Maluku.
Desa telah ada sebelum Negara Kesatuan Republik Indonesia terbentuk. Sebagai bukti
keberadaannya, Penjelasan Pasal 18 Undang‐Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 (sebelum perubahan) menyebutkan bahwa “Dalam territori Negara Indonesia
terdapat lebih kurang 250 “Zelfbesturende landschappen” dan “Volksgemeenschappen”, seperti
desa di Jawa dan Bali, nagari di Minangkabau, dusun dan marga di Palembang, dan sebagainya.
Daerah‐daerah itu mempunyai susunan asli dan oleh karenanya dapat dianggap sebagai
daerah yang bersifat istimewa. Negara Republik Indonesia menghormati kedudukan daerah‐
daerah istimewa tersebut dan segala peraturan negara yang mengenai daerah‐daerah itu akan
mengingati hak‐hak asal usul daerah tersebut. Oleh sebab itu, keberadaannya wajib tetap
diakui dan diberikan jaminan keberlangsungan hidupnya dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Dalam sejarah pengaturan desa, telah ditetapkan beberapa pengaturan tentang desa, yaitu:
6 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Undang‐Undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang Pokok‐Pokok Pemerintahan Daerah;
Undang‐Undang Nomor 19 Tahun 1965 tentang Desa Praja Sebagai Bentuk Peralihan
Untuk Mempercepat Terwujudnya Daerah Tingkat III di Seluruh Wilayah Republik
Indonesia;
Berdasarkan kedua pasal tersebut, asas rekognisi dan subsidiaritas disepakati bahwa dalam UU
Desa sebagai asas nomor satu dan dua. Asas rekognisi yaitu pengakuan terhadap hak asal
usul; sedangkan subsidiaritas, yaitu penetapan kewenangan berskala lokal dan pengambilan
keputusan secara lokal untuk kepentingan masyarakat desa. Azas ini memiliki konstruksi
menggabungkan fungsi self‐governing community dengan local self government. Hal ini
diharapkan kesatuan masyarakat hukum adat yang selama ini merupakan bagian dari wilayah
desa, ditata sedemikian rupa menjadi desa dan desa adat. Desa dan desa adat memiliki fungsi
pemerintahan, keuangan desa, pembangunan desa, serta mendapat fasilitasi dan
pembinaan dari pemerintah kabupaten/kota. Dalam posisi seperti ini, desa dan desa adat
mendapat perlakuan yang sama dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
PengelolaanKeuanganDesa 7
Tabel 2.1
Jenis‐Jenis Tipe/Kedudukan Desa
Desa Otonom Desentralisasi Desa sebagai unit pemerintahan lokal yang otonom
(Local Self Government) seperti daerah, desa
memperoleh dana dari APBN.
Desa Administratif Delegasi (tugas Desa sebagai unit administratif atau kepanjangan
pembantuan) tangan negara (Local State Government).
a. Memberikan pengakuan dan penghormatan atas desa yang sudah ada dengan
keberagamannya sebelum dan sesudah terbentuknya Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
b. Memberikan kejelasan status dan kepastian hukum atas desa dalam sistem
ketatanegaraan Republik Indonesia demi mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat
Indonesia;
e. Membentuk pemerintahan desa yang profesional, efisien dan efektif, terbuka, serta
bertanggung jawab
8 2 016 | Pu s d i k l a t w as
i. Memperkuat masyarakat desa sebagai subjek pembangunan.
PengelolaanKeuanganDesa 9
Diharapkan konsep pemerintahan desa ini dapat menumbuhkan prakarsa dan kreativitas
masyarakat serta dapat mendorong peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan
dengan memanfaatkan sumber daya dan potensi yang tersedia yang pada gilirannya
mewujudkan kesejahteraan umum.
Kedudukan Desa
Desa berkedudukan tidak hanya di wilayah kabupaten, namun bisa juga berkedudukan di
wilayah kota. Menurut Permendagri nomor 56 Tahun 2015 tentang Kode dan Data Wilayah
Administrasi Pemerintahan, terdapat sebanyak 74.754 desa. Desa ini tersebar di 33
Provinsi atau 434 kabupaten/kota. Jumlah ini meningkat dibandingkan dengan tahun
sebelumnya yang diatur dalam Permendagri nomor 39 Tahun 2015 dimana berjumlah
sebanyak 74.093 desa, atau terjadi peningkatan sebanyak 661 desa. Jumlah desa memiliki
kecenderungan untuk selalu meningkat melalui pemekaran atau pun peralihan status.
Peralihan status terjadi misalnya dari kelurahan menjadi desa atau desa adat menjadi desa.
Di balik laju penambahan jumlah desa, ternyata terdapat juga desa yang mengalami
penghapusan karena kejadian tertentu misalnya yang terjadi pada desa di Kabupaten
Sumedang yang dihapuskan karena digenangi waduk.
Keberadaan desa ditetapkan dalam bentuk peraturan daerah. Perda ini selanjutnya dievaluasi
gubernur, dan diundangkan setelah mendapat nomor registrasi dari gubernur dan kode desa
dari Menteri Dalam Negeri.
Satuan pemerintahan terkecil NKRI sebagai ujung tombak pelayanan masyarakat adalah
pemerintah desa dan kelurahan. Wilayah Indonesia akan terbagi habis dalam bentuk desa atau
kelurahan. Namun, terdapat beberapa perbedaan mendasar antara keduanya. Berikut
beberapa rincian perbedaan antara desa dan kelurahan.
Tabel 2.1
Perbedaan Desa dan
Kelurahan
Aspek Desa Kelurahan
Mata Mayoritas mata pencaharian Mayoritas mata pencaharian di
Pencaharian agraris, lebih homogen sektor jasa/industri dan lebih
penduduk heterogen
Kedudukan Desa bukan bagian Kelurahan bagian dari Pemerintah
Pemerintahan Daerah (Bukan Daerah (unit kerja/SKPD)
10 2 016 | Pu s d i k l a t w as
SKPD/unit kerja)
PengelolaanKeuanganDesa 1
Aspek Desa Kelurahan
Pemilihan Kepala Desa dipilih langsung Lurah ditunjuk/ dipilih oleh Kepala
pemimpin dari masyarakat Daerah
Pengawasan Di bawah pengawasan BPD Tidak memiliki BPD, pengawasan
(perwakilan dari masyarakat) langsung oleh Pemda
Status Aparatnya bukan PNS/ASN Seluruh Aparatnya merupakan
kepegawaian PNS/ASN
Pembiayaan Sumber pendapatan terdiri dari Sumber pendapatan untuk pengeluaran/
PA Desa, Dana Desa, ADD, belanja berasal dari pemda
Bantuan Keuangan
Anggaran Rencana Keuangan Tahunan => Rencana Keuangan Tahunan =>
Keuangan APB Desa DPA (bagian dari APBD)
Regulasi Pengelolaan keuangannya mengacu Pengelolaan keuangannya mengacu
keuangan Permendagri 113 Tahun 2014 (saat Permendagri 13 Tahun 2006 dan
ini) perubahannya (saat ini)
Regulasi PBJ Pengadaan B/J merujuk pada Pengadaan B/J merujuk pada Perpres
Perka LKPP Nomor 13 Tahun 2013 54 Tahun 2010 beserta
jo Perka LKPP Nomor 22 Tahun perubahannya
2015
Kewenangan Desa
Kewenangan desa adalah kewenangan yang dimiliki desa. Kewenangan desa meliputi:
12 2 016 | Pu s d i k l a t w as
d. Kewenangan lain yang ditugaskan oleh pemerintah, pemerintah daerah provinsi,
atau pemerintah daerah kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang‐ undangan.
“Hak Asal Usul” adalah hak yang merupakan warisan yang masih hidup dan prakarsa desa
atau prakarsa masyarakat desa sesuai dengan perkembangan kehidupan masyarakat, antara
lain sistem organisasi masyarakat adat, kelembagaan, pranata dan hukum adat, tanah kas
desa, serta kesepakatan dalam kehidupan masyarakat desa.
“Kewenangan Lokal Berskala Desa” adalah kewenangan untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat desa yang telah dijalankan oleh desa atau mampu dan efektif
dijalankan oleh desa atau yang muncul karena perkembangan desa dan prakasa masyarakat
desa, antara lain tambatan perahu, pasar desa, tempat pemandian umum, saluran irigasi,
sanitasi lingkungan, pos pelayanan terpadu, sanggar seni dan belajar, serta perpustakaan
desa, embung desa, dan jalan desa.
Pelaksanaan kewenangan berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal berskala desa
dibiayai oleh APB Desa. Sedangkan kewenangan yang ditugaskan, dibiayai oleh pemerintah
yang memberi penugasan.
Pengaturan kewenangan desa merujuk pada PP nomor 43 Tahun 2014 jo PP nomor 47 Tahun
2015 pasal 34 ayat 3 dan pasal 39 disebutkan berada pada Kemendagri. Regulasi
turunannya adalah Permendagri nomor 44 Tahun 2016 tentang Kewenangan Desa. Dengan
regulasi ini, maka regulasi sebelumnya yaitu Peraturan Menteri Desa PDTT nomor 1 Tahun
2015 tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul dan Kewenangan Lokal
Berskala Desa menjadi tidak berlaku lagi.
Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan kewenangan desa selanjutnya ditindak lanjuti
oleh bupati/walikota yang akan menetapkan daftar kewenangan berdasarkan hak asal‐
usul dan kewenangan lokal berskala desa. Selanjutnya, berdasarkan peraturan
bupati/walikota tersebut, pemerintah desa menetapkan peraturan desa tentang kewenangan
desa sesuai dengan situasi, kondisi dan kebutuhan lokal desa yang bersangkutan.
Walaupun desa bukan bagian pemerintahan secara langsung dari pemerintah daerah (bukan
unit kerja/SKPD Pemda), namun desa tetap memiliki hubungan koordinasi dan administratif
dengan
PengelolaanKeuanganDesa 1
pemerintahan yang ada di atasnya yang disebut sebagai pemerintah supra desa. Pemerintah
Supra Desa terdiri dari Pemerintah Kecamatan, Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah
Provinsi dan Pemerintah Pusat. Setiap jenjang tingkatan pemerintah supra desa memiliki
fungsi pengawasan dan pembinaan kepada pemerintah desa sebagaimana di atur dalam UU
Desa. Bentuk pembinaan dan pengawasan yang dilakukan pemerintah supra desa antara
lain memberikan panduan/pedoman, bimbingan dan supervisi, pembinaan peningkatan
kapasitas, hingga melakukan fasilitasi dan pengawasan atas penyelenggaraan
pemerintahan desa.
Pengertian Keuangan Desa menurut UU Desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang
dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang
berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban desa. Hak dan kewajiban tersebut
menimbulkan pendapatan, belanja, pembiayaan yang perlu diatur dalam pengelolaan
keuangan desa yang baik. Siklus pengelolaan keuangan desa meliputi perencanaan,
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban, dengan periodisasi 1
(satu) tahun anggaran, terhitung mulai tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember.
Gambaran rincian proses Siklus Pengelolaan Keuangan Desa adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1
Siklus Pengelolaan Keuangan Desa
14 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Setiap tahapan proses pengelolaan keuangan desa tersebut memiliki aturan‐aturan yang harus
dipahami dan dilaksanakan sesuai dengan batasan waktu yang telah ditentukan.
Untuk memahami pengelolaan keuangan desa secara utuh, berikut disajikan gambaran umum
pengelolaan keuangan desa dikaitkan dengan pemerintah pusat/provinsi/kabupaten/kota, subjek
pelaksananya di desa, struktur APB Desa, laporan dan lingkungan strategis berupa
ketentuan yang mengaturnya.
Gambar 2.2
Gambaran Umum Pengelolaan Keuangan Desa
PengelolaanKeuanganDesa 1
diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan
tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan pemerintahan desa dengan tetap
memperhatikan ketentuan peraturan perundang‐undangan;
4. Tertib dan disiplin anggaran yaitu pengelolaan keuangan desa harus mengacu pada
aturan atau pedoman yang melandasinya.
Beberapa disiplin anggaran yang perlu diperhatikan dalam Pengelolaan Keuangan Desa yaitu:
Semua penerimaan dan pengeluaran desa dalam tahun anggaran yang bersangkutan
harus dimasukan dalam APB Desa dan dilakukan melalui Rekening Kas Desa.
Desa dipimpin oleh seorang kepala desa (atau sebutan lainnya). Kepala desa memegang
jabatan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pelantikan. Kepala desa dipilih
langsung oleh masyarakat desa. Dalam menjalankan pemerintahan, kepala desa didukung
sekretariat desa. Sekretariat desa dipimpin oleh sekretaris desa. Sekretaris desa dalam
melaksanakan tugasnya dibantu oleh kepala urusan (kaur). Sesuai pasal 62 PP Nomor 43
Tahun 2014 jo PP 47 Tahun 2015
16 2 016 | Pu s d i k l a t w as
dinyatakan bahwa sekretaris desa dibantu paling banyak terdiri dari 3 (tiga) bidang urusan,
yaitu Keuangan; Perencanaan; dan Tata Usaha dan Umum.
Secara umum, dikarenakan terbatasnya jumlah SDM maka kepala urusan keuangan dapat
merangkap sebagai bendahara desa sedangkan kepala urusan umum merangkap sebagai
pengurus kekayaan milik (aset) Desa.
Pelaksana Teknis
Pelaksana Teknis merupakan unsur pembantu kepala desa sebagai pelaksana tugas
operasional. Pelaksana teknis sesuai PP Nomor 43 Tahun 2014 jo PP Nomor 47 Tahun 2015
pasal 64 paling banyak terdiri atas 3 (tiga) seksi, yaitu Seksi Pemerintahan, Seksi
Kesejahteraan dan Seksi Pelayanan.
Ketentuan secara teknis mengenai SOTK Desa diatur dalam Permendagri Nomor 84 Tahun
2015 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa.
Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa dipegang oleh Kepala Desa, namun demikian
dalam pelaksanaannya, kekuasaan tersebut sebagian dikuasakan kepada perangkat desa
sehingga pelaksanaan pengelolaan keuangan dilaksanakan secara bersama‐sama oleh Kepala
Desa dan
PengelolaanKeuanganDesa 1
Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD). Ilustrasi Struktur Organisasi Pengelolaan
Keuangan disandingkan dengan SOTK pada pemerintah desa dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.3
Ilustrasi SOTK Pemerintah Desa dan PTPKD
Dalam siklus pengelolaan keuangan desa, tanggung jawab dan tugas dari Kepala Desa sebagian
diserahkan kepada Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa. PTPKD terdiri dari Sekretaris
Desa, Kepala Seksi dan Bendahara Desa. Uraian lebih lanjut kewenangan Kepala Desa dan
PTPKD diuraikan sebagai berikut:
1. Kepala Desa
Kepala Desa adalah Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa dan mewakili
pemerintah desa dalam kepemilikan kekayaan milik desa yang dipisahkan. Dalam hal ini,
Kepala Desa memiliki kewenangan:
18 2 016 | Pu s d i k l a t w as
d. Menyetujui pengeluaran atas kegiatan yang ditetapkan dalam APB Desa;
Kepala Desa memegang jabatan selama 6 (enam) tahun terhitung tanggal pelantikan dan
dapat menjabat paling lama 3 (tiga) kali masa jabatan secara berturut‐turut atau tidak
secara berturut‐turut. Dalam melaksanakan kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa,
Kepala Desa menguasakan sebagian kekuasaannya kepada perangkat desa.
2. Sekretaris Desa
3. Kepala Seksi
Kepala Seksi merupakan salah satu unsur dari PTPKD yang bertindak sebagai
pelaksana kegiatan sesuai dengan bidangnya. Sesuai pasal 64 PP Nomor 43 Tahun
2014 jo Nomor 47 Tahun 2015 serta Permendagri Nomor 84 Tahun 2015 tentang
SOTK Pemerintahan Desa dinyatakan bahwa desa paling banyak terdiri dari 3 (tiga)
seksi.
PengelolaanKeuanganDesa 1
Kepala Seksi mempunyai tugas:
4. Bendahara Desa
Bendahara Desa merupakan salah satu unsur dari PTPKD yang dijabat oleh kepala/staf
urusan keuangan dan memiliki tugas untuk membantu Sekretaris Desa. Bendahara Desa
mengelola keuangan desa yang meliputi penerimaan pendapatan desa dan
pengeluaran/pembiayaan dalam rangka pelaksanaan APB Desa. Penatausahaan dilakukan
dengan menggunakan Buku Kas Umum, Buku Kas Pembantu Pajak, dan Buku Bank.
Penatausahaan yang dilakukan antara lain meliputi yaitu:
20 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Kotak 2.2: Regulasi tingkat Desa (Peraturan di Desa)
Pemerintah desa wajib menyelenggarakan pengelolaan keuangan dengan tertib dan
sesuai dengan ketentuan. Oleh karenanya pemerintah desa perlu menyusun berbagai
peraturan di tingkat desa dalam bentuk peraturan desa. Amanat dari regulasi untuk
menyusun Peraturan Desa adalah sebagai berikut:
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, sebagaimana diamanatkan dalam UU Nomor
6 Tahun 2014 Pasal 73;
b. RPJM Desa, sebagaimana diamanatkan dalam UU Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 79;
c. RKP Desa, sebagaimana diamanatkan dalam UU Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 79; PP Nomor
43 Tahun 2014 Pasal 58 dan Permendagri Nomor 114 Tahun 2014 Pasal 29;
d. Pendirian BUM Desa, sebagaimana diamanatkan dalam UU Nomor 6 Tahun 2014,
Pasal 88; PP Nomor 43 Tahun 2014 Pasal 132;
e. Daftar Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul Dan Kewenangan Lokal Berskala
Desa, sebagaimana diamanatkan dalam PP Nomor 43 Tahun 2014 Pasal 37;
f. Pengelolaan Kekayaan Milik Desa, sebagaimana diamanatkan dalam PP Nomor 43
Tahun 2014 Pasal 110;
g. Perencanaan, Pemanfaatan, dan Pendayagunaan Aset Desa dan Tata Ruang Dalam
Pembangunan Kawasan Perdesaan, sebagaimana diamanatkan dalam PP Nomor 43 Tahun
2014 Pasal 125;
h. Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan Desa, sebagaimana diamanatkan dalam PP
Nomor 43 Tahun 2014 Pasal 150;
i. Pembentukan Lembaga Adat Desa, sebagaimana diamanatkan dalam PP Nomor 43 Tahun
2014 Pasal 152;
j. Pembentukan Dana Cadangan, sebagaimana diamanatkan dalam Permendagri Nomor 113
Tahun 2014 Pasal 19; dan
k. Pelestarian dan Pemanfaatan Hasil Kegiatan Pembangunan Desa, sebagaimana
diamanatkan dalam PP Nomor 43 Tahun 2014 Pasal 83.
PengelolaanKeuanganDesa 2
perempuan, penduduk, dan kemampuan Keuangan Desa yang ditetapkan dengan
keputusan bupati/walikota.
Anggota Badan Permusyawaratan Desa merupakan wakil dari penduduk desa berdasarkan
keterwakilan wilayah yang pengisiannya dilakukan secara demokratis yangmasa
keanggotaannya selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pengucapan
sumpah/janji. Anggota Badan Permusyawaratan Desa dapat dipilih untuk masa
keanggotaan paling banyak 3 (tiga) kali secara berturut‐turut atau tidak secara berturut‐
turut. Ketentuan lebih lanjut mengenai Badan Permusyawaratan Desa diatur dalam
peraturan bupati/walikota.
22 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Lembaga Kemasyarakatan Desa merupakan mitra dalam memberdayakan masyarakat
desa dan berfungsi sebagai wadah partisipasi masyarakat desa serta menciptakan
akses agar masyarakat lebih berperan aktif dalam kegiatan pembangunan yang dibentuk
atas prakarsa pemerintah desa dan masyarakat. Pembentukan Lembaga
Kemasyarakatan Desa diatur dalam peraturan desa, dengan rincian tugas:
PengelolaanKeuanganDesa 2
D. SOAL DAN LATIHAN
5. Apa itu Lembaga Kemasyarakatan Desa? Berikan contoh dan peranannya masing‐masing?
10. Jelaskan kedudukan Bendahara Desa dan Kepala Urusan Keuangan dalam
pengelolaan keuangan desa!
24 2 016 | Pu s d i k l a t w as
PengelolaanKeuanganDesa 2
BAB
III PERENCANAAN PEMBANGUNAN
DESA
Indikator Keberhasilan:
Setelah mempelajari bab ini, Peserta diklat diharapkan mengetahui gambaran umum
A. GAMBARAN UMUMdesa,
perencanaan PERENCANAAN DESApenyusunannya, RKP Desa berserta
RPJM Desa berserta
penyusunannya dan batasan/prioritas penggunaan Dana Desa.
Perencanaan pembangunan desa adalah proses tahapan kegiatan yang diselenggarakan
oleh pemerintah desa dengan melibatkan Badan Permusyawaratan Desa dan unsur masyarakat
secara partisipatif guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya desa dalam rangka
mencapai tujuan pembangunan desa.
Perencanaan pembangunan desa disusun sesuai dengan kewenangan pemerintah desa dengan
mengacu pada perencanaan pembangunan kabupaten/kota dengan melibatkan seluruh
masyarakat desa dengan semangat gotong royong. Perencanaan pembangunan desa mencakup
bidang penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan
kemasyarakatan desa dan pemberdayaan masyarakat desa
Pemerintah desa dalam rangka perencanaan dan pelaksanaan pembangunan desa didampingi
oleh pemerintah daerah kabupaten/kota yang secara teknis dilaksanakan oleh satuan kerja
perangkat daerah kabupaten/kota dan dapat didampingi oleh tenaga pendamping
profesional, kader pemberdayaan masyarakat desa, dan/atau pihak ketiga di bawah
koordinasi camat.
Perencanaan pembangunan desa disusun secara berjangka dan ditetapkan dengan Peraturan
Desa meliputi:
1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa untuk jangka waktu 6 (enam) tahun; dan
2. Rencana Pembangunan Tahunan Desa atau yang disebut Rencana Kerja Pemerintah Desa
(RKP Desa), merupakan penjabaran dari RPJM Desa untuk jangka waktu 1 (satu)
tahun.
26 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Perencanaan pembangunan desa baik RPJM desa maupun RKP Desa disusun berdasarkan
hasil kesepakatan dalam musyawarah desa yang pelaksanaannya paling lambat pada bulan
Juni tahun anggaran berjalan.
Petunjuk teknis penyusunan RPJM Desa dan RKP Desa lebih lanjut diatur dalam peraturan
bupati/walikota.
RPJM Desa memuat visi dan misi kepala desa, arah kebijakan pembangunan desa, serta
rencana kegiatan yang meliputi bidang penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan
pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat
desa. RPJM Desa ditetapkan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak
pelantikan kepala desa.
Gambar 3.1
Tahapan Penyusunan RPJM Desa
PengelolaanKeuanganDesa 2
1. Pembentukan Tim Penyusun RPJM Desa
Kepala Desa membentuk tim penyusun RPJM Desa. Tim Penyusun RPJM Desa terdiri dari:
(1) Kepala Desa selaku pembina; (2) Sekretaris Desa selaku ketua; (3) Ketua
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat selaku sekretaris; dan (4) anggota yang berasal dari
perangkat desa, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat, Kader Pemberdayaan
Masyarakat Desa, dan unsur masyarakat lainnya.
Jumlah tim paling sedikit 7 (tujuh) dan orang dan paling banyak 11 (sebelas) orang.
Tim ditetapkan berdasarkan keputusan Kepala Desa.
Langkah berikutnya setelah terbentuk tim penyusun RPJM Desa adalah melakukan
penyelarasan arah kebijakan pembangunan. Penyelarasan arah kebijakan pembangunan
dilakukan dengan tujuan untuk mengintegrasikan program dan kegiatan
pembangunan kabupaten/kota dengan pembangunan desa.
Isi arah Informasi arah kebijakan pembangunan kabupaten/kota yang harus diperhatikan
terdiri dari:
28 2 016 | Pu s d i k l a t w as
3. Pengkajian Keadaan Desa
Hasil dari proses pengkajian menjadi bahan masukan dalam Musyawarah Desa dalam
rangka penyusunan perencanaan pembangunan desa.
b. Rumusan arah kebijakan pembangunan desa yang dijabarkan dari visi dan misi
kepala desa;
Musyawarah Desa dilakukan dengan diskusi kelompok secara terarah yang dibagi
berdasarkan bidang penyelenggaraan pemerintahan desa, pembangunan desa,
pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa.
PengelolaanKeuanganDesa 2
c. Sumber pembiayaan rencana kegiatan pembangunan desa;
d. Rencana pelaksana kegiatan desa yang akan dilaksanakan oleh perangkat desa,
unsur masyarakat desa, kerjasama antar desa, dan/atau kerjasama desa dengan
pihak ketiga.
Hasil kesepakatan dalam musyawarah desa dituangkan dalam berita acara dan
menjadi pedoman bagi pemerintah desa dalam menyusun RPJM Desa.
a. Tim penyusun RPJM Desa menyusun rancangan RPJM Desa berdasarkan berita
acara hasil kesepakatan desa dan dituangkan dalam format rancangan RPJM
Desa dan dilampiri dokumen rancangan RPJM Desa.
b. Berita acara disampaikan oleh tim penyusun RPJM Desa kepada kepala desa.
c. Kepala desa memeriksa dokumen rancangan RPJM Desa yang telah disusun oleh
Tim Penyusun RPJM Desa, jika ada perbaikan rancangan RPJM Desa dikembalikan
kepada tim penyusun RPJM Desa. Dalam hal rancangan RPJM Desa telah disetujui
oleh kepala desa, dilaksanakan musyawarah perencanaan pembangunan desa.
30 2 016 | Pu s d i k l a t w as
7. Penetapan RPJM Desa
a. Kepala Desa mengarahkan tim penyusun RPJM Desa melakukan perbaikan dokumen
rancangan RPJM Desa berdasarkan hasil kesepakatan Musyawarah Perencanaan
Pembangunan Desa.
b. Rancangan RPJM Desa menjadi lampiran rancangan peraturan desa tentang RPJM
Desa.
c. Kepala Desa menyusun rancangan peraturan desa tentang RPJM Desa dibahas
dan disepakati bersama oleh kepala desa dan Badan Permusyawaratan Desa
untuk ditetapkan menjadi Peraturan Desa tentang RPJM Desa.
Berbeda dengan penyusunan APB Desa, kesepakatan bersama kepala desa dan BPD
terkait RPJM Desa sudah dapat ditetapkan menjadi Peraturan Desa tanpa dievaluasi
terlebih dahulu oleh pihak pemerintah kabupaten/kota.
a. Terjadi peristiwa khusus, seperti bencana alam, krisis politik, krisis ekonomi,
dan/atau kerusuhan sosial yang berkepanjangan; atau
Berikut disajikan format RPJM Desa sebagaimana tertuang dalam lampiran Permendagri
114 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa.
PengelolaanKeuanganDesa 3
PengelolaanKeuanganDesa
Format 3.1
Rancangan RPJM Desa
(..........................) (............................)
C. RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA (RKP DESA)
Pemerintah desa menyusun RKP Desa sebagai penjabaran RPJM Desa. RKP Desa disusun
oleh pemerintah desa sesuai dengan informasi dari pemerintah daerah kabupaten/kota
berkaitan dengan pagu indikatif desa dan rencana kegiatan pemerintah pusat, pemerintah
daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota.
RKP Desa mulai disusun oleh pemerintah desa pada bulan Juli tahun berjalan. RKP Desa
ditetapkan dengan peraturan desa paling lambat akhir bulan September tahun berjalan.
RKP Desa menjadi dasar penetapan APB Desa. Kepala desa menyusun RKP Desa dengan
mengikutsertakan masyarakat desa.
Sesuai Permendagri Nomor 114 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa,
tahapan penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa) meliputi:
Gambar 3.2
Tahapan Penyusunan RKP Desa
3 2 016 | Pu s d i k l a t w as
1. Penyusunan Perencanaan Pembangunan Desa melalui Musyawarah Desa
c. Membentuk tim verifikasi sesuai dengan jenis kegiatan dan keahlian yang
dibutuhkan. Tim verifikasi dapat berasal dari warga masyarakat Desa dan/atau
satuan kerja perangkat daerah kabupaten/kota.
Hasil kesepakatan dituangkan dalam berita acara, yang menjadi menjadi pedoman
kepala desa dalam menyusun RKP Desa.
Jumlah tim paling sedikit 7 (tujuh) dan paling banyak 11 (sebelas) orang. Pembentukan tim
penyusun RKP Desa dilaksanakan paling lambat bulan Juni tahun berjalan. Tim penyusun RKP
Desa ditetapkan dengan keputusan kepala desa.
PengelolaanKeuanganDesa 3
Tim penyusun RKP Desa melaksanakan kegiatan sebagai berikut:
Daftar Usulan RKP Desa adalah penjabaran RPJM Desa yang menjadi bagian dari RKP
Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang akan diusulkan pemerintah desa kepada
pemerintah daerah kabupaten/kota melalui mekanisme perencanaan pembangunan
daerah
Pada tahap ini kepala desa mendapatkan data dan informasi dari kabupaten/kota
tentang:
Data dan informasi diterima kepala desa dari kabupaten/kota paling lambat bulan Juli
setiap tahun berjalan.
Tim penyusun RKP Desa melakukan pencermatan pagu indikatif desa meliputi:
b. Rencana Alokasi Dana Desa (ADD) yang merupakan bagian dari dana perimbangan
yang diterima kabupaten/kota;
c. Rencana bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota; dan
d. Rencana bantuan keuangan dari anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi
dan anggaran pendapatan belanja daerah kabupaten/kota.
3 2 016 | Pu s d i k l a t w as
4. Pencermatan Ulang RPJM Desa
Tim penyusunan RKP Desa mencermati skala prioritas usulan rencana kegiatan
pembangunan desa untuk 1 (satu) tahun anggaran berikutnya sebagaimana tercantum
dalam dokumen RPJM Desa. Hasil pencermatan sebagaimana dimaksud menjadi
dasar bagi tim penyusun RKP Desa dalam menyusun rancangan RKP Desa.
Tim penyusun RKP Desa menyusun daftar usulan pelaksana kegiatan desa sesuai
jenis rencana kegiatan. Hasilnya berupa rancangan RKP Desa. Rancangan RKP Desa
paling sedikit berisi uraian:
b. Prioritas program, kegiatan, dan anggaran desa yang dikelola oleh desa;
c. Prioritas program, kegiatan, dan anggaran desa yang dikelola melalui kerja sama
antar‐ desa dan pihak ketiga;
PengelolaanKeuanganDesa 3
d. Rencana program, kegiatan, dan anggaran desa yang dikelola oleh desa
sebagai kewenangan penugasan dari pemerintah pusat, pemerintah daerah
provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota; dan
e. Pelaksana kegiatan desa yang terdiri atas unsur perangkat desa dan/atau unsur
masyarakat desa.
Rancangan RKP Desa dituangkan dalam format rancangan RKP Desa yang dilampiri
b. Rencana Kegiatan dan Rencana Anggaran Biaya untuk Kerjasama Antar Desa
disusun dan disepakati bersama para kepala desa yang melakukan Kerja Sama
Antar Desa.
Pemerintah desa dapat mengusulkan prioritas program dan kegiatan pembangunan Desa
dan pembangunan kawasan perdesaan kepada pemerintah pusat, pemerintah daerah
provinsi, dan/atau pemerintah daerah kabupaten/kota. Usulan prioritas program
dan kegiatan dituangkan dalam rancangan daftar usulan RKP Desa.
Tim Penyusun RKP Desa membuat berita acara tentang hasil penyusunan rancangan
RKP Desa yang dilampiri dokumen rancangan RKP Desa dan rancangan daftar usulan RKP
Desa, dan disampaikan kepada kepala Desa.
3 2 016 | Pu s d i k l a t w as
7. Penetapan RKP Desa
c. Rancangan RKP Desa menjadi lampiran rancangan peraturan desa tentang RKP Desa.
d. Kepala desa menyusun rancangan peraturan desa tentang RKP Desa yang akan
dibahas dan disepakati bersama oleh kepala desa dan Badan Permusyawaratan
Desa untuk ditetapkan menjadi peraturan desa tentang RKP Desa.
Sebagaimana RPJM Desa, RKP Desa juga dapat diubah dalam hal:
a. Terjadi peristiwa khusus, seperti bencana alam, krisis politik, krisis ekonomi,
dan/atau kerusuhan sosial yang berkepanjangan; atau
Kepala desa menyampaikan daftar usulan RKP Desa kepada bupati/walikota melalui
camat paling lambat 31 Desember tahun berjalan. Daftar usulan RKP Desa menjadi
materi pembahasan di dalam musyawarah perencanaan pembangunan kecamatan
PengelolaanKeuanganDesa 3
dan
3 2 016 | Pu s d i k l a t w as
kabupaten/kota. Bupati/walikota menginformasikan kepada pemerintah desa paling
lambat bulan Juli tahun anggaran berikutnya tentang hasil pembahasan daftar
usulan RKP Desa setelah diselenggarakannya Musyawarah Perencanaan
Pembangunan di kecamatan.
Format RKP Desa dan juga Daftar Usulan RKP Desa serta RAB sebagaimana diatur
dalam lampiran Permendagri 114 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa
disajikan sebagai berikut:
PengelolaanKeuanganDesa 3
Format 3.2
PengelolaanKeuanganDesa
Bidang/ Jenis Kegiatan Biaya dan Sumber Pembiayaan Pola Pelaksanaan Rencana
Sasaran/ Waktu
No Lokasi Volume Kerjasama Pihak Pelaksana
Bidang Jenis Kegiatan Manfaat Pelaksanaan Jlh (Rp) Sumber Swakelola Kerjasama Antar Desa
Ketiga Kegiatan
a b c. d e f g h i j k l m n
a.
b.
c.
Penyelenggaraan d.
1
Pemerintahan Desa e.
f.
g.
Jumlah Per Bidang 1 -
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
2 Pembangunan Desa h.
i.
j.
k.
l.
m
.
Jumlah Per Bidang 2
a.
b.
c.
Pembinaan d.
3
Kemasyarakatan e.
f.
g.
Jumlah Per Bidang 3 -
a.
Pemberdayaan b.
4
Masyarakat c.
d.
Jumlah Per Bidang 4
JUMLAH TOTAL -
………………., Tanggal, …, …, ….
Mengetahui : Disusun oleh:
Kepala Desa, Tim Penyusun RKP Desa
(..........................) (............................)
3
Format 3.3
Daftar Usulan RKP Desa
Prakiraan Prakiraan
Bidang/ Jenis Kegiatan Sasaran/
No Lokasi Volume Waktu Biaya dan
Bidang Jenis Kegiatan Manfaat Jumlah (Rp)
Pelaksanaa
Penyelenggaraan
1 Pemerintahan
Desa
Pembangunan
2
Desa
Pembinaan
3
Kemasyarakatan
Pemberdayaan
4
Masyarakat
JUMLAH TOTAL -
( ………………………… ) ( ………………………… )
3 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Format 3.3
Rencana Anggaran Biaya sebagai lampiran RKP Desa
Sesuai Permendagri Nomor 114 Tahun 2015
Harga Jumlah
URAIAN Volume Satuan Satuan Total Jumlah
Rp Rp
a b c d e=bxd f
1. BAHAN
1.1
1.2
1.3
1.4
1….
Sub Total 1) Rp - Rp -
2. ALAT
2.1
2.2
2.3
2.4
2. …
Sub Total 2) Rp - Rp -
3. UPAH
3.1
3.2
3.3
3. …
Sub Total 3 ) Rp - Rp -
Total Biaya
Keterangan :
Kategori Biaya
I-a Pembelian bahan hasil tenaga manusia
I-b Pembelian bahan hasil industri
II-a Pembelian alat tangan
II-b Pembelian / penyewaan alat mesin
III-a Pembayaran tenaga kerja untuk konstruksi
III-b Pembayaran tenaga untuk pengumpulan bahan
………..,Tanggal…….,…….,…
mengetahui :
Kepala Desa Tim Penyusun RKP Desa
(………………………………..) (………………………………..)
PengelolaanKeuanganDesa 39
D. BATASAN (PRIORITAS) BELANJA DESA
Desa dalam mengelola keuangan desa memperhatikan regulasi yang dibuat oleh pemerintah
supra desa. Terdapat aturan‐aturan yang perlu dicermati khususnya terkait pengeluaran atau
belanja yang dilakukan oleh pemerintah desa.
Berdasarkan pasal 100 PP Nomor 43 Tahun 2014 jo PP Nomor 47 Tahun 2015 tentang
Pedoman Pelaksanaan UU Desa, disebutkan bahwa belanja desa yang ditetapkan dalam APB
Desa digunakan dengan ketentuan paling sedikit 70% dari APB Desa untuk 4 bidang dan
paling banyak 30% untuk 4 item belanja. Lebih lanjut mengenai proporsi belanja dalam
APB Desa akan dibahas pada bab berikutnya tentang Penganggaran Keuangan Desa.
Selain batasan proporsi belanja dalam APB Desa, khusus belanja yang bersumber dari Dana
Desa terdapat batasan penggunaan berupa prioritas penggunaan Dana Desa. Dalam Pasal 19
PP nomor 43 Tahun 2014 jo PP nomor 47 tahun 2015 disebutkan bahwa Dana Desa
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, pemberdayaan
masyarakat dan kemasyarakatan namun diprioritaskan untuk membiayai pembangunan
dan pemberdayaan masyarakat.
Menteri Desa PDTT diberi kewenangan untuk menetapkan prioritas penggunaan Dana Desa
paling lambat 3 bulan sebelum dimulainya tahun anggaran. Prioritas ini dilengkapi dengan
Pedoman Umum pelaksanaan penggunaan Dana Desa. Untuk penggunaan Dana Desa
Tahun 2015, telah diterbitkan Permendes PDTT nomor 5 Tahun 2015. Sedangkan untuk
penggunaan Dana Desa Tahun 2016 telah diterbitkan Permendes PDTT nomor 21 Tahun 2015
jo Permendes 8 Tahun 2016.
Keadilan, dengan mengutamakan hak atau kepentingan seluruh warga desa tanpa
membedabedakan;
4 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Kotak 3.1: Tipologi Desa
Tipologi desa merupakan fakta, karakteristik dan kondisi nyata yang khas, keadaan terkini di
desa, maupun keadaan yang keadaan yang berubah, berkembang dan diharapkan terjadi di masa
depan (visi desa). Pengelompokkan tipologi desa dapat diuraikan sekurang‐kurangnya didasarkan
atas hal‐hal sebagai berikut:
a. berdasarkan kekerabatan, dikenal desa geneologis, desa teritorial dan desa campuran;
b. berdasarkan hamparan, dapat dibedakan desa pesisir/desa pantai, desa dataran
rendah/lembah, desa dataran tinggi, dan desaperbukitan/pegunungan;
c. berdasarkan pola permukiman, dikenal desa dengan permukiman menyebar, melingkar,
mengumpul, memanjang (seperti pada bantaran sungai/jalan);
d. berdasarkan pola mata pencaharian atau kegiatan utama masyarakat dapat dibedakan
desa pertanian, desa nelayan, desa industri (skala kerajinan dan atau manufaktur dengan
teknologi sederhana dan madya), serta desa perdagangan (jasa‐jasa); dan
e. berdasarkan tingkat perkembangan kemajuan desa dapat dikategorikan desa tertinggal atau
sangat tertinggal, desa berkembang, serta desa maju atau mandiri. Kategorisasi ini dilakukan
dengan pendekatan ilmiah yang didukung data statistik sehingga didapatkan peringkat
kategoris kemandirian atau kemajuan desa.
Dengan demikian setiap desa pasti memiliki karakteristik yang dapat didefinisikan secara bervariasi
dari kombinasi karakteristik atau tipologi. Artinya, desa memiliki tipologi yang berbeda‐beda atau
beragam, dari desa satu dengan desa lainnya. Contoh Desa A mempunyai tipologi desa
pesisirnelayan‐geneologis‐ maju, Desa B tipologi desa lembah‐pertanian/sawah‐teritorial‐
berkembang, Desa C tipologi desa perbukitanperkebunan/perladangan‐campuran‐tertinggal,
dan lain seterusnya.
(sumber: Permendes PDTT Nomor 21 Tahun 2015 jo
8/2016)
Pemetaan tipologi desa berdasarkan tingkat kemajuan desa digunakan untuk penyusunan
prioritas penggunaan Dana Desa. Untuk mengetahui tipologi desanya, Pemerintah desa harus
menggunakan data Indeks Desa Membangun (IDM) yang ditetapkan oleh Kementerian
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.
Indeks Desa Membangun (IDM) disusun dengan landasan bahwa pembangunan merupakan
proses akumulasi dari dimensi sosial, dimensi ekonomi dan dimensi ekologi. Ketiganya
menjadi mata rantai yang saling memperkuat yang mampu menjamin keberlanjutan
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Desa. Pembangunan desa dimaknai sebagai
proses untuk meningkatkan kapabilitas penduduk dalam mengelola dan memanfaatkan
potensi yang terdapat di desa. Paradigma pembangunan yang mengedepankan pembangunan
manusia didasarkan pada ruang dimensi sosial (Indeks Ketahanan Sosial‐IKS), dimensi ekonomi
(Indeks Ketahanan Ekonomi‐ IKE) dan dimensi ekologi (Indeks Ketahanan Lingkungan‐IKL).
Dalam penyusunan IDM ketiga dimensi dibentuk oleh sejumlah variabel dan indikator.
PengelolaanKeuanganDesa 41
Indeks Ketahanan Sosial terdiri dari dimensi a. modal sosial; b. kesehatan; c. pendidikan; dan
d. permukiman. Indeks Ketahanan Ekonomi memiliki satu dimensi, yakni Dimensi Ekonomi.
Indeks Ketahanan Ekologi memiliki satu dimensi, yakni Dimensi Ekologi.
Berdasarkan Permendes PDTT Nomor 2 Tahun 2016 tentang Indeks Desa Membangun
(IDM), status kemajuan dan kemandirian desa yang ditetapkan berdasar IDM diklasifikasi
dalam 5 status Desa yakni:
1. Desa Mandiri atau yang disebut Desa Sembada adalah Desa Maju yang memiliki
kemampuan melaksanakan pembangunan Desa untuk peningkatan kualitas hidup dan
kehidupan sebesar‐ besarnya kesejahteraan masyarakat Desa dengan ketahanan sosial,
ketahanan ekonomi, dan ketahanan ekologi secara berkelanjutan
2. Desa Maju atau yang disebut Desa Pra‐Sembada adalah Desa yang memiliki potensi
sumber daya sosial, ekonomi dan ekologi, serta kemampuan mengelolanya untuk
peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa, kualitas hidup manusia, dan
menanggulangi kemiskinan.
3. Desa Berkembang atau yang disebut Desa Madya adalah Desa potensial menjadi Desa
Maju, yang memiliki potensi sumber daya sosial, ekonomi, dan ekologi tetapi belum
mengelolanya secara optimal untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa,
kualitas hidup manusia dan menanggulangi kemiskinan.
4. Desa Tertinggal atau yang disebut Desa Pra‐Madya adalah Desa yang memiliki
potensi sumber daya sosial, ekonomi, dan ekologi tetapi belum, atau kurang
mengelolanya dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa, kualitas hidup
manusia serta mengalami kemiskinan dalam berbagai bentuknya.
5. Desa Sangat Tertinggal atau yang disebut Desa Pratama adalah Desa yang
mengalami kerentanan karena masalah bencana alam, goncangan ekonomi, dan konflik
sosial sehingga tidak berkemampuan mengelola potensi sumber daya sosial, ekonomi,
dan ekologi, serta mengalami kemiskinan dalam berbagai bentuknya.
4 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Kotak 3.2: Indeks Desa Membangun (IDM)
Hasil perhitungan Indeks Desa Membangun yang mencakup 73.709 Desa berdasar data Potensi
Desa Tahun 2014 telah dipublikasi Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi untuk pertama kali pada 19 Oktober 2015, yakni bersamaan dengan launching Indeks
Desa Membangun.
Hasil penghitungan IDM dikelompokkan berdasarkan Provinsi, Kabupaten/Kota, Pulau Pulau Besar,
dan kawasan atau kecamatan. Setiap unit pengelompokan dapat diperoleh rata rata Indeks
Desa Membangun (IDM).
Pembagian kelompok dilakukan sesuai dengan kepentingan penggunaan IDM. Penghitungan Indeks
Desa Membangunan secara nasional diperoleh dari indeks rata rata nasional adalah 0,5662.
Indeks ini menandakan status kemajuan dan kemandirian Desa secara nasional dalam status Desa
Tertinggal bila dibandingkan dengan batas ambang batas status tertinggal (= 0,5989). Hal ini juga
berarti mayoritas Desa di Indonesia didominasi oleh Desa Tertinggal (Desa Pra‐Madya). Untuk Desa
Tertinggal (Desa Pra‐ Madya) berjumlah 33.592 Desa (46%) dan Desa Sangat Tertinggal (Desa
Pratama) berjumlah 13.453 Desa (18%). Sedangkan jumlah Desa memiliki status Desa Mandiri (Desa
Sembada) terdapat 174 Desa (0,24%), sementara Desa Maju (Desa Pra‐Sembada) adalah 3.608 Desa
(5%) dan Desa Berkembang (Desa Madya) 31% atau 22.882 desa..
Hasil perhitungan Indeks Desa Membangun tersebut memberi pesan penting akan pentingnya
kerja strategis dan tindakan yang cepat dan tepat dalam upaya pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat Desa.
(sumber: Permendes PDTT Nomor 2 Tahun 2016 tentang Indeks Desa
Membangun)
PengelolaanKeuanganDesa 43
Perencanaan program dan kegiatan pembangunan desa dengan mempertimbangkan tipologi
desa berdasarkan tingkat perkembangan kemajuan desa, meliputi:
Prioritas penggunaan Dana Desa untuk program dan kegiatan bidang Pemberdayaan
Masyarakat Desa, dialokasikan untuk mendanai kegiatan yang bertujuan meningkatkan
kapasitas warga atau masyarakat desa dalam pengembangan wirausaha, peningkatan
pendapatan, serta perluasan skala ekonomi individu warga atau kelompok masyarakat dan
desa, antara lain:
2. Dukungan kegiatan ekonomi baik yang dikembangkan oleh BUM Desa atau BUM Desa
Bersama, maupun oleh kelompok dan atau lembaga ekonomi masyarakat desa
lainnya;
3. Bantuan peningkatan kapasitas untuk program dan kegiatan ketahanan pangan desa;
5. Promosi dan edukasi kesehatan masyarakat serta gerakan hidup bersih dan sehat,
4 2 016 | Pu s d i k l a t w as
termasuk peningkatan kapasitas pengelolaan Posyandu, Poskesdes, Polindes dan
ketersediaan atau keberfungsian tenaga medis/swamedikasi di desa;
PengelolaanKeuanganDesa 45
6. Dukungan terhadap kegiatan pengelolaan hutan/pantai desa dan hutan/pantai
kemasyarakatan;
Keluaran dari pelaksanakan Musyawarah Desa untuk penyusunan RKP Desa adalah
dokumen perencanaan RKPDesa. Pada Musyawarah Desa tersebut, diharapkan seluruh
informasi terkait dengan pembahasan dan pengambilan keputusan Perencanaan
Pembangunan Desa seperti informasi tentang pagu Dana Desa, Alokasi Dana Desa,
Perkiraan Dana Bagi Hasil Pajak dan Retribusi Daerah, Program/Proyek masuk Desa,
Bantuan Keuangan Daerah dan Tipologi berdasarkan perkembangan Desa dengan data IDM,
sudah dapat disampaikan oleh pemerintah kabupaten/kota kepada desa‐desa di wilayah
masing‐masing.
4 2 016 | Pu s d i k l a t w as
E. SOAL DAN LATIHAN
3. Salah satu titik kritis penyusunan RKP Desa adan pencermatan Pagu Indikatif,
jelaskan permasalahan terkait hal ini?
7. Prioritas Penggunaan Dana Desa ditentukan berdasarkan tipologi desa. Jelaskan tipologi
desa berdasarkan kemajuan desa?
10. Apakah Dana Desa diperbolehkan digunakan untuk membangun Kantor Desa?
Jelaskan dengan singkat?
11. Di Desa Sukamaju terdapat Jalan Kabupaten yang sering digunakan penduduk desa.
Kondisi jalan tersebut sangat buruk sekali dimana terdapat lubang besar yang
menyebabkan sering terjadi kecelakaan. Namun kondisi yang parah tersebut tidak
segera diperbaiki oleh pihak kabupaten. Desa bermaksud ingin memperbaiki jalan
tersebut. Bagaimana tanggapan anda?
12. Bolehkan Dana Desa digunakan untuk membeli mobil ambulance? Jelaskan dengan
singkat?
~
PengelolaanKeuanganDesa 47
BAB
IV PENGANGGARAN KEUANGAN
DESA
Indikator Keberhasilan:
Setelah mempelajari bab ini, Peserta diklat diharapkan mengetahui konsep
A. GAMBARAN UMUM
penganggaran; PENGANGGARAN
proses penyusunan APBKEUANGAN
Desa; StrukturDESA
APB Desa yang terdiri dari
Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan; Kode Rekening serta proses perubahan APB
Setelah RKP Desa ditetapkan maka dilanjutkan Desa. proses penyusunan APB Desa. Rencana
Kegiatan dan Rencana Anggaran Biaya yang telah ditetapkan dalam RKP Desa dijadikan
pedoman dalam proses penganggarannya. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa)
merupakan rencana anggaran keuangan tahunan pemerintah desa yang ditetapkan untuk
menyelenggarakan program dan kegiatan yang menjadi kewenangan desa.
APB Desa dibahas bersama dengan BPD dalam musyawarah desa untuk selanjutnya
ditetapkan dalam Peraturan Desa paling lambat 31 Desember tahun berjalan setelah
dievaluasi oleh bupati/walikota. Bupati/walikota dapat mendelegasikan evaluasi Rancangan
Peraturan Desa tentang APBDesa kepada camat.
Semua pendapatan dan belanja dianggarkan dalam APB Desa. Seluruh pendapatan dan belanja
dianggarkan secara bruto. Jumlah pendapatan merupakan perkiraan terukur dan dapat
dicapai serta berdasarkan ketentuan perundangan yang berlaku. Penganggaran
pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam
jumlah cukup dan harus didukung dengan dasar hukum yang melandasinya.
APB Desa hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali perubahan dalam 1 (satu) tahun anggaran.
Mekanisme perubahan APB Desa adalah sama dengan mekanisme penetapan APB Desa.
4 2 016 | Pu s d i k l a t w as
B. PROSES PENYUSUNAN APB DESA
1. Sekretaris Desa menyusun rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa (RAPB Desa)
berdasarkan RKP Desa yang telah ditetapkan dan menyampaikan kepada Kepala
Desa;
3. Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa yang telah disepakati bersama
sebagaimana selanjutnya disampaikan oleh kepala desa kepada bupati/walikota melalui
camat atau sebutan lain paling lambat 3 (tiga) hari sejak disepakati untuk
dievaluasi;
4. Bupati/Walikota menetapkan hasil evaluasi Rancangan APB Desa paling lama 20 (dua
puluh) hari kerja sejak diterimanya Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa.
Dalam hal bupati/walikota tidak memberikan hasil evaluasi dalam batas waktu maka
Peraturan Desa tersebut berlaku dengan sendirinya.
Dalam hal bupati/walikota menyatakan hasil evaluasi Rancangan Peraturan Desa tentang
APB Desa tidak sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang‐undangan
yang lebih tinggi Kepala Desa melakukan penyempurnaan paling lama 7 (tujuh) hari
kerja terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi. Apabila hasil evaluasi tidak
ditindaklanjuti oleh Kepala Desa dan Kepala Desa tetap menetapkan Rancangan
Peraturan Desa tentang APB Desa menjadi Peraturan Desa, bupati/walikota
membatalkan Peraturan Desa dengan Keputusan Bupati/Walikota yang sekaligus
menyatakan berlakunya pagu APB Desa tahun anggaran sebelumnya;
5. Peraturan Desa tentang APB Desa ditetapkan paling lambat tanggal 31 Desember
tahun anggaran berjalan.
PengelolaanKeuanganDesa 49
Bupati/walikota dalam melakukan evaluasi Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa
dapat mendelegasikan kepada camat. Ketentuan lebih lanjut mengenai
pendelegasian evaluasi Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa kepada camat
diatur dalam peraturan bupati/walikota.
5 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Penyusunan APB Desa sebagaimana telah diuraikan di atas memiliki batasan waktu
yang diatur dalam peraturan perundangan. Jadwal waktu penyusunan APB Desa
digambarkan sebagai berikut:
Tabel 4.1
Jadwal Penyusunan APB Desa
Tahapan Waktu
Penyampaian Pagu Indikatif Bulan Juli
oleh Pemerintah kab/kota ke
Desa
Penetapan RKP Desa Akhir September
Penyusunan Rancangan APB Desa Awal Oktober
Penyepakatan bersama dengan BPD Akhir Oktober
Penyampaian kepada bupati/walikota Maksimum 3 hari kerja
melalui camat
Proses evaluasi R‐APB Desa Maksimum 20 hari kerja
Proses penyempurnaan Maksimum 7 hari kerja
Penetapan APB Desa Maksimum 31 Desember
APB Desa merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan desa yang disetujui oleh Badan
Permusyawaratan Desa. APB Desa terdiri atas Pendapatan Desa, Belanja Desa, dan
Pembiayaan Desa. Berikut disajikan format APB Desa:
PengelolaanKeuanganDesa 51
Format 4.1
Format APB
Desa
5 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Anggaran Ket. (Sumber
Kode Rekening Uraian
(Rp.) Dana)
JUMLAH PENDAPATAN
2 BELANJA
2 1 Bidang Penyelenggaraan Pemerintah Desa
Kegiatan Pembayaran Penghasilan Tetap dan
2 1 1
Tunjangan
2 1 1 1 Belanja Pegawai
2 1 1 1 01 Penghasilan Tetap Kepala Desa dan
Perangkat Desa
2 1 1 1 04 Tunjangan Kepala Desa dan Perangkat
Desa
2 1 1 1 06 Tunjangan BPD dan Anggotanya
2 1 2 Kegiatan Operasional Kantor Desa
2 1 2 2 Belanja Barang dan Jasa
2 1 2 2 01 Belanja Listrik, Air, Telepon, Fax/Internet
2 1 2 2 02 Belanja Alat Tulis Kantor
2 03 Belanja Alat‐alat Kebersihan dan Bahan
2 1 2
Pembersih
2 1 2 2 04 Belanja Benda Pos dan Materai
2 1 2 2 06 Belanja Fotocopy, Cetak dan Penggandaan
2 1 2 2 07 Belanja Makanan dan Minuman Rapat
2 1 2 2 08 Belanja .............
2 1 2 3 Belanja Modal
2 1 2 3 14 Belanja Modal Pengadaan Peralatan Kantor
Belanja Modal Pengadaan Alat‐alat
2 1 2 3
15 Rumah Tangga
2 1 2 3 16 Belanja Modal Pengadaan Komputer
2 1 3 Kegiatan Operasional BPD
2 1 3 2 Belanja Barang dan Jasa
2 1 3 2 02 Belanja Alat Tulis Kantor
2 1 3 2 04 Belanja Benda Pos dan Materai
2 1 3 2 06 Belanja Fotocopy, Cetak dan Penggandaan
2 1 3 2 07 Belanja Makanan dan Minuman Rapat
2 1 3 2 16 Belanja Perjalanan Dinas
2 1 4 Kegiatan Operasional RT/RW
PengelolaanKeuanganDesa 53
Anggaran Ket. (Sumber
Kode Rekening Uraian
(Rp.) Dana)
2 1 4 2 Belanja Barang dan Jasa
2 1 4 2 02 Belanja Alat Tulis Kantor
2 1 4 2 04 Belanja Benda Pos dan Materai
2 1 4 2 06 Belanja Fotocopy, Cetak dan Penggandaan
2 1 4 2 07 Belanja Makanan dan Minuman Rapat
2 1 4 2 16 Belanja Perjalanan Dinas
2 2 Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa
2 2 1 Kegiatan Pembangunan Saluran Irigasi
2 2 1 2 Belanja Barang dan Jasa
2 2 1 2 02 Belanja Alat Tulis Kantor
2 2 1 2 14 Belanja Honorarium Tim Panitia
2 2 1 3 Belanja Modal
2 2 1 3 29 Belanja Modal Pengadaan Jaringan Air
2 2 2 Kegiatan Pembangunan Jalan Desa
2 2 2 2 Belanja Barang dan Jasa
2 2 2 2 02 Belanja Alat Tulis Kantor
2 2 2 2 14 Belanja Honorarium Tim Panitia
2 2 2 3 Belanja Modal
2 2 2 3 27 Belanja Modal Pengadaan Jalan Desa
2 3 Bidang Pembinaan Kemasyarakatan
Kegiatan Pembinaan Keamanan dan
2 3 1
Ketertiban
2 3 1 2 Belanja Barang dan Jasa
2 3 1 2 02 Belanja Alat Tulis Kantor
2 3 1 2 06 Belanja Fotocopy, Cetak dan Penggandaan
2 3 1 2 07 Belanja Makanan dan Minuman Rapat
2 3 1 2 08 Belanja Pakaian Dinas dan Atributnya
2 3 1 2 09 Belanja Bahan Praktek dan Pelatihan
2 3 1 2 11 Belanja Sewa Peralatan
Belanja Honorarium
2 3 1 2 15
Instruktur/Pelatih/Narasumber
2 3 1 2 16 Belanja Perjalanan Dinas
5 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Anggaran Ket. (Sumber
Kode Rekening Uraian
(Rp.) Dana)
2 3 7 Kegiatan Pendidikan Anak Usia Dini
2 3 7 2 Belanja Barang dan Jasa
2 3 7 2 02 Belanja Alat Tulis Kantor
2 3 7 2 06 Belanja Fotocopy, Cetak dan Penggandaan
2 3 7 2 07 Belanja Makanan dan Minuman Rapat
2 3 7 3 Belanja Modal
3 33 Belanja Modal Pengadaan Buku
2 3 7
dan Kepustakaan
2 4 Bidang Pemberdayaan Masyarakat
Kegiatan Pelatihan Kepala Desa dan
2 4 1
Perangkat
2 4 1 2 Belanja Barang dan Jasa
2 4 1 2 02 Belanja Alat Tulis Kantor
2 4 1 2 06 Belanja Fotocopy, Cetak dan Penggandaan
2 4 1 2 07 Belanja .............
2 4 5 Kegiatan ..........................
2 4 5 2 Belanja Barang dan Jasa
2 4 5 2 02 Belanja .............
2 5 Bidang Tidak Terduga
2 5 1 Kegiatan Penanggulangan Bencana Alam
2 5 1 2 Belanja Barang dan Jasa
2 5 1 2 07 Belanja Makanan dan Minuman Rapat
2 5 1 2 11 Belanja Sewa Peralatan
2 5 1 2 14 Belanja Honorarium Tim Panitia
JUMLAH BELANJA
SURPLUS / (DEFISIT)
3 PEMBIAYAAN
3 1 Penerimaan Pembiayaan
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran
3 1 1
Tahun Sebelumnya
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran
3 1 1 01
(SILPA) Tahun Sebelumnya
3 2 Pengeluaran Pembiayaan
PengelolaanKeuanganDesa 55
Anggaran Ket. (Sumber
Kode Rekening Uraian
(Rp.) Dana)
3 2 2 Penyertaan Modal Desa
3 2 2 01 Penyertaan Modal Desa
JUMLAH PEMBIAYAAN
SISA LEBIH / (KURANG)
PERHITUNGAN ANGGARAN
Format APB Desa sebagaimana tercantum dalam Lampiran Permendagri Nomor 113 Tahun
2014 bersifat tidak mengikat, khususnya pada Kode Rekening Objek Belanja yang bertanda
strip “‐“ seperti pasir, semen dsb (Level 4). Pemerintah kabupaten/kota dapat mengatur
lebih lanjut dalam Perkada Pengelolaan Keuangan Desa dengan merinci kode rekening belanja
hingga Objek Belanja (level 4) sebagai alat pengendalian dan pengklasifikasian.
1. Pendapatan Desa
Pendapatan Desa meliputi semua penerimaan uang melalui Rekening Kas Desa yang
merupakan hak desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak perlu dibayar
kembali oleh desa. Pendapatan desa sesuai pasal 72 UU Desa bersumber dari:
Transfer
Pendapatan Lain‐Lain
5 2 016 | Pu s d i k l a t w as
a. Pendapatan Asli Desa (PA Desa)
Pendapatan yang berasal dari Hasil Aset Desa antara lain tambatan perahu, pasar
desa, tempat pemandian umum dan jaringan irigasi. Pendapatan dari hasil
pemanfaatan aset tersebut umumnya adalah berupa Retribusi Desa. Retribusi Desa
yaitu pungutan atas jasa pelayanan yang diberikan pemerintah desa kepada
pengguna/penerima manfaat aset desa dimaksud. Ketentuan mengenai Retribusi
Desa harus ditetapkan dalam Peraturan Desa, dan pelaksanaan penerimaan
retribusinya dilakukan oleh Bendahara Desa atau petugas pemungut penerimaan
desa yang telah ditetapkan oleh Kepala Desa.
Lain‐lain Pendapatan Asli Desa antara lain diperoleh dari hasil pungutan desa.
Pungutan yang ada di desa antara lain yaitu pungutan atas penggunaan balai desa,
pungutan atas pembuatan surat‐surat keterangan, pungutan atas calon
penduduk desa, dan lain sebagainya yang dilakukan dilakukan oleh Bendahara
Desa. Pemerintah desa dilarang melakukan pungutan sebagai penerimaan desa
selain yang ditetapkan dalam Peraturan Desa.
PengelolaanKeuanganDesa 57
b. Pendapatan Transfer Desa
1) Dana Desa;
1) Dana Desa
Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer
melalui APBD kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan
kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Pemerintah
menganggarkan Dana Desa secara nasional dalam APBN setiap tahun.
Alokasi dasar adalah alokasi minimal Dana Desa yang diterima setiap desa,
yang besarannya dihitung dengan cara 90% (sembilan puluh persen) dari
anggaran Dana Desa dibagi dengan jumlah desa secara nasional.
5 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Besaran Alokasi Dasar setiap kabupaten/kota dihitung dengan cara
mengalikan Alokasi Dasar dengan jumlah desa di kabupaten/kota.
Besaran Alokasi Formula setiap desa, dihitung dengan bobot sebagai berikut:
PengelolaanKeuanganDesa 59
Angka kemiskinan desa dan tingkat kesulitan geografis desa, masing‐
masing ditunjukkan oleh jumlah penduduk miskin desa dan Indeks Kesulitan
Geografis (IKG) Desa. IKG Desa ditentukan oleh faktor yang terdiri atas
ketersediaan prasarana pelayanan dasar, kondisi infrastruktur; dan
aksesibilitas transportasi.
Gambar 4.2
Mekanisme Pengalokasian Dana Desa
PengelolaanKeuanganDesa 61
3) Bagi Hasil Pajak dan Retribusi Daerah
Pengalokasian Bagian Dari Hasil Pajak dan Retribusi kepada desa tersebut
ditetapkan dalam Peraturan Bupati/Walikota, berdasarkan ketentuan:
6 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Keuangan bersifat khusus yang dikelola dalam APB Desa tidak diterapkan
ketentuan penggunaan
PengelolaanKeuanganDesa 63
paling sedikit 70% dan paling banyak 30% sebagaimana diatur dalam pasal 100
PP Nomor 43 Tahun 2014 jo PP Nomor 47 Tahun 2015.
Kelompok Lain‐Lain Pendapatan Desa yang Sah diantaranya berupa Hibah dan
Sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat. Sumbangan tidak mengikat
dapat berupa pemberian berupa uang dari pihak ketiga, hasil kerjasama dengan
pihak ketiga atau bantuan perusahaan yang berlokasi di desa.
2. Belanja Desa
Belanja Desa merupakan semua pengeluaran dari rekening desa yang merupakan
kewajiban desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh desa Belanja Desa dipergunakan dalam rangka mendanai
penyelenggaraan kewenangan desa.
Belanja Desa yang ditetapkan dalam APB Desa sesuai pasal 100 PP Nomor 47 Tahun
2015 digunakan dengan ketentuan:
Paling sedikit 70% (≥ 70%) dari jumlah anggaran belanja desa digunakan untuk
mendanai penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa,
pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa (4 bidang).
Paling banyak 30% (≤ 30%) dari jumlah anggaran belanja desa digunakan untuk 4
item yaitu:
6 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Penghasilan tetap, operasional pemerintah desa, dan tunjangan dan operasional BPD
serta insentif RT dan RW dibiayai dengan menggunakan sumber dana dari Alokasi
Dana Desa.
a. Kelompok Belanja
Pendataan desa;
PengelolaanKeuanganDesa 65
Penyelenggaraan perencanaan desa;
6 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Penyelenggaraan evaluasi tingkat perkembangan pemerintahan desa;
PengelolaanKeuanganDesa 67
Pengembangan usaha ekonomi produktif serta pembangunan,
pemanfaatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana ekonomi antara
lain:
(a) Penghijauan;
6 2 016 | Pu s d i k l a t w as
3) Bidang Pembinaan Kemasyarakatan Desa antara lain:
‐ Kelompok perempuan;
‐ Kelompok tani;
‐ Kelompok nelayan;
‐ Kelompok pengrajin;
‐ Kelompok pemuda;
PengelolaanKeuanganDesa 69
5) Bidang Belanja Tak Terduga
b. Jenis Belanja
Klasifikasi Belanja berdasarkan jenis terdiri dari Belanja Pegawai, Belanja Barang/Jasa,
dan Belanja Modal.
1) Belanja Pegawai
Benda pos;
Bahan/material;
Pemeliharaan;
Cetak/penggandaan;
7 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Sewa kantor desa;
Perjalanan dinas;
Upah kerja;
Honorarium narasumber/ahli;
Operasional BPD;
3) Belanja Modal
3. Pembiayaan
PengelolaanKeuanganDesa 71
diklasifikasikan menurut kelompok dan jenis.
7 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Pembiayaan desa berdasarkan kelompok terdiri dari Penerimaan Pembiayaan dan
Pengeluaran Pembiayaan.
a. Penerimaan Pembiayaan
PengelolaanKeuanganDesa 73
Dipisahkan diperoleh dari
7 2 016 | Pu s d i k l a t w as
realisasi penjualan aset/kekayaan desa kepada pihak ketiga. Penjualan
kekayaan milik desa yang bersifat strategis harus dilakukan melalui
musyawarah desa terlebih dahulu yang selanjutnya ditetapkan dalam
peraturan desa atau keputusan kepala Desa yang mengacu pada
ketentuan pengelolaan Kekayaan Milik Desa. Kekayaan Milik Desa dapat
dijual hanya apabila sudah tidak memiliki manfaat dalam mendukung
penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau disetujui dalam
musyawarah desa.
b. Pengeluaran Pembiayaan
PengelolaanKeuanganDesa 75
2) Penyertaan Modal Desa
D. KODE REKENING
Pengelolaan keuangan yang baik memerlukan adanya suatu klasifikasi dalam sistem yang
dijabarkan dalam kode rekening atau chart of accounts. Kode Rekening tersebut terdiri
dari kumpulan akun secara lengkap yang digunakan di dalam pembuatan proses
perencanaan, pelaksanaaan, penatusahaan hingga pelaporan. Kode rekening merupakan
alat untuk mensinkronkan proses perencanaan hingga pelaporan, sehingga kebutuhan
pelaporan yang konsisten sejak mulai proses perencanaan dan penganggaran akan dapat
dapat terpenuhi.
Mengingat pentingnya peran kode rekening tersebut maka diperlukan standarisasi kode
rekening sehingga akan dicapai keseragaman dalam pemakaiannya khususnya di wilayah
suatu kabupaten/kota. Berdasarkan hal‐hal tersebut di atas, maka kode rekening disusun
sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi secara efektif.
Dalam ketentuan Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa,
pada pasal 8 telah diatur mengenai klasifikasi pendapatan, belanja, dan pembiayaan sampai
ke tingkat jenis. Namun demikian, Ilustrasi APBDesa (sebagaimana tercantum dalam lampiran
Permendagri tersebut) untuk tingkat objek belanja (ditulis dalam tanda strip) bersifat tidak
mengikat. Oleh karena itu pemerintah kabupaten/kota dapat membuat pengaturan lebih
7 2 016 | Pu s d i k l a t w as
lanjut mengenai objek
PengelolaanKeuanganDesa 77
belanja (atau bahkan diatur hingga ke rincian objek belanja) yang disesuaikan dengan kondisi
dan kebutuhan masing‐masing daerah. Pengaturan level kode rekening ini tidak bertentangan
dengan Permendagri 113/2014 karena dalam pasal 43‐nya disebutkan ketentuan terkait
pengelolaan keuangan desa diatur lebih lanjut dalam peraturan bupati/walikota. Hal ini dapat
digunakan untuk kepentingan pengendalian rekening.
Pengaturan kode rekening baru dilakukan untuk kelompok pendapatan, belanja, dan
pembiayaan; sedangkan untuk kelompok aset, kewajiban, dan ekuitas belum ada regulasi
yang mengatur secara definitif. Kode Rekening disajikan dengan menggunakan istilah level
akun. Level akun yang dimaksud dapat diuraikan sebagai berikut:
Level 2 : Kode
Kelompok Level 3 :
Kode Jenis
Level 4 : Kode Objek (bersifat tambahan dan akan diatur dalam Perkada)
Pendapatan desa diklasifikasikan menurut kelompok dan jenis. Kelompok pendapatan desa
yaitu:
b. Pendapatan Transfer;
c. Pendapatan Lain‐Lain.
1) Hasil Usaha;
2) Hasil Aset;
7 2 016 | Pu s d i k l a t w as
b. Pendapatan Transfer, terdiri dari:
1) Dana Desa;
Rincian sampai ke tingkat objek pendapatan akan diatur lebih lanjut dalam peraturan
bupati/walikota. Leveling kode rekening pendapatan desa adalah sebagai berikut:
PengelolaanKeuanganDesa 79
Tabel 4.2
Kode Rekening Pendapatan Desa
8 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Kode Rekening Pendapatan Desa tersebut dapat ditambahkan sesuai dengan
kebutuhan daerah namun diberlakukan sama bagi seluruh desa yang ada di wilayah
kabupaten/kota.
Belanja desa diklasifikasikan menurut kelompok, kegiatan, dan jenis belanja. Kelompok belanja
yaitu penyelenggaraan pemerintahan desa; pelaksanaan pembangunan desa; pembinaan
kemasyarakatan desa; pemberdayaan masyarakat desa; dan belanja tak terduga. Kelompok
belanja tersebut terbagi dalam kegiatan‐kegiatan yang terdiri dari 3 (tiga) jenis belanja yaitu belanja
pegawai; belanja barang dan jasa; serta belanja modal. Rincian sampai ke tingkat objek belanja
akan diatur lebih lanjut dalam peraturan bupati/walikota. Leveling kode rekening belanja desa
adalah sebagai berikut:
Kode rekening belanja hingga ke level objek belanja yang dicontohkan dalam
aplikasi SISKEUDES adalah sebagai berikut.
PengelolaanKeuanganDesa 81
Tabel 4.3
Kode Rekening Belanja Desa
8 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Kode Rekening Belanja Desa tersebut dapat ditambahkan sesuai dengan kebutuhan
daerah namun diberlakukan sama bagi seluruh desa yang ada di wilayah
kabupaten/kota.
PengelolaanKeuanganDesa 83
3. Kode Rekening Pembiayaan Desa
Rincian sampai ke tingkat objek pembiayaan akan diatur lebih lanjut dalam
peraturan bupati/walikota. Leveling kode rekening belanja desa adalah sebagai
berikut:
Kode rekening pendapatan hingga ke level objek pembiayaan yang dicontohkan dalam
aplikasi SISKEUDES adalah sebagai berikut.
8 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Gambar 4.4
Kode Rekening Pembiayaan Desa
KODE URAIAN
6 PEMBIAYAAN DESA
6 1 Penerimaan Pembiayaan
6 1 1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya
6 1 1 01 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) Tahun Sebelumnya
6 1 2 Pencairan Dana Cadangan
6 1 2 01 Pencairan Dana Cadangan
6 1 3 Hasil Penjualan Kekayaan Desa Yang Dipisahkan
6 1 3 01 Hasil Penjualan Kekayaan Desa Yang Dipisahkan
6 2 Pengeluaran Pembiayaan
6 2 1 Pembentukan Dana Cadangan
6 2 1 01 Pembentukan Dana Cadangan
6 2 2 Penyertaan Modal Desa
6 2 2 01 Penyertaan Modal Desa
Kode Rekening Belanja Desa tersebut dapat ditambahkan sesuai dengan kebutuhan
daerah namun diberlakukan sama bagi seluruh desa yang ada di wilayah
kabupaten/kota.
APB Desa yang telah ditetapkan dalam peraturan desa dimungkinkan untuk dilakukan
perubahan. Perubahan APB Desa dapat dilakukan apabila terjadi:
4. Terjadi peristiwa khusus, seperti bencana alam, krisis politik, krisis ekonomi, dan/atau
kerusuhan sosial yang berkepanjangan;
PengelolaanKeuanganDesa 85
Perubahan tersebut disepakati terlebih dahulu dalam perubahan RKP Desa. Peraturan
Desa tentang Perubahan RKP Desa menjadi dasar dalam penyusunan perubahan APB Desa.
Perubahan APB Desa hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun anggaran. Tata
cara pengajuan perubahan APB Desa secara umum sama dengan tata cara penetapan APB
Desa.
Dalam hal Bantuan Keuangan dari APBD Provinsi dan APBD Kabupaten/Kota serta hibah
dan bantuan pihak ketiga yang tidak mengikat ke desa disalurkan setelah ditetapkannya
Peraturan Desa tentang Perubahan APB Desa, maka perubahan tersebut diakomodir dan
diatur dengan Peraturan Kepala Desa tentang perubahan APB Desa. Peraturan Kepala Desa
tentang Perubahan APB Desa tersebut selanjutnya diinformasikan kepada BPD.
Format 4.5
Format Perubahan APB Desa
8 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Anggaran Bertambah/
KODE REKENING URAIAN %
Sebelum Sesudah Berkurang
1 2 2 Bagi Hasil Pajak dan Retribusi
1 2 2 01 Bagi Hasil Pajak dan Retribusi Daerah
1 2 3 Alokasi Dana Desa
1 2 3 01 Alokasi Dana Desa
1 2 4 Bantuan Keuangan Provinsi
1 2 4 01 Bantuan Keuangan dari APBD Provinsi
1 2 5 Bantuan Keuangan Kabupaten/Kota
1 2 5 01 Bantuan Keuangan dari APBD Kabupaten
1 3 Lain-Lain Pendapatan Desa yang Sah
Pendapatan Hibah dan Sumbangan Pihak
1 3 1
Ketiga
Pendapatan Sumbangan dari Pihak Ketiga
1 3 1 07
Lainnya
JUMLAH PENDAPATAN
2 BELANJA
Bidang Penyelenggaraan Pemerintah
2 1
Desa
Kegiatan Pembayaran Penghasilan Tetap
2 1 1
dan Tunjangan
2 1 1 1 Belanja Pegawai
2 1 1 1 01 Penghasilan Tetap Kepala Desa dan
Perangkat Desa
1 1 1 04 Tunjangan Kepala Desa dan Perangkat
2
Desa
2 1 1 1 06 Tunjangan BPD dan Anggotanya
2 1 2 Kegiatan Operasional Kantor Desa
2 1 2 2 Belanja Barang dan Jasa
2 1 2 2 01 Belanja Listrik, Air, Telepon, Fax/Internet
2 1 2 2 02 Belanja Alat Tulis Kantor
2 03 Belanja Alat-alat Kebersihan dan Bahan
2 1 2
Pembersih
2 1 2 2 04 Belanja Benda Pos dan Materai
2 1 2 2 06 Belanja Fotocopy, Cetak dan Penggandaan
2 1 2 2 07 Belanja Makanan dan Minuman Rapat
2 1 2 2 08 Belanja .............
PengelolaanKeuanganDesa 87
Anggaran Bertambah/
KODE REKENING URAIAN %
Sebelum Sesudah Berkurang
2 1 2 3 Belanja Modal
2 1 2 3 14 Belanja Modal Pengadaan Peralatan Kantor
Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Rumah
2 1 2 3
15 Tangga
2 1 2 3 16 Belanja Modal Pengadaan Komputer
2 1 3 Kegiatan Operasional BPD
2 1 3 2 Belanja Barang dan Jasa
2 1 3 2 02 Belanja Alat Tulis Kantor
2 1 3 2 04 Belanja Benda Pos dan Materai
2 1 3 2 06 Belanja Fotocopy, Cetak dan Penggandaan
2 1 3 2 07 Belanja Makanan dan Minuman Rapat
2 1 3 2 16 Belanja Perjalanan Dinas
2 1 4 Kegiatan Operasional RT/RW
2 1 4 2 Belanja Barang dan Jasa
2 1 4 2 02 Belanja Alat Tulis Kantor
2 1 4 2 04 Belanja Benda Pos dan Materai
2 1 4 2 06 Belanja Fotocopy, Cetak dan Penggandaan
2 1 4 2 07 Belanja Makanan dan Minuman Rapat
2 1 4 2 16 Belanja Perjalanan Dinas
2 2 Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa
2 2 1 Kegiatan Pembangunan Saluran Irigasi
2 2 1 2 Belanja Barang dan Jasa
2 2 1 2 02 Belanja Alat Tulis Kantor
2 2 1 2 14 Belanja Honorarium Tim Panitia
2 2 1 3 Belanja Modal
2 2 1 3 29 Belanja Modal Pengadaan Jaringan Air
2 2 2 Kegiatan Pembangunan Jalan Desa
2 2 2 2 Belanja Barang dan Jasa
2 2 2 02 Belanja Alat Tulis Kantor
2 2 2 2 14 Belanja Honorarium Tim Panitia
2 2 2 3 Belanja Modal
2 2 2 3 27 Belanja Modal Pengadaan Jalan Desa
2 3 Bidang Pembinaan Kemasyarakatan
8 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Anggaran Bertambah/
KODE REKENING URAIAN %
Sebelum Sesudah Berkurang
Kegiatan Pembinaan Keamanan dan
2 3 1
Ketertiban
2 3 1 2 Belanja Barang dan Jasa
2 3 1 2 02 Belanja Alat Tulis Kantor
2 3 1 2 06 Belanja Fotocopy, Cetak dan Penggandaan
2 3 1 2 07 Belanja Makanan dan Minuman Rapat
2 3 1 2 08 Belanja Pakaian Dinas dan Atributnya
2 3 1 2 09 Belanja Bahan Praktek dan Pelatihan
2 3 1 2 11 Belanja Sewa Peralatan
Belanja Honorarium
2 3 1 2 15
Instruktur/Pelatih/Narasumber
2 3 1 2 16 Belanja Perjalanan Dinas
2 3 7 Kegiatan Pendidikan Anak Usia Dini
2 3 7 2 Belanja Barang dan Jasa
2 3 7 2 02 Belanja Alat Tulis Kantor
2 3 7 2 06 Belanja Fotocopy, Cetak dan Penggandaan
2 3 7 2 07 Belanja Makanan dan Minuman Rapat
2 3 7 3 Belanja Modal
3 33 Belanja Modal Pengadaan Buku dan
2 3 7
Kepustakaan
2 4 Bidang Pemberdayaan Masyarakat
Kegiatan Pelatihan Kepala Desa dan
2 4 1
Perangkat
2 4 1 2 Belanja Barang dan Jasa
2 4 1 2 02 Belanja Alat Tulis Kantor
2 4 1 2 06 Belanja Fotocopy, Cetak dan Penggandaan
2 4 1 2 07 Belanja .............
2 4 5 Kegiatan ..........................
2 4 5 2 Belanja Barang dan Jasa
2 4 5 2 02 Belanja .............
2 5 Bidang Tidak Terduga
2 5 1 Kegiatan Penanggulangan Bencana Alam
2 5 1 2 Belanja Barang dan Jasa
2 5 1 2 07 Belanja Makanan dan Minuman Rapat
PengelolaanKeuanganDesa 89
Anggaran Bertambah/
KODE REKENING URAIAN %
Sebelum Sesudah Berkurang
2 5 1 2 11 Belanja Sewa Peralatan
2 5 1 2 14 Belanja Honorarium Tim Panitia
JUMLAH BELANJA
SURPLUS / (DEFISIT)
3 PEMBIAYAAN
3 1 Penerimaan Pembiayaan
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun
3 1 1
Sebelumnya
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA)
3 1 1 01
Tahun Sebelumnya
3 2 Pengeluaran Pembiayaan
3 2 2 Penyertaan Modal Desa
3 2 2 01 Penyertaan Modal Desa
JUMLAH PEMBIAYAAN
SISA LEBIH / (KURANG) PERHITUNGAN
ANGGARAN
Format Perubahan APBDesa tidak tercantum dalam Lampiran Permendagri Nomor 113
Tahun 2014, sehingga format di atas merupakan contoh inisiatif.
3. Apa bedanya Dana Desa (DD) dan Alokasi Dana Desa (ADD)?
4. Salah satu jenis Pendapatan Asli Desa adalah Swadaya, Partisipasi dan Gotong
Royong. Jelaskan dan berikan contohnya!
5. Dalam APB Desa terdapat pembiayaan desa. Jelaskan perbedaannya dengan belanja
desa dan berikan contohnya!
6. Jelaskan secara singkat mekanisme pengalokasian Dana Desa hingga diperoleh besaran
Dana Desa untuk setiap desa?
9 2 016 | Pu s d i k l a t w as
7. Apa perbedaan antara belanja modal dan belanja barang/jasa dan contohnya?
9. Apa yang dimaksud Bantuan Keuangan Umum dan Bantuan Keuangan Khusus?
Jelaskan!
10. Jelaskan hal‐hal yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan APB Desa?
PengelolaanKeuanganDesa 91
9 2 016 | Pu s d i k l a t w as
BAB
V PELAKSANAAN KEUANGAN
DESA
Indikator Keberhasilan:
Sebagaimana diuraikan
Setelah dalam
mempelajari babbab
ini,sebelumnya,
peserta diklatrencana keuangan
diharapkan mamputahunan pemerintahan
menjelaskan konsep‐ desa
konsep pelaksanaan pendapatan desa; belanja desa termasuk pengadaan barang/jasa dan
disusun dalam suatu APBDesa. Struktur APBDesa terdiri dari pendapatan desa, belanja desa,
perpajakan; serta pembiayaan desa.
dan pembiayaan desa. Pelaksanaan APBDesa berarti pelaksanaan berbagai program dan
kegiatan yang telah ditetapkan dan disepakati di awal tahun, baik kegiatan penerimaan
pendapatan dan pembiayaan maupun kegiatan pengeluaran belanja dan pembiayaan.
Seluruh penerimaan dan pengeluaran desa dilaksanakan melalui Rekening Kas Desa (RKD)
yaitu rekening tempat menyimpan uang pemerintahan desa yang menampung seluruh
penerimaan desa dan untuk membayar seluruh pengeluaran desa pada bank yang ditetapkan.
Ini dapat diartikan bahwa seluruh penerimaan dan pengeluaran dilakukan melalui bank.
Namun bagi desa yang belum menerima layanan perbankan di wilayahnya, maka
pengaturannya akan ditetapkan lebih lanjut oleh pemerintah kabupaten/kota dalam
peraturan kepala daerah (perkada) mengenai pedoman pengelolaan keuangan desa. Dalam
perkada tersebut juga diatur mengenai batasan uang kas yang dapat disimpan oleh bendahara
desa untuk memenuhi kebutuhan operasional pemerintah desa.
Pihak yang terkait dalam proses penerimaan pendapatan adalah pemberi dana
(pemerintah pusat/provinsi/kabupaten/kota, masyarakat, pihak ketiga), penerima dana
(bendahara desa/pelaksana kegiatan/kepala dusun), dan bank.
PengelolaanKeuanganDesa 93
1. Pendapatan Asli Desa
Dalam pelaksanaan APB Desa, Bendahara Desa menerima Pendapatan Asli Desa antara
lain berupa berupa pendapatan sewa, pendapatan retribusi, pendapatan Bagi Hasil BUM
Desa, pendapatan pungutan, pendapatan dari swadaya masyarakat dan Pendapatan
Asli Desa lainnya.
Pendapatan dari PADesa berupa Pungutan Desa harus ditetapkan terlebih dahulu
dalam peraturan desa. Pemerintah desa dilarang melakukan pungutan sebagai
penerimaan desa selain yang ditetapkan dalam peraturan desa, karena bisa
dikatagorikan sebagai pungli. Pelaksana Pungutan Desa dilakukan oleh Bendahara
Desa dibantu dengan petugas pemungut. Sumber Pungutan Desa antara lain yaitu
pungutan atas penggunaan tambatan perahu, pasar desa, tempat pemandian umum,
jaringan irigasi, penggunaan balai desa, dan lain sebagainya. Pendapatan Asli Desa
diterima baik secara tunai ataupun melalui mekanisme transfer bank.
Penerimaan PADesa secara tunai adalah penerimaan pendapatan asli desa secara
tunai diterima oleh bendahara desa/petugas pemungut. Atas penerimaan ini dibuatkan
tanda bukti penerimaan.
Berikut adalah gambar alur pelaksanaan penerimaan pendapatan desa yang berasal
dari PADesa secara tunai.
9 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Gambar 5.1
Prosedur Penerimaan Pungutan dan Sewa Secara Tunai
Seluruh pendapatan yang diterima tunai oleh Bendahara Desa harus disetorkan ke
dalam RKD. Atas pendapatan retribusi yang diterima oleh Petugas Pemungut harus
segera disetorkan kepada Bendahara Desa.
PengelolaanKeuanganDesa 95
Penerimaan Pendapatan Asli Desa melalui Bank (Transfer via bank)
Penerimaan PADesa melalui bank adalah penerimaan pendapatan asli desa melalui
mekanisme transfer ke rekening kas Desa. Atas penerimaan ini, masyarakat melaporkan
ke bendahara untuk selanjutnya dibuatkan tanda bukti penerimaan.
Berikut adalah gambar alur pelaksanaan penerimaan pendapatan desa yang berasal
dari PADesa melalui transfer bank.
Gambar 5.2
Prosedur penerimaan desa secara nontunai/transfer bank
9 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Penerimaan Swadaya, Partisipasi dan Gotong Royong
Pendapatan yang berasal dari swadaya, partisipasi dan gotong royong adalah
pekerjaan membangun dengan kekuatan sendiri yang melibatkan peran serta
masyarakat baik berupa uang, barang atau tenaga. Pendapatan dari swadaya dan
partisipasi masyarakat dikumpulkan dari masyarakat desa yang diserahkan langsung
kepada pelaksana kegiatan atau dikoordinir dari lingkup kewilayahan terkecil yaitu
tingkat Rukun Tetangga (RT) atau dusun kemudian dikumpulkan dan diserahkan ke
Pelaksana Kegiatan.
Berikut adalah gambar alur pelaksanaan penerimaan pendapatan desa yang berasal
dari Swadaya, Partisipasi dan Gotong Royong dari masyarakat berupa barang dan
jasa.
PengelolaanKeuanganDesa 97
Gambar 5.3
Prosedur penerimaan swadaya, partisipasi, dan gotong royong berupa
barang dan jasa dari masyarakat
9 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Berikut adalah gambar alur pelaksanaan penerimaan pendapatan desa yang berasal
dari Swadaya, Partisipasi dan Gotong Royong dari masyarakat berupa uang.
Gambar 5.4
Prosedur penerimaan swadaya, partisipasi, dan gotong royong berupa uang
PengelolaanKeuanganDesa 99
2. Pendapatan Transfer Desa
Selain PADesa, desa juga menerima Pendapatan Transfer Desa yang berasal dari
pemerintah supra desa yang menyalurkan dana atau bantuan keuangan kepada desa
berdasarkan ketentuan yang berlaku. Dana transfer yang akan diberikan kepada
desa telah tertuang dalam APBD provinsi/kabupaten/kota yang bersangkutan dan
diinformasikan kepada desa dalam waktu 10 hari setelah KUA/PPAS disepakati kepala
daerah dan DPRD. Besaran alokasi yang diterima desa secara umum ditetapkan dalam
bentuk peraturan bupati/walikota mengenai penetapan besaran Dana Desa, Alokasi
Dana Desa, Bagi Hasil Pajak/Retribusi, dan Bantuan Keuangan dari APBD
Provinsi/Kabupaten/Kota. Atas alokasi anggaran tersebut selanjutnya dilakukan
penyaluran dana kepada desa secara bertahap sesuai ketentuan yang berlaku.
Berikut adalah gambar alur pelaksanaan penerimaan pendapatan desa yang berasal
dari transfer.
1 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Gambar 5.5
Prosedur Penerimaan Pendapatan Transfer dari Provinsi/Kabupaten/Kota
PengelolaanKeuanganDesa 10
Dana Desa
Mekanisme penyaluran Dana Desa diatur dalam PP Nomor 60 Tahun 2014 dan telah
diubah dua kali yaitu terakhir dengan PP Nomor 8 Tahun 2016. Dalam ketentuan
tersebut diatur bahwa Dana Desa disalurkan oleh Pemerintah kepada
kabupaten/kota dengan cara pemindahbukuan dari RKUN ke RKUD, selanjutnya oleh
kabupaten/kota disalurkan ke desa dengan cara pemindahbukuan dari RKUD ke RKD.
Penyaluran Dana Desa dilakukan secara bertahap pada tahun anggaran berjalan.
Sesuai PP 8/2016 dan PMK 49/2016, penyaluran dana desa dilakukan secara bertahap
pada tahun anggaran berjalan dengan ketentuan:
Penyaluran Dana Desa dari RKUN ke RKUD tahap I dilakukan setelah Menteri Keuangan
c.q. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan menerima dari bupati/walikota
berupa:
Penyaluran Dana Desa Tahap I dari RKUD ke RKD dilakukan setelah bupati/walikota
menerima dari kepala desa berupa:
1 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Dana Desa Tahap II
Penyaluran Dana Desa tahap II dari RKUN ke RKUD dilakukan setelah Menteri Keuangan
c.q. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan menerima laporan realisasi
penyaluran dan konsolidasi penggunaan Dana Desa tahap I dari bupati/walikota.
Laporan realisasi penyaluran dan konsolidasi penggunaan Dana Desa tahap I
menunjukkan paling kurang sebesar 50% (lima puluh persen).
Penyaluran Dana Desa tahap II dari RKUD ke RKD dilakukan setelah bupati/walikota
menerima Laporan Realisasi Penggunaan Dana Desa tahap I dari kepala desa.
Laporan Realisasi Penggunaan Dana Desa tahap I menunjukkan paling kurang Dana Desa
tahap I telah digunakan se besar 50% (lima puluh persen).
Penyaluran dana setiap tahap dilakukan paling lambat pada minggu kedua,
selanjutnya disalurkan paling lama 7 hari kerja setelah diterima kas daerah (RKUD) ke
RKD bagi desa yang telah memenuhi persyaratan.
Dalam hal bupati/walikota tidak menyalurkan Dana Desa sesuai dengan ketentuan,
Menteri Keuangan dapat melakukan sanksi administratif berupa penundaan
penyaluran bahkan pemotongan terhadap Dana Alokasi Umum dan/atau Dana Bagi
Hasil yang menjadi hak kabupaten/kota yang bersangkutan (PMK 49/2016).
Mekanisme penyaluran ADD dan Bagian Dari Hasil Pajak Daerah/Retribusi Daerah
dilakukan secara bertahap, dan ketentuannya diatur dalam peraturan bupati/walikota
masing‐masing. Sedangkan mekanisme bantuan keuangan dari APBD
provinsi/kabupaten/kota dilakukan sesuai dengan peraturan kepala daerah pemberi
bantuan keuangan kepada desa.
Pelaksanaan belanja desa adalah proses pengeluaran dari RKD untuk melaksanakan
berbagai program dan kegiatan yang telah ditetapkan sebagaimana tercantum dalam
APBDesa. Dalam pelaksanaan berbagai kegiatan tersebut, Bendahara Desa melakukan
pengeluaran belanja desa atas kegiatan dimaksud. Transaksi yang dilakukan misalnya
pengeluaran belanja pegawai berupa pembayaran penghasilan tetap (yang dianggarkan dalam
kelompok belanja Penyelenggaraan Pemerintahan Desa); pengeluaran belanja barang dan jasa
berupa pembelian alat tulis kantor
PengelolaanKeuanganDesa 10
(misalnya yang dianggarkan pada kelompok belanja Pemberdayaan Masyarakat Desa);
pengeluaran belanja barang dan jasa berupa pembayaran biaya perjalanan dinas (misalnya
yang dianggarkan pada kelompok belanja Pembinaan Kemasyarakatan Desa); dan lain‐
lain.
Proses pelaksanaan Belanja Desa dimulai dari Verifikasi RAB, pengajuan SPP serta pencairan SPP
berupa
pemberian uang/dana dari bendahara kepada pelaksana kegiatan.
Sebelum pelaksanaan kegiatan dilakukan, setelah APB Desa ditetapkan maka pelaksana
kegiatan menyusun RAB terlebih dahulu. RAB tersebut harus diverifikasi terlebih dahulu
oleh Sekretaris Desa untuk kemudian disahkan Kepala Desa. RAB kegiatan ini menjadi
dasar bagi Pelaksana Kegiatan untuk melakukan tindakan pengeluaran atas beban
anggaran belanja kegiatan. Berikut ini adalah alur persetujuan RAB.
Gambar 5.6
Alur Persetujuan
RAB
1 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Berdasarkan RAB Kegiatan yang telah disetujui oleh Kepala Desa, Pelaksana
Kegiatan melakukan proses kegiatan sesuai RAB tersebut misalnya berupa pengadaan
barang dan jasa (PBJ) yang dilakukan melalui swakelola dan atau melalui penyedia
barang dan jasa.
Setelah RAB disetujui, maka langkah berikutnya dalah pengajuan dana melalui SPP.
SPP merupakan dokumen yang berisi permintaan pembayaran atau pengesahan belanja.
SPP yang diajukan oleh Pelaksana Kegiatan diverifikasi terlebih dahulu oleh
Sekretaris Desa (ordonator) untuk kemudian mendapat persetujuan dari Kepala
Desa (otorisator). SPP sekaligus juga menjadi dasar perintah bagi Bendahara Desa
dalam pembayaran atau pengesahan belanja (comptable).
b. Menguji kebenaran perhitungan tagihan atas beban APB Desa yang tercantum
dalam permintaan pembayaran.
Dalam pengeluaran belanja desa terdapat dua cara pembayaran yang dapat dilakukan oleh
Bendahara Desa, yaitu Bendahara Desa melakukan pembayaran tanpa panjar (Definitif);
dan pembayaran melalui panjar kepada Pelaksana Kegiatan.
Uang Muka yaitu pemberian uang dalam rangka pembayaran sebagian atas PBJ
kepada pihak ketiga.
Uang Panjar adalah uang yang diberikan kepada Pelaksana Kegiatan dalam
rangka pelaksanaan kegiatan.
PengelolaanKeuanganDesa 10
Pelaksanaan kegiatan baik yang pembayarannya melalui panjar kegiatan ataupun tanpa
panjar (definitif) menggunakan formulir SPP yang sama dengan lampirannya yang berbeda. SPP
diverifikasi oleh Sekretaris Desa untuk selanjutnya disetujui oleh Kepala Desa.
Bukti Transaksi
1 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Gambar 5.7
Alur Pembayaran Tanpa Melalui Panjar (Definitif)
Mekanisme pembayaran melalui SPP Definitif lebih baik dan akuntabel dibandingkan
mekanisme panjar karena barang/jasa diterima terdahulu baru dilakukan pembayaran. Hal
ini berarti dengan disetujuinya SPP Definitif oleh kepala desa maka pertanggungjawaban
belanja tersebut telah lengkap dan cukup. Namun, mekanisme ini membutuhkan
kepercayaan yang tinggi dari pihak penyedia, serta tidak bisa diterapkan untuk lokasi
penyedia yang jauh dari desa.
PengelolaanKeuanganDesa 10
b. Pembayaran Melalui SPP Panjar Kegiatan
Berbeda dengan mekanisme SPP Definitif, SPP Panjar Kegiatan dilakukan oleh
pelaksana kegiatan untuk meminta uang dalam rangka akan melaksanakan
kegiatan. Hal ini berarti belum ada barang/jasa yang diterima. Jika
dibandingkan dengan mekanisme di pemerintah daerah, mekanisme ini seperti
mekanisme pembayaran Tambahan Uang Persediaan (TU).
1 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Gambar 5.8
Alur Pelaksanaan Pembayaran Melalui Panjar
Mekanisme SPP Panjar Kegiatan memang memiliki risiko yang lebih besar
dibandingkan mekanisme SPP definitif karena bendahara desa melakukan
penyerahan uang kepada pelaksana kegiatan namun barang/jasa belum diterima.
Setelah SPP Panjar kegiatan terbit, masih ada langkah berikutnya berupa
pertanggungjawaban dari SPP Panjar untuk mengetahui pengeluaran definitif.
Mekanisme SPP Panjar Kegiatan dilakukan khususnya penyedia barang/jasa baru
atau belum memberikan kepercayaan kepada desa atau pun juga lokasi penyedia
barang /jasa yang jauh dari desa.
Batasan maksimal jumlah uang yang dapat dibayarkan secara kas kepada
pihak ketiga. Nilai pembayaran sebesar di atas Rp 10 juta harus dilakukan
melalui transfer langsung ke nomor rekening bank pihak ketiga oleh
Bendahara Desa. Hal ini berarti pembayaran yang nilainya dibawah Rp 10 juta
dapat menggunakan kas tunai.
Batasan maksimal jumlah uang panjar yang dapat diberikan kepada pelaksana
kegiatan adalah Rp 5 juta. Hal ini dimaksudkan agar Pelaksana Kegiatan
tidak memegang uang kas dalam jumlah besar sehingga bisa menekan risiko
kehilangan dan risiko lainnya.
Panjar tidak boleh diberikan untuk kegiatan yang sama sebelum ada
pertanggungjawaban atas panjar sebelumnya.
Penerimaan dan penyetoran sisa panjar harus dicatat dalam Buku Kas
Pembantu Kegiatan oleh Pelaksana Kegiatan. Pembayaran kepada pihak
ketiga dilakukan setelah barang dan jasa diterima. Selanjutnya Pelaksana
Kegiatan mengajukan SPP untuk dilakukan pengesahan belanjanya oleh
Kepala Desa.
1 2 016 | Pu s d i k l a t w as
C. PENYELENGGARAAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN
Atas transaksi keuangan yang wajib dikenakan pajak, Bendahara Desa memiliki kewajiban
untuk melakukan pemotongan/pemungutan. Seluruh potongan/ pungutan pajak tersebut
wajib disetor ke Rekening Kas Negara sesuai ketentuan perpajakan. Kewajiban tersebut harus
dilaksanakan Bendahara Desa dimana jika tidak dilaksanakan maka terdapat sanksi dan
akan menjadi permasalahan/ temuan bagi pemeriksa di kemudian hari.
Transaksi keuangan yang dikenakan pajak antara lain terkait pembayaran belanja barang,
belanja jasa, dan honor. Jenis‐jenis pajak yang dipungut oleh Bendahara Desa yaitu PPh 21,
PPh 22, PPh 23, PPh Pasal 4 ayat 2 dan PPN serta bea materai.
PPh 21 dikenakan atas pembayaran gaji, upah, dan honorarium yang diterima orang pribadi.
PPh 22 dipungut dari pengusaha/took atas pembayaran pembelian barang dengan nilai
transaksi di atas Rp2.000.000,00, dengan tarif pajak sebesar 1,5% di luar PPN (jika ber‐
NPWP). PPh 23 dipotong atas penghasilan yang diterima rekanan atas sewa (tidak
termasuk tanah dan bangunan) serta imbalan jasa manajemen, jasa teknik, jasa
konsultan dan jasa lain dengan tarif 2% tanpa ada batasan nilai transaksi, misalnya sewa
kendaraan atau sewa alat berat. PPh Pasal 4 ayat 2 merupakan PPh final yang dikenakan
untuk sewa tanah dan bangunan (tarif 10%), pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
(tarif 5%) dan jasa konsturksi (tarif 2%).
PPN dipungut atas pembelian barang/jasa kena pajak (BKP dan JKP) yang jumlahnya di
atas Rp1.000.000,00 tidak merupakan pembayaran yang terpecah‐pecah, dengan tarif 10%,
dengan catatan pembeliannya dilakukan kepada Pengusaha Kena Pajak (PKP). Jika bukan PKP
maka tidak dilakukan pemungutan PPN.
Terhadap pembelian barang misalnya pembelian ATK, pembelian komputer, printer dan
meublair dikenakan pemungutan pajak PPh Pasal 22 dan PPN sesuai ketentuan. PPN dikenakan
jika barang tersebut masuk katagori Barang Kena Pajak (BKP). Untuk lebih jelasnya, berikut
disajikan gambar skema pemungutan pajak di desa atas transaksi pembelian barang.
PengelolaanKeuanganDesa 11
Gambar 5.9
Pemungutan Pajak atas Belanja Barang
Belanja Barang
Seorang Bendahara Desa pada tanggal 5 Januari 2016 membeli komputer kepada rekanan
PKP seharga Rp22.000.000,00 (harga yg tertulis di kuitansi) dari sebuah toko
komputer (NPWP 01.234.567.8‐910.000).
Harga barang yang tertulis di kuitansi adalah harga termasuk PPN, sedangkan PPh Pasal
22 dihitung dari harga sebelum dikenakan PPN. Dikenakan PPh Pasal 22 karena nilainya
di atas Rp 2 juta. Dikenakan PPN karena dibeli dari PKP dengan nilai di atas Rp 1 juta.
Tarif PPh Pasal 22 sebesar 1,5% karena memiliki NPWP.
Catatan:
Untuk mencari harga barang sebelum PPN maka harga barang di kuitansi harus dikurangi
PPN (tarif 10%), jadi harga barang sebelum PPN adalah sebesar 100/110 dari harga
kuitansi (Rp22.000.000,00 x 100/110 = Rp20.000.000,00).
1 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Apabila rekanan tidak memiliki NPWP maka tarif PPh Pasal 22 dikalikan 200%. Jadi besar
PPh Pasal 22 terutang adalah: Rp22.000.000,00 x 100/110 x 1,5% x 200% =
Rp600.000,00.
Pengenakan Pajak atas Belanja Jasa (PPh Pasal 23, Pasal 4 ayat 2 dan PPN)
Terhadap pengadaan jasa (non fisik) misalnya sewa, penggunaan jasa perbaikan
komputer, perbaikan AC, jasa biro iklan dikenakan pemotongan pajak PPh Pasal 23 dan PPN
sesuai ketentuan. Jika jasa tersebut terkait konstruksi maka dikenakan PPh Pasal 4 ayat 2 dan
PPN sesuai ketentuan. Tidak ada batasan nilai untuk PPh pasal 23 dan PPh pasal 4 ayat 2. PPN
dikenakan jika jasa tersebut masuk katagori Jasa Kena Pajak (JKP). Untuk lebih jelasnya,
berikut disajikan gambar skema pemotongan/pemungutan pajak di desa atas transaksi
berupa jasa.
Gambar 5.10
Pemungutan Pajak atas Belanja Jasa
Belanja Jasa
PPh Pasal 4 (2) Tarifnya tergantung klasifikasi usahaPPN PPh Psl 23 Dengan NPWP: Tarif 2% PPN
Jika diatas 1 Juta Tarif 10% Tanpa NPWP : 4% Jika diatas 1 Juta Tarif 10%
Seorang Bendahara Desa pada tanggal 10 Januari 2016 menggunakan jasa biro iklan
untuk memasang iklan di media massa dengan nilai pembayaran Rp1.100.000,00 (harga
yg tertulis di kuitansi). Biro iklan tersebut memiliki NPWP dan juga PKP.
PengelolaanKeuanganDesa 11
Penghitungan PPh Pasal 23
Harga barang yang tertulis di kuitansi adalah harga termasuk PPN, sedangkan PPh Pasal
23 dihitung dari harga sebelum dikenakan PPN. Tarif PPh Pasal 23 sebesar 2%
dikarenakan memiliki NPWP. Besar PPh Pasal 23 terutang adalah:
Catatan:
Untuk mencari harga barang sebelum PPN maka harga barang di kuitansi harus dikurangi
PPN (tarif 10%), jadi harga barang sebelum PPN adalah sebesar 100/110 dari harga
kuitansi (Rp1.100.000 x 100/110 = Rp1.000.000).
Apabila rekanan tidak memiliki NPWP maka tarif PPh Pasal 23 dikalikan 200%. Jadi besar
PPh Pasal 23 terutang adalah: Rp1.100.000 x 100/110 x 2% x 200% = Rp400.000.
Terhadap pemberian imbalan penghasilan kepada orang pribadi misalnya Siltap, tunjangan,
honor kepada kepala desa, ketua DPD atau perangkat desa dikenakan pemotongan pajak PPh
Pasal 21 tanpa ada PPN. Pengenaan PPh pasal 21 tergantung dari status/kondisi penerima
imbalan tersebut. JIka penerimanya adalah PNS maka dikenakan PPh Final. Jika bukan,
maka dilihat besaran penghasilannya. PPh Pasal 21 dikenakan atas penghasilan yang melebihi
dari Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Penghitungan PPh pasal 21 juga dibedakan
antara penghasilan tetap dan penghasilan tidak tetap. Untuk lebih jelasnya, berikut
disajikan gambar skema pemungutan pajak di desa atas transaksi pemberian imbalan
pengahasilan.
1 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Gambar 5.11
Pemungutan Pajak atas Honor/Imbalan Kerja
Desa Sukatani membentuk suatu tim yang anggotanya terdiri dari beberapa PNS.
Bendahara Desa membayar honorarium tim pada tanggal 15 Februari 2016 dengan
rincian sebagai berikut:
PengelolaanKeuanganDesa 11
Karena yang menerima adalah PNS maka dikenakan Pajak Final dimana untuk Gol. IV
tarifnya 15%, Gol. III tarifnya 5% dan Gol II tarifnya sebesar 0%. Pada saat
pembayaran honor langsung dilakukan pemotongan, dengan dibuatkan bukti potongnya.
Atas potongan tersebut selanjutnya disetorkan ke Kas Negara peling lama tanggal 10
bulan Maret 2016.
Mukidi (status belum menikah) pada bulan Mei 2016 bekerja 11 hari pada Desa
Sukatani yaitu pembangunan jembatan desa dengan menerima upah sebesar Rp
200.000,00 per hari.
Karena penghasilan yang diterima mukidi sehari masih dibawah Rp 450.000,00 per hari
(lihat PMK 102/PMK.010/2016) maka penghasilan Mukidi tidak dikenakan PPh Pasal
21. Sampai dengan hari ke‐11, akumulasi penghasilan Mukidi dalam sebulan sebesar
Rp2.200.000,00 berarti masih di bawah batasan Rp4.500.000,00 sebulannya maka Mukidi
tidak dikenakan PPh Pasal 21 atas akumulasi per bulannya.
Bendahara Desa kemudian mencatat pemotongan dan penyetoran pajak pada BKU dan
Buku Pajak. Jumlah nilai yang dicatat adalah sebesar jumlah pajak yang
dipotong/pungut yang dihitung dari nilai transaksi. Untuk penyetoran pajak ke Kas
Negara dicatat sebesar nilai Surat Setoran Pajak (SSP) yang dibuatnya. Sejak 1 Juli
2016, mekanisme penyetoran pajak dilakukan dengan E‐Billing.
Khusus untuk pajak daerah seperti pajak restoran (saat pembelian konsumsi makan‐
minum), kewajiban pemungutannya disesuaikan dengan kondisi daerah masing‐masing.
Bendahara Desa dapat melakukan pemungutan pajak daerah tersebut jika diberi amanat
yang diatur dalam Peraturan Bupati/Walikota. Peraturan ini juga sekaligus menjadi
acuan bagi Bendahara Desa terkait mekanisme tata cara pemungutan, bukti pemungutan,
pencatatan serta penyetorannya ke kas daerah. Jika tidak ada peraturan yang
mendasarinya maka Bendahara Desa tidak boleh melakukan pemungutan dan penyetoran
pajak daerah.
PBJ Desa sebagaimana diatur dalam pasal 105 PP Nomor 43 Tahun 2014, pelaksanaannya
diatur lebih lanjut dengan peraturan bupati/walikota mengenai tata cara pengadaan barang
dan jasa di desa, yang disusun dengan berpedoman pada ketentuan perundang‐undangan
1 2 016 | Pu s d i k l a t w as
yang berlaku. Ketentuan yang dimaksud adalah Peraturan Kepala LKPP Nomor 13 Tahun 2013
sebagaimana telah diubah dengan Perka LKPP Nomor 22 Tahun 2015 tentang Pedoman
Tata Cara Pengadaan
PengelolaanKeuanganDesa 11
Barang/Jasa di Desa. Dalam Perka tersebut dinyatakan bahwa pengadaan barang/jasa
yang bersumber dari APBDesa adalah di luar ruang lingkup pengaturan dalam Perpres Nomor
54 Tahun 2010 beserta perubahannya.
PBJ Desa tidak mengacu kepada Perpres Nomor 54 Tahun 2010 beserta perubahannya
disebabkan beberapa kondisi riil di lapangan, antara lain yaitu jumlah desa yang sangat
banyak, pola maksimal susunan organisasi dan tata kerja (SOTK) pemerintah desa, tingkat
pendidikan kepala desa dan perangkat desa yang belum memadai serta geografis desa yang
jaraknya ke ibukota kabupaten relatif jauh.
Selain itu, jika PBJ Desa harus mengacu kepada Perpres Nomor 54 Tahun 2010, maka
banyak persyaratan yang tidak mampu dipenuhi desa, antara lain yaitu memiliki organisasi
pengadaan (PA/KPA, ULP, PPK, dan PPHP), sertifikasi untuk PPK dan pejabat pengadaan/ULP,
persyaratan ijin usaha dan NPWP bagi penyedia barang dan jasa.
Dalam Perka LKPP 13/2013 jo 22/2015 disebutkan bahwa setiap desa wajib membentuk
Tim Pengelola Kegiatan (TPK) yang ditetapkan dengan surat keputusan Kepala Desa. Unsur
TPK terdiri dari pemerintah desa dan unsur Lembaga Kemasyarakatan Desa. Namun
demikian, susunan maupun unsurnya harap disesuaikan dengan kapasitas (jumlah) dan
kapabilitas SDM serta anggaran (APBDes) yang dimiliki.
PBJ Desa pada prinsipnya dilakukan dengan cara SWAKELOLA yaitu memaksimalkan
penggunaan material/bahan dari wilayah setempat, dilaksanakan secara gotong royong
dengan melibatkan partisipasi masyarakat setempat, untuk memperluas kesempatan
kerja, dan pemberdayaan masyarakat setempat. Apabila tidak dapat dilakukan dengan cara
swakelola baik sebagian maupun seluruhnya, maka dapat dilaksanakan oleh penyedia
barang/jasa yang dianggap mampu untuk melaksanakan pekerjaan.
- Penyediaan tukang batu dan tukang kayu untuk swakelola pembangunan Posyandu.
1 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Contoh kebutuhan barang/jasa secara langsung di Desa antara lain:
- Langganan internet.
2. Pengadaan Barang/Jasa dengan nilai di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
sampai dengan Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah), TPK membeli barang/jasa
kepada 1 (satu) Penyedia Barang/Jasa dengan cara meminta penawaran secara
tertulis dari Penyedia Barang/Jasa dengan dilampiri daftar barang/jasa (rincian
barang/jasa atau ruang lingkup pekerjaan, volume, dan satuan). Berdasarkan
penawaran dari penyedia barang/jasa, selanjutnya TPK melakukan negosiasi (tawar‐
menawar) untuk memperoleh harga yang lebih murah.
3. Pengadaan Barang/Jasa dengan nilai di atas Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah),
TPK mengundang dan meminta 2 (dua) penawaran secara tertulis dari 2 (dua)
Penyedia Barang/Jasa yang berbeda dilampiri dengan daftar barang/jasa (rincian
barang/jasa atau ruang lingkup pekerjaan, volume, dan satuan) dan spesifikasi teknis
barang/jasa. Selanjutnya TPK menilai pemenuhan spesifikasi teknis barang/jasa terhadap
kedua Penyedia Barang/Jasa yang memasukan penawaran. Apabila spesifikasi teknis
barang/jasa yang ditawarkan dipenuhi oleh kedua Penyedia Barang/Jasa, maka
dilanjutkan dengan proses negosiasi (tawar‐menawar) secara bersamaan. Namun
jika dipenuhi oleh salah satu Penyedia Barang/Jasa, maka TPK tetap melanjutkan
dengan proses negosiasi (tawar‐menawar) kepada Penyedia Barang/Jasa yang memenuhi
spesifikasi teknis tersebut. Jika tidak dipenuhi oleh kedua Penyedia Barang/Jasa, maka
PengelolaanKeuanganDesa 11
TPK membatalkan proses pengadaan. Negosiasi (tawar‐
1 2 016 | Pu s d i k l a t w as
menawar) dilakukan untuk memperoleh harga yang lebih murah. Selanjutnya Hasil
negosiasi dituangkan dalam surat perjanjian antara Ketua TPK dan Penyedia
barang/Jasa.
Batasan nilai Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana dimaksud di atas dapat ditetapkan berbeda
oleh Bupati/Walikota sesuai dengan kondisi wilayah masing‐masing dan dalam batas
kewajaran.
SiLPA desa tahun sebelumnya sebagai penerimaan pembiayaan, penggunaanya diatur dan
disepakati dalam musyawarah desa. Begitu pun halnya dengan pengeluaran pembiayaan
seperti penyertaan modal pemerintah desa atau pembentukan Dana Cadangan harus
disepakati terlebih dahulu dalam musyawarah desa dan ditetapkan dalam Peraturan Desa.
1. Jelaskan persyaratan‐persyaratan dalam proses pencairan Dana Desa Tahap II dari RKUD
ke RKD?
PengelolaanKeuanganDesa 12
dan tidak ber‐NPWP
5. Apa saja yang dilakukan sekretaris desa saat memverifikasi SPP dari pelaksana
kegiatan?
1 2 016 | Pu s d i k l a t w as
6. Jelaskan alasan kenapa bendahara desa harus melakukan penyetoran ke bank untuk
pendapatan desa yang diterima tunai?
10. Jelaskan perbedaan antara SPP Definitid dan SPP Panjar Kegiatan?
PengelolaanKeuanganDesa 12
BAB
VI PENATAUSAHAAN KEUANGAN
DESA
Indikator Keberhasilan:
Penatausahaan keuangan
Setelah desa yang
mempelajari bab merupakan bagiandiharapkan
ini, peserta diklat dari proses pengelolaan
mampu memahamikeuangan desa
proses pencatatan dokumen dan formulir dalam pelaksanaan keuangan desa
adalah proses administrasi pencatatan kegiatan keuangan desa dengan menggunakan
yang meliputi pendapatan desa, belanja desa, dan pembiayaan desa.
formulir/dokumen/buku yang dilakukan oleh Bendahara Desa, pelaksana kegiatan yang melibatkan
fihak terkait lainnya. Bendahara Desa wajib melakukan pencatatan terhadap seluruh transaksi
yang ada yaitu berupa penerimaan pendapatan desa dan pengeluaran belanja desa serta
pembiayaan desa. Pelaksana kegiatan melakukan penatausahaan terkait kegiatan yang
dilakukannya. Bendahara Desa melakukan pencatatan secara sistematis dan kronologis atas
transaksi‐transaksi keuangan yang terjadi. Penatausahaan keuangan desa yang dilakukan
oleh Bendahara Desa dilakukan dengan cara sederhana, yaitu berupa PEMBUKUAN dan
belum menggunakan jurnal akuntansi.
Penatausahaan pendapatan desa adalah proses pencatatan yang dilakukan oleh Bendahara
Desa terhadap seluruh transaksi penerimaan pendapatan desa yang meliputi Pendapatan Asli
Desa, Transfer, dan Pendapatan Lain‐Lain. Pihak yang terkait dalam proses penerimaan
pendapatan desa adalah pemberi dana (pemerintah pusat/provinsi/kabupaten/kota, masyarakat,
dan pihak ketiga), penerima dana (bendahara desa/pelaksana kegiatan/kepala dusun), dan
bank.
Buku yang terkait dengan penatausahaan pendapatan desa terdiri dari Buku Kas Umum, Buku
Bank dan Buku Rincian Pendapatan. Selain Bendahara Desa, Pelaksana Kegiatan juga
melakukan penatausahaan terkait penerimaan khususnya terkait swadaya, partisipasi dan
gotong royong melalui Buku Kas Pembantu Kegiatan.
Setiap pencatatan penerimaan harus disertai dengan bukti yang lengkap dan sah.
Dokumen sumber yang dijadikan dasar pencatatan penerimaan pendapatan oleh Bendahara
Desa antara lain yaitu:
1 2 016 | Pu s d i k l a t w as
bukti transfer deviden,
kuitansi penerimaan,
Atas penerimaan tunai yang diterimanya, Bendahara Desa harus membuat bukti kuitansi tanda
terima dan dicatat pada Buku Kas Umum Desa. Sedangkan untuk penerimaan transfer yang
masuk ke dalam RKD, Bendahara Desa akan mendapat informasi dari bank berupa nota
kredit. Berdasarkan nota kredit, Bendahara Desa melakukan pencatatan ke dalam Buku
Bank Desa. Penerimaan berupa kas maupun nonkas/transfer harus disertai dengan bukti‐
bukti yang lengkap dan sah, serta dicatat secara benar dan tertib.
Selain pencatatan pada Buku Kas Umum dan Buku Bank, juga dilakukan pencatatan pada
Buku Pembantu Rincian Pendapatan. Tujuannya adalah agar diperoleh informasi mengenai
pendapatan berdasarkan klasifikasinya yang nanti akan memudahkan penyusunan Laporan
Realisasi APBDesa.
PengelolaanKeuanganDesa 12
B. PENATAUSAHAAN BELANJA DESA
Penatausahaan belanja desa adalah proses administrasi pencatatan terhadap seluruh transaksi
pengeluaran belanja desa yang dilakukan oleh Bendahara Desa ataupun Pelaksana
Kegiatan. Belanja desa meliputi semua pengeluaran dari RKD yang merupakan kewajiban
desa dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh
desa. Belanja desa digunakan untuk melaksanakan program dan kegiatan sebagaimana
yang telah direncanakan dalam APBDesa.
Dokumen atau formulir yang terkait dengan Penatausahaan Belanja Desa terdiri dari
Rencana Anggaran Biaya (RAB), Surat Permintaan Pembayaran (SPP), Surat Pernyataan
Tanggung Jawab Belanja (SPTB), dan bukti kuitansi. Buku yang digunakan dalam
penatausahaan belanja berupa Buku Kas Umum (Tunai), Buku Bank dan Buku Kas Pembantu
Pajak yang dikelolan Bendahara Desa serta Buku Kas Pembantu Kegiatan yang dikelola
Pelaksana Kegiatan. Selain itu terdapat tambahan dokumen sebagai alat pengendalian berupa
register SPP, register Kuitansi dan regiter pengedali panjar.
Langkah awal yang harus dilakukan oleh Pelaksana Kegiatan setelah APBDesa ditetapkan
adalah mengajukan pendanaan untuk melaksanakan kegiatan. Pengajuan tersebut harus
disertai dengan dokumen antara lain yaitu RAB. Format RAB sebagai berikut:
1 2 016 | Pu s d i k l a t w as
PEMERINTAH DESA...........
RENCANA ANGGARAN BIAYA
TAHUN ANGGARAN 20xx
Bidang :
Kegiatan :
Waktu Pelaksanaan :
Sumber Dana :
Output/Keluaran :
Anggaran
Kode Uraian
Volume Harga Satuan Jumlah
1 2 3 4 5
JUMLAH
PengelolaanKeuanganDesa 12
PEMERINTAH DESA...........
SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN
TAHUN ANGGARAN 20xx
Bidang : Nomor :
Kegiatan :
Waktu Pelaksanaan :
Rincian Pendanaan
JUMLAH
Dalam pengajuannya, SPP dilampiri Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja (SPTB)
dan SPJ berupa bukti‐bukti transaksi (kuitansi).
1 2 016 | Pu s d i k l a t w as
PEMERINTAH DESA...........
SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB BELANJA
TAHUN ANGGARAN 20xx
:
Bidang
:
Kegiatan
JUMLAH
Bukti‐bukti pengeluaran atau belanja tersebut di atas sebagaimana terlampir, untuk kelengkapan
administrasi dan pemeriksaan telah sesuai peraturan perundang‐undangan yang berlaku. Demikian surat pernyataan
Desa.....,xx
Pelaksana Kegiatan
........................
b. Bukti Kuitansi
Selain SPTB, pengajuan SPP juga harus dilampiri dengan bukti transaksi. Bukti
transaksi adalah dokumen pendukung yang berisi data transaksi yang dibuat
setelah adanya transaksi yang digunakan sebagai dasar pencatatan. Bukti
transaksi minimal memuat data pihak yang mengeluarkan atau yang membuat.
Bukti transaksi yang baik adalah di dalamnya tertulis nama beserta jabatan dari
pihak yang membuat, nama beserta jabatan yang memverifikasi, nama dan
jabatan yang menyetujui, dan nama dari pihak yang menerima. Contoh bukti
transaksi antara lain yaitu berupa kuitansi, faktur, surat perjanjian, surat
penerimaan barang, nota kontan (nota), nota debet, nota kredit, dan memo
internal.
Selain itu bukti transaksi juga harus diberi nomor dan diarsipkan sehingga
dapat dengan mudah ditelusuri jika diperlukan. Bukti transaksi (termasuk
dokumen pencatatan/BKU/buku pembantu) adalah dokumen resmi milik
Pemerintah Desa, dan berfungsi sebagai sumber data dalam kegiatan audit, serta
bisa menjadi barang bukti dalam proses hukum (misalnya dalam kasus dugaan
penyelewengan keuangan dan atau tindak pidana lain terkait keuangan desa).
Oleh karena itu, tindakan secara sengaja menghilangkan, merusak, mengubah,
PengelolaanKeuanganDesa 12
baik seluruh atau sebagian dari bukti
1 2 016 | Pu s d i k l a t w as
transaksi adalah termasuk tindakan melawan hukum. Contoh format Bukti Kuitansi
disajikan sebagai berikut
KUITANSI PENGELUARAN
Nomor Kuitansi: .........................
Sudah terima dari : …….........……………………………………………………………………
Banyaknya uang : ==..........................................................==
Untuk Pembayaran : .........................................................................................
Nama Kegiatan : .........................................................................................
Kode Rekening Belanja : .........................................................................................
Potongan Pajak ...................., ................
Nilai : .............................. Yang Menerima,
Pot. Pajak PPN : ..............................
Pot. PajakPenghasilan : ..............................
Total yg dibayarkan : .............................. ....................
Rp.
.................... ....................
SPP Panjar Kegiatan adalah permintaan dana/uang muka kepada Pelaksana Kegiatan
untuk melaksanakan kegiatan tertentu. Berbeda dengan SPP Definitif yang melampirkan
bukti transaksi yang telah dilaksanakan, lampiran SPP Panjar Kegiatan berupa
rencana pembelian/pengeluran yang akan dilakukan.
PengelolaanKeuanganDesa 13
PEMERINTAH DESA...........
SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN PANJAR KEGIATAN
TAHUN ANGGARAN 20xx
NOMOR : .............................................
Bidang :
Kegiatan :
Keperluan :
Jumlah yang Dimint :
JUMLAH
Seluruh SPP (definitif) akan dikompilasi pada akhir periode sebagai dasar
penyusunan Laporan Realisasi APB Desa oleh Bendahara Desa. Oleh karena itu
Bendahara Desa harus membuat Register SPP. Walaupun Register SPP tidak diatur
dalam Permendagri Nomor 113 Tahun 2014, pencatatan ini sangat diperlukan untuk
memudahkan penyusunan laporan keuangan.
1 2 016 | Pu s d i k l a t w as
C. PENATAUSAHAAN PEMBIAYAAN DESA
Pembiayaan desa meliputi meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali
dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun pada tahun‐tahun anggaran berikutnya. Penatausahaan pembiayaan
desa adalah proses pencatatan yang dilakukan oleh Bendahara Desa terhadap seluruh
transaksi pembiayaan desa yang meliputi penerimaan dan pengeluaran pembiayaan.
Bendahara Desa harus melakukan penatausahaan atas pembiayaan desa berupa pencatatan ke
dalam dokumen pencatatan untuk semua penerimaan maupun pengeluaran pembiayaan.
Sebagaimana halnya penerimaan pendapatan, maka atas penerimaan pembiayaan yang
diterima secara tunai maupun transfer (misalnya atas transaksi penjualan hasil kekayaan
desa yang dipisahkan), Bendahara Desa harus membuat bukti kuitansi tanda terima dan
dicatat pada Buku Kas Umum Desa dan Buku Bank Desa (untuk penerimaan melalui
transfer).
Begitupun halnya dengan pengeluaran pembiayaan, harus dilakukan pencatatan pada Buku
Kas Umum Desa dan Buku Bank Desa (untuk pengeluaran melalui transfer). Pencatatan
penerimaan maupun pengeluaran pembiayaan baik berupa kas maupun nonkas/transfer harus
disertai dengan bukti‐bukti yang lengkap dan sah, serta dicatat secara benar dan tertib.
Selain pencatatan pada Buku Kas Umum dan Buku Bank, juga dilakukan pencatatan pada
Buku Rincian Pembiayaan walaupun frekuensi transaksi pembiayaan relatif sedikit. Tujuannya
adalah agar diperoleh informasi mengenai pembiayaan berdasarkan klasifikasinya yang
nanti akan memudahkan penyusunan laporan keuangan. Dokumen‐dokumen yang terkait
dengan penatusahaan pendapatan disajikan dalam pembahasan bab berikutnya
Tidak seperti akuntansi pada umumnya, pembukuan keuangan desa dilakukan secara
lebih sederhana. Hal ini bisa dilihat dari penggunaan Buku Kas Umum Desa, yang hanya
digunakan untuk mencatat transaksi yang dilakukan secara TUNAI (baik penerimaan
pendapatan maupun pengeluaran belanja), dan dilakukan secara kronologis. Jadi
penerimaam pendapatan dan pengeluaran belanja kegiatan yang dilakukan secara tunai
oleh Bendahara Desa akan dicatat dalam Buku Kas Umum Desa.
PengelolaanKeuanganDesa 13
Pencatatan semua transaksi baik penerimaan pendapatan maupun pengeluaran belanja
desa pada Buku Kas Umum Desa dan buku pembantu lainnya dilakukan berdasarkan
bukti transaksi yang lengkap dan sah, misalnya dokumen sumber yang dijadikan dasar
pencatatan pengeluaran belanja oleh Bendahara Desa antara lain yaitu kuitansi
pengeluaran, Faktur pembelian atau Nota Pembelian.
Khusus transaksi pemotongan dan penyetoran pajak oleh Bendahara Desa selain dicatat
pada Buku Kas Umum Desa juga dicatat dalam Buku Kas Pembantu Pajak. Hal ini
dilakukan untuk memudahkan memperoleh informasi mengenai kewajiban perpajakan
Bendahara Desa.
JUMLAH
Desa.....,................xx
Mengetahui,
Kepala Desa Bendahara Desa
........................ ........................
Dalam Buku Kas Umum Desa, terdapat kolom “Kode Rekening” yang diisi dengan
kode rekening, namun digunakan hanya untuk pencatatan transaksi keuangan yang
mempengaruhi akun pendapatan, belanja, dan pembiayaan sebagaimana tertuang dalam
APBDesa. Sedangkan transaksi yang tidak mempengaruhi akun tersebut tadi,
misalnya pengambilan uang tunai dari bank, pemberian panjar, dan transfer kepada
pihak ketiga, tidak perlu diisi dengan kode rekening.
Kolom “Nomor Bukti” agar diisi dengan nomor intern yang diberikan secara teratur
dan sistematis sehingga mudah untuk ditelusuri.
Kolom “Pengeluaran Kumulatif” diisi dengan jumlah sebesar akumulasi pengeluaran saja
(tidak termasuk penerimaan). Jadi jika pada baris berikutnya adalah transaksi
penerimaan
1 2 016 | Pu s d i k l a t w as
tunai, maka besaran jumlah kolom pada baris tersebut adalah sama dengan besaran
jumlah pada baris sebelumnya.
Pada setiap akhir bulan Buku Kas Umum Desa harus ditutup secara tertib, serta
ditandatangani oleh Bendahara Desa dan Kepala Desa.
2. Buku Bank
Berbeda dengan Buku Kas Umum Desa, Buku Bank Desa hanya digunakan untuk
pencatatan transaksi keuangan yang dilakukan melalui transfer bank baik
penerimaan maupun pengeluaran termasuk mutasi kas. Pencatatan dalam Buku Bank
Desa juga dilakukan secara kronologis. Format Buku Bank sebagai berikut:
Desa.....,................xx
........................ ........................
Kolom “Nomor Bukti” agar diisi dengan nomor intern yang diberikan secara teratur
dan sistematis sehingga mudah untuk ditelusuri.
Kolom “Bunga”, “Pajak”, dan “Biaya Administrasi”, diisi dengan jumlah yang
nilainya diperoleh dari rekening koran bank yang bersangkutan.
PengelolaanKeuanganDesa 13
Kolom “Saldo” menunjukkan jumlah akumulasi uang dari transaksi pemasukan
maupun pengeluaran melalui bank. Atas saldo ini harus dilakukan rekonsiliasi dengan
rekening koran bank yang bersangkutan.
Pada setiap akhir bulan Buku Bank Desa harus ditutup secara tertib, serta
ditandatangani oleh Bendahara Desa dan Kepala Desa.
Buku Kas Pembantu Pajak digunakan untuk mencatat pemotongan dan penyetoran pajak
yang dilakukan oleh Bendahara Desa. Transaksi pemotongan dan penyetoran pajak ini
dicatat pada Buku Kas Umum Desa dan Buku Pajak.
Pemotongan Penyetoran
No Tanggal Uraian Saldo
(Rp) (Rp)
1 2 3 4 5 6
JUMLAH
Desa.....,...............xx
Mengetahui,
Kepala Desa Bendahara Desa
........................ ........................
Buku Kas Pembantu Pajak merupakan alat pengendali terhadap kewajiban perpajakan
yang dilakukan bendahara desa. Dengan buku ini dapat diketahui pemotongan dan
penyetoran perpajakan yang telah dilakukan oleh Bendahara Desa.
1 2 016 | Pu s d i k l a t w as
4. Buku Pembantu Rincian Pendapatan
JUMLAH
Mengetahui, Desa.....,...............xx
Kepala Desa Bendahara Desa
........................ ........................
Dengan Buku Pembantu Rincian Pendapatan ini maka setiap jenis pendapatan
seperti pendapatan hasil usaha, Dana Desa ataupun Alokasi Dana Desa dapat
diketahui dengan mudah. Hal ini diperlukan dalam penyusunan Laporan Realisasi
APBDesa.
Register SPP adalah sarana untuk mengendalikan dan mengontrol SPP yang telah
diterbitkan baik SPP Definitif maupun SPP Panjar Kegiatan. Pada akhir periode,
register ini dapat dijadikan kontrol dalam penyusunan Laporan Realisasi APB Desa
oleh Bendahara Desa. Format Register SPP disajikan sebagai berikut.
PengelolaanKeuanganDesa 13
PEMERINTAH DESA...........
REGISTER SURAT PERINTAH PEMBAYARAN
TAHUN ANGGARAN 20xx
No Tanggal No SPP Uraian Pembayaran Jumlah (Rp)
1 2 3 4 5
JUMLAH
Desa.....,...............xx
........................ ........................
Sebagai alat pengendalian, Register SPP ini digunakan sebagai acuan dalam memberi
nomor SPP yang diajukan pelaksana kegiatan.
PEMERINTAH DESA...........
REGISTER KUITANSI PEMBAYARAN
TAHUN ANGGARAN 20xx
No Tanggal No Bukti Uraian Pembayaran Jumlah (Rp)
1 2 3 4 5
JUMLAH
Desa.....,...............xx
Sekretaris Bendahara Desa
Desa
........................
........................
1 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Dengan adanya Register Kuitansi Pembayaran ini maka penomoran atas kuitansi yang ada
dapat terstandarisasi sehingga memudahkan untuk penelusuran dan pencarian kuitansi
yang dimaksud.
Daftar Rekapitulasi Panjar Kegiatan merupakan suatu daftar yang dibuat oleh Bendahara
Desa untuk mengetahui rincian panjar yang telah dikeluarkan kepada Pelaksana
Kegiatan.
Periode :
Desa.....,................xx
Mengetahui,
Kepala Desa Bendahara Desa
........................ ........................
Dengan daftar ini maka akan diketahui panjar mana saja yang sudah
dipertanggungjawabkan oleh pelaksana kegiatan dan panjar yang masih terbuka
belum di‐SPJ‐kan.
PengelolaanKeuanganDesa 13
BUKU PEMBANTU RINCIAN PEMBIAYAAN
PEMERINTAH DESA...........
TAHUN ANGGARAN 20xx
Jenis Pembiayaan Jumlah
No Uraian Penerimaan Pengeluaran Pembiayaan
Pembiayaan Pembiayaan (Rp)
1 2 3 4 6
JUMLAH
Desa.....,................xx
Mengetahui,
Kepala Desa Bendahara Desa
........................ ........................
Dengan Buku Pembantu Rincian Pembiayaan ini maka setiap jenis pembiayaan dapat
diketahui dengan mudah. Hal ini diperlukan dalam penyusunan Laporan Realisasi
APBDesa.
Selain Bendahara Desa, Pelaksana Kegiatan juga melakukan pencatatan pengeluaran belanja.
Namun pengeluaran yang dicatat oleh Pelaksana Kegiatan adalah berupa
pengeluaran belanja kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya, baik berupa belanja
barang dan jasa maupun belanja modal; serta transaksi penerimaan panjar dari
Bendahara Desa.
1 2 016 | Pu s d i k l a t w as
BUKU KAS PEMBANTU KEGIATAN
PEMERINTAH DESA...........
TAHUN ANGGARAN 20xx
1. Bidang : ................................
2. Kegiatan : ................................
Penerimaan Pengeluaran Jumlah
Dari Swadaya Nomor Belanja Pengembalian Saldo Kas
No Tanggal Uraian Belanja
Bendahara Masyarakat Bukti Barang dan ke Bendahara (Rp)
Modal (Rp)
(Rp) (Rp) Jasa (Rp) (Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jumlah
Total Penerimaan Total Pengeluaran
Desa.....,................xx
Pelaksana Kegiatan
........................
Dokumen sumber yang dijadikan dasar pencatatan transaksi oleh Pelaksana Kegiatan
ke dalam Buku Kas Pembantu Kegiatan antara lain:
kuitansi pengeluaran,
Jika pada akhir pelaksanaan kegiatan masih terdapat saldo di Pelaksana Kegiatan,
maka dilakukan penyetoran sisa panjar kepada Bendahara Desa.
Kolom “Nomor Bukti” agar diisi dengan nomor intern yang diberikan secara teratur
dan sistematis sehingga mudah untuk ditelusuri.
Pada setiap akhir bulan Buku Kas Pembantu Kegiatan harus ditutup secara tertib dan
ditandatangani oleh Pelaksana Kegiatan.
PengelolaanKeuanganDesa 14
E. LAPORAN BENDAHARA DESA
Sebagaimana diuraikan dalam bagian sebelumnya bahwa Bendahara Desa harus melakukan
tutup buku setiap akhir bulan secara tertib, meliputi Buku Kas Umum Desa, Buku Bank
Desa, Buku Pembantu Pajak, Buku Rincian Pendapatan, dan Buku Rincian Pembiayaan.
Penutupan buku ini dilakukan bersama dengan Kepala Desa. Selain itu, Bendahara Desa
wajib menyusun Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Desa sebagai wujud tanggung
jawabnya mengelola keuangan desa, sebagaimana diamanatkan dalam Permendagri Nomor
113 Tahun 2014 pasal 35. Laporan ini harus diverifikasi terlebih dahulu oleh Sekretaris Desa
untuk membandingkan antara saldo pembukuan dengan saldo riil (berupa kas tunai dan
saldo Rekening Kas Desa), untuk kemudian disampaikan kepada Kepala Desa setiap bulan
paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Desa menggambarkan arus uang masuk yang diterima
dari penerimaan pendapatan desa; dan arus uang keluar untuk pengeluaran belanja desa.
Arus kas tersebut tergambar pada Buku Kas Umum Desa dan Buku Bank Desa. Berikut adalah
contoh format Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Desa.
1 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Saldo awal diperoleh dari saldo bulan sebelumnya; sedangkan jumlah penerimaan dan
jumlah pengeluaran diperoleh dari penjumlahan kolom penerimaan pada Buku Kas Umum
Desa dan Buku Bank Desa; dan jumlah pengeluaran diperoleh dari penjumlahan kolom
pengeluaran Buku Kas Umum Desa dan Buku Bank Desa.
PengelolaanKeuanganDesa 14
F. LAPORAN PELAKSANA KEGIATAN
Laporan Kegiatan oleh Pelaksana Kegiatan disusun setelah kegiatan telah selesai dilaksanakan
dan telah ada persetujuan/pengesahan belanja oleh kepala desa melalui dokumen SPP.
Laporan kegiatan mencakup kegiatan‐kegiatan yang telah selesai dilaksanakan beserta
uraian hasil/keluaran kegiatan dan biaya yang telah dikeluarkan. Laporan ini sekaligus juga
sebagai media pemberitahuan tambahan aset (jika ada). Jika keluaran berupa aset yang
merupakan bagian kekayaan milik desa maka harus dicatat dalam buku inventaris desa dan
dilaporkan dalam Laporan Kekayaan Milik Desa. Laporan kegiatan ini didukung oleh
lampiran berupa Berita Acara Serah Terima Barang dari penyedia/pihak ketiga kepada
pelaksana kegiatan/kepala desa.
2. Buku Kas Umum mencatat seluruh transaksi baik kas maupaun bank yang dilakukan
bendahara desa, setujukah dengan pernyataan di atas? Jelaskan!
3. Bagaimana pencatatan pendapatan yang berasal dari swadaya masyarakat berupa barang
dan/atau tenaga kerja sukarela?
11. Bagaimana pencatatan panjar dilakukan oleh Bendahara Desa? Dengan cara
bagaimana Bendahara mengontrol panjar yang telah diserahkan ke Pelaksana
Kegiatan?
1 2 016 | Pu s d i k l a t w as
~
PengelolaanKeuanganDesa 14
BAB
VII PELAPORAN DAN
PERTANGGUNGJAWABAN
KEUANGAN DESA
Untuk memenuhi prinsip transparansi dan akuntabilitas, maka kepala desa wajib untuk
menyusun dan menyampaikan laporan atas pelaksanaan tugas, kewenangan, hak, dan
kewajibannya dalam pengelolaan keuangan desa. Laporan tersebut bersifat periodik
semesteran/tahapan dan tahunan, yang disampaikan ke bupati/balikota. Laporan yang
harus disusun terdiri dari:
1 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Gambar 7.1
Alur Penyusunan Laporan Realisasi Pelaksanaan APB Desa
Format LRA APBDesa Semesteran Semester Pertama dan Semester Akhir Tahun sesuai
Permendagri 113 Tahun 2014 sebagai berikut:
PengelolaanKeuanganDesa 14
LAPORAN REALISASI PELAKSANAAN
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA
SEMESTERAN
PEMERINTAH DESA...........
TAHUN ANGGARAN 20xx
REALISASI
SISA
KODE REKENING URAIAN JUMLAH SEMESTER SEMESTER
Jumlah % ANGGARAN
ANGGARAN I II
1 PENDAPATAN
1 1 Pendapatan Asli Desa
1 1 1 Hasil Usaha Desa
1 1 1 04 Hasil Pelelangan Ikan Yang Dikelola Desa
1 1 2 Hasil Aset Desa
1 1 2 01 Pendapatan Sewa Tanah Kas Desa
1 1 3 Swadaya, Partisipasi dan Gotong Royong
1 1 3 01 Hasil Swadaya
1 1 4 Lain ‐ Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah
1 1 4 04 Bunga Simpanan Uang di Bank
1 1 4 09 Lain‐lain Pendapatan Desa Yang Sah Lainnya
1 2 Pendapatan Transfer
1 2 1 Dana Desa
1 2 1 01 Dana Desa
1 2 2 Bagi Hasil Pajak dan Retribusi
1 2 2 01 Bagi Hasil Pajak dan Retribusi Daerah
1 2 3 Alokasi Dana Desa
1 2 3 01 Alokasi Dana Desa
1 2 4 Bantuan Keuangan Provinsi
1 2 4 01 Bantuan Keuangan dari APBD Provinsi
1 2 5 Bantuan Keuangan Kabupaten/Kota
1 2 5 01 Bantuan Keuangan dari APBD Kabupaten
1 3 Lain‐Lain Pendapatan Desa yang Sah
1 3 1 Pendapatan Hibah dan Sumbangan Pihak Ketiga
1 3 1 07 Pendapatan Sumbangan dari Pihak Ketiga Lainnya
JUMLAH PENDAPATAN
2 BELANJA
2 1 Bidang Penyelenggaraan Pemerintah Desa
2 1 1 Pembayaran Penghasilan Tetap dan Tunjangan
2 1 1 1 Belanja Pegawai
2 1 1 1 01 Penghasilan Tetap Kepala Desa dan Perangkat Desa
2 1 1 1 04 Tunjangan Kepala Desa dan Perangkat Desa
2 1 1 1 06 Tunjangan BPD dan Anggotanya
2 1 2 Kegiatan Operasional Kantor Desa
2 1 2 2 Belanja Barang dan Jasa
2 1 2 2 01 Belanja Listrik, Air, Telepon, Fax/Internet
2 1 2 2 02 Belanja Alat Tulis Kantor
2 1 2 2 03 Belanja Alat‐alat Kebersihan dan Bahan Pembersih
2 1 2 2 04 Belanja Benda Pos dan Materai
2 1 2 2 06 Belanja Fotocopy, Cetak dan Penggandaan
2 1 2 2 07 Belanja Makanan dan Minuman Rapat
2 1 2 2 08 Belanja Pakaian Dinas dan Atributnya
2 1 2 2 10 Belanja Jasa Upah Tenaga Kerja
2 1 2 2 11 Belanja Sewa Peralatan
2 1 2 2 12 Belanja Perawatan Kendaraan Bermotor
2 1 2 2 16 Belanja Perjalanan Di nas
2 1 2 2 18 Belanja Pemeliharaan Al at Kantor dan Rumah Tangga
2 1 2 2 22 Belanja Jasa Transaksi Keuangan (Admin Bank dll)
2 1 2 3 Belanja Modal
2 1 2 3 14 Belanja Modal Pengadaan Peralatan Kantor
2 1 2 3 15 Belanja Modal Pengadaan Alat‐alat Rumah Tangga
2 1 2 3 16 Belanja Modal Pengadaan Komputer
2 1 3 Kegiatan Operasional BPD
2 1 3 2 Belanja Barang dan Jasa
2 1 3 2 02 Belanja Alat Tulis Kantor
2 1 3 2 04 Belanja Benda Pos dan Materai
2 1 3 2 06 Belanja Fotocopy, Cetak dan Penggandaan
2 1 3 2 07 Belanja Makanan dan Minuman Rapat
2 1 3 2 16 Belanja Perjalanan Di nas
2 1 4 Kegiatan Operasional RT/RW
2 1 4 2 Belanja Barang dan Jasa
2 1 4 2 02 Belanja Alat Tulis Kantor
2 1 4 2 04 Belanja Benda Pos dan Materai
2 1 4 2 06 Belanja Fotocopy, Cetak dan Penggandaan
2 1 4 2 07 Belanja Makanan dan Minuman Rapat
2 1 4 2 16 Belanja Perjalanan Di nas
2 2 Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa
2 2 1 Kegiatan Pembangunan Saluran Irigasi
2 2 1 2 Belanja Barang dan Jasa
2 2 1 2 02 Belanja Alat Tulis Kantor
2 2 1 2 14 Belanja Honorarium Tim Panitia
2 2 1 3 Belanja Modal
2 2 1 3 29 Belanja Modal Pengadaan Jaringan Air
1 2 016 | Pu s d i k l a t w as
REALISASI
SISA
KODE REKENING URAIAN JUMLAH SEMESTER SEMESTER
Jumlah % ANGGARAN
ANGGARAN I II
2 2 2 Kegiatan Pembangunan Jalan Desa
2 2 2 2 Belanja Barang dan Jasa
2 2 2 2 02 Belanja Alat Tulis Kantor
2 2 2 2 14 Belanja Honorarium Tim Panitia
2 2 2 3 Belanja Modal
2 2 2 3 27 Belanja Modal Pengadaan Jalan Desa
2 3 Bidang Pembinaan Kemasyarakatan
2 3 1 Kegiatan Pembinaan Keamanan dan Ketertiban
2 3 1 2 Belanja Barang dan Jasa
2 3 1 2 02 Belanja Alat Tulis Kantor
2 3 1 2 06 Belanja Fotocopy, Cetak dan Penggandaan
2 3 1 2 07 Belanja Makanan dan Minuman Rapat
2 3 1 2 08 Belanja Pakaian Dinas dan Atributnya
2 3 1 2 09 Belanja Bahan Praktek dan Pelatihan
2 3 1 2 11 Belanja Sewa Peralatan
2 3 1 2 15 Belanja Honorarium Instruktur/Pelatih/Narasumber
2 3 1 2 16 Belanja Perjalanan Dinas
2 3 7 Kegiatan Pendidikan Anak Usia Dini
2 3 7 2 Belanja Barang dan Jasa
2 3 7 2 02 Belanja Alat Tulis Kantor
2 3 7 2 06 Belanja Fotocopy, Cetak dan Penggandaan
2 3 7 2 07 Belanja Makanan dan Minuman Rapat
2 3 7 2 15 Belanja Honorarium Instruktur/Pelatih/Narasumber
2 3 7 3 Belanja Modal
2 3 7 3 16 Belanja Modal Pengadaan Komputer
2 3 7 3 33 Belanja Modal Pengadaan Buku dan Kepustakaan
2 4 Bidang Pemberdayaan Masyarakat
2 4 1 Kegiatan Pelatihan Kepala Desa dan Perangkat
2 4 1 2 Belanja Barang dan Jasa
2 4 1 2 02 Belanja Alat Tulis Kantor
2 4 1 2 06 Belanja Fotocopy, Cetak dan Penggandaan
2 4 1 2 07 Belanja Makanan dan Minuman Rapat
2 4 1 2 09 Belanja Bahan Praktek dan Pelatihan
2 4 1 2 11 Belanja Sewa Peralatan
2 4 1 2 15 Belanja Honorarium Instruktur/Pelatih/Narasumber
2 4 1 2 16 Belanja Perjalanan Dinas
2 4 5 Kegiatan Pelatihan Kelompok Tani dan Nelayan
2 4 5 2 Belanja Barang dan Jasa
2 4 5 2 02 Belanja Alat Tulis Kantor
2 4 5 2 06 Belanja Fotocopy, Cetak dan Penggandaan
2 4 5 2 07 Belanja Makanan dan Minuman Rapat
2 4 5 2 09 Belanja Bahan Praktek dan Pelatihan
2 4 5 2 11 Belanja Sewa Peralatan
2 4 5 2 15 Belanja Honorarium Instruktur/Pelatih/Narasumber
2 5 Bidang Tidak Terduga
2 5 1 Kegiatan Penanggulangan Bencana Alam
2 5 1 2 Belanja Barang dan Jasa
2 5 1 2 07 Belanja Makanan dan Minuman Rapat
2 5 1 2 11 Belanja Sewa Peralatan
2 5 1 2 14 Belanja Honorarium Tim Panitia
JUMLAH BELANJA
SURPLUS / (DEFISIT)
3 PEMBIAYAAN
3 1 Penerimaan Pembiayaan
3 1 1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya
3 1 1 01 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) Tahun Sebelumnya
3 2 Pengeluaran Pembiayaan
3 2 2 Penyertaan Modal Desa
3 2 2 01 Penyertaan Modal Desa
JUMLAH PEMBIAYAAN
SISA LEBIH / (KURANG) PERHITUNGAN ANGGARAN
Gambar 7.2
Contoh/Format Laporan Realisasi Pelaksanaan APBDesa Semesteran
PengelolaanKeuanganDesa 14
2. Laporan Realisasi Penggunaan Dana Desa
Selain laporan semesteran realisasi pelaksanaan APB Desa untuk seluruh sumber dana
yang dikelola desa, khusus Dana Desa dibuatkan laporan tersendiri. Laporan Realisasi
Penggunaan Dana Desa disampaikan oleh kepala desa kepada bupati/walikota sebagai
persyaratan untuk setiap tahapan (pasal 25 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
49/PMK.07/2016). Laporan Realisasi Penggunaan Dana Desa terdiri atas:
Laporan Realisasi Penggunaan Dana Desa tahun anggaran sebelumnya disampaikan paling
lambat minggu kedua bulan Februari tahun anggaran berjalan. Laporan Realisasi
Penggunaan Dana Desa tahun anggaran sebelumnya ini menjadi salah satu persyaratan
dalam pencairan Dana Desa Tahap I. Laporan Realisasi Penggunaan Dana Desa Tahap
1 tahun berjalan disampaikan paling lambat minggu kedua bulan Juli tahun anggaran
berjalan. Laporan ini menjadi syarat untuk pencairan Dana Desa Tahap II. Format
Laporan Realisasi Penggunaan Dana Desa sebagaimana tercantum dalam Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 49/PMK.07/2016 adalah sebagai berikut.
1 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Sesuai dengan PMK 49/2016, laporan realisasi penggunaan Dana Desa Tahap I bisa
disampaikan kepada bupati/walikota minimal telah digunakan 50% dari Dana Desa
yang diterima di Tahap I. Jadi, tidak mesti harus digunakan seluruhnya (100%) untuk
dilaporkan ke bupati/walikota yang menyebabkan pencairan tahap II Dana Desa menjadi
terlambat karena kesalahan persepsi ini.
Hal lain yang perlu diperhatikan terkait penggunaan Dana Desa adalah Sisa Dana Desa.
Atas Sisa Dana Desa yang tidak wajar (>30%), bupati/walikota akan memberikan
sanksi administrasi berupa pengurangan Dana Desa. Hal ini dikarenakan Sisa Dana Desa
yang tidak wajar tersebut mengindikasikan adanya penggunaan yang tidak sesuai dengan
prioritas, dan atau terdapat penyimpanan uang dalam bentuk deposito lebih dari 2
(dua) bulan.
PengelolaanKeuanganDesa 15
B. PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN PEMERINTAH DESA
1 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Gambar 7.3
Alur Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban
PengelolaanKeuanganDesa 15
1. Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APB Desa
2 BELANJA DESA
1 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Anggaran Realisasi Lebih/
Nomor Uraian Ket.
(Rp.) (Rp.) Kurang
1 2 3 4 5 6
2.1.1.1.3 Tunjangan BPD dan Anggotanya
Kegiatan ....
PengelolaanKeuanganDesa 15
Anggaran Realisasi Lebih/
Nomor Uraian Ket.
(Rp.) (Rp.) Kurang
1 2 3 4 5 6
2.3.1.1.1 Belanja Alat Tulis Kantor
2.3.1.1.2 Belanja Fotocopy, Cetak dan Penggandaan
2.3.1.1.3 Belanja Makanan dan Minuman Rapat
2.3.1.1.4 Belanja Honorarium Instruktur/Pelatih/Narasumber
2.3.1.1.5 Belanja Perjalanan Dinas
2.3.1.1.5 Belanja ... dst
SURPLUS / DEFISIT
3 PEMBIAYAAN
3.1 Penerimaan Pembiayaan
3.1.1 SILPA
3.1.2 Pencairan Dana Cadangan
3.1.3 Hasil Penjualan Kekayaan Desa yang Dipisahkan
JUMLAH (Rp)
1 2 016 | Pu s d i k l a t w as
2. Laporan Kekayaan Milik Desa
Laporan KMD merupakan hal yang baru bagi desa karena belum pernah diatur
sebelumnya dalam ketentuan mengenai desa sebelum terbitnya UU Desa. Oleh
karena itu sebagai langkah awal penyusunan Laporan KMD maka harus dilakukan
inventarisasi aset desa. Inventarisasi aset desa paling lambat 2 (dua) tahun sejak UU
Desa berlaku (UU Nomor 6 tahun 2014 pasal 116 ayat 4). Inventarisasi aset desa
merupakan hal penting yang harus dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota untuk
memberi kejelasan mengenai aset desa baik jumlah maupun nilainya.
PengelolaanKeuanganDesa 15
TAHUN N
TAHUN N-1
URAIAN (Tahun Periode
(Tahun Sebelumnya)
Pelaporan)
2. Aset Tetap
- Tanah
- Peralatan dan Mesin
- Gedung dan Bangunan
- Jalan, Jaringan dan Instalasi
- Aset Tetap Lainnya
3. Dana Cadangan
- Dana Cadangan
4. Aset Tidak Lancar Lainnya
Laporan Kekayaan Milik Desa memiliki banyak pos/rekening yang bersifat non
keuangan yang tidak ada pembukuannya di bendahara desa ataupun sekretaris desa,
sehingga untuk penyusunannya diperlukan langkah‐langkah teknis. Untuk keperluan
penyusunan Laporan KMD tahun berjalan, cara memperoleh saldo masing‐masing
akunnya adalah sebagai berikut:
a. Akun Kas di Bendahara Desa, saldonya diambil dari BKU di akhir tahun setelah
ditutup, sedangkan Akun Rekening Kas Desa diambil dari Buku Bank setelah
sebelumnya dilakukan rekonsiliasi dengan rekening koran.
b. Akun Piutang, pengisiannya dengan melakukan inventarisasi atas hak Desa yang
belum diterima sampai dengan tanggal pelaporan. Hak Desa diketahui misalnya
dari dokumen perjanjian sewa, dimana pihak ketiga sudah menikmati
jasa/pelayanan yang diberikan desa, namun belum membayar kewajibannya.
Contoh lainnya terkait pendapatan transfer misalnya terdapat pendapatan
berupa dana transfer yang telah ditetapkan dalam surat keputusan (Dana Desa,
ADD, dll) sehingga sudah menjadi hak, namun hingga akhir tahun belum
diterima.
c. Persediaan, Dilakukan dengan cara menghitung sisa persediaan yang masih ada
per tanggal laporan, dengan menggunakan nilai pembelian terakhir.Contohnya:
1 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Materai, ATK, Kertas Segel.
PengelolaanKeuanganDesa 15
d. Penyertaan Modal adalah Akumulasi jumlah uang yang diberikan kepada
BUMDesa dengan mengacu Peraturan Desa.
e. Aset Tetap berupa Tanah; Bangunan dan Gedung; Peralatan dan Mesin; Jalan,
Jaringan dan Irigasi; diambil dari hasil rekonsiliasi antara Buku Inventaris Pengurus
Barang dan Laporan Progres Kegiatan dari Pelaksana Kegiatan.
f. Dana Cadangan, dilakukan inventarisasi atas rekening bank yang menampung Dana
Cadangan yang dimiliki oleh pemerintah desa.
h. Kekayaan Bersih merupakan selisih antara Nilai Aset Desa dengan Kewajiban
Jangka Pendek.
1 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Gambar 7.5
Format Laporan Program Sektoral Dan Program Daerah Yang Masuk Ke Desa
Hal ini sebagai wujud transparansi yang merupakan asas dari pengelolaan keuangan desa.
Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa sesuai ketentuan dan
keterbukaan publik diinformasikan kepada masyarakat secara tertulis paling lambat 3 (tiga)
bulan setelah berakhir tahun anggaran dengan media informasi yang mudah diakses oleh
masyarakat, antara lain papan pengumuman, radio komunitas, dan media informasi
lainnya.
PengelolaanKeuanganDesa 16
Informasi penyelenggaraan pemerintahan Desa yang disampaikan oleh Kepala Desa dapat
digunakan oleh masyarakat untuk menyampaikan aspirasi, saran dan pendapat lisan atau
tertulis secara bertanggungjawab dalam rangka mendukung penyelenggaraan
pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan
pemberdayaan masyarakat.
Selain pemerintah desa, sebagai pelaksanaan fungsi pembinaan dan pengawasan, Pemerintah
Kabupaten/kota juga memiliki kewajiban untuk melaporkan kompilasi atas laporan‐laporan
desa yang ada di wilayahnya sesuai dengan regulasi. Laporan yang harus dibuat untuk
tingkat pemerintah kabupaten/kota terdiri dari:
Berdasarkan Laporan Penggunaan Dana Desa yang disampaikan oleh Kepala Desa yang
ada di wilayah kabupaten/kota, Bupati/Walikota menyusun dan menyampaikan Laporan
Realisasi Penyaluran dan Konsolidasi Penggunaan Dana Desa kepada Menteri Keuangan
c.q Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan, dengan tembusan kepada Gubernur,
Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Desa, Pembangunan Darah Tertinggal dan
Transmigrasi. Laporan Realisasi Penyaluran dan Konsolidasi Penggunaan Dana Desa
terdiri atas:
Laporan Realisasi Penggunaan Dana Desa tahun anggaran sebelumnya disampaikan paling
lambat minggu keempat bulan Februari tahun anggaran berjalan; sedangkan
Laporan Realisasi Penggunaan Dana Desa Tahap 1 disampaikan paling lambat minggu
keempat bulan Juli tahun anggaran berjalan.
Gambar 7.7
JUMLAH TOTAL
1
Gambar 7.8
Format Laporan Konsolidasi Penggunaan Dana Desa
15 2 016 | Pu s d i k l a t w as
2. Ikhtisar Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan AB Desa
Begitu juga halnya dengan LKPD Tahun 2017 sebagaimana diatur dalam Permendagri
nomor 31 Tahun 2016 tentang Penyusunan APBD Tahun 2017.
Dalam permendagri tersebut belum diatur format bakunya. Berikut disampaikan contoh
format Ikhtisar Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APB Desa.
PengelolaanKeuanganDesa 15
Format ........
Pemerintah Kabupaten/Kota ……
Ikhtisar Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APB Desa
Format Ikhtisar Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APB Desa ini belum
baku. Kolom 2 merupakan nama‐nama desa yang ada di wilayah kabupaten/kota.
8. Laporan Dana Desa tahap I disampaikan ke desa dengan syarat minimal penggunaan
sebesar 50%, jelaskan masksudnya dengan singkat!
15 2 016 | Pu s d i k l a t w as
BAB
VIII PENGAWASAN KEUANGAN
DESA
Indikator Keberhasilan
Setelah mempelajari bab ini, Peserta diklat diharapkan mampu menjelaskan proses dan
A. mekanisme
Desa saat
pengawasan
PIHAK‐PIHAK TERKAIT
ini diberikan
keuangan
mandatYANG desa beserta PENGAWASAN
MELAKUKAN
dalam mengelola
ruang lingkupnya sesuai dengan
keuangan desaTERHADAP
regulasi
PENGELOLAAN
yang nilainya cukup besar
yang berlaku.
KEUANGAN DESA
dimana sumber pendapatannya berasal dari dari Pendapatan Asli Daerah, Pendapatan
Transfer dan Lain‐ lain pendapatan, sehingga banyak pemangku kepentingan yang diberikan
amanat untuk melakukan pengawasan keuangan desa baik secara langsung maupun tidak
langsung, seperti dalam gambar di bawah ini:
Gambar 8.1
Stakeholders Pengawasan Desa
PengelolaanKeuanganDesa 15
Para pemangku kepentingan tersebut memiliki pola dan sasaran pengawasan yang berbeda‐
beda terhadap pengelolaan keuangan desa, seperti yang dapat diuraikan dalam tabel
berikut ini:
Tabel 8.1
Sasaran dan dasar Hukum Pengawasan Keuangan Desa
Dari tabel di atas terlihat bahwa APIP khususnya Inspektorat Kabupaten dalam konteks
pengawasan keuangan desa diberikan porsi atau peran yang paling besar dan strategis
dibandingkan pihak‐pihak lainnya untuk melakukan pengawasan terhadap pengelolaan dana
desa dalam arti lebih luas dari tahap perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan
sampai pertanggungjawaban keuangan desa.
Dalam Jakwas Inspektorat Jenderal Dalam Negeri tahun 2016 (Permendagri 71 tahun 2015)
salah satu prioritas pengawasan yang bisa dilakukan oleh inspektorat Kabupaten terhadap
penguatan akuntabilitas kinerja dan keuangan desa adalah melakukan pengawasan
15 2 016 | Pu s d i k l a t w as
terhadap tugas pembantuan dan alokasi dana desa. Jauh Sebelum UU No. 6 tahun 2014
tentang desa lahir,
PengelolaanKeuanganDesa 15
inspektorat Kabupaten sebenarnya juga telah diberi mandat untuk melakukan pengawasan
atas pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan desa; dan Pelaksanaan
urusan pemerintahan desa (PP 79 tahun 2005).
Sesuai standar Audit Intern Indonesia tahun 2013, maka Inspektorat Kabupaten dapat
melakukan pengawasan terhadap pengelolaan keuangan desa dengan pola audit yaitu
audit terhadap terhadap aspek keuangan tertentu yang secara definisi adalah audit atas
aspek tertentu pengelolaan keuangan yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah atas
dana yang dibiayai oleh APBN/APBD dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai
bahwa pengelolaan keuangan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah
ditetapkan sebagaimana ketentuan yang berlaku agar tujuan pengelolaan keuangan tepat
sasaran.
Ruang lingkup audit pengelolaan keuangan desa oleh Inspektorat Kabupaten meliputi proses
siklus keuangan desa dari perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan,
pelaporan dan pertanggungjawaban atas tujuh sumber pendapatan desa yaitu pendapatan asli
daerah, Dana Desa, Alokasi Dana Desa, Bagi Hasil Pajak/Retribusi, Bantuan Keuangan
Provinsi, Bantuan Keuangan Kabupaten dan Lain‐lain pendapatan desa yang sah.
Audit yang dilakukan oleh Inspektorat terhadap pengelolaan keuangan desa dapat
dilakukan melalui beberapa tahap dan langkah kerja audit dimana masing‐masing tahap
terdapat tujuan yang harus dicapai oleh auditor, yaitu sebagai berikut:
PengelolaanKeuanganDesa 15
No. Tahapan Audit Tujuan Audit
3. Menyimpulkan kelemahan‐kelemahan yang terjadi dalam
proses pengelolaan keuangan desa.
3. Pengujian Substantif atas 1. Memperoleh keyakinan yang memadai bahwa
Pengelolaan Keuangan pertanggungjawaban belanja telah dibuat sesuai dengan
Desa ketentuan yang berlaku.
2. Memperoleh keyakinan memadai bahwa kegiatan
yang direalisasikan telah dianggarkan dalam
APBDesa.
3. Memperoleh keyakinan memadai bahwa pengadaan
barang/jasa telah dilakukan sesuai ketentuan yang
berlaku.
4. Memperoleh keyakinan memadai bahwa kewajiban
perpajakan atas pengelolaan keuangan desa telah dipenuhi
sesuai dengan ketentuan.
5. Memperoleh keyakinan memadai bahwa semua sumber
pendapatan telah ditatausahakan dengan benar sesuai ketentuan.
6. Memperoleh keyakinan bahwa peruntukkan belanja dana
desa maupun dana lainnya telah sesuai dengan
ketentuan.
4. Menyusun Laporan Merumuskan kesimpulan dan permasalahan hasil audit
pengelolaan keuangan desa dalam laporan secara terstruktur
dan sistematis.
16 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Daftar Istilah
1. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya
disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak
tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
3. Pemerintahan Daerah adalah Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan dengan prinsip otonomi seluas‐luasnya dalam sistem dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang‐Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
4. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota dan perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.
6. Pemerintah Desa adalah kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu
perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
7. Badan Permusyawaratan Desa (BPD) atau yang disebut dengan nama lain adalah lembaga
yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari
penduduk desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis.
8. Kewenangan Desa adalah kewenangan yang dimiliki desa meliputi kewenangan di bidang
penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, Pembinaan
kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul dan adat istiadat Desa.
9. Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan uang
serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan
hak dan kewajiban Desa.
11. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa selanjutnya disingkat RPJM Desa
adalah Rencana Kegiatan Pembangunan Desa untuk jangka waktu 6 (enam) tahun.
PengelolaanKeuanganDesa 16
12. Rencana Kerja Pemerintah Desa selanjutnya disebut RKP Desa, adalah penjabaran
dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa untuk jangka waktu 1 (satu)
tahun.
13. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa selanjutnya disebut APB Desa, adalah
rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa.
14. Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kabupaten/Kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan
pemberdayaan masyarakat.
15. Alokasi Dana Desa selanjutnya disingkat ADD adalah dana perimbangan yang
diterima kabupaten/kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
kabupaten/kota setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus.
16. Transfer ke Daerah adalah bagian dari belanja negara dalam rangka mendanai
pelaksanaan desentralisasi fiskal berupa dana perimbangan, dana otonomi khusus,
dan dana transfer lainnya.
17. Kelompok Transfer adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja
Negara, Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Provinsi dan Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah Kabupaten/Kota.
18. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa adalah Kepala Desa atau sebutan
nama lain yang karena jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan
keseluruhan pengelolaan keuangan desa.
19. Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa yang selanjutnya disingkat PTPKD adalah
unsur perangkat desa yang membantu Kepala Desa untuk melaksanakan pengelolaan
keuangan desa.
20. Sekretaris Desa adalah Pejabat yang membantu kepala desa dan bertindak selaku
koordinator pelaksanaan pengelolaan keuangan desa.
21. Kepala Seksi adalah unsur dari pelaksana teknis kegiatan dengan bidangnya.
22. Bendahara Desa adalah unsur staf sekretariat desa yang membidangi urusan administrasi
keuangan untuk menatausahakan keuangan desa.
23. Rekening Kas Desa adalah rekening tempat menyimpan uang Pemerintahan Desa
yang menampung seluruh penerimaan desa dan digunakan untuk membayar seluruh
pengeluaran desa pada bank yang ditetapkan.
24. Penerimaan Desa adalah uang yang berasal dari seluruh pendapatan desa yang masuk ke
APB Desa melalui Rekening Kas Desa atau telah diterima oleh Bendahara Desa.
16 2 016 | Pu s d i k l a t w as
25. Pengeluaran Desa adalah uang yang dikeluarkan dari APB Desa melalui Rekening Kas
Desa atau Bendahara Desa.
27. Badan Usaha Milik Desa, yang selanjutnya disebut BUM Desa, adalah badan usaha
yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan
secara langsung yang berasal dari kekayaan desa yang dipisahkan guna mengelola aset,
jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar‐besarnya kesejahteraan masyarakat
desa.
28. Surplus Anggaran Desa adalah selisih lebih antara pendapatan desa dengan belanja desa.
29. Defisit Anggaran Desa adalah selisih kurang antara pedapatan desa dengan belanja desa.
30. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran yang selanjutnya disingkat SILPA adalah selisih
lebih realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran selama satu periode anggaran.
31. Aset Desa adalah barang milik desa yang berasal dari kekayaan asli desa, dibeli atau
diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa atau perolehan hak lainnya
yang sah.
32. Barang Milik Desa adalah kekayaan milik Desa berupa barang bergerak dan barang
tidak bergerak.
33. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah musyawarah antara
Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang
diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk menyepakati hal yang
bersifat strategis.
34. Lembaga Kemasyarakatan Desa atau disebut dengan nama lain adalah lembaga yang
dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah
desa dalam memberdayakan masyarakat,
35. Peraturan Desa adalah peraturan perundang‐undangan yang ditetapkan oleh Kepala Desa
setelah dibahas dan disepakati bersama Badan Permusyawaratan Desa.
36. Penghasilan Tetap adalah penghasilan yang diterima oleh kepala desa dan perangkat
desa setiap bulan.
37. Surat Permintaan Pembayaran yang selanjutnya disebut SPP adalah dokumen yang
diterbitkan oleh pelaksana kegiatan atas tindakan pengeluaran yang menyebabkan
beban anggaran sekaligus sebagai media verifikasi oleh Sekretaris Desa, media
persetujuan oleh Kepala Desa dan media perintah bayar kepada Bendahara Desa.
PengelolaanKeuanganDesa 16
38. Swadaya adalah membangun dengan kekuatan sendiri yang melibatkan peran serta
masyarakat berupa tenaga dan/atau barang yang dinilai dengan uang.
39. Panjar adalah uang yang diserahkan oleh Bendahara Desa atas persetujuan Kepala
Desa kepada Pelaksana Kegiatan untuk pelaksanaan awal kegiatan.
40. Uang Muka adalah pemberian uang dalam rangka pembayaran sebagian atas
pengadaan barang/jasa kepada pihak ketiga.
41. Pembiayaan Desa adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan /atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun pada tahun‐tahun anggaran berikutnya.
42. Kode Rekening adalah daftar kodefikasi dan klasifikasi terkait transaksi keuangan
yang disusun secara sistematis sebagai pedoman dalam pelaksanaan anggaran dan
pelaporan keuangan pemerintah desa.
43. Laporan Kekayaan Milik Desa adalah laporan yang menyajikan informasi posisi
keuangan desa mengenai aset, kewajiban jangka pendek dan kekayaan bersih pada
tanggal tertentu.
44. Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh desa sebagai
akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di
masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah desa maupun
masyarakat serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya
nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum.
45. Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya
mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah desa.
16 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Referensi Regulasi
4. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari
APBN sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8
Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014
tentang Dana Desa yang Bersumber dari APBN;
5. Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan;
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 111 Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis
Peraturan di Desa;
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Keuangan Desa;
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 Tahun 2014 tentang Pedoman
Pembangunan Desa;
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum
Penyusunan APBD Tahun 2016;
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 82 Tahun 2015 tentang Pengangkatan dan
Pemberhentian Kepala Desa;
PengelolaanKeuanganDesa 16
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 83 Tahun 2015 tentang Pengangkatan dan
Pemberhentian Perangkat Desa;
15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 2015 tentang Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Pemerintah Desa;
16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2016 tentang Pengelolaan Aset Desa;
17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 44 Tahun 2016 tentang Kewenangan Desa;
18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 46 Tahun 2016 tentang Laporan Kepala Desa;
19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 2016 tentang Administrasi
Pemerintah Desa;
20. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 1
Tahun 2015 tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul dan
Kewenangan Lokal Berskala Desa;
21. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 2
Tahun 2015 tentang Pedoman Tata Tertib dan Mekanisme Pengambilan Keputusan
Musyawarah Desa;
22. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 3
Tahun 2015 tentang Pendampingan Desa;
23. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 4
Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan dan Pembubaran Badan
Usaha Milik Desa;
24. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 5
Tahun 2015 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2015;
25. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor
21 Tahun 2015 jo Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan
Dana Desa Tahun 2016;
26. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 2
Tahun 2016 tentang Indeks Desa Membangun;
29. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 263/PMK.05/2014 tentang Sistem Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan Transfer ke Daerah dan Dana Desa.
16 2 016 | Pu s d i k l a t w as
30. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 49/PMK.07/2016 tentang Tata Cara Pengalokasian,
Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan dan Evaluasi Dana Desa.
31. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 257/PMK.07/2015 tentang Tata Cara Penundaan
dan/atau Pemotongan Dana Perimbangan Terhadap Daerah yang Tidak Memenuhi Alokasi
Dana Desa.
PengelolaanKeuanganDesa 16
16 2 016 | Pu s d i k l a t w as
Pengelolaan Keuangan
Website :
http://pusdikIatwas.bpkp.go.id e-Learning
: http://lms.bpkp.go.id