Anda di halaman 1dari 24

Non-Fiksi Kreatif

(The Art of Storytelling)

Farid Gaban
Sekolah Zamrud Khatulistiwa
Apa itu non-fiksi kreatif

— Nonfiksi kreatif disebut juga sebagai nonfiksi


sastrawi: menulis situasi, kisah, peristiwa atau
tokoh nyata dengan memanfaatkan elemen sastra,
terutama penokohan, deskripsi dan narasi.
— Nonfiksi kreatif pada dasarnya mendongeng dengan
data dan fakta. Ini berbeda dari cerita pendek atau
novel yang disusun dari imajinasi penulisnya.
— Nonfiksi kreatif seperti komposisi musik jazz:
memadukan kekayaan nuansa, gagasan, imajinasi,
improvisasi.
Apa pentingnya?

— Membuat tulisan lebih enak dibaca. Tulisan seperi


dongeng, dan setiap orang suka akan dongeng.

— Tulisan yang berisi data dan fakta menjadi lebih


mudah dicerna.

— Meski berisi konsep atau gagasan yang rumit, dia


bisa dibaca tanpa kening berkerut.

— Tulisan lebih mudah diingat, bahkan jika telah


lama ditulis.
Untuk tulisan apa saja?

— Esai/opini/kolom untuk media massa

— Tulisan ilmiah populer

— Laporan jurnalistik mendalam (feature, jurnalisme


sastrawi)

— Report/policy brief

— Personal essay/memoir/biografi
Kiat utama non-fiksi kreatif

— Melukis dengan kata. Menghilangkan/mengurangi


kata sifat. Mencintai detil (tapi detil yang relevan).

— Pastikan faktanya akurat melalui riset,


pengamatan, wawancara.

— Menggugah. Menulis dengan pilihan kata ekspresif


serta kata yang memicu indera (kata inderawi).

— Memanfaatkan teknik sastra: penokohan, deskripsi,


narasi, metafora, alegori, pelukisan, anekdot.
Creative non-fiction pada dasarnya:

Memanfaatkan elemen
sastra untuk menyajikan
peristiwa, data dan masalah
faktual.

Sering juga disebut “Narrative Non-Fiction”


6 Elemen Sastra
1. LATAR

— Latar (setting) adalah ruang dan


waktu berlangsungnya cerita. Bisa
sangat spesifik, tapi juga bisa lebih
luas dan deskriptif.
Latar menciptakan suasana (sedih,
ngeri, menyenangkan) dan menyediakan
panggung bagi cerita kita.
CONTOH

Latar Spesifik:
Detik-detik menegangkan di
tempat terjadinya kecelakaan
maut.

Latar Luas:
Dataran Tinggi Dieng di musim
dingin.
2. TOKOH

— Cerita biasanya memiliki beberapa


tokoh, yang masing-masing memiliki
peran dan keinginan. Tapi, berapapun
jumlah tokohnya, selalu ada tokoh
protagonis dan antagonis.
TOKOH UTAMA: mereka penting dalam
menggulirkan cerita dan menjadi pusat dari alur
cerita.

PROTAGONIS: tokoh utama dalam cerita. Dia


memiliki tujuan yang harus dicapai atau problem
yang harus dipecahkan. Protagonis tidak selalu
harus tokoh yang dikagumi, namun mereka harus
memikat keterlibatan emosional pembaca.

ANTAGONIS: Antagonis kebalikan dari protagonis,


menghalangi protagonis mencapai tujuannya.
Antagonis tak harus berwujud manusia. Dia bisa
tempat, benda atau situasi yang menjadi
penghalang hebat bagi protagonis.
Contoh Petani vs Perusahaan:

Petani Desa Ketapang terancam kelaparan.


Mereka lagi tidak bisa menanam padi dan
jagung di lahan hutan tak jauh dari desa
mereka. Lahan itu ditutup pagar kawat
berduri milik PT Sawit Lestari yang dijaga
satpam dan preman bersenjata.

Tapi, mereka tak mau menyerah begitu


saja.
Contoh Aktor vs Alam:

Nayoan diasingkan di Digoel, Papua. Digoel


adalah penjara tanpa pagar, tapi belum
pernah ada yang lolos hidup-hidup dari
situ.

Terletak di hulu Sungai Digoel berisi buaya


ganas, penjara itu dikepung hutan lebat
berisi harimau, ular, lintah dan nyamuk
malaria mematikan. Belum ada yang bisa
lolos dari situ. Kecuali Nayoan.
3. PLOT

— Plot adalah urut-urutan peristiwa yang


mengikat pembaca kepada tokoh
protagonis dalam mencapai tujuan
utama mereka.
Contoh Plot:

Sekelompok pendaki gunung disewa untuk


menemani seorang pengusaha kaya
merayakan ulang tahun di puncak Gunung
Himalaya.

(Cerita akan penuh dengan taktik dan strategi,


tantangan dan peluang, bagaimana mereka
mengantarkan sang pengusaha aman sampai di
puncak gunung bersalju itu dan turun kembali ke
basecamp dengan selamat.)
4. KONFLIK

— Konflik adalah elemen yang


menggerakkan cerita, memicu
peristiwa demi peristiwa.
— Konflik menciptakan ketegangan dan
membangun kejutan, yang membuat
cerita menjadi menarik. Tanpa
konflik, tak ada cerita yang layak
untuk disajikan.
Contoh Konflik:

"Puncak Himalaya tinggal beberapa puluh


meter lagi. Tapi, tiba-tiba datang badai salju
tak terduga. Rombongan kami terpencar-
pencar dan kekurangan oksigen, sehingga
13 orang meninggal dunia."

(Pembaca ingin tahu: Apa yang terjadi sebenarnya?


Bagaimana 13 orang meninggal? Begaimana pula
ada yang bisa selamat?)
Konflik memukau dan mengikat
pembaca.

Ini yang membuat mereka geregetan,


marah atau sedih serta terpaku di
kursi baca sambil menunggu
bagaimana tokoh protagonis
menghadapi halangan.
5. TEMA

— Tema merupakan gagasan atau makna


terpenting yang ingin kita ceritakan.
— TEMA UTAMA: gagasan yang kental
mewarnai dan berulang dalam
keseluruhan cerita.
— TEMA SAMPINGAN: gagasan yang
muncul lebih samar, dan tidak selalu
berulang.
6. ALUR DRAMA (ARC)

Sebuah plot cerita yang bagus memiliki EMPAT


elemen:
— PRA-KONDISI (SETUP): Situasi dan kondisi yang
melatarbelakangi kehidupan protagonis sebelum
kisahnya dimulai. Setup memicu konflik yang
belakangan terungkap.
— KETEGANGAN YANG MENINGKAT: Serangkaian
hambatan yang harus dihadapi protagonis. Tiap
hambatan kian keras dan kian sulit dibanding
hambatan sebelumnya, dengan ancaman yang
lebih maut ketimbang sebelumnya.
6. ALUR DRAMA (ARC)

— KLIMAKS: Adalah titik ketegangan tertinggi, dan


titik balik terpenting bagi protagonis.
— RESOLUSI: Akhir dari perjalanan cerita, ketika
protagonis akhirnya berhasil menghadapi konflik
(hambatan), belajar menerima untuk hidup
bersama dengan konflik itu, atau akhirnya kalah.
SINGKATNYA:
Memakai elemen sastra
untuk menyajikan peristiwa,
data dan masalah faktual.
Langkah demi Langkah

— Memilih tema tulisan dan merumuskan


thesis statement (ringkasan tentang apa
yang mau ditulis)
— Membuat outline (cetak biru tulisan)
— Mengembangkan outline: mengembangkan
alenia, kalimat demi kalimat.
— Draft – editing – tulisan jadi.
Memupuk Kreativitas

— Membaca, membaca, membaca. Tidak ada


penulis yang baik tanpa menjadi pembaca
yang baik.
— Nonton film, mendengarkan musik, melukis,
memotret.
— Melakukan perjalanan, bergaul dengan
banyak orang.
— Berpikiran terbuka, menghindari prasangka.

Anda mungkin juga menyukai