Anda di halaman 1dari 4

Ananda Nashril fikri Bachtiar

X MIPA 3

05

Pengertian Cerpen
Cerita pendek atau cerpen adalah salah satu dari bagian dalam prosa yang berbentuk cerita
fiksi dengan hanya satu konflik. Sementara itu, fiksi sendiri memiliki pengertian berupa tulisan
prosa tentang peristiwa dan karakter yang dibayangkan (tidak nyata). Berbeda dengan novel
ataupun novelet, cerpen lebih pendek dari segi isi.
Pada umumnya, sebuah cerita pendek dapat berkisar 1.600 hingga 10.000 kata. Karena
panjangnya yang lebih pendek, sebuah cerpen biasanya berfokus pada satu plot, satu karakter
utama (dengan beberapa karakter tambahan), dan satu tema sentral, sedangkan sebuah novel
dapat menyajikan berbagai plot dan tema, dengan berbagai karakter yang menonjol sehingga
lebih kompleks. Berbeda dengan novel yang satu buku terdiri atas satu judul beserta subjudul,
cerpen pada umumnya berbentuk kumpulan. Kumpulan cerpen yang terkenal, seperti
“Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas”.

Ciri-Ciri Cerpen
Cerpen memiliki ciri-ciri yang berbeda dari jenis prosa lainnya, antara lain:
 Terdiri atas 1.600—10.000 kata sehingga membutuhkan 10 – 30 menit saja untuk
membacanya.
 Cerpen biasanya berfokus pada satu subjek atau tema. Subjek atau tema berupa
sesuatu yang biasa seperti tugas sehari-hari sehingga mempunyai nilai moral yang tinggi.
 Cerpen biasanya berlangsung dalam satu latar sehingga berfokus pada satu alur
sehingga hanya bersifat satu konflik dan tidak ada konflik turunan.
 Cerpen biasanya fokus hanya pada satu atau beberapa karakter sehingga karakter
bersifat datar atau watak yang dimiliki tidak berubah secara berangsur-angsur.
 Diksi yang digunakan bersifat mudah dipahami.

Struktur Cerpen
Dilihat dari isi, cerpen memiliki beberapa bagian, antara lain:
 Abstrak: sebagai bagian dari cerpen yang bersifat pilihan, abstrak memberikan
gambaran awal cerita. Selain itu, abstrak juga berisi rangkuman atau intisari dari cerita,
dan dari abstrak juga pembaca bisa memperkirakan pesan yang ingin disampaikan oleh
penulis.
 Orientasi: Pada bagian ini, tokoh dan latar diperkenalkan. Latar, yang terdiri atas latar
waktu, suasana, dan tempat, diceritakan baik langsung maupun tak langsung, begitupun
dari watak tokoh.
 Komplikasi: Di bagian tengah, seorang penulis memiliki tugas yang sulit untuk membuat
pembaca tertarik, sebelum mencapai akhir cerita. Tokoh-tokoh akan mendghadapi
konflik, dan seringkali hal-hal menjadi lebih buruk bagi mereka dan mereka perlu
menemukan cara untuk membereskannya. Bagian inilah disebut dengan komplikasi.
 Evaluasi: Bagian ini menyajikan perjalanan konflik sampai ke titik tertinggi (klimaks) yang
setelahnya akan ditemukan pemecahan ataupun peleraian.
 Resolusi: Bagian ini disebut juga dengan peleraian, yaitu saat titik tertinggi mulai
menurun hingga bertemu pada bagian koda.
 Koda: Bagian ini adalah bagian akhir dari cerpen. Penulis akan menyampaikan pesan
moralnya baik secara eksplisit maupun implisit.

Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Cerpen


Cerpen dibangun dari unsur-unsur di dalamnya. Secara garis besar, terdapat dua unsur: unsur
intrinsic dan ekstrinsik.

Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik cerpen terdiri atas tema, tokoh, penokohan, watak, latar, alur/plot, sudut
pandang, dan amanat.
 Tema: Tema berbeda dengan judul. Tema bersifat lebih umum dari permasalahan yang
diangkat dan pada umumnya disampaikan dalam bentuk kata benda (nomina), seperti
kesetiakawanan, persahabatan, percintaan, perjuangan kelas, pertempuran, dsb. Tema
emansipasi wanita contohnya cerpen berjudul “Dua Dunia” karya N.H Dini; tema
kemiskinan contohnya cerpen berjudul “Hari Pertama di Bulan Ini” karya Surya
Gemilang; tema percinta contohnya cerpen berjudul “Cintaku Setahun Jagung” karya
Ramlis Harman; dsb.
 Tokoh: Tokoh adalah sosok rekaan yang diciptakan penulis, yang setelahnya akan
diberikan watak dan penempatan. Tokoh-tokoh ini tentunya ada yang diberikan nama
ataupun terjadi secara umum, seperti ayah, ibu, nenek, kakek, dsb. Pada beberapa
cerpen, pemberian nama tokoh menjadi hal yang penting, dan beberapa di antaranya
memakai konsep etimologi.
 Penokohan: Tokoh yang telah diberi watak dan kapan dia akan muncul disebut dengan
penkohan.
 Watak: Watak atau sifat diberikan pada tokoh sehingga dapat diklasifikasi menjadi tiga:
tokoh protagonis (baik), tokoh antagonis (jahat), dan tokoh tirtagonis (penengah).
Berdasarkan perubahan wataknya, tokoh terbagi menjadi dua: tokoh datar dan tokoh
bulat. Tokoh datar adalah tokoh yang tidak mengalami perubahan watak, dan tokoh
bulat adalah kebalikannya.
 Latar: Latar atau setting terbagi menjadi tiga: latar suasana, latar tempat, dan latar
waktu. Latar suasana diperlukan pada setiap momen cerita: apakah suasana haru,
menegangkan, sedih, dsb. Latar tempat dibutuhkan untuk mengenali budaya dari cerita
yang diangkat. Latar waktu digunakan sebagai penunjuk untuk membangun suasana
yang diciptakan.
 Alur dan plot: Alur atau plot terbagi menjadi dua: linier dan kilas balik. Alur liner terjadi
jika cerita bersambung ke depan. Cerpen yang isi ceritanya terdapat bagian
mengisahkan masa lalu disebut dengan alur kilas balik.
 Sudut pandang: Sudut pandang atau point of view terbagi menjadi dua: sudut pandang
orang pertama dan sudut pandang orang ketiga. Sudut pandang orang pertama terbagi
menjadi dua: sudut pandang orang pertama sebagai pelaku utama dan sudut pandang
orang pertama sebagai pelaku sampingan. Jika di dalam cerita, tokoh utama
menggunakan kata ganti Aku atau saya atau gue dan tidak disebutkan nama tokoh lain,
sudut pandang ini disebut sudut pandang orang pertama sebagai pelaku utama. Jika
terdapat nama tokoh lain, artinya cerita menggunakan sudut pandang orang pertama
sebagai pelaku sampingan. Sementara itu, sudut pandang orang ketiga artinya di dalam
cerita menggunakan kata ganti orang ketiga atau nama langung. Jika tokoh dapat
mengetahui hal-hal yang tak kasat mata, seperti perasaan tokoh, sudut pandang yang
dibukanan berupa sudut pandang orang ketiga serba tahu, jika sebaliknya, artinya sudut
pandang orang ketiga sebagai pelaku sampingan.
 Pesan atau amanat: Pada dasarnya, seorrang penulis menyiapkan amanatnya terlebih
dahulu kemudian dituangkan ke dalam cerita. Amanat disampaikan baik secara eksplisit
maupun implisit. Selain itu, amanat dari sebuah cerpen akan bermanfaat dalam
kehidupan sehari-hari.

Unsur Ekstrinsik Cerpen


Unsur ekstrinsik cerpen digunakan agar dapat mengetahui lebih dalam tentang isi cerita. Unsur-
unsur tersebut terdiri atas:
 Latar Belakang Masyarakat
Latar belakang masyarakat dapat diketahui dengan cara dilihat dari sisi kondisi ekonomi, sosial
budaya, politik, dan ideologi. Hal-hal ini diperlukan semata-mata demi memahami secara
kompleks maksud dan tujuan, serta motif mengapa cerita tersebut diciptakan.
 Kepengarangan
Sejarah hidup penulis mulai dari kondisi sosial, psikologis, bahkan aliran sastra yang dianut
memberikan gambaran lebih dalam ketika menganalisis cerpen.
Kaidah Kebahasaan Cerpen

Dilihat dari gaya bahasa dan diksi yang digunakan, cerpen memiliki ciri-ciri
kebahasaan, antara lain:
 Menggunakan pendeskripsian yang kuat. Dalam mendeskripsikan fisik tokoh penulis
menggunakan kata-kata sifat atau[un perbandingan. Hal ini juga yang dibutuhkan untuk
menggambarkan suasana, seperti suasana di sawah ataupun di sebuah gua. Kepiawaian
penulis sangat dibutuhkan agar semakin membuat pembaca menyelam ke dalam cerita.
 Menggunakan frasa adverbial (kata keterangan) untuk menunjukkan latar tempat atau
pun waktu, seperti pada pagi hari, di sebuah desa, pada dinihari, dsb.
 Menggunakan kalimat langsung dan ada juga yang tak langsung, ataupun berupa dialog.
 Menggunakan kata-kata kiasan atau konotatif, seperti dewi pagi yang berarti matahari,
surga dunia yang berarti merujuk pada tempat-tempat hiburan atau pariwisata.
 Menggunakan bahasa yang informal ataupun semiformal. Meskipun demikian, tanda
baca digunakan secara tepat berdasarkan aturan PUEBI.

Contoh Cerpen-Cerpen Terbaik


1. “Bersiap Kecewa Bersedih Tanpa Kata-Kata” karya Putu Wijaya.
2. “Tanah Air” karya Martin Aleida.
3. “ Inem” karya Pramoedya Ananta Toer.
4. “ Malam” karya Leila S. Chudori.
5. “Sepasang Sepatu Tua” karya Sapardi Joko Damono.
6. “Lelaki yang Membelah Bulan”
7. “Manusia Kamar” karya Senon Gumira Ajidarma.
8. “Malaikat Juga Tahu” karya Dee Lestari.
9. “Waktu Nayla” karya Djenar Mahesa Ayu.
10. “Terbang” karya Dee Lestari.

Anda mungkin juga menyukai