Anda di halaman 1dari 29

APRESIASI CERPEN

Oleh

Karolus Boromeus

SMAK Karunia

Jakarta
Pengertian Cerpen

 Cerita pendek atau cerpen adalah salah satu dari bagian dalam
prosa yang berbentuk cerita fiksi dengan hanya satu konflik.

 Pada umumnya, sebuah cerita pendek dapat berkisar 1.600 hingga


10.000 kata. Karena panjangnya yang lebih pendek, sebuah cerpen
biasanya berfokus pada satu plot, satu karakter utama (dengan
beberapa karakter tambahan), dan satu tema sentral.
Ciri-Ciri Cerpen

Cerpen memiliki ciri-ciri antara lain:


 Terdiri atas 1.600—10.000 kata sehingga membutuhkan 10 – 30 menit
saja untuk membacanya.
 Cerpen biasanya berfokus pada satu subjek atau tema. Subjek atau
tema berupa sesuatu yang biasa seperti tugas sehari-hari sehingga
mempunyai nilai moral yang tinggi.
 Cerpen biasanya berlangsung dalam satu latar sehingga berfokus pada
satu alur sehingga hanya bersifat satu konflik dan tidak ada konflik
turunan.
 Cerpen biasanya fokus hanya pada satu atau beberapa karakter
sehingga karakter bersifat datar atau watak yang dimiliki tidak berubah
secara berangsur-angsur.
 Diksi yang digunakan bersifat mudah dipahami.
Struktur Cerpen

Dilihat dari isi, cerpen memiliki beberapa bagian, antara lain:


Abstrak: sebagai bagian dari cerpen yang bersifat pilihan, abstrak memberikan gambaran
awal cerita. Selain itu, abstrak juga berisi rangkuman atau intisari dari cerita, dan dari
abstrak juga pembaca bisa memperkirakan pesan yang ingin disampaikan oleh penulis.
Orientasi: Pada bagian ini, tokoh dan latar diperkenalkan. Latar, yang terdiri atas latar
waktu, suasana, dan tempat, diceritakan baik langsung maupun tak langsung, begitupun
dari watak tokoh.
Komplikasi: Di bagian tengah, seorang penulis memiliki tugas yang sulit untuk membuat
pembaca tertarik, sebelum mencapai akhir cerita. Tokoh-tokoh akan menghadapi konflik,
dan seringkali hal-hal menjadi lebih buruk bagi mereka dan mereka perlu menemukan
cara untuk membereskannya. Bagian inilah disebut dengan komplikasi.
Evaluasi: Bagian ini menyajikan perjalanan konflik sampai ke titik tertinggi (klimaks) yang
setelahnya akan ditemukan pemecahan ataupun peleraian.
Resolusi: Bagian ini disebut juga dengan peleraian, yaitu saat titik tertinggi mulai menurun
hingga bertemu pada bagian koda.
Koda: Bagian ini adalah bagian akhir dari cerpen. Penulis akan menyampaikan pesan
moralnya baik secara eksplisit maupun implisit.
Contoh Cerpen beserta strukturnya

 Akan Terus Bertahan


Kesedihan
 masih mendera diriku. Setelah ditinggal pergi pendamping hidupku, kini anakku satu-
satunya juga telah tiada. Hujan air mata tentu saja menetes di sini; di mataku. Terkadang aku
merasa, Tuhan mengujiku terlalu berat. Ingin menghakimi-Nya, namun apa daya, aku tak bisa.
Sungguh aku tak sanggup memaki Pencipta diriku yang telah menyelamatkanku dari sebuah insiden
naas beberapa tahun yang lalu. Aku percaya ada hikmah dari semua ini. Aku sungguh percaya
bahwa Dia tidak akan menjahatiku. ucapku kepada batinku sendiri.
Tak terasa ini sudah 40 hari kepergian istriku, dan 7 hari kepergian anakku. Sedih dan duka itu tentu

masih ada, namun menipis, setipis kain tissue yang sering aku gunakan untuk menyeka air mata dan
ingusku karena berduka. Namun aku sadar, bahwa berduka terlalu lama tak akan ada gunanya.
Menjalani hidup sekuat mungkin adalah solusi atas kekosongan dan kesedihanku ini.
Ada pepatah yang bilang, bahwa kesibukan bisa membuat kita lalai dari kesedihan dan keresahan

hati kita. Dan ternyata itu benar. Kesibukan yang kujalani sebagai layouter cukup menguras hati dan
pikiran. Bayang-bayang sang pendamping hidup, serta bayang-bayang sang anak tidak terlalu sering
menghantuiku; membuat air mata menetes di mataku.
Tak pernah kupikirkan siapa yang akan menggantikan pendamping hidupku di dunia ini. Yang aku

pikirkan saat ini adalah bagaimana menjalani hidupku sebaik mungkin dan tidak larut dalam duka.
Dan aku akan terus bertahan, terus menjalani hidupku, hingga nanti aku menyusul anak dan
kekasihku di Sana.
 Struktur Cerpen “Aku Terus Bertahan”
 Abstraksi: Kesedihan masih mendera diriku. Setelah ditinggal pergi
pendamping hidupku, kini anakku satu-satunya juga telah tiada. Hujan air
mata tentu saja menetes di sini; di mataku.
 Orientasi: latar suasana: sedih, latar waktu: kini, serta 40 hari setelah si
pendamping hidup wafat dan 7 hari setelah sang anak wafat.
 Komplikasi: sang tokoh sedih karena ditinggal mati sang anak padahal
sebelumnya telah ditinggal pendamping hidupnya, sang tokoh mulai
menghilangkan rasa sedihnya dengan terus menjalani hidup dan menyibukkan
diri, dan sang tokoh pun memutuskan untuk tetap bertahan hidup dan tidak
mencari pendamping hidup yang baru.
 Evaluasi: pengenalan konflik sudah ada sejak di paragraf awal, yakni saat
sang tokoh kehilangan anak tercintanya, padahal sebelumnya dia telah
ditinggalkan sang pendamping hidup. Alur cerita semakin berlanjut, dan si
tokoh ini pun mulai mencoba lebih tegar dalam menjalani hidup dan kedukaan
yang dia rasakan. Di akhir cerita, si tokoh pun menentukan sikap hidupnya
terhadap apa yang dia alami.
 Resolusi: si tokoh memutuskan untuk menjalani hidupnya dan mulai
menyibukkan diri dengan bekerja sebagai layouter. Selain itu, si tokoh
memutuskan untuk tidak mencari pendamping hidup lagi. Hal ini bisa
dilihat pada kalimat-kalimat yang ada di paragraf akhir.
 Koda: pesan yang hendak disampaikan pada cerpen tersebut adalah
bahwa kita harus tetap tegar dalam mejalani hidup meski ditimpa
kesedihan yang mendalam. Selain itu, cerpen di atas juga mengajarkan
kita untuk tidak menyalahkan Tuhan saat terpuruk, dan tetap setia
kepada pasangan hidup kita.
Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Cerpen

Unsur Intrinsik
 Unsur intrinsik cerpen terdiri atas tema, tokoh, penokohan, watak,
latar, alur/plot, sudut pandang, dan amanat.
1. Tema
 Tema adalah gagasan utama/ide yang melatarbelakangi suatu cerita
pendek.
 Tema berbeda dengan judul. Tema bersifat lebih umum dari
permasalahan yang diangkat, dan pada umumnya disampaikan dalam
bentuk kata benda (nomina), seperti kesetiakawanan, persahabatan,
percintaan, perjuangan kelas, pertempuran, dsb. Tema emansipasi
wanita contohnya cerpen berjudul “Dua Dunia” karya N.H Dini; tema
kemiskinan contohnya cerpen berjudul “Hari Pertama di Bulan Ini”
karya Surya Gemilang; tema percintaan contohnya cerpen berjudul
“Cintaku Setahun Jagung” karya Ramlis Harman; dsb.
2. Tokoh/Penokohan
 Tokoh adalah sosok rekaan yang diciptakan penulis, yang setelahnya
akan diberikan watak. Tokoh-tokoh ini tentunya ada yang diberikan
nama ataupun sapaan seperti ayah, ibu, nenek, kakek, dsb.
Penokohan: Tokoh yang telah diberi watak dan kapan dia akan muncul
disebut dengan penokohan.
Jenis-Jenis Penokohan

 Berdasarkan peranannya dalam suatu cerita, tokoh dibedakan menjadi


empat macam yaitu:
 Tokoh Protagonis
Merupakan tokoh yang mendukung cerita, biasanya ada satu atau dua
figur tokoh protagonis utama yang dibantu tokoh lain yang terlibat
dalam cerita. Tokoh jenis ini biasanya berwatak baik, dan menjadi idola
pembaca/pendengar.
 Tokoh Antagonis
Merupakan tokoh menjadi penentang cerita, biasanya ada satu atau
dua figur tokoh yang menentang cerita, tokoh jenis ini berwatak jahat
dan dibenci oleh pembaca dan pendengar.
 Tokoh Tritagonis
Merupakan tokoh pelerai (penengah) yang melerai
pertikaian antara tokoh protagonis dan tokoh antagonis.

 Tokoh Figuran:
Merupakan tokoh pendukung yang memberikan tambahan
warna dalam cerita.
Jenis Penggambaran Tokoh

 Untuk menggambarkan sifat atau karakter seorang tokoh pengarang


menggunakan dua teknik. Dua teknik tersebut ialah sebagai berikut:
 Teknik analitik
Merupakan karakter/sifat tokoh cerita diceritakan secara langsung oleh
pengarang.
 Teknik Dramatik
Merupakan karakter/sifat tokoh dikemukakan melalui penggambaran
tertentu, misalnya fisik dan perilaku tokoh, lingkungan kehidupan,
dialek bahasa, jalan pikiran, dan lewat gambaran tokoh lain.
3. Latar:
 Latar atau setting terbagi menjadi tiga: latar suasana, latar
tempat, dan latar waktu. Latar suasana diperlukan pada
setiap momen cerita seperti suasana haru, menegangkan,
sedih, dsb. Latar tempat dibutuhkan untuk menunjukkan
tempat di mana peristiwa berlangsung. Latar tempat juga
membantu untuk mengenali budaya dari cerita yang
diangkat. Latar waktu digunakan sebagai penunjuk untuk
membangun suasana yang diciptakan.
4. Alur dan plot
Alur adalah rangkaian peristiwa dalam cerita.
Rangkaian peristiwa dapat diceritakan secara berurutan
dari awal sampai akhir atau sebaliknya, dapat pula
diceritakan secara acak
Tahapan Alur dalam Cerpen

 Penahapan Plot Menurut Pandangan Modern


 Exposition/pengenalan adalah tahapan pengenalan karakter tokoh dan
setting sebuah cerita. Dalam tahapan ini, karakter bisa diperkenalkan
lewat dialog atau ungkapan pikiran.

 Rising Action/muncul konflik merupakan bagian terpenting dari


sebuah cerita fiksi. Pada tahapan ini akan muncul berbagai konflik
sampai mencapai klimak tertentu.
Ada lima jenis konflik yang mungkin terjadi 1) konflik antara tokoh
dengan tokoh lain, 2) tokoh dengan masyarakat, 3) tokoh dengan dirinya,
4) tokoh dengan alam sekitarnya, dan 5) tokoh dengan ketentuan sang
pencipta
 Climax merupakan poin tertinggi dalam sebuah cerita, di mana tokoh
yang terlibat sampai pada puncak konflik permasalahannya.

 Falling Action/antiklimaks merupakan bagian cerita yang mengikuti


climax. Bagian ini merupakan titik balik terhadap penyelesaian konflik
yang dialami tokoh. Oleh sebagian ahli bagian ini sering juga disebut
anti-klimaks.

 Resolusi /penyelesaian merupakan bagian dari cerita yang terdiri atas


rentetan kejadian yang mengiringi anti-klimaks dan merupakan
kesimpulan cerita. Pada bagian ini semua konflik diselesaikan sehingga
mengurangi ketegangan dan kekhawatiran pembaca terhadap masalah
yang dihadapi oleh tokoh dalam cerita tersebut. Namun perlu diingat
bahwa tidak semua cerita memiliki bagian ini.
Jenis-Jenis Alur

 Umumnya, alur dalam cerpen dibedakan atas 3 macam, yakni alur


maju, alur mundur, dan alur campuran.
4. 1. Alur maju (progresif, kronologis) adalah alur yang ceritanya
bergerak secara urut dari awal sampai akhir, dan memiliki jalan cerita
yang rapi.
 Alur maju menyajikan tahapan cerita sesuai dengan perjalanan waktu
yaitu berawal dari masa lampau /awal menuju ke masa depan/akhir.

 Tahapan pada alur maju: Pengenalan – Muncul Konflik – Klimaks –


Antiklimaks - Penyelesaian
4.2. Alur Mundur (regresif, flashback) adalah suatu alur yang
menceritakan tentang masa lalu, yang memuncak/menjadi klimaks pada
awal cerita. Pada alur maju, rangkaian peristiwa dari masa lalu hingga
saat ini, dengan urutan waktu yang tidak beraturan.

Tahapan pada alur mundur: Penyelesaian – Antiklimaks – Klimaks –


Muncul Konflik - Pengenalan
4. 3. Alur campuran merupakan alur perpaduan antara alur maju dan
alur mundur.  
 Alur campuran ialah alur ceritanya diawali dengan sebuah klimaks dari
sebuah cerita, kemudian melihat kembali masa lalu, dan diakhiri
dengan sebuah penyelesaian.

 Tahapan pada alur campuran:


 Klimaks – Muncul konflik – Pengenalan – Antiklimaks - Penyelesaian
5. Sudut pandang atau point of view
Sudut pandang adalah cara pandang seorang pengarang dalam
menyampaikan cerita cerpennya.
Sudut pandang terbagi menjadi dua: sudut pandang orang pertama dan
sudut pandang orang ketiga.
5.1 Sudut pandang orang pertama terbagi menjadi dua:
A. Sudut pandang orang pertama - pelaku utama
 Penulis adalah “aku ”sebagai tokoh utama cerita dan mengisahkan
dirinya sendiri, tindakan, dan kejadian di sekitarnya. Pembaca akan
menerima cerita sesuai dengan yang dilihat, didengar, dialami, dan
dirasakan “aku” sebagai narator sekaligus pusat cerita.
B. Sudut pandang orang pertama - pelaku sampingan.
Penulis adalah “aku ” dalam cerita, tapi bukan tokoh utama.
Keberadaan “aku” hanya sebagai saksi/kawan tokoh utama. “Aku” adalah
narator yang menceritakan kisah yang dialami tokoh lain yang menjadi
tokoh utama.
5.2 Sudut pandang orang ketiga artinya di dalam cerita
menggunakan kata ganti orang ketiga atau nama langsung.

 Sudut pandang Orang Ketiga dibagi atas 2 bagian, yaitu :


 A. Orang Ketiga Serba Tahu
 Dalam kriteria ini, si penulis menceritakan apa saja
keterkaitannya dengan tokoh utama. Ia dibuat seakan tahu
semua tentang watak, pikiran, perasaan, kejadian, bahkan latar
belakang yang mendalangi sebuah kejadian. Ia seperti seorang
yang serba tahu tentang tokoh yang sedang ia bicarakan.
B. Orang Ketiga Pelaku Sampingan
 Teknik ini tidak jauh beda dengan teknik serba tahu di atas, tetapi tidak
se-maha tahu teknik di atas hanya penulis menceritakan sebatas
pengetahuannya saja.
 Pengetahuan ini dapat diamati dengan penangkapan panca indera, baik
dengan melihat, mendengar, mengalami, atau merasakan suatu
kejadian di dalam cerita. Hal ini diperoleh dari hasil pikiran si penulis
tentang tokoh “dia” yang diceritakan.
Tambahan (Sudut Pandang)

 Sudut Pandang Orang Kedua


 Penulis adalah narator yang sedang berbicara kepada kata ganti
“kamu” dan menggambarkan apa yang dilakukan “kamu” atau “kau”
atau “Anda”.
 Dibandingkan unsur–unsur pembentuk cerita lainnya, penulis–penulis
Indonesia cenderung lambat dalam mengeksperimen dan
memperbarui penggunaan sudut pandang dalam penerapannya pada
karya. Selama ini secara umum kita hanya mengenal dua macam sudut
pandang, yaitu Sudut Pandang Orang Pertama dan Sudut Pandang
Orang Ketiga. Sama sekali tak ada teori dan penggunaan Sudut
Pandang Orang Kedua. Mengapa seperti itu? Jawaban semua penulis
rata–rata sama. Sulit.
6. Pesan atau amanat
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan oleh penulis
dalam cerpen. Pada dasarnya, seorang penulis menyiapkan
amanatnya terlebih dahulu kemudian dituangkan ke dalam
cerita. Amanat disampaikan baik secara eksplisit/tersurat
maupun implisit/tersirat. Amanat bisa berupa kritik sosial,
ajakan, protes, dan lain sebagainya.
7. Gaya Bahasa
 Gaya bahasa juga termasuk unsur yang penting. Cerita yang
dibuat dengan gaya bahasa menarik, indah dan memikat
tentu akan bisa mengundang pembaca. Bahkan bisa
dikatakan gaya bahasa adalah senjata utama pengarang
untuk menghidupkan cerita.
Unsur Ekstrinsik Cerpen

Unsur ekstrinsik cerpen adalah unsur dari luar yang


membangun cerpen.
Unsur tersebut umumnya adalah:
 Biografi dan latar belakang penulis. 
 Kisah di balik layar. Kisah ini biasanya dilatari oleh
pengalaman, kesan atau juga harapan dan cita-cita dari
pengarang.
 Nilai yang ada dalam masyarakat. Nilai-nilai ini sering
diangkat oleh pengarang dalam ceritanya. Bisa nilai
ekonomi, politik, sosial, budaya dan lain sebagainya.
Kaidah Kebahasaan Cerpen

Dilihat dari gaya bahasa dan diksi yang digunakan, cerpen memiliki ciri-ciri
kebahasaan, antara lain:
Menggunakan pendeskripsian yang kuat. Dalam mendeskripsikan fisik tokoh
penulis menggunakan kata-kata sifat ataupun perbandingan. Hal ini juga yang
dibutuhkan untuk menggambarkan suasana, seperti suasana di sawah ataupun di
sebuah gua. Kepiawaian penulis sangat dibutuhkan agar semakin membuat
pembaca menyelam ke dalam cerita.
Menggunakan frasa adverbial (kata keterangan) untuk menunjukkan latar tempat
atau pun waktu, seperti pada pagi hari, di sebuah desa, pada dinihari, dsb.
Menggunakan kalimat langsung dan ada juga yang tak langsung, ataupun berupa
dialog.
Menggunakan kata-kata kiasan atau konotatif, seperti dewi pagi yang berarti
matahari, surga dunia yang berarti merujuk pada tempat-tempat hiburan atau
pariwisata.
Umumnya menggunakan bahasa yang informal ataupun semiformal. Meskipun
demikian, tanda baca digunakan secara tepat berdasarkan aturan PUEBI.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai