Anda di halaman 1dari 8

Penyebab Anak- anak Putus Sekolah TUJUAN PEMBAHASAN

dan Cara Penanggulanganya Secara alami anak lahir dan dibesarkan dalam keluarga , sejak lahir anak
sudah dipengaruhi oleh lingkungan yang terdekat yaitu keluarga, akibat ketidak
Dwi Candra Kartika Yuda mampuan ekonomi keluarga dalam membiayai sekolah menimbulkan masalah
pendidikan seperti masalah anak putus sekolah.
PENDAHULUAN Dalam UUD 1945 dinyatakan bahwa setiap orang berhak mengembangkan
Yang melatar belakangi penulisan karya ilmiah ini yaitu putus sekolah. Putus diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya,berhak mendapat pendidikan dan
Sekolah bukan merupakan salah satu permasalahan pendidikan yang tak pernah mendapatkan manfaat dari ilmu pengetahuan dan tehnologi seni dan budaya, untuk
berakhir. Masalah ini telah berakar dan sulit untuk dipecahkan penyebabnya, tidak meningkatkan kualitas hidupnya.1
hanya karena kondisi ekonomi, tetapi ada juga yang disebabkan oleh kekacauan Kemiskinan karena tingkat pendidikan orang tua rendah merupakan salah
dalam keluarga, dan lain-lain. satu faktor yang mengakibatkan keterlantaran pemenuhan hak anak dalam bidang
Pada masa sekarang ini pendidikan merupakan suatu kebutuhan primer, pendidikan formal sehingga anak mengalami putus sekolah.
pendidikan memegang peranan penting. Pada saat orang–orang berlomba untuk Banyak sekali Faktor yang menjadi penyebab anak mengalami putus sekolah,
mengenyam pendidikan setinggi mungkin, tetapi disisi lain ada sebagian masyarakat diantaranya yang berasal dari dalam diri anak putus sekolah disebabkan karena malas
yang tidak dapat mengenyam pendidikan secara layak, baik dari tingkat dasar maupun untuk pergi sekolah karena merasa minder, tidak dapat bersosialisasi dengan
sampai ke jenjang yang lebih tinggi. Selain itu ada juga anggota masyarakat yang lingkungan sekolahnya, sering dicemoohkan karena tidak mampu membayar
sudah dapat mengenyam pendidikan dasar namun pada akhirnya putus sekolah juga. kewajiban biaya sekolah.
Ada banyak faktor yang menyebabkan putus sekolah seperti keterbatasan dana Ketidak mampuan ekonomi keluarga dalam menopang biaya pendidikan
pendidikan karena kesulitan ekonomi,kurangnya fasilitas pendidikan dan karena yang berdampak terhadap masalah psikologi anak sehingga anak tidak bisa
adanya faktor lingkungan (pergaulan). bersosialisasi dengan baik dalam pergaulan dengan teman sekolahnya selain itu
Pemenuhan hak pendidikan tersebut diperoleh secara formal di sekolah, adalah karena pengaruh teman sehingga ikut-ikutan diajak bermain seperti play
secara informal melalui keluarga. Khususnya pendidikan formal tidak semua anak stasion sampai akhirnya sering membolos dan tidak naik kelas, prestasi di sekolah
mendapatkan haknya karena kondisi-kondisi yang memungkinkan orang tuanya tidak menurun dan malu pergi kembali ke sekolah. Anak yang kena sanksi karena mangkir
dapat memenuhinya. sekolah sehingga kena Droup Out.
Kemiskinan karena tingkat pendidikan orang tua rendah merupakan salah satu faktor Keadaan status ekonomi keluarga.Dalam keluarga miskin cenderung timbul
yang mengakibatkan keterlantaran pemenuhan hak anak dalam bidang pendidikan berbagai masalah yang berkaitan dengan pembiayaan hidup anak, sehingga anak
formal sehingga anak mengalami putus sekolah. sering dilibatkan untuk membantu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga sehingga
Orang tua mempunyai peranan dan dasar terhadap keberhasilan merasa terbebani dengan masalah ekonomi ini sehingga mengganggu kegiatan belajar
perkembangan anak, sedangkan tugas dan tanggung jawab untuk hal tersebut adalah dan kesulitan mengikuti pelajaran.
tugas bersama antara orang tua, masyarakat, dan pemerintah serta anak itu sendiri.

1
Pasal 26 B
Kurangnya perhatian orang tua cenderung akan menimbulkan berbagai sanggup membiayai sekolah anaknya, Oleh karena itu langkah pemerintah dengan
masalah. Makin besar anak maka perhatian orang tua makin diperlukan, dengan cara membebankan pembiayaan pendidikan kepada orang tua siswa tidaklah tepat mereka
dan variasi dan sesuai kemampuan. Kenakalan anak adalah salah satu penyebabnya yang tidak mampu lebih memilih untuk tidak meneruskan sekolah anaknya dan lebih
adalah kurangnya perhatian orang tua. Hubungan keluarga tidak harmonis dapat diprioritaskan untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya sehari –hari.
berupa perceraian orang tua, hubungan antar keluarga tidak saling peduli, keadaan ini
merupakan dasar anak mengalami permasalahan yang serius dan hambatan dalam Tujuan karya tulis ini yaitu ;(1)Untuk mengetahui Akibat Anak Putus Sekolah,
pendidikannya sehingga mengakibatkan anak mengalami putus sekolah. (2)Untuk mengetahui Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah, (3)Penanganan Anak
Pendidikan dasar wajib yang dipilih Indonesia adalah 9 tahun yaitu Putus Sekolah
pendidikan SD dan SMP, apabila dilihat dari umur mereka yang wajb sekolah adalah
7–15 tahun.Pendidikan merupakan hak yang yang sangat fundamental bagi anak.Hak
yang wajib dipenuhi dengan kerjasama dari orang tua masyarakat dan pemerintah PEMBAHASAN
Namun tidaklah mudah untuk merealisasikan pendidikan khususnya menuntaskan
wajib belajar 9 tahun, karena pada kenyataannya masih banyak angka putus sekolah. Pengertian Anak Putus Sekolah
Anak putus sekolah adalah keadaan dimana anak mengalami keterlantaran
Meskipun dasar hukum untuk peningkatan pendidikan sangat kuat, namun
karena sikap dan perlakuan orang tua yang tidak memberikan perhatian yang layak
pendidikan masih merupakan persoalan yang dari tahun ke tahun terus meningkat.
terhadap proses tumbuh kembang anak tanpa memperhatikan hak–hak anak untuk
Pendidikan rata rata penduduk Indonesia masih sangat rendah, Badan Pusat Statistik
mendapatkan pendidikan yang layak.
(BPS) menunjukan 61 persen diantaranya bahkan tidak pernah lulus SD.
masa anak anak merupakan tahapan penting dalam pembentukan dasar–
Angka partisipasi Sekolah (APS), ratio penduduk yang bersekolah
dasar kepribadian di kemudian hari. Masa untuk berkreatifitas secara konkrit, di
berdasarkan kelompok usia sekolah masih belum sesuai yang diharapkan. Susenas
mana anak-anak mengembangkan kemampuan menganalisa dan mengelola pola
2010 menunjukan bahwa APS untuk penduduk usia 7–12 tahun sudah mencapai
relasi sosial dalam hubungannya dengan kemampuan memecahkan berbagai jenis
96,4% , namun APS penduduk usia 13-15 tahun baru mencapai 81%, Angka tersebut
masalah yang dihadapi. Kemampuan tersebut akan berguna bagi hidupnya di
mengindikasikan bahwa masih terdapat sekitar 19% anak usia 13-15 tahun yang tidak
kemudian hari.2
bersekolah maupun karena putus sekolah atau tidak melanjutkan ke jenjang yang
lebih tinggi. Data Susenas mengungkapkan bahwa faktor ekonomi merupakan alasan Di Indonesia ini pemerintah mempunyai program Wajib Belajar 9
utama anak putus sekolah tidak melanjutkan pendidikan (75,7%), karena kebutuhan tahun Program ini didasari konsep “pendidikan dasar untuk semua” (universal basic
siswa jauh lebih besar dibandingkan dengan iuran sekolah. education), yang pada hakekatnya berarti penyediaan akses yang sama untuk semua
anak. Hal ini sesuai dengan kaedah-kaedah yang tercantum dalam Piagam PBB
Pendanaan pendidikan yang menjadi tanggung jawab bersama antara
tentang Hak Asasi Manusia, tentang Hak Anak, dan tentang Hak dan Kewajiban
pemerintah dan masyarakat, sampai saat ini kenyataannya ditanggung oleh orang tua
Pendidikan Anak (Prayitno, 2000). Melalui program wajib belajar pendidikan dasar 9
siswa akibatnya sekolah memungut berbagai iuran dan sumbangan kepada orang tua
siswa, sehingga pendidikan menjadi mahal dan hanya menyentuh kelompok
masyarakat menengah ke atas.Anak–anak dari kelompok keluarga tidak mampu tidak 2
Eric H. Erickson
tahun diharapkan dapat mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan dasar Belajar itu merupakan seperangkat proses yang bersifat internal bagi setiap pribadi
yang perlu dimiliki semua warga negara sebagai bekal untuk dapat hidup dengan (hasil) yang merupakan hasil transformasi rangsangan yang berasal dari peristiwa
layak di masyarakat dan dapat melanjutkan pendidikannya ke tingkat yang lebih eksternal di lingkungan pribadi yang bersangkutan (kondisi)4.
tinggi baik ke lembaga pendidikan sekolah ataupun luar sekolah. anak putus sekolah Secara nasional, tujuan pendidikan diletakkan pada tiga pilar, yaitu (1)
adalah murid yang tidak dapat menyelesaikan program belajarnya sebelum waktunya pemerataan kesempatan dan perluasan akses; (2) peningkatan mutu, relevansi, dan
selesai atau murid yang tidak tamat menyelesaikan program belajarnya.3 daya saing; (3) penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan pencitraan publik. Pilar
Pemeratan kesempatan dan perluasan akses merupakan salah satu upaya
Dengan wajib belajar, mereka akan dapat menjalani hidup dan menghadapi meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui penciptaan dan peningkatan
kehidupan dalam masyarakat. Di samping itu, menurut May (1998) adalah layanan pendidikan kepada seluruh warga negara.
merangsang aspirasi pendidikan orangtua dan anak yang pada gilirannya diharapkan
dapat meningkatkan produktivitas kerja penduduk secara nasional. Untuk itu, target
penyelenggaraan W-9-T bukan semata-mata untuk mencapai target angka partisipasi Akibat Anak Putus Sekolah
secara maksimal, namun perhatian yang sama ditujukan juga untuk memperbaiki
kualitas pendidikan dasar yang sekarang ini masih jauh dari standar nasional. Akibat putus sekolah dalam kehidupan sosial ialah semakin banyaknya jumlah
kaum pengangguran dan mereka merupakan tenaga kerja yang tidak terlatih.
Hak Anak Akan Pendidikan Sedangkan masalah pengangguran ini di negara kita merupakan masalah yang sudah
sedemikian hebatnya, hingga merupakan suatu hal yang harus ditangani lebih serius.
Pendidikan merupakan hak yang sangat fundamental bagi anak. Hak wajib Anak-anak yang putus sekolah dapat pula mengganggu keamanan.
dipenuhi dengan kerjasama paling tidak dari orang tua siswa, lembaga pendidikan dan
pemerintah. Pendidikan akan mampu terealisasi jika semua komponen yaitu orang Karena tidak ada kegiatan yang menentu, sehingga kadang-kadang dapat
tua, lembaga masyarakat, pendidikan dan pemerintah bersedia menunjang jalannya menimbulkan kelompok-kelompok pemuda liar. Anak-anak nakal dengan
pendidikan. kegiatannya yang bersifat negatif, seperti mencuri, memakai narkoba, mabuk-
Pendidikan itu tanggung jawab semua masyarakat, bukan hanya tanggung mabukan, manipu, menodong, dan sebagainya. Produktifitas anak putus sekolah
jawab sekolah. Konsekuensinya semua warga negara memiliki kewajiban moral dalam pembangunan tidak seluruhnya dapat mereka kembangkan, padahal semua
untuk menyelamatkan pendidikan. Sehingga ketika ada anggota masyarakat yang anakindonesia memiliki potensi untuk maju.
tidak bisa sekolah hanya karena tidak punya uang, maka masyarakat yang kaya atau
tergolong sejahtera memiliki kewajiban moral untuk menjadi orang tua asuh bagi Akibat yang disebabkan anak putus sekolah sangat banyak, diantaranya adalah
kelangsungan sekolah anak yang putus sekolah pada tahun ini mencapai puluhan juta kenakalan remaja, tawuran, kebut-kebutan di jalan raya, minum–
anak di seluruh Indonesia. Dengan adanya pendidikan maka Sumber daya manusia di minuman dan perkelahian, akibat lainnya juga adalah perasaan minder dan rendah
negara ini semakin meningkat. Dalam hal pendidikan tidak luput dari proses belajar. diri, banyak orang yang menganggur. Itu dikarenakan banyak sekali anak yang tidak

3 4
Departemen Pendidikan di Amerika Serikat (MC Millen Kaufman, dan Whitener, 1996) Gagne (1977)
mempunyai ijasah, maupun tidak adanya pembekalan skiil bagi mereka yang putus
sekolah.

Hanya dengan generasi penerus yang terdidik dan cerdas serta bermoral, maka
hari depan bangsa bisa dibayangkan titik terangnya. Namun pendidikan di Indonesia
semakin lama semakin mahal. Program pendidikan gratis yang diterapkan pemerintah Gambar Grafik anak putus sekolah tahun 2010
pun masih dianggap belum efektif dalam meningkatkan pendidikan di Indonesia.

Sehingga wajar bila banyak anak-anak usia sekolah yang terpaksa putus
sekolah akibat masalah dana. Sebanyak 8 juta siswa SD sampai SLTP di seluruh
Indonesia terancam putus sekolah. Jumlah tersebut setara 20% -40% siswa SD-SMP
saat ini, yaitu sekitar 40 juta siswa.

Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah

Faktor penyebab yang dimaksudkan adalah hal-hal yang menyebabkan anak


putus sekolah. Berikut dipaparkan beberapa faktor penyebab anak tidak dan putus
sekolah. Berdasarkan pengamatan anak yang putus sekolah disebabkan oleh beberapa
faktor, yaitu ekonomi, minat anak yang kurang, perhatian orang tua rendah, faktor
budaya, fasilitas belajar kurang, ketiadaan sekolah/sarana, dan cacat atau kelainan www.pdfcrawler.com/102981/wajib-belajar-sembilan-tahun.html
jiwa. Setelah ditelusuri lebih jauh ternyata anak yang putus sekolah lebih banyak
disebabkan faktor ekonomi, kemudian diikuti secara berturut-turut faktor minat anak Faktor pertama yang menyebabkan anak tidak dan putus sekolah adalah faktor
yang rendah, perhatian orang tua yang rendah, fasilitas belajar yang minim, budaya, ekonomi, yaitu mencapai 36%. Faktor ekonomi yang dimaksudkan adalah
ketiadaan sekolah, dan kelainan jiwa/cacat. Untuk lebih jelas perhatikan grafiks di ketidakmampuan keluarga si anak untuk membiayai segala proses yang dibutuhkan
bawah ini selama menempuh pendidikan atau sekolah dalam satu jenjang tertentu. Walaupun
Pemerintah telah mencanangkan wajib belajar 9 tahun, namun belum berimplikasi
secara maksimal terhadap penurunan jumlah anak yang tidak dan putus sekolah.
Selain itu, program pendidikan gratis yang telah dilaksanakan belum tersosialisasi
hingga kelevel bawah.

Konsep gratis belum jelas sasaran pembiayaannya oleh sekolah sehingga


masih dianggap sebagai beban bagi keluarga yang kurang mampu. Sebab, selain biaya
yang dikeluarkan selama sekolah anak harus mengeluarkan biaya untuk pakaian
sekolah, uang daftar, buku dan alat tulis lainnya, serta biaya transportasi atau sedang mencari jati dirinya sendiri, sehingga sangat sulit untuk dinasehati orang
akomodasi bagi siswa yang jauh dari sekolah. Hal-hal tersebut masih dianggap tunya. Itu berakibat hubungan sang orang tua dengan anak menjadi tidak harmonis
sebagai beban oleh orang tua sehingga membuat mereka enggan untuk lagi.
menyekolahkan anaknya. Selain itu, mata pencaharian orang tua anak tidak dan putus Faktor yang keempat adalah ketiadaan prasarana sekolah. Faktor prasarana
sekolah sebagian besar petani, sebagian kecil nelayan, buruh, serta terdapat orang tua yang dimaksudkan adalah terkait dengan ketidaktersediaan prasarana pendidikan
anak yang tidak memiliki pekerjaan (tetap). berupa gedung sekolah atau alat transportasi dari tempat tinggal siswa dengan
Perlu dikemukakan bahwa terdapat sejumlah anak yang tidak dan putus sekolah. Persentase anak yang putus sekolah yang disebabkan karena faktor ketiadaan
sekolah disebabkan oleh ketiadaan orang tua atau meninggal dunia. Jadi, anak prasarana sekolah.
tersebut putus sekolah karena tidak adanya orang tua atau pihak yang mau membiayai Masalah ini sering terjadi di sekolah- sekolah yang berada di pedesaan,
sekolah si anak. Jumlah anak yang tidak dan putus sekolah karena orang tuanya maupun di wilayah pedalaman seperti di hutan. Alat transportasi yang kurang serta
meninggal dunia. jarak antara rumah dengan sekolah yang cukup jauh.
Faktor kedua yang menyebabkan anak tidak dan putus sekolah adalah Faktor kelima yang menyebabkan anak putus sekolah adalah fasilitas belajar
rendahnya atau kurangnya minat anak untuk bersekolah, Rendahnya minat anak dapat yang kurang memadai. Fasilitas belajar yang dimaksudkan adalah fasilitas belajar
disebabkan oleh perhatian orang tua yang kurang, jarak antara tempat tinggal anak yang tersedia di sekolah, misalnya perangkat (alat, bahan, dan media) pembelajaran
dengan sekolah yang jauh, fasilitas belajar yang kurang, dan pengaruh lingkungan yang kurang memadai, buku pelajaran kurang memadai, dan sebagainya. Kebutuhan
sekitarnya. Minat yang kurang dapat disebabkan oleh pengaruh lingkungan misalnya dan fasilitas belajar yang dibutuhkan siswa tidak dapat dipenuhi siswa dapat
tingkat pendidikan masyarakat rendah yang diikuti oleh rendahnya kesadaran tentang menyebabkan turunnya minat anak yang pada akhirnya menyebabkan putus sekolah.
pentingnya pendidikan. Ada pula anak putus sekolah karena malas untuk pergi Faktor keenam, adalah budaya. Faktor budaya yang dimaksudkan di sini
sekolah karena merasa minder, tidak dapat bersosialisasi dengan lingkungan adalah terkait dengan kebiasaan masyarakat di sekitarnya. Yaitu, rendahnya
sekolahnya, sering dicemoohkan karena tidak mampu membayar kewajiban biaya kesadaran orang tua atau masyarakat akan pentingnya pendidikan. Perilaku
sekolah dipengaruhi oleh berbagai faktor .Ketidak mampuan ekonomi keluarga dalam masyarakat pedesaan dalam menyekolahkan anaknya lebih banyak dipengaruhi faktor
menopang biaya pendidikan yang berdampak terhadap masalah psikologi anak lingkungan. Mereka beranggapan tanpa bersekolah pun anak-anak mereka dapat
sehingga anak tidak bisa bersosialisasi dengan baik dalam pergaulan dengan teman hidup layak seperti anak lainnya yang bersekolah. Oleh karena di desa jumlah anak
sekolahnya selain itu adalah peranan lingkungan yang tidak bersekolah lebih banyak dan mereka dapat hidup layak maka kondisi
Faktor ketiga adalah kurangnya perhatian orang tua. Rendahnya perhatian seperti itu dijadikan landasan dalam menentukan masa depan anaknya.
orang tua terhadap anak dapat disebabkan karena kondisi ekonomi keluarga atau Kendala budaya yang dimaksudkan adalah pandangan masyarakat yang
rendahnya pendapatan orang tua si anak sehingga perhatian orang tua lebih banyak menganggap bahwa pendidikan tidak penting. Pandangan banyak anak banyak rejeki
tercurah pada upaya untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Persentase anak yang tidak membuat masyarakat di pedesaan lebih banyak mengarahkan anaknya yang masih
dan putus sekolah karena rendahnya kurangnya perhatian orang tua. Dalam keluarga usia sekolah diarahkan untuk membantu orang tua dalam mencari nafkah.
miskin cenderung timbul berbagai masalah yang berkaitan dengan pembiayaan hidup Faktor lainnya, adalah cacat, IQ yang rendah, rendah diri, dan umur yang
anak, sehingga mengganggu kegiatan belajar dan kesulitan mengikuti pelajaran. melampaui usia sekolah. Persentase anak yang putus sekolah yang disebabkan karena
Banyak sekali anak yang putus sekolah ini diakibatkan karena keadan faktor ini sangat sedikit, yaitu kurang dari 1%.
dirumahnya, biasanya dialami pada masa SMP dan SMA, karena pada masa itu anak
Begitu juga untuk kategori anak tidak sekolah sama sekali, faktor pendidikan nonformal. Misalnya, lembaga pelatihan, kursus, pusat kegiatan
penyebabnya adalah karena ekonomi di samping faktor sarana, minat yang kurang, belajar masyarakat (PKBM), majelis taklim, dan lain-lain.
perhatian orang tua yang rendah, dan fasilitas yang kurang. Sebagian kecil anak yang
tidak sekolah sama sekali disebabkan karena cacat fisik. Dalam dua tahun terakhir, pendidikan kesetaraan naik daun. Itu seiring
kebijakan Depdiknas yang memberikan kesempatan kepada siswa SD hingga
Penanggulangan Anak Putus Sekolah SMA sederajat yang tidak lulus ujian nasional (unas) untuk mengikuti UNPK
yang diadakan dua kali dalam setahun. Dengan mengikuti UNPK Paket A, B, dan
Persoalan putus sekolah merupakan tantangan bagi pekerja sosial. Data dari C, mereka dapat memiliki ijazah setara sekolah formal SD/MI, SMP/MTs, dan
susenas menyebutkan ratusan ribu pelajar terancam putus sekolah, mereka berasal SMA/MA yang bisa digunakan untuk mendaftar di sekolah formal dan perguruan
dari keluarga miskin. Anak usia sekolah dari keluarga miskin inilah yang potensial tinggi serta mencari pekerjaan. Pendidikan kesetaraan pun tak lagi dianggap kelas
keluar dari bangku sekolah sebelum mengantongi ijazah. dua.Status lulusan pendidikan kesetaraan memang telah dijamin sama dengan
Solusi untuk menolong anak putus sekolah yang tidak mampu yang baik adalah: lulusan pendidikan formal.
Disebutkan bahwa setiap orang yang lulus ujian kesetaraan Paket A,
1. Kejar Paket Paket B, atau Paket C memiliki hak eligibilitas yang sama dan setara dengan
diikutkan program Kelompok Belajar Paket A bagi mereka yang tidak pemegang ijazah SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA untuk dapat mendaftar pada
tamat SD dan B untuk yang belum tamat SMP. Departemen Pendidikan Nasional satuan pendidikan yang lebih tinggi5.
(Depdiknas) juga menyediakan pendidikan alternatif untuk mereka yang kurang Garansi dari Mendiknas itu terbukti manjur. Cukup banyak lulusan
beruntung tersebut. Namanya, pendidikan kesetaraan.
pendidikan kesetaraan Paket C yang mulus melanjutkan studinya ke perguruan
Pendidikan kesetaraan itu ditujukan untuk menunjang penuntasan wajar tinggi negeri maupun swasta. Bahkan, di Surabaya, ada seorang lulusan Paket C
dikdas sembilan tahun serta memperluas akses pendidikan menengah yang yang diterima bekerja dan memegang jabatan penting sekelas manajer
menekankan pada keterampilan fungsional dan kepribadian operasional di sebuah minimarket.Bisa dibayangkan seperti apa nasib mereka
profesional.Pendidikan kesetaraan menjadi salah satu program pada jalur yang tak mampu mengakses pendidikan formal jika tidak ada pendidikan
pendidikan nonformal yang mengadakan pendidikan umum setara SD/MI, kesetaraan. Mereka akan terpuruk selamanya dalam kebodohan dan
SMP/MTs, dan SMA/MA melalui program Paket A, Paket B, dan Paket C. keterbelakangan. Pendidikan kesetaraan telah menjadi lentera dalam kegelapan
bagi mereka. Jadi, putus sekolah bukan kiamat bagi mereka yang putus sekolah.
Di lapangan, program tersebut sering mengombinasikan pendidikan
aksara dan pembekalan keterampilan. Untuk Paket A, pesertanya dibekali SMP Terbuka
keterampilan dasar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan Paket B
SMP Terbuka merupakan sekolah formal yang berinduk pada SMP regular
bertujuan memberikan bekal keterampilan untuk memenuhi tuntutan dunia kerja.
yang terdekat baik negeri maupun swasta yang memenuhi syarat dengan bentuk
Adapun keterampilan untuk berwiraswasta diberikan untuk peserta program
Paket C. Pendidikan kesetaraan itu bisa diselenggarakan oleh semua satuan
5
Surat Edaran (SE) Mendiknas No 107/MPN/MS/2006
pendidikan terbuka dan pendidikan jarak jauh. SMP Terbuka menitikberatkan sekolah, pemerintah juga menyalurkan subsidi penyelenggaraan program
pada belajar secara mandiri dan tetap ada kegiatan tatap muka tetapi terbatas. pendidikan keterampilan dengan tujuan untuk memberikan bekal keterampilan
Konsepnya, proses pembelajaran tidak terikat tempat dan waktu. bagi setiap siswa SMP Terbuka agar setelah lulus dan tidak melanjutkan
pendidikannya mereka dapat memanfaatkannya dalam kehidupan masyarakat.
SMP Terbuka adalah salah satu subsistem pendidikan jalur sekolah yang
menggunakan prinsip belajar secara mandiri, yaitu belajar dengan bantuan Lulusan SMP Terbuka sama dengan lulusan SMP Reguler, dengan menerima
seminimal mungkin dari orang lain. Pada SMP Terbuka waktu dan tempat belajar Surat Tanda Tamat Belajar (STTB) SMP. Hal ini berarti bahwa lulusan SMP
lebih terbuka dan fleksibel disesuaikan dengan kondisi siswa. Terbuka mempunyai hak dan kesempatan yang sama dengan lulusan SMP
Reguler.
Wilayah Indonesia yang sangat luas dengan berbagai kondisi geografis yang
sulit, kondisi ekonomi sebagian masyarakat yang masih lemah, dan berbagai
faktor lainnya yang berakibat pada terbatasnya layanan pendidikan bagi anak -
anak usia 13 - 18 tahun. Melalui SMP Terbuka ini, mereka dapat memperoleh PENUTUP
layanan pendidikan yang diperlukan. KESIMPULAN

SMP Terbuka bertujuan memberikan kesempatan belajar yang lebih luas Anak putus sekolah adalah keadaan dimana anak mengalami keterlantaran karena
kepada anak - anak lulusan SD atau sederajat yang berniat melanjutkan, tetapi sikap dan perlakuan orang tua yang tidak memberikan perhatian yang layak terhadap
tidak dapat mengikuti pendidikan di SMP Reguler karena kondisi sosial ekonomi proses tumbuh kembang anak tanpa memperhatikan hak – hak anak untuk
dan atau geografi. SMP Terbuka terdiri dari satu atau lebih Tempat Kegiatan mendapatkan pendidikan yang layak
Belajar (TKB) dan dalam operasionalnya menginduk pada SMP Negeri. TKB Pendidikan merupakan hak yang sangat fundamental bagi anak. Hak wajib
yang dikelola langsung oleh SMP Induk disebut TKB reguler, sedangkan TKB dipenuhi dengan kerjasama paling tidak dari orang tua siswa, lembaga pendidikan dan
yang dikelola oleh masyarakat yang peduli terhadap pendidikan disebut TKB pemerintah. Pendidikan akan mampu terealisasi jika semua komponen yaitu orang
Mandiri (TKBM). Dengan konsep belajar mandiri siswa tidak harus setiap hari tua, lembaga masyarakat, pendidikan dan pemerintah bersedia menunjang jalannya
belajar di SMP Induknya, selama 3 atau 4 atau 5 hari mereka belajar di TKB pendidikan
masing - masing. Sedangkan 3 atau 2 atau 1 hari mereka belajar di SMP
Induknya. Waktu belajar mereka lebih fleksibel dan disesuaikan dengan kondisi Akibat putus sekolah dalam kehidupan sosial ialah semakin banyaknya jumlah
siswa, biasanya dilakukan pada siang hingga sore hari karena pada umumnya kaum pengangguran dan mereka merupakan tenaga kerja yang tidak terlatih.
siswa bekerja membantu orang tua pada pagi harinya. Sedangkan masalah pengangguran ini di negara kita merupakan masalah yang sudah
sedemikian hebatnya, hingga merupakan suatu hal yang harus ditangani lebih serius.
Sejak terselenggaranya SMP Terbuka pada tahun 1979, semua siswa yang
Anak-anak yang putus sekolah dapat pula mengganggu keamanan.
belajar di SMP Terbuka tidak dipungut biaya. Sedangkan untuk menjamin agar
semua siswa dapat mengikuti pendidikan hingga lulus, setiap bulannya mereka
Karena tidak ada kegiatan yang menentu, sehingga kadang-kadang dapat
diberi beasiswa. Pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional
menimbulkan kelompok-kelompok pemuda liar. Anak-anak nakal dengan
menyalurkan dana operasional untuk SMP Terbuka melalui mekanisme "BOS"
kegiatannya yang bersifat negatif, seperti mencuri, memakai narkoba, mabuk-
seperti halnya "BOS" untuk SMP Reguler. Selain memberikan dana operasional
mabukan, manipu, menodong, dan sebagainya. Produktifitas anak putus sekolah TENTANG PENULIS
dalam pembangunan tidak seluruhnya dapat mereka kembangkan, padahal semua
anak indonesia memiliki potensi untuk maju. Nama :Dwi Candra Kartika Yuda

NIM :108141410042
Akibat yang disebabkan anak putus sekolah adalah kenakalan remaja,
tawuran, kebut-kebutan di jalan raya, minum–minuman dan perkelahian, akibat Jurusan : Pendidikan Luar Sekolah
lainnya juga adalah perasaan minder dan rendah diri.Berdasarkan kategori dan faktor
penyebab di atas, usulan pemecahan masalah putus sekolah dengan dimasukan di Universitas : Universitas Negeri Malang
kejar paket, serta SMP.

SARAN

Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu sayaberharap agar pembaca
dapat memanfaatkan makalah ini dengan baik.
Segala kritikan maupun saran dari pembaca saya terima dengan lapang dada untuk
menambah wawasan serta perbaikan penyusunan yang lebih baik lagi.
Untuk kebaikan bersama kami selaku penyusun menginginkan agar pembaca
dapat memahami isi dari makalah ini agar dapat dipahami dan diamalkan kapan dan
dimanapun. Serta dapat bermanfaat bagi masyarakat yang membutuhkan.

DAFTAR PUSTAKA

Ali Imran, Kebijakan Pendidikan di Indonesia, Cet. II (Jakarta: Bumi Aksara, 2002),
h. 39
Suyanto, & Abbas. (2001). Wajah dan dinamika pendidikan anak bangsa. Yogyakrta:
Adicita.
sekolah/edukasi.kompas.com/.../.banyak.anak.putus.sekolah.karena.bekerja

F.b Surbakti, Kenalilah Anak Remaja Anda, Cet I ( Jakarta: Komputindo, 2008)hal.
58

Human Rights Watch, Selalu Siap Disuruh, cet 7 ( Jakarta: Grafika, 2007) hal. 56

Anda mungkin juga menyukai