Anda di halaman 1dari 6

Percobaan: Kesadahan Air

Tujuan Percobaan: menguji kesadahan air di lingkungan sekitar dan memahami proses
menghilangkan air sementara.
Dasar Teori
Air merupakan sumber daya alam yang sangat dibutuhkan untuk keperluan hidup manusia,
kebutuhan utama terhadap air adalah sebagai air minum dan memasak makanan. Tubuh manusia
setidaknya terdiri dari 65 % - 75% yang membuat manusia membutuhkan air minum 2,5 liter –
3 liter setiap harinya termasuk air yang berada pada makanan. Salah satu sumber air yang
digunakan masyarakat adalah air tanah karena relatif lebih mudah didapat, namun ada juga
melalui air sumur, air sungai dan air hujan. Kesadahan dapat diartikan sebagai salah satu
parameter kimia kualitas air bersih. Kesadahan air atau hardness adalah salah satu sifat kimia
yang dimiliki oleh air. Kesadahan air tejadi karena adanya ion-ion Ca 2+, Mg2+, atau adanya ion
-ion yang termasuk dalam logam bervalensi (seperti Al, Fe, Mn, Sr dan Zn) (Rosvita, Fanani, &
Pambudi, 2019).

Berdasarkan jenis anion yang diikat oleh kation (Ca+ dan Mg 2+), air sadah dibagi menjadi 2
yaitu air sadah sementara dan air sadah tetap. Air sadah sementara adalah air sadah yang
mengandung ion bikarbonat (HCO3-) khususnya senyawa kalsium bikarbonat (Ca(HCO3)2) dan
magnesium bikarbonat (Mg(HC03)2). Dikatakan sebagai air sadah sementara karena
kesadahannya dapat dihilangkan dengan cara memanas air yang akn membebaskan ion Ca + dan
Mg2+. Selanjutnya senyawa-senyawa tersebut akan mengendap pada dasr wadah dengan
persamaan reaksi sebagai berikut:
• Ca(HCO3)2 (aq) → CaCO3(S) + H2O(l) + CO2(g)
• Mg(HCO3)2(aq) → MgCO3(s) +H20 (l) + C02(g)

Air sadah tetap adalah air sadah yang mengandung anion selain ion bikarbonat, misalnya ion Cl,
NO3-, dan SO42-. Dalam senyawa tersebut boleh yang terlarut boleh kalsium klorida, kalsium
nitrat (Ca(NO3)2), kalsium sulfat (CaSO4), magnesium klorida (MgCl2), magnesium nitrat
(Mg(NO3)2)dan magnesium sulfat (MgSO4). Dikatakan sebagai air sadah tetap karena
kesadahannya tidak dapat dihilangkan dengan cara pemanasan. Kesadahan air dalam air sadah
tetap dapat hilang apabila direaksikan dengan zat kimia tertentu. Pereaksi yang digunakan adalah
larutan karbonat yaitu: Na2CO3(aq), dan K2CO3 (aq). Penambahan larutan karbonat bertujuan
untuk mengendapkan ion Ca+ dan Mg2+ dengan persamaan reaksi sebagai berikut:
• CaCl2(aq0 + Na2CO3(aq) → CaCO3(s) + 2NaCl(aq)
• Mg(NO3)(aq) + K2CO3(aq) → MgCO(s) + 2KNO3(aq) (Sulistyani, Sunarto, & Fillaeli,
2012).
Alat dan Bahan

Alat: Bahan:
1. Wadah bersih 4 buah 1. Air sungai
2. Pengaduk 2. Air mentah (air sumur bor)
3. Air masak
4. Air hujan

Prosedur

Menguji kesadahan air dengan cara 1

Bandingka
Tempatkan
Tambahka n
4 jenis air
n3 ketinggian
1 ke dalam
wadah
sebanyak
2 sendok
larutan
3 sabun dari
masing-
sabun masing
150 mL
wadah

Hasil Percobaan dan Analisa

Apakah yang terjadi pada sampel air?

Setelah penambahan larutan sabun dan diaduk kurang lebih 3 menit muncul busa/buih pada
permukaan atas air. Setiap air dalam wadah menghasilkan busa/buih dengan tingkat yang
berbeda-beda yaitu air hujan > air mentah > air masak > air sungai. Busa/buih terbanyak ada
pada wadah yang berisi air hujan, sedangkan busa/buih paling sedikit ada pada wadah yang
berisi air sungai.
Mengapa demikian?

Dari 4 wadah yang berisi sampel air yang berbeda-beda memiliki busa/buih dengan jumlah
yang berbeda-beda, hal ini disebabkan oleh kandungan zat yang dimiliki dalam setiap air. Busa
terbanyak dihasilkan oleh wadah yang berisi air hujan. Air hujan memiliki karakteristik lunak
(softwater) yaitu air dengan kadar mineral yang rendah. Air hujan merupakan air yang berasal
dari proses penguapan, kondensasi, dan presipitasi sehingga membentuk air murni (H 2O). Air
hujan awalnya dalam keadaan murni, namun setelah mengalami reaksi dengan gas-gas di udara
dalam prosesnya turun ke bumi dan selanjutnya selama mengalir di atas permukaan bumi dan
dalam tanah, menjadikan air hujan tersebut terkontaminasi. Salah satu alat ataupun ketentuan
yang digunakan dalam mengukur kualitas air hujan yaitu nilai derajat keasaman (pH). Nilai Ph
suatu air menggambarkan keseimbangan antara asam dan basa yang merupakan pengukuran
konsentrasi ion hidrogen yang terdapat dalam sebuah larutan/sampel air. Air hujan di berbagai
wilayah memiliki tingkat keasaman yang berbeda-beda. Tingkat keasaman air hujan
dipengaruhi oleh kandungan gas seperti CO2. Gas CO2 yang terdapat di alam dapat berasal
dari pembakaran. Apabila gas CO2 bereaksi dengan air hujan akan membentuk asam karbonat
yang berpengaruh terhadap keasaman air hujan. Rentang pH normal berdasarkan tetapan
kemenkes yaitu 6,5 – 9, dan air hujan masih berada dalam rentang pH tersebut sehingga tingkat
keasaman masih normal (Benazir, et al., 2019). Air hujan mengandung busa lebih banyak dari
air yang lainnya karena air hujan merupakan air murni dan bukan air sadah karena tidak
mengandung garam-garam kalsium dan magnesium.

Pada wadah yang berisi air matang (air sumur bor yang telah dimasak), menghasilkan busa
lebih banyak dari air hujan dan air mentah. Hal ini disebabkan oleh air yang awalnya mentah
dan masih mengandung CaCO3, Ca, dan Mg. Jika air yang mangandung garam-garam tersebut
dipanaskan maka akan terjadi senyawa CaCO3 dan MgCO3 yang mempunyai sifat kelarutan
yang kecil di dalam air sehingga dapat diendapkan. Proses penghilangan kesadahan dengan
cara pemanasan secara sederhana dapat diterangkan seperti pada reaksi berikut :
2 Ca(HCO3)2 → 2 CaCO3 + H2O + 2 CO2
2 Mg(HCO3)2 → 2 MgCO3 + H2O +
Garam MgCO3 mempunyai kelarutan yang lebih besar di dalam air panas, namun semakin
rendah temperatur air kelarutan MgCO3 semakin kecil, bahkan hingga menjadi tidak larut dan
dapat mengendap. Garam CaCO3 kelarutannya lebih kecil dari pada MgCO3, sehingga pada
air panas sebagian CaCO3 mengendap, pada air dingin pengendapannya akan lebih banyak lagi.
yang ada di dalam air dapat diturunkan.
Pada wadah berisi air mentah (sumur bor) berwarna bening menghasilkan busa yang lebih
banyak dari air sungai. Air dari sumur bor belum dilakukan proses pengolahan air sehingga
masih mengandung CaCO3, Ca, dan Mg meskipun kadarnya lebih sedikit dari air tanah. Pada
percobaan yang saya lakukan, penambahan 3 sendok pada wadah yang berisi air mentah
(sumur bor), menghasilkan buih/busa dengan waktu yang cukup singkat sehingga dapat
disimpulkan kesadahan airnya sedikit.

Air sungai memiliki kualitas air yang selalu berubah, tergantung pada musim hujan dan musim
kemarau. Pada saat musim hujan air sungai relatif lebih keruh, sedangkan pada musim kemarau
air lebih jernih. Pada percobaan kali ini saya menggunakan air sungai yang warnanya sedikit
keruh (putih kekuningan). Air sungai yang mengalir pada daerah yang mengandung CaSO 4
dan juga garam CaCl2 yang digunakan untuk melawan debu di jalan dapat terbawa ke sungai,
kedua zat ini kemudian akan terkandung pada air sungai. Sehingga pada percobaan yang saya
lakukan dengan menambahkan 3 sendok ke wadah berisi air sungai sebanyak 150 mL sulit
untuk menghasilkan busa dan membutuhkan waktu yang lebih lama dari air hujan. Dan ketika
saya diamkan, busanya perlahan hilang/menyatu dengan air sungai tersebut. Hal ini
menandakan air sungai memiliki kesadahan air yang jumlahnya lebih banyak dari kegita jenis
air lainnya.

Bagaimana mengatasi kesadahan pada air, baik itu kesadahan sementara maupun kesadahan
tetap?

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi kesadahan air seperti:
1. Penyaringan air, berlaku untuk kesadahan air sementara
2. Pemanasan, hanya dapat dilakukan untuk air yang memiliki kesadahan sementara.
3. Pengendapan kimia, dapat dilakukan untuk kesadahan air sementara. Pengendapan
kimia akan membentuk garam-garam kalsium dan magnesium menjadi garam-garam
yang tidak larut sehingga dapat dipisahkan dari air.
4. Penambahan natrium karbonat atau soda pencuci (Na2CO3)
Natrium karbonat dapat menghilangkan dan mengatasi kesadahan air baik yang tetap
maupun yang sederhana dimana natrium karbonat akan mengendapkan ion-ion
magnesium dan kalsium yang terdapat pada air sadah.
5. Menggunakan resin penukar ion
Resin penukar ion mengandung ion-ion natrium bebas. Jika air sadah dilewatkan
melalui kolom resin penukaran ion, maka resin akan menahan ion-ion kalsium
maupun magnesium sehingga akan diperoleh air lunak karena tidak lagi mengandung
ion kalsium dan magnesium melainkan ion natrium yang tidak menyebabkan
kesadahan.

Apa dampak air sadah bagi kesehatan dan lingkungan?

• Dampak bagi lingkungan


Air sadah dapat menimbulkan dampak positif, namun apabila kesadahannya tinggi
akan menimbulkan dampak negatif. Dampak positif yaitu pencemaran air oleh logam
berat timbal dari pipa air dapat diminimalkan. Dampak positif yaitu kesadahan air
dapat menurunkan efisiensi penggunaan sabun dan deterjen, menyebabkan noda pada
bahan pecah belah dan kerak pada kuali/wajan, dapat menyebabkan bahan linen
berubah pucat, residu kesadahan air dapat menyumbat semburan pembilas dan
saluran air, serta dapat menurunkan efisiensi panas karena melapisi elemen pemanas.
• Dampak bagi kesehatan
Dampak positif: air sadah menyediakan kalsium yang diperlukan tubuh, mialnya
untuk pertumbuhan gigi dan tulang.
Dampak negatif: air dengan tingkat kesadahan tinggi bila dikonsumsi akan
berdampak bagi kesehatan tubuh. Walaupun ion magnesium dan kalsium sendiri tidak
berbahaya bagi tubuh manusia, namun kecenderungannya yang mudah mengendap
dengan ion karbonat membuatnya berbahaya. Endapan dari air sadah ini
menyebabkan penyebab kencing batu atau dikenal dengan batu ginjal. Kesadahan air
ini juga dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah.

Kesimpulan

Air sadah tidak terlalu berbahaya apabila dikonsumsi, namun perlu juga diperhatikan
tingkat konsentrasi /jumlah kesadahan dalam air. Karena apabila jumlah kesadahan air
banyak akan berdampak pada kesehatan. Kesadahan air dapat dihilangkan melalui berbagai
cara seperti pemanasan, penambahan zat kimia dan lainnya. Kesadahan berdampak bagi
kehidupan manusia baik dampak positif maupun dampak negatif.

Referensi

Benazir, Hartono, L., Lie, H. A., Kushartomo, W., Muhajir, A., Salmannur, A., . . . Anjani, S.
P. (2019). Inovasi Sains dan Teknologi dalam Penerapan Infrastruktur Berbasis
Mitigasi Bencana dan Berwawasan Lingkungan. Konferensi Teknik Sipil ke-13, 1-6.
Rosvita, V., Fanani, Z., & Pambudi, I. A. (2019). Analisa Kesadahan Total (CaCO3) Secara
Kompleksometri dalam Air Sumur di Desa Clering Kabupaten Jepara. Jurnal
Farmasi, 16-20.
Sulistyani, Sunarto, & Fillaeli, A. (2012). Uji Kesadahan AIr Tanah di Daerah Sekitar Pantai
Kecamatan Rembang Povinsi Jawa Tengah. Sains Dasar, 33-39.

Anda mungkin juga menyukai