Anda di halaman 1dari 2

Nama : Diyah Novita Rahmawati

NIM : P1337420120091

Kelas : 1A1 D III Keperawatan Semarang

Proses Keperawatan Kebutuhan Istirahat dan Tidur

A. Pengkajian
Aspek yang perlu dikaji pada klien untuk mengidentifikasi mengenai kebutuhan istirahat
dan tidur meliputi :
1. Riwayat tidur
a. Pola tidur, seperti jam berapa klien masuk kamar untuk tidur, jam berapa biasa
bangun tidur, dan keteraturan pola tidur klien;
b. Kebiasaan yang dilakukan klien menjelang tidur;
c. Gangguan tidur yang sering dialami klien dan cara mengatasinya;
d. Kebiasaan tidur siang;
e. Lingkungan tidur klien;
f. Peristiwa yang baru dialami klien dalam hidup;
g. Status emosi dan mental klien.
2. Perilaku deprivasi tidur, seperti:
a. Penampilan wajah, misalnya adakah area gelap di sekitar mata, bengkak di
kelopak mata, konjungtiva kemerahan, atau mata yang terlihat cekung;
b. Perilaku yang terkait dengan gangguan istirahat tidur, misalnya apakah klien
mudah tersinggung, selalu menguap, kurang konsentrasi, atau terlihat bingung;
c. Kelelahan, misalnya apakah klien tampak lelah, letih, atau lesu.
3. Gejala klinis, seperti perasaan lelah, gelisah, emosi, adanya kehitaman di daerah
sekitar mata bengkak, konjungtiva merah dan mata perih, perhatian tidak fokus, sakit
kepala.
4. Penyimpangan tidur, seperti insomnia, somnambulisme, enuresis, narkolepsi, night
terrors, mendengkur, dan lain-lain.
5. Pemeriksaan fisik
a. Tingkat energi, seperti terlihat kelelahan, kelemahan fisik, terlihat lesu.
b. Ciri-ciri di wajah, seperti mata sipit, kelopak mata sembab, mata merah.
c. Ciri-ciri tingkah laku, seperti sempoyongan, menggosok-gosok mata, bicara
lambat, sikap loyo.
d. Data penunjang yang menyebabkan adanya masalah potensial, seperti obesitas,
deviasi septum, tekanan darah rendah, RR dangkal dan dalam.
6. Pemeriksaan diagnostik
a. Elektroecepalogram (EEG)
b. Elektromipogram (EMG)
c. Elektrookulogram (EOG)
B. Diagnosis keperawatan
1. Gangguan pola tidur disebabkan karena ansietas, lingkungan yang tidak kondusif
untuk tidur (misalnya, lingkungan yang bising), ketidakmampuan mengatasi stres
yang dialami, dan nyeri akibat penyakit yang diderita, Insomnia, hiperinsomnia,
kehilangan tidur REM, ketakutan.
2. Perubahan proses berpikir disebabkan oleh terjadinya deprivasi tidur.
3. Gangguan harga diri terutama diatami pada klien yang mengalami enuresis.
4. Risiko cedera terutama pada klien yang menderita somnambulisme.
C. Perencanaan (Intervensi)
1. Mengkaji masalah yang menyebabkan gangguan tidur (nyeri, takut, stress, ansietas,
imobilitas, sering berkemih, lingkungan yang asing, temperatur).
2. Mengurangi atau menghilangkan distraksi lingkungan dan gangguan tidur (bising
dengan menutup pintu kamar).
3. Membantu upaya tidur dengan menggunakan alat bantu tidur (misalnya minum susu
dan mandi air hangat sebelum tidur).
4. Memberikan informasi dasar dalam menentukan rencana perawatan.
D. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi dan kebutuhan klien.
E. Evaluasi
S : Pasien mengatakan dapat tidur dalam jangka waktu 20-30 menit, pada waktu tidur
tidak sering terbangun, jika terbangun akan mudah tidur kembali, meningkatnya waktu
tidur sesuai yang diharapkan, mengingat kembali mimpi yang dialaminya, menyatakan
perasaannya tenang sesudah tidur, bebas dari kecemasan dan depresi, dapat bekerja
dengan baik dan penuh konsentrasi, klien dan keluarga mampu menjelaskan faktor-faktor
yang dapat meningkatkan tidur.
O : klien tampak tenang saat di wawancarai setelah bangun tidur
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai