Anda di halaman 1dari 10

144 Jurnal Ilmiah Mahasiswa Jurusan PBSI Vol. 1 No.

4; Oktober 2016:144-153

ANALISIS TOKOH DAN PENOKOHAN DALAM NOVEL SEPATU DAHLAN


KARYA KHRISNA PABICHARA

oleh

Ucha Riani*, Mukhlis**, & Subhayni**


ucha.riani@yahoo.com, mukhlis@fkip.unsyiah.ac.id, &
subhaini@fkip.unsyiah.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Analisis Tokoh dan Penokohan Dalam Novel Sepatu Dahlan
Karya Khrisna Pabichara”. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan peran, watak dan
teknik penokohan yang terdapat dalam novel Sepatu Dahlan Karya Khrisna Pabichara.
Sumber data penelitian ini adalah novel Sepatu Dahlan Karya Khrisna Pabichara edisi
pertama. Penelitian menggunakan metode analisis deskriptif Teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini adalah teknik studi dokumenter. Hasil penelitian ini merujuk pada
peran, watak, dan teknik penokohan. Adapun peran tokoh meliputi : (1) tokoh utama, (2)
tokoh tambahan, (3) tokoh protagonis dan antagonis, (4) tokoh statis dan berkembang, dan
(5) tokoh tipikal dan netral. Adapun watak tokoh meliputi : (1) pekerja keras, (2) suka
membantu, (3) patuh pada orang tua, (4) sederhana. (5) pendiam, (6) baik hati, (7)
penyayang, (8) tegar, (9) mandiri, (10) tegas, dan (11) sombong. Adapun teknik penokohan
meliputi: (1) teknik ekspositorik/ analitik (langsung), dan (2) teknik dramatik (tidak
langsung).
Kata kunci: Analisis, tokoh, penokohan

ABSTRACT

This study entitled "Analysis of People and Personalities In Novel Shoes Dahlan work
Pabichara Krishna". This study aims to describe the role, character and characterization
techniques contained in novel Krishna Pabichara Shoes Dahlan work. The data source of
this research is the novel Shoes Dahlan work Khrisna Pabichara first edition. Research
using descriptive analysis method of data collection techniques in this research is the study
of documentary technique. The results of this study refers to the role, character, and
characterization techniques. The role of leaders include: (1) the main character, (2) an
additional character, (3) the protagonist and antagonist, (4) the static figures and growing,
and (5) a typical figure and neutral. The character figures include: (1) a hard worker, (2)
like to help, (3) obey the parents, (4) simple. (5) quiet, (6) a good heart, (7) compassionate,
(8) strong, (9) independent, (10) firmly, and (11) arrogant. The characterization techniques
include: (1) engineering ekspositorik / analytic (direct), and (2) the dramatic techniques
(indirect).
Keywords: Analysis, character, characterization

*
Mahasiswa Jurusan PBSI FKIP Unsyiah
**
Dosen Jurusan PBSI FKIP Unsyiah
Analisis Tokoh dan Penokohan...(Ucha Raiani Mukhtar, Mukhlis, & Subhayni) 145

Pendahuluan karya sastra yang masuk dalam kategori


Penelitian ini berjudul analisi novel pendidikan dan pencerahan. Novel
tokoh dan penokohan dalam novel Sepatu ini mengandung nilai yang dapat
Dahlan Karya Khrisna diterapkan dalam kehidupan baik nilai
Pabichara.Penelitian ini dilandasi oleh estetika, sosial, maupun keagamaan.
dasar pemikiran berikut. Tokoh dan Melalui tokoh pengarang mengambarkan
penokohan merupakan unsur yang bagaimana jiwa-jiwa sederhana tokoh
penting dalam karya naratif. Jika plot dalam novel tersebut.
dipandang orang sebagai tulang Novel Sepatu Dahlan Karya
punggung cerita, maka kita dapat Khrisna Pabichara berawal dari persoalan
mempersoalkan: siapa yang diceritakan Dahlan yang telah lulus sekolah SR dan
itu? Siapa yang melakukan sesuatu ingin melanjutkan sekolah ke SMP
dengan dikenai sesuatu, sesuatu yang Magetan. Namun, tiga nilai merah yang
dalam plot disebut sebagai peristiwa, ada dalam rapornya dan juga keterbatasan
siapa pembuat konflik, dan lain-lain secara materi mengharuskannya menuruti
adalah urusan tokoh dan penokohan. keinginan bapaknya untuk sekolah di
Pembicaraan mengenai tokoh dengan Pesantren Takeran. Sekolah yang
segala perwatakan dengan berbagai citra ditempuh Dahlan berjarak belasan
jati dirinya, dalam banyak hal, lebih kilometer dari rumahnya dengan
menarik perhatian orang daripada menahan rasa sakit karena lecet-lecet di
berurusan dengan pemplotannya. Namun, kakinya tidak membuat Dahlan
hal itu tidak berarti unsur plot dapat mengubah semangatnya dan justru
diabaikan begitu saja karena kejelasan semakin memperkuat mimpinya untuk
mengenai tokoh dan penokohan dalam memiliki sepatu dan sepeda. Sifat seorang
banyak hal tergantung pada anak yang begitu bersahaja yang mau
pemplotannya (Nurgiyantoro, 1995:164). melakukan apa saja untuk menggapai
Menurut Nurgiyantoro mimpinya meskipun hidup dalam
(1995:165), istilah tokoh menunjuk pada kemiskinan tidak membuatnya menyerah.
orangnya, pelaku cerita, misalnya sebagai Mimpi untuk mendapatkan sepatu dan
penjawab terhadap pertanyaan: siapakah sepeda tidak pernah terlupakan olehnya.
tokoh utama novel itu? Atau ada berapa Novel Sepatu Dahlan Karya
orang jumlah pelaku novel itu? Atau Khrisna Pabichara menurut penulis
siapakah tokoh protagonis dan antagonis memiliki daya tarik dari teknik
dalam novel itu? dan sebagainya. pengkarakterisasian tokoh. Penokohan
Penokohan adalah pelukisan gambaran dilakukan dengan menggunakan sudut
yang jelas tentang seseorang yang pandang orang pertama, pengarang
ditampilkan dalam sebuah cerita. menempatkan diri sebagai aku meskipun
Penokohan dan karakterisasi-karakterisasi cerita berdasarkan pengalaman orang
sering juga disamakan artinya dengan lain. Namun, pengarang begitu
karakter dan perwatakan menunjuk pada menghayati tokoh sebagai aku seakan-
penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan akan cerita tersebut nyata pernah dialami
watak-watak tertentu dalam sebuah pengarang. Masa kecil anak di pedesaan
cerita. benar-benar dikemas secara rapi sehingga
Penelitian ini berkenaan dengan membawa pembaca hanyut dalam cerita
analisis tokoh dan penokohan dalam tersebut. Novel yang melatarbelakangi
novel Sepatu Dahlan Karya Khrisna kisah nyata Dahlan Iskan ini dikemas
Pabichara. Ruang lingkup kajian ini dengan sangat menarik, cerita perjuangan
meliputi peran, watak, dan teknik seorang anak dari keluarga yang kurang
penokohan dalam novel Sepatu Dahlan. mampu yang memiliki cita-cita
Novel Sepatu Dahlan merupakan sebuah sederhana. Seorang anak yang masih
146 Jurnal Ilmiah Mahasiswa Jurusan PBSI Vol. 1 No. 4; Oktober 2016:144-153

berumur belasan tahun tapi sudah Selain itu, bahasa novel cenderung
menjalani hidup dengan penuh segala menggunakan bahasa sehari-hari yang
lika-liku kehidupan. Ketukunannya dalam paling umum digunakan oleh masyarakat
menuntut ilmu membuahkan hasil yang (Nurgiyantoro, 1995:6).
sangat luar biasa, bukan hanya sepatu dan Prosa fiksi ditinjau dari segi
sepeda yang Dahlan dapatkan dari bentuk terdiri dari novel dan cerita
ketukunannya. Dahlan juga mendapatkan pendek dapat dilihat dari segi formalitas
prestasi terbaik di sekolahnya dan dia bentuk, segi panjang cerita, dan
juga menjadi pelatih voli. Kisah karakteristik permasalahannya. Novel
perjuangan hidup seorang anak petani termuat beberapa permasalahan, dan
yang memiliki cita-cita sederhana dan pencitraannya lebih detil, lebih rinci dan
cinta masa remaja yang membuat Dahlan lebih banyak. Sementara cerpen hanya
bersemangat untuk melanjutkan kuliah mengemukakan satu pemasalahan dan
yang hanya bermodal tekad dan restu menuntut pencitraan serba ringkas, tidak
Bapaknya. Sesuai perkembangan dan sampai pada detil-detil khususnya dan
tuntutan zaman saat ini, novel ini sangat hanya memuat yang kurang penting yang
bagus untuk dijadikan pedoman remaja bersifat memperpanjang cerita, penutupan
saat ini yang pada umumnya bisa cepen juga sering bersifat memaksa
bersekolah dengan nyaman tapi tidak (Nurgiyantoro,1995:11).
sedikit dari mereka yang tidak 1) Dari segi panjang cerita, novel lebih
bersungguh-sunguh untuk menuntut ilmu. panjang dari cerpen. Oleh karena itu,
Analisis tokoh dan penokohon novel dapat mengemukakan sesuatu
dalam novel sudah dilakukan dengan secara bebas, menyajikan sesuatu
penelitian yang berbeda, antara lain oleh secara lebih banyak, lebih rinci, lebih
Azman (2014), yang berjudul Analisis detail, lebih banyak melibatkan
Watak Tokoh Novel sepatu Dahlan Karya berbagai permasalahan yang
Khrisna Pabichara (Skripsi jurusan PBSI komplek. Hal itu mencakup berbagai
FKIP Universitas Maritim Raja Ali Haji, unsur cerita yang membangun novel
Tanjung Pinang). Selanjutnya, Zuhra itu.
Alfian (2014), Analisis Tokoh Dan 2) Kelebihan novel yang khas adalah
Penokohan Dalam Novel Hafalan Shalat kemampuan dalam menyampaikan
Delisa. Nini Gustina (2010), Analisis permasalahan yang komplek secara
Tokoh dan Penokohan dalam penuh, mengkreasikan sebuah dunia
NovelBidadari Hitam. yang menarik. Hal itu berarti
Novel merupakan sebuah membaca sebuah novel menjadi lebih
karangan prosa yang panjang dan mudah sekaligus lebih sulit daripada
mengandung rangkaian cerita kehidupan membaca cerpen. Ia lebih mudah
seseorang dengan orang yang berada di karena tidak menuntut kita
sekelilingnya dengan menonjolkan sifat, memahami masalah yang komplek
tingkah laku, watak, dan perilaku setiap dalam bentuk dan waktu sedikit.
tokoh atau pelaku dalam cerita Sebaliknya, ia lebih sulit karena
(Depdiknas, 2007:288). Novel berupa penulisan dalam skala besar
merupakan salah satu karya fiksi. Novel daripada cerpen.
adalah karya fiksi yang mengandalkan 3) Novel dapat menawarkan tokoh dari
karya kekuatan daya imajinatif pengarang suatu tema, yaitu satu tema utama dan
dalam proses penciptaannya. Novel tema-tema tambahan. Hal ini sejalan
menampilkan unsur cerita yang paling dengan adanya plot utama dan
lengkap, memiliki media yang luas, subplot di atas yang menyampaikan
menyajikan masalah-masalah satu konflik utama dan konflik
kemasyarakatan yang paling luas juga. pendukung.
Analisis Tokoh dan Penokohan...(Ucha Raiani Mukhtar, Mukhlis, & Subhayni) 147

4) Tokoh-tokoh cerita biasanya (Nurgiyantoro, 1995:176). Uraian


ditampilkan secara lengkap, misalnya lebih lanjut tentang pengklasifikasian
yang berhubungan dengan tingkah tokoh tersebut sebagai berikut.
laku, sifat dan kebiasaan, dan lain- 1) Berdasarkan Peranan dan Tingkat
lain, termasuk bagaimana hubungan Pentingnya: Tokoh Utama dan Tokoh
antartokoh itu. Baik hal itu dilukiskan Tambahan
secara langsung maupun tidak 2) Berdasarkan Peranan Tokoh dan
langsung. Fungsi Penampilan Tokoh: Tokoh
5) Di dalam novel keadaan latar Protagonis dan Tokoh Antagonis
dideskripsikan secara rinci sehingga 3) Berdasarkan Perwatakannya dan
dapat memberikan gambaran yang Tingkat Kompleksitasnya: Tokoh
jelas, konkret dan pasti. Sederhana dan Tokoh Bulat
6) Pencapaian sifat kepaduan novel lebih 4) Berdasarkan Kriteria Berkembang atau
sulit dibandingkan cerpen. Novel Tidaknya Perwatakan: Tokoh Statis
umumnya terdiri dari sejumlah bab dan Tokoh Berkembang
yang masing-masing berisi cerita 5) Berdasarkan Kemungkinan
yang berbeda. Pencerminan Tokoh: Tokoh Tipikal
Istilah tokoh menunjuk pada dan Tokoh Netral
orangnya, pelaku cerita, misalnya sebagai Perwatakan (character)
jawaban terhadap pertanyaan “siapakah menyarankan pada dua pengertian yang
tokoh utama novel itu?” atau “ada berapa berbeda, yaitu sebagai tokoh cerita yang
orang jumlah pelaku novel itu?” atau ditampilkan dan sebagai sikap,
“siapakah tokoh protagonis dan antagonis ketertarikan, keinginan, emosi, dan
dalam novel itu?” dan sebagainya prinsip moral yang dimiliki tokoh-tokoh
(Nurgiyantoro, 1995:165). Selanjutnya, tersebut (Staton dalam Nurgiyantoro,
Sudjiman (1988:16) mengatakan bahwa 1995:165). Suatu peristiwa dalam novel
tokoh adalah individu rekaan yang terjadi karena aksi atau tokoh-tokohnya.
mengalamiperistiwa atau berkelakuan di Tokoh menunjukan pada orangnya atau
dalam berbagai peristiwa cerita. Tokoh pelaku cerita. Menurut Abrams (dalam
pada umumnya berwujud manusia, tetapi Nurgiyantoro, 1995:165-166), orang-
ada juga berwujud binatang atau benda orang yang ditampilkan dalam suatu
yang diinsankan. karya naratif atau yang oleh pembaca
Menurut Abrams (dalam ditafsirkan memiliki kualitas moral dan
Nurgiyantoro, 1995:165), tokoh cerita apa yang disebutkan dalam tindakan.
merupakan orang yang ditampilkan Tokoh cerita dilengkapi dengan
dalam suatu karya naratif atau drama oleh karakteristik dan watak tertentu. Watak
pembaca ditafsirkanmemiliki kualitas adalah kualitas tokoh yang meliputi
moral dan kecendrungan tertentu seperti kualitas nalar dan jiwa yang
yang diekspresikan dalam ucapan dan membedakannya dengan tokoh cerita
dilakukan dalam tindakan. Berdasarkan lain. Perbedaan watak dan kejiwaan
pengertian di atas dapat dikatakan bahwa setiap para tokoh itulah yang
tokoh sangat diperlukan dalam sebuah menyebabkan pertentangan atau benturan
karya sastra karena melalui tokoh dapat keinginan yang menyebabkan terjadinya
digambarkan bagaimana jalannya sebuah konflik. Oleh sebab itu, di dalam sebuah
cerita. Seperti yang dikemukakan oleh karya sastra penulis tidak mungkin
Sumardjo (1998:144) bahwa tokoh dalam menciptakan tokoh tanpa menciptakan
sebuah cerita adalah orang yang wataknya. Watak tokoh digambarkan
mengambil bagian dan mengalami penulis melalui percakapan, cara hidup,
peristiwa-peristiwa yang digambarkan dan cara berfikir tokoh.
dalam plot.
148 Jurnal Ilmiah Mahasiswa Jurusan PBSI Vol. 1 No. 4; Oktober 2016:144-153

Penokohan adalah cara pengarang dengan teknik ini akan terlihat seperti
menggambarkan atau melukiskan tokoh dunia dogeng penuturannya yang bersifat
dalam cerita yang ditulisnya. Dalam mekanis dan kurang alami.
penokohan watak atau karakter tokoh 1) Dramatik (Tidak Langsung)
dapat dilihat melalui dialog tokoh, Penggambran watak tokoh dengan
penjelasan tokoh, dan penggambaran teknik ini, pengarang melukiskan sifat
fisik. Penokoham dan tokoh dalam dan ciri tokoh melalui reaksi tokoh
sebuah cerita sangat erat kaitannya sebab tambahan terhadap tokoh utama,
perwatakan tokoh digambarkan melalui gambaran lingkungan di sekitar, jalan
penampilan si tokoh. Menurut pikiran tokoh, serta percakapan antar
Nurgiyantoro (1995:166), penokohan tokoh dalam cerita tersebut. Menurut
menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh Nurgiyantoro (1995:199), teknik
tertentu dengan watak tertentu dalam dramatik yaitu pengarang tidak
sebuah cerita. Perwatakan (karakterisasi) mendeskripsikan secara ekplisit sifat,
dapat diperoleh dengan memberi sikap, dan tingkah laku tokoh. Pengarang
gambaran mengenai tindak-tanduk, membiarkan para tokoh cerita untuk
ucapan atau sejalan tidaknya antara apa menunjukan kediriannya sendiri melalui
yang dikatakan dengan apa yang berbagai aktivitas yang dilakukan, baik
dilakukan. Perilaku para tokoh dapat secara verbal dan non verbal lewat
diatur melalui tindak-tanduk, ucapan, tindakan atau tingkah laku, dan juga
kebiasaan, dan sebagainya. Menurut melalui peristiwa yang terjadi.
Jones (dalam Nurgiyantoro, 1995:165), Berhubung sifat kedirian tokoh tidak
penokohan merupakan pelukisan dideskripsikan secara jelas dan lengkap,
gambaran yang jelas tentang seorang ia akan hadir kepada pembaca secara
yang ditampilkan dalam sebuah cerita. sepotong-sepotong, dan tidak sekaligus.
Ekspositori /Analitik (Langsung) Ia baru lengkap setelah pembaca
Deskripsi kehadiran tokoh yang menyelesaikan sebagian besar cerita,
dilakukan secara langsung oleh setelah menyelesaikannya, atau bahkan
pengarang akan berwujud penuturan yang setelah mengulang baca sekali lagi.
bersifat deskriptif pula. Artinya, ia tak Untuk memahami kedirian seorang
akan berwujud penuturan yang bersifat tokoh, apalagi yang tergolong tokoh
dialog, walau bukan merupakan suatu kompleks, pembaca dituntut untuk dapat
pantangan atau pelanggaran jika di dalam menafsirkannya sendiri.
dialog pun tercermin watak para tokoh
yang terlibat. Hal inilah yang Metode Penelitian
menyebabkan pembaca akan dengan Pendekatan /jenis pendekatan metode
mudah memahami ciri-ciri kehadiran yang digunakan dalam penelitian ini
tokoh tanpa harus menafsirkan sendiri adalah metode deskriptif analisis dengan
dengan kemungkinan kurang tepat. pendekatan yang sesuai digunakan dalam
Namun hal ini pulalah yang dipandang penelitian ini adalah pendekatan
orang sebagian kelemahan teknik sruktural. Pendekatan ini juga sering
ekspositori (Nurgiyantoro, 1995:195). dinamakan dengan pendekatan objektif,
Dalam teknik ini pengarang langsung pendekatan formal, atau pendekatan
melukiskan atau menyebutkan secara analitik (Semi, 1994:67). Strukturalisme
terperinci bagaimana watak tokoh, ciri- dapat dipandang sebagai salah satu
ciri fisiknya, apa pekerjaannya dan pendekatan kesastraan yang menekan
sebagainya sehingga pembaca tidak pada kajian hubungan antar unsur
diberikan kebebasan untuk pembangun karya sastra yang
mengimajinasikan bagaimana gambaran bersangkutan. Analisis struktural karya
watak tokoh. Cerita yang digambarkan sastra dalam hal ini fiksi dapat dilakukan
Analisis Tokoh dan Penokohan...(Ucha Raiani Mukhtar, Mukhlis, & Subhayni) 149

dengan mengindentifikasikan, mengkaji, kata-kata atau lisan tentang sifat-sifat


dan mendeskripsikan, fungsi dan suatu individu, keadaan atau gejala dari
hubungan antar unsur intrinsik fiksi yang kelompok tertentu yang dapat diamati.
bersangkutan (Nurgiyantoro,1995:36). Langkah-langkah penelitian sebagai
Analisis struktural bertujuan untuk berikut :
membongkar dan memaparkan secermat, 1) mengambarkan peran, watak, tokoh,
seteliti, semendetail dan semendalam dan penokohan yang sudah ada
mungkin keterkaitan dan keterjalinan dalam tabel.
semua anasir dan aspek karya sastra yang 2) menganalisis data berdasarkan peran,
bersama-sama menghasilakan makna watak, tokoh, dan penokohan.
menyeluruh (Teeuw, 2003:112) 3) menyimpulkan hasil analisis yang
Sumber data dalam penelitian ini mengambarkan tentang tokoh dan
sumber data diperoleh dari novel Sepatu penokohan dalam novel.
Dahlan karya Khrisna Pabichara. Novel
ini diterbitkan oleh Noura Books pada Hasil Penelitian
Mei 2012 (cetakan ke-1) dengan tebal 1) Dahlan
halaman 364 dan memiliki 32 bab. Dahlan memiliki watak pekerja keras,
Teknik pegumpulan data yang suka membantu, sederhana dan patuh
digunakan dalam penelitian ini adalah pada orang tua. Bukti Dahlan memiliki
teknik studi dokumenter. Penggunaan Watak pekerja keras.
teknik ini dimaksudkan untuk Kegiatan yang selalu Dahlan lakukan,
mengetahui keadaan yang sebenarnya dia tidak mengenal kata lelah. Bahkan
tentang sesuatu yang didokumentasikan. setelah pulang sekolah pun dia tetap pergi
Untuk memperoleh data yang akurat, untuk menyabit rumput.
dibutuhkan teknik pengumpulan data Setelah salat subuh Dahlan menyabit
yang tepat. Menurut Arikunto rumput, lalu belajar mengaji,
(1998:135), teknik penelitian kepustakaan nangondomba, dan kadang membantu itu
adalah suatu teknik pencarian data membatik. (hlm.19)
mengenai hal-hal variabel yang berupa “Tidur dulu sebentar.” Aku
catatan, transkrip, buku, surat kabar, mengeleng kepala. “Ndak ada waktu,
makalah, agenda, novel, naskah-naskah Bu. Harus nyabit lagi.” (hlm. 40)
dan lain-lain. Data dalam hal ini adalah Bukti Dahlan suka membantu.
novel Sepatu Dahlan karya Khrisna
Pabichara. Dengan langkah-langkah Ketika Dahlan ingin membantu Ibunya
sebagai berikut : membatik.
1) membaca novel Sepatu Dahlan . “Nah, sekarang waktunya nyanting .
2) membuat sinopsis cerita untuk Siapa yang mau membantu Ibu
memahami jalannya cerita membawa anglo dan wajan kecil dari
3) membuat tabel berdasarkan peran, pawon?” “Aku saja, Bu,” Kataku.
watak, tokoh, dan penokohan dalam (hlm. 49)
novel Sepatu Dahlan Ketika Dahlan menyetujui usulan
4) menggarisbawahi setiap bagian yang Komariyah untuk membongkar tabungan
berkaitan dengan karakter atau peran bersama untuk keperluan biaya berobat
tokoh dalam novel Sepatu Dahlan . Ibunya Kadir.
Teknik analisis datadalam “ Lan, celengan bersama dibongkar
penelitian ini data dianalisis dengan saja ya?” celetuk Komariyah “untuk
mengunakan teknik kualitatif. Menurut apa?” “Ibu Kadir harus segera di
Meleong (2008:6), metode penelitian bawak kerumah sakit”. “Bongkar
kualitatif merupakan prosedur penelitian saja”. Dengan tegas aku mengangguk
yang menghasilkan data deskriptif berupa (hlm. 323)
150 Jurnal Ilmiah Mahasiswa Jurusan PBSI Vol. 1 No. 4; Oktober 2016:144-153

Ketika Dahlan sudah mulai Ketika Dahlan ikut pengajian dan


bekerja sejak kelas SR dan anak merasa nasihat dari Bapaknya sangat
seusianya sudah mau bekerja dan berguna.
memberikan upah kerjanya untuk Ibunya. Daripada hidup bergelimang harta
Sejak Kelas 3 SR, aku sering nguli tapi tidak beriman, memang lebih
nyeset. Itu kulakukan sepulang baik hidup miskin tapi beriman.
sekolah, di sela-sela jadwal rutin Namun, kondisi terbaik, tentu saja
menggembala domba. Upah nguli adalah kaya dan tetap beriman.
nyeset terus kutabung demi dua Paling tidak kalau aku kaya, pasti
mimpi besarku, sepatu dan sepeda. aku bisa beli sepatu dan sepeda.
Namun, sering kali kuserahkan (hlm. 31)
sebagian besar kepada Ibuku dengan Ketika Dahlan sangat tertarik
sepenuh-penuh kebahagian. (hlm.73) dengan sepatu milik Imran yang begitu
bagus dan mahal, sehingga dia selalu
Bukti Dahlan patuh terhadap orang tua. memikirkannya.
Ketika Dahlan telah menyadari Ketika malam tiba, ingatan tentang
bahwa apa yang dikatakan Bapaknya sepatu itu belum juga sirna. Aku
benar, dia harus melanjutkan sekolah ke ingin sekali punya sepatu. Tidak
Pasantren Takeran. perlu mahal-mahal seperti sepatu
Keputusan Bapak untuk melarangku khusus milik Imran, yang penting
melanjutkan sekolah SMP bisa dipakai berjalan melintasi tepi
Manganten adalah keputusan bijak sungai dan jalan-jalan berlari di
dan aku sangat berterima kasih samping rel-rel lori. (hlm. 202)
kepada Bapak yang masih Ketika Dahlan telah mendapatkan
mengizinkanku untuk bersekolah. uang dari menjadi pelatih tim voli dan
(hlm.21) mendapatkan uang tambahan dari
Ketika Dahlan merasa sangat Bapaknya untuk membeli sepatu.
bersalah karena membiarkan adiknya Dengan riang kutenteng dua pasang
untuk memanjat pohon kelapa sendiri dan sepatu itu. Satu untukku, satu untuk
akhirnya adiknya terjatuh sehingga Zain. Aku sengaja tidak membeli
membuat bapak marah. sepatu yang masih sangat bagus dan
“Seharusnya kamu menjaga adikmu, memilih yang biasa-biasa saja, sebab
le”. Ucap Bapak “Ia Pak, Maafkan dengan begitu aku bisa membeli dua
Dahlan”. Kataku penuh Sesal. (hlm. pasang sekaligus. Betapa bahagia
179) saat membeli sepatu langsung dua
pasang, rasanya tak tepermanai.
Ketika Dahlan ketahuan Bapak Bagai terbang saja waktu kukayuh
pergi ke sumur tua dengan teman- sepeda pulang ke Kebon Dalem,
temannya. Dahlan. merasa sangat sembari membayangkan Zain terpana
bersalah dan berjanji tidak akan kesana menerima hadiah sepatu dariku.
lagi (hlm. 334)
Aku tak pernah lagi mendekati Watak pekerja keras, suka
sumur tua di Cigrok itu. Bahkan, membantu, sederhana dan patuh pada
mendekati tegalan itu. Kemarahan orang tua, Dahlan digambarkan dengan
Bapak lewat tatapan matanya sangat tenik perasaan dan pikiran, dan teknik
membekas di kedalaman hati. (hlm. cakapan. Perbuatan, kata-kata, serta jalan
71) pikiran dan perasaan akan mencerminkan
Bukti Dahlan memiliki watak sederhana. sifat-sifat tokoh. Teknik cakapan adalah
percakapan yang dilakukan oleh tokoh-
tokoh dalam cerita. Dalam suatu cerita
Analisis Tokoh dan Penokohan...(Ucha Raiani Mukhtar, Mukhlis, & Subhayni) 151

biasanya juga dimasukkan untuk deskripsi, uraian, atau penjelasan secara


menggambarkan sifat-sifat tokoh yang langsung.
bersangkutan.
2) Bapak 3) Ibu
Bapak memiliki watak yang Ibu memiliki watak penyanyang
semangat bekerja tinggi, tegar, dan dan baik hati hati. Bukti Ibu memiliki
pendiam. Bukti memiliki watak semangat watak penyanyang.
bekerja tinggi. Ketika Ibu sedang membatik dan
Ketika Bapak pergi bekerja malam- melihat Dahlan baru pulang sekolah dan
malam sembari mengusir duka dihatinya terlihat sangat lelah.
atas kepergian Ibunya Dahlan. “Capek, le?”
Bapak meninggalkan rumah dengan “Capek banget, Bu,” keluhku
cangkul di pundaknya. Meski sedang sambil membaringkan badan,
berduka, Bapak tak tinggal di memejamkan mata.
rumah.(hlm. 183) “Tidur dulu sebentar.”
Bapak menghilang dari rumah Aku mengelengkan kepala. “Ndak
dimalam hari dan baru kembali ada waktu, Bu. Harus nyabit lagi.”
menjelang dini hari (hlm.183) “Tapi kan kamu baru pulang, Le?.
Bukti Bapak memiliki jiwa tegar. (hlm. 39)
Ketika Bapak memberitahu
Dahlan bahwa Ibunya telah meninggal, Ketika Dahlan merindukan
saat itu Dahlan baru saja tiba di rumah kehadiran Ibunya dan membayangkan
dan melihat tubuh Ibunya telah terbaring Sifat Ibunya yang lembut dan
kaku. penyanyang.
“Ibumu sudah pergi,” kata Bapak. Ibu selalu mampu membuat
Datar, tanpa tekanan, tanpa bergetar. suasana rumah tetap bernyawa.
“Kita harus belajar kehilangan.” Sepasang lengan Ibu selalu hangat,
(hlm. 128) baik hati lewat pelukan ataupun
Bukti Bapak pendiam. usapan, dan kami, anak-anaknya
selalu merindukan lengan hangat
Tak ada sekulum senyum atau kata- itu. (hlm. 47)
kata lembut yang saban hari aku
dengar dari mulut bapak. Matanya Bukti Ibu memiliki watak baik hati hati.
yang bening dan tajam seolah-olah Ketika Dahlan meminta Ibunya
memberikan perintah yang tak boleh untuk membelikan sepatu kalau Ibunya
dilanggar. (hlm.23) nanti sudah mendapat upah dari
membatik.
Bapak sangat pendiam. Sampai- Ibu tertegun sejenak, menganguk-
sampai aku bisa menghitung berapa angguk. “Sabar, ya, Le. Insya
banyak kata yang diucapkannya Allah Ibu akan belikan sepatu.”
dalam satu hari. (hlm.23) (hlm. 45)

Bapak memang tak suka basa-basi. “Iya, ya, nanti kalau batik Ibu
Kalau bicara langsung ke pokok sudah jadi nomor satu dan
permasalahan. (hlm. 17) semakin banyak yang beli, kalian
Sifat pekerja keras, tegar, dan mau minta apa pun akan Ibu
pendiam Bapak digambarkan dengan belikan.” (hlm. 48)
teknik analitik, yaitu pelukisan tokoh
cerita dilakukan dengan memberikan Sifat penyanyang Ibu
digambarkan dengan teknik pemikiran
152 Jurnal Ilmiah Mahasiswa Jurusan PBSI Vol. 1 No. 4; Oktober 2016:144-153

dan perasaan. Perbuatan, kata-kata, serta penyanyang dan baik hati hati. Bukti Ibu
jalan pikiran dan perasaan yang akan memiliki watak penyanyang, Zain
mencerminkan sifat tokoh. Sifat baik hati Merupakan tokohyang memiliki sifat
hati Ibu digambarkan dengan teknik mandiri, Mbak Sofwati merupakan tokoh
cakapan, yaitu percakapan yang yang memiliki watak pendiam, tegas, dan
dilakukan oleh tokoh-tokoh dalam suatu penyayang, Mandor Komar tokoh yang
cerita biasanya juga dimasukkan untuk memiliki watak suka menolong, Kadir
menggambarkan sifat-sifat tokoh merupakan tokoh yang meiliki sifat
bersangkutan. pendiam dan baik hati, Maryati
merupakan tokoh yang memiliki watak
Simpulan baik hati hati, Komariyah merupakan
Tokoh dan penokohan merupakan bagian tokoh yang memilki watak baik hati dan
dari unsur intrinsik dalam sebuah karya tomboi, Imran, tokoh yang memiliki
sastra, khususnya novel. Tokoh atau watak baik hati, Arif merupakan
pelaku yang mengembankan cerita dalam tokohyang memiliki watak baik hati,
karya fiksi sehingga peristiwa itu mampu Mbak Atun tokohyang memiliki watak
menjalin sebuah cerita. Tokoh dalam penyanyang, Ustaz Jabbar merupakan
sebuah cerita sangat dibutuhkan, sebuah tokohyang memiliki watak baik hati,
karya sastra tanpa tokoh alur cerita ini Juragan Akbar merupakan tokoh yang
tidak akan pernah rampung.Penokohan memiliki watak sombong, Kiai Irsyad
adalah cara pengarang menggambarkan merupakantokoh yang memiliki watak
atau melukiskan tokoh dalam cerita yang karismatik, Fauzan merupakan tokoh
ditulisnya. Dalam penokohan watak atau yang memiliki watak angkuh.
karakter tokoh dapat dilihat melalui
dialog tokoh, penjelasan tokoh, dan DAFTAR PUSTAKA
penggambaran fisik. Penokoham dan Aminuddin, 2000. Pengantar Apresiasi
tokoh dalam sebuah cerita sangat erat Sastra. Bandung: Sinar Baru
kaitannya sebab perwatakan tokoh Algensindo.
digambarkan melalui penampilan si
tokoh. Arikunto, Suharismi. 1998. Proseder
Berdasarkan uraian dan Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
panganalisisan data mengenai tokoh dan
penokohan dalam novel Sepatu Dahlan Depdiknas, 2007. Kamus Besar Bahasa
Karya Khrisna Pabichara. Tokoh yang Indonesia. Jakarta: Balai Bahasa.
ditemukan dalam novel Sepatu Dahlan
Karya Khrisna Pabichara mempunyai Mahmud, Amir dkk.. 1997. Analisis
fungsi dan kedudukan yang khas dalam Struktur dan Nilai Budaya.
penokohan. Secara garis besar kaitan Jakarta: Pusat Pembinaan dan
tokoh dan penokohan dalam novel ini Pengembangan Bahasa
sangat erat, seperti dalam memberikan Departemen pendidikan dan
nuasa cerita yang khas dan berkarakter. Kebudayaan.
Adapun simpulan hasil penelitian
ini sebagai berikut: Dahlan memiliki Moleong, Lexi J. 2008. Metode
watak pekerja keras, suka membantu, Penelitian Kualitatif. Bandung:
sederhana dan patuh pada orang tua. Remaja Rosda Karya.
Bukti Dahlan memiliki Watak pekerja
keras, Bapak memiliki watak yang Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori
semangat bekerja tinggi, tegar, dan Pengkajian Fiksi. Yogyakarta:
pendiam. Bukti memiliki watak semangat Gajah Mada University Press.
bekerja tinggi, Ibu memiliki watak
Analisis Tokoh dan Penokohan...(Ucha Raiani Mukhtar, Mukhlis, & Subhayni) 153

Pabichara, Khrisna. 2012. Sepatu Sumardjo, Yacob. 1988. Memahami


Dahlan. Jakarta Selatan: Noor Kesusastraan. Bandung: Alumni.
Books.
Teeuw A. 2003. Sastera dan Ilmu
Semi, M Atar . 1994. Anatomi Sastra. Sastera. Jakarta: PT Dunia
Bandung: Angkasa. Pustaka Jaya.

Sudjiman, Panuti. 1998. Memahami Waluyo, Herman J. 1994. Pengkajian


Cerita Rekaan. Yogyakarta: Cerita Fiksi. Yogyakarta: Gajah
Nurcahaya. Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai