Anda di halaman 1dari 11

JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 20 NO 1, JANUARI 2018 P- ISSN 1693 - 3273

E- ISSN 2527 - 3469

VOLUME 20 NO 1, JANUARI 2018

JURNAL EKONOMI & BISNIS


DHARMA ANDALAS

PENGARUH MODAL INTELEKTUAL TERHADAP FINANCIAL DISTRESS


(STUDI PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN DAN MANUFAKTUR)

Rasyidah Mustika1, Rangga Putra Ananto1, Firman Surya1


Febri Yamani Felino1, Tika Indah Sari1
1)
Politeknik Negeri Padang

ABSTRAK
Latar belakang penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh modal intelektual
terhadap financial distress pada perusahaan pertambangan dan perusahaan manufaktur sektor
industri dasar dan bahan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel independen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah modal intelektual yang diukur dengan VAIC TM
yang terdiri dari VAHU (Value Added Human Capital), VACA (Value Added Capital
Employed), dan STVA (Value Added Structural Capital). Variabel dependen yang digunakan
adalah financial distress yang diukur dengan model prediksi distress keuangan oleh Altman Z-
Score dan Zmijewsi X-Score. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan
pertambangan dan perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan bahan kimia yang terdaftar
di BEI 2011-2015. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling
dengan total sampel 10 perusahaan dari total perusahaan pertambangan sebanyak 41 perusahaan
dan total sampel 10 perusahaan dari total perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan
bahan kimia sebanyak 64 perusahaan. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier
sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modal intelektual mempengaruhi financial
distress dengan nilai signifikasi 0,001 <α 0,005 (perusahaan pertambangan) dan nilai signifikasi
0,009 <α 0,005 (perusahaan manufaktur industri dasar dan sektor bahan kimia)
Kata kunci: Modal Intelektual, VAICTM, VAHU (Modal Pertambahan Nilai), VACA (Modal
Ditambah Nilai), STVA (Value Added Structural Capital), kesulitan keuangan, Altman Z-Score,
Zmijewski X-Score.

ABSTRACT
The background of the research was to determine the effect of intellectual capital on
financial distress on mining companies and manufacturing companies basic industry and
chemicals sectors listed on the Indonesia Stock Exchange. The independent variables used in
this study are intellectual capital measured by VAICTM consisting of VAHU (Value Added
Human Capital), VACA (Value Added Capital Employed), and STVA (Value Added Structural
Capital). The dependent variable used is financial distress which is measured by financial
distress prediction model by Altman Z-Score and Zmijewsi X-Score. The sample used in this
research is a mining company and manufacturing companies basic industry and chemicals
sectors listed on the BEI 2011-2015. The sampling technique is using purposive sampling
method with total samples of 10 companies from total mining companies totaling 41 companies
and total samples of 10 companies from total manufacturing companies basic industry and
chemicals sectors totaling 64 companies. The analysis technique used is simple linear
regression. The results showed that intellectual capital affect the financial distress with
signification value 0.001 < α 0.005 (mining company) and signification value 0.009 < α 0.005
(manufacturing companies basic industry and chemicals sectors)

120
JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 20 NO 1, JANUARI 2018 P- ISSN 1693 - 3273
E- ISSN 2527 - 3469

Keywords: Intellectual Capital, VAICTM, VAHU (Value Added Human Capital), VACA (Value
Added Capital Employed), STVA (Value Added Structural Capital), financial
distress, Altman Z-Score, Zmijewski X-Score

PENDAHULUAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa


Menurut PSAK No.19 (revisi intellectual capital berpengaruh positif
2015) aset tidak berwujud adalah aset dan signifikan terhadap kinerja
non-moneter yang tidak memiliki bentuk perusahaan.
fisik yang digunakan untuk mendukung Merujuk kepada hasil penelitian di
kegiatan operasional perusahaan, dimana atas dapat dilihat bahwa modal
aset tersebut harus memiliki sifat intelektual memiliki pengaruh terhadap
keteridentifikasian, pengendalian, dan peningkatan kinerja suatu perusahaan.
manfaat ekonomi. Pengetahuan Dimana pengelolaan modal intelektual
karyawan, ide intelektual, skill karyawan yang semakin baik, mengakibatkan
merupakan contoh dari aset tidak kinerja perusahaan juga akan dinilai baik
berwujud yang disebut dengan modal dan apabila pengelolaan modal
intelektual (intellectual capital). intelektual tidak berjalan dengan baik
Menurut International Federation of maka akan mengakibatkan kinerja
Accountans (IFAC) modal ini dianggap perusahaan dinilai buruk sehingga akan
sebagai modal yang berbasis terlihat pada sumber daya yang ada di
pengetahuan yang dimiliki perusahaan. dalam perusahaan tersebut sedang
IFAC juga memperkirakan bahwa saat mengalami penurunan kinerja.
ini nilai perusahaan tidak lagi ditentukan Penurunan kinerja akan berujung pada
oleh aset tetap, tetapi nilai perusahaan profit perusahaan yang dapat dilihat pada
lebih ditentukan atas manajemen modal laporan keuangan. Hal ini akan
intelektual yang dimiliki. Oleh karena berdampak pada kemungkinan terjadinya
itu, selama beberapa tahun terakhir ini financial distress (kesulitan keuangan) di
muncul suatu pendekatan yang suatu perusahaan.
digunakan dalam penilaian dan Berbagai analisis harus sedini
pengukuran aset tidak berwujud yang mungkin dilakukan untuk menghadapi
disebut sebagai modal intelektual atau resiko yang menyangkut financial
biasanya sering disebut intellectual distress di perusahaan. Financial distress
capital dan disingkat sebagai IC. Modal suatu perusahaan dapat dilihat dan
intelektual terdiri dari tiga komponen, diukur melalui laporan keuangan dengan
yaitu human capital, structural capital, rasio-rasio keuangan yang ada. Laporan
dan customer capital. keuangan yang diterbitkan oleh
Modal intelektual sendiri berperan perusahaan merupakan salah satu
penting dalam menciptakan nilai tambah sumber informasi mengenai posisi
(value added) bagi perusahaan yang keuangan perusahaan, kinerja, serta
nantinya akan meningkatkan kinerja perubahan posisi keuangan perusahaan
perusahaan untuk dapat memberikan yang sangat berguna untuk mendukung
keunggulan bersaing dari suatu pengambilan keputusan yang tepat.
perusahaan. Penelitian mengenai modal Definisi modal intelektual menurut
intelektual telah banyak dilakukan di Stewart (1997) dalam Suhendah (2012),
Indonesia, salah satunya seperti adalah sumber daya berupa pengetahuan
penelitian yang dilakukan oleh yang tersedia pada perusahaan yang
Puspitasari dan Srimindarti (2014) yang menghasilkan asset bernilai tinggi dan
meneliti mengenai peran intellectual manfaat ekonomi di masa mendatang
capital terhadap kinerja perusahaan. bagi perusahaan. Modal intelektual
121
JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 20 NO 1, JANUARI 2018 P- ISSN 1693 - 3273
E- ISSN 2527 - 3469

sebagai sumber daya pengetahuan dalam yang dapat menambah nilai bagi
bentuk karyawan, pelanggan, proses atau perusahaan.
teknologi yang mana perusahaan dapat Ardhan dan Hatane (2015),
menggunakannya dalam proses menyatakan bahwa intellectual capital
penciptaan nilai bagi suatu perusahaan. merupakan aset yang sangat bernilai
Secara umum komponen modal yang juga dibutuhkan oleh pihak
intelektual terdiri dari tiga kategori eksternal, namun pengakuan intellectual
utama yaitu human capital, structural capital ini tidak terdapat dalam laporan
capital (organizational capital) dan keuangan. Untuk melakukan pengukuran
customer capital (relation capital), terhadap modal intelektual bukanlah hal
(Bontis, 2000 dalam Gany dan yang mudah. Publik (1998) dalam Gany
Nugrahanti, 2015). Sama halnya, dan Nugrahanti,(2015) mengembangkan
menurut International Federation of suatu metode VAICTM (value added
Accountants atau IFAC (1998) ia intellectual coefficient yang didesain
mengklasifikasi modal intelektual dalam untuk menyajikan informasi tentang
tiga komponen yaitu: human capital, value creation effeciency dari aset
relational capital, dan organizational berwujud dan aset tidak berwujud yang
capital. dimiliki perusahaan.
Komponen pertama, human capital VAICTM merupakan alat yang
(HC) merupakan komponen terpenting digunakan untuk mengukur kinerja
dalam suatu perusahaan. HC menjadi modal inetelektual perusahaan karena
lifeblood dalam modal intelektual yang keunggulan metode ini adalah relatif
didalamnya terdapat sumber innovation mudah dan sangat mungkin untuk
dan improvement. Karena didalamnya dilakukan karena data yang dibutuhkan
terdapat pengetahuan, keterampilan, dan mudah diperoleh dari berbagai sumber
kompentensi yang dimiliki oleh dan jenis perusahaan. Data yang
karyawan perusahaan. HC dapat dibutuhkan untuk menghitung berbagai
meningkat jika perusahaan dapat rasio tersebut adalah angka-angka
memanfaatkan dan mengembangkan keuangan standar yang umumnya
pengetahuan, kompentensi, dan tersedia di laporan keuangan perusahaan.
ketrampilan karyawannya secara efisien. Terdapat tiga komponen dalam
Komponen kedua, structural menilai sumber daya intelektual
capital (SC) merupakan kemampuan perusahaan, yaitu VACA (Value Added
organisasi atau perusahaan dalam Capital Employed), VAHU (Value
memenuhi proses rutinitas perusahaan Added Human Capital), dan STVA
dan strukturnya yang mendukung usaha (Structural Capital Value Added). Dalam
karyawan untuk menghasilkan kinerja penelitian ini, peneliti menggunakan
intelektual yang optimal serta kinerja metode VAICTM untuk mengukur kinerja
bisnis secara keseluruhan. Komponen modal intelektual sesuai dengan
ketiga, relational capital (RC) atau penelitian Puspitasari (2014), Ardhan
customer capital (CC) merupakan dan Hatane (2015), dan Gany dan
hubungan yang harmonis association Nugrahanti, (2015).
network yang dimiliki oleh perusahaan Kinerja merupakan kemampuan
dengan para mitranya, baik yang berasal organisasi untuk meraih tujuan-
dari para pemasok, pelanggan, dan juga tujuannya melalui pemakaian
pemerintah serta masyarakat. Relational sumberdaya secara efektif dan efisien.
capital dapat muncul dari berbagai Efektivitas berarti seberapa jauh
bagian di luar lingkungan perusahaan organisasi meraih sasaran yang
ditetapkan, sedangkan efisiensi
122
JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 20 NO 1, JANUARI 2018 P- ISSN 1693 - 3273
E- ISSN 2527 - 3469

merupakan pemakaian sumberdaya Sedangkan menurut Yami (2015)


seminimal mungkin untuk meraih output financial distress merupakan kondisi
dalam jumlah tertentu (Daft, 2002). dimana adanya ketidakmampuan
Menurut Jovian et al (2016) kinerja perusahaan untuk memenuhi kewajiban
perusahaan merupakah hasil pencapaian lancarnya yang telah jatuh tempo.
dalam periode tertentu atas pelaksanaan Financial distress merupakan
tugas pada unit-unit bisnis di dalam kondisi dimana keuangan perusahaan
perusahaan. Kinerja suatu perusahaan dalam keadaan tidak sehat atau krisis.
dapat diukur melalui penilaian kinerja Financial distress yang cukup
keuangan. Penilaian kinerja keuangan mengganggu kegiatan operasional
merupakan salah satu cara yang dapat perusahaan merupakan suatu kondisi
dilakukan oleh pihak manajemen agar yang harus segera diwaspadai dan
dapat memenuhi kewajibannya terhadap diantisipasi. Menurut Rodoni (2010)
para penyandang dana dan juga untuk dalam Afriyeni (2012) apabila ditinjau
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dari kondisi keuangan ada tiga keadaan
oleh perusahaan. Kinerja keuangan dapat yang menyebabkan financial distress
dinilai dari laporan keuangan perusahaan yaitu faktor ketidak cukupan modal atau
yang menggambarkan kondisi kekurangan modal, besarnya beban
perusahaan di suatu periode tertentu. utang dan bunga dan menderita
Dilakukannya pengukuran atas kerugian. Ketiga aspek tersebut saling
penilaian kinerja suatu perusahaan berkaitan. Oleh karena itu harus dijaga
karena dapat dipakai sebagai dasar keseimbangannya agar perusahaan
dalam pengambilan keputusan baik terhindar dari kondisi financial distress
pihak internal maupun eksternal. Ukuran yang mengarah kepada kebangkrutan.
kinerja meliputi ukuran financial dan Kondisi financial distress akan
non-financial. Kinerja keuangan berdampak kepada terjadinya penurunan
perusahaan (ukuran financial) lebih firm value, penurunan kualitas hubungan
berorientasi jangka pendek, yaitu untuk dengan pelanggan, dengan pegawai dan
mencari keuntungan atau profit. Ukuran dengan kreditur serta terjadinya
dari jangka pendek adalah sekitar satu demotivasi pada karyawan sehingga
tahun siklus hidup perusahaan. menurunkan job security (Afriyeni,
Sedangkan kinerja non keuangan 2013).
perusahaan (ukuran non- financial) Almilia dan Kristijadi (2003)
lebih bersifat jangka panjang, misalnya mengindikasi suatu perusahaan
untuk menciptakan value (nilai) dari mengalami financial distress dengan
intangible asset (human capital, memilih suatu perusahaan yang
structural capital, dan customer capital) mengalami laba bersih operasi (net
yang dimiiliki perusahaan serta menjaga operating income) negatif selama 2
agar perusahaan tetap dapat bertahan tahun dan selama lebih dari satu tahun
hidup, tumbuh, dan berkembang tidak melakukan pembayaran dividen.
Financial distress atau sering Rilantini, Wahyuni, dan Yuniarta (2017)
disebut dengan kesulitan keuangan, melihat financial distress dengan satu
terjadi sebelum kebangkrutan benar- tolak ukur yaitu bahwa suatu perusahaan
benar dialami oleh perusahaan. Platt dikatakan mengalami financial distress
(2002) dalam Gobenvy (2014) apabila perusahaan memiliki earnings
mendefinisikan financial distress sebagai per share (laba per lembar saham)
tahapan penurunan kondisi keuangan negatif selama dua tahun berturut-turut.
yang terjadi sebelum terjadinya Model prediksi yang penulis
kebangkrutan ataupun likuiditas. gunakan untuk memprediksi terjadinya
123
JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 20 NO 1, JANUARI 2018 P- ISSN 1693 - 3273
E- ISSN 2527 - 3469

financial distress dalam suatu mengukur dengan kinerja perusahaan,


perusahaan yaitu menggunakan model leverage, dan likuiditas untuk
Altman dan Zmijewski. Model yang mengembangkan modelnya
dikemukakan Altman (Z-Score) ini (Nurcahyanti, 2015). Model Zmijewski
menjadi model yang paling populer pertama kali digunakan dalam penelitian
untuk melakukan prediksi financial pada 40 perusahaan bangkrut dan 800
distress suatu perusahaan (Widenda, perusahaan non-bangkrut.. Metode
2015). Dalam Z-Score yang telah statistik yang digunakan sama dengan
dimodifikasi, Altman mengeliminasi yang digunakan Ohlson, yaitu regresi
rasio (sales/total asset) karena rasio ini logit. Dengan menggunakan metode
sangat bervariatif pada industri dengan tersebut, menghasilkan metode sebagai
ukuran aset yang berbeda-beda. Model berikut:
ini disebut sebagai model Altman X = -4.3 - 4.5X1 + 5.7X2 - 0.004X3
modifikasi atau Z-Score. Berikut ini
persamaan Z-Score yang di modifikasi Keterangan:
Altman dkk (1995): X1 = ROA (Net Income/Total Assets)
Z = 6,56X1 + 3,26X2 + 6,72X3 + X2 = Leverage (Total Liabilities/ Total
1,05X4 Assets)
Keterangan: X3 = Liquidity (Current Assets/Current
Z = Bankruptcy Index (Z-Score) Liabilities)
X1 = Working Capital/Total Assets Nilai Cut-Off yang berlaku dalam
X2 = Retained Earning/Total Assets model ini adalah 0. Hal ini berarti
X3 = Earnings Before Interest and perusahaan yang nilai X lebih besar dari
Taxes (EBIT)/Total Assets atau sama dengan 0 diprediksi akan
X4 = Book Value of Equity/Book Value mengalami financial distress di masa
of Total Debt depan. Sebaliknya, perusahaan yang
Kriteria resiko kebangkrutan (cut- memiliki nilai X lebih kecil dari 0
off) sebuah perusahaan berdasarkan diprediksi tidak akan mengalami
metode analisis Altmana dapat dilihat financial distress.
dari nilai Z-Score, yaitu: Perusahaan harus menyadari peran
1. Jika nilai Z-Score < 1,1 berarti penting dari pengelolaan modal
perusahaan mengalami kesulitan intelektual. Apabila kinerja dari modal
keuangan dan risiko tinggi (financial intelektual dapat dilakukan secara
distres). maksimal, maka perusahaan akan
2. Jika nilai 1,1 < Z < 2,6 maka memiliki value added yang dapat
perusahaan dianggap berada pada memberikan suatu karakteristik
daerah abu-abu (grey area), yaitu tersendiri (Puspitasari dan Srimindarti,
tidak dapat ditentukan apakah 2014). Sehingga, perusahaan harus dapat
perusahaan sehat atau mengalami meningkatkan kinerjanya agar dapat
kebangkrutan. mempertahankan keunggulan
3. Jika nilai Z-Score > 2,6 maka kompetitifnya dan tetap dipandang
perusahaan berada dalam keadaan memiliki daya saing oleh perusahaan itu
yang sangat sehat sehingga sendiri. Mengacu pada penelitian
kemungkinan kebangkrutan sangat Puspitasari dan Srimindarti (2014) dan
kecil terjadi. Jovian et al (2016), terdapat hubungan
positif antara modal intelektual dengan
Model Zmijewski (X-Score) kinerja perusahaan, yang
menggunakan rasio keuangan yang mengindikasikan bahwa jika pengelolaan
124
JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 20 NO 1, JANUARI 2018 P- ISSN 1693 - 3273
E- ISSN 2527 - 3469

modal intelektual yang semakin baik 1. Perusahaan Tambang


maka mengakibatkan kinerja perusahaan a. Variabel independen yaitu modal
akan semakin baik pula. Contohnya intelektual dengan rumus yaitu:
adalah dengan pengelolan sumber daya VAICTM = VACA + VAHU +
manusia yang baik dalam perusahaan, STVA
produktivitas karyawan akan semakin b. Variabel dependen yaitu financial
meningkat. Dengan meningkatnya distress dengan rumus yaitu:
produkivitas karyawan, maka diharapkan X1 = Working Capital/Total Assets
akan meningkatkan profit perusahaan, X2 = Retained Earning/Total Assets
yang berujung nantinya kepada kinerja X3 = EBIT/Total Assets
perusahaan tersebut dinilai baik oleh X4 = Book Value of Equity/Book
pihak stakeholder. Sedangkan Value of Total Debt
sebaliknya apabila pengelolaan modal 2. Perusahaan Mnaufaktur Sektor
intelektual didalam perusahaan tidak Industri Dasar dan Kimia
dikelola dengan baik maka akan a. Variabel independen yaitu modal
mengakibatkan kinerja dari perusahaan intelektual dengan rumus yaitu:
itu sendiri dinilai tidak baik/menurun. VAICTM = VACA + VAHU +
Penurunan kinerja perusahaan akan STVA
berdampak kepada terjadinya kesulitan b. Variabel dependen yaitu financial
keuangan (financial distress). Financial distress dengan rumus yaitu:
distress adalah keadaan dimana X1 = ROA (Net Income/Total
perusahaan dalam keadaan tidak sehat Assets
atau kritis. Financial distress ini terjadi X2 = Leverage (Total Liabilities/
sebelum perusahaan dinyatakan Total Assets)
bangkrut. Jadi, financial distress beda X3 = Liquidity (Current
dengan kebangkrutan. Assets/Current Liabilities)
Berdasarkan penjelasan dan Populasi dalam penelitian ini
beberapa penelitian terdahulu diatas adalah seluruh perusahaan pertambangan
maka akan diajukan hipotesis sebagai dan perusahaan manufaktur sektor
berikut : industri dasar dan kimia yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2015.
H1 : Modal intelektual berpengaruh
Perusahaan pertambangan yang terdaftar
terhadap financial distress
di Bursa Efek Indonesia yaitu berjumlah
METODE PENELITIAN 41 perusahaan dan perusahaan
Variabel independen dalam manufaktur sektor industri dasar dan
penelitian ini yaitu modal intelektual kimia berjumlah 64 perusahaaan.
yang diproksikan dengan VAICTM yang Sedangkan menurut (Sugiyono,
terdiri dari tiga komponen yang diukur 2012) sampel adalah bagian dari jumlah
berdasarkan value added dari VAHU, dan karakteristik yang dimiliki oleh
VACA, dan STVA. Sedangkan variabel populasi tersebut. Teknik pengambilan
dependen dalam penelitian ini adalah sampel yang digunakan adalah purposive
financial distress yang diukur sampling, artinya bahwa populasi yang
berdasarkan nilai Z-score yang akan dijadikan sampel dalam penelitian
ditetapkan oleh model Altman ini adalah populasi yang memenuhi
modifikasi tahun 1995 dan nilai X-Score kriteria sampel tertentu sesuai dengan
yang ditetapkan oleh model Zmijewski yang dikehendaki peneliti. Kriteria
tahun 1984. Definisi dan operasional penentuan pengambilan sampel dalam
masing-masing variabel sebagai berikut: penelitian ini adalah sebagai berikut:

125
JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 20 NO 1, JANUARI 2018 P- ISSN 1693 - 3273
E- ISSN 2527 - 3469

1. Perusahaan yang konsisten intelektual memiliki pengaruh terhadap


mempublikasikan laporan keuangan financial distress. Hal ini dapat dilihat
atau laporan tahunan pada tahun 2011- dari uji statistik pada tabel diatas dengan
2015. melihat nilai t-hitung sebesar 3,619
2. Perusahaan yang termasuk dalam dengan nilai signifikansi yang berada di
kategori sektor pertambangan dan bawah 0,05 yaitu sebesar 0,001 maka
perusahaan manufaktur sektor industri dengan demikian hipotesis di terima.
dasar dan kimia yang terdaftar di Pada koefisien regresi modal intelektual
Bursa Efek Indonesia. menunjukkan nilai 0,567 yang artinya
3. Laporan keuangan yang modal intelektual berpengaruh terhadap
dipublikasikan menggunakan mata financial distress.
uang rupiah. Terlihat pada perusahaan Citatah
4. Perusahaan pertambangan dan Tbk (CTTH) yang menunjukkan hasil Z-
perusahaan manufaktur sektor industri Score selama periode 2011-2015
dasar dan kimia yang selama dua berturut-turut berada dibawah cutoff
tahun mengalami laba bersih operasi yaitu -5,72, -4,43, -3,19, -3,31 dan 0,29.
(net operating income) negatif dan Dimana berdasarkan hasil Z-Score
selama lebih dari satu tahun tidak tersebut menandakan bahwa kondisi
melakukan pembayaran deviden perusahaan terancam mengalami
(Almilia, 2003). financial distress dengan batas cutoff <
Metode analisis yang digunakan 1,1. Kondisi ini bisa terjadi karena
dalam penelitian ini adalah analisis terlihat dari hasil perhitungan salah satu
regresi linier sederhana dengan rasio Altman pada laba ditahan hasilnya
persamaan regresi sebagai berikut: dari tahun 2011-2015 negatif.
Selanjutnya terlihat pada EBIT yang
Y = a + bx + e
dihasilkan setiap tahunnya mengalami
Keterangan penurunan dan kenaikan dengan sangat
Y = Financial Distress berfluktuatif. Sehingga kondisi ini
a = Bilangan Kosntanta konsisten dengan skor akhir yang
b = Koefisiensi Regresi dibentuk oleh model Altman. Hal ini
x = Modal Intelektual sejalan dengan nilai VAIC pada
e = Error perusahaan ini yaitu pada tahun 2011-
2015 sebesar 1,35, 1,54, 1,30, 1,34, dan
HASIL DAN PEMBAHASAN 1,38.
Kondisi yang sebaliknya terjadi
Tabel 1
pada perusahaan Aneka Tambang Tbk
Hasil Uji Hipotesis (Perusahaan
(ANTM) yang mendapatkan nilai Z-
Pertambangan)
Score diatas cutoff 2,6 yaitu pada tahun
Unstandarized Standardized
Coefficients Coefficients
2011-2015 berturut-turut sebesar 9,08,
Model t Sig. 5,74, 4,33, 3,53, dan 3,96. Hal ini
B Std. Beta
Error disebabkan karena asset lancar
perusahaan lebih besar dari pada hutang
1 (Constant) 2.320 .790 2.936 .005
lancar perusahaan. Dimana asset lancar
Modal
Intelektual
.567 .157 .497 3.619 .001 setiap tahunnya mengalami peningkatan
a. Dependent Variable: Financial Distress
kecuali tahun 2014, tetapi walaupun
Sumber: Pengolahan data SPSS 21 pada tahun 2014 total asset lancar
mengalami penurunan hal ini bisa
Berdasarkan hasil output SPSS 21 menutupi hutang pada tahun 2014
di atas menunjukkan bahwa modal tersebut. Sehingga jelas bahwa
126
JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 20 NO 1, JANUARI 2018 P- ISSN 1693 - 3273
E- ISSN 2527 - 3469

perusahaan mampu membayar utangnya financial distress. Setelah dilakukan


dan dapat dinyatakan perusahaan jauh perhitungan dengan uji statistik t dengan
dari financial distress. Hal ini searah menggunakan program SPSS 21,
dengan terjadinya peningkatan nilai didapatkan nilai t-hitung sebesar -2,735
VAIC sebesar 4,42, 5,61, -2,12, 10,78, dengan nilai signifikansi sebesar 0,009
dan 0,18. lebih kecil dari dari 0,05 (0,009 < 0,05).
Berdasarkan beberapa perusahaan Koefisien regresi modal intelektual
yang telah dijelaskan di atas dapat menunjukkan nilai -0,216 yang artinya
dikatakan ketika pengelolaan modal arah pengaruh modal intelektual
intelektual berjalan dengan baik maka terhadap financial distress adalah
akan mengakibatkan kinerja perusahaan negatif.
juga baik dan perusahaan terhindar dari Hasil penelitian ini menunjukkan
financial distress. Hal ini sejalan dengan bahwa apabila modal intelektual
penelitian yang dilakukan Puspitasari perusahaan meningkat maka perusahaan
dan Srimindarti (2014) dan Jovian et al terhindar dari financial distress, begitu
(2016) yang mengatakan terdapat sebaliknya apabila modal intelektual
pengaruh postif dan signifikan antara perusahaan menurun maka ada
modal intelektual dengan kinerja kemungkinan akan terjadi financial
perusahaan. Sehingga dapat distress. Ketika hal ini terjadi maka
diindikasikan modal intelektual berperan perusahaan hendaknya mulai melakukan
penting pada kontribusi kinerja pembenahan karena financial distress
perusahaan. Namun, hasil penelitian ini merupakan awal mula terjadinya
berbeda dengan penelitian yang kebangkrutan.
dilakukan oleh Kuryanto dan Syafruddin Hasil ini tergambar pada
(2008) yang menyatakan bahwa modal perusahaan Alam Karya Unggul Tbk
intelektual tidak berpegaruh positif (AKKU) mengalami rugi bersih selama
terhadap kinerja perusahaan, dimana 5 tahun yang telah memasuki financial
modal intelektual bukan merupakan distress dengan hasil X-Score yang
komponen utama perusahaan, sehingga bervariasi. Pada tahun 2011 bernilai 1,92
ada indikasi penggunaan aktiva fisik dan dan pada tahun 2012 turun menjadi 0,16,
keuangan masih mendominasi untuk pada tahun 2013 dan 2014 naik kembali
memberikan kontribusi pada kinerja menjadi 1,23 dan 1,44, dan di tahun
perusahaan. 2015 turun menjadi 0,24.
Tabel 2 Dari perusahaan tersebut dapat
Hasil Uji Hipotesis (Perusahaan dinyatakan bahwa meskipun hasil X-
Manufaktur Sektor Industri Dasar dan Score yang didapatkan naik turun namun
Kimia) perusahaan tetap mengalami financial
Unstandarized Standardized distress yang bepotensi mengalami
Coefficients Coefficients kebangkrutan. Hal disebabkan karena
Model t Sig.
B Std. Beta rendahnya modal intelektual pada
Error perusahaan yang dapat diketahui dari
1 (Constant) -.526 .274 -1.920 .061 human capital, structural capital, dan
Modal customer capital. Rendahnya kualitas
-.216 .079 -.367 -2.735 .009
Intelektual human capital menyebabkan kinerja
a. Dependent Variable: FINANCIAL DISTRESS perusahaan mengalami kemunduran.
Sumber: Output IBM SPSS Versi 21 Kualitas human capital dapat diukur
Berdasarkan hasil output SPSS 21 dengan pengetahuan, informasi,
di atas membuktikan bahwa modal keterampilan dan pemikiran yang
intelektual berpengaruh negatif terhadap dimiliki baik itu karyawan, manajemen,
127
JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 20 NO 1, JANUARI 2018 P- ISSN 1693 - 3273
E- ISSN 2527 - 3469

maupun direksi. Masalah selanjutnya signifikansinya sebesar 0,018 yang


yaitu tidak maksimalnya structural kurang dari α = 5% (0,018 < 0,05).
capital perusahaan, salah satunya yaitu
kurangnya ketersediaan teknologi seperti
alat, pengetahuan, dan prosedur dalam SIMPULAN
bentuk hardware, software, database, Berdasarkan hasil analisis data
hak paten, gedung, sarana sosial, sistem yang telah dilakukan dapat ditarik
informasi, dan merk dagang. Sistem kesimpulan sebagai berikut:
informasi manajemen yang masih rendah 1. Terdapat pengaruh positif dan
dapat menyebabkan kinerja karyawan signifikan antara modal intelektual
tidak maksimal. Masalah yang terakhir terhadap financial distress pada
yaitu terletak pada customer capital yang perusahaan pertambangan yang
merupakan hubungan antara perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
dengan pelanggan. Perusahaan tidak Hasil ini menerima hipotesis
mampu mendekatkan diri pada penelitian.
pelanggan, akibatnya pelanggan tidak 2. Terdapat pengaruh negatif dan
mau melakukan pembelian. Hal ini bisa signifikan antara modal intelektual
disebabkan tingginya harga barang yang terhadap financial distress pada
ditawarkan namun kualitas yang perusahaan manufaktur sektor industri
dihasilkan sangat rendah. dasar dan kimia yang terdaftar di
Hasil ini mendukung penelitian Bursa Efek Indonesia. Hasil ini
yang dilakukan oleh Budiarso (2014) menerima hipotesis penelitian.
yang menggunakan sampel pada 58 3. Berdasarkan hasil Z-Score Altman,
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek jika nilai Z-Score berada di atas cutoff
Indonesia. Budiarso (2014) menemukan 2,6 maka perusahaan tidak mengalami
bahwa modal intelektual dan kinerja financial distress dan jika nilai Z-
perusahaan memiliki pengaruh dengan Score berada di bawah cutoff maka
nilai t/sig = 5,347/0,000. Artinya modal perusahaan terancam mengalami
intelektual memiliki pengaruh yang financial distress yang nantinya akan
signifikan terhadap kinerja perusahaan. berujung kebangkrutan, hal ini
Semakin tinggi modal intelektual yag dipengaruhi oleh modal intelektual
dimiliki perusahaan maka semakin bagus dimana berdasarkan uji statistik diatas
kinerja perusahaan, dan sebaliknya setiap kenaikan 1 satuan modal
semakin rendah modal intelektual maka intelektual akan menaikan terjadinya
semakin buruk kinerja perusahaan. financial ditress. Sehingga dengan
Kemudian hasil ini juga mendukung demikian dapat dikatakan, semakin
penelitian yang dilakukan oleh Whidiari tinggi modal intelektual perusahaan
dan Merkusiwati (2015) yang maka semakin tinggi nilai Z-Score dan
menggunakan sampel 38 perusahaan semakin rendah kemungkinan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek terjadinya financial ditress begitupun
Indonesia (BEI). Whidiari dan sebaliknya.
Merkusiwati (2015) menemukan bahwa 4. Berdasarkan hasil Zmijewski X-Score,
rasio likuiditas berpengaruh signifikan jika nilai X-Score berada di atas cutoff
terhadap financial distress pada 0 maka perusahaan mengalami
perusahaan manufaktur yang listing di financial distress yang nantinya
BEI tahun 2010-2013. Hal ini dibuktikan berujung pada kebangkrutan dan jika
dengan uji regresi logistik yang nilai X-Score berada di bawah cutoff
menyatakan bahwa nilai koefisien maka perusahaan tidak terancam
adalah -0,198 dengan tingkat mengalami financial distress, hal ini
128
JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 20 NO 1, JANUARI 2018 P- ISSN 1693 - 3273
E- ISSN 2527 - 3469

dipengaruhi oleh modal intelektual Perusahaan yang terdaftar di Bursa


yang mana berdasarkan uji statistik Efek Indonesia periode 2009-2012.
diatas setiap kenaikan 1 satuan modal Daft, R. 2002. Manajemen. Edisi
intelektual akan menurunkan Kelima. Jakarta: Erlangga.
terjadinya financial ditress. Sehingga Gany, Florentina Paula Putri. dan
dengan demikian dapat dikatakan, Nugrahanti, Yeterina Widi. (2015).
semakin tinggi modal intelektual Pengaruh Intellectual Capital
perusahaan maka semakin rendah Terhadap Kinerja Perusahaan.
kemungkinan terjadinya financial Prosiding Seminar nasional & Call
ditress begitupun sebaliknya semakin For Papers.
rendah modal intelektual maka Gobenvy, Orchid. (2014). Pengaruh
semakin tinggi terjadinya financial Profitabilitas, Financial Leverage,
ditress. dan Ukuran Perusahaan Terhadap
Financial Distress Pada
UCAPAN TERIMAKASIH Perusahaan Manufaktur yang
Penulis mengucapkan Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
terimakasih kepada Politeknik Negeri Jurnal Falkultas Ekonomi
Padang yang telah menfasilitasi sehingga Universitas Negeri Padang.
penelitian ini dapat terselesaikan dengan Jovian, Robertus., Musadieq,
baik, tidak lupa juga terimakasih kepada Mochammad Al., dan Iqbal.
Rangga Putra Ananto, Firman Surya, Mohammad (2016). Pengaruh
Febri Yamani Felino dan Tika Indah Sari Intellectual Capital dan
atas kerjasamanya dalam menyelesaikan Organizational Value Terhadap
penelitian ini. Kinerja Perusahaan. Jurnal
Administrasi Bisnis (JAB), 33(1),
DAFTAR PUSTAKA 18-27.
Almilia, Luciana Spica. dan Kristijadi. Kuryanto, Benny. dan Syafruddin.
(2003). Analisis Rasio Keuangan Muchamad. (2008). Pengaruh
untuk Meprediksi Kondisi Modal Intelektual Terhadap
Financial Distress Perusahaan Kinerja Perusahaan. Simposium
manufaktur yang Terdaftar di Nasional Akuntansi 11.
Bursa Efek Jakarta. ISSN JAAI, Nurcahyanti, Wahyu. 2015. Studi
7(2), 183-209. Komparatif Model Z-Score
Afriyeni, Endang. (2012). Model Altman, Springate, dan Zmijewski
Prediksi Financial Distress dalam Mengindikasikan
Perusahaan. Polibisnis, 4(2), 1-10. Kebangkrutan Perusahaan yang
ISSN 1858-3717. Terdaftar di Bursa Efek
Ardhan, Jendra Dasse., dan Hatane, Indonesia (online)
Saarce Elsye. (2015). Analisis https://www.google.co.id/?gws_rd
Pengaruh Intellectual Capital dan =cr,ssl
Inventory Turnover terhadap Puspitasari, Elen. dan Srimindarti,
Profitabilitas Perusahaan. Jurnal Ceacilia. (2014). Peran Indikator
Akuntansi Bisnis Universitas Kekayaan Intelektual Terhadap
Kristen Petra. Bussiness Kinerja Perusahaan Manufaktur
Accounting Review, 3(1), 55-65. yang Terdaftar di Bursa Efek
Budiarso, Novi. S. 2014. Modal Indonesia. Jurnal Organisasi dan
Intelektual dan Kinerja Perusahaan Manajemen, 10(1), 60-77.
Studi Kasus pada Rilanti, Ni Made Marlila., Wahyuni,
Made Arie., dan Yuniarta. Gede
129
JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 20 NO 1, JANUARI 2018 P- ISSN 1693 - 3273
E- ISSN 2527 - 3469

Adi. (2017). Analisis Rasio


Keuangan terhadap Kondisi
Financial Distress pada
Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Jurusan Akuntansi program S1,
7(1).
Sugiyono, 2012. Metode Penelitian
Kombinasi (Mixed Methods).
Bandung: CV Alfabeta.
Suhendah, Rousilita. 2012. “Pengaruh
Intellectual Capital Terhadap
Profitabilitas, Produktivitas, dan
Penilaian Pasar Pada Perusahaan
Yang Go Public di Indonesia
Tahun 2005-2007.” Simposium
Nasional Akuntansi XV.
Banjarmasin.
Widenda, Fiska Rostria. (2015). Prediksi
Financial Distress Perusahaan di
Indonesia Berdasarkan Model
Altman, Springate, dan Zmojewski.
Jurnal Akuntansi Falkultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas
Brawijaya.
Widhiari, Ni Luh Made Ayu dan Ni K.
Lely Aryani Merkusiwati.
Pengaruh Rasio Likuiditas,
Leverage, Operating Capacity, dan
Sales Growth terhadap Financial
Distress. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana
www.idx.co.id. Diakses pada tanggal 2
Agustus 2017.
Yami, Nafir Rizky Herlambang. (2015).
Prediksi Kebangkrutan dengan
Menggunakan Metode Altman Z-
Score, Springate dan Zmijewski
pada Perusahaan Property dan
Real Estate yang Terdaftar di
Bursa Efek indonesia. Falkultas
Ekonomi dan Bisnis Uneversitas
Dian Nuswantoro.

130

Anda mungkin juga menyukai