Anda di halaman 1dari 10

Firdha Yossi Chani dan Diana Mayasari | Penatalaksanaan Holistik pada Pasien Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang

dan Gizi Buruk Melalui


Pendekatan Kedokteran Keluarga

Penatalaksanaan Holistik Pada Pasien Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang


dan Gizi Buruk Melalui Pendekatan Kedokteran Keluarga
Firdha Yossi Chani1, Diana Mayasari2
1.
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
2.
Bagian Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Saat ini, tingginya angka morbiditas dan mortalitas yang disebabkan oleh diare membutuhkan tatalaksana awal yang cepat
dan tepat. Kondisi gizi juga menjadi salah satu penyebab tingginya angka morbiditas diare pada anak. Kondisi gizi yang
buruk akan berdampak pada terganggunya pertumbuhan, perkembangan mental dan kecerdasan anak serta meningkatkan
kemungkinan infeksi pada anak. Pada kasus ini perlu dilakukan pendekatan kedokteran keluarga untuk mengidentifikasi
faktor risiko dan masalah klinis pada pasien, serta melakukan penatalaksanaan secara holistik dan komprehensif dengan
penerapan dokter keluarga berbasis evidence based medicine melalui pendekatan patient centered dan family approach.
Studi yang dilakukan adalah Case Report. Data primer diperoleh melalui alloanamnesis dan pemeriksaan fisik dengan
melakukan kunjungan rumah, serta mengisi berkas pasien. Data sekunder diambil dari rekam medis pasien. Penilaian
dilakukan berdasarkan diagnosis holistik awal, proses, dan akhir kunjungan.Berdasarkan diagnostik holistik akhir An. V
mengalami diare akut dehidrasi ringan sedang dan gizi buruk, serta ditemukan adanya faktor risko internal dan eksternal.
Berat badan pasien yang sangat rendah (gizi buruk), kurangnya pengetahuan keluarga akan sakit yang diderita serta
kurangnya kesadaran akan kebersihan dan gizi seimbang menjadi faktor utama permasalahan. Pada keluarga diberikan
intervensi dengan tatalaksana medikamentosa serta penyuluhan menggunakan leafleat.Kemudian dilakukan evaluasi dan
dapat ditarik kesimpulan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan terhadap penyakit, kebersihan dan gizi seimbang

Kata Kunci: Diare akut, gizi buruk, penatalaksaan holistik

Holistic Management For Patient With Acute Diarrhea Some Dehidration And
Malnutrition Through Family Medicine Approaches
Abstract
Nowadays, the high morbidity and mortality rates caused by diarrhea require prompt and precise initial management.
Nutritional conditions are one of the causes of the high morbidity of diarrhea in children. Poor nutritional conditions will
have an impact on disruption of growth, mental development and intelligence of children and increase the likelihood of
infection in children. In this case family medicine approach needs to be done to identify risk factors and clinical problems in
patients, as well as to conduct holistic and comprehensive management with the application of evidence based medicine
family doctors through a patient centered approach and family approach. The study conducted was Case Report. Primary
data were obtained through alloanamnesis and physical examination by making a home visit, and filling in patient files.
Secondary data was taken from the patient's medical record. The assessment is based on an initial holistic diagnosis,
process and end of visit. Based on the final holistic diagnostic An. V had acute diarrhea, some dehydration and malnutrition,
internal and external risk factors were found. Patient weight is very low (malnutrition), lack of family knowledge of the
illness suffered and lack of awareness of cleanliness and balanced nutrition are the main factors of the problem. The family
is given intervention by medical treatment and counseling using leafleates. Then an evaluation a conclusion can be drawn
that there is an increase in knowledge about disease, hygiene and balanced nutrition

Keywords: Acute diarrhea, holistic management, malnutrition

Korespondensi: Firdha Yossi Chani, S.Ked, alamat: Jl. Kopi no24A Kelurahan, Gedong Meneng, Kecamatan Rajabasa, Bandar
Lampung. HP 082280589029,e-mail:firdhayossipida@gmail.com

Pendahuluan World Health Organization (WHO)


Diare adalah defekasi dengan konsistensi melaporkan bahwa angka kejadian diare di
cair atau setengah padat dan terjadi sebanyak dunia masih menunjukkan angka yang cukup
lebih dari tiga kali selama 24 jam. Diare sendiri tinggi. Pada tahun 2017 terdapat 1,7 miliar
tidak selalu disertai dengan lendir ataupun angka kejadian kasus diare secara global di
darah di dalam tinja. Volume tinja yang seluruh dunia. Terdapat 525.000 kasus
dikeluarkan pada seseorang yang terkena diare meninggal akibat diare yang terjadi pada anak
dapat mencapai 200ml atau lebih per 24 jam.1,2 kurang dari lima tahun pada kejadian tersebut.

Medula | Volume 10 | Nomor 1 | April 2020 |49


Firdha Yossi Chani dan Diana Mayasari | Penatalaksanaan Holistik pada Pasien Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang dan Gizi Buruk Melalui
Pendekatan Kedokteran Keluarga

Penyebaran kasus diare pada berbagai negara perkembangan mental dan kecerdasan anak
antara negara maju dan berkembang berbeda. serta memungkinkan anak terkena infeksi.13
Jumlah kasus diare pada negara maju lebih Berdasarkan Riset Kesehatan dasar nasional
rendah dibandingkan dengan negara jumlah gizi buruk 3.9% dan gizi kurang 13,8%
berkembang. Penyakit diare merupakan salah atau total keduanya sebesar 17,7% dan terjadi
satu penyebab tingginya angka morbiditas dan penurunan dibandingkan tahun 2013.11
mortalitas di dunia, terlebih di negara Provinsi Lampung memiliki jumlah penderita
berkembang. Sebagian besar penyebab diare gizi buruk dan gizi kurang sebesar 143.879
dikarenakan makanan dan sumber air yang orang (18,8%). Prevalensi Gizi buruk di kota
terkontaminasi. Data yang dilaporkan oleh Bandar Lampung yaitu sebesar 3,02%.10,11
WHO terdapat 780 juta orang memiliki akses Diare dan gizi buruk merupakan salah
yang buruk untuk sumber air minum dan 2,5 satu penyakit dengan banyak faktor resiko.
miliar orang tidak memiliki sanitasi yang baik.3 Keadaan negara Indonesia sebagai negara
Riset Kesehatan Dasar telah mendata berkembang dengan segudang permasalahan
kasus diare selama periode tahun 2018. Kasus kebersihan dan sanitasi menjadikan diare
keseluruhan diare yang ditemukan sejumlah sangat mudah untuk berkembang. Keadaan
1.017.290 kasus, dengan wilayah tertinggi yaitu geografis serta iklim Indonesia juga menjadi
Jawa Barat (186.809 kasus). Provinsi Lampung faktor pendukung terjadinya diare. Bahkan,
menyumbangkan 32.148 kasus diare selama kondisi Indonesia dengan status perekonomian
tahun 2018.4 Berdasarkan profil dinas yang rendah juga menjadi salah satu faktor
kesehatan provinsi Lampung penyakit diare penyebab tingginya kasus gizi buruk di
merupakan penyakit urutan ketujuh dari Indonesia. Semakin banyaknya faktor resiko
sepuluh penyakit terbesar di provinsi lampung. yang terlibat pada kedua penyakit ini membuat
Bandar Lampung merupakan urutan ketiga pengamatan terhadap setiap kemungkinan
terbanyak penduduk yang mengalami diare penyebab penyakit harus di amati secara detail
akut dengan jumlah penderita 20.957 orang. dan spesifik serta tata laksana yang diberikan
Salah satu puskesmas di Bandar Lampung yaitu harus secara menyeluruh. Penerapan
Puskesmas Way Kandis menunjukkan kasus pelayanan dokter keluarga yang holistik dan
diare merupakan salah satu dari 10 penyakit komprehensif berbasis dengan evidence based
terbanyak dengan penderita sejumlah 648 medicine pada pasien, dan mengidentifikasi
orang.9 Selain sumber air, perantara lain yang faktor risiko, masalah klinis serta
dapat menularkan diare adalah makanan, penatalaksanaan pasien berdasarkan kerangka
mengingat diare merupakan salah satu penyelesaian masalah pasien dengan
penyakit food born disease.2 pendekatan pasien centered dan family
Status gizi balita memiliki pengaruh yang approach dirasa dapat membantu dalam
sangat besar dalam mewujudkan sumber daya pengamatan penyebab penyakit, penegakan
manusia yang berkualitas di masa yang akan diagnosis, serta tata laksana pada pasien
datang. Status gizi berhubungan dengan dengan diare dan gizi buruk. Sehingga
kecerdasan anak. Gizi kurang atau buruk pada berdasarkan penjelasan tersebut penulis
masa bayi dan anak-anak terutama pada umur tertarik untuk membahas penatalaksanaan
kurang dari lima tahun dapat mengakibatkan holistik awal dan akhir pada pasien diare akut
terganggunya pertumbuhan jasmani dan dehidrasi ringan sedang danak gizi buruk
kecerdasan anak. Pertumbuhan sel otak melalui pendekatan kedokteran keluarga.
berlangsung sangat cepat dan akan berhenti
atau mencapai taraf sempurna pada usia 4-5 Kasus
tahun. Perkembangan otak yang cepat hanya Pasien anak V, usia 34 bulan, jenis
dapat dicapai bila anak berstatus gizi baik. 12 kelamin perempuan datang ke Puskesmas
Pada saat ini di dunia terdapat kematian Rawat Inap Way Kandis pada tanggal 30
pada 3,5 juta anak di bawah usia lima tahun September 2019 dengan keluhan BAB cair
yang disebabkan karena masalah gizi. Selain sebanyak tiga sampai empat kali dalam sehari
itu, dampak yang akan muncul adalah yang dirasakan sejak lima hari yang lalu, BAB
terganggunya pertumbuhan, gangguan dengan konsistensi sama seperti air dengan

Medula | Volume 10 | Nomor 1 | April 2020 |50


Firdha Yossi Chani dan Diana Mayasari | Penatalaksanaan Holistik pada Pasien Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang dan Gizi Buruk Melalui
Pendekatan Kedokteran Keluarga

warna kuning kecoklatan, bau seperti BAB selama 6 bulan, dan dilanjutkan dengan MPASI
biasanya, tidak ditemukan darah ataupun hingga usia 1 tahun, menu yang biasa diberikan
lendir. Demam, batuk dan pilek juga dirasakan yaitu bubur nasi, saat ini pasien sudah
dua hari sebelumnya, mual dan muntah juga memakan nasi dengan menggunakan lauk pauk
dirasakan dalam sehari pasien muntah sekitar keluarga dalam sehari pasien biasa makan 3-4
10-15 kali perhari, muntah berisikan cairan, kali per hari. Pasien sempat diberikan susu
setiap muntah kurang lebih ¼ gelas belimbing. formula namun pasien tidak menyukainya,
Menurut orang tua pasien, badannya terasa sehingga tidak diberikan kembali.
lemas dan rewel, tidak nafsu makan, dan selalu Pertumbuhan anak V memang terlahir
merasa haus sehingga pasien selalu minta dengan berat badan yang kecil yaitu sebesar
minum. Saat keluhan demam terjadi pasien 2600 gram. Pada usia 6 bulan anak V memiliki
sempat dibawa ke Puskesmas Way Kandis dan berat badan 5 kg,umur 12 bulan 6 kg, umur 18
hanya diberikan obat penurun panas dan obat bulan 7 kg, umur 24 bln 8 kg, umur 34 bln 9kg,
batuk pilek. karena berat badan anak yang rendah sang
Menurut keluarga, pasien sering anak cukup mendapat perhatian dari kader
mengikuti kakaknya yang sering jajan posyandu.Sedangkan untuk perkembangannya,
sembarangan dan tidak memperhatikan anak cukup baik dan sesuai dengan usianya.
kebersihan dari makanan yang dibeli. Ibu Orang tua pasien mengatakan sumber
pasien sudah melarang namun terkadang tidak air yang ada di rumah pasien keruh dan air
dihiraukan oleh pasien dan sang kakak. Pasien tersebut tidak dapat digunakan untuk
dalam sehari makan nasi dan lauk berupa memasak namun untuk mandi dan mencuci
protein hewani, pasien tidak menyukai sayur masih menggunakan air tersebut, sehingga
dan buah-buahan. pasien sehari-harinya membeli air yang dijual
Pasien sebelumnya tidak pernah keliling.
mengalami hal serupa, namun pasien cukup Pada pemeriksaan fisik keadaanumum :
sering mengalami sakit seperti demam, dan tampak sakit sedang, frekuensi nadi:
batuk pilek. Pasien memiliki riwayat berat 96x/menit, frekuensi napas: 24x/menit, suhu:
badan yang rendah sehingga pasien rutin 38,3oC, berat badan : 8,4 kg, tinggi badan : 92
mendapatkan perhatian dari kader posyandu cm
dan diberikan biskuit. Riwayat keluarga pasien Status Gizi :
memiliki kakak yang saat kecil mengalami BB/U = <-3SD (Gizi Buruk)
keluhan serupa yaitu demam tifoid sekitar 2 PB/U = -1SD (Normal)
tahun yang lalu, dan berat badan yang rendah, BB/TB = <-3 SD (Gizi Buruk)
sehingga mendapat perhatian juga dari kader Mata tampak cekung +/+, konjungtiva
posyandu. Ayah pasien memiliki riwayat alergi anemis -/-, mulut tampak mukosa bibir kering
obat dan bibi pasien memiliki riwayat alergi (+), hidung tampak secret serous (+),
seafood, kakek pasien sudah meninggal karena tenggorokan hiperemis (-), tonsil T1-T1,
memiliki riwayat sakit jantung dan hipertensi, thoraks tampak gerakan dada dalam batas
nenek pasien juga sudah meninggal karena normal tidak ditemukan ada retraksi dan suara
memiliki riwayat sakit kanker serviks. napas tambahan. Batas jantung tidak terdapat
Pasien lahir secara section caesaria, pelebaran, kesan batas jantung normal.
cukup bulan dengan berat badan 2600 gram Abdomen tampak datar, bising usus terdengar
dan Panjang badan 50 cm, saat lahir pasien 15 kali permenit, nyeri tekan (+) pada
langsung menangis, selama hamil ibu pasien epigastrium, turgor kulit lambat kembali,
tidak memiliki keluhan. Ibu pasien rutin perkusi timpani. Ektremitas superior maupun
mengantarkan ke posyandu dan sudah inferior dalam batas normal, akral hangat, CRT
mendapatkan imunisasi secara lengkap yaitu < 2detik.
BCG 1x, DPT 4x, Campak, 2x, Hepatitis 4x, dan Pasien merupakan anak terakhir dari 3
Polio 4x, pasien belum pernah mengkonsumsi bersaudara, ayah pasien berusia 38 tahun,
obat cacing, namun kakak pasien rutin ibunya berusia 36 tahun, kedua saudaranya
mengkonsumsi obat cacing setiap 1 tahun berjenis kelamin perempuan. Kakak pertama
sekali. Pasien mendapatkan ASI eksklusif pasien saat ini berusia 9 tahun dan kakak

Medula | Volume 10 | Nomor 1 | April 2020 |51


Firdha Yossi Chani dan Diana Mayasari | Penatalaksanaan Holistik pada Pasien Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang dan Gizi Buruk Melalui
Pendekatan Kedokteran Keluarga

kedua berusia 6 tahun. Pasien tinggal bersama dan diputuskan oleh ayahnya sebagai kepala
orang tua dan kedua kakaknya. Bentuk keluarga. Keluarga mendukung untuk berobat
keluarga pasien yaitu nuclear family yaitu jika terdapat anggota keluarga yang sakit.
keluarga yang terdiri dari suami dan istri serta Keluarga pasien berobat kepuskesmas Way
anak-anak. Seluruh keputusan mengenai Kandis, jarak antara rumah ke puskesmas tidak
masalah keluarga dimusyawarahkan bersama terlalu jauh yaitu sekitar 1,8 km.

Tanggal Pembuatan :
21 Oktober 2019
Oleh : Firdha Yossi C

Gambar 1. Genogram Keluarga An. V

Keterangan:
Keterangan :

: Hubungan baik

:Hubungan sangat baik

Pasien tinggal dirumah dengan jumlah


orang yang tinggal 5 orang. Rumah berukuran
10 x 6 meter, berdinding batako yang telah
dilapisi semen dan cat, lantai rumah dari
keramik, atap rumah dari seng dan ditutupi
plafon, dengan jumlah 2 kamar, 1 kamar
mandi, 1 dapur, 1 ruang tamu yang menyatu
dengan ruang keluarga. Kamar pertama
Hubungan emosional antar anggota
ditempati oleh pasien dan kedua orang tuanya,
keluarga yang tinggal serumah cukup dekat,
kamar kedua ditempati oleh kedua kakaknya.
berdasarkan skor APGAR fungsi keluarga
Sinar matahari kurang masuk kedalam rumah
didapatkan hasil 9 dan berarti masih tergolong
karena rumah pasien kurang memiliki ventilasi,
baik (8-10)
penerangan dibantu lampu yang sumbernya
berasal dari listrik, rumah cukup lembab,
jendela hanya terdapat di ruang tamu, ventilasi
terdapat dikamar 1 dan dapur, rumah pasien
berada didalam perumahan cukup padat, jauh
dari kebisingan. Sumber air berasal dari sumur
bor digunakan untuk mandi dan mencuci,
limbah dibuang ditempat pembuangan sampah
dekat rumah. Terdapat 1 kamar mandi beserta
toilet dengan bentuk kloset jongkok. Dapur
cukup bersih dan rapi. Penilaian kebersihan
rumah pasien cukup baik
Gambar 2. Hubungan antar keluarga pasien Berdasarkan data yang diperoleh dari
yang tinggal serumah anamnesis dan pemeriksaan fisik, dapat

Medula | Volume 10 | Nomor 1 | April 2020 |52


Firdha Yossi Chani dan Diana Mayasari | Penatalaksanaan Holistik pada Pasien Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang dan Gizi Buruk Melalui
Pendekatan Kedokteran Keluarga

ditentukan bahwa diagnostik holistik awal Intervensi yang diberikan pada pasien ini
berdasarkan : yaitu dengan melakukan kunjungan rumah
1. Aspek Personal sebanyak tiga kali dan diberikan, edukasi dan
- Alasan Kedatangan : Pasien mengalami konseling mengenai penyakitnya diare,
BAB cair sebanyak lebih tiga sampai pencegahan, dan pengobatan diare, serta
empat kali sejak lima hari yang lalu, memberikan edukasi dan konseling mengenai
pasien, pasien mengalami demam dan dampak gizi buruk dan cara pemilihan makan
muntah dengan frekuensi muntah yang sehat untuk dikonsumsi. Intervensi yang
sekitar 10-15x/hari dilakukan terbagi atas patient center, family
- Kekhawatiran : pasien tidak mau makan focus dan community oriented.
- Harapan : keluhan dapat teratasi
- Persepsi (Ibu): lemas yang dirasakan Patient Center
karena BAB cair. Muntah yang dirasakan Non medikamentosa
oleh sang anak, membuat anak tidak 1. Konsumsi air dengan jumlah yang lebih
mau makan. banyak
2. Aspek Klinis 2. Konsumsi makanan lunak dan mudah
- Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang dicerna
( ICD 10 : A09) 3. Konsumsi makanan yang bersih,
- Gizi Buruk ( ICD 10 : E46) diutamakan makanan hasil buatan rumah
3. Aspek Risiko Internal 4. Konsumsi buah dan sayur
- Berat badan pasien yang sangat rendah 5. Edukasi kepada keluarga mengenai cara
(Status gizi: buruk) cuci tangan yang baik dan benar, sebelum
- Kebiasaan pasien ikut sang kakak untuk dan setelah makan
jajan sembarangan 6. Mengajari dengan memperagakan kepada
- Kurang kesadaran akan kebersihan pasien langkah-langkah cuci tangan yang
seperti kebiasaan pasien yang tidak baik dan benar
membersihkan tangan sebelum makan
4. Aspek Risiko Eksternal Medikamentosa
- orang tua pasien yang datang ke 1. IVFD RL XV tpm mikro (diberikan saat
pelayanan kesehatan hanya saat kondisi pasien dirawat dipuskesmas way kandis
kesehatan yang buruk selama 3hari)
- Kurang pengetahuan orang tua pasien 2. Paracetamol syr 3x1cth (diberikan saat
akan penyebab kondisi kesehatannya, pasien mengalami demam)
seperti: 3. Zink 1 x 1 cth (diteruskan selama 10 hari)
1) Faktor penyebab penyakit 4. Domperidon 3 x ½ cth (diberikan bila
2) Cara penularan penyakit terdapat keluhan mual dan muntah pada
(patogenesis) pasien )
3) Cara penanganan penyakit di rumah 5. Multivitamin 2 x 1
4) Komplikasi dari penyakit 6. Oralit Sach 1 x 1/4 gelas(diberikan setiap
- Kurangnya pengetahuan orang tua akan habis BAB)
pemberian makanan sehat dan bergizi
- Kurangnya pengetahuan orang tua Family Focus
mengenai pentingnya gizi untuk 1. Edukasi mengenai penyajian dan
pertumbuhan dan perkembangan anak pemilihan makanan yang sehat dan
serta dampak gizi buruk bagi sang anak bergizi serta tepat untuk pasien diare
- Riwayat kakak dengan berat badan akut dan gizi buruk
rendah dan riwayat demam tifoid pada 2. Edukasi mengenai cara membuat anak
kakak menyukai sayur dan buah
5. Derajat Fungsional 3. Edukasi keluarga mengenai dampak gizi
Derajat 4 (Empat) karena bergantung buruk
dengan keluarga

Medula | Volume 10 | Nomor 1 | April 2020 |53


Firdha Yossi Chani dan Diana Mayasari | Penatalaksanaan Holistik pada Pasien Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang dan Gizi Buruk Melalui
Pendekatan Kedokteran Keluarga

4. Memberikan edukasi kepada keluarga Pembahasan


untuk berperan dalam mengingatkan Pasien An. V, usia 34 bulan, jenis kelamin
kebiasaan hidup bersih dan sehat perempuan datang ke puskesmas rawat inap
5. Menjelaskan kepada keluarga way kandis dengan keluhan BAB cair sebanyak
penyebab,faktor resiko, pencegahan, dan tiga sampai empat kali dalam sehari yang
penanganan awal diare akut dirasakan sejak lima hari yang lalu, Demam,
6. Edukasi dan motivasi mengenai perlunya batuk dan pilek juga dirasakan dua hari
perhatian dukungan dari semua anggota sebelumnya, mual dan muntah juga dirasakan
keluarga terhadap perbaikan penyakit dalam sehari pasien muntah sekitar 10-15 kali
pasien perhari, badannya terasa lemas dan rewel,
tidak nafsu makan, dan selalu merasa haus
Community Oriented sehingga pasien selalu minta minum. Menurut
Edukasi mengenai pentingnya konsumsi keluarga, pasien sering mengikuti kakaknya
makanan yang bersih, sehat, dan bergizi yang sering jajan sembarangan dan tidak
dengan menggunakan media leaflet guna memperhatikan kebersihan dari makanan yang
mencegah penyakit. dibeli, Pasien sebelumnya tidak pernah
mengalami hal serupa, namun pasien cukup
Diagnostik holistik akhir pada pasien ini yaitu : sering mengalami sakit seperti demam, dan
1. Aspek Personal batuk pilek. Pasien memiliki riwayat berat
- Kekhawatiran: orang tua terhadap badan yang rendah sehingga pasien rutin
anaknya yang tidak mau makan sudah mendapatkan perhatian dari kader posyandu.
mulai berkurang karena anaknya banyak Berdasarkan pemeriksaan fisik
makan dan sudah mulai menyukai sayur- didapatkan keadaan umum tampak sakit
sayuran. sedang, frekuensi nadi 96x/menit, frekuensi
- Harapan: sudah tercapai dengan keluhan napas 24x/menit, suhu 38,3oC, berat badan
pasien sudah teratasi 8,4kg, tinggi badan 92cm.
- Persepsi (Ibu) : keluhan yang dialami Status Gizi :
karena kehidupan yang tidak bersih dan BB/U = <-3SD (Gizi Buruk)
sehat, serta kurangnya asupan gizi yang PB/U = -1SD (Normal)
seimbang pada sang anak. BB/TB = <-3 SD (Gizi Buruk)
2. Aspek Klinis Berdasarkan standar antropometri penilaian
- Gizi buruk (ICD E.46) status gizi anak Mentri Kesehatan
3. Aspek Risiko Internal Mata tampak cekung +/+, konjungtiva
- Pasien sudah mulai membiasakan diri anemis -/-, mulut tampak mukosa bibir kering
untuk cuci tangan sebelum makan (+), hidung tampak secret serous (+),
4. Aspek Risiko Eksternal tenggorokan hiperemis (-), tonsil T1-T1,
- Orang tua pasien sudah mulai mengetahui thoraks tampak gerakan dada dalam batas
penyebab kondisi kesehatan anaknya normal tidak ditemukan ada retraksi dan suara
- Orang tua pasien sudah mengatahui cara napas tambahan. Batas jantung tidak terdapat
pemberian makanan sehat dan bergizi pelebaran, kesan batas jantung normal.
- Orang tua pasien sudah mengatahui Abdomen, tampak datar, BU (+) 15 kali
pentingnya gizi bagi perkembangan dan permenit, , nyeri tekan (+) pada epigastrium,
pertumbuhan anak serta dampak gizi turgor kulit lambat kembali, perkusi timpani.
buruk bagi sang anak Ektremitas superior maupun inferior, akral
- Kebiasaan pasien untuk mengikuti hangat, CRT <2detik.
kakaknya jajan sembarangan sudah mulai Berdasarkan anamnesis dan
berkurang pemeriksaan fisik dapat disimpulkan bahwa
5. Derajat Fungsional pasien tersebut mengalami diare akut
Derajat satu, karena anak sudah bisa dehidrasi ringan sedang dan gizi buruk. Diare
melakukan aktivitas sama dengan sebelum adalah terjadinya peningkatan frekuensi dari
sakit. buang air besar (defekasi) pada seseorang lebih

Medula | Volume 10 | Nomor 1 | April 2020 |54


Firdha Yossi Chani dan Diana Mayasari | Penatalaksanaan Holistik pada Pasien Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang dan Gizi Buruk Melalui
Pendekatan Kedokteran Keluarga

dari tiga kali dalam satu hari disertai dengan Status gizi balita dinilai menurut 3
perubahan konsistensi tinja menjadi cair, yang indeks, yaitu Berat Badan Menurut Umur
dapat ataupun tidak disertai oleh lendir (BB/U) Memberikan indikasi masalah gizi
dan/atau darah. Diare dapat diklasifikasikan secara umum karena berat badan berkorelasi
berdasarkan lama waktu terjadinya menjadi positif dengan umur dan tinggi badan, Tinggi
diare akut ataupun kronik dengan batasan Badan Menurut Umur (TB/U) Memberikan
waktu kurang dari 14 hari untuk akut dan lebih indikasi masalah gizi yang sifatnya kronis
dari 14 hari untuk kronik.1-3 sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung
Diare dapat disebabkan oleh dua lama, Berat Badan Menurut Tinggi Badan
penyebab yaitu, infeksi ataupun non-infeksi. (BB/TB) Memberikan indikasi masalah gizi yang
Lebih dari 90% penyebab diare adalah infeksi sifatnya akut sebagai akibat dari peristiwa yang
dan 10% -nya adalah non-infeksi. Penyebab terjadi dalam waktu yang tidak lama (singkat).6
infeksi diare terdiri dari virus yaitu Rotavirus Status gizi dipengaruhi oleh beberapa
dan adenovirus, bakteri yaitu E. Coli, faktor. Kondisi sosial ekonomi antara lain
campylobacter, shigella, Vibrio cholera, dan Pendidikan orang tua, pekerjaan orangtua,
salmonela, serta parasit. Sedangkan penyebab jumlah anak, dan pengetahuan merupakan
non-infeksi dari diare adalah malabsorpsi salah satu faktor penting yang mempengaruhi
(karbohidrat, asam amino, protein, lemak, status gizi.12
imunodefisiensi dan terapi obat). Berbagai Terdapat hubungan timbal balik antara
penyebab yang menjadi dasar timbulnya diare diare dengan status gizi begitupun sebaliknya.
akan menimbulkan berbagai manifestasi atau Infeksi mempengaruhi status gizi melalui
gejala yang berbeda.14 penurunan asupan makanan, penurunan
Pasien ini dikatakan diare dengan absorbsi makanan diusus, mengingkatkan
dehidrasi ringan sedang karena ditemukan katabolisme, dan mengambil nutrisi yang
tanda-tanda dehidrasi yaitu berupa rewel, diperlukan tubuh untuk sintesis jaringan dan
mudah haus, mata cekung, dan turgor kembali pertumbuhan. Dan status gizi juga bisa
lambat. Anak ini juga mengalami gizi buruk mempengaruhi terjadinya infeksi karena bila
karena berdasarkan perhitungan antropometri dalam keadaan gizi buruk atau kurang makan
menurut kementrian kesehatan berdasarkan akan menurunkan pertahanan tubuh dan
BB/U dan BB/TB (<-3SD) sehingga dapat mengganggu fungsi kekebalan tubuh manusia.
17
dikategorikan sebagai gizi buruk sedangkan
menurut TB/U (-1SD) dapat dikategorikan Penatalaksanaan pada pasien ini yaitu
normal. dengan pemberian infus ringer laktat, obat
Berdasarkan status klinis diare paracetamol, zink, domperidone, multivitamin,
diklasifikasikan menjadi: dan oralit. Pemberian infus ringer laktat dan
oralit diberikan pada pasien untuk mengganti
cairan yang keluar. Air sangat penting untuk
mencegah dehidrasi namun air tidak dapat
mengobati terjadinya dehidrasi karena air tidak
mengandung elektrolit dan mineral yang
diperlukan untuk mempertahankan
keseimbangan tubuh sehingga pasien dengan
dehidrasi ringan sedang lebih diutamakan
memberikan terapi cairan menggunakan infus
ringer laktat dan juga oralit.15
Pasien juga diberikan zink untuk
mengganti kandungan zink yang hilang dan
mempercepat penyembuhan diare. Tablet zink
15
dapat meningkatkan system kekebalan tubuh
Gambar 1. Klasifikasi Diare sehingga dapat mencegah risiko terulangnya
diare 2-3 bulan setelah sembuh. Zink sebaiknya

Medula | Volume 10 | Nomor 1 | April 2020 |55


Firdha Yossi Chani dan Diana Mayasari | Penatalaksanaan Holistik pada Pasien Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang dan Gizi Buruk Melalui
Pendekatan Kedokteran Keluarga

diberikan sebanyak satu kali dalam sehari ciki, es dan basreng. Ibunya pun terkadang
selama 10 hari berturut-turut , pemberian zink memberikan makanan anaknya dengan
juga harus terus dilakukan walaupun keluhan membeli bakso goreng dan dicampur dengan
sudah berhenti.15 nasi. Menurut pengakuan keluarga pasien,
Pada pasien juga diberikan obat pasien memang sulit untuk diberi makanan dan
simtomatik berupa domperidone dan pasien hanya mau makan dengan protein
parasetamol, tujuan pemberian obat ini yaitu tanpa campuran sayur-sayuran, serta pasien
untuk mengobati gejala pasien yaitu demam juga jarang mencuci tangan sebelum makan
dan mual muntah. Dosis parasetamol pada Physical environment, kondisi air di
anak yaitu 10-15mg/Kgbb/kali dan diberikan rumah memperberat terjadinya kondisi
sebanyak tiga kali dalam sehari. Untuk dosis kesehatan pasien. Menurut pengakuan
domperidone dosis sehari hari yaitu 0,2-0,4 keluarga pasien, air yang ada di rumah pasien
mg/Kgbb/kali dan diberikan sebanyak tiga kali sangat keruh sehingga tidak sehat bila
dalam sehari. digunakan untuk memasak.
Pelaksanaan pembinaan keluarga pada Social environtment, hubungan dengan
pasien anak V dilakukan kunjungan rumah sesama anggota keluarga terjalin baik. Pasien
dengan kunjungan pertama tanggal 9 Oktober dekat dengan anggota keluarga yang tinggal
2019, dilakukan perkenalan, memberitahukan serumah, para anggota keluarga memberikan
tujuan kedatangan ke rumah pasien dan dukungan serta perhatian terhadap
meminta izin dengan keluarga untuk dilakukan kesembuhan pasien. Berdasarkan hasil
anamnesis lebih mendalam untuk menggali identifikasi setelah melakukan kunjungan
permasalahan dan faktor resiko penyebab rumah pertama, didapatkan berbagai masalah
terjadinya perubahan status kesehatan pada yang dapat menyebabkan penyakit yang
pasien. Selain itu, kunjungan pertama ini juga diderita oleh pasien anak V.
untuk memonitoring perkembangan kondisi Setelah mendapatkan beberapa
kesehatan pasien yang sebelumnya dirawat di informasi mengenai permasalahan yang ada
puskesmas rawat inap way kandis. Pada dalam pasien, dilakukan kunjungan kedua
kunjungan pertama, terlihat kondisi pasien untuk dilakukan intervensi, tanggal 21Oktober
yang sudah membaik, menurut pasien BAB cair 2019, intervensi yang dilakukan adalah
yang dialaminya sudah tidak dirasakannya lagi. penyuluhan ataupun perbincangan untuk
Berdasarkan hasil wawancara dengan pasien bertukar ilmu menggunakan media Leafleat
dan keluarga pada kunjungan pertama, Dari dengan mengutamakan peningkatan
hasil kunjungan tersebut, berdasarkan konsep pengetahuan keluarga pasien mengenai
Mandala of Health, dari segi perilaku penyakit diare, dampak gizi buruk buat anak,
kesehatan keluarga pasien masih cara pemilihan makanan bergizi dan cara
mengutamakan kuratif daripada preventif dan membuat menu agar anak menyukai makanan
memiliki pengetahuan yang kurang tentang berupa buah dan sayur-sayuran.
penyakit yang pasien derita. Sebelum melakukan intervensi,
Human biology, terdapat gejala – gejala dilakukan penilaian pengetahuan ibu dengan
yang timbul dirasakan pasien sangat memberikan beberapa pertanyaan singkat
mengganggu aktivitasnya dan membuat serta melakukanfood recall untuk mengetahui
kondisinya semakin melemah. Keluarga pasien makanan yang dikonsumsi oleh pasien dalam
tidak mengetahui penyebab terjadinya 24 jam terakhir. Tujuan penggunaan food recall
penyakit yang sedang ia derita. Keluarga pasien pada kasus ini yaitu untuk melihat secara
juga khawatir akan kondisi tubuhnya yang tidak kuantitatif asupan gizi pada pasien ini.
membaik setelah diberikan obat. Menurut Kelebihan food recall yaitu memudahkan bila
pengakuan keluarga pasien, pasien sulit untuk subjek yang diperiksa buta huruf, murah, dan
dilakukan pemeriksakan kondisi kesehatannya cepat, sedangkan kekurangannya yaitu
dan pasien juga sulit untuk minum obat. bergantung dengan daya ingat subjek,
Personal behavior, pasien sering ikut memerlukan tenaga yang terampil dalam
kakaknya jajan sembarangan seperti jajan ciki- pelaksanaannya, tidak dapat mengetahui

Medula | Volume 10 | Nomor 1 | April 2020 |56


Firdha Yossi Chani dan Diana Mayasari | Penatalaksanaan Holistik pada Pasien Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang dan Gizi Buruk Melalui
Pendekatan Kedokteran Keluarga

distribusi konsumsi individu bila digunakan  Tertarik (Interest): seseorang mulai tertarik
untuk keluaraga.16 untuk mengetahui lebih lanjut.
Pada tanggal 28 Oktober 2019, satu  Evaluasi (Evaluation): pada tahap ini
minggu setelah dilaksanakan intervensi seseorang mulai menilai, apakah perilaku
dilakukan evaluasi terhadap pasien. Pada saat baru tersebut memiliki efek baik pada
evaluasi penulis memberikan beberapa dirinya.
pertanyaan terkait dengan materi-materi yang  Mencoba (Trial): orang tersebut mulai
sebelumnya sudah dijelaskan di tahapan mempertimbangkan untung rugi dari
intervensi, dan dapat ditarik kesimpulan bahwa perilaku baru.
terdapat peningkatan pengetahuan pada ibu  Adopsi (Adoption): pada tahap ini, orang
pasien. Selain itu juga dilakukan penilaian food yakin dan telah mengadopsi perilaku baru
recallkembali dan didapatkan hasil positif post tersebut.
intervensi yang ditandai dengan peningkatan Pembinaan keluarga pada pasien ini
nafsu makan dan menu makan pasien yang menerapkan konsep dokter keluarga, yakni
cukup beragam. Saat ini pasien dan keluarga melayani pasien secara holistik dan
juga sudah membiasakan untuk mencuci berkesinambungan berdasarkan pendekatan
tangan sebelum makan. Pasien sudah mulai dokter keluarga.
mau makan sayur seperti wortel dan bayam
walaupun masih sedikit-sedikit, menurut ibu Simpulan
pasien pengolahan sayuran dilakukan menjadi 1. Diperoleh faktor internal berat badan
lebih menarik dan saat makan sayuran juga pasien yang sangat rendah (status gizi
dicampurkan dengan protein lainnya. Pada saat buruk), kebiasaan pasien ikut sang kakak
evaluasi juga dilakukan penimbangan berat untuk jajan sembarangan, kurang kesadaran
badan kembali dan berat badan saat dilakukan akan kebersihan seperti kebiasaan pasien
pemeriksaan mulai naik yaitu dari yang yang tidak membersihkan tangan sebelum
sebelumnya 8,4kg menjadi 9 kg, namun bila makan.
diukur menggunakan kurva kementrian 2. Didapatkan Faktor eksternal yaitu
kesehatan dengan berat badan 9kg pasien Pengetahuan keluarga yang kurang tentang
masih masuk kategori <-3SD yang berarti gizi penyebab, penularan, penanganan dan
buruk. komplikasi diare, pengetahuan orang tua
Peningkatan berat badan yang dialami yang kurang mengenai pentingnya gizi
oleh pasien sudah cukup baik dan diharapkan untuk pertumbuhan dan perkembangan
berat badan pasien semakin meningkat agar anak dan dampak gizi buruk bagi anak,
dapat mengejar pertumbuhan pasien sehingga kurangnya pengetahuan orang tua akan
sesuai dengan usia pasien. Pada kunjungan kali pemberian makanan sehat dan bergizi, dan
ini juga tetap dilakukan motivasi kepada sikap orang tua yang hanya datang ke
keluarga terutama ibu, agar dapat menerapkan pelayanan kesehatan bila kondisi kesehatan
gaya hidup yang sehat. memburuk serta riwayat kakak dengan
Keluarga pasien ini setelah dilakukan berat badan rendah dan riwayat demam
intervensi berdasarkan teori Roger masuk tifoid pada kakak
dalam kategori adopsi karena dapat dilihat 3. Telah dilakukan penatalaksanaan
pada perilaku pasien yang medikamentosa dan non medikamentosa
sudahmengkonsumsi sayur-sayuran, mencuci secara holistik dan komprehensif terhadap
tangan, dan ibu yang sudah mengkreasikan pasien.
pengolahan makanannya. Menurut teori Roger, 4. Keluarga pasien dalam kasus ini setelah
seseorang akan mengikuti perilaku baru dilakukan intervensi, telah berada pada
melalui beberapa tahapan yaitu sebagai tahap adopsi dimana ibu sudah mulai
berikut : mengadopsi prilaku baru dengan
 Sadar (Awareness): seseorang sadar akan mengkonsumsi makanan yang lebih bergizi
adanya informasi baru. dan mencuci tangan sebelum makan.

Medula | Volume 10 | Nomor 1 | April 2020 |57


Firdha Yossi Chani dan Diana Mayasari | Penatalaksanaan Holistik pada Pasien Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang dan Gizi Buruk Melalui
Pendekatan Kedokteran Keluarga

Daftar Pustaka 11. Kementrian Kesehatan Republik


1. World Health Organization. The treatment Indonesia. Situasi dan Analisis Gizi.
of diarrhoea: A manual for physicians and Jakarta: Infodatin Pusat Data dan
other senior health workers. Genewa: Informasi Kementerian Kesehatan RI.
World Health Organization. 1995. 2015.
2. Nelwan EJ. Diare akut karena infeksi 12. Putri R, Sulastri D, Lestari Y. Faktor-Faktor
Dalam: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, et al. Yang Berhubungan Dengan Status Gizi
Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid I. Edisi ke-6. Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas
Jakarta: Interna Publishing. 2014. Nanggalo Padang Jurnal Kesehatan
3. World Health Organization. Diarrhoeal Andalas. 2015 :4(1).
disease [internet]. 2018 [Sitasi pada 13. Fauziah L, Rahman N, Hermiyanti. Faktor
16Okober 2019] Tersedia pada: Risiko Kejadian Gizi Kurang Pada Balita
https://www.who.int/news-room/fact- Usia 24-59 Bulan Dikelurahan Taipa Kota
sheets/detail/diarrhoeal-disease. Palu.Jurnal Ilmiah Kedokteran. 2017: 4(3).
4. Badan penelitian dan pengembangan 14. World Gastroenterology Organisation.
kesehatan. Laporan nasional RISKESDAS Guidelines: global guidelines acute
tahun 2018. Jakarta: Kementerian diarrhea [internet]. 2017 [Sitasi pada
Kesehatan RI. 2018. 16Oktober 2019] Tersediapada:
5. Kementerian Kesehatan RI. Profil http://www.worldgastroenterology.org
Kesehatan Indonesia tahun 2017. Jakarta: /guidelines/global-guidelines/acute-
Kementerian Kesehatan RI. 2018. diarrhea/acute-diarrhea-english.
6. Zein U. Diare akut dewasa. Medan: USU 15. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit
Press. 2011. dan Penyehatan Lingkungan. Buku saku
7. Sulistyoningsih, Hariyani. Gizi Untuk petugas kesehatan lima langkah tuntaskan
Kesehatan Ibu dan Anak, Yogyakarta: diare (LINTAS Diare). Jakarta: Departemen
Graha Ilmu.2012. Kesehatan Republik Indonesia. 2011.
8. Kemenkes RI. Buku saku pemantauan 16. Kementrian Kesehatan Republik
status gizi tahun 2017. Jakarta: Direktorat Indonesia. Pedoman strategi komunikasi:
Gizi Masyarakat Direktorat Jenderal perubahan prilaku dalam percepatan
Kesehatan Masyarakat Kementerian pencegahan stunting di indonesia. Jakarta:
Kesehatan. 2018. Departemen Kesehatan RI. 2018.
9. Dinas Kesehatan. Profil Kesehatan Provinsi 17. Rosari A, Rini EA, Masrul. Hubungan Diare
Lampung.Lampung:Dinas Kesehatan. dengan Status Gizi Balita di Kelurahan
2015. Lubuk Buaya Kecamatan Koto Tangah Kota
10. Badan penelitian dan pengembangan Padang. Jurnal Kesehatan Andalan
kesehatan. Laporan nasional RISKESDAS 2013:2(3).
Provinsi Lampung Tahun 2018. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI. 2018.

Medula | Volume 10 | Nomor 1 | April 2020 |58

Anda mungkin juga menyukai