Anda di halaman 1dari 2

Nama : Habibah Shabila

NPM : 1806139310
Kelas : Filsafat Hukum – A
Program Studi : Reguler
Feminist Jurisprudence and Postmodernist Jurisprudence

Aliran feminist jurisprudence berkembang dari adanya suatu gerakan perempuan pada
akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an. Aliran ini merupakan suatu pemikiran yang
membahas tentang teori, pendekatan, dan isu hukum terhadap persoalan mengenai perempuan
dan kehidupan perempuan. Dalam feminist jurisprudence, pemikiran ini melakukan evaluasi
dan kritik terhadap hukum dengan menguji dan memperhatikan hubungan antara jenis kelamin,
seksualitas, kekuasaan, hak individu, dan sistem peradilan secara keseluruhan. Perkembangan
dari aliran ini ditandai dengan banyaknya perempuan yang belajar dan melakukan kajian
terhadap ilmu hukum dan melakukan kritis terhadap masalah terkait isu perempuan. Isu
perempuan yang menjadi pusat perhatian adalah mengenai perihal perkosaan, kekerasan dalam
rumah tangga, reproduksi, pelecehan seksual, diskriminasi seks, dan isu ketidaksetaraan
bayaran atas jasa (gaji).

Para penganut dan ahli dari aliran feminist jurisprudence melakukan kajian dan kritik
terhadap isu hukum terkait perempuan tersebut dengan melakukan berbagai macam gerakan.
Dalam gerakan secara politik, mereka akan mencari kesetaraan antara pria dan wanita. Lalu,
dalam hal gerakan secara analitik, mereka akan membuat kategori yang didasarkan dari jenis
kelamin untuk melakukan analisis atas praktik hukum untuk kepentingan perempuan.
Kemudian, gerakan secara metodologis dilakukan dengan menggunakan pengalaman
perempuan untuk menggambarkan dunia dan menunjukkan bahwa diperlukannya suatu
perubahan. Selain itu, para ahli feminist jurisprudence juga melakukan analisis mengenai
hierarki jenis kelamin, objektifikasi seksual, dan struktur sosial.

Feminist jurisprudence pada intinya melakukan kritik terhadap ideologi patriarki.


Ideologi patriarki adalah pemikiran yang menempatkan posisi dominan laki-laki dalam segala
aspek kehidupan sosial. Kritik ini dilakukan karena penganut feminist jurisprudence
memandang bahwa patriarki merupakan bentuk penindasan terhadap perempuan. Hal ini
karena patriarki tentunya akan mengutamakan peran laku-laki daripada perempuan.
Pengutamaan tersebut dilakukan dalam berbagai aspek kehidupan sosial, yaitu salah satunya
adalah dalam aspek hukum. Dominasi dari laki-laki dalam aspek hukum ini terjadi karena laki-
laki pada umumnya dulu menguasai sebagian besar kekuatan sosial, ekonomi, dan politik.
Dalam hal ini, dominasi laki-laki dalam aspek hukum ini digunakan untuk mensubordinasikan
kaum perempuan di kehidupan sosial maupun privat. Selain itu, dominasi laki-laki dalam aspek
hukum tersebut juga digunakan untuk menciptakan bahasa, logika, dan struktur hukum yang
memperkuat nilai kelaki-lakian. Nilai-nilai yang mengedepankan laki-laki tersebut kemudian
disebarkan secara luas sehingga dianggap netral dan objektif. Selanjutnya, dalam feminist
jurisprudence dibahas juga mengenai pembedaan antara laki-laki dan perempuan berdasarkan
seks. Pembedaan berdasarkan seks tersebut dianggap melemahkan perempuan untuk
mendapatkan akses terhadap hak dan perlindungan sebagaimana yang didapatkan oleh laki-
laki.

Adapun menurut Patricia A. Chain, pemikiran dalam feminist jurisprudence dapat


digolongkan menjadi 4 aliran pemikiran utama, yaitu aliran liberal, radikal, kultural, dan
postmodernist. Dalam postmodernist jurisprudence yang terkait feminism, aliran ini melihat
kesetaraan sebagai konstruksi atau gagasan sosial. Aliran ini juga memandang bahwa
rekonstruksi feminis dibutuhkan karena konstuksi sosial tersebut merupakan produk dari
patriarki. Dengan kata lain, aliran ini memandang bahwa keberadaan perempuan sudah
sedemikian ada sehingga tidak perlu mendapatkan perhatian khusus. Adapun tujuan dari aliran
postmodernist ini adalah untuk merombak sistem patriarki sehingga perempuan dapat bebas
dari pemikiran yang bersifat opresif atau penindasan. Tujuan tersebut dicapai dengan mencoba
melihat bahwa sesuatu yang buruk sebenarnya adalah sesuatu yang baik. Oleh sebab itu, aliran
ini melihat bahwa perempuan ditempatkan pada posisi yang seharusnya dan sedemikian
adanya. Aliran ini melihat bahwa perbedaan antara laki-laki dan perempuan seharusnya
diterima dan dipelihara oleh masyarakat. Aliran ini berupaya untuk memberikan dorongan dan
semangat mengenai pentingnya peran dan posisi perempuan sehingga dapat tercipta kesetaraan
antara perempuan dan laki-laki.

Anda mungkin juga menyukai