Anda di halaman 1dari 18

Rekayasa Jalan Rel

(Kode Mata Kuliah 221-457)

Materi Kuliah: Traksi


Jenis Kereta Api Berdasarkan Tenaga Penggerak
(Propulsi)
1. Bertenaga Uap
2. Bertenaga Diesel (Diesel Mekanik dan
Diesel Hidraulis)
3. Bertenaga Listrik
4. Bertenaga Hybrid (Diesel Electric)
5. Bertenaga Magnet (Maglev)

Tenaga Uap

Tenaga Listrik

Tenaga Diesel Maglev


Jenis Kereta Api Berdasarkan Komposisi
Penggerak
1. Lokomotif + Kereta + Gerbong
2. Multiple Unit
 Diesel Multiple Unit
 Electric Multiple Unit
 M.M.U (Maglev Multiple Unit) Lokomotif sebagai Penggerak

Diesel M.U. Electric M.U. Maglev M.U.


Data Traksi Yang Berkaitan Dengan Alinemen
Kekuatan Tarik Lokomotif, T

T=GH

T = G (Hj + HL ± HS)

T = G { (a + c.V2) + (375/(R-50)) ± S)

a = 2,4
c = 1/1000 untuk kecepatan rendah (km/jam)
= 1/1300 untuk kecepatan tinggi (km/jam)

T = Kekuatan Tarik Lokomotif (kg)


G = berat rangkaian kereta api (ton)
Hj = Hambatan Laju (kg/ton)
HL = Hambatan Lengkung (kg/ton)
HS = Hambatan Lereng (kg/ton)
Kekuatan Tarik Lokomotif Berkaitan Dengan Berat Adhesi

Roda dapat menggelinding disebabkan oleh


• Tekanan roda pada rel akibat beban gandar (axle load), Gi
• Kekasaran tertentu antara baja roda dengan baja rel di tempat sentuh
sehingga timbul gaya perlawanan/gaya gesekan sebesar  Gi , 
dinamakan koefisien gesekan gelinding (rolling friction) atau diistilahkan
koefisien adhesi

Kekuatan tarik lokomotif hanya pada roda-roda yang digerakan/diputar oleh


mesin motor atau motor lokomotif.

Jumlah beban-beban gandar roda tersebut dinamakan berat adhesi lokomotif

Lokomotif I : Ga = G3 + G4 + G5
Lokomotif II : Ga = G1 + G3 + G4 + G6

Kekuatan Tarik Lokomotif: Ta = Ga


Daya atau Kapasitas Lokomotif, N

Kekuatan tarik lokomotif, T (kg)


Kecepatan kereta api, V’ (m/det)

Daya mesin lokomotif :


N = T * V’ (dalam kgm/det)

N = T * V’/75 (dalam hp, horse power)

N = T * V/270 (dalam hp dengan V km/jam)

Dengan faktor keamanan 10% maka

N = 1,1 * G * (Hj + HL + HS) * V/270 (hp)


Landai yang Merugikan

V
T Hs < Hj
HJ Masih dibutuhkan
HS kekuatan tarik, T untuk
bergerak dengan
HL V Hs < Hj + H L
T kecepatan V
HJ
HS

Untuk memepertahankan
V bergerak dengan
Hs > Hj
HJ kecepatan V, maka T
Rem HS harus ditiadakan dan
menggunakan rem.
HL V Hs > Hj + H L
 Menghancurkan
HJ energi, menimbulkan
Rem HS panas, dan keausan
material.

Landai Merugikan
Landai atau Lereng Penentu

Hj = secara teori dapat dianggap tetap karena karena V rencana tetap


HL = ada aneka nilai hambatan lengkung
HS = ada aneka nilai hambatan lereng

HL dan HS bervariasi  HS paling mudah diidentifikasi  dipakai landai


terbesar (maksimum), Sm tanpa lengkung (lurus)  Landai Penentu

Syarat: Ta = Ga
Ta = T
T = (Hj + Sm) G

Lurus dengan S  Sm, karena topografi memang memungkinkan

Di lengkungan, tetapi harus memenuhi S + HL  Sm


Penetapan Batas Berat Rangkaian Kereta Api

Berdasarkan: kecepatan rata-rata V km/jam


landai penentu Sm
berat adhesi lokomotif yang dioperasikan Ga kg

Berat kereta api maksimal yang boleh dioperasikan

G = Ga/(Hj + Sm)
Lereng Curam Sc > Sm

• Kondisi terpaksa dimana untuk mencapai elevasi (ketinggian) tertentu


• Menuntut kekuatan tarik lebih besar dari yang tersedia, jika V
dipertahankan
• Untuk dapat mencapai elevasi tersebut dan kekuatan tarik yang ada 
dikorbankan kecepatan lebih rendah
• Panjang lereng curam perlu dibatasi
Yang diperlukan Ekses
Kasus
Kekuatan Tarik Beban Hambatan
Normal Maksimal Lurus +
T = G(Hj + Sm) --------
Landai Penentu
I Lengkung +
T = G(Hj + Sm + HL) HL
Landai Penentu
II Lurus + Sc - Sm
Landai Curam T = G(Hj + SC)
Landai Sc > Sm
III Lengkung + (Sc - Sm) + HL
T = G(Hj + Sc + HL)
Landai Sc > Sm
Bertolak dari kecepatan tetap V km/jam Mengandung tenaga Tujuan
atau v m/detik gerak (energi kinetik) = tempat lebih tinggi
Massa kereta api = m tetap ½ mv2 = tenaga tempat
Dikurangi untuk = energi potensial
(mgh)

Va = kecepatan kereta api di A


Vc = kecepatan kereta api di C
Vc < Va tetapi masih cukup besar, ditentukan oleh kebutuhan operasional
Kasus Panjang Lc
Va2 – Vc2
I Lengkung +
Lc = ----------------
Landai Penentu
2 g HL
Va2 – Vc2
II Lurus +
Landai Curam Lc = ------------------
Landai Sc > Sm
2 g (Sc – Sm)
Va2 – Vc2
III Lengkung +
Lc = ------------------------
Landai Sc > Sm
2 g (Sc – Sm + HL)
JALAN REL BERGIGI
Jalan Rel Bergigi
di Provinsi Sumatera Barat
Landai Di dalam Terowongan
Keadaan terowongan senantiasa lembab dan basah

Kepala rel lebih licin daripada di luar terowongan

Koefisien adhesi lebih kecil, asumsi t = 0,1

Mengurangi kekuatan tarik lokomotif, Tt = t. Ga

St = t.Sm/ dan pengurangan landai S = Sm – St = (1 - t/)Sm


Penambahan tinggi di ujung atas terowongan h = S x panjang terowongan
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai