Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA PASIEN IMA


BESERTA EVIDENCE BASED PRACTICE

OLEH :
KELOMPOK 14

NAMA : MARIA INGRIDA LAVENIA SUNI


PO.530321118942
PAULINO AMBROSIUS BEING
PO.530321118947
KELAS : TINGKAT 4 PPN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG


PROFESI NERS
TAHUN 2021
Kata Pengantar
Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas limpahan rahmat dan pimpinannya sehingga berkat, rahmat dan hidayah-Nya, makalah
tentang “ asuhan keperawatan kritis pada pasien Infrak Miokardial (ima) beserta evidence
based practice” ini dapat diselesaikan dengan baik. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada dosen yang telah menugaskan untuk membuat makalah keperawatan kritis ini, karena
dengan membuat makalah ini kami menjadi semakin memahami tentang penyakit Congestive
Infrak Miokardial (ima).
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kami mohon maaf atas segala kekurangan yang terdapat dalam makalah ini. Semoga makalah
ini dapat berguna dan juga dapat digunakan dengan sebaik–baiknya untuk kemajuan ilmu
keperawatan.
Daftar Isi
Cover……………………………………………………………………………………………
Kata Pengantar………………………………………………………………………………….
Daftar Isi………………………………………………………………………………………..
Bab 1 Pendahuluan……………………………………………………………………………..
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………….
1.2 Tujuan…………………………………………………………………………………..
Bab 2 Tinjuan Teori…………………………………………………………………………….
2.1 Konsep Infrak Miokardial (IMA)…………………………………………………….
2.2 Etiologi……………………………………………………………………………….
2.3 Patofisiologi…………………………………………………………………………..
2.4 Pemeriksaan Penunjang………………………………………………………………
2.5 Penatalaksanaan Medis……………………………………………………………….
2.6 Konsep Asuhan Keperawatan Kritis IMA……………………………………………
2.7 Evidence Based Practice IMA………………………………………………………..
Bab 3 Penutup…………………………………………………………………………………..
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………….
3.2 Saran……………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………..
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infark miokard akut (IMA) adalah suatu keadaan nekrosis otot jantung akibat
ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen yang terjadi secara mendadak.
Penyebab paling sering adalah adanya sumbatan koroner, sehingga terjadi gangguan aliran
darah yang diawali dengan hipoksia miokard (Setianto et al., 2003).
IMA merupakan salah satu diagnosis rawat inap tersering di negara maju. Laju mortalitas
awal (30 hari) pada IMA adalah 30% dengan lebih dari separuh kematian terjadi sebelum
pasien mencapai rumah sakit. Walaupun laju mortalitas menurun sebesar 30% dalam 2
dekade terakhir, sekitar 1 diantara 25 pasien yang tetap hidup pada perawatan awal,
meninggal dalam tahun pertama setelah IMA (Alwi, 2006).
Pada tahun 2005 di Amerika, penyakit kardiovaskuler bertanggung jawab untuk 864,500
kematian, atau 35,3% dari seluruh kematian pada tahun itu. Sebesar 151.000 kematian akibat
infark miokard (Eoudi et al., 2010). Adapun data epidemiologis pada tingkat nasional
diantaranya laporan studi mortalitas tahun 2001 oleh Survei Kesehatan Nasional
menunjukkan bahwa penyebab utama kematian di Indonesia adalah penyakit sistem sirkulasi
(jantung dan pembuluh darah) sekitar 26,39% (Jamal, 2004).
Infark miokard diawali proses berkurangnya pasokan oksigen (iskemia) jantung yang
disebabkan oleh berbagai hal antara lain aterosklerotik, trombi arterial, spasme, emboli
koroner, anomali kongenital, yang merupakan gangguan pada pembuluh darah koroner.
Penyebab gangguan pada jantung seperti hipertrofi ventrikel, dan penyakit sistemik seperti
anemia akan menyebabkan penurunan kapasitas pembawa oksigen (O2). Keseluruhan
penyebab di atas bisa mengakibatkan iskemik jantung, bila tidak tertolong akan
mengakibatkan kematian jantung yang disebut infark miokard (Braunwald and Pasternak,
2000).

1.2 TUJUAN
1.2.1 TUJUAN UMUM
Memberikan asuhan keperawatan kritis pada pasien Infrak Miokardial (ima) beserta
evidence based practice.
1.2.2 TUJUAN KHUSUS
1. Mampu memahami konsep Infrak Miokardial (ima)
2. Mampu memahami etiologi Infrak Miokardial (ima)
3. Mampu memahami patofisiologi Infrak Miokardial (ima)
4. Mampu memahami pemeriksaan penunjang pada Infrak Miokardial (ima)
5. Mampu memahami penatalaksanaan medis Infrak Miokardial (ima)
6. Mampu memahami konsep asuhankeperawatan kritis Infrak Miokardial (ima)
7. Mampu memahami evidence based practice
BAB 11
TINJUAN TEORI

2.1 Konsep Infrak Miokardial (IMA)


2.1.1 Pengertian
Istilah infark miokardium menunjukkan terbentuknya suatu daerah nekrosis
miokardium akibat iskemia lokal. Infark miokar akut yang dikenal sebagai serangan jantung
merupakan penyebab tunggal tersering kematian di negara industri (Robbins, 2007). Infark
miokard merupakan daerah nekrosis otot jantung sebagai akibat berkurangnya pasokan darah
koroner yang tiba-tiba, baik absoluth ataupun relatif. Penyebab paling sering ialah trombosis
yang diperberat atau perdarahan dalam, plak ateromatosa dalam arteri koronaria epikardial
(Underwood, 1999)
Sindrom koroner akut (acute coronary syndrome, ACS) meliputi kondisi seperti infark
miokardium akut (acute myocardial infraction, AMI), perubahan gelombang ST diagnostic
pada EKG, dan angina tidak stabil. Miokardium infark yang juga dikenal sebagai serangan
jantung, thrombosis koroner, atau sumbatan koroner, merupakan sumbatan yang tiba-tiba
pada salah satu arteri koroner. Jika sumbatan terjadi pada area yang kecil, nekrosis jaringan
parut dan selanjutnya pembentukan jaringan parut akan terjadi (Rampengan, 2015)
Infrak miokard akut adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh karena sumbatan
pada arteri coroner. Sumbatan akut terjadi oleh karena adanya aterosklerotik pada dinding
arteri coroner sehingga menyumbat aliran darah ke jaringan otot jantung. (M. Black, Joyce,
2014 :343). Infrak Miokard Akut (IMA) adalah nekrosis miokard akibat aliran darah ke otot
jantung terganggu. (M. Black, Joyce, 2014 :343).
Infrak miokardium adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh penurunan suplai darah
akibat penyempitan kritis arteri coroner karena aterosklerosis atau penyumbatan total arteri
oleh emboli atau thrombus. Penurunan aliran darah coroner juga bisa diakibatkan oleh syok
atau perdarahan sehingga terjadi ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
jantung (Smeltzer & Bare,2013).

2.2 Etiologi
Penyakit jantung koroner pada mulanya disebabkan oleh penumpukan lemak pada
dinding dalam pembuluh darah jantung (pembuluh koroner), dan ini lama kelamaan diikuti
oleh berbagai proses seperti penimbunan jaringan ikat, perkapuran, pembekuan darah yang
semuanya akan mempersempit atau menyumbat pembuluh darah tersebut. Hal tersebut
mengakibatkan otot jantung didaerah tersebut mengalami kekurangan aliran darah dan dapat
menimbulkan berbagai akibat yang cukup serius, dari angina pektoris sampai infark jantung,
yang dapat mengakibatkan kematian mendadak.

2.3 Patofisiologi
Infark miokardium mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibat suplai darah
yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang. Penyebab penurunan suplai
darah mungkin akibat penyempitan kritis arteri koroner karena aterosklerosis atau
penyumbatan total arteri oleh emboli atau thrombus. Penurunan aliran darah koroner juga
bisa diakibatkan oleh syok atau perdarahan. Pada setiap kasus infark miokardium selalu
terjadi ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen (Suddarth, 2014).
Penyumbatan koroner, serangan jantung dan infark miokardium mempunyai arti yang sama
namun istilah yang paling disukai adalah infark miokardium. Aterosklerosis dimulai ketika
kolestrol berlemak tertimbun di intima arteri besar. Timbunan ini, dinamakan ateroma atau
plak yang akan mengganggu absorbs nutrient oleh sel-sel endotel yang menyusun lapisan
dinding dalam pembuluh darah dan menyumbat aliran darah karena timbunan lemak
menonjol ke lumen pembuluh darah.

2.4 Pemeriksaan penunjang


1. Pemeriksaan penunjang yang penting dilakukan adalah pemeriksaan
elektrokardiogram (EKG). Dengan pemeriskaan ini maka dapat ditegakkann diagnosis
STEMI. Gambaran STEMI yang terlihat pada EKG antara lain: - Lead II, III, aVF :
Infark inferior - Lead V1-V3 : Infark anteroseptal - Lead V2-V4 : Infark anterior -
Lead 1, aV L, V5-V6 : Infark anterolateral - Lead I, aVL : Infark high lateral - Lead I,
aVL, V1-V6 : Infark anterolateral luas - Lead II, III, aVF, V5-V6 : Infark inferolateral
- Adanya Q valve patologis pada sadapan tertentu.
2. Echocardiogram Digunakan untuk mengevaluasi lebih jauh mengenai fungsi jantung
khususnya fungsi vertrikel dengan menggunakan gelombang ultrasound
3. Foto thorax Foto thorax tampak normal, apabila terjadi gagal jantung akan terlihat
pada bendungan paru berupa pelebaran corakan vaskuler paru dan hipertropi ventrikel

2.5 Penatalaksanaan medis


1) Istirahat total, Tirah baring, posisi semi fowler.
2) Monitor EKG
3) Diet rendah kalori dan mudah dicerna, makanan lunak/saring serta rendah
garam (bila gagal jantung).
4) Pasang infus dekstrosa 5% untuk persiapan pemberian obat intravena.
5) Atasi nyeri : - Morfin 2,5-5 mg iv atau petidin 25-50 mg im, bisa diulang-
ulang. - Lain-lain : nitrat, antagonis kalsium, dan beta bloker. - Oksigen 2-4
liter/menit. - Sedatif sedang seperti diazepam 3-4 x 2-5 mg per oral
6) Antikoagulan: Heparin 20.000-40.000 U/24 wad iv tiap 4-6 wad atau drip iv
7) Bowel care : laksadin
8) Pengobatan ditujukan sedapat mungkin memperbaiki kembali aliran pembuluh
darah koroner. Bila ada tenaga terlatih, trombolisis dapat diberikan sebelum
dibawa ke rumah sakit. Dengan trombolisis, kematian dapat diturunkan
sebesar 40%.
9) Psikoterapi untuk mengurangi cemas

2.6 Konsep Asuhan Keperawatan Kritis IMA


1. Pengkajian
 Kegiatan dalam pengkajian adalah penumpulan data baik subyektif maupun
obyektif dengan tujuan menggali informasi tentang status kesehatan pasien.
 Identitas klien, riwayat kesehatan, alasan masuk rumah sakit, keluhan utama,
riwayat psikologis, riwayat kesehatan keluarga, dll
2. Pemeriksaan Fisik
B1 ( Breathing ) Pemeriksaan fisik pada sistem pernapasan sangat mendukung untuk
mengetahui masalah pada pasien dengan gangguan sistem kardiovaskuler.
Pemeriksaan ini meliputi :
1) Inspeksi bentuk dada Untuk melihat seberapa berat gangguan sistem kardiovaskuler.
Bentuk dada yang biasa ditemukan adalah :
a. Bentuk dada thoraks phfisis (panjang dan gepeng).
b. Bentuk dada thoraks en bateau (thoraks dada burung).
c. Bentuk dada thoraks emsisematous (dada berbentuk seperti tong).
d. Bentuk dada thoraks pektus ekskavatus (dada cekung ke dalam).
e. Gerakan pernapasan : kaji kesimetrisan gerakan pernapasan pasien
2) Palpasi rongga dada
Tujuannya : melihat adanya kelainan pada thoraks, menyebabkan adanya tanda
penyakit paru dengan pemeriksaan sebagai berikut
a. Gerakan dinding thoraks saat inspirasi dan ekspirasi.
b. Getaran suara : getaran yang terasa oleh tangan pemeriksa yang diletakkan
pada dada pasien saat pasien mengucapkan kata – kata.
3) Perkusi
Teknik yang dilakukan adalah pemeriksaan meletakkan falang terakhir dan sebagian
falang kedua jari tengah pada tempat yang hendak diperkusi. Ketukan ujung
jaritengah kanan pada jari kiri tersebut dan lakukan gerakan bersumbu pada
pergelangan tangan. Posisi pasien duduk atau berdiri.
4) Auskultasi
1. Suara napas normal
 Trakeobronkhial, suara normal yang terdengar pada trakhea seperti
meniup pipa besi, suara napas lebih keras dan pendek saat inspirasi.
 Bronkovesikuler, suara normal di daerah bronkhi, yaitu sternum atas
( torakal 3-4 ). Vesikuler, suara normal di jaringan paru, suara napas
saat inspirasi dan ekspira
2. B2 ( Blood )
a. Inspeksi : inspeksi adanya jaringan parut pada dada pasien. Keluhan lokasi
nyeri biasanya didaerah substernal atau nyeri diatas perikardium.
Penyebaran nyeri dapat meluas di dada. Dapat terjadi nyeri dan
ketidakmampuan menggerakkan bahu dan tangan.
b. Palpasi : denyut nadi perifer melemah. Thrill pada infark miokard akut
tanpa komplikasi biasanya ditemukan.
c. Perkusi : batas jantung tidak mengalami pergeseran.
d. Auskultasi : Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan volume
sekuncup yang disebabkan infark miokard akut. Bunyi jantung tambahan
akibat kelainan katup biasanya tidak ditemukan pada infark miokard akut
tanpa komplikasi.
3. B3 ( Brain )
 Pemeriksaan neurosensori Ditujukan terhadap adanya keluhan pusing,
berdenyut selama tidur, bangun, duduk atau istirahat dan nyeri dada
yang timbulnya mendadak. Pengkajian meliputi wajah meringis,
perubahan postur tubuh, menangis, merintih, meregang, menggeliat,
menarik diri dan kehilangan kontak mata.
4. B4 ( Bladder )
 Output urin merupakan indikator fungsi jantung yang penting.
Penuruan haluaran urine merupakan temuan signifikan yang harus
dikaji lebih lanjut untuk menentukan apakan penurunan tersebut
merupakan penurunan produksi urine ( yang terjadi bila perfusi ginjal
 menurun ) atau karena ketidakmampuan pasien untuk buang air kecil.
Daerah suprapubik harus diperiksa terhadap adanya massa oval dan
diperkusi terhadap adanya pekak yang menunjukkan kandung kemih
yang penuh (distensi kandung kemih).
5. B5 ( Bowel )
 Pengkajian harus meliputi perubahan nutrisi sebelum atau pada masuk
rumah sakit dan yang terpenting adalah perubahan pola makan setelah
sakit. Kaji penurunan turgor kulit, kulit kering atau berkeringat,
muntah dan penurunan berat badan. Refluks hepatojuguler.
Pembengkakan hepar terjadi akibat penurunan aliran balik vena yang
disebabkan karena gagal ventrikel kanan. Hepar menjadi besar, keras,
tidak nyeri tekan dan halus. Ini dapat diperiksa dengan menekan hepar
secara kuat selama 30 – 60 detik dan akan terlihat peninggian vena
jugularis sebesar 1 cm.
6. B6 ( Bone )
Pengakajian yang mungkin dilakukan adalah sebagai berikut :
 Keluhan lemah, cepat lelah, pusing, dada rasa berdenyut, dan berdebar.
 Keluhan sulit tidur ( karena adanya orthopnea, dispnea noktural
paroksimal, nokturia, dan keringat pada malam hari ).
Istirahat tidur : kaji kebiasaan tidur siang dan malam, berapa jam
pasien tidur dalam 24 jam dan apakah pasien mengalami sulit tidur dan
bagimana perubahannya setelah pasien mengalami gangguan pada
sistem kardiovaskuler. Perlu diketahui, pasien dengan IMA sering
terbangun dan susah tidur karena nyeri dada dan sesak napas.
3. Diagnosa
Diagnosa yang mungkin muncul adalah :
a. Gangguan pertukaran gas b.d akumulasi cairan dalam alveoli sekunder
1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
2. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
3. Keluarkan sekret dengan batuk efektif
4. Monitoring respirasi dan status oksigen
b. Nyeri akut b.d hipoksia miokard ( oklusi arteri koroner ).
1. Observasi rekasi nonverbal dari ketidaknyamanan
2. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan,pencahayaan,dan kebisingan
3. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
c. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplay oksigen miokard dan
kebutuhan, adanya iskemia/nekrosis jaringan miokard
1. Catat denyut dan ritme jantung, serta perubahan tekanan darah sebelum,
selama, dan setelah aktivitas sesuai indikasi. Nyeri dada dan sesak nafas
mungkin terjadi
2. Motivasi pasien untuk melakukan tirah baring. Batasi aktivitas yang
menyebabkan nyeri dada atau respons jantung yang buruk. Berikan
aktivitas pengalihan yang bersifanonstres.
3. Instruksikan pasien untuk menghindaripeningkatan tekanan abdominal,
misalnya mengejan saat buang air besar
4. Jelaskan pola peningkatan tingkat aktivitas, misalnya bangun untuk pergi
ke toilet atau duduk dikurambulasi progresif, dan beristirahat setelah
makan.
5. Evaluasi tanda dan gejala yang mencerminkan intoleransi terhadap tingkat
aktivitas yang ada atau memberitahukan pada perawat atau dokter

2.7 Evidence Based Practice IMA


Evidence based pracite yang akan dibahas adalah “ Penanganan nyeri pada pasien
IMA’’

P Penanganan nyeri pada pasien IMA

I Teknik relaksasi & Observasi lokasi,karakteristik,kualitas dan derajat nyeri

C Terapi analgetik,konsumsi kacang-kacangan & alpukat


O Nyeri dapat teratasi

T 1 bulan

Jurnal 1 :
 Penulis dan tahun : Mariyun , Putra Agina Widyaswara Suwaryo ( 2019 ),
“Asuhan keperawatan pasien Acut Mikard Infrak ( AMI ) dengan masalah
keperawatan : nyeri akut dengan penerapan terapi Guided Imagery di Ruangan
ICCU RSUD Dr.Soedirman Kebumen“
 Judul : “Asuhan keperawatan pasien Acut Mikard Infrak ( AMI ) dengan
masalah keperawatan : nyeri akut dengan penerapan terapi Guided Imagery di
Ruangan ICCU RSUD Dr.Soedirman Kebumen“

Metode penelitian :
1. Metode penelitian ini adalah deskriptif dalam bentuk studi kasus menggunakan
pendekatan asuhan keperawatan pada tiga pasien Acut Miokard Infark secara
alloanamnesa dan autoanamnesa, kemudian dilakukan pemeriksaan fisik serta
penunjang. Dengan masalah nyeri yang dialami oleh pasien
2. Populasi dalam penelitian ini adalah 3 orang pasien yang menderita acut miokard
infrak dengan masalah nyeri di Ruangan ICCU RSUD Dr.Soedirman Kebumen“
3. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 3 orang responden
4. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, pengamatan, pemeriksaan
fisik, dan dokumentasi yang ditulis dengan menggunakan format asuhan keperawatan
5. Intervensi : Pemberian tehnik Guided Imagery pada pasien dengan gangguan rasa
aman dan nyaman selama 3x24 jam didapatkan pasien merasa aman dan nyaman serta
ada penurunan skala nyeri sedang menjadi ringan.

Ringkasan dan Hasil :


1. Hasil penelitian menunjukkan adanya perubahan didapatkan pasien merasa aman dan
nyaman serta ada penurunan skala nyeri sedang menjadi ringan, menenangkan pasien
terhindar dari rasa cemas /khawatir
2. Kesimpulannya adalah terdapat perubahan responden post pemberian terapi guided
imagery dapat mengurangi skala nyeri lebih efisien, menenangkan pasien terhindar
dari rasa cemas /khawatir.
3. Saran : Terapi imajinasi terbimbing sebaiknya dilakukan pada pasien sebagai salah
satu tindakan non farmakologi dalam mengatasi nyeri dan kecemasan pasien.
4. Kelebihan dalam artikel ini adalah isi abstrak singkat, padat dan jelas yang
didalamnya terdapat poin : latar belakang, metode (menjelaskan desain, lokasi
penelitian, teknik pengumpulan data digunakan), hasil, pembahasan, kesimpulan, dan
saran.
5. Kekurangan dalam artikel ini adalah tidak mencantumkan waktu penelitian
6. Implikasi Keperawatan : Salah satu tindakan yang dilakukan perawat untuk mengatasi
nyeri selain dari obat farmakologi adalah teknik relaksasi dengan berbagai jenisnya
dan disesuaikandengan kebutuhan pasien IMA untuk membantu mengatasi rasa aman
nyaman.
BAB 111
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
IMA (infrak miokard akut) merupakan salah satu penyakit yang di akibatkan
karena berkurangnya suplai oksigen kejaringan sehingga kematian sel-sel
miokardium yang terjadi akibat kekurangan oksigen berkepanjangan selain itu,
serangan jantung terjadi jika ada suatu sumbatan pada arteri coroner menyebabkan
terbatasnya atau terputusnya aliran darah kesuatu bagian dari jantung dimana
arteri coroner kiri memperdarahi Sebagian besar ventrikel kiri, septum dan arteri
kiri serta antrium kanan.

3.2 Saran
Bagi pembaca makalah ini diharapakan dapat menambah wawasan
pengetahuan terkait dengan materi asuhan keperawatn kritis pada pasien infrak
miokard akut, khususnya yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut tentang
materi infrak miokard akut.
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer. C.S & Bare.B (2006). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Bruner &
Suddarth.Jakarta : EGC.
M. Black. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Medikal

Anda mungkin juga menyukai