Anda di halaman 1dari 32

PERSANDINGAN UU NO 8 TAHUN 2015 DENGAN RUU

No. UU 8 TAHUN 2015 RUU KETERANGAN


1. Pasal 7 Pasal 7
Warga negara Indonesia yang dapat Warga negara Indonesia yang dapat
menjadi Calon Gubernur dan Calon menjadi Calon Gubernur dan Calon
Wakil Gubernur, Calon Bupati dan Wakil Gubernur, Calon Bupati dan
Calon Wakil Bupati, serta Calon Calon Wakil Bupati, serta Calon
Walikota dan Calon Wakil Walikota Walikota dan Calon Wakil Walikota
adalah yang memenuhi persyaratan harus memenuhi persyaratan Teknis
sebagai berikut: sebagai berikut:
a. bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa; a. bertakwa kepada Tuhan Yang
b. setia kepada Pancasila, Undang- Maha Esa;
Undang Dasar Negara Republik b. setia kepada Pancasila,
Indonesia Tahun 1945, cita-cita Undang-Undang Dasar Negara
Proklamasi Kemerdekaan 17 Republik Indonesia Tahun 1945,
Agustus 1945, dan Negara cita-cita Proklamasi
Kesatuan Republik Indonesia; Kemerdekaan 17 Agustus 1945,
dan Negara Kesatuan Republik
c. berpendidikan paling rendah Indonesia;
sekolah lanjutan tingkat atas atau c. berpendidikan paling rendah
sederajat; sekolah lanjutan tingkat atas
d. Dihapus. atau sederajat;
e. Berusia paling rendah 30 (tiga d. dihapus;
puluh) tahun untuk Calon e. berusia paling rendah 30 (tiga
Gubernur dan Calon Wakil puluh) tahun untuk Calon
Gubernur serta 25 (dua puluh Gubernur dan Calon Wakil
lima) tahun untuk Calon Bupati Gubernur serta 25 (dua puluh
dan Calon Wakil Bupati serta lima) tahun untuk Calon Bupati
Calon Walikota dan Calon Wakil dan Calon Wakil Bupati serta
Walikota; Calon Walikota dan Calon Wakil
Walikota;
f. mampu secara jasmani dan
f. mampu secara jasmani dan rohani berdasarkan hasil
rohani berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan
pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari tim dokter;
menyeluruh dari tim dokter; g. tidak pernah sebagai terpidana Terkait Putusan
g. tidak pernah dijatuhi pidana berdasarkan putusan pengadilan MK No.
penjara berdasarkan putusan yang telah memperoleh 42/PUU-XIII/20
pengadilan yang telah kekuatan hukum tetap atau bagi 15
memperoleh kekuatan hukum mantan terpidana telah secara
tetap karena melakukan tindak terbuka dan jujur
pidana yang diancam dengan mengemukakan kepada publik
pidana penjara 5 (lima) tahun bahwa yang bersangkutan
atau lebih; mantan terpidana;
h. tidak sedang dicabut hak
No. UU 8 TAHUN 2015 RUU KETERANGAN
pilihnya berdasarkan putusan
h. tidak sedang dicabut hak pilihnya pengadilan yang telah
berdasarkan putusan pengadilan mempunyai kekuatan hukum
yang telah mempunyai kekuatan tetap;
hukum tetap; i. tidak pernah melakukan
i. tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang
perbuatan tercela yang dibuktikan dengan surat
dibuktikan dengan surat keterangan catatan kepolisian;
keterangan catatan kepolisian; j. menyerahkan daftar kekayaan
j. menyerahkan daftar kekayaan pribadi;
pribadi; k. tidak sedang memiliki
k. tidak sedang memiliki tanggungan utang secara
tanggungan utang secara perseorangan dan/atau secara
perseorangan dan/atau secara badan hukum yang menjadi
badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang
tanggung jawabnya yang merugikan keuangan negara;
merugikan keuangan negara; l. tidak sedang dinyatakan pailit
l. tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan
berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap;
hukum tetap; m. memiliki Nomor Pokok Wajib
m. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan memiliki laporan pajak
Pajak dan memiliki laporan pajak pribadi;
pribadi; n. belum pernah menjabat sebagai
n. belum pernah menjabat sebagai Gubernur, Bupati, dan Walikota
Gubernur, Bupati, dan Walikota selama 2 (dua) kali masa jabatan
selama 2 (dua) kali masa jabatan dalam jabatan yang sama untuk
dalam jabatan yang sama untuk Calon Gubernur, Calon Bupati,
Calon Gubernur, Calon Bupati, dan Calon Walikota;
dan Calon Walikota; o. belum pernah menjabat sebagai
o. belum pernah menjabat sebagai Gubernur, Bupati, dan Walikota
Gubernur, Bupati, dan Walikota untuk Calon Wakil Gubernur,
untuk Calon Wakil Gubernur, Calon Wakil Bupati, dan Calon
Calon Wakil Bupati, dan Calon Wakil Walikota;
Wakil Walikota; p. berhenti dari jabatannya bagi
p. berhenti dari jabatannya bagi Gubernur, Wakil Gubernur,
Gubernur, Wakil Gubernur, Bupati, Wakil Bupati, Walikota,
Bupati, Wakil Bupati, Walikota, dan Wakil Walikota yang
dan Wakil Walikota yang mencalonkan diri di daerah lain
mencalonkan diri di daerah lain sejak ditetapkan sebagai calon;
sejak ditetapkan sebagai calon; q. tidak berstatus sebagai penjabat
q. tidak berstatus sebagai penjabat Gubernur, penjabat Bupati, dan
Gubernur, penjabat Bupati, dan penjabat Walikota; Terkait Putusan
penjabat Walikota; r. dihapus; MK No.
r. tidak memiliki konflik 33/PUU-XIII/20
15
No. UU 8 TAHUN 2015 RUU KETERANGAN
kepentingan dengan petahana; s. menyatakan secara tertulis Terkait putusan
pengunduran diri sebagai MK No.
anggota Dewan Perwakilan 46/PUU-XIII/20
s. memberitahukan pencalonannya Rakyat, anggota Dewan 15, MK
sebagai Gubernur, Wakil Perwakilan Daerah dan anggota No.41/PUU-
Gubernur, Bupati, Wakil Bupati, Dewan Perwakilan Rakyat XII/2014 dan
Walikota, dan Wakil Walikota Daerah sejak ditetapkan sebagai No.33/PUU-
kepada Pimpinan Dewan pasangan calon peserta XIII/2015
Perwakilan Rakyat bagi anggota Pemilihan;
Dewan Perwakilan Rakyat,
kepada Pimpinan Dewan
Perwakilan Daerah bagi anggota
Dewan Perwakilan Daerah, atau
kepada Pimpinan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah bagi t. menyatakan secara tertulis
anggota Dewan Perwakilan pengunduran diri sebagai
Rakyat Daerah; anggota Tentara Nasional
t. mengundurkan diri sebagai Indonesia, Kepolisian Negara
anggota Tentara Nasional Republik Indonesia, dan Pegawai
Indonesia, Kepolisian Negara Negeri Sipil serta kepala desa
Republik Indonesia, dan Pegawai atau sebutan lain sejak
Negeri Sipil sejak mendaftarkan ditetapkan sebagai pasangan
diri sebagai calon; dan calon peserta Pemilihan; dan
u. berhenti dari jabatan pada
badan usaha milik negara atau
badan usaha milik daerah sejak
u. berhenti dari jabatan pada badan ditetapkan sebagai calon.
usaha milik negara atau badan
usaha milik daerah sejak
ditetapkan sebagai calon.

2. Pasal 27A Penambahan


Tugas dan wewenang Bawaslu Pasal mengenai
dalam penyelenggaraan Pemilihan, tugas dan
yaitu sebagai berikut: wewenang
a. menyusun dan menetapkan Bawaslu.
pedoman teknis pengawasan
untuk setiap tahapan Pemilihan;
b. memfasilitasi pelaksanaan tugas
Bawaslu Provinsi dan Panwas
Kabupaten/Kota dalam
melanjutkan pengawasan
Pemilihan jika Bawaslu Provinsi
dan Panwas Kabupaten/Kota
tidak dapat melanjutkan
pengawasan Pemilihan secara
No. UU 8 TAHUN 2015 RUU KETERANGAN
berjenjang;
c. menindaklanjuti rekomendasi
Bawaslu Provinsi kepada KPU
terkait terganggunya tahapan
Pemilihan Gubernur; dan
d. melakukan evaluasi pengawasan
penyelenggara Pemilihan.
3. UU No. 1 Tahun 2015 Pasal 30 tidak
Pasal 30 Pasal 30 diubah dalam
Tugas dan wewenang Panwas Tugas dan wewenang Panwas UU No. 8 Tahun
Kabupaten/Kota adalah: Kabupaten/Kota adalah: 2015.
a. mengawasi tahapan a. mengawasi tahapan
penyelenggaraan Pemilihan yang penyelenggaraan Pemilihan
meliputi: yang meliputi:
1. pemutakhiran data pemilih 1. pemutakhiran data pemilih
berdasarkan data berdasarkan data
kependudukan dan kependudukan dan
penetapan Daftar Pemilih penetapan Daftar Pemilih
Sementara dan Daftar Sementara dan Daftar
Pemilih Tetap; Pemilih Tetap;
2. pencalonan yang berkaitan 2. pencalonan yang berkaitan
dengan persyaratan dan tata dengan persyaratan dan
cara pencalonan; tata cara pencalonan;
3. proses dan penetapan calon; 3. proses dan penetapan
4. pelaksanaan Kampanye; calon;
5. perlengkapan Pemilihan dan 4. pelaksanaan Kampanye;
pendistribusiannya; 5. perlengkapan Pemilihan
6. pelaksanaan pemungutan dan pendistribusiannya;
suara dan penghitungan 6. pelaksanaan pemungutan
suara hasil Pemilihan; suara dan penghitungan
7. mengendalikan pengawasan suara hasil Pemilihan;
seluruh proses 7. mengendalikan
penghitungan suara; pengawasan seluruh proses
8. penyampaian surat suara penghitungan suara;
dari tingkat TPS sampai ke 8. penyampaian surat suara
PPK; dari tingkat TPS sampai ke
9. proses rekapitulasi suara PPK;
yang dilakukan oleh KPU 9. proses rekapitulasi suara
Provinsi, Kabupaten, dan yang dilakukan oleh KPU
Kota dari seluruh Provinsi, Kabupaten, dan
Kecamatan; dan Kota dari seluruh
10. pelaksanaan penghitungan Kecamatan; dan
dan pemungutan suara 10. pelaksanaan penghitungan
ulang, Pemilihan lanjutan, dan pemungutan suara
dan Pemilihan susulan; ulang, Pemilihan lanjutan, Menambahkan
dan Pemilihan susulan; tugas dan
No. UU 8 TAHUN 2015 RUU KETERANGAN
11. pelaksanaan penetapan wewenang
hasil Pemilihan Panwas
Bupati/Walikota; kabupaten/kota

4. UU No. 1 Tahun 2015 Pasal 33 tidak


Pasal 33 Pasal 33 diubah dalam
Tugas dan wewenang Panwas Tugas dan wewenang Panwas UU No. 8 Tahun
Kecamatan dalam Pemilihan Kecamatan dalam Pemilihan 2015.
meliputi: meliputi:
a. mengawasi tahapan a. mengawasi tahapan
penyelenggaraan Pemilihan di penyelenggaraan Pemilihan di
wilayah Kecamatan yang wilayah Kecamatan yang
meliputi: meliputi:
1. pemutakhiran data Pemilih 1. pemutakhiran data Pemilih
berdasarkan data berdasarkan data
kependudukan dan kependudukan dan
penetapan Daftar Pemilih penetapan Daftar Pemilih
Sementara dan Daftar Pemilih Sementara dan Daftar
Tetap; Pemilih Tetap;
2. pelaksanaan Kampanye; 2. pelaksanaan Kampanye;
3. perlengkapan Pemilihan dan 3. perlengkapan Pemilihan
pendistribusiannya; dan pendistribusiannya;
4. pelaksanaan pemungutan dan 4. pelaksanaan pemungutan
penghitungan suara hasil dan penghitungan suara
Pemilihan; hasil Pemilihan;
5. penyampaian surat suara dari 5. penyampaian surat suara
TPS sampai ke PPK; dari TPS sampai ke PPK;
6. proses rekapitulasi suara yang 6. proses rekapitulasi suara
dilakukan oleh PPK dari yang dilakukan oleh PPK
seluruh TPS; dan; dari seluruh TPS; dan;
7. pelaksanaan penghitungan 7. pelaksanaan penghitungan
dan pemungutan suara ulang, dan pemungutan suara
Pemilihan lanjutan, dan ulang, Pemilihan lanjutan,
Pemilihan susulan; dan Pemilihan susulan;
b. mengawasi penyerahan kotak b. mengawasi penyerahan kotak Penyempurnaa
suara tersegel kepada KPU suara tersegel dari PPK kepada n rumusan
Provinsi dan KPU KPU Kabupaten/Kota; tugas dan
Kabupaten/Kota; c. menerima laporan dugaan wewenang
c. menerima laporan dugaan pelanggaran terhadap tahapan Panwas
pelanggaran terhadap tahapan penyelenggaraan Pemilihan Kecamatan.
penyelenggaraan Pemilihan yang yang dilakukan oleh
dilakukan oleh penyelenggara penyelenggara Pemilihan
Pemilihan sebagaimana sebagaimana dimaksud pada
dimaksud pada huruf a; huruf a;
d. menyampaikan temuan dan d. menyampaikan temuan dan
laporan kepada PPK untuk laporan kepada PPK untuk
No. UU 8 TAHUN 2015 RUU KETERANGAN
ditindaklanjuti; ditindaklanjuti;
e. meneruskan temuan dan laporan e. meneruskan temuan dan
yang bukan menjadi laporan yang bukan menjadi
kewenangannya kepada instansi kewenangannya kepada instansi
yang berwenang; yang berwenang;
f. mengawasi pelaksanaan f. mengawasi pelaksanaan
sosialisasi penyelenggaraan sosialisasi penyelenggaraan
Pemilihan; Pemilihan;
g. memberikan rekomendasi g. memberikan rekomendasi
kepada yang berwenang atas kepada yang berwenang atas
temuan dan laporan mengenai temuan dan laporan mengenai
tindakan yang mengandung tindakan yang mengandung
unsur tindak pidana Pemilihan; unsur tindak pidana Pemilihan;
dan dan
h. melaksanakan tugas dan h. melaksanakan tugas dan
wewenang lain yang diberikan wewenang lain yang diberikan
oleh peraturan perundang- oleh peraturan perundang-
undangan. undangan.

5. Pasal 40 Pasal 40
(1) Partai Politik atau gabungan (1) Partai Politik atau gabungan
Partai Politik dapat mendaftarkan Partai Politik dapat
pasangan calon jika telah mendaftarkan pasangan calon
memenuhi persyaratan jika telah memenuhi
perolehan paling sedikit 20% persyaratan perolehan paling
(dua puluh persen) dari jumlah sedikit 20% (dua puluh persen)
kursi Dewan Perwakilan Rakyat dari jumlah kursi Dewan
Daerah atau 25% (dua puluh lima Perwakilan Rakyat Daerah atau
persen) dari akumulasi perolehan 25% (dua puluh lima persen)
suara sah dalam pemilihan dari akumulasi perolehan suara
umum anggota Dewan sah dalam pemilihan umum
Perwakilan Rakyat Daerah di anggota Dewan Perwakilan
daerah yang bersangkutan. Rakyat Daerah di daerah yang
(2) Dalam hal Partai Politik atau bersangkutan.
gabungan Partai Politik dalam (2) Dalam hal Partai Politik atau
mengusulkan pasangan calon gabungan Partai Politik dalam
menggunakan ketentuan mengusulkan pasangan calon
memperoleh paling sedikit 20% menggunakan ketentuan
(dua puluh persen) dari jumlah memperoleh paling sedikit 20%
kursi Dewan Perwakilan Rakyat (dua puluh persen) dari jumlah
Daerah sebagaimana dimaksud kursi Dewan Perwakilan Rakyat
pada ayat (1), jika hasil bagi Daerah sebagaimana dimaksud
jumlah kursi Dewan Perwakilan pada ayat (1), jika hasil bagi
Rakyat Daerah menghasilkan jumlah kursi Dewan Perwakilan
angka pecahan maka perolehan Rakyat Daerah menghasilkan
dari jumlah kursi dihitung dengan angka pecahan maka perolehan
No. UU 8 TAHUN 2015 RUU KETERANGAN
pembulatan ke atas. dari jumlah kursi dihitung
(3) Dalam hal Partai Politik atau dengan pembulatan ke atas.
gabungan Partai Politik (3) Dalam hal Partai Politik atau
mengusulkan pasangan calon gabungan Partai Politik
menggunakan ketentuan mengusulkan pasangan calon
memperoleh paling sedikit 25% menggunakan ketentuan
(dua puluh lima persen) dari memperoleh paling sedikit 25%
akumulasi perolehan suara sah (dua puluh lima persen) dari
sebagaimana dimaksud pada akumulasi perolehan suara sah
ayat (1), ketentuan itu hanya sebagaimana dimaksud pada
berlaku untuk Partai Politik yang ayat (1), ketentuan itu hanya
memperoleh kursi di Dewan berlaku untuk Partai Politik yang
Perwakilan Rakyat Daerah. memperoleh kursi di Dewan
(4) Partai Politik atau gabungan Perwakilan Rakyat Daerah.
Partai Politik sebagaimana (4) Partai Politik atau gabungan
dimaksud pada ayat (1) hanya Partai Politik sebagaimana
dapat mengusulkan 1 (satu) dimaksud pada ayat (1) hanya
pasangan calon, dan calon dapat mengusulkan 1 (satu)
tersebut tidak dapat diusulkan pasangan calon, dan pasangan
lagi oleh Partai Politik atau calon tersebut tidak dapat
gabungan Partai Politik lainnya. diusulkan lagi oleh Partai Politik
atau gabungan Partai Politik
lainnya.
(5) Dalam hal Partai Politik atau Penambahan
gabungan Partai Politik ayat larangan
memenuhi ketentuan bagi parpol
sebagaimana dimaksud pada untuk
ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) mengusulkan
tidak mengusulkan pasangan pasangan calon
calon, Partai Politik atau pada pemilihan
gabungan Partai Politik tersebut berikutnya jika
tidak boleh mengusulkan tidak memenuhi
pasangan calon pada pemilihan ketentuan ayat
berikutnya dan dapat (1), ayat (2), dan
mengusulkan kembali setelah ayat (3).
pemilihan berikutnya.

6. Pasal 40A Pasal baru


(1) Partai Politik yang dapat terkait
mendaftarkan pasangan calon pengusulan
adalah Partai Politik yang pasangan calon
terdaftar pada kementerian oleh parpol
yang menyelenggarakan urusan yang sedang
pemerintahan di bidang hukum dalam sengketa
dan hak asasi manusia dan kepengurusan.
memenuhi ketentuan
No. UU 8 TAHUN 2015 RUU KETERANGAN
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 40.
(2) Dalam hal terjadi sengketa
kepengurusan Partai Politik,
Partai Politik yang dapat
mendaftarkan pasangan calon
adalah Partai Politik yang
susunan kepengurusannya
terdaftar pada kementerian
yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang hukum
dan hak asasi manusia sampai
terdapat putusan pengadilan
yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap atas
sengketa kepengurusan Partai
Politik tersebut dan
kepengurusannya didaftarkan
pada kementerian yang
menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang hukum
dan hak asasi manusia.

7. Pasal 41 Pasal 41
(1) Calon perseorangan dapat (1) Calon perseorangan dapat Terkait putusan
mendaftarkan diri sebagai Calon mendaftarkan diri sebagai Calon MK No. 60/PUU-
Gubernur dan Calon Wakil Gubernur dan Calon Wakil XIII/2015 
Gubernur jika memenuhi syarat Gubernur jika memenuhi syarat
dukungan dengan ketentuan: dukungan jumlah penduduk
yang mempunyai hak pilih dan
termuat pada daftar pemilih
tetap di daerah bersangkutan
pada pemilu sebelumnya,
dengan ketentuan:
a. Provinsi dengan jumlah a. provinsi dengan jumlah
penduduk sampai dengan penduduk yang termuat pada
2.000.000 (dua juta) jiwa daftar pemilih tetap sampai
harus didukung paling sedikit dengan 2.000.000 (dua juta)
10% (sepuluh persen); jiwa harus didukung paling
b. Provinsi dengan jumlah sedikit 10% (sepuluh persen);
penduduk lebih dari b. provinsi dengan jumlah
2.000.000 (dua juta) jiwa penduduk yang termuat pada
sampai dengan 6.000.000 daftar pemilih tetap lebih
(enam juta) jiwa harus dari 2.000.000 (dua juta) jiwa
didukung paling sedikit 8,5% sampai dengan 6.000.000
(enam juta) jiwa harus
No. UU 8 TAHUN 2015 RUU KETERANGAN
(delapan setengah persen); didukung paling sedikit 8,5%
c. Provinsi dengan jumlah (delapan setengah persen);
penduduk lebih dari c. provinsi dengan jumlah
6.000.000 (enam juta) jiwa penduduk yang termuat pada
sampai dengan 12.000.000 daftar pemilih tetap lebih
(dua belas juta) jiwa harus dari 6.000.000 (enam juta)
didukung paling sedikit 7,5% jiwa sampai dengan
(tujuh setengah persen); 12.000.000 (dua belas juta)
d. Provinsi dengan jumlah jiwa harus didukung paling
penduduk lebih dari sedikit 7,5% (tujuh setengah
12.000.000 (dua belas juta) persen);
jiwa harus didukung paling d. provinsi dengan jumlah
sedikit 6,5% (enam setengah penduduk yang termuat
persen); dan pada daftar pemilih tetap
e. jumlah dukungan lebih dari 12.000.000 (dua
sebagaimana dimaksud pada belas juta) jiwa harus
huruf a, huruf b, huruf c dan didukung paling sedikit 6,5%
huruf d tersebar di lebih dari (enam setengah persen); dan
50% (lima puluh persen) e. jumlah dukungan
jumlah kabupaten/kota di sebagaimana dimaksud pada
Provinsi dimaksud. huruf a, huruf b, huruf c dan
(2) Calon perseorangan dapat huruf d tersebar di lebih dari
mendaftarkan diri sebagai Calon 50% (lima puluh persen)
Bupati dan Calon Wakil Bupati jumlah kabupaten/kota di
serta Calon Walikota dan Calon Provinsi dimaksud.
Wakil Walikota, jika memenuhi (2) Calon perseorangan dapat
syarat dukungan dengan mendaftarkan diri sebagai Calon
ketentuan: Bupati dan Calon Wakil Bupati
serta Calon Walikota dan Calon
Wakil Walikota jika memenuhi
syarat dukungan jumlah
penduduk yang mempunyai hak
pilih dan termuat pada daftar
pemilih tetap di daerah
bersangkutan pada pemilu
sebelumnya, dengan ketentuan:
a. kabupaten/kota dengan
a. Kabupaten/kota dengan jumlah penduduk yang
jumlah penduduk sampai termuat pada daftar pemilih
dengan 250.000 (dua ratus tetap sampai dengan
lima puluh ribu) jiwa harus 250.000 (dua ratus lima
didukung paling sedikit 10% puluh ribu) jiwa harus
(sepuluh persen); didukung paling sedikit 10%
b. Kabupaten/kota dengan (sepuluh persen);
jumlah penduduk lebih dari b. kabupaten/kota dengan
250.000 (dua ratus lima puluh jumlah penduduk yang
No. UU 8 TAHUN 2015 RUU KETERANGAN
ribu) sampai dengan 500.000 termuat pada daftar pemilih
(lima ratus ribu) jiwa harus tetap lebih dari 250.000 (dua
didukung paling sedikit 8,5% ratus lima puluh ribu) sampai
(delapan setengah persen); dengan 500.000 (lima ratus
c. Kabupaten/kota dengan ribu) jiwa harus didukung
jumlah penduduk lebih dari paling sedikit 8,5% (delapan
500.000 (lima ratus ribu) setengah persen);
sampai dengan 1.000.000 c. kabupaten/kota dengan
(satu juta) jiwa harus jumlah penduduk yang
didukung paling sedikit 7,5% termuat pada daftar pemilih
(tujuh setengah persen); tetap lebih dari 500.000 (lima
d. Kabupaten/kota dengan ratus ribu) sampai dengan
jumlah penduduk lebih dari 1.000.000 (satu juta) jiwa
1.000.000 (satu juta) jiwa harus didukung paling sedikit
harus didukung paling sedikit 7,5% (tujuh setengah
6,5% (enam setengah persen); persen);
dan d. kabupaten/kota dengan
e. Jumlah dukungan jumlah penduduk yang
sebagaimana dimaksud pada termuat pada daftar pemilih
huruf a, huruf b, huruf c, dan tetap lebih dari 1.000.000
huruf d tersebar di lebih dari (satu juta) jiwa harus
50% (lima puluh persen) didukung paling sedikit 6,5%
jumlah kecamatan di (enam setengah persen); dan
kabupaten/kota dimaksud. e. jumlah dukungan
(3) Dukungan sebagaimana sebagaimana dimaksud pada
dimaksud pada ayat (1) dan ayat huruf a, huruf b, huruf c, dan
(2) dibuat dalam bentuk surat huruf d tersebar di lebih dari
dukungan yang disertai dengan 50% (lima puluh persen)
fotokopi Kartu Tanda Penduduk jumlah kecamatan di
Elektronik, kartu keluarga, kabupaten/kota dimaksud.
paspor, dan/atau identitas lain (3) Dukungan sebagaimana
sesuai dengan ketentuan dimaksud pada ayat (1) dan ayat
peraturan perundangundangan. (2) dibuat dalam bentuk surat
(4) Dukungan sebagaimana dukungan yang disertai dengan
dimaksud pada ayat (3) hanya fotokopi Kartu Tanda Penduduk
diberikan kepada 1 (satu) Elektronik, kartu keluarga,
pasangan calon perseorangan. paspor, dan/atau identitas lain
sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(4) Dukungan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) hanya
diberikan kepada 1 (satu)
pasangan calon perseorangan.

8. Pasal 45 Pasal 45
(1) Pendaftaran pasangan Calon (1) Pendaftaran pasangan Calon
No. UU 8 TAHUN 2015 RUU KETERANGAN
Gubernur dan Calon Wakil Gubernur dan Calon Wakil
Gubernur, pasangan Calon Bupati Gubernur, pasangan Calon
dan Calon Wakil Bupati, serta Bupati dan Calon Wakil Bupati,
pasangan Calon Walikota dan serta pasangan Calon Walikota
Calon Wakil Walikota disertai dan Calon Wakil Walikota
dengan penyampaian disertai dengan penyampaian
kelengkapan dokumen kelengkapan dokumen
persyaratan. persyaratan.
(2) Dokumen persyaratan (2) Dokumen persyaratan
sebagaimana dimaksud pada sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi: ayat (1) meliputi:
a. surat pernyataan, yang dibuat a. surat pernyataan, yang dibuat
dan ditandatangani oleh calon dan ditandatangani oleh
sendiri, sebagai bukti calon sendiri, sebagai bukti
pemenuhan syarat calon pemenuhan syarat calon
sebagaimana dimaksud dalam sebagaimana dimaksud
Pasal 7 huruf a, huruf b, huruf dalam Pasal 7 huruf a, huruf
n, huruf o, huruf p, huruf q, b, huruf g, huruf n, huruf o,
huruf s, huruf t, dan huruf u; huruf p, huruf q, huruf s,
b. surat keterangan hasil huruf t, dan huruf u;
pemeriksaan kemampuan b. surat keterangan:
secara rohani dan jasmani 1. hasil pemeriksaan Rekonstruksi
dari tim dokter yang kemampuan secara rohani dan
ditetapkan oleh KPU Provinsi dan jasmani dari tim penyesuaian
atau KPU Kabupaten/Kota, dokter yang ditetapkan ayat.
sebagai bukti pemenuhan oleh KPU Provinsi atau
syarat calon sebagaimana KPU Kabupaten/Kota,
dimaksud dalam Pasal 7 huruf sebagai bukti pemenuhan
f; syarat calon sebagaimana
c. surat tanda terima laporan dimaksud dalam Pasal 7
kekayaan calon dari instansi huruf f;
yang berwenang memeriksa 2. tidak pernah sebagai
laporan kekayaan terpidana berdasarkan
penyelenggara negara, putusan pengadilan yang
sebagai bukti pemenuhan telah memperoleh
syarat calon sebagaimana kekuatan hukum tetap
dimaksud dalam Pasal 7 huruf dari Pengadilan Negeri
j; yang wilayah hukumnya
d. surat keterangan tidak sedang meliputi tempat tinggal
memiliki tanggungan utang calon atau bagi mantan
secara perseorangan terpidana telah secara
dan/atau secara badan hukum terbuka dan jujur
yang menjadi mengemukakan kepada
tanggungjawabnya yang publik bahwa yang
merugikan keuangan negara, bersangkutan mantan
dari Pengadilan Negeri yang terpidana dari pemimpin
No. UU 8 TAHUN 2015 RUU KETERANGAN
wilayah hukumnya meliputi redaksi media massa lokal
tempat tinggal calon, sebagai atau nasional dengan
bukti pemenuhan syarat calon disertai buktinya, sebagai
sebagaimana dimaksud dalam bukti pemenuhan syarat
Pasal 7 huruf k; calon sebagaimana
e. surat keterangan tidak dimaksud dalam Pasal 7
dinyatakan pailit dari huruf g;
Pengadilan Negeri yang 3. tidak sedang dicabut hak
wilayah hukumnya meliputi pilihnya berdasarkan
tempat tinggal calon, sebagai putusan pengadilan yang
bukti pemenuhan syarat calon telah mempunyai
sebagaimana dimaksud dalam kekuatan hukum tetap
Pasal 7 huruf l; dari Pengadilan Negeri
f. surat keterangan tidak sedang yang wilayah hukumnya
dicabut hak pilihnya meliputi tempat tinggal
berdasarkan putusan calon, sebagai bukti
pengadilan yang telah pemenuhan syarat calon
mempunyai kekuatan hukum sebagaimana dimaksud
tetap, dari Pengadilan Negeri dalam Pasal 7 huruf h;
yang wilayah hukumnya 4. tidak pernah melakukan
meliputi tempat tinggal calon, perbuatan tercela yang
sebagai bukti pemenuhan dibuktikan dengan surat
syarat calon sebagaimana keterangan catatan
dimaksud dalam Pasal 7 huruf kepolisian, sebagai bukti
h; pemenuhan syarat calon
g. fotokopi kartu Nomor Pokok sebagaimana dimaksud
Wajib Pajak atas nama calon, dalam Pasal 7 huruf i;
tanda terima penyampaian 5. tidak sedang memiliki
Surat Pemberitahuan tanggungan utang secara
Tahunan Pajak Penghasilan perseorangan dan/atau
Wajib Pajak Orang Pribadi secara badan hukum yang
atas nama calon, untuk masa menjadi
5 (lima) tahun terakhir, dan tanggungjawabnya yang
tanda bukti tidak mempunyai merugikan keuangan
tunggakan pajak dari Kantor negara, dari Pengadilan
Pelayanan Pajak tempat calon Negeri yang wilayah
yang bersangkutan terdaftar, hukumnya meliputi
sebagai bukti pemenuhan tempat tinggal calon,
syarat calon sebagaimana sebagai bukti pemenuhan
dimaksud pada dalam 7 huruf syarat calon sebagaimana
m; dimaksud dalam Pasal 7
h. daftar riwayat hidup calon huruf k;
yang dibuat dan 6. tidak dinyatakan pailit dari
ditandatangani oleh calon Pengadilan Negeri yang
perseorangan dan bagi calon wilayah hukumnya
yang diusulkan dari Partai meliputi tempat tinggal
No. UU 8 TAHUN 2015 RUU KETERANGAN
Politik atau gabungan Partai calon, sebagai bukti
Politik ditandatangani oleh pemenuhan syarat calon
calon, pimpinan Partai Politik sebagaimana dimaksud
atau pimpinan gabungan dalam Pasal 7 huruf l;
Partai Politik; c. surat tanda terima laporan
i. fotokopi Kartu Tanda kekayaan calon dari instansi
Penduduk Elektronik dengan yang berwenang memeriksa
Nomor Induk Kependudukan; laporan kekayaan
j. fotokopi ijazah yang telah penyelenggara negara,
dilegalisir oleh pihak yang sebagai bukti pemenuhan
berwenang, sebagai bukti syarat calon sebagaimana
pemenuhan syarat calon dimaksud dalam Pasal 7 huruf
sebagaimana dimaksud dalam j;
Pasal 7 huruf c; d. fotokopi:
k. surat keterangan tidak pernah 1. ijazah yang telah dilegalisir
dijatuhi pidana penjara oleh pihak yang
berdasarkan putusan berwenang, sebagai bukti
pengadilan yang telah pemenuhan syarat calon
memperoleh kekuatan hukum sebagaimana dimaksud
tetap, karena melakukan dalam Pasal 7 huruf c;
tindak pidana yang diancam 2. kartu nomor pokok wajib
dengan pidana penjara 5 pajak atas nama calon,
(lima) tahun atau lebih dari tanda terima
Pengadilan Negeri yang penyampaian surat
wilayah hukumnya meliputi pemberitahuan tahunan
tempat tinggal calon, sebagai pajak penghasilan wajib
bukti pemenuhan syarat calon pajak orang pribadi atas
sebagaimana dimaksud dalam nama calon, untuk masa 5
Pasal 7 huruf g; (lima) tahun terakhir, dan
l. pas foto terbaru Calon tanda bukti tidak
Gubernur dan Calon Wakil mempunyai tunggakan
Gubernur, Calon Bupati dan pajak dari kantor
Calon Wakil Bupati, serta pelayanan pajak tempat
Calon Walikota dan Calon calon yang bersangkutan
Wakil Walikota; dan terdaftar, sebagai bukti
m. Dihapus. pemenuhan syarat calon
n. naskah visi dan Calon sebagaimana dimaksud
Gubernur dan Calon Wakil pada dalam 7 huruf m;
Gubernur, Calon Bupati dan 3. kartu tanda penduduk
Calon Wakil Bupati, serta elektronik dengan nomor
Calon Walikota dan Calon induk kependudukan;
Wakil Walikota. e. daftar riwayat hidup calon
yang dibuat dan
ditandatangani oleh calon
perseorangan dan bagi calon
yang diusulkan dari Partai
No. UU 8 TAHUN 2015 RUU KETERANGAN
Politik atau gabungan Partai
Politik ditandatangani oleh
calon, pimpinan Partai Politik
atau pimpinan gabungan
Partai Politik;
f. pas foto terbaru Calon
Gubernur dan Calon Wakil
Gubernur, Calon Bupati dan
Calon Wakil Bupati, serta
Calon Walikota dan Calon
Wakil Walikota;
g. naskah visi dan Calon
Gubernur dan Calon Wakil
Gubernur, Calon Bupati dan
Calon Wakil Bupati, serta
Calon Walikota dan Calon
Wakil Walikota.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai
tata cara pemenuhan
persyaratan dan kelengkapan
dokumen sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) diatur dengan Peraturan KPU.

9. Pasal 54A Pasal baru


(1) Pemilihan 1 (satu) pasangan mengenai
calon dilaksanakan dalam hal penundaan dan
memenuhi kondisi: perpanjangan
a. setelah dilakukan penundaan waktu
dan sampai dengan pendaftaran
berakhirnya masa dalam hal hanya
perpanjangan pendaftaran, terdapat/meng
hanya terdapat 1 (satu) hasilkan 1
pasangan calon yang pasangan calon.
mendaftar dan berdasarkan
hasil penelitian pasangan
calon tersebut dinyatakan
memenuhi syarat;
b. terdapat lebih dari 1 (satu)
pasangan calon yang
mendaftar dan berdasarkan
hasil penelitian hanya
terdapat 1 (satu) pasangan
calon yang dinyatakan
memenuhi syarat dan setelah
dilakukan penundaan sampai
No. UU 8 TAHUN 2015 RUU KETERANGAN
dengan berakhirnya masa
pembukaan kembali
pendaftaran tidak terdapat
pasangan calon yang
mendaftar atau pasangan
calon yang mendaftar
berdasarkan hasil penelitian
dinyatakan tidak memenuhi
syarat yang mengakibatkan
hanya terdapat 1 (satu)
pasangan calon;
c. sejak penetapan pasangan
calon sampai dengan saat
dimulainya masa Kampanye
terdapat pasangan calon yang
berhalangan tetap, Partai
Politik atau Gabungan Partai
Politik tidak mengusulkan
calon/pasangan calon
pengganti atau
calon/pasangan calon
pengganti yang diusulkan
dinyatakan tidak memenuhi
syarat yang mengakibatkan
hanya terdapat 1 (satu)
pasangan calon;
d. sejak dimulainya masa
Kampanye sampai dengan
hari pemungutan suara
terdapat pasangan calon yang
berhalangan tetap, Partai
Politik atau Gabungan Partai
Politik tidak mengusulkan
calon/pasangan calon
pengganti atau
calon/pasangan calon
pengganti yang diusulkan
dinyatakan tidak memenuhi
syarat yang mengakibatkan
hanya terdapat 1 (satu)
pasangan calon; atau
e. terdapat pasangan calon yang
dikenakan sanksi pembatalan
sebagai peserta Pemilihan
yang mengakibatkan hanya
terdapat 1 (satu) pasangan
No. UU 8 TAHUN 2015 RUU KETERANGAN
calon.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai
tata cara Pemilihan 1 (satu)
pasangan calon diatur dengan
Peraturan KPU.

10. UU No. 8 Tahun 2015: UU No. 8 Tahun


Ketentuan Pasal 71 tetap, dengan 2015 hanya
perubahan penjelasan Pasal 71 ayat melakukan
(2), sehingga penjelasan Pasal 71 perubahan
menjadi sebagaimana ditetapkan terhadap
dalam penjelasan pasal demi pasal penjelasan
Undang-Undang ini. Pasal 71.

UU No. 1 Tahun 2015: Pasal 71


Pasal 71 (1) Pejabat negara, pejabat aparatur
(1) Pejabat negara, pejabat sipil negara, dan Kepala Desa
aparatur sipil negara, dan atau sebutan lain/Lurah dilarang
Kepala Desa atau sebutan membuat keputusan dan/atau
lain/Lurah dilarang membuat tindakan yang menguntungkan
keputusan dan/atau tindakan atau merugikan salah satu calon
yang menguntungkan atau selama masa Kampanye.
merugikan salah satu calon (2) Gubernur atau Wakil Gubernur,
selama masa Kampanye. Bupati atau Wakil Bupati, dan
(2) Petahana dilarang melakukan Walikota atau Wakil Walikota
penggantian pejabat 6 (enam) dilarang melakukan penggantian
bulan sebelum masa pejabat 6 (enam) bulan sebelum
jabatannya berakhir. tanggal penetapan pasangan
(3) Petahana dilarang calon sampai dengan akhir masa Terkait
menggunakan program dan jabatan kecuali mendapat pemaknaan
kegiatan Pemerintahan Daerah persetujuan tertulis dari petahana.
untuk kegiatan Pemilihan 6 Menteri.
(enam) bulan sebelum masa (3) Gubernur atau Wakil Gubernur,
jabatannya berakhir. Bupati atau Wakil Bupati, dan
(4) Dalam hal petahana melakukan Walikota atau Wakil Walikota
hal sebagaimana dimaksud dilarang menggunakan program
pada ayat (2) dan ayat (3), dan kegiatan Pemerintahan
petahana dikenai sanksi Daerah untuk kegiatan Pemilihan
pembatalan sebagai calon oleh 6 (enam) bulan sebelum tanggal
KPU Provinsi atau KPU penetapan pasangan calon
Kabupaten/Kota. sampai dengan penetapan
pasangan calon terpilih.
(4) Dalam hal Gubernur atau Wakil
Gubernur, Bupati atau Wakil
Bupati, dan Walikota atau Wakil
Walikota selaku petahana
No. UU 8 TAHUN 2015 RUU KETERANGAN
melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dan ayat (3), petahana
tersebut dikenai sanksi
pembatalan sebagai calon oleh
KPU Provinsi atau KPU
Kabupaten/Kota.

11. UU No. 1 Tahun 2015:


Pasal 73 Pasal 73
(1) Calon dan/atau tim Kampanye (1) Calon dan/atau tim Kampanye
dilarang menjanjikan dan/atau dilarang menjanjikan dan/atau
memberikan uang atau materi memberikan uang atau materi
lainnya untuk mempengaruhi lainnya untuk mempengaruhi
Pemilih. Pemilih.
(2) Calon yang terbukti melakukan (2) Calon yang terbukti melakukan
pelanggaran sebagaimana pelanggaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dimaksud pada ayat (1)
berdasarkan putusan pengadilan berdasarkan putusan pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap dikenai sanksi hukum tetap dikenai sanksi
pembatalan sebagai calon oleh pembatalan sebagai calon oleh
KPU Provinsi dan KPU KPU Provinsi dan KPU
Kabupaten/Kota dan dikenai Kabupaten/Kota dan dikenai
sanksi pidana sesuai dengan sanksi pidana sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. peraturan perundang-undangan.
(3) Tim Kampanye yang terbukti (2a) Dalam hal Calon yang Penambahan
melakukan pelanggaran ditetapkan sebagai pasangan ayat tentang
sebagaimana dimaksud pada calon terpilih terbukti pemberian
ayat (1) berdasarkan putusan melakukan pelanggaran sanksi
pengadilan yang telah sebagaimana dimaksud pada pembatalan
mempunyai kekuatan hukum ayat (1) berdasarkan putusan sebagai
tetap dikenai sanksi pidana pengadilan yang telah pasangan calon.
sesuai dengan ketentuan mempunyai kekuatan hukum
peraturan perundang-undangan. tetap dikenai sanksi pembatalan
sebagai pasangan calon terpilih
oleh KPU Provinsi atau KPU
Kabupaten/Kota dan dikenai
sanksi pidana sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
(3) Tim Kampanye yang terbukti
melakukan pelanggaran
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berdasarkan putusan
pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum
No. UU 8 TAHUN 2015 RUU KETERANGAN
tetap dikenai sanksi pidana
sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

12. UU No. 1 Tahun 2015 Pasal 85 tidak


Pasal 85 Pasal 85 diubah dalam
(1) Pemberian suara untuk (1) Pemberian suara untuk UU No. 8 Tahun
Pemilihan dapat dilakukan Pemilihan dapat dilakukan 2015.
dengan cara: dengan cara:
a. memberi tanda satu kali a. memberi tanda satu kali pada
pada surat suara; atau surat suara; atau
b. memberi suara melalui b. memberi suara melalui
peralatan Pemilihan suara peralatan Pemilihan suara
secara elektronik. secara elektronik.
(2) Pemberian tanda satu kali (2) Pemberian tanda satu kali
sebagaimana dimaksud pada sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a dilakukan ayat (1) huruf a dilakukan
berdasarkan prinsip berdasarkan prinsip
memudahkan Pemilih, akurasi memudahkan Pemilih, akurasi
dalam penghitungan suara, dan dalam penghitungan suara, dan
efisiensi dalam penyelenggaraan efisiensi dalam penyelenggaraan
Pemilihan. Pemilihan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai (2a) Pemberian suara secara Terkait
tata cara pemberian suara elektronik sebagaimana Pemilihan
sebagaimana dimaksud pada dimaksud pada ayat (1) huruf b secara
ayat (1) diatur dengan Peraturan dilakukan dengan elektronik.
KPU. P mempertimbangkan kesiapan
Pemerintah Daerah dari segi
infrastruktur dan kesiapan
masyarakat berdasarkan prinsip
efisiensi dan mudah.
(2b) Dalam hal hanya Terkait teknis
terdapat 1 (satu) pasangan calon pemilihan
yang mendaftar dan berdasarkan dalam hal hanya
hasil penelitian pasangan calon terdapat satu
tersebut dinyatakan memenuhi pasangan calon.
syarat, pemberian suara untuk Implikasi
Pemilihan sebagaimana Putusan MK No.
dimaksud pada ayat (1) berupa 100/PUU-XIII/2
setuju atau tidak setuju. 015
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai
tata cara pemberian suara
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dengan Peraturan
KPU.
No. UU 8 TAHUN 2015 RUU KETERANGAN
13. Pasal 107 Pasal 107
(1) Pasangan Calon Bupati dan Calon (1) Pasangan Calon Bupati dan Calon
Wakil Bupati serta pasangan Wakil Bupati serta pasangan
Calon Walikota dan Calon Wakil Calon Walikota dan Calon Wakil
Walikota yang memperoleh Walikota yang memperoleh
suara terbanyak ditetapkan suara terbanyak ditetapkan
sebagai pasangan Calon Bupati sebagai pasangan Calon Bupati
dan Calon Wakil Bupati terpilih dan Calon Wakil Bupati terpilih
serta pasangan Calon Walikota serta pasangan Calon Walikota
dan Calon Wakil Walikota dan Calon Wakil Walikota
terpilih. terpilih.
(2) Dalam hal terdapat jumlah (2) Dalam hal terdapat jumlah
perolehan suara yang sama perolehan suara yang sama
untuk Pemilihan Bupati dan untuk Pemilihan Bupati dan
Wakil Bupati serta Pemilihan Wakil Bupati serta Pemilihan
Walikota dan Wakil Walikota, Walikota dan Wakil Walikota,
pasangan calon yang pasangan calon yang
memperoleh dukungan Pemilih memperoleh dukungan Pemilih
yang lebih merata yang lebih merata
penyebarannya di seluruh penyebarannya di seluruh
kecamatan di kabupaten/kota kecamatan di kabupaten/kota
tersebut ditetapkan sebagai tersebut ditetapkan sebagai
pasangan Calon Bupati dan Calon pasangan Calon Bupati dan
Wakil Bupati serta pasangan Calon Wakil Bupati serta
Calon Walikota dan Calon Wakil pasangan Calon Walikota dan
Walikota terpilih. Calon Wakil Walikota terpilih.
(3) Dalam hal hanya terdapat 1 Putusan MK No.
(satu) pasangan Calon Bupati 100/PUU-XIII/2
dan Calon Wakil Bupati serta 015
pasangan Calon Walikota dan
Calon Wakil Walikota peserta
Pemilihan memperoleh suara
50% (lima puluh persen) atau
lebih dari jumlah suara sah
ditetapkan sebagai pasangan
Calon Bupati dan Calon Wakil
Bupati terpilih serta pasangan
Calon Walikota dan Calon Wakil
Walikota terpilih.

14. Pasal 109 Pasal 109


(1) Pasangan Calon Gubernur dan (1) Pasangan Calon Gubernur dan
Calon Wakil Gubernur yang Calon Wakil Gubernur yang
memperoleh suara terbanyak memperoleh suara terbanyak
ditetapkan sebagai pasangan ditetapkan sebagai pasangan
Calon Gubernur dan Calon Wakil Calon Gubernur dan Calon Wakil
No. UU 8 TAHUN 2015 RUU KETERANGAN
Gubernur terpilih. Gubernur terpilih.
(2) Dalam hal terdapat jumlah (2) Dalam hal terdapat jumlah
perolehan suara yang sama perolehan suara yang sama
untuk Pemilihan Gubernur dan untuk Pemilihan Gubernur dan
Wakil Gubernur, pasangan calon Wakil Gubernur, pasangan calon
yang memperoleh dukungan yang memperoleh dukungan
Pemilih yang lebih merata Pemilih yang lebih merata
penyebarannya di seluruh penyebarannya di seluruh
kabupaten/kota di provinsi kabupaten/kota di provinsi
tersebut ditetapkan sebagai tersebut ditetapkan sebagai
pasangan Calon Gubernur dan pasangan Calon Gubernur dan
Calon Wakil Gubernur terpilih. Calon Wakil Gubernur terpilih.
(3) Dalam hal hanya terdapat 1 Putusan MK No.
(satu) pasangan Calon Gubernur 100/PUU-XIII/2
dan Calon Wakil Gubernur 015
peserta Pemilihan memperoleh
suara 50% (lima puluh persen)
atau lebih dari jumlah suara sah
ditetapkan sebagai pasangan
Calon Gubernur dan Calon Wakil
Gubernur terpilih.

15. Pasal 133A Pasal baru


Pemerintahan Daerah wajib mengenai
mengembangkan kehidupan kewajiban
demokrasi berupa meningkatkan Pemda
partisipasi masyarakat dalam meningkatkan
menggunakan hak pilih. partisipasi
pemilih.
16. UU No. 1 Tahun 2015 Pasal 153 tidak
Pasal 153 Pasal 153 diubah dalam
Sengketa tata usaha negara Sengketa tata usaha negara UU No. 8 Tahun
Pemilihan merupakan sengketa yang Pemilihan merupakan sengketa 2015.
timbul dalam bidang tata usaha yang timbul dalam bidang tata
negara Pemilihan antara Calon usaha negara Pemilihan antara
Gubernur, Calon Bupati, dan Calon Calon Gubernur dan Calon Wakil Penambahan
Walikota dengan KPU Provinsi Gubernur, Calon Bupati dan Calon calon wakil
dan/atau KPU Kabupaten/Kota Wakil Bupati, serta Calon Walikota gubernur,
sebagai akibat dikeluarkannya dan Calon Wakil Walikota dengan bupati, dan
Keputusan KPU Provinsi dan/atau KPU Provinsi dan/atau KPU walikota.
KPU Kabupaten/Kota. Kabupaten/Kota sebagai akibat
dikeluarkannya Keputusan KPU
Provinsi dan/atau KPU
Kabupaten/Kota.
No. UU 8 TAHUN 2015 RUU KETERANGAN
17. Pasal 157 Pasal 157
(1) Perkara perselisihan hasil (1) Perkara perselisihan hasil
Pemilihan diperiksa dan diadili Pemilihan diperiksa dan diadili
oleh badan peradilan khusus. oleh badan peradilan khusus.
(2) Badan peradilan khusus (2) Badan peradilan khusus
sebagaimana dimaksud pada sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dibentuk sebelum ayat (1) dibentuk sebelum
pelaksanaan Pemilihan serentak pelaksanaan Pemilihan serentak
nasional. nasional.
(3) Perkara perselisihan penetapan (3) Perkara perselisihan penetapan
perolehan suara hasil Pemilihan perolehan suara hasil Pemilihan
diperiksa dan diadili oleh diperiksa dan diadili oleh
Mahkamah Konstitusi sampai Mahkamah Konstitusi sampai
dibentuknya badan peradilan dibentuknya badan peradilan
khusus. khusus.
(4) Peserta Pemilihan dapat (4) Peserta Pemilihan dapat
mengajukan permohonan mengajukan permohonan
pembatalan penetapan hasil pembatalan penetapan hasil
penghitungan perolehan suara penghitungan perolehan suara
oleh KPU Provinsi dan KPU oleh KPU Provinsi dan KPU
Kabupaten/Kota kepada Kabupaten/Kota kepada
Mahkamah Konstitusi. Mahkamah Konstitusi.
(5) Peserta Pemilihan mengajukan (5) Peserta Pemilihan mengajukan
permohonan kepada Mahkamah permohonan kepada Mahkamah
Konstitusi sebagaimana Konstitusi sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) paling dimaksud pada ayat (4) paling
lama 3 x 24 (tiga kali dua puluh lama 3 x 24 (tiga kali dua puluh
empat) jam sejak diumumkan empat) jam sejak diumumkan
penetapan perolehan suara hasil penetapan perolehan suara hasil
Pemilihan oleh KPU Provinsi dan Pemilihan oleh KPU Provinsi dan
KPU Kabupaten/Kota. KPU Kabupaten/Kota.
(6) Pengajuan permohonan (6) Pengajuan permohonan
sebagaimana dimaksud pada sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) dilengkapi alat bukti dan ayat (5) dilengkapi alat bukti dan
Keputusan KPU Provinsi dan KPU Keputusan KPU Provinsi dan KPU
Kabupaten/Kota tentang hasil Kabupaten/Kota tentang hasil
rekapitulasi penghitungan suara. rekapitulasi penghitungan suara.
(7) Dalam hal pengajuan (7) Dalam hal pengajuan
permohonan sebagaimana permohonan sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) kurang dimaksud pada ayat (5) kurang
lengkap, pemohon dapat lengkap, pemohon dapat
memperbaiki dan melengkapi memperbaiki dan melengkapi
permohonan paling lama 3 x 24 permohonan paling lama 3 x 24
(tiga kali dua puluh empat) jam (tiga kali dua puluh empat) jam
sejak diterimanya permohonan sejak diterimanya permohonan
oleh Mahkamah Konstitusi. oleh Mahkamah Konstitusi.
No. UU 8 TAHUN 2015 RUU KETERANGAN
(8) Mahkamah Konstitusi (8) Mahkamah Konstitusi
memutuskan perkara memutuskan perkara
perselisihan sengketa hasil perselisihan sengketa hasil
Pemilihan paling lama 45 (empat Pemilihan paling lama 45 (empat
puluh lima) hari sejak puluh lima) hari kerja sejak Mengubah hari
diterimanya permohonan. diterimanya permohonan. menjadi hari
(9) Putusan Mahkamah Konstitusi (9) Putusan Mahkamah Konstitusi kerja. Terkait
sebagaimana dimaksud pada sebagaimana dimaksud pada MK.
ayat (8) bersifat final dan ayat (8) bersifat final dan
mengikat. mengikat.
(10) KPU Provinsi dan/atau KPU (10) KPU Provinsi dan/atau
Kabupaten/Kota wajib KPU Kabupaten/Kota wajib
menindaklanjuti putusan menindaklanjuti putusan
Mahkamah Konstitusi. Mahkamah Konstitusi.

18. Pasal 160A Penambahan


(1) Dalam hal DPRD Provinsi tidak pasal baru
menyampaikan pengesahan mengenai
pengangkatan pasangan calon dalam hal DPRD
Gubernur dan Wakil Gubernur tidak
terpilih, dalam waktu 7 (tujuh) menyampaikan
hari semenjak KPU Provinsi pengesahan
menyampaikan penetapan pengangkatan
pasangan calon Gubernur dan pasangan calon
Wakil Gubernur terpilih kepada terpilih.
DPRD Provinsi, Presiden melalui
Menteri dapat melakukan
pengesahan pengangkatan
pasangan calon Gubernur dan
Wakil Gubernur terpilih
berdasarkan usulan KPU Provinsi
melalui KPU.
(2) Dalam hal DPRD Kabupaten/Kota
tidak menyampaikan
pengesahan pengangkatan
pasangan calon Bupati dan Wakil
Bupati serta pasangan calon
Walikota dan Wakil Walikota
terpilih, dalam waktu 7 (tujuh)
hari semenjak KPU
Kabupaten/Kota menyampaikan
penetapan pasangan calon
Bupati dan Wakil Bupati serta
pasangan calon Walikota dan
Wakil Walikota terpilih kepada
DPRD Kabupaten/Kota, Menteri
No. UU 8 TAHUN 2015 RUU KETERANGAN
melalui Gubernur dapat
melakukan pengesahan
pengangkatan pasangan calon
Bupati dan Wakil Bupati serta
pasangan calon Walikota dan
Wakil Walikota terpilih
berdasarkan usulan KPU
Kabupaten/Kota melalui KPU
Provinsi.
(3) Dalam hal Gubernur tidak
menyampaikan penetapan
sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) kepada Menteri,
Menteri dapat melakukan
pengesahan pengangkatan
pasangan calon Bupati dan Wakil
Bupati serta pasangan calon
Walikota dan Wakil Walikota
terpilih berdasarkan usulan KPU
Kabupaten/Kota melalui KPU
Provinsi.
(4) Pengesahan pengangkatan
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)
dilakukan paling lama 20 (dua
puluh) hari sejak diterimanya
usulan.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai
tatacara pengesahan
pengangkatan pasangan calon
terpilih sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), ayat (2), dan ayat
(3) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.

19. Pasal 162 Pasal 162


(1) Gubernur dan Wakil Gubernur (1) Gubernur dan Wakil Gubernur
sebagaimana dimaksud dalam sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 161 ayat (1) memegang Pasal 161 ayat (1) memegang
jabatan selama 5 (lima) tahun jabatan selama 5 (lima) tahun
terhitung sejak tanggal terhitung sejak tanggal
pelantikan dan sesudahnya dapat pelantikan dan sesudahnya
dipilih kembali dalam jabatan dapat dipilih kembali dalam
yang sama hanya untuk 1 (satu) jabatan yang sama hanya untuk
kali masa jabatan. 1 (satu) kali masa jabatan.
(2) Bupati dan Wakil Bupati serta (2) Bupati dan Wakil Bupati serta
No. UU 8 TAHUN 2015 RUU KETERANGAN
Walikota dan Wakil Walikota Walikota dan Wakil Walikota
sebagaimana dimaksud dalam sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 161 ayat (3) memegang Pasal 161 ayat (3) memegang
jabatan selama 5 (lima) tahun jabatan selama 5 (lima) tahun
terhitung sejak tanggal terhitung sejak tanggal
pelantikan dan sesudahnya dapat pelantikan dan sesudahnya
dipilih kembali dalam jabatan dapat dipilih kembali dalam
yang sama hanya untuk 1 (satu) jabatan yang sama hanya untuk
kali masa jabatan. 1 (satu) kali masa jabatan.
(3) Gubernur, Bupati, atau Walikota (3) Gubernur, Bupati, atau Walikota Penggantian
dilarang melakukan penggantian dilarang melakukan penggantian pejabat dalam
pejabat di lingkungan pejabat di lingkungan jangka waktu 6
Pemerintah Daerah Provinsi atau Pemerintah Daerah Provinsi atau bulan setelang
Kabupaten/Kota, dalam jangka Kabupaten/Kota, dalam jangka pelantikan
waktu 6 (enam) bulan terhitung waktu 6 (enam) bulan terhitung dilarang, kecuali
sejak tanggal pelantikan. sejak tanggal pelantikan, kecuali mendapat
mendapat persetujuan tertulis persetujuan
dari Menteri. tertulis menteri.

20. Pasal 164 Pasal 164


(1) Bupati dan Wakil Bupati serta (1) Bupati dan Wakil Bupati serta
Walikota dan Wakil Walikota Walikota dan Wakil Walikota
dilantik oleh Gubernur di ibu kota dilantik oleh Gubernur di ibu
Provinsi yang bersangkutan. kota Provinsi yang bersangkutan.
(2) Dalam hal Gubernur (2) Dalam hal Gubernur
berhalangan, pelantikan Bupati berhalangan, pelantikan Bupati
dan Wakil Bupati serta Walikota dan Wakil Bupati serta Walikota
dan Wakil Walikota dilakukan dan Wakil Walikota dilakukan
oleh Wakil Gubernur. oleh Wakil Gubernur.
(3) Dalam hal Gubernur dan/atau (3) Dalam hal Gubernur dan/atau
Wakil Gubernur tidak dapat Wakil Gubernur tidak dapat
melaksanakan sebagaimana melaksanakan sebagaimana
dimaksud pada ketentuan ayat dimaksud pada ketentuan ayat
(1) dan ayat (2), Menteri (1) dan ayat (2), Menteri
mengambil alih kewenangan mengambil alih kewenangan
Gubernur sebagai wakil Gubernur sebagai wakil
Pemerintah Pusat. Pemerintah Pusat.
(4) Pelantikan oleh Menteri Tempat
sebagaimana dimaksud pada pelantikan.
ayat (3) dapat dilaksanakan di
ibu kota negara.

21. Pasal 164A Pasal baru


(1) Pelantikan sebagaimana mengenai
dimaksud dalam Pasal 163 dan pelantikan
Pasal 164 dilaksanakan secara secara serentak.
No. UU 8 TAHUN 2015 RUU KETERANGAN
serentak.
(2) Pelantikan secara serentak
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan pada akhir
masa jabatan Gubernur dan
Wakil Gubernur, Bupati dan
Wakil Bupati, serta Walikota dan
Wakil Walikota periode
sebelumnya yang paling akhir.

Pasal 164B
Presiden sebagai pemegang
tanggung jawab akhir atas
penyelenggaraan urusan
pemerintahan dapat melantik Bupati
dan Wakil Bupati serta Walikota dan
Wakil Walikota secara serentak.

22. Pasal 165 Pasal 165 Tambahan


Ketentuan mengenai tata cara Ketentuan mengenai tata cara dan terkait waktu
pelantikan Gubernur dan Wakil waktu pelantikan Gubernur dan pelanjtikan.
Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil
serta Walikota dan Wakil Walikota Bupati, serta Walikota dan Wakil
diatur dengan Peraturan Presiden. Walikota diatur dengan Peraturan
Presiden.

23. Pasal 166 Pasal 166


(1) Pendanaan kegiatan Pemilihan (1) Pendanaan kegiatan Pemilihan
dibebankan pada Anggaran dibebankan pada Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah dan Pendapatan dan Belanja Daerah,
dapat didukung oleh Anggaran dan dapat didukung oleh
Pendapatan Belanja Negara Anggaran Pendapatan dan
sesuai dengan ketentuan Belanja Negara sesuai dengan
peraturan perundangundangan. ketentuan peraturan perundang-
(2) Ketentuan mengenai dukungan undangan.
Anggaran Pendapatan Belanja (1a) Pendanaan kegiatan Tambahan ayat
Negara sebagaimana dimaksud pengamanan Pemilihan pendanaan
pada ayat (1) diatur dengan dibebankan pada Anggaran pengamanan
Peraturan Pemerintah. Pendapatan dan Belanja Negara. oleh APBN.
(3) Ketentuan lebih lanjut (2) Ketentuan mengenai dukungan
mengenai pendanaan kegiatan Anggaran Pendapatan dan
Pemilihan yang bersumber dari Belanja Negara sebagaimana
Anggaran Pendapatan Belanja dimaksud pada ayat (1) dan ayat
Daerah diatur dengan (1a) diatur dengan Peraturan
Peraturan Menteri. Pemerintah.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai
No. UU 8 TAHUN 2015 RUU KETERANGAN
pendanaan kegiatan Pemilihan
yang bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah
diatur dengan Peraturan
Menteri.

24. Ketentuan Pasal 174 tetap, dengan Perubahan


perubahan Penjelasan Pasal 174 Penjelasan ayat
ayat (2) sehingga Penjelasan Pasal (2)
174 berbunyi sebagaimana
tercantum dalam penjelasan Pasal
demi Pasal Undang-Undang ini.

Penjelasan Pasal 174


Angka 102 Ayat (1) Cukup jelas.
Pasal 174 Ayat (2) Yang dimaksud dengan
Ayat (1) Cukup jelas. “Partai Politik atau
Ayat (2) Dua pasangan calon yang gabungan Partai Politik
diusulkan kepada Dewan Perwakilan pengusung mengusulkan 2
Rakyat Daerah dalam hal keduanya (dua) pasangan calon”
berhenti atau diberhentikan secara adalah Partai Politik atau
bersamaan. gabungan Partai Politik yang
Ayat (3) Cukup jelas. masih memiliki kursi di
Ayat (4) Cukup jelas. Dewan Perwakilan Rakyat
Ayat (5) Cukup jelas. Daerah pada saat dilakukan
Ayat (6) Cukup jelas. pengisian jabatan Gubernur
Ayat (7) Cukup jelas. dan Wakil Gubernur, Bupati
dan Wakil Bupati, serta
Walikota dan Wakil
Walikota melalui Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah.
Ayat (3) Cukup jelas.
Ayat (4) Cukup jelas.
Ayat (5) Cukup jelas.
Ayat (6) Cukup jelas.
Ayat (7) Cukup jelas.

25. Pasal 176 Pasal 176


(1) Dalam hal Wakil Gubernur, (1) Dalam hal Wakil Gubernur, Wakil
Wakil Bupati, dan Wakil Bupati, dan Wakil Walikota
Walikota berhalangan tetap, berhalangan tetap, berhenti,
berhenti, atau diberhentikan, atau diberhentikan, pengisian
pengisian Wakil Gubernur, Wakil Gubernur, Wakil Bupati,
Wakil Bupati, dan Wakil dan Wakil Walikota dilakukan
No. UU 8 TAHUN 2015 RUU KETERANGAN
Walikota dilakukan melalui melalui mekanisme pemilihan
mekanisme pemilihan masing- masing-masing oleh DPRD
masing oleh DPRD Provinsi dan Provinsi dan DPRD
DPRD Kabupaten/Kota Kabupaten/Kota berdasarkan
berdasarkan usulan dari Partai usulan dari Partai Politik atau
Politik/Gabungan Partai Politik gabungan Partai Politik
pengusung. pengusung.
(2) Dalam hal Wakil Gubernur, (1a) Partai Politik atau gabungan Mekanisme
Wakil Bupati, dan Wakil Partai Politik pengusung pemilihan wakil
Walikota berasal dari calon mengusulkan 2 (dua) orang calon oleh DPRD
perseorangan, pengisian Wakil Wakil Gubernur, Wakil Bupati, dalam kondisi
Gubernur, Wakil Bupati, dan dan Wakil Walikota kepada tertentu.
Wakil Walikota dilakukan Dewan Perwakilan Rakyat
melalui mekanisme pemilihan Daerah.
masing-masing oleh DPRD (2) Dalam hal Wakil Gubernur, Wakil
Provinsi dan DPRD Bupati, dan Wakil Walikota
Kabupaten/Kota berdasarkan berasal dari calon perseorangan,
usulan Gubernur, Bupati, dan pengisian Wakil Gubernur, Wakil
Walikota. Bupati, dan Wakil Walikota
(3) Ketentuan lebih lanjut dilakukan melalui mekanisme
mengenai tata cara pengusulan pemilihan masing-masing oleh
dan pengangkatan calon Wakil DPRD Provinsi dan DPRD
Gubernur, calon Wakil Bupati, Kabupaten/Kota berdasarkan
dan calon Wakil Walikota usulan Gubernur, Bupati, dan
sebagaimana dimaksud pada Walikota.
ayat (1) dan ayat (2) diatur (2a) Dalam hal sisa masa jabatan
dalam Peraturan Pemerintah. kurang dari 18 (delapan belas)
bulan, tidak dilakukan pengisian
Wakil Gubernur, Wakil Bupati,
dan Wakil Walikota.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai
tata cara pengusulan dan
pengangkatan calon Wakil
Gubernur, calon Wakil Bupati,
dan calon Wakil Walikota
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) diatur
dalam Peraturan Pemerintah.

26. Pasal 187A Pasal baru


(1) Setiap orang yang dengan terkait ancaman
sengaja menjanjikan atau pidana bagi
memberikan uang atau materi pelaku money
lainnya sebagai imbalan kepada politics.
Warga Negara Indonesia baik
secara langsung ataupun tidak
No. UU 8 TAHUN 2015 RUU KETERANGAN
langsung untuk mempengaruhi
Pemilih agar tidak menggunakan
hak pilih, menggunakan hak pilih
dengan cara tertentu sehingga
suara menjadi tidak sah, memilih
calon tertentu, atau tidak
memilih calon tertentu dipidana
dengan pidana penjara paling
singkat 24 (dua puluh empat)
bulan dan paling lama 72 (tujuh
puluh dua) bulan dan denda
paling sedikit Rp.500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah) dan
paling banyak Rp
1.000.000.000,00 (satu milyar
rupiah).
(2) Pidana yang sama diterapkan
kepada pemilih yang dengan
sengaja menerima pemberian
atau janji sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).

Pasal 187B
Anggota Partai Politik atau anggota
gabungan Partai Politik yang dengan
sengaja melanggar ketentuan
larangan menerima imbalan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
47 dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 24 (dua puluh empat)
bulan dan paling lama 60 (enam
puluh) bulan dan denda paling
sedikit Rp25.000.000.000,00 (dua
puluh lima miliar rupiah) dan paling
banyak Rp50.000.000.000,00 (lima
puluh miliar rupiah).

27. Pasal 190A Penambahan


Setiap orang, Penyelenggara pasal terkait
Pemilihan, atau perusahaan yang ancaman
dengan sengaja mencetak surat pidana
suara melebihi ketentuan terhadap
sebagaimana dimaksud dalam Pasal perbuatan
80 ayat (1) dipidana dengan pidana mencetak surat
penjara paling singkat 24 (dua puluh suara melebihi
empat) bulan dan paling lama 60 ketentuan.
No. UU 8 TAHUN 2015 RUU KETERANGAN
(enam puluh) bulan dan denda
paling sedikit Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah) dan paling
banyak Rp10.000.000.000,00
(sepuluh puluh miliar rupiah).

Pasal 190B
Setiap Orang dan/atau lembaga
yang dengan sengaja melakukan
tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 47 ayat (5),
dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 24 (dua puluh empat)
bulan dan pidana penjara paling
lama 72 (tujuh puluh dua) bulan
dan denda paling sedikit
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu milyar
rupiah).

28. Pasal 198A Penambahan


Setiap orang yang dengan sengaja pasal terkait
melakukan tindak kekerasan atau ancaman
menghalang-halangi Penyelenggara pidana bagi
Pemilihan dalam melaksanakan setiap orang
tugasnya, dipidana dengan pidana yang
penjara paling singkat 12 (dua menghalang-
belas) bulan dan paling lama 36 halangi
(tiga puluh enam) bulan dan denda penyelenggara.
paling sedikit Rp12.000.000,00
(dua belas juta rupiah) dan paling
banyak Rp36.000.000,00 (tiga puluh
enam juta rupiah).

29. Pasal 201 Pasal 201


(1) Pemungutan suara serentak (1) Pemungutan suara serentak
dalam Pemilihan Gubernur dan dalam Pemilihan Gubernur dan
Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Gubernur, Bupati dan
Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Bupati, serta Walikota dan
Wakil Walikota yang masa Wakil Walikota yang masa
jabatannya berakhir pada tahun jabatannya berakhir pada tahun
2015 dan bulan Januari sampai 2015 dan bulan Januari sampai
dengan bulan Juni tahun 2016 dengan bulan Juni tahun 2016
dilaksanakan pada tanggal dan dilaksanakan pada tanggal dan
bulan yang sama pada bulan bulan yang sama pada bulan
No. UU 8 TAHUN 2015 RUU KETERANGAN
Desember tahun 2015. Desember tahun 2015.
(2) Pemungutan suara serentak (2) Pemungutan suara serentak
dalam Pemilihan Gubernur dan dalam Pemilihan Gubernur dan
Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Gubernur, Bupati dan
Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Bupati, serta Walikota dan
Wakil Walikota yang masa Wakil Walikota yang masa
jabatannya berakhir pada bulan jabatannya berakhir pada bulan
Juli sampai dengan bulan Juli sampai dengan bulan
Desember tahun 2016 dan yang Desember tahun 2016 dan yang
masa jabatannya berakhir pada masa jabatannya berakhir pada
tahun 2017 dilaksanakan pada tahun 2017 dilaksanakan pada
tanggal dan bulan yang sama tanggal dan bulan yang sama
pada bulan Februari tahun 2017. pada bulan Februari tahun 2017.
(3) Pemungutan suara serentak (3) Pemungutan suara serentak Mengeksplisitka
dalam Pemilihan Gubernur dan dalam Pemilihan Gubernur dan n bulan
Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Gubernur, Bupati dan pelaksanaan
Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Bupati, serta Walikota dan pemilihan
Wakil Walikota yang masa Wakil Walikota yang masa serentak.
jabatannya berakhir pada tahun jabatannya berakhir pada tahun
2018 dan tahun 2019 2018 dan tahun 2019
dilaksanakan pada tanggal dan dilaksanakan pada tanggal dan
bulan yang sama pada bulan Juni bulan yang sama pada bulan Juni
tahun 2018. tahun 2018.
(4) Pemungutan suara serentak (4) Pemungutan suara serentak
Gubernur dan Wakil Gubernur, Gubernur dan Wakil Gubernur,
Bupati dan Wakil Bupati, serta Bupati dan Wakil Bupati, serta
Walikota dan Wakil Walikota Walikota dan Wakil Walikota
hasil pemilihan tahun 2015 hasil pemilihan tahun 2015
dilaksanakan pada tahun 2020. dilaksanakan pada bulan
(5) Pemungutan suara serentak September tahun 2020.
Gubernur dan Wakil Gubernur, (5) Pemungutan suara serentak
Bupati dan Wakil Bupati, serta Gubernur dan Wakil Gubernur,
Walikota dan Wakil Walikota Bupati dan Wakil Bupati, serta
hasil pemilihan tahun 2017 Walikota dan Wakil Walikota
dilaksanakan pada tahun 2022. hasil pemilihan tahun 2017
(6) Pemungutan suara serentak dilaksanakan pada bulan Juni
Gubernur dan Wakil Gubernur, tahun 2022.
Bupati dan Wakil Bupati, serta (6) Pemungutan suara serentak
Walikota dan Wakil Walikota Gubernur dan Wakil Gubernur,
hasil pemilihan tahun 2018 Bupati dan Wakil Bupati, serta
dilaksanakan pada tahun 2023. Walikota dan Wakil Walikota
(7) Pemungutan suara serentak hasil pemilihan tahun 2018
nasional dalam Pemilihan dilaksanakan pada bulan
Gubernur dan Wakil Gubernur, September tahun 2023.
Bupati dan Wakil Bupati, serta (7) Pemungutan suara serentak
Walikota dan Wakil Walikota di nasional dalam Pemilihan
No. UU 8 TAHUN 2015 RUU KETERANGAN
seluruh wilayah Negara Kesatuan Gubernur dan Wakil Gubernur,
Republik Indonesia dilaksanakan Bupati dan Wakil Bupati, serta
pada tanggal dan bulan yang Walikota dan Wakil Walikota di
sama pada tahun 2027. seluruh wilayah Negara Kesatuan
(8) Untuk mengisi kekosongan Republik Indonesia dilaksanakan
jabatan Gubernur, diangkat pada bulan September tahun
penjabat Gubernur yang berasal 2027.
dari jabatan pimpinan tinggi (7a) Dalam hal hasil Pemilihan
madya sampai dengan pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur,
Gubernur sesuai dengan Bupati dan Wakil Bupati, serta
ketentuan peraturan perundang- Walikota dan Wakil Walikota
undangan. hanya diikuti oleh 1 (satu)
(9) Untuk mengisi kekosongan pasangan calon dan mayoritas
jabatan Bupati/Walikota, Pemilih tidak setuju terhadap
diangkat penjabat pasangan calon tersebut,
Bupati/Walikota yang berasal pemilihannya akan dilaksanakan
dari jabatan pimpinan tinggi pada pemilihan serentak
pratama sampai dengan berikutnya.
pelantikan Bupati, dan Walikota (8) Untuk mengisi kekosongan
sesuai dengan ketentuan jabatan Gubernur, diangkat
peraturan perundang-undangan. penjabat Gubernur yang berasal
(10) Ketentuan lebih lanjut dari jabatan pimpinan tinggi
mengenai penyelenggaraan madya sampai dengan
Pemilihan sebagaimana pelantikan Gubernur sesuai
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dengan ketentuan peraturan
ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) perundang-undangan.
diatur dengan Peraturan KPU. (9) Untuk mengisi kekosongan
jabatan Bupati/Walikota,
diangkat penjabat
Bupati/Walikota yang berasal
dari jabatan pimpinan tinggi
pratama sampai dengan
pelantikan Bupati, dan Walikota
sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(10) Ketentuan lebih lanjut
mengenai penyelenggaraan
Pemilihan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2),
ayat (3), ayat (4), ayat (5), ayat
(6), ayat (7), dan ayat (7a) diatur
dengan Peraturan KPU.

30. Pasal 201A Penambahan


(1) Dalam hal terdapat sengketa Pasal baru
tata usaha negara Pemilihan tentang waktu
No. UU 8 TAHUN 2015 RUU KETERANGAN
Calon Gubernur dan Calon Wakil pemungutan
Gubernur, Calon Bupati dan suara dalam hal
Calon Wakil Bupati, serta Calon masih terdapat
Walikota dan Calon Wakil sengketa TUN.
Walikota yang belum
memperoleh kekuatan hukum
tetap, waktu pemungutan suara
serentak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 201 tetap
dilaksanakan dan hanya ditunda
untuk Pemilihan yang
bersengketa.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai
pelaksanaan penundaan
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dengan Peraturan
KPU.

31. Pasal 205B


Pada saat Undang-Undang ini mulai Peraturan
berlaku, semua Peraturan pelaksanaan UU
Perundang-undangan yang No. 8 tetap
merupakan peraturan pelaksanaan berlaku
dari Undang-Undang Nomor 8 sepanjang tidak
Tahun 2015 Tentang Perubahan bertentangan
Atas Undang-Undang Nomor 1 dengan UU ini.
Tahun 2015 Tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 1 Tahun
2014 Tentang Pemilihan Gubernur,
Bupati, dan Walikota Menjadi
Undang-Undang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 57, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor
5678), dinyatakan masih tetap
berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan ketentuan
dalam Undang-Undang ini.

Anda mungkin juga menyukai