Anda di halaman 1dari 3

Pemikiran filsafat neoplatonisme, augustinus, dan st.

thomas Aquinas

Nama : rifa nabila fatin

NPM : 2131060171

Dosen pengampu : Agus defriyanto, M.Ag

Abstrak

Filsafat neoplatonisme ialah pemikiran/ide-ide baru yang muncul dari ide filsafat sebelunya yang
dikemukakan oleh Plato. Neoplatonisme merupakan puncak terakhir dalam sejarah filsafat Yunani,
aliran ini bermaksud untuk menghidupkan Kembali filsafat Plato. Neopaltonisme sendiri ialah suatu
istilah yang digunakan untuk menentukan untain filsafat platonic yang dimulai dengan Plotinus pada abd
ketiga M dengan latar belakang filsafat helenistik dan agama. Plotinus menyesuaikan filsafat plato dalam
cara-cara yang penting dan karyanya diterbitkan oleh muridnya Porphyry, filsafat ini kemudian dikenal
dengan filsafat neoplatonisme. Istilah ini ialah istilah historiografi modern, dan para pemikir sekarang
diterapkan tidak untuk menggambarkan dirinya sendiri. Neoplatonisme memiliki pengaruh abadi pada
sejarah filsafat selanjutnya. Pada abad pertengahan, gagasan-gagasan neoplatonik dipelajari dan
didiskusikan oleh para pemikir islam, Kristen, dan yahudi. Neoplatonisme adalah pengaruh utama pada
penulis Kristen awal dan pada pemikiran abad pertengahan dan renaissance dan pada filsafat islam.
Filsum muslim yang mengembangkan ajaran Plotinus adalah Al-Farabi, beliau mengemukakan bahwa
filsafatnya dengan neoplatonisme itu sama, yaitu bersifat tuhan itu yang maha tinggi dan esa. Jadi
neoplatonisme mengandung unsur-unsur kemanusiaan, keagamaan, dan keberhasilan. Sebuah system
doktrin filosofis dan teologis yang terdiri dari unsur-unsur platonisme dan aristotelianisme dan
mistisisme oriental, doktri yang paling khas menyatakan bahwa prinsip pertama dan sumber realitas
melampaui keberadaan, pemikiran dan secara alami tidak dapat diketahui.

Pendahuluan

 Rumusan masalah
o Pengertian neoplatonisme
o Filsafat neoplatonisme menurut augustinus
o Filsafat neoplatonisme menurut st. Thomas Aquinas
 Kajian teoritik
Neoplatonisme merupakan rangkaian terakhir dari fase helenisme romawi, yaitu suatu
fase pengulangan ajaran Yunani yang lama, jadi aliran ini masi berkisar pada filsafat Yunani, yang
teramu dalam mistik, dan juga digabung dengan berbagai aliran lain yang mendukung.
Akibatnya, didalamnya terkadang terjadi tabrakan antara filsafat Yunani dengan agama-agama
samawi. Neoplatonisme ini terdapat unsur-unsur platonisme, phytagoras, Aristoteles, stoa, dan
mistik timur, jadi berpadu antara unsur-unsur kemanusiaan, keagamaan, dan mistik.
Aliran ini bermaksud menghidupkan Kembali filsafat plato. Tetapi itu tidak berarti bahwa
pengikut-pengikutnya tidak dipengaruhi filsuf-filsuf lain, seperti Aristoteles misalnya aliran stoa.
Sebenarnya ajaran ini merupakan semacam sintesis dari semua aliran filsafat sampai saat itu,
dimana plato diberi tempat istimewa, yang berpengaruh dari aliran ini adalah ammonius saccas.
Saccas adalah filsuf yang mengajar di Alexandria, mesir pada paro pertama abad ketiga.

Pembahasan

A. Neoplatonisme
Neoplatonisme dibangun oleh plotinus (204 M) yang merupakan filosof besar fase terakhir
yunani. Neoplatonisme merupakan rangkaian terakhir dari fase helenisme romawi, yaitu suatu
fase pengulangan ajaran Yunani yang lama, jadi aliran ini maasih berkisar pada filsafat Yunani,
yang teramu dalam mistik, dan juga digabung dengan berbagai aliran lain yang mendukung.
Akibatnya, didalamnya kadang terjadi tabrakan antara filsafat Yunani dengan agama-agama
samawi. Neoplatonisme ini terdapat unsur-unsur platonisme, phytagoras, Aristoteles, stoa, dan
mistik timur, jadi berpadu antara unsur-unsur kemanusiaan, kegamaan, dan mistik.

1. Sejarah neoplatonisme
Aliran yang berupaya menggabungkan ajaran plato dan Aristoteles dikenal dengan sebutan
neoplatonisme, yang merupakan puncak terakhir dalam sejarah filsafat Yunani. Neoplatonisme
adalah istilah yang digunakan untuk menentukan untaian filsafat platoik yang dimulai dengan
Plotinus pada abad ketiga M dengan latar belakang filsafat helenistik dan agama. Istilah ini tidak
merangkum satu set ide sebanyak merangkum rantai pemikir yang dimulai dengan ammonius
saccas dan muridnya Plotinus dan membentang sampai abad keenam. Ammonius saccas adalah
filsuf yang mengajar di Alexandria, mesir pada pora pertama abad ketiga. Tokoh neoplatonisme
yang dianggap representative ialah Plotinus, muris ammonius saccas.

Plotinus menyesuaikan filsafat plato dalam cara-cara yang penting dan karyanya diterbitkan oleh
muridnya porphyry (+-232-305). Filsafat ini kemudian dikenal sebagai neoplatonisme, Plotinus
percaya bahwa ciptaan melimpah (mengalir) dari Yang Esa yang adalah Yang Baik. Segala
sesuatu yang ada pasti baik, atau memuat kebaikan, kalua tidak ia tidak dapat ada sama sekali.
Seluruh system filsafat Plotinus berkisar pada konsep kesatuan yang disebut dengan nama “Yang
Esa”, dan semua yang ada berhasrat untuk Kembali kepada “Yang Esa”. Oleh karenanya, dalam
realitas seluruhnya terdapat Gerakan dua arah: dari atas kebawah dan dari bawah ke atas, yaitu:
o Dialektika menurun (a way down)
o Dialektika menaik (a way up)
a) Dialektika menurun

Dialktika menurun digunakan untuk menjelaskan “wujud tertinggi” dan cara keluarnya dari-Nya.
Penjelasannya terhadap wujud tertinggi itu, Plotinus terkenal dengan teorinya “Yang Esa”, yaitu
keluarnya alam dari “Yang Esa”, ia sampai kepada kesimpulan bahwa semua yang wujud,
termasuk didalamnya wujud pertama (Yang Esa), merupakan rangkaian mata rantai yang
kuatdan erat, dan kemudian dalam studi keagamaan dikenal dengan istilah “kesatuan wujud”.

b) Dialktika menaik

Dialktika menaik digunakan untuk menjelaskan soal-soal akhlak dan jiwa, dengan maksud untuk
menentukan kebahagiaan manusia. Setiap taraf hierarki mempunyai tujuan untuk Kembali ke
taraf lebih tinggi yang paling dekat dan karena itu secara tidak langsung menuju ke “Yang Esa”.
Karena hanya manusia yang mempunyai hubungan dengan semua taraf hierarki, sialah yang
dapat melaksanakan pengembalian kepada “Yang Esa”.

c) Emanasi
Jika ajaran plato berpangkal pada “Yang Baik”, yang meliputi segala-galanya, maka ajaran
Plotinus berpangkal pada “Yang Esa”. Menurut Plotinus, “Yang Esa” adalah satu dengan tidak
ada pertentangan didalamnya. “Yang Esa” adalah “Yang Asal”, dan itulah permulaan dan sebab
Yang Esa dari segala yang ada. “Yang Esa” itu sempurna, tidak mencari dan tidak memiliki apa-
apa. Dari “Yang Esa” itulah keluar sesuatu dari kemudian mengalir menjadi barang-barang yang
ada. Dalam menerangkan munculnya keragaman dari “Yang Esa”, Plotinus menyebutkan dengan
emanasi dari Dia. Plotinus inilah Yang Esa kali memunculkan konsep emanasi.

d) Tahap-tahap wujud
Salah satu persoalan dasar paling pokok dalam ajaran neoplatonisme adalah bagaimana
mendamaikan dua macam hal, yakni “Yang Esa” dan segala macam wujud yang fana, sementara
mereka sama-sama tidak mempunyai apa pun yang serupa antara yang satu dengan yang
lainnya. Untuk itu model emanasi, dirancang untuk menjelaskan bagaimana segala sesuatu yang
tidak memiliki unsur kesamaan antara satu dengan yang lain, pada saat yang sama, juga benar-
benar saling berhubungan. Dengan teori emanasi itulah, akhirnya terdapat apa yang disebut
unity of being, kesatuan wujud.

B. Filsafat neoplatonisme menurut augustinus

Anda mungkin juga menyukai