Anda di halaman 1dari 50

PERAN FISIOTERAPI DALAM

PELAYANAN GERIATRY

MAIDI SAMEKTO
Dasar Hukum
 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG
KESEJAHTERAAN LANJUT USIA
 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG
KESEHATAN
 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG
TENAGA KESEHATAN
 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN2004
TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENINGKATANKESEJAHTERAAN SOSIAL
LANJUT USIA
 PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79
TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN GERIATRI DI
RUMAH SAKIT
 PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67
TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN LANJUT
USIA DI PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT
 PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 80 TAHUN
2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKERJAAN DAN PRAKTIK FISIOTERAPIS
 PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN
2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN FISIOTERAPI
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1998
TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA

KETENTUAN UMUM Pasal 1


 Lanjut Usia adalah seseorang yang telah mencapai
usia 60 tahun(enam puluh) tahun keatas.
 Lanjut Usia Potensial adalah lanjut usia yang masih
mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang
dapat menghasilkan barang dan/atau jasa.
 Lanjut Usia Tidak Potensial adalah lanjut usia yang
tidak berdayamencari nafkah sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain.
HAK DAN KEWAJIBAN Pasal 5
 Lanjut usia mempunyai hak yang sama dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
 Sebagai penghormatan dan penghargaan kepada lanjut
usia diberikan hak untuk meningkatkan kesejahteraan
sosial yang meliputi
a. pelayanan keagamaan dan mental spiritual;
b. pelayanan kesehatan;
c. pelayanan kesempatan kerja;
d. pelayanan pendidikan dan pelatihan;
e. kemudahan dalam penggunaan fasilitas, sarana, dan prasarana
umum.
f. kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum;
g. perlindungan sosial;
h. bantuan sosial
Pasal 14

(1)Pelayanan kesehatan dimaksudkan untuk memelihara


dan meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan
lanjut usia, agar kondisi fisik, mental, dan sosialnya
dapat berfungsi secara wajar.
(2)Pelayanan kesehatan bagi lanjut usia
dilaksanakan melalui peningkatan :
a. penyuluhan dan penyebarluasan
informasi kesehatan lanjut usia
b. upaya penyembuhan (kuratif ), yang
diperluas pada bidangpelayanan
geriatrik/gerontologik;
c. pengembangan lembaga perawatan
lanjut usia yang menderitapenyakit
kronis dan/atau penyakit terminal.
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN
2009 TENTANG KESEHATAN
Psl 138
 Upaya pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia harus ditujukan
untuk menjaga agar tetap hidup sehat dan produktif secara
sosial maupun ekonomis sesuai dengan martabat kemanusiaan
 Pemerintah wajib menjamin ketersediaan fasilitas
pelayanan kesehatan dan memfasilitasi kelompok lanjut usia
untuk dapat tetap hidup mandiri dan produktif secara sosial
dan ekonomis
Psl 140.
 Upaya pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia dan
penyandang cacat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 138 dan
Pasal 139 dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah
daerah, dan/atau masyarakat
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN
2014 TENTANG TENAGA KESEHATAN
Pasal 11
(1)Tenaga Kesehatan dikelompokkan ke dalam: a. tenaga
medis; b. tenaga psikologi klinis; c. tenaga keperawatan;
d. tenaga kebidanan; e. tenaga kefarmasian; f. tenaga
kesehatan masyarakat; g. tenaga kesehatan lingkungan;
h. tenaga gizi;i. tenaga keterapian fisik;j. tenaga
keteknisian medis;k. tenagateknik biomedika; l. tenaga
kesehatan tradisional; dan m. tenaga kesehatan lain
(10) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk Dalam
Kelompok tenaga keterapian fisik Sebagaiman
dimaksud pada ayat (1) huruf i terdiri atas, fisioterapis,
okupasi terapis, terapis wicara, dan akupunktur.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN2004 TENTANG
PELAKSANAAN UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL LANJUT USIA

Pasal 3
(1)Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial bagi Lanjut
Usia Potensial meliputi :
a.pelayanan keagamaan dan mental spiritual;
b.pelayanan kesehatan;
c.pelayanan kesempatan kerja;
d.pelayanan pendidikan dan pelatihan;
e.Pelayanan untuk mendapatkankemudahan dalam
penggunaan fasilitas, sarana, dan prasarana umum;
f.pemberian kemudahan dalam layanan dan bantuan
hukum;
g.bantuan sosial.
Pasal 3
2)Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial bagi Lanjut
Usia Tidak Potensial meliputi :
a.pelayanan keagamaan dan mental spiritual;
b.pelayanan kesehatan;
c.Pelayanan untuk mendapatkan kemudahandalam
penggunaan fasilitas, sarana dan prasarana umum;
d.pemberian kemudahan dalam layanan dan bantuan
hukum;
e.perlindungan sosial.
Pelayanan Kesehatan
Pasal 8
(1)Pelayanan kesehatan dimaksudkan untuk memelihara
danmeningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan lanjut
usia agar kondisi fisik, mental, dan sosialnya dapat berfungsi
secara wajar.
(2)Pelayanan kesehatan bagi lanjut usia sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan melalui peningkatan :
a.penyuluhan dan penyebarluasan informasi kesehatan lanjut
usia;
b.upaya penyembuhan (kuratif), yang diperluas pada bidang
pelayanan geriatrik/gerontologik;
c.pengembangan lembaga perawatan lanjut usia yang
menderita penyakit kronis dan/atau penyakit terminal.
Pasal 8
(3)Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan bagi lanjut
usia yang tidak mampu, diberikan keringanan biaya
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang
undangan yang berlaku.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN
2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN GERIATRI DI RUMAH SAKIT

Pasal 1 KETENTUAN UMUM


 Lanjut Usia adalah seseorang yang telah mencapai usia
60 (enam puluh) tahun ke atas.
 Geriatri adalah cabang disiplin ilmu kedokteran yang
mempelajari aspek kesehatan dan kedokteran pada
warga Lanjut Usia termasuk pelayanan kesehatan
kepada Lanjut Usia dengan mengkaji semua aspek
kesehatan berupa promosi, pencegahan, diagnosis,
pengobatan, dan rehabilitasi.
KETENTUAN UMUM
Panti Werdha adalah sebuah rumah atau
tempat di mana berkumpulnya orang-orang
lanjut usia, baik secara sukarela ataupun
diserahkan oleh pihak keluarga untuk
diurus segala keperluannya. Sebuah sarana
dimana lansia diberikan fasilitas, layanan 24
jam, jadwal aktivitas, dan hiburan yang
dibutuhkan sesuai kebutuhan lansia.
KETENTUAN UMUM
 Pasien Geriatri adalah pasien Lanjut Usia dengan
multi penyakit dan/atau gangguan akibat penurunan
fungsi organ, psikologi, sosial, ekonomi dan
lingkungan yang membutuhkan pelayanan kesehatan
secara terpadu dengan pendekatan multidisiplin yang
bekerja secara Interdisiplin
 Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat
KETENTUAN UMUM
 Multidisiplin adalah berbagai disiplin atau bidang
ilmu yang secara bersama-sama menangani penderita
dengan berorientasi pada ilmunya masing-masing.
 Interdisiplin adalah pelayanan kesehatan yang
dilakukan oleh berbagai disiplin/bidang ilmu yang
saling terkait dan bekerja sama dalam penanganan
pasien yang berorientasi pada kepentingan pasien
KETENTUAN UMUM
 Klinik Asuhan Siang (day care) adalah klinik rawat
jalan yang memberikan pelayanan rehabilitasi, kuratif,
dan asuhan psikososial.
 Hospice adalah pelayanan kepada pasien dengan
penyakit terminal dalam bentuk meringankan
penderitaan pasien akibat penyakit (paliatif),
pendampingan psikis dan spiritual sehingga pasien
dapat meninggal dengan tenang dan terhormat
TINGKATAN PELAYANAN GERIATRI (Pasal 3)
(1)Pelayanan Geriatri diberikan kepada pasien
Lanjut Usia dengan kriteria:
a. memiliki lebih dari 1 (satu) penyakit fisik
dan/atau psikis; atau
b. memiliki 1 (satu) penyakit dan mengalami
gangguan akibat penurunan fungsi organ,
psikologi, sosial, ekonomi dan lingkungan
yang membutuhkan pelayanan kesehatan
(2) Selain pasien Lanjut Usia sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), pelayanan Geriatri juga diberikan
kepada pasien dengan usia 70 (tujuh puluh) tahun ke
atas yang memiliki 1 (satu) penyakit fisik dan/atau
psikis.
(3) Pelayanan Geriatri sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dengan pelayanan geriatri terpadu dalam
upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif
Berdasarkan kemampuan pelayanan,
pelayanan Geriatri di Rumah Sakit
dibagi menjadi:
a. tingkat sederhana;
b. tingkat lengkap;
c. tingkat sempurna; dan
d. tingkat paripurna
(1) Berdasarkan kemampuan pelayanan, pelayanan Geriatri
di Rumah Sakit dibagi menjadi:
a. tingkat sederhana;
b. tingkat lengkap;
c. tingkat sempurna; dan
d. tingkat paripurna.
(2) Tingkatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan berdasarkan:
a. jenis pelayanan;
b. sarana dan prasarana;
c. peralatan; dan
d. ketenagaan.
JENIS PELAYANAN Pasal 5
(1) Jenis pelayanan Geriatri tingkat sederhana, paling sedikit
terdiri atas rawat jalan dan kunjungan rumah (home care).
(2) Jenis pelayanan Geriatri tingkat lengkap , paling sedikit
terdiri atas rawat jalan, rawat inap akut dan kunjungan
rumah (home care).
(3) Jenis pelayanan Geriatri tingkat sempurna, paling sedikit
terdiri atas rawat jalan, rawat inap akut, kunjungan rumah
(home care) dan Klinik Asuhan Siang
(4) Jenis pelayanan Geriatri tingkat paripurna terdiri atas
rawat jalan, Klinik Asuhan Siang, rawat inap akut, rawat inap
kronik, rawat inap Psikogeriatri, penitipan Pasien Geriatri
(respite care), kunjungan rumah (home care), dan Hospice.
Pasal 6
 Selain menyelenggarakan pelayanan Geriatri
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, pelayanan
Geriatri tingkat sempurna dan tingkat paripurna,
melaksanakan pendidikan, pelatihan, dan penelitian
serta kerjasama lintas program dan lintas sektor dalam
rangka pengembangan pelayanan Geriatri dan
pemberdayaan masyarakat
(1) Bangunan pelayanan Geriatri tingkat lengkap paling
sedikit terdiri atas:
a. ruang pendaftaran/administrasi;
b. ruang tunggu;
c. ruang periksa;
d. ruang terapi dengan atau tanpa gymnasium
Ketenagaan Pasal 13

(1) Ketenagaan dalam pelayanan Geriatri di Rumah


Sakit terdiri atas tenaga kesehatan dan tenaga non
kesehatan yang bekerja bersama-sama sebagai Tim
Terpadu Geriatri.
(2)Tim Terpadu Geriatri sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdiri atas ketua dan koordinator pelayanan
yang merangkap sebagai anggota, dan anggota.
(3)TimTerpadu Geriatri sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dibentuk oleh Kepala/Direktur Rumah Sakit.
Ketenagaan Pasal 13

Ketua Tim Terpadu Geriatri sebagaimana dimaksud


pada ayat(2) terdiri atas:
a.dokter spesialis penyakit dalam konsultan Geriatri,
untuk pelayanan Geriatri tingkat paripurna; atau
b.dokter spesialis penyakit dalam untuk pelayanan
Geriatri tingkat sederhana, lengkap, dan sempurna.

(4)Koordinator pelayanan sebagaimana dimaksud pada


ayat (2) dibentuk sesuai dengan masing-masing
pelayanan pada pelayanan Geriatri tingkat sederhana,
lengkap, sempurna, dan paripurna.
Ketenagaan Pasal 14
Tim Terpadu Geriatri pada pelayanan Geriatri tingkat
sederhana paling sedikit terdiri atas:
a.dokter spesialis penyakit dalam;
b.dokter spesialis lainnya sesuai dengan jenis penyakit
Pasien Geriatri;
c.dokter;
d.perawat yang telah mengikuti pelatihan keperawatan
gerontik atau pelatihan keterampilan inteligensia;
e. apoteker;
f.tenaga gizi;
g.fisioterapis; dan
h.okupasi terapis.
Ketenagaan Pasal 15
Tim Terpadu Geriatri pada pelayanan Geriatri tingkat
lengkap paling sedikit terdiri atas:
a.dokter spesialis penyakit dalam;
b.dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi;
c.dokter spesialis kedokteran jiwa/psikiater ;
d.dokter spesialis lainnya sesuai dengan jenis penyakit
Pasien Geriatri; e.dokter;
f.perawat yang telah mengikuti pelatihan keperawatan
gerontik atau pelatihan keterampilan intiligensia;
g.apoteker; h.tenaga gizi; i.fisioterapis;
j.okupasi terapis k.psikolog; dan l.pekerja sosial.
Ketenagaan Pasal 16
Tim Terpadu Geriatri pada pelayanan Geriatri tingkat
sempurna paling sedikit terdiri atas:
a.dokter spesialis penyakit dalam;
b.dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi;
c.dokter spesialis kedokteran jiwa/psikiater;
d.dokter spesialis lainnya sesuai dengan jenis penyakit
Pasien Geriatri; e.dokter;
f.perawat yang telah mengikuti pelatihan keperawatan
gerontik atau pelatihan keterampilan inteligensia;
g.apoteker; h.tenaga gizi; i.fisioterapis; j.okupasi
terapis; k.terapis wicara; l.perekam medis; m.psikolog;
dan n.pekerja sosial.
Ketenagaan Pasal 17
Tim Terpadu Geriatri pada pelayanan pelayanan Geriatri
paripurna paling sedikit terdiri atas:
a.dokter spesialis penyakit dalam konsultan Geriatri;
b.dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi;
c.dokter spesialis kedokteran jiwa/psikiater;
d.dokter spesialis lainnya sesuai dengan jenis penyakit
Pasien Geriatri; e.dokter;
f.perawat yang telah mengikuti pelatihan keperawatan
gerontik atau pelatihan keterampilan inteligensia;
g.apoteker; h.tenaga gizi; i.fisioterapis; j.okupasi
terapis; k.terapis wicara; l.perekam medis; m.psikolog;
dan n.pekerja sosial;
lampiran
Bentuk kegiatan pelayanan kesehatan di luar gedung
sebagai bentuk pelayanan yang proaktif dilaksanakan
melalui:
a.pelayanan kesehatan kelompok lanjut usia (Posyandu/
Posbindu Lanjut usia);
b.program perawatan warga lanjut usia di rumah (home
care);
c.pelayanan kesehatan di panti sosial tresna wredha.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN
2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN LANJUT USIA DI
PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT

Pasal 1
3.Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan
upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif, untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah
kerjanya
Pasal 2
Pengaturan Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lanjut
Usia di Puskesmas bertujuan untuk:
a.meningkatkan pengetahuan dan kemampuan tenaga
kesehatan di Puskesmas dan sumber daya manusia lainnya
dalam melaksanakan pelayanan kesehatan Lanjut Usia;
b.meningkatkan pengetahuan dan kemampuan tenaga
kesehatan dalam merujuk pasien Lanjut Usia yang
membutuhkan penanganan lebih lanjut di fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat lanjutan;
c.meningkatkan pemberdayaan masyarakat melalui
pengembangan Upaya Kesehatan Bersumber Daya
Masyarakat (UKBM) bagi kesehatan Lanjut Usia; dan
d.menyelenggarakan pelayanan kesehatan Lanjut Usia secara
terkoordinasi dengan lintas program, organisasi
kemasyarakatan, dan dunia usaha dengan asas kemitraan
Pasal 3

Pelayanan kesehatan Lanjut Usia di Puskesmas meliputi:


a.pelayanan kesehatan bagi pra Lanjut Usia; dan
b.pelayanan kesehatan bagi Lanjut Usia
Pasal 4
(1)Pelayanan kesehatan bagi pra Lanjut Usia meliputi:
a.peningkatan kesehatan;
b.penyuluhan kesehatan;
c.deteksi dini gangguan aktivitas sehari-hari/masalah
kesehatan dan pemeriksaan kesehatan secara berkala;
d.pengobatan penyakit; dan
e.upaya pemulihan kesehatan.
Pasal 4 lanjutan
Pelayanan kesehatan bagi Lanjut Usia meliputi:
a.pengkajian paripurna Lanjut Usia;
b.pelayanan kesehatan bagi Lanjut Usia sehat; dan
c.pelayanan kesehatan bagi Pasien Geriatri.
(3)Pelayanan kesehatan bagi Pasien Geriatri
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c
merupakan pelayanan kesehatan Pasien Geriatri
dengan penyakit yang masih dapat ditangani sesuai
dengan kompetensi dokter di Puskesmas.
(4)Dalam hal Pasien Geriatri membutuhkan pelayanan
lebih lanjut, dokter harus melakukan rujukan Pasien
Geriatri ke fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
lanjutan.
MASALAH KESEHATAN PADA LANJUT USIA (Lampiran)
PENYAKIT YANG SERING DIJUMPAI PADA LANJUT USIA
 Pneumoni
Tindakan fisioterapi dada, inhalasi, drainase postural, serta
melatih batuk yang efisien .
 Penyakit Paru Obstruktif Kronis
Perawatan saluran nafas yang baik dengan latihan nafas,
sekaligus juga latihan batuk dan fisioterapi dada akan
bermanfaat mempertahankan dan meningkatkan faal
pernafasan
 Osteoartritis (Oa)
Modalitas rehabilitasi medik amat membantu untuk
berbagai jenis keluhan dan spasme otot yang menyertai
UU no.36/09
Pasal 23 :
1. Tenaga kesehatan berwenang untuk
menyelenggarakan yankes
2. Kewenangan untuk menyelenggarakan yankes
dilakukan sesuai dg bdg kehlian yg dimiliki
3. Dalam menyelenggarakan yankes nakes wajib
memiliki izin
4. Dalam memberikan yankes dilarang
mengutamakan kepentinngan yang bernilai
materi
UU no.36/14
Pasal44
(1) Setiap Tenaga Kesehatan yang menjalankan praktik
wajib memiliki STR.
(2) STR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
oleh konsil masing-masing Tenaga Kesehatan setelah
memenuhi persyaratan.
UU no.36/14
Pasal 46
(1) Setiap Tenaga Kesehatan yang menjalankan praktik
dibidang pelayanan kesehatan wajib memiliki izin.
(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan dalam bentuk SIP.
(3) SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan
oleh pemerintah daerah kabupaten/kota atas
rekomendasi pejabat kesehatan yang berwenang
dikabupaten/ kota tempat Tenaga Kesehatan
menjalankan praktiknya
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 80 TAHUN
2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKERJAAN DAN PRAKTIK FISIOTERAPIS

Pasal 6
(1)Fisioterapis dapat menjalankan praktik pelayanan
Fisioterapi secara mandiri atau bekerja di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan.
(2)Fisioterapis yang menjalankan praktik pelayanan
Fisioterapi secara mandiri sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus merupakan Fisioterapis Profesi
atau Fisioterapis Spesialis.
(3) Fisioterapis Ahli Madya atau Fisioterapis Sains
Terapan hanya dapat bekerja di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan.
Pasal 6 lanjutan
(4)Fisioterapis Ahli Madya atau Fisioterapis Sains
Terapan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus
bekerja di bawah pengawasan Fisioterapis Profesi atau
Fisioterapis Spesialis
(5Dalam hal tidak terdapat Fisioterapis Profesi atau
Fisioterapis Spesialis, Fisioterapis Ahli Madya atau
Fisioterapis Sains Terapan dapat melakukan
Pelayanan Fisioterapi secara berkolaborasi dengan
tenaga kesehatan lain yang ada di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan tempat Fisioterapis Ahli Madya atau
Fisioterapis Sains Terapan yang bersangkutan bekerja
Pasal 7

(1)Fisioterapis Profesi atau Fisioterapis Spesialis yang


melakukan praktik Pelayanan Fisioterapi secara
mandiri dan bekerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
wajib memiliki SIPF.
(2)Fisioterapis Ahli Madya atau Fisioterapis Sains
Terapan yang melakukan pekerjaan Pelayanan
Fisioterapi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajib
memiliki SIKF.
Pasal 16
Dalam menjalankan Praktik, Fisioterapis memiliki
kewenangan untuk melakukan pelayanan fisioterapi
meliputi:
a.asesmen fisioterapi yang meliputi pemeriksaan dan
evaluasi;
b.diagnosis fisioterapi;
c.perencanaan intervensi fisioterapi;
d.intervensi fisioterapi;dan
e.evaluasi/re-evaluasi/re-assessmen/revisi.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN
FISIOTERAPI
Pasal 2
Pengaturan Standar Pelayanan Fisioterapi bertujuan
untuk:
a.memberikan acuan bagi penyelenggaraan pelayanan Fisioterapi
yang bermutu dan dapat dipertanggungjawabkan;
b.memberikan acuan dalam pengembangan pelayanan Fisioterapi
di fasilitas pelayanan kesehatan;
c.Memberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi
Fisioterapis dalam menyelenggarakan pelayanan Fisioterapi; dan
d.melindungi pasien /klien sebagai penerima pelayanan
Fisioterapi
Pasal 3
(1)Standar Pelayanan Fisioterapi meliputi penyelenggaraan
pelayanan, manajemen pelayanan, dan sumber daya.
(2)Standar Pelayanan Fisioterapi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus diterapkan dalam pemberian
pelayanan kepada pasien/klien pada semua kasus.
(3)Penatalaksanaan pada masing-masing kasus disusun
oleh Organisasi Profesi dan disahkan oleh Menteri.
(4)Ketentuan lebih lanjut mengenai Standar Pelayanan
Fisioterapi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini
Cakupan Pelayanan
Pada pelayanan kesehatan tingkat lanjutan, fisioterapis
berperan dalam perawatan pasien dengan berbagai
gangguan neuromuskuler, musculoskeletal,
kardiovaskular, paru, serta gangguan gerak dan fungsi
tubuh lainnya. Fisioterapis juga berperan dalam
pelayanan khusus dan kompleks, serta tidak terbatas
pada area rawat inap, rawat jalan,rawat intensif, klinik
tumbuh kembang anak, klinik geriatri, unit stroke,
klinik olahraga, dan/atau rehabilitas
Proses Pelayanan
 Assesmen pasien
 Penegakan Diagnosis
 Perencanaan intervensi
 Intervensi fisioterapi
 Evaluasi/ReEvaluasi
 Komunikasi dan Edukasi
 Dokumentasi
Kesimpulan
 Fisioerapis berperan pada semua jenjang pelayanan
geriatry
 Untuk melaksanakan pelayanan, fisioterapis harus
memiliki ijin ( SIPF)
 Proses Pelayanan Fisioterapi sesuai Standar Pelayanan
Fisioterapi (PMK 65/2015)
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai