PELAYANAN GERIATRY
MAIDI SAMEKTO
Dasar Hukum
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG
KESEJAHTERAAN LANJUT USIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG
KESEHATAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG
TENAGA KESEHATAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN2004
TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENINGKATANKESEJAHTERAAN SOSIAL
LANJUT USIA
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79
TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN GERIATRI DI
RUMAH SAKIT
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67
TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN LANJUT
USIA DI PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 80 TAHUN
2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKERJAAN DAN PRAKTIK FISIOTERAPIS
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN
2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN FISIOTERAPI
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1998
TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA
Pasal 3
(1)Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial bagi Lanjut
Usia Potensial meliputi :
a.pelayanan keagamaan dan mental spiritual;
b.pelayanan kesehatan;
c.pelayanan kesempatan kerja;
d.pelayanan pendidikan dan pelatihan;
e.Pelayanan untuk mendapatkankemudahan dalam
penggunaan fasilitas, sarana, dan prasarana umum;
f.pemberian kemudahan dalam layanan dan bantuan
hukum;
g.bantuan sosial.
Pasal 3
2)Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial bagi Lanjut
Usia Tidak Potensial meliputi :
a.pelayanan keagamaan dan mental spiritual;
b.pelayanan kesehatan;
c.Pelayanan untuk mendapatkan kemudahandalam
penggunaan fasilitas, sarana dan prasarana umum;
d.pemberian kemudahan dalam layanan dan bantuan
hukum;
e.perlindungan sosial.
Pelayanan Kesehatan
Pasal 8
(1)Pelayanan kesehatan dimaksudkan untuk memelihara
danmeningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan lanjut
usia agar kondisi fisik, mental, dan sosialnya dapat berfungsi
secara wajar.
(2)Pelayanan kesehatan bagi lanjut usia sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan melalui peningkatan :
a.penyuluhan dan penyebarluasan informasi kesehatan lanjut
usia;
b.upaya penyembuhan (kuratif), yang diperluas pada bidang
pelayanan geriatrik/gerontologik;
c.pengembangan lembaga perawatan lanjut usia yang
menderita penyakit kronis dan/atau penyakit terminal.
Pasal 8
(3)Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan bagi lanjut
usia yang tidak mampu, diberikan keringanan biaya
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang
undangan yang berlaku.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN
2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN GERIATRI DI RUMAH SAKIT
Pasal 1
3.Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan
upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif, untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah
kerjanya
Pasal 2
Pengaturan Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lanjut
Usia di Puskesmas bertujuan untuk:
a.meningkatkan pengetahuan dan kemampuan tenaga
kesehatan di Puskesmas dan sumber daya manusia lainnya
dalam melaksanakan pelayanan kesehatan Lanjut Usia;
b.meningkatkan pengetahuan dan kemampuan tenaga
kesehatan dalam merujuk pasien Lanjut Usia yang
membutuhkan penanganan lebih lanjut di fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat lanjutan;
c.meningkatkan pemberdayaan masyarakat melalui
pengembangan Upaya Kesehatan Bersumber Daya
Masyarakat (UKBM) bagi kesehatan Lanjut Usia; dan
d.menyelenggarakan pelayanan kesehatan Lanjut Usia secara
terkoordinasi dengan lintas program, organisasi
kemasyarakatan, dan dunia usaha dengan asas kemitraan
Pasal 3
Pasal 6
(1)Fisioterapis dapat menjalankan praktik pelayanan
Fisioterapi secara mandiri atau bekerja di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan.
(2)Fisioterapis yang menjalankan praktik pelayanan
Fisioterapi secara mandiri sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus merupakan Fisioterapis Profesi
atau Fisioterapis Spesialis.
(3) Fisioterapis Ahli Madya atau Fisioterapis Sains
Terapan hanya dapat bekerja di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan.
Pasal 6 lanjutan
(4)Fisioterapis Ahli Madya atau Fisioterapis Sains
Terapan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus
bekerja di bawah pengawasan Fisioterapis Profesi atau
Fisioterapis Spesialis
(5Dalam hal tidak terdapat Fisioterapis Profesi atau
Fisioterapis Spesialis, Fisioterapis Ahli Madya atau
Fisioterapis Sains Terapan dapat melakukan
Pelayanan Fisioterapi secara berkolaborasi dengan
tenaga kesehatan lain yang ada di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan tempat Fisioterapis Ahli Madya atau
Fisioterapis Sains Terapan yang bersangkutan bekerja
Pasal 7