Zaman dahulu, ada seorang kepala desa muda yang memimpin sebuah desa di
Lampung. Kepala desa tersebut bernama Arya. la memimpin desa dengan arif dan
bijaksana seperti mendiang ayahnya dulu yang juga merupakan pemimpin di desa
itu. Sayangnya, desa itu mengalami kekeringan. Air sangat sulit dicari sehingga
harganya mahal.
Di desa lain, ada seorang kepala desa yang memiliki seorang gadis yang cantik
jelita dan baik hati bernama Linti.
Arya banyak mendengar tentang kecantikan dan kebaikan Linti. la pun berniat
meminangnya. Hal ini disampaikan Arya kepada ibunya.
Dengan senang hati, ibunya mempersiapkan diri untuk pergi ke desa tempat Linti
tinggal untuk melamar gadis itu. Ternyata, lamaran Arya disambut baik oleh
keluarga Linti. Akhirnya, mereka menyelenggarakan pernikahan yang meriah.
Saat pesta berlangsung, muncullah seorang kakek tua. Secara tiba-tiba kakek itu
berkata kepada Arya, "Desamu akan terlepas dari kekeringan jika kepala desa
berkorban dan setia."
Kakek tersebut tidak menjawab dan tiba-tiba menghilang. Arya terngiang- ngiang
kata-kata kakek itu dan bertanya-tanya dalam hati.
Setelah menikah, Linti tinggal di desa Arya. Karena desa ayah Linti tidak
mengalami kekeringan, ayah Linti memerintahkan untuk mengirimkan air ke desa
menantunya. Desa Arya dipasok air oleh desa ayah Linti selama berbulan- bulan.
Rakyat sangat senang, karena pernikahan pemimpin mereka ternyata membawa
berkah.
"Nak, jika kau ingin desamu kembali makmur dan tidak kesulitan air, istrimu harus
mengorbankan seluruh perhiasannya dan letakkanlah perhiasan itu di lubang dasar
sungai yang kering. Kamu juga harus setia kepada istrimu itu."
"Apa maksud mimpi itu dan apa yang harus aku lakukan, Bu?" tanya Arya.
"Itu sebuah pertanda, Nak. Sampaikanlah dengan baik kepada istrimu. la harus
berkorban dan kau harus setia kepadanya:"
Meskipun berat, hal ini diceritakan juga kepada istrinya. "Aku rela berkorban jika
ini yang terbaik untuk kepentingan rakyat kita, Kanda" ujar Linti.
"Aku rela mengorbankan semua perhiasan yang aku punya dan berjanjilah untuk
setia kepadaku, Kanda," ujarnya Linti.
Arya dan ibunya sangat sedih, karena kehilangan Linti. Mereka meneteskan air
mata melihat pengorbanan Linti yang sedemikian besar untuk rakyat. Arya
berteguh hati akan setia selamanya kepada Linti.
Semua menunggu. Senja mulai berganti malam. Karena telah Ielah, mereka rnulai
beranjak untuk pulang ke rumah. Tiba-tiba, menyemburlah air dari dalam tempat
Linti menghilang. Airnya sangat deras dan jernih. Akhirnya, air di sungai kering
itu mengalir lagi setelah puluhan tahun. Untuk mengenang pengorbanan Linti,
sungai itu dinamakan Way Linti