Anda di halaman 1dari 1

Elsyadha Wahyu X.

ASAL MULA KOTA CIANJUR


Pada zaman dahulu di daerah Jawa Barat ada seorang lelaki yang
sangat kaya. Seluruh sawah dan ladang di desanya menjadi miliknya. Orang
kaya itu oleh penduduk desa dijuluki Pak Kikir karena memang dia adalah
orang yang sangat kikir. Sampai-sampai terhadap anak lelaki satu-satunya
pun dia juga sangat pelit. Tetapi, anak Pak Kikir berwatak baik. Tanpa
sepengetahuan ayahnya, sering dia membantu tetangganya yang kesusahan.
Menurut kepercayaan masyarakat desa itu, jika menginginkan hasil
panen yang baik dan melimpah maka harus diadakan pesta syukuran dengan
baik pula. Takut jika panen berikutnya gagal, maka Pak Kikir terpaksa
mengadakan pesta selamatan semua warga desa diundang oleh Pak Kikir.
Ternyata Pak Kikir hanya menyediakan hidangan ala kadarnya, itupun tidak
cukup untuk menjamu seluruh orang yang diundang. Banyak diantara
undangan yang tidak mendapat makanan.
Pada saat pesta selamatan sedang berlangsung, tiba-tiba datanglah
seorang nenek tua renta yang meminta sedekah pada Pak Kikir. Namun, Pak
Kikir hanya mengusir secara kasar dan mengancam nenek tua itu. Nenek itu
menangis kemudian segera pergi. Melihat kejadian itu putera Pak Kikir sangat
sedih. Diam-diam dia mengambil jatah makan siangnya, lalu dikejarnya nenek
yang sudah sampai di ujung desanya itu, diberikannya makanan itu kepada si
nenek. Nenek itu bergembira
Setelah si anak muda itu pergi, si nenek melanjutkan perjalanannya.
Sampailah dia di sebuah bukit dekat desa, dia berhenti sejenak. Dilihatnya
rumah milik Pak Kikir yang palling besar dan megah di desa itu. Sementara
penduduk sekelilingnya menderita karena ketamakan Pak Kikir. Karena
melihat kelakukan Pak Kikir itu, si nenek marah dan mengatakan bahwa
keserakahan dan kekikiran Pak Kikir akan menenggelamkan Pak Kikir. Nenek
itu lalu menancapkan tongkatnya di tanah, lalu dicabutnya lagi. Dari lubang
tancapan itu memancar air yang sangat deras.
Orang-orang berteriak karena melihat air banjir. Anak Pak Kikir segera
menganjurkan orang-orang agar segera meninggalkan desa dan lari ke atas
bukit. Ia juga membujuk ayahnya agar segera keluar rumah.
Karena tidak ada waktu anak Pak Kikir segera berlari menyelamatkan diri,
sementara Pak Kikir terus mengumpulkan harta bendanya. Dia terlambat
menyelamatkna diri, akhirnya tenggelam dalam arus air bah.
Sebagian besar penduduk desa termasuk putera Pak Kikir selamat.
Mereka sedih melihat desanya tenggelam. Kemudian mereka mencari
daerah baru. Mereka mengangkat anak Pak Kikir sebagai pemimpin desa
mereka yang baru. Putera Pak Kikir lalu menganjurkan penduduk untuk
mengolah tanah yang telah dibagi rata. Pimpinan desa baru itu mengajari
penduduk menanam padi dan bagaimana mengairi sawah secara baik. Desa
itu kemudian disebut desa Anjuran, penduduk desa selalu mematuhi anjuran
pimpinannnya.
Lama kelamaan desa itu berkembang menjadi kota kecil disebut
Cianjur. Ci berarti air. Cianjur berarti daerah yang cukup mengandung air.
Anjuran pemimpin desa dijadikan pedoman para petani dalam mengolah
sawah, maka sampai sekarang ini beras Cianjur dikenal sangat enak dan
gurih.

Anda mungkin juga menyukai