Anda di halaman 1dari 9

Dongeng Sunda – Setiap daerah yang ada di Indonesia selalu mempunyai berbagai macam

cerita dongeng. Cerita dongeng yang ada di daerah Indonesia mempunyai jalan ceritanya
masing-masing.

Salah satu daerah yang memiliki cerita dongeng yang khas adalah cerita dongeng yang
berasal dari provinsi Jawa Barat, yakni dongeng sunda. Sebenarnya ada banyak cerita
dongeng yang ada di Jawa Barat, tetapi ada satu cerita dongeng sunda yang sampai saat ini
masih teringat yaitu “Lutung Kasarung”.

Pesan moral adalah salah satu hal penting dalam menjalani kehidupan. Hal ini dikarenakan
pesan moral dapat memberikan amanah supaya kita menjadi seseorang yang lebih baik.
Rasanya akan kurang kalau membaca cerita dongen, tetapi tidak mendapatkan pesan
moralnya.

Oleh karena itu, di artikel ini akan dibahas beberapa cerita dongeng yang ada di Jawa Barat.
Cerita-cerita dongeng sunda yang akan dibahas pada artikel ini sarat akan hikmah dan pesan
moral. Penasaran dengan cerita dan pesan moralnya? Simak ulasannya sebagai berikut.

Table of Contents

 1. Dongeng Sunda: Asal Usul Situ Bagendit


o Pesan Moral:
 Dongeng Sunda: Lutung Kasarung
o Pesan Moral:
 3. Dongeng Sunda: Talaga Warna
o Pesan Moral:
 Kesimpulan
o
 Apa yang dimaksud dengan dongeng?
 Jenis dongeng ada berapa?
 Apa tujuan dari dongeng?

1. Dongeng Sunda: Asal Usul Situ Bagendit


Di sebuah desa yang amat sangat subur di sebelah utara kota Garut, tinggalah seorang janda
yang sangat kaya dengan harta yang berlimpah. Nyi Endit adalah nama dari wanita itu. Ia
seorang yang sangat disegani di desanya. Berkat kekayaan yang dimilikinya, ia dapat
melakukan apa saja sesuai dengan keinginannya.

Karena kekayaannya, banyak sekali warga desa yang ingin meminjam uang kepada dirinya.
Namun, uang yang sudah dipinjam harus dikembalikan dengan bunganya. Bunga yang
diberikan oleh Nyi Endit sangat tinggi.

Bagi para warga yang tidak bisa membayar hutangnya akan menyuruh pengawalnya untuk
menagih utang tersebut. Bahkan, Nyi Endit melalui pengawalnya tidak ragu-ragu untuk
melakukan kekerasan.
Ketika masuk musim panen, rumah Nyi Endit akan dipenuhi dengan hasil panen yang
melimpah. Namun, pada suatu ketika musim paceklik tiba. Para penduduk yang
menggantungkan hidupnya lewat bertani mengalami kesulitan karena panen mereka gagal.

Banyak sekali warga yang tidak mendapatkan penghasilan karena musim paceklik ini.
Sehingga banyak penduduk yang menderita penyakit busung lapar.

Sementara itu, keadaan yang dirasakan oleh warga desa berbanding terbaliki dengan apa yang
dirasakan oleh Nyi Endit. Ia malah asik melakukan pesta nersama keluarga dan para
temannya. Bahkan, ia tidak sedikit pun untuk memikirkan bagaimana keadaan warga
desanya.

Pesta yang digelar oleh Nyi Endit bisa dikatakan sebagai pesta yang sangat meriah. Hal ini
menjadi ironis karena ada banyak sekali warga desa yang kelaparan hingga mengais-ngais
tempat sampah hanya untuk mendapatkan makanan.

Ketika sedang asyik berpesta, Nyi Endit diberitahukan oleh pengawalnya kalau di luar rumah
ada seorang pengemis yang ingin masuk ke acara pesta. “Maaf, Nyi, di luar ada pengemis
yang memaksa masuk dan membuat keributan, sepertinya ia ingin meminta sedekah,” ucap
pengawal Nyi Endit.

“Kurang ajar, berani-beraninya dia mengganggu pestaku, segera usir dia! Aku tidak ingin
pesta meriahku terganggu,” perintah Nyi Endit kepada pengawalnya dengan nada marah.

Namun, tanpa diduga-duga pengemis itu berhasil masuk ke halaman rumah Nyi Endit.
Kemudian ia berkata “Nyi Endit, kau benar-benar adalah orang yang kejam dan serakah.
Berikanlah sedikit makanan yang ada di pestamu untuk mereka yang sedang kelaparan.

“Kurang ajar, berani-beraninya kau berkata seperti itu. Cepat kalian usir dia dari tempatku!”
Ucap Nyi Endit dengan nada marah.
Dengan cepat, para pengawal Nyi Endit bergerak dan memukuli pengemis itu. Namun, ada
sebuah keajaiban yang terjadi. Hanya sekali gebarakan, pengemis itu membuat para pengawal
Nyi Endit terlempar beberapa meter.
Kemudian pengemis itu mengambil sebatang ranting pohon dan menancapkan ranting itu ke
tanah. “Lihat ranting pohon ini! Jika kau bisa mencabutnya kau termasuk orang-orang yang
mulia di dunia ini. Namun, jika kau tidak berhasil, kau bisa mewakilkannya kepada
pengawalmu,” seru si pengemis kepada Nyi Endit.

Ranting itu tidak berhasil ditarik oleh Nyi Endit atau pun para pengawalnya. Namun, tanpa
diduga, pengemis itu mampu menarik ranting itu dari tanah. Setelah ranting itu ditarik, dalam
sekejap tanah yang ditancapkan ranting mengeluarkan air yang begitu banyak.

Banyaknya air yang keluar membuat satu desa terendam banjir hingga menjadi sebuah danau
yang bernama Situ Bagendit. Situ artinya danau, sedangkan Bagendit diambil dari nama Nyi
Endit.

Pesan Moral:

Jangan menjadi orang yang sombong dan serakah karena kedua hal itu akan membuat diri
kita dijauhi oleh orang lain. Semua yang ada di dunia ini hanyalah sebuah titipan sehingga
sebaiknya kita harus selalu rendah hati dan suka menolong kepada sesama.

Anda mungkin juga menyukai