REFERAT
REFERAT
PNEUMOPERITONEUM
Disusun Oleh:
Pembimbing:
dr. Komala Dewi, Sp. Rad
Pneumoperitoneum merupakan suatu keadaan dimana terdapat adanya udara di dalam rongga
peritoneum. Pasien dengan pneumoperitoneum, etiologinya tidak selalu diketahui sebelum
operasi, sehingga riwayat dan pemeriksaan yang sesuai sangat diperlukan untuk
mengidentifikasi etiologi dari pneumoperitoneum. Penyebab tersering dari
pneumoperitoneum adalah perforasi dari viskus, dimana keadaan tersebut merupakan
keadaan gawat darurat sehingga harus dilakukan penatalaksanaan yang tepat. Pencitraan
radiologi yang digunakan untuk mendiagnosa pneumoperitoneum meliputi foto polos, USG,
CT scan dan MRI yang dapat juga dilakukan dengan kontras. Foto polos menjadi pencitraan
utama pada akut abdomen, termasuk pada perforasi viskus abdomen. Gambaran radiologi
foto polos tergantung posisi, dimana posisi terbaik adalah posisi left lateral decubitus (LLD)
yang menunjukkan gambaran radiolusen antara batas lateral kanan hepar dan permukaan
peritoneum.1–3
Pada pasien pasien yang harus menjalani operasi namun etiologi dari pneumoperitoneum
tidak diketahui, penyebab pasti dari pneumoperitoneum mungkin tidak diketahui sampai ada
hasil dari biopsi patologi. Sehingga, pemeriksaan radiologi sering digunakan untuk
menegakkan diagnosis pneumoperitoneum, tetapi kecil kemungkinannya untuk menentukan
etiologi pastinya. Pada pemeriksaan x-ray juga seringkali sejumlah kecil udara tidak
terdeteksi, sehingga pemeriksaan yang lebih baik adalah dengan melakukan pemeriksaan
radiologi CT-Scan. Selain itu, pemeriksaan secara menyeluruh sangat penting untuk
menentukan strategi pengobatan yang tepat untuk semua pasien dengan pneumoperitoneum.1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Peritoneum
Peritoneum merupakan membran serosa tipis yang melapisi dinding
cavitas abdominal dan melingkupi sebagian besar viscera. Peritoneum
terbentuk dari sel mesotelial. Peritoneum berfungsi untuk mensupport organ
abdomen dan sebagai saluran untuk saraf, pembuluh darah dan limfatik. 4
Peritoneum parietale melapisi dinding-dinding cavitas & peritoneum
viscerale melingkupi organ viscera yang terletak di rongga intraperitoneal. 5
Diantara peritoneum parietale & viscerale terdapat ruang potensial (cavitas
peritonealis). Cavitas peritonealis berisi 50-100 mL cairan serosa yang
mencegah gesekan dan memungkinkan lapisan dan organ bergerak dengan
bebas.4,5 Viscera abdomen dapat tergantung di dalam cavitas peritonealis oleh
lipatan-lipatan peritoneum (mesenterium) atau berada di luar cavitas
peritonealis. Organ organ yang tertahan di dalam cavitas disebut sebagai
intraperitoneale. Organ-organ di luar cavitas peritonealis dengan hanya 1
permukaan atau sebagian saja yang tertutup oleh peritoneum adalah
retroperitoneal (gambar 1).5
2.3 Epidemiologi
Pada penelitian yang dilakukan oleh Kumar, Ashwini, Mark, Stephen,
Marc, Daniel dan Venkata didapatkan penyebab utama pneumoperitoneum
adalah perforasi viskus (41%) dan udara sisa pasca operasi (< 8 hari) (37%).
Pasien dengan perforasi visceral, hanya 45% yang memiliki udara bebas,
penyebab utamanya yaitu ulkus peptikum (16%), diverticulitis (16%), trauma
(14%), keganasan (14%), iskemia usus (10%), appendicitis (6%) dan
endoskopi (4%). Kemungkinan bahwa udara bebas diidentifikasi pada
pencitraan dengan adanya lesi adalah 72% untuk perforasi ulkus peptikum,
57% untuk perforasi diverticulitis dan hanya 8% untuk perforasi appendicitis.
Selain itu penelitian ini juga menyebutkan kemungkinan terbesar penyebab
adanya udara bebas yang massif pada peritoneum umumnya berasal dari
perforasi gastroduodenal, usus halus atau kolon.6
2.4 Etiologi
Penyebab tersering pneumoperitoneum adalah perforasi viskus, penyebab
lain dan tingkat keparahannya tergantung penyakit yang mendasar. Beberapa
penyakit yang mendasari terjadinya pneumoperitoneim, yaitu:9,10
a. Perforasi viscus berongga
Ulkus prptik
Iskemia usus
Obstruksi usus
Necrotizing enterocolitis
Appendicitis
Diverticulitis
Keganasan
Inflammatory Bowel Disease
Perforasi mekanik: trauma, kolonoskopi, benda asing,
iatrogenik
b. Udara bebas intraperitoneal post-operasi
c. Dialisis peritoneal
d. Melalui saluran kelamin wanita
Iatrogenik
Perforasi uterus/vagina
Kuldosentesis
Tes patensi tuba
Pemeriksaan panggul
Spontan
Senggama
Insuflasi vagina (udara masuk melalui tuba fallopii)
e. Ventilasi mekanik
f. Diseksi pneumomediastinum
g. pneumothorax
2.5 Patofisiologi
Pneumoperitoneum terjadi ketika udara keluar dari sistem
gastrointestinal. Hal ini terjadi setelah perforasi lambung, usus halus dan usus
besar. Pada kasus perforasi usus halus yang dalam keadaan normal tidak
mengandung udara maka jumlah udara yang dilepaskan sangat kecil. Udara
bebas terjadi di rongga peritoneum 20 menit setelah perforasi. Prinsip
terjadinya respon terhadap pneumoperitoneum adalah peningkatan resistensi
vascular sistemik (SVR), tekanan pengisian miokardium dengan perubahan
kecil dari frekuensi denyut jantung (HR).11
Pneumoperitoneum menyebabkan perumahan hemodinamik yang lebih
besar karena peningkatan SVR sehingga meningkatkan afterload dan
akhirnya menurunkan cardiac output. Pneumoperitoneum juga dapat
menyebabkan peningkatan tekanan intraabdomen yang berhubungan dengan
penekanan pembuluh vena yang awalnya akan menyababkan peningkatan
preload sesaat diikuti pernurunan preload secara perlahan. Penekanan arteri
menyebabkan afterload meningkat dan mengakibatkan SVR meningkat.12
Pneumoperitoneum dapat menstimulasi sistem saraf simpatis dan
pengeluaran katekolamin yang kemudian menstimulasi fungsi renin dan
aldosterone, hal tersebut berhubungan dengan peningkatan Mean Arterial
Pressure (MAP). Katekolamin, sistem renin angiotensin dan vasopressin
dikeluarkan selama pneumoperitoneum dan memiliki peranan penting dalam
meningkatkan afterload. Pada pneumoperitoneum, fungsi dan komplians paru
menurun dan bisa menyebabkan hipoksemia.11,12
2.6 Gejala Klinis
Gambaran klinis dari pneumoperitoneum tergantung pada penyebabnya dan
terkadang tidak bergejala. Pneumoperitoneum akibat dari perforasi viskus
biasanya bermanifestasi dengan gejala yang tergantung pada perkembangan
kondisi selanjutnya. Nyeri perut adalah gejala umum yang disebabkan oleh
penumpukan udara atau gas bebas di rongga peritoneum. Kaku perut, tidak
adanya bising usus dan nyeri epigastrium yang hebat juga merupakan gejala
klinis dari pneumoperitoneum pada orang dewasa dan yang disebabkan oleh
berbagai perforasi dibagian manapun dari rongga peritoneum.9
Pneumoperitoneum neonatal merupakan suatu keadaan gawat darurat.
Adanya pneumoperitoneum pada neonatus dapat berupa distensi abdomen,
kadar gas darah yang agak menurun, penurunan tekanan darah dan gangguan
pernapasan. Presentasi klinis pneumoperitoneum harus tepat karena kondisi
tersebut dapat berpotensi mengancam jiwa jika tidak segera ditangani.9
2.7 Pemeriksaan Penunjang
CT-scan merupakan standar untuk mendeteksi pneumoperitoneum karena
dapat memberikan gambaran yang sangat baik dan lebih sensitif
dibandingkan foto polos abdomen. Namun, CT scan tidak selalu diperlukan
ketika mencurigai adanya pneumoperitoneum. Ketepatan radiografi abdomen
supine hampir sama dengan CT scan ketika dilakukan pencitraan pada
seluruh lapang abdomen. Jika dilakukan dengan tepat, penggunaan kontras
dan CT-scan dapat dihindari. Meski CT scan dianggap sebagai kriteria
standar dalam mendiagnosis pneumoperitoneum, namun CT scan memiliki
resiko radiasi dan harga yang lebih dibandingkan foto polos abdomen.3
2.7.1 Foto Polos Dada
Ketika dicurigai adanya perforasi di rongga abdomen, setidaknya
diperlukan 2 radiografi termasuk radiografi abdomen posisi supine
dan thorax posisi erect atau Left Lateral Decubitus (LLD). Pasien
harus tetap dalam posisi selama 5-10 menit sebelum difoto. X-ray
lateral dada diketahui lebih sensitif untuk mendiagnosis
pneumoperitoneum dibandingkan foto thorax posisi erect.
Beberapa gambaran pneumoperitoneum yang bisa dilihat pada
rontgen thorax yaitu:3,10
Udara/gas bebas di sub diafragma
Tampak sebagai gas dibawah diafragma. Minimal
1 mL gas bebas bisa terdeteksi namun pasien perlu berada
dalam posisi tegak selama 10 menit agar gasnya naik
(gambar 4).10,13
2.10 Komplikasi
Pneumoperitoneum bisa terjadi sebagai akibat dari perforasi organ atau
bagian apapun dari tubuh. Hal tersebut biasanya merupakan komplikasi yang
ada bersama dengan pneumoperitoneum meski tidak semua
pneumoperitoneum menandakan adanya perforasi. Perlu penanganan segera
untuk mencegah bahaya akibat perforasi. Infeksi juga merupakan komplikasi
yang bisa terjadi bersama dengan pneumoperitoneum dan membahayakan
nyawa sehingga juga memerlukan pencegahan terjadinya perluasan infeksi ke
bagian tubuh lain.9
Peningkatan tekanan intraabdomen dapat mengakibatkan iskemia usus,
omentum, herniasi usus, regurgitasi gaster, penekanan vena cava,
menurunnya venous return, stasis vena ekstremitas bawah, hipotensi,
meningkatnya tekanan intrathorax, emfisema, pneumothorax, barotrauma,
emboli gas CO2, atelectasis, mual muntah, bradiaritmia, nyeri bahu dan
retensi CO2.34
BAB III
KESIMPULAN
Daftar Pustaka :
1. Fuller MJ. Pneumoperitoneum [Internet]. WikiRadiography. 2011 [cited 2022 Feb
16]. Available from: http://www.wikiradiography.net/page/Pneumoperitoneum
2. Sureka B, Bansal K, Arora A. Pneumoperitoneum: What to look for in a radiograph? J
Fam Med Prim Care. 2015;4(3):477.
3. Khan AN. Pneumoperitoneum imaging [Internet]. Medscape. 2021 [cited 2022 Feb
16]. Available from: https://emedicine.medscape.com/article/372053-overview
4. Kalra A, Wehrle CJ, Tuma F. Anatomy, abdomen and pelvis, peritoneum [Internet].
StatPearls Publishing. 2021. p. 27. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK534788/
5. Drake RL, Vogl W, Mitchell AWM. Gray’s basic anatomy. Philadelphia: Elsevier;
2019
6. Kumar A, Muir MT, Cohn SM, Salhanick MA, Lankford DB, Katabathina VS. The
etiology of pneumoperitoneum in the 21st century. J Trauma Acute Care Surg.
2012;73(3):542–8.
7. Clarke C, Dux A. Abdominal x-rays for medical students. West Sussex: Wiley
Blackwell; 2015. 21–25 p.
8. Adam A, Dixon AK, Gillard JH, Schaefer-Prokop CM. Grainger & allison’s
diagnostic radiology. 6th ed. Philadelphia: Elsevier; 2015. 646–647 p.
1. Fuller MJ. Pneumoperitoneum [Internet]. WikiRadiography. 2011 [cited 2022 Feb 16].
Available from: http://www.wikiradiography.net/page/Pneumoperitoneum
2. Sureka B, Bansal K, Arora A. Pneumoperitoneum: What to look for in a radiograph? J
Fam Med Prim Care. 2015;4(3):477.
3. Khan AN. Pneumoperitoneum imaging [Internet]. Medscape. 2021 [cited 2022 Feb
16]. Available from: https://emedicine.medscape.com/article/372053-overview
4. Kalra A, Wehrle CJ, Tuma F. Anatomy, abdomen and pelvis, peritoneum [Internet].
StatPearls Publishing. 2021. p. 27. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK534788/
5. Drake RL, Vogl W, Mitchell AWM. Gray’s basic anatomy. Philadelphia: Elsevier;
2019.
6. Kumar A, Muir MT, Cohn SM, Salhanick MA, Lankford DB, Katabathina VS. The
etiology of pneumoperitoneum in the 21st century. J Trauma Acute Care Surg.
2012;73(3):542–8.
7. Clarke C, Dux A. Abdominal x-rays for medical students. West Sussex: Wiley
Blackwell; 2015. 21–25 p.
8. Adam A, Dixon AK, Gillard JH, Schaefer-Prokop CM. Grainger & allison’s diagnostic
radiology. 6th ed. Philadelphia: Elsevier; 2015. 646–647 p.
9. Christine. Symptoms, causes, treatment, and complications of pneumoperitoneum
[Internet]. Hubpages Medicalcontent. 2016 [cited 2022 Feb 16]. Available from:
https://discover.hubpages.com/health/Pneumoperitoneum
10. Saber M. Pneumoperitoneum [Internet]. Radiopaedia. 2021 [cited 2022 Feb 16].
Available from: https://radiopaedia.org/articles/pneumoperitoneum
11. Adnyana IGN, Pryambodo. Anestesia pada prosedur laparoskopi. Maj Anestesi dan
Crit Care. 2008;26(2):225–39.
12. Cunningham AJ, Nolan C. Anesthesia for minimally invasive procedures. In: Clinical
Anesthesia. 5th ed. 2006. p. 2204–28.
13. Bell DJ. Subdiaphragmatic free gas [Internet]. Radiopaedia. 2018 [cited 2022 Feb 16].
Available from: https://radiopaedia.org/articles/subdiaphragmatic-free-gas?
lang=us#article-images
14. Weerakkody Y. Leaping dolphin sign [Internet]. Radiopaedia. 2019 [cited 2022 Feb
16]. Available from: https://radiopaedia.org/articles/leaping-dolphin-sign?lang=us
15. Xiang H, Han J, Ridley WE, Ridley LJ. Leaping dolphin sign: Pneumoperitoneum. J
Med Imaging Radiat Oncol. 2018;62(1):87.
16. Weerakkody Y. Cupola sign (pneumoperitoneum) [Internet]. Radiopaedia. 2021 [cited
2022 Feb 16]. Available from: https://radiopaedia.org/articles/cupola-sign-
pneumoperitoneum?lang=us
17. Marshall GB. The cupola sign. Radiology. 2006;241(2):623–4.
18. El-Feky M. Continuous diaphragm sign [Internet]. Radiopaedia. 2020 [cited 2022 Feb
16]. Available from: https://radiopaedia.org/articles/continuous-diaphragm-sign?
lang=us
19. Arroyo NDS, Solano JJ. Rigler sign [Internet]. StatPearls Publishing. 2020 [cited 2022
Feb 16]. p. 13. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK539847/
20. Kabbani A Al. Rigler sign (bowel) [Internet]. Radiopaedia. 2020 [cited 2022 Feb 16].
Available from: https://radiopaedia.org/articles/rigler-sign-bowel?
lang=us#image_list_item_156600
21. Bickle I. Telltale triangle sign [Internet]. Radiopaedia. 2021 [cited 2022 Feb 16].
Available from: https://radiopaedia.org/articles/telltale-triangle-sign?lang=us
22. Rasuli B. Football sign (pneumoperitoneum) [Internet]. Radiopaedia. 2020 [cited 2022
Feb 16]. Available from: https://radiopaedia.org/articles/football-sign-
pneumoperitoneum?lang=us
23. Kabbani A Al. Falciform ligament sign [Internet]. Radiopaedia. 2019 [cited 2022 Feb
16]. Available from: https://radiopaedia.org/articles/falciform-ligament-sign-1?lang=us
24. Bell DJ. Inverted “v” sign (pneumoperitoneum) [Internet]. Radiopaedia. 2021 [cited
2022 Feb 16]. Available from: https://radiopaedia.org/articles/inverted-v-sign-
pneumoperitoneum?lang=us
25. Chiu YH, Chen JD, Tiu CM, Chou YH, Yen DHT, Huang CI, et al. Reappraisal of
radiographic signs of pneumoperitoneum at emergency department. Am J Emerg Med
[Internet]. 2009;27(3):320–7. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.ajem.2008.03.004
26. Bell DJ. Urachus sign [Internet]. Radiopaedia. 2018 [cited 2022 Feb 16]. Available
from: https://radiopaedia.org/articles/urachus-sign?lang=us
27. Hacking C. Fissure for ligamentum teres sign [Internet]. Radiopaedia. 2021 [cited
2022 Feb 16]. Available from: https://radiopaedia.org/articles/fissure-for-ligamentum-
teres-sign?lang=us
28. Murphy A. Hepatic edge sign [Internet]. Radiopaedia. 2018 [cited 2022 Feb 16].
Available from: https://radiopaedia.org/articles/hepatic-edge-sign?lang=us
29. Bell DJ. Lucent liver sign [Internet]. Radiopaedia. 2017 [cited 2022 Feb 16]. Available
from: https://radiopaedia.org/articles/lucent-liver-sign?lang=us
30. Knipe H. Doge cap sign (pneumoperitoneum) [Internet]. Radiopaedia. 2021 [cited
2022 Feb 16]. Available from: https://radiopaedia.org/articles/doge-cap-sign-
pneumoperitoneum?lang=us
31. El-Feky M. Peritoneal stripe sign (pneumoperitoneum) [Internet]. Radiopaedia. 2019
[cited 2022 Feb 16]. Available from: https://radiopaedia.org/articles/peritoneal-stripe-
sign-pneumoperitoneum?lang=us
32. Bell DJ. Lung atelectasis [Internet]. Radiopaedia. 2021 [cited 2022 Feb 16]. Available
from: https://radiopaedia.org/articles/lung-atelectasis?lang=us#nav_terminology
33. Bell DJ. Pseudopneumoperitoneum [Internet]. Radiopaedia. 2020 [cited 2022 Feb 16].
Available from: https://radiopaedia.org/articles/pseudopneumoperitoneum?lang=us
34. Veekash G, Wei LX, Su M. Carbon dioxide pneumoperitoneum, physiologic changes
and anesthetic concerns. Ambul Surg. 2010;16(2):41–6.