Anda di halaman 1dari 23

REFERAT

PNEUMOPERITONEUM

Disusun Oleh:

Merry Beatrix Da Clama Nusa


112019260

Pembimbing:
dr. Komala Dewi, Sp. Rad

KEPANITERAAN ILMU RADIOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
JAKARTA

Periode 07 Februari – 12 Maret 2022


Bab 1
Pendahuluan

Pneumoperitoneum merupakan suatu keadaan dimana terdapat adanya udara di dalam rongga
peritoneum. Pasien dengan pneumoperitoneum, etiologinya tidak selalu diketahui sebelum
operasi, sehingga riwayat dan pemeriksaan yang sesuai sangat diperlukan untuk
mengidentifikasi etiologi dari pneumoperitoneum. Penyebab tersering dari
pneumoperitoneum adalah perforasi dari viskus, dimana keadaan tersebut merupakan
keadaan gawat darurat sehingga harus dilakukan penatalaksanaan yang tepat. Pencitraan
radiologi yang digunakan untuk mendiagnosa pneumoperitoneum meliputi foto polos, USG,
CT scan dan MRI yang dapat juga dilakukan dengan kontras. Foto polos menjadi pencitraan
utama pada akut abdomen, termasuk pada perforasi viskus abdomen. Gambaran radiologi
foto polos tergantung posisi, dimana posisi terbaik adalah posisi left lateral decubitus (LLD)
yang menunjukkan gambaran radiolusen antara batas lateral kanan hepar dan permukaan
peritoneum.1–3

Pada pasien pasien yang harus menjalani operasi namun etiologi dari pneumoperitoneum
tidak diketahui, penyebab pasti dari pneumoperitoneum mungkin tidak diketahui sampai ada
hasil dari biopsi patologi. Sehingga, pemeriksaan radiologi sering digunakan untuk
menegakkan diagnosis pneumoperitoneum, tetapi kecil kemungkinannya untuk menentukan
etiologi pastinya. Pada pemeriksaan x-ray juga seringkali sejumlah kecil udara tidak
terdeteksi, sehingga pemeriksaan yang lebih baik adalah dengan melakukan pemeriksaan
radiologi CT-Scan. Selain itu, pemeriksaan secara menyeluruh sangat penting untuk
menentukan strategi pengobatan yang tepat untuk semua pasien dengan pneumoperitoneum.1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Peritoneum
Peritoneum merupakan membran serosa tipis yang melapisi dinding
cavitas abdominal dan melingkupi sebagian besar viscera. Peritoneum
terbentuk dari sel mesotelial. Peritoneum berfungsi untuk mensupport organ
abdomen dan sebagai saluran untuk saraf, pembuluh darah dan limfatik. 4
Peritoneum parietale melapisi dinding-dinding cavitas & peritoneum
viscerale melingkupi organ viscera yang terletak di rongga intraperitoneal. 5
Diantara peritoneum parietale & viscerale terdapat ruang potensial (cavitas
peritonealis). Cavitas peritonealis berisi 50-100 mL cairan serosa yang
mencegah gesekan dan memungkinkan lapisan dan organ bergerak dengan
bebas.4,5 Viscera abdomen dapat tergantung di dalam cavitas peritonealis oleh
lipatan-lipatan peritoneum (mesenterium) atau berada di luar cavitas
peritonealis. Organ organ yang tertahan di dalam cavitas disebut sebagai
intraperitoneale. Organ-organ di luar cavitas peritonealis dengan hanya 1
permukaan atau sebagian saja yang tertutup oleh peritoneum adalah
retroperitoneal (gambar 1).5

Gambar 1. Organ intraperitoneal (A) dan retroperitoneal (B)


Batas batas cavitas peritonealis yaitu otot abdominal anterior, vertebrae,
dasar pelvis dan diafragma.4 Cavitas peritonealis terbagi menjadi saccus
major dan saccus minor (bursa omentalis). Saccus major menempati sebagian
besar ruang di cavitas peritonealis, dimulai di superior pada diafragma &
berlanjut di inferior sampai ke dalam cavitas pelvis, saccus ini dimasuki
ketika peritoneum parietale telah ditembus. Bursa omentalis adalah subdivisi
yang lebih kecil pada cavitas peritonealis, di posterior dari gaster & hepar dan
berhubungan dengan saccus major melalui suatu lubang (foramen
omentale/epiploicum/foramen winslow).5
Foramen epiploicum/foramen winslow dibatasi oleh ligamen
hepatoduodenal di anterior, vena cava inferior di posterior, duodenum di
inferior dan lobus kaudatus hepar di superior (gambar 2).4
Gambar 2. Foramen epiploicum
Yang termasuk organ intraperitoneal yaitu gaster, lien, hepar, duodenum
bagian superior dan asenden, jejunum, ileum, kolon transversum dan sigmoid.
Organ retroperitoneum terletak di belakang lapisan posterior peritoneum,
yaitu aorta, esofagus, duodenum bagian desenden dan horizontal, kolon
asenden dan desenden, pancreas, ginjal, ureter dan kelenjar adrenal. Organ
intraperitoneal biasanya mobile sedangkan organ retroperitoneal terfiksir ke
dinding posterior abdomen.4
Omentum mayor menggantung longgar dari kurvatura mayor gaster dan
melipat ke anterior intestine sebelum melipat kembali ke superior untuk
menempel ke kolon transversum. Omentum mayor berfungsi sebagai
pelindung. Mesenterium membantu menempelkan organ abdomen ke dinding
abdomen dan berisi banyak pembuluh darah, saraf dan limfatik. Dorsal
mesenterium juga memberi mesocolon pada kolon transversum dan sigmoid
yang penting karena mengandung suplai darah, saraf dan limfatik untuk
struktur terkait (gambar 3).4,5
Gambar 3. Peritoneum dan peritoneal cavity

2.2 Definisi Pneumoperitoneum


Pneumoperitoneum adalah adanya udara atau gas di dalam kavitas
abdomen (peritoneal cavity). Biasanya pneumoperitoneum terdeteksi pada x-
ray namun sejumlah kecil udara bebas di abdomen dapat tidak terdeteksi dan
baru terlihat pada CT-scan. Pertanda radiografi pneumoperitoneum adalah
salah satu tanda yang paling penting dalam radiologi karena seseorang dapat
meninggal karena pneumoperitoneum yang merupakan akibat dari etiologi
pneumoperitoneum itu sendiri. Penyebab pneumoperitoneum tersering dari
pneumoperitoneum adalah perforasi/disrupsi dinding viscus abdomen.1–3,6–8

2.3 Epidemiologi
Pada penelitian yang dilakukan oleh Kumar, Ashwini, Mark, Stephen,
Marc, Daniel dan Venkata didapatkan penyebab utama pneumoperitoneum
adalah perforasi viskus (41%) dan udara sisa pasca operasi (< 8 hari) (37%).
Pasien dengan perforasi visceral, hanya 45% yang memiliki udara bebas,
penyebab utamanya yaitu ulkus peptikum (16%), diverticulitis (16%), trauma
(14%), keganasan (14%), iskemia usus (10%), appendicitis (6%) dan
endoskopi (4%). Kemungkinan bahwa udara bebas diidentifikasi pada
pencitraan dengan adanya lesi adalah 72% untuk perforasi ulkus peptikum,
57% untuk perforasi diverticulitis dan hanya 8% untuk perforasi appendicitis.
Selain itu penelitian ini juga menyebutkan kemungkinan terbesar penyebab
adanya udara bebas yang massif pada peritoneum umumnya berasal dari
perforasi gastroduodenal, usus halus atau kolon.6
2.4 Etiologi
Penyebab tersering pneumoperitoneum adalah perforasi viskus, penyebab
lain dan tingkat keparahannya tergantung penyakit yang mendasar. Beberapa
penyakit yang mendasari terjadinya pneumoperitoneim, yaitu:9,10
a. Perforasi viscus berongga
 Ulkus prptik
 Iskemia usus
 Obstruksi usus
 Necrotizing enterocolitis
 Appendicitis
 Diverticulitis
 Keganasan
 Inflammatory Bowel Disease
 Perforasi mekanik: trauma, kolonoskopi, benda asing,
iatrogenik
b. Udara bebas intraperitoneal post-operasi
c. Dialisis peritoneal
d. Melalui saluran kelamin wanita
 Iatrogenik
 Perforasi uterus/vagina
 Kuldosentesis
 Tes patensi tuba
 Pemeriksaan panggul
 Spontan
 Senggama
 Insuflasi vagina (udara masuk melalui tuba fallopii)
e. Ventilasi mekanik
f. Diseksi pneumomediastinum
g. pneumothorax

2.5 Patofisiologi
Pneumoperitoneum terjadi ketika udara keluar dari sistem
gastrointestinal. Hal ini terjadi setelah perforasi lambung, usus halus dan usus
besar. Pada kasus perforasi usus halus yang dalam keadaan normal tidak
mengandung udara maka jumlah udara yang dilepaskan sangat kecil. Udara
bebas terjadi di rongga peritoneum 20 menit setelah perforasi. Prinsip
terjadinya respon terhadap pneumoperitoneum adalah peningkatan resistensi
vascular sistemik (SVR), tekanan pengisian miokardium dengan perubahan
kecil dari frekuensi denyut jantung (HR).11
Pneumoperitoneum menyebabkan perumahan hemodinamik yang lebih
besar karena peningkatan SVR sehingga meningkatkan afterload dan
akhirnya menurunkan cardiac output. Pneumoperitoneum juga dapat
menyebabkan peningkatan tekanan intraabdomen yang berhubungan dengan
penekanan pembuluh vena yang awalnya akan menyababkan peningkatan
preload sesaat diikuti pernurunan preload secara perlahan. Penekanan arteri
menyebabkan afterload meningkat dan mengakibatkan SVR meningkat.12
Pneumoperitoneum dapat menstimulasi sistem saraf simpatis dan
pengeluaran katekolamin yang kemudian menstimulasi fungsi renin dan
aldosterone, hal tersebut berhubungan dengan peningkatan Mean Arterial
Pressure (MAP). Katekolamin, sistem renin angiotensin dan vasopressin
dikeluarkan selama pneumoperitoneum dan memiliki peranan penting dalam
meningkatkan afterload. Pada pneumoperitoneum, fungsi dan komplians paru
menurun dan bisa menyebabkan hipoksemia.11,12
2.6 Gejala Klinis
Gambaran klinis dari pneumoperitoneum tergantung pada penyebabnya dan
terkadang tidak bergejala. Pneumoperitoneum akibat dari perforasi viskus
biasanya bermanifestasi dengan gejala yang tergantung pada perkembangan
kondisi selanjutnya. Nyeri perut adalah gejala umum yang disebabkan oleh
penumpukan udara atau gas bebas di rongga peritoneum. Kaku perut, tidak
adanya bising usus dan nyeri epigastrium yang hebat juga merupakan gejala
klinis dari pneumoperitoneum pada orang dewasa dan yang disebabkan oleh
berbagai perforasi dibagian manapun dari rongga peritoneum.9
Pneumoperitoneum neonatal merupakan suatu keadaan gawat darurat.
Adanya pneumoperitoneum pada neonatus dapat berupa distensi abdomen,
kadar gas darah yang agak menurun, penurunan tekanan darah dan gangguan
pernapasan. Presentasi klinis pneumoperitoneum harus tepat karena kondisi
tersebut dapat berpotensi mengancam jiwa jika tidak segera ditangani.9
2.7 Pemeriksaan Penunjang
CT-scan merupakan standar untuk mendeteksi pneumoperitoneum karena
dapat memberikan gambaran yang sangat baik dan lebih sensitif
dibandingkan foto polos abdomen. Namun, CT scan tidak selalu diperlukan
ketika mencurigai adanya pneumoperitoneum. Ketepatan radiografi abdomen
supine hampir sama dengan CT scan ketika dilakukan pencitraan pada
seluruh lapang abdomen. Jika dilakukan dengan tepat, penggunaan kontras
dan CT-scan dapat dihindari. Meski CT scan dianggap sebagai kriteria
standar dalam mendiagnosis pneumoperitoneum, namun CT scan memiliki
resiko radiasi dan harga yang lebih dibandingkan foto polos abdomen.3
2.7.1 Foto Polos Dada
Ketika dicurigai adanya perforasi di rongga abdomen, setidaknya
diperlukan 2 radiografi termasuk radiografi abdomen posisi supine
dan thorax posisi erect atau Left Lateral Decubitus (LLD). Pasien
harus tetap dalam posisi selama 5-10 menit sebelum difoto. X-ray
lateral dada diketahui lebih sensitif untuk mendiagnosis
pneumoperitoneum dibandingkan foto thorax posisi erect.
Beberapa gambaran pneumoperitoneum yang bisa dilihat pada
rontgen thorax yaitu:3,10
 Udara/gas bebas di sub diafragma
Tampak sebagai gas dibawah diafragma. Minimal
1 mL gas bebas bisa terdeteksi namun pasien perlu berada
dalam posisi tegak selama 10 menit agar gasnya naik
(gambar 4).10,13

Gambar 4. Udara bebas sub diafragma


 Leaping dolphin sign
Dikenal juga sebagai diaphragm muscle slip sign.
Bisa tampak pada pneumoperitoneum dengan foto polos
abdomen posisi supine. Menggambarkan outlining dari
slip otot diafragma oleh gas bebas intraperitoneal dan
biasanya perlu volume pneumoperitoneum yang sedang-
besar (gambar 5).14,15
Gambar 5. Leaping dolphin sign
 Cupola sign
Cupola sign pada pneumoperitoneum tampak pada
foto polos thorax/abdomen posisi supine.
Menggambarkan gas bebas yang naik di dalam rongga
abdomen pasien posisi supine yang berkumpul di bawah
tendon sentral diafragma di midline. Terlihat sebagai
lusensi yang menutupi vertebra torakal dibawahnya, tepi
atasnya tampak namun tepi bawahnya tidak (gambar
6).16,17

Gambar 6. Cupola sign


 Continuous diafragma sign
Merupakan gambar pneumoperitoneum apabila
lusensi berada dibawah diafragma. Normalnya bagian
tengan diafragma tidak tampak jelas pada rontgen thorax
karena bersatu dengan bayangan jantung. Jika diafragma
dapat terlihat berlanjut di midline maka sangat sugestif
untuk gas bebas di dalam mediastinum, pericardium atau
kavitas peritoneal (gambar 7).18
Gambar 7. Continuous diaphragm sign
2.7.2 Foto Polos Abdomen
Gas bebas di dalam kavitas peritoneal bisa terdeteksi pada
radiografi abdomen. Tanda yang terbentuk oleh udara bebas
intraperitoneal dapat dibagi lagi berdasarkan kompartemen anatomi
dalam hubungannya dengan pneumoperitoneum.10
 Tanda yang berhubungan dengan usus
o Double wall sign (rigler sign)
Merupakan tanda adanya gas bebas yang
terperangkap di dalam kavitas peritoneal
(pneumoperitoneum). Tampak pada foto polos
abdomen posisi supine. Tanda ini muncul karena
adanya pemisahan antara udara bebas dan
intralumen oleh dinding usus, menandakan
radiolusensi dan radioopasitas dinding. Permukaan
serosa dan luminal usus tampak (gambar 8).19,20

Gambar 8. Rigler sign


o Telltale triangle sign
Tampak pada foto polos abdomen posisi
supine, lateral decubitus yang menandakan adanya
pneumoperitoneum. Merupakan adanya gambaran
segitiga radiolusen (gas) yang terbentuk diantara 3
atau 2 loop usus dan dinding abdomen (gambar
9).21

Gambar 9. Triangle sign


 Tanda yang berhubungan dengan ligamen peritoneal
o Football sign
Dapat dilihat pada pneumoperitoneum
masif, dimana kavitas abdomen tampak dibatasi
oleh gas dari viskus yang perforasi. Ligamentum
umbilical media dan ligamentum falciformis
kadang termasuk dalam deskripsi tanda ini sebagai
sutura (gambar 10).22

Gambar 10. Football sign


o Falciform ligament sign (silver sign)
Ligamentum falciformis yang tampak
akibat gas bebas dalam abdomen pada
pneumoperitoneum (gambar 11). Ligamentum
falciformis menghubungkan dinding anterior
abdomen ke hepar dan berlanjut ke inferior
melampaui hepar dan menjadi round ligament
(teres hepatis).23

Gambar 11. Silver sign


o Lateral umbilical ligament sign (inverted “V”
sign)
Tampak sebagai visualisasi dari bentuk V
terbalik di pelvis pada radiografi abdomen posisi
supine. Merepresentasikan gas bebas mengelilingi
ligamentum umbilical lateral (gambar 12).24

Gambar 12. Inverted “V” sign


o Urachus sign
Urachus dapat terlihat sebagai struktur
linear tipis di midline pada abdomen bawah dari
umbilicus ke puncak vesika urinaria (gambar
13).25 Merepresentasikan outline dari ligamentum
umbilical media dengan gas bebas di abdomen.26

Gambar 13. Urachus sign


 Tanda kuadran kanan atas
o Cupola sign
Tampak sebagai lusensi arkuata
(melengkung seperti kubah) di vertebra torakal
bagian bawah dan proyeksi ke kaudal dari jantung
pada radiografi supine (gambar 14).25

Gambar 14. Cupola sign foto polos abdomen


o Fissure for ligamentum teres sign
Merupakan visualisasi dari bagian
ekstrahepatik ligamentum teres dengan udara
bebas di abdomen pada radiografi posisi supine
(gambar 15).25,27
Gambar 15. Fissure for ligamentum teres sign
o Hepatic edge sign
Tampak sebagai kantong gas bebas
berbentuk cigar-shaped di regio subhepatic yang
berjalan di superomedial mengikuti kontur liver
(gambar 16).28

Gambar 16. Hepatic edge sign


o Lucent liver sign
Direpresentasikan oleh berkurangnya
radiodensitas hepar pada radiografi supine ketika
ada sekumpulan gas bebas intraperitoneal di
anterior dari hepar (gambar 17).29
Gambar 17. Lucent liver sign
o Morison pouch sign (doge cap sign)
Tampak lusensi gas berbentuk segitiga
(meski bisa juga berbentuk sabit atau
semisirkuler), biasanya menempel di iga ke-
sebelas di abdomen kuadran kanan atas pada foto
radiografi abdomen akibat gas di dalam morison
pouch (gambar 18).25,30

Gambar 18. Morison pouch sign


2.7.3 USG
Pada USG, pneumoperitoneum tampak sebagai area linier
peningkatan ekogenisitas dengan artefak reverberasi atau ring-
down. Kumpulan udara terlokalisir akibat perforasi usus dapat
terdeteksi, terutama jika berdekatan dengan abnormalitas lainnya
seperti penebalan dinding usus. Dibandingkan dengan foto polos
abdomen, USG memiliki keuntungan dalam mendeteksi kelainan
lain seperti cairan bebas intraabdomen dan massa inflamasi.3
Udara bebas dalam abdomen umumnya terakumulasi di kuadran
kanan atas dan pasien harus dalam posisi supine namun bisa
dipindahkan menjadi lateral decubitus untuk visualisasi yang lebih
baik. Transduser linear (10-12 MHz) lebih baik untuk
mengidentifikasi pneumoperitoneum dibandingkan transduser
curvilinear abdomen standar (2-5 MHz). beberapa gambaran yang
bisa tampak pada USG, yaitu:3,10
 Peritoneal stripe enhancement (peritoneal stripe sign)
Dianggap sebagai indikasi udara bebas
intraperitoneal yang terdapat pada pneumoperitoneum.
Udara bebas di perut akan terkumpul secara anti-
dependen, biasanya di ruang pre-hepatik anterior pada
posisi supine, menempel pada peritoneum parietal
sehingga menciptakan temuan reflektif yang tidak biasa.
Bisa ada sendiri atau berhubungan dengan artefak gema
horizontal jalur panjang (gambar 19).10,31

Gambar 19. Peritoneal stripe sign


 Fokus hiperekoik diskret yang merepresentasikan
gelembung gas3,10
o Sering dikaitkan dengan artefak gema jalur pendek
yang muncul sebagai comet tail (ekor komet), atau
jika meruncing disebut artefak cincin (ring down)
(gambar 20).

Gambar 20. Comet tail artifact


o Dapat juga mengelompok sehingga menghasilkan
redaman dan pantulan difus dari gelombang
ultrasonic yang dipantulkan sehingga
menghasilkan bayangan akustik yang tidak
homogen.
2.7.4 CT Scan
CT scan merupakan pemeriksaan standar untuk mendeteksi
pneumoperitoneum karena lebih sensitif dibanding foto polos
abdomen tetapi CT scan tidak selalu dibutuhkan jika curiga
pneumoperitoneum karena lebih mahal dan efek radiasi yang besar.
CT scan berguna untuk identifikasi udara intraluminal meski dalam
jumlah minimal, terutama ketika temuan foto polos tidak spesifik.
CT scan tidak terlalu dipengaruhi oleh posisi pasien saat
pemeriksaan dan teknik yang digunakan. Sulit untuk melokalisasi
perforasi dengan CT scan, adanya udara bebas pada peritoneum
merupakan temuan yang nonspesifik karena bisa disebabkan oleh
perforasi usus, pasca operasi atau peritoneal dialisis.3
Dengan CT scan pada posisi supine, udara yang terletak di
anterior dapat dibedakan dengan udara dalam usus. Jika ada
perforasi, cairan inflamasi yang bocor juga dapat diamati di dalam
peritoneum. Penyebab perforasi kadang bisa didiagnosis dengan
CT scan. Pada CT scan, digunakan kontras oral untuk
mengopasitaskan lumen saluran cerna dan memperlihatkan adanya
perforasi. Pemeriksaan kontras dapat mendeteksi adanya
ekstravasasi kontras melalui dinding usus yang perforasi. Namun,
pada kondisi perforasi ulkus duodenum bisa dengan cepat ditutup
oleh omentum sehingga tidak terjadi ekstravasasi kontras (gambar
21).3,10
Gambar 21. CT scan pneumoperitoneum
2.8 Diagnosis Banding
1. Sindrom Chilaiditi
Interposisi usus (biasanya kolon) diantara permukaan inferior
hemidiafragma kanan dan permukaan superior liver. Tampak haustra
diantara gas menandakan bahwa gas berada di dalam usus, bukan
bebas di rongga abdomen (gambar 22).3,10

Gambar 22. Chilaiditi syndrome


2. Basal linear atelectasis
Atelectasis adalah kolaps atau hilangnya sebagian atau seluruh
volume paru akibat tertutupnya alveoli sehingga pertukaran gas
berkurang atau tidak ada. Basal linear atelectasis adalah kolapsnya
bagian bawah paru yang berbentuk linear (gambar 23).3,32,33

Gambar 23. Basal linear atelectasis


2.9 Penatalaksanaan dan Prognosis
Prinsip tatalaksana dan prognosis tergantung dari penyebab utamanya. Ketika
seorang pasien diduga mengalami pneumoperitoneum, langkah pertama dalam
pengobatan adalah mencari tahu penyebabnya, untuk pendekatan pengobatan yang
tepat. Ini membutuhkan pemeriksaan diagnostik tambahan selain anamnesa pasien.
Dalam beberapa kasus, pengobatan konservatif adalah yang terbaik, dengan dokter
menunggu dan melihat lebih teliti untuk melihat apakah tubuh pasien mampu
menghilangkan gas sendiri. Jika pneumoperitoneum adalah komplikasi dari infeksi,
maka operasi untuk memperbaiki masalah ini diperlukan secepat mungkin.
Perforasi dan infeksi dengan cepat dapat menyebabkan kematian dengan segera.27

2.10 Komplikasi
Pneumoperitoneum bisa terjadi sebagai akibat dari perforasi organ atau
bagian apapun dari tubuh. Hal tersebut biasanya merupakan komplikasi yang
ada bersama dengan pneumoperitoneum meski tidak semua
pneumoperitoneum menandakan adanya perforasi. Perlu penanganan segera
untuk mencegah bahaya akibat perforasi. Infeksi juga merupakan komplikasi
yang bisa terjadi bersama dengan pneumoperitoneum dan membahayakan
nyawa sehingga juga memerlukan pencegahan terjadinya perluasan infeksi ke
bagian tubuh lain.9
Peningkatan tekanan intraabdomen dapat mengakibatkan iskemia usus,
omentum, herniasi usus, regurgitasi gaster, penekanan vena cava,
menurunnya venous return, stasis vena ekstremitas bawah, hipotensi,
meningkatnya tekanan intrathorax, emfisema, pneumothorax, barotrauma,
emboli gas CO2, atelectasis, mual muntah, bradiaritmia, nyeri bahu dan
retensi CO2.34
BAB III
KESIMPULAN

Pneumoperitoneum adalah adanya udara bebas dalam ruang peritoneum yang


biasanya terkait dengan perforasi dari usus kecil. Pneumoperitoneum dideteksi dengan
pemeriksaan radiologis foto polos abdomen, CT scan, MRI, dan ultrasonografi. Pada foto
polos abdomen, pneumoperitoneum paling baik terlihat dengan posisi lateral dekubitus kiri
yang menunjukkan gambaran radiolusen antara batas lateral kanan dari hepar dan permukaan
peritoneum.
CT scan merupakan kriteria standar untuk mendeteksi pneumoperitoneum. Dengan
USG, pneumoperitoneum tampak sebagai daerah linier peningkatan ekogenisitas dengan
artifak reverberasi atau distal ring down. Foto polos abdomen menjadi pencitraan utama pada
akut abdomen, termasuk pada perforasi viskus abdomen, walaupun pencitraan standar adalah
dengan CT scan.

Daftar Pustaka :
1. Fuller MJ. Pneumoperitoneum [Internet]. WikiRadiography. 2011 [cited 2022 Feb
16]. Available from: http://www.wikiradiography.net/page/Pneumoperitoneum
2. Sureka B, Bansal K, Arora A. Pneumoperitoneum: What to look for in a radiograph? J
Fam Med Prim Care. 2015;4(3):477.
3. Khan AN. Pneumoperitoneum imaging [Internet]. Medscape. 2021 [cited 2022 Feb
16]. Available from: https://emedicine.medscape.com/article/372053-overview
4. Kalra A, Wehrle CJ, Tuma F. Anatomy, abdomen and pelvis, peritoneum [Internet].
StatPearls Publishing. 2021. p. 27. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK534788/
5. Drake RL, Vogl W, Mitchell AWM. Gray’s basic anatomy. Philadelphia: Elsevier;
2019
6. Kumar A, Muir MT, Cohn SM, Salhanick MA, Lankford DB, Katabathina VS. The
etiology of pneumoperitoneum in the 21st century. J Trauma Acute Care Surg.
2012;73(3):542–8.
7. Clarke C, Dux A. Abdominal x-rays for medical students. West Sussex: Wiley
Blackwell; 2015. 21–25 p.
8. Adam A, Dixon AK, Gillard JH, Schaefer-Prokop CM. Grainger & allison’s
diagnostic radiology. 6th ed. Philadelphia: Elsevier; 2015. 646–647 p.
1. Fuller MJ. Pneumoperitoneum [Internet]. WikiRadiography. 2011 [cited 2022 Feb 16].
Available from: http://www.wikiradiography.net/page/Pneumoperitoneum
2. Sureka B, Bansal K, Arora A. Pneumoperitoneum: What to look for in a radiograph? J
Fam Med Prim Care. 2015;4(3):477.
3. Khan AN. Pneumoperitoneum imaging [Internet]. Medscape. 2021 [cited 2022 Feb
16]. Available from: https://emedicine.medscape.com/article/372053-overview
4. Kalra A, Wehrle CJ, Tuma F. Anatomy, abdomen and pelvis, peritoneum [Internet].
StatPearls Publishing. 2021. p. 27. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK534788/
5. Drake RL, Vogl W, Mitchell AWM. Gray’s basic anatomy. Philadelphia: Elsevier;
2019.
6. Kumar A, Muir MT, Cohn SM, Salhanick MA, Lankford DB, Katabathina VS. The
etiology of pneumoperitoneum in the 21st century. J Trauma Acute Care Surg.
2012;73(3):542–8.
7. Clarke C, Dux A. Abdominal x-rays for medical students. West Sussex: Wiley
Blackwell; 2015. 21–25 p.
8. Adam A, Dixon AK, Gillard JH, Schaefer-Prokop CM. Grainger & allison’s diagnostic
radiology. 6th ed. Philadelphia: Elsevier; 2015. 646–647 p.
9. Christine. Symptoms, causes, treatment, and complications of pneumoperitoneum
[Internet]. Hubpages Medicalcontent. 2016 [cited 2022 Feb 16]. Available from:
https://discover.hubpages.com/health/Pneumoperitoneum
10. Saber M. Pneumoperitoneum [Internet]. Radiopaedia. 2021 [cited 2022 Feb 16].
Available from: https://radiopaedia.org/articles/pneumoperitoneum
11. Adnyana IGN, Pryambodo. Anestesia pada prosedur laparoskopi. Maj Anestesi dan
Crit Care. 2008;26(2):225–39.
12. Cunningham AJ, Nolan C. Anesthesia for minimally invasive procedures. In: Clinical
Anesthesia. 5th ed. 2006. p. 2204–28.
13. Bell DJ. Subdiaphragmatic free gas [Internet]. Radiopaedia. 2018 [cited 2022 Feb 16].
Available from: https://radiopaedia.org/articles/subdiaphragmatic-free-gas?
lang=us#article-images
14. Weerakkody Y. Leaping dolphin sign [Internet]. Radiopaedia. 2019 [cited 2022 Feb
16]. Available from: https://radiopaedia.org/articles/leaping-dolphin-sign?lang=us
15. Xiang H, Han J, Ridley WE, Ridley LJ. Leaping dolphin sign: Pneumoperitoneum. J
Med Imaging Radiat Oncol. 2018;62(1):87.
16. Weerakkody Y. Cupola sign (pneumoperitoneum) [Internet]. Radiopaedia. 2021 [cited
2022 Feb 16]. Available from: https://radiopaedia.org/articles/cupola-sign-
pneumoperitoneum?lang=us
17. Marshall GB. The cupola sign. Radiology. 2006;241(2):623–4.
18. El-Feky M. Continuous diaphragm sign [Internet]. Radiopaedia. 2020 [cited 2022 Feb
16]. Available from: https://radiopaedia.org/articles/continuous-diaphragm-sign?
lang=us
19. Arroyo NDS, Solano JJ. Rigler sign [Internet]. StatPearls Publishing. 2020 [cited 2022
Feb 16]. p. 13. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK539847/
20. Kabbani A Al. Rigler sign (bowel) [Internet]. Radiopaedia. 2020 [cited 2022 Feb 16].
Available from: https://radiopaedia.org/articles/rigler-sign-bowel?
lang=us#image_list_item_156600
21. Bickle I. Telltale triangle sign [Internet]. Radiopaedia. 2021 [cited 2022 Feb 16].
Available from: https://radiopaedia.org/articles/telltale-triangle-sign?lang=us
22. Rasuli B. Football sign (pneumoperitoneum) [Internet]. Radiopaedia. 2020 [cited 2022
Feb 16]. Available from: https://radiopaedia.org/articles/football-sign-
pneumoperitoneum?lang=us
23. Kabbani A Al. Falciform ligament sign [Internet]. Radiopaedia. 2019 [cited 2022 Feb
16]. Available from: https://radiopaedia.org/articles/falciform-ligament-sign-1?lang=us
24. Bell DJ. Inverted “v” sign (pneumoperitoneum) [Internet]. Radiopaedia. 2021 [cited
2022 Feb 16]. Available from: https://radiopaedia.org/articles/inverted-v-sign-
pneumoperitoneum?lang=us
25. Chiu YH, Chen JD, Tiu CM, Chou YH, Yen DHT, Huang CI, et al. Reappraisal of
radiographic signs of pneumoperitoneum at emergency department. Am J Emerg Med
[Internet]. 2009;27(3):320–7. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.ajem.2008.03.004
26. Bell DJ. Urachus sign [Internet]. Radiopaedia. 2018 [cited 2022 Feb 16]. Available
from: https://radiopaedia.org/articles/urachus-sign?lang=us
27. Hacking C. Fissure for ligamentum teres sign [Internet]. Radiopaedia. 2021 [cited
2022 Feb 16]. Available from: https://radiopaedia.org/articles/fissure-for-ligamentum-
teres-sign?lang=us
28. Murphy A. Hepatic edge sign [Internet]. Radiopaedia. 2018 [cited 2022 Feb 16].
Available from: https://radiopaedia.org/articles/hepatic-edge-sign?lang=us
29. Bell DJ. Lucent liver sign [Internet]. Radiopaedia. 2017 [cited 2022 Feb 16]. Available
from: https://radiopaedia.org/articles/lucent-liver-sign?lang=us
30. Knipe H. Doge cap sign (pneumoperitoneum) [Internet]. Radiopaedia. 2021 [cited
2022 Feb 16]. Available from: https://radiopaedia.org/articles/doge-cap-sign-
pneumoperitoneum?lang=us
31. El-Feky M. Peritoneal stripe sign (pneumoperitoneum) [Internet]. Radiopaedia. 2019
[cited 2022 Feb 16]. Available from: https://radiopaedia.org/articles/peritoneal-stripe-
sign-pneumoperitoneum?lang=us
32. Bell DJ. Lung atelectasis [Internet]. Radiopaedia. 2021 [cited 2022 Feb 16]. Available
from: https://radiopaedia.org/articles/lung-atelectasis?lang=us#nav_terminology
33. Bell DJ. Pseudopneumoperitoneum [Internet]. Radiopaedia. 2020 [cited 2022 Feb 16].
Available from: https://radiopaedia.org/articles/pseudopneumoperitoneum?lang=us
34. Veekash G, Wei LX, Su M. Carbon dioxide pneumoperitoneum, physiologic changes
and anesthetic concerns. Ambul Surg. 2010;16(2):41–6.

Anda mungkin juga menyukai