Anda di halaman 1dari 8

EFISIENSI TATANIAGA TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PADA

BERBAGAI TINGKAT SALURAN TATANIAGA

Widia Sri Utami

20/466358/PKT/01422
Pascasarjana Ilmu Kehutanan Fakultas Kehutanan
Universitas Gadjah Mada
widia.sri.utami@mail.ugm.ac.id

Abstrak

Saluran tataniaga yang berbeda memberikan indikasi terhadap tingkat harga yang
diterima petani dan besarnya biaya yang dikeluarkan oleh setiap lembaga tataniaga
(pemasaran). Saluran tataniaga ini bervariasi di setiap Provinsi di Indonesia bahkan di
setiap Desa juga sudah berbeda karena dipengaruhi oleh kapasitas produksi TBS yang di
produksi oleh petani yang tidak bisa secara langsung di jual ke pabrik kelapa sawit
(PKS), serta sarana dan prasarana yang tidak mendukung untuk melakukan
pengangkutan ke pabrik kelapa sawit. Sehingga mereka menjual ke agen – agen,
pedagang pengumpul atau kelompok tani. Hasil paper penelitian ini yang dibuat sesuai
dengan studi kepustakaan menunjukkan bahwa saluran tataniaga di setiap Desa sudah
berbeda. Saluran tataniaga TBS kelapa sawit yang efisien di Kab. Simalungun yaitu
pada saluran I (petani  pabrik) dengan marjin pemasaran sebesar 0, sedangkan saluran
tataniaga TBS kelapa sawit yang efisien di Kab. Bengkulu Utara yaitu pada saluran I
(petani  pabrik) dengan marjin pemasaran sebesar 0 dan saluran IIB (petani 
kelompok tani  kelapa sawit) dengan marjin pemasaran sebesar 1.

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kelapa Sawit merupakan komoditas perkebunan unggul, yang menghasilkan
produk CPO (crude palm oil) dan KPO (catrol palm oil) memilki nilai ekonomi yang
tinggi. Usaha agribisnis kelapa sawit telah memberikan konstribusi penting bagi
perekonomian nasional dan daerah. Kontribusi tersebut memberikan manfaat kepada
pengusaha, petani serta pemerintah. Menurut Direktorat Jendral Perkebunan (2008)
dalam Sumiati, et, al (2017) kelapa sawit merupakan komoditas terbesar di Indonesia
dari sektor perkebunan memiliki jumlah produksi dan pertumbuhan produksi yang
sangat besar. Menurut BPS 2012 – 2016 dalam Maruli (2020) provinsi terbesar
memproduksi kelapa sawit terdapat di Sumatera Utara dan Riau, rata – rata produksi
sebesar 6,99 juta ton pada periode 2012 – 2016. Dalam penjualan produk kelapa sawit
memiliki beragam variasi saluran pemasaran dari petani hingga ke konsumen. Adanya
perbedaan saluran pemasaran menyebabkan perbedaan harga yang diterima petani dan
besarnya biaya yang dikeluarkan seperti biaya angkut, biaya transportasi, biaya susut
buah dan biaya lainnya.
Besarnya jumlah produksi kelapa sawit belum menunjukkan sistem pemasaran
yang efisien, terutama bila dilihat dari keuntungan yang diterima petani. Panjangnya
rantai pemasaran akan mempengaruhi biaya pemasaran yang dikeluarkan dan margin
yang diterima berbeda pada setiap tingkat pelaku usaha misalnya yang diterima petani.
Menurut Petrus, et, al., (2019) dalam suatu usaha untuk memperlancar arus barang atau
jasa dari produsen ke konsumen ada satu faktor yang tidak dapat diabaikan yaitu
pemilihan distribusi pemasaran yang digunakan untuk mendistribusikan barang dari
produsen ke konsumen. Sehingga diperlukan analisis efisiensi saluran pemasaran pada
masing - masing tingkat pelaku usaha agar mengetahui dimana letak penerima
keuntungan terbesar. Menurut Hugar dan Hiremath (1984), penurunan biaya pemasaran
dan kenaikan harga yang tersedia bagi petani akan meningkatkan efisiensi, efisiensi
ekonomi dari pemasaran melalui berbagai saluran dievaluasi dengan menggunakan
kriteria marjin pemasaran, harga yang diterima oleh produsen, biaya pemasaran, dan
bagi hasil.

1.2. Rumusan Masalah


Besarnya jumlah produksi kelapa sawit belum menunjukkan sistem pemasaran
yang efisien, terutama bila dilihat dari keuntungan yang diterima petani. Panjangnya
rantai pemasaran akan mempengaruhi biaya pemasaran yang dikeluarkan dan margin
yang diterima berbeda pada setiap tingkat pelaku usaha misalnya yang diterima petani.
Sehingga bagaimana saluran tataniaga yang dilakukan oleh petani dalam memasarkan
tandan buah segar kelapa sawit yang telah dipanen? dan apakah saluran tataniaga yang
dilakukan sudah efisien atau belum?.

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui saluran tataniaga rotan; mengetahui
efisiensi tataniaga rotan pada masing – masing tingkat pelaku pemasaran: dan

II. METODE PENELITIAN


Metode yang digunakan dalam pembuatan tulisan ini menggunakan metode meta –
analisis. Menurut (Sriawan dan Utami, 2015); (Nieuwenstein et al., 2015); (Paldam,
2015) dalam Mansyur dan Akbar, (2017) meta – analisis yaitu suatu teknik yang
digunakan untuk merangkum temuan pada dua penelitian atau lebih dengan tujuan
untuk menggabungkan, meninjau, dan meringkas penelitian sebelumnya, Kemudian
metode ini dapat menyelidiki berbagai pertanyaan berdasarkan data yang telah
ditemukan dari hasil penelitian sebelumnya yang telah dipublikasikan dengan syarat
melakukan pengkajian terhadap hasil – hasil penelitian yang sejenis. Metode meta –
analis ini menggunakan data sekunder berupa data – data dari hasil penelitian
sebelumnya. Sumber analisis kepustakaan yang diambil bersumber dari jurnal
elektronik baik nasional maupun internasional (Sokhibul, 2017).
Analisis data yang digunakan pada data sekunder ini menggunakan margin
pemasaran, price spread, dan share margin. Menurut Elly, et. al., (2013), margin
pemasaran menggunakan metode Mji = Psi – Pbi, dimana Psi yaitu harga penjualan
pada lembaga pemasaran ke-i (1,2,3) dan Pbi yaitu harga pembelian lembaga pemasaran
ke-i ; Mji = bti +µi, dimana bti yaitu biaya pemasaran pada lembaga ke-i dan µi yaitu
keuntungan lembaga pemasaran. Share margin dihasilkan dari perbandingan antara
harga yang diterima produsen dengan harga yang dibayar oleh konsumen dikalikan
100%, serta price spread diperoleh dengan mengelompokkan biaya – biaya pemasaran
yang dikeluarkan oleh setiap lembaga pemasaran dari setiap saluran tataniaga yang ada.
III. HASIL PEMBAHASAN

Saluran pemasaran merupakan lembaga – lembaga yang mempunyai kegiatan untuk


menyalurkan atau menyampaikan barang – barang atau jasa dari produsen ke konsumen
(Mursid, 1997 dalam Eko, et al., 2018). Saluran pemasaran yang terlibat dalam
tataniaga TBS kelapa sawit umumnya satu tingkat yaitu petani, pedagang pengepul, dan
pabrik kelapa sawit (Sumiati dan Idawati, 2017). Namun ada juga saluran pemasaran
TBS yang lebih kompleks yang melibatkan banyak pelaku pemasaran. Saluran
pemasaran ini dianalisis menggunakan marjin pemasaran. Menurut Laura, et, al. (2018),
penentuan tingkat efisiensi suatu saluran tataniaga menggunakan analisis marjin. Marjin
pemasaran merupakan jumlah dari semua biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh
lembaga pemasaran dan jumlah keuntungan dari kegiatan distribusi. Margin pemasaran
adalah selisih antara harga yang diterima petani dan harga yang dibayarkan oleh agen.
Saluran tataniaga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit yang akan dikaji berdasarkan
saluran pemasaran tingkat nol, tingkat satu, dan tingkat dua disajikan pada Tabel 1 dan
Tabel 3.

Tabel 1. Marjin pemasaran TBS kelapa sawit di Kab. Simalungun


Marjin Pemasaran Pada Saluran I
Kategori Price Spread Rp/kg Share Margin
Harga jual petani 1.403  
Total Biaya 961 68,39
Keuntungan Petani 433 31,61
Jumlah 2.797 100
Marjin   0
Marjin Pemasaran Pada Saluran II
Kategori Price Spread Rp/kg Share Margin
Harga jual petani 1.172  
Total Biaya 821  
Keuntungan Petani 351  
Jumlah   100
Harga Beli 1.172  
Total Biaya 129  
Pendapatan agen besar 102  
Harga pabrik 1.403  
Jumlah   100
Marjin 231 16,46
Marjin Pemasaran Pada Saluran III
Kategori Price Spread Rp/kg Share Margin
Harga jual petani 925  
Total Biaya 681 73,79
Keuntungan Petani 236 26,21
Jumlah   100
Harga Beli 925 78,78
Total Biaya 193 16,11
Pendapatan agen kecil 67 5,11
Harga jual agen kecil 1.172  
Jumlah   100
Harga yang diterima agen besar 1.403  
Marjin agen kecil  petani 247 21,07
Marjin agen besar --> agen kecil 231 16,46
Marjin 478 34,06
Sumber: Ira dan Juwita, (2018), Data di Kab. Simalungun.

Tabel 1. merupakan data sekunder dari jurnal penelitian, saluran pemasaran yang
dilakukan yaitu pada saluran I petani menjual langsung ke pabrik kelapa sawit; saluran
II petani  agen besar  pabrik kelapa sawit; serta saluran III petani  agen kecil 
agen besar  pabrik kelapa sawit. Tabel 1 menjelaskan bahwa saluran I memiliki
marjin pemasaran 0 karena langsung menjual TBS ke pabrik kelapa sawit; saluran II
memiliki marjin pemasaran sebesar 16,46; dan saluran III memiliki marjin pemasaran
sebesar 36,04%. Sehingga dapat diketahui nilai marjin pemasaran terbesar pada saluran
III (petani  agen kecil  agen besar  pabrik kelapa sawit) sedangkan nilai marjin
terendah pada saluran I ( petani  pabrik kelapa sawit). Menurut Qays, et al., (2018),
semakin rendah margin, maka semakin tinggi efisiensi pemasaran dan semakin tinggi
marjin, maka semakin rendah efisiensi pemasaran. Menurut Abednego dan Said (2018),
dalam penelitiannya mengenai analisis efisiensi saluran pemasaran dan memiliki saluran
yang sama dengan data pada Tabel 1. jurnal penelitian tersebut menjelaskan bahwa
saluran pemasaran TBS kelapa sawit seperti yang dijelaskan diatas menunjukkan bahwa
saluran pemasaran pada saluran I (petani  pabrik) merupakan saluran tataniaga kelapa
sawit yang efisien. Kemudian analisis marjin pemasaran yang paling efisien adalah
saluran I yang memiliki nilai sebesar 0. Dan memiliki analisis farmer share pada
saluran I menghasilkan farmer share sebesar 100%. Kemudian perbandingan tingkat
harga yang diterima oleh petani dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir
dengan menggunakan analisis farmer share disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Analisis farmer share di Kab. Simalungun


Saluran Harga di tingkat petani Harga di tingkat konsumen Farmer
pemasaran (Rp/kg) (Rp/kg) share (%)
I 1.403 1.403 100
II 1.172 1.403 83,53
III 925 1.403 65,94
Sumber: Ira dan Juwita, (2018), Data di Kab. Simalungun.

Tabel 2. menunjukkan bahwa pada saluran I harga jual tingkat petani dan pabrik
sama yaitu Rp. 1.402/kg, pada saluran I ini membuktikan saluran tataniaga TBS kelapa
sawit memiliki persamaan harga di tingkat produsen dan petani. Kemudian pernyataan
ini didukung oleh Qays, et al., (2018), juga menjelaskan dalam jurnal penelitiannya
semakin tinggi marjin pemasaran maka semakin memiliki perbedaan yang signifikan
selisih harga produk dan harga konsumen dalam saluran tataniaga TBS kelapa sawit.
Tabel 2. menunjukkan farmer share tertinggi terdapat pada saluran tataniaga I (petani
 pabrik) yaitu sebesar 100% sedangkan farmer share terendah pada saluran III (petani
 agen kecil  agen besar  pabrik). Sehingga dapat dikatakan pada saluran tataniga
I farmer share yang diterima oleh petani tinggi dan harganya sama dengan harga beli
TBS kelapa sawit yang ditentukan di tingkat pabrik kelapa sawit. Menurut Ira dan
Juwita (2018), farmer share merupakan presentase harga yang diterima oleh petani
dengan harga yang dibayarkan konsumen akhir (pabrik kelapa sawit). Hasil farmer
share pada saluran tataniaga I merupakan farmer share tertinggi didukung oleh
penelitian Nwaigwe, et al., (2019), bahwa farmer share berbanding terbalik dengan
marjin pemasaran. Apabila marjin pemasaran semakin tinggi, maka harga yang diterima
petani semakin rendah. Dan nilai farmer share tidak boleh kurang dari 100%, apabila
famer share nilainya kurang dari 100% maka saluran tataniaga tidak efisien dan berarti
lebih banyak dihabiskan untul layanan pemasaran sehingga harga produsen yang
didapat rendah.
Tabel 3. Marjin pemasaran TBS kelapa sawit di Kab. Bengkulu Utara
Marjin Pemasaran Pada Saluran II A
Desa Karang Tengah Desa Kota Bani
Kategori Price Spread Share Price Spread Share
Rp/kg Margin Rp/kg Margin
Petani        
Harga jual petani 1.097 84,19 1.097 84,19
Biaya petani 210,97 16,19 150 11,51
Keuntungan Petani 886,03 68 947 72,68
Pedagang
       
Pengumpul
Harga beli 1.097 84,19 1.097  
Harga jual 1303 100 1.303 100
Marjin pemasaran 206 15,81 206 15,81
Biaya pemasaran 136,88 10,51 95,08 7,3
Keuntungan 69,12 5,3 110,92 8,51
Marjin Pemasaran Pada Saluran II B
Desa Karang Tengah Desa Kota Bani
Kategori Price Spread Share Price Spread Share
Rp/kg Margin Rp/kg Margin
Petani        
Harga jual petani 1.320 100 1.320 100
Biaya petani 357,07 27,05 250,4 18,97
Keuntungan Petani 962,93 72,95 1.069,60 81,03
Kelompok tani        
Harga beli 1.301 98,55 1.306,80 99
Harga jual 1.320 100 1.320 100
Marjin pemasaran 19,2 1,45 13,2 1
Biaya pemasaran 4,21 0,32 6,28 0,47
Keuntungan 14,99 1,14 6,92 0,53
Marjin Pemasaran Pada Saluran I
Desa Karang Tengah Desa Kota Bani
Kategori Price Spread Share Price Spread Share
Rp/kg Margin Rp/kg Margin
Petani        
Harga jual 1.303 100 1.303 100
Biaya petani 312,89 24,01 224,95 17,26
Penerimaan petani 990,11 75,99 1.078,05 82,74
Sumber: Eko, et al., (2018), Data di Kab. Bengkulu Utara.
Tabel 3. merupakan data sekunder dari jurnal penelitian, saluran tataniaga yang
dilakukan yaitu pada saluran I petani menjual langsung ke pabrik kelapa sawit; saluran
II A yaitu petani  pedagang pengumpul  pabrik kelapa sawit; serta saluran II B
petani  kelompok tani  pabrik kelapa sawit. Tabel 1 menunjukkan bahwa marjin
pemasaran terbesar berada pada saluran II A di Desa Kota Bani sebesar 15,81% dari
harga jual. Sedangkan marjin pemasaran terkecil berada pada saluran IIA di Desa Kota
Bani sebesar 1% dari harga jual. Saluran tataniaga yang paling efisien pada saluran I
( petani  pabrik). Hasil jurnal penelitian di Kab. Bengkulu Utara hasilnya sama
dengan jurnal penelitian di Kab. Simalungun bahwa saluran tataniaga yang efisien yaitu
petani  pabrik, saluran tataniaga yang efisien memiliki nilai marjin rendah, dan
memiliki nilai farmer share yang tinggi. Pernyataan ini didukung oleh Abednego dan
Said (2018), Nwaigwe, et al., (2019), dan Qays, et al., (2018).

Tabel 4. Analisis farmer share di Kab. Bengkulu Utara


Saluran Harga di tingkat petani Harga di tingkat konsumen Farmer
pemasaran (Rp/kg) (Rp/kg) share (%)
I 1.303 1.303 100
II A 1.097 1.303 84,19
II B 1.320 1.320 100
Sumber: Eko, et al., (2018), Data di Kab. Bengkulu Utara.

Tabel 4. menunjukkan bahwa pada saluran I harga jual tingkat petani dan pabrik
sama yaitu Rp. 1.303/kg, pada saluran I ini membuktikan saluran tataniaga TBS kelapa
sawit memiliki persamaan harga di tingkat produsen dan konsumen akhir. Selain pada
saluran I, saluran IIB memiliki harga jual yang sama ditingkat produsen dan konsumen
akhir yaitu Rp. 1.320/kg. Di Kab. Bengkulu Tabel 2. menunjukkan farmer share
tertinggi terdapat pada saluran tataniaga I (petani  pabrik) dan pada saluran tataniaga
IIB (petani  kelompok tani  pabrik) yaitu sebesar 100% sedangkan farmer share
terendah pada saluran IIA (petani  pedagang pengumpul pabrik). Saluran tataniaga
tingkat nol (I) dan tingkat satu (IIB) memiliki farmer share sebesar 100% dikarenakan
kelompok tani tidak mencari keuntungan dan kelompok tani membeli TBS dengan
harga yang sama dengan harga pabrik kelapa sawit. Pernyataan ini tidak sejalan dengan
penelitian Paramita, et, al., (2019) yang menyatakan bahwa semakin sedikit lembaga
pemasaran yang terlibat dalam saluran tataniaga, maka saluran tataniaganya semakin
efisien. Hal lain yang dapat menentukan adalah biaya pemasaran. Biaya pemasaran
yang tinggi disebabkan oleh panjangna saluran tataniaga dan banyaknya fungsi
pemasaran lainnya. Dalam saluran tataniaga IIB ini merupakan saluran tingkat satu,
seharusnya dalam penelitian ini saluran tataniaga yang efisien hanya saluran I (saluran
tingkat nol). Hal ini dikarenakan kelompok tani tidak mencari keuntungan tetapi
menyejahterakan anggotanya.
Saluran tataniaga TBS kelapa sawit di Kab. Bengkulu Utara dilihat dari margin,
biaya, dan keuntungan pemasaran menunjukkan bahwa sistem pemasaran kelompok tani
lebih efisien dibandingkan pedagang pengumpul. Bagi petani pemasaran melalui
kelompok tani lebih menguntungkan karena kelompok tani mempunyai tujuan untuk
menyejahterakan anggotanya, tidak mencari keuntungan seperti pedagang pengumpul.
Pedagang pengepul berusaha membeli TBS dengan harga serendah – rendahnya dari
harga yang telah diberikan oleh pabrik, sehingga sistem pemasaran pada saluran
tataniaga IIA tidak efisien.

III. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa:
1. Saluran tataniaga TBS kelapa sawit terdapat 3 saluran tataniaga yaitu saluran
tataniaga tingkat nol, satu, dan dua. Di Kabupaten Simalungun saluran I (petani 
pabrik kelapa sawit); saluran II petani  agen besar  pabrik kelapa sawit; serta
saluran III petani  agen kecil  agen besar  pabrik kelapa sawit. Di Kabupaten
Bengkulu Utara I (petani  pabrik); saluran tataniaga IIB (petani  kelompok tani
 pabrik) serta saluran IIA (petani  pedagang pengumpul pabrik).
2. Saluran tataniaga yang paling efisien di Kabupaten Simalungun yaitu pada saluran I
(petani  pabrik kelapa sawit) sedangkan saluran tataniaga yang paling efisien di
Kabupaten Bengkulu Utara yaitu pada saluran I (petani  pabrik) dan IIB (petani
 kelompok tani  pabrik).

IV. DAFTAR PUSTAKA

Abednego S. K. S. dan Said, R. 2018. Analisis Efisiensi Saluran Pemasaran Kelapa


Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Desa Tanjung Selamat Kecamatan Padang
Tualang, Langkat. Jurnal Agriprimatech Vol. 1 No. 1. Hal: 9 - 17 e – ISSN: 2621 –
6566.

Eko, S., Melly, S., Redy, B., dan Agus, R. 2018. Analisis Pemasaran Tandan Buah
Segar Kelapa Sawit di Kecamatan Putri Hijau, Kabupaten Bengkulu Utara.
AGRARIS: Journal of Agribusiness and Rural Development Research Vol. 4 No. 1
Hal: 28 – 35.

Elly, J., Dwijono, H. D., Slamet, H., dan Masyhuri. 2013. Analisis Saluran Pemasaran
dan Marjin Pemasaran Kelapa dalam Di Daerah Perbatasan Kalimantan Timur.
Jurnal AGRIFOR Vol. XII No. 1 Hal: 1 – 10 ISSN: 1412 – 6885.

Hugar, L. B. dan Hiremath, K. C. 1984. Efficiency Alternative Channels in The


Marketing of Vegetable in Belgaum City – A Comparison. Indian Journal of
Agricultural Economics Vol. XXXIX No. 3 Page: 192 – 200 ISSN: 0019 – 5014.

Ira, A. dan Juwita, R. 2018. Strategi Pemasaran Kelapa Sawit Melalui Pendekatan
Analisis Structure Conduct and Performance (SCP) Di Kabupaten Simalungun.
Journal of Agribusiness Science Vol. 2 No. 1 Hal: 9 – 17 e-ISSN: 2614 – 6037.

Laura, J. P., Safrida, dan Myrna, P. N. 2018. Analisis Saluran dan Margin Pemasaran
Kelapa Di Desa Tenggulun Kabupaten Aceh Tamiang. Jurnal Agriprimatech Vol. 1
No. 2 Hal: 18 - 23 e – ISSN: 2621 – 6566.

Maruli, T. S. 2020. Analisis Tataniaga Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Studi
Kasus: Kecamatan Kualuh Selatan Kabupaten Labuan Batu Utara. Jurnal
Agriprimatech Vol. 3 No. 2 Hal: 74 – 83 e – ISSN: 2621 – 6566.
Mansyur dan Akbar, I. 2017. Meta Analisis Karya Ilmiah Mahasiswa Penelitian dan
Evaluasi Pendidikan. Jurnal Scientific Pinisi Vol. 3 No. 1 Hal: 72 – 79. ISSN: 2476
– 9568.

M. P. Paramita, S. K. H. Nasution, and L. Fauzia. 2019. Crude Palm Oil Marketing at


PT. Socfin Indonesia (Socfindo). International Conference on Agriculture,
Environment and Food Security Page: 1 – 5 012008.

Nwaigwe, G. C., Lemchi, J. I., and Korie, O. C. 2019. Analysis of Marketing Margin
Efficiency of Beans in IMO State. International Journal of Scientific and
Engineering Research Vol. 10 Issue 12 Page: 212 - 223 ISSN: 2229 – 5518.

Petrus, O., Diana, C., and Surya, A. S. 2019. Efficiency and Marketing Margins
Estimation of Oil Palms Fresh Fruit Bunches (FFB) in Labuhanbatu Utara and
Asahan Regency. Indonesian Journal of Agricultural Research Vol. 02 No. 02
Page: 67 – 76 e – ISSN: 2615 – 5842.

Qays, T. S., Najah, A., and Ali, S. S. Economic Study to Measure the Efficiency and
Marketing Margins of the Main Vegetable Crops Baghdad Provinve for
Agricultural Season 2016. Journal of Agriculture and Veterinary Science Vol. 11
Issue Ver. I Page: 11 – 15 e – ISSN: 2319 – 2380.

Sokhibul, A, 2017. Studi Meta Analisis Strategi dan Pemanfaatan Jurnal Elektronik ( E
– journal) untuk Mahasiswa Lulusan Universitas Negeri Malang dalam Upaya
Publikasi Ilmuah Bereputasi Internasional. Record and Library Journal Vol. 3 No.
1 Page: 63 – 73 e – ISSN: 2442 - 5168

Sumiati, Rusida, dan Idawati. 2017. Analisis Saluran Pemasaran Kelapa Sawit Di Desa
Baku – Baku Kecamatan Malangke Barat Kabupaten Luwu Utara. Jurnal TABARO
Vol. 1 No. 1 Hal: 38 – 50 p-ISSN: 2580 – 6165.

Anda mungkin juga menyukai