Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM ILMU KEBUMIAN

EFEK PERBEDAAN SUDUT DATANG CAHAYA MATAHARI

Disusun oleh :

Hesti Nurngaini Rahayu (19312241038)

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN IPA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2020
A. Judul
Efek perbedaan sudut datang cahaya matahari
B. Tujuan
1. Mengetahui perbedaan sudut datang cahaya matahari terhadap luasan kawasan yang
terpapar.
2. Mengetahui jumlah energi per satuan luas yang diterima di daerah dekat ekuator
dengan kawasan di dekat dengan kutub.
C. Alat dan bahan
1. Kertas
2. Alat tulis
3. Senter
4. Penggaris

D. Langkah kerja
1. Siapkan selembar kertas, kemudian beri tanda arah mata angin sesuai standar.
2. Buat ruangan cukup gelap, kemudian nyalakan senter, dan posisikan 20 cm di atas
kertas. Arahkan senter tegak lurus ke bawah.
3. memodelkan sudut sinar matahari ke Bumi di kawasan ekuator.
4. Jaga jarak senter tetap sama di atas kertas, tetapi miringkan senter kearah utara
sekitar 10° . Kemudian Jiplak tepi luar cahaya
5. Lakukan kegiatan no 4 untuk sudut 20°dan 30°
6. Langkah no 4 dan 5 memodelkan sudut sinar matahari ke Bumi pada garis lintang
yang mengarah di kawasan kutub utara.

E. Tabulasi data

No Sudut Luas sinar Gambar


1. 0° +
2. 10° ++

3. 20° +++

4. 30° ++++

Keterangan :
+ : sempit
++ : sedang
+++ : luas
++++ : sangat luas
F. Analisis data
No Sudut Luas sinar E/A
1. 0° + ****
2. 10° ++ ***
3. 20° +++ **
4. 30° ++++ *
Keterangan :
E : Energi (dianggap sama) karena jarak dan senter sama.

A : luas

+ : sempit
++ : sedang
+++ : luas
++++ : sangat luas
**** : paling besar
*** : besar
** : sedang
* :kecil

G. Pembahasan

Praktikum ilmu kebumian kali ini berjudul ”Efek Perbedaan Sudut Datang Cahaya
Matahari”. Tujuannya dari praktikum ini adalah mengetahui perbedaan sudut datang
cahaya matahari terhadap luasan kawasan yang terpapar dan mengetahui jumlah energi per
satuan luas yang diterima di daerah dekat ekuator dengan Kawasan di dekat dengan kutub.
Praktikum ini dilakukan secara individu di tumah praktikan. Alat dan bahan yang
digunakan dalam praktikum ini adalah senter sebagai matahari, kertas sebagai bumi, busur
untuk kemiringan matahari, pensil untuk menandai daerah yang terkena sinar matahari, dan
penggaris sebagai alat ukur untuk sebagai jarak dari kertas (bumi) dan senter (matahari).

Langkah – Langkah yang dilaksanakan dalam praktikum ini yaitu praktikan


menyiapkan selembar kertas, lalu memberi tanda arah mata angin sesuai standar, kemudian
praaktikan menyiapkan ruang yang cukup gelap lalu menyalakan senter diatas kertas 20 cm
secara tegak lurus. Setelah itu menjiplak tepi luar cahaya yang terbentuk di atas kertas.
Langkah selanjutnya adalah menjaga jarak senter agar tetap sama tetapi senter dimiringkan
ke utara sekitar 10°, lalu dijiplak lagi. Selanjutnya dengan Langkah yang sama senter
dimiringkan 20° dan 30°. Langkah terakhir adalah memodelkan sudut sinar matahari ke
Bumi pada garis lintang yang mengarah di kawasan kutub utara.

Berdasarkan Langkah Langkah tersebut diketahui bahwa dalam praktikum ini


terdapat 4 percobaan, dengan jarak yang sama tetapi sudut yang berbeda. Hal tersebut
menandakan bahwa radiasi bumi itu juga akan berpengaruh dengan adanya perbedaan sudut
dating nya sinar. Intensitas radiasi matahari yaitu besar kecilnya sudut datang sinar
Matahari pada permukaan bumi. Jumlah yang diterima berbanding lurus dengan sudut
besarnya sudut datang. Sinar dengan sudut datang yang miring kurang memberikan energi
pada permukaan bumi disebabkan karena energinya tersebar pada permukaan yang luas
dan juga karena sinar tersebut harus menempuh lapisan atmosphir yang lebih jauh
ketimbang jika sinar dengan sudut datang yang tegak lurus (Wetzel, 2001).

Perbedaan sudut tersebut juga akan berpengaruh pada luas daerah yang akan
mendapat pancara sinar matahari. Perbedaan sudut datang sinar matahari menyebabkan
perbedaan luas permukaan horizontal yang mendapat sinar, makin besar sudut datang sinar
matahari, sinar tersebut akan membentang pada permukaan horizontal yang lebih sempit
sehingga energi matahari yang diterima oleh setiap kesatuan luas lebih besar. Luas area
berhubungan dengan sudut datang sinar matahari karena sudut datang sinar akan
mempengaruhi kuat cahaya matahari dan mempengaruhi luas permukaan yang akan
disinari (Khavrus, V. 2010).

1. Percobaan pertama (sinar tegak lurus / 0°)


Pada percobaan pertama ini, praktikan menyalakan senter dengan jarak 20 cm tegak
lurus ke kertas (0°). Bayangan yang terbentuk dari penyinaran secara tegak lurus adalah
bulat, cakupan wilayahnya cenderung sempit atau dilambangkan dengan (+).
Berhubung cakupan wilayahnya sempit, maka hasil dari energi per satuan luasnya pada
percobaan 1 ini paling besar (****) dibandingkan dengan percobaan percobaan
selanjutnya, hal ini dikarenakan pada semua percobaan energi dianggap sama. Energi
dianggap sama karena jarak yang digunakan oleh praktikan sama dan alat yang
digunakan untuk menyinari juga sama, seperti halnya, jarak dari matahari ke bumi yang
sama dan penyinaran yang selalu dilakukan oleh matahari. Jadi semakin kecil
cakupannya, hasil energi per satuan luasnya semakin besar. Menurut Azwan Aziz
(2009), bahwa intensitas radiasi maksimum diperoleh dari bidang normal menuju arah
dari radiasi yaitu jika sumbu bumi berada pada posisi tegak lurus dengan bidang orbit.
Hal ini selalu terjadi di kawasan ekuator yaitu pada bidang normal terhadap radiasi.
Jadi, berdasarkan literatur tersebut diketahui bahwa percobaan pertama dengan
kemiringan 0° (tegak lurus) terdapat intensitas radiasi maksimum.

Gambar 1.1 luas sinar saat senter tegak lurus ( 0°)


Sumber : Dokumen Pribadi
2. Percobaan kedua (kemiringan sudut 10°)
Pada percobaan kedua ini , senter dimiringkan 10° kea rah utara, dengan maksud untuk
memberi simulasi ketika matahari sedang berada pada kemiringan tersebut. Hasilnya
yaitu sinar tidak sebulat tadi, atau terjadi penambahan wilayah yang terkena sinar maka
dilambangkan dengan (++). Kemudian untuk hasil energi per satuan luas nya juga
semakin kecil (***) daripada pada waktu percobaan pertama , karena yang
mempengaruhinya adalah luas yang terkena sinar . Hal ini juga sesuai dengan literatur
Mochamad Reza Yuliatmaja (2009 : 23) bahwa perbedaan luas permukaan horizontal
yang mendapat sinar, makin besar sudut datang sinar matahari, sinar tersebut akan
membentang pada permukaan horizontal yang lebih sempit..

Gambar 1.2 luas sinar saat senter dimiringkan 10°


Sumber : Dokumen Pribadi
3. Percobaan 3 (kemiringan sudut 20 °)
Pada percobaan ketiga ini , senter dimiringkan 20 ° ke arah utara, dengan
maksud untuk memberi simulasi ketika matahari sedang berada pada kemiringan
tersebut. Hasilnya yaitu sinar semakin lonjong atau semakin luas daerah yang terkena
pancaran sinar matahari (+++) Kemudian untuk hasil energi per satuan luas nya juga
semakin kecil (**) daripada pada waktu percobaan pertama dan kedua , karena yang
mempengaruhinya adalah luas yang terkena sinar .

Gambar 1.3 luas sinar saat senter dimiringkan 20°

Sumber : Dokumen Pribadi

4. Percobaan keempat (kemiringan sudut 30 °)


Pada percobaan keempat ini , senter dimiringkan 30° ke arah utara, dengan
maksud untuk memberi simulasi ketika matahari sedang berada pada kemiringan
tersebut. Hasilnya yaitu sinar semakin lonjong atau semakin luas daerah yang terkena
pancaran sinar matahari (++++), bahkan dibandingkan dengan semua percobaan,
percobaan 4 lah yang paling besar cakupan wilayah yang disinari cahaya. Kemudian
untuk hasil energi per satuan luas nya menjadi sangat kecil (*) daripada pada waktu
percobaan pertama ,kedua, dan ketiga karena yang mempengaruhinya adalah luas yang
terkena sinar .
Gambar 1.4 luas sinar saat senter dimiringkan 30°
Sumber : Dokumen Pribadi
Berdasarkan percobaan 1,2,3, dan 4 diketahui bahwa semakin besar kemiringan
sudut , maka luas wilayah yang disinari akan semakin besar juga, akan tetapi
dikarenakan energi dianggap sama , maka hasil energi per satuan luasnya semakin besar
wilayah yang disinari akan semakin kecil. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa
semakin besar sudut kemiringan matahari terhadap bumi akan semakin luas derah di
bumi yang terpapar panasnya, semakin miring sinar matahari yang diterima oleh suatu
tempat maka akan semakin berkurang intensitas cahaya matahari yang diterima dan
semakin rendah suhu di tempat tersebut. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi banyak sedikitnya panas matahari yang
diterima oleh bumi adalah keadaan awan, keadaan bidang permukaan, sudut sinar
datang, dan lamanya penyinaran matahari (Jockie dan Mochamad, 2018: 65).

Gambar 1.5 Kemiringan Sudut Datang Sinar Matahari

Sumber : Anastasya, 2018: 10.


Gambar 1.6 Perbandingan cakupan luas wilayah yang tersinari

Sumber : Dokumen Pribadi

JAWABAN PERTANYAAN

1. Jelaskan bagaimana perbedaan luasan kawasan yang terpapar cahaya antara

kegiatan no 2, 4, dan 5?

Jawab :

Perbedaan luasan kawasan yang terpapar cahaya matahari dipengaruhi oleh


kemiringan sudutnya. Jumlah yang diterima berbanding lurus dengan sudut
besarnya sudut datang. Sinar dengan sudut datang yang miring kurang memberikan
energi pada permukaan bumi disebabkan karena energinya tersebar pada
permukaan yang luas dan juga karena sinar tersebut harus menempuh lapisan
atmosfer yang lebih jauh daripada sinar dengan sudut datang yang tegak lurus.
Sehingga luasan kawasan yang terpapar cahaya akan semakin luas dengan
kemiringan sudut yang semakin besar. Jadi pada luas wilayang yang terpapar
cahaya yang paling luas adalah dengan sudut 30 ° dan yang paling sempit ketika
sudut 0°.
2. Bandingkan jumlah energi per satuan luas yang diterima di daerah dekat

ekuator dengan kawasan di dekat dengan kutub!

Jawab :

Jumlah energi per satuan luas pada daerah dekat ekuator (sudut tegak lurus) lebih
besar daripada jumlah energi per satuan luas pada kawasan yang dekat dengan
kutub.

H. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan , dapat disimpulkan bahwa :
1. Intensitas radiasi matahari yaitu besar kecilnya sudut datang sinar Matahari pada
permukaan bumi. Jumlah yang diterima berbanding lurus dengan sudut besarnya
sudut datang. Sinar dengan sudut datang yang miring kurang memberikan energi pada
permukaan bumi disebabkan karena energinya tersebar pada permukaan yang luas dan
juga karena sinar tersebut harus menempuh lapisan atmosphir yang lebih jauh.
Hubungan antara sudut datang sinar matahari terhadap luasan kawasan yang terpapar
adalah perbedaan sudut datang sinar matahari menyebabkan perbedaan luas
permukaan horizontal yang mendapat sinar, semakin besar sudut datang sinar
matahari, sinar tersebut akan membentang pada permukaan horizontal yang lebih
sempit sehingga energi matahari yang diterima oleh
setiap kesatuan luas lebih besar.
2. Intensitas radiasi matahari terbesar terjadi di daerah tropis (23 1⁄2° LU – 23 1⁄2°
LS) dan semakin ke arah kutub semakin kecil. Hal ini dipengaruhi oleh sudut datang
sinar matahari. Jumlah energi per satuan luas pada daerah dekat ekuator (sudut tegak
lurus) lebih besar daripada jumlah energi per satuan luas pada kawasan yang dekat
dengan kutub.
I. Daftar Pustaka
Anastasya, Khusnidhani. 2018. Pengaruh Sudut Datang Sinar Matahari Terhadap
Suhu di Permukaan Bumi. Bekasi: Yayasan Al Muslim.
Azwan Aziz, 2009. Pengaruh Material Terhadap Kemiringan. Jakarta : Universitas
Indonesia Press.

Jockie Z. Fibrianto dan Mochamad Hilmy. 2018. Efetivitas Pembayangan yang

Dihasilkan Pohon dan Bangunan di Koridor Jalan Perkotaan Untuk Mencapai

Kenyamanan Termal. EMARA: Indonesian Journal of Architecture, Jilid 4,

No. 1. Pontianak: Politeknik Negeri Pontianak.

Mochamad Reza Yuliatmaja. 2009. KAJIAN LAMA PENYINARAN MATAHARI

DAN INTENSITAS RADIASI MATAHARI TERHADAP PERGERAKAN

SEMU MATAHARI SAAT SOLSTICE DI SEMARANG (Studi Kasus Badan

Meteorologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Semarang Pada Bulan Juni

dan September Tahun 2005 Sampai Dengan 2007). Diakses melalui

lib.unnes.ac.id pada 12 Oktober 2020 pukul 22.53 WIB.

Khavrus, V .; Shelevytsky, I. (2012). "Geometri dan fisika musim" . Pendidikan

Fisika. 47 (6): 680. doi : 10.1088 / 0031-9120 / 47/6/680 .

Wetzel, R.G. 2001. Limnology: Lake and River Ecosystems. USA: Elsevier
Academic. Press.
J. Lampiran

Gambar 2.1 luas sinar saat senter tegak Gambar 2.2 luas sinar saat senter
lurus ( 0°) dimiringkan 10°
Sumber : Dokumen Pribadi Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar 2.3 luas sinar saat senter Gambar 2.4 luas sinar saat senter
dimiringkan 20 ° dimiringkan 30 °
Sumber : Dokumen Pribadi Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar 2.5 perbandingan luas cahaya
Sumber : Dokumen Pribadi

Anda mungkin juga menyukai