Anda di halaman 1dari 21

STRUKTUR MATAHARI DAN POLUSI MATAHARI

Dosen Pengampuh: Faizatul Mabruroh,M.Pd

Kelompok: 2
Bella Yulina Surida (152240003)
Mia Antika (152240013)
Yongki Mariadi (1532240038)
Nora Sapitri (1532240031)
Sari Ayuni (1652240054)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt. yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Taufik dan Inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk, maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga
makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan atau petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca dalam urusan pembelajaran.
Harapan kami, semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

A. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud matahari ?
2. Apa saja lapisan-lapisan matahari?
3. Apa saja noda-noda matahari ?
4. Bagaimanakah energi pancaran matahari?

B. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui apa itu matahari ?
2. Untuk menjabarkan lapisan-lapisan matahari?
3. Untuk menjabarkan noda-noda matahari?
4. Menjelaskan energi pancaran matahari?
STRUKTUR MATAHARI DAN POLUSI MATAHARI

A. Struktur Matahari
Matahari adalah pusat tata surya kita. Matahari merupakan sebuah
bintang yang ukurannya tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan bintang-
bintang yang lain misalnya bintang netron, dan bajang putih (white dwarf).
Mengapa matahari kelihatan lebih besar dan lebih terang dibandingkan dengan
bintang-bintang yang lain yang ada di langit? Tentu saja karena letaknya dekat
dengan bumi.
Letak matahari dari bumi kira-kira 149.600.000 km atau 1,49 x 108 km,
ini disebut satuan astronomi (AU). Bintang yang terdekat berikutnya adalah
Alpha Centauri, jauhnya lebih dari 4 x 1013 km. Ahli astronomi modern telah
paham bahwa matahari kita hanya salah satu bintang dari kira-kira 100 milyar
bintang yang ada dalam galaksi Bimasakti.
Secara fisis matahari mempunyai sifat seperti dalam tabel. Pada tabel,
menunjukkan bahwa massa matahari sebesar 333.000 M⊕. Sedangkan jari-
jarinya 6,96 x 108 m atau sekitar 109 R⊕ dan mempunyai temperatur efektif
di permukaan sekitar 5770 K. Namun temperatur dan tekanan di pusat (inti)
tentunya sangat besar untuk mendukung beratnya, mengapa? Temperatur pusat
matahari 1,6 x 107 K dengan luminositasnya (energi yang diradiasikan) sekitar
3,86 x 1026 watt.

Tabel Sifat Matahari

MASSA 1,99 x 1030 kg


Jari-jari 6,96 x 108 m
Kerapatan rata-rata 1410 kg/m3
Gravitasi di permukaan 2,74 x 102 m/s2
Temperatur 5770 K
Luminositas 3,86 x 1026 W
Medan magnet:
Bintik hitam 0,3 T
Global 0,0001 T
Periode rotasi 26-35 hari

Gambar 15.1 Matahari


Sumber: www.bnsc.gov.uk
Dengan jarak matahari-bumi 1 AU dan berdasarkan hukum berbanding
terbalik kuadrat jarak, kalian bisa memperkirakan berapa watt energi yang
jatuh di permukaan bumi? Dengan perhitungan secara teoritis tentunya akan
berbeda dengan empiris. Perbedaan ini dapat digunakan untuk menafsirkan
unsur-unsur yang ada pada atmosfer bumi. Kerapatan rata-rata matahari adalah
1410 kg/m3, nilai ini konsisten dengan komposisi matahari yang sebagian
besar merupakan gas hidrogen 71% dan helium 27,1%. Namun kalian bisa
membayangkan keberadaan gas hidrogen dan helium pada temperatur yang
tinggi, sehingga menimbulkan suatu pertanyaan yaitu, apakah bentuk gas
hidrogen dan helium sama seperti yang ada di permukaan bumi atau yang
pernah kalian jumpai? Untuk menjawab ini tentu kalian berfikir bahwa suatu
zat bila dipanaskan akan mengubah wujud, dalam hal ini gas hidrogen dan
helium dalam bentuk terionisasi yang disebut plasma. Oleh karena massa bumi
yang sangat besar maka matahari mempunyai suatu tarikan gravitasi 2,74 x 102
m/s2 atau sebesar 28 kali lebih kuat daripada tarikan gravitasi bumi, lihat
persamaan gaya gravitasi. Besarnya medan magnet pada saat terjadinya bintik
hitam atau sunspot akan lebih besar yaitu 0,03 T dan temperatur permukaan
turun sekitar 4000° K daripada keadaan normal. Periode rotasi rata-rata 25,4
hari dan bervariasi dari 34,4 hari di kutub dan 25,1 hari equator matahari.
Periode rotasi yang tidak sama ini menunjukkan struktur matahari tidak dalam
bentuk benda tegar padat tetapi dalam bentuk fluida.
Matahari dengan massa dan volume yang sangat besar terdiri atas
beberapa lapisan:
1. Inti Matahari
Inti matahari adalah bagian paling tengah dari matahari dengan jari-
1
jarinya sekitar jari-jari matahari dan suhunya 1,6 x 107 K. Pada bagian
4
inilah terjadinya reaksi inti yang merupakan sumber energi pancaran
matahari. Reaksi inti yang terjadi adalah reaksi fusi. Reaksi fusi adalah
reaksi penggabungan inti atom hidrogen menjadi inti atom helium yang
menghasilkan energi.
2. Fotosfer
Lapisan fotosfer menyelubungi matahari dengan ketebalan lapisan 330
km dan suhu rata-rata 5.700K. Lapisan fotosfer ini tampak oleh mata kita
berwarna kuning. Pada lapisan ini terdapat butiran-butiran gelap terang yang
formasinya tidak merata.
3. Kromosfer
Kromosfer disebut juga bola warna. Lapisan ini menjulang sejauh
2000 km di atas permukaan matahari. Suhu rata-rata pada lapisan ini
diperkirakan 4.273 K.
4. Korona
Korona disebut juga "mahkota" matahari, karena berbentuk lingkaran
cahaya putih yang indah yang panjangnya berjuta-juta kilometer ke arah
ruang angkasa. Suhu korona dapat mencapai 2 x 106 K dengan gas pada
daerah korona sangat tipis. Tebal lapisan korona matahari mencapai 2,5 x
106 km. Untuk mengamati korona dapat menggunakan teleskop khusus
yang disebut koronagraf.
5. Protuberans
Protuberans merupakan pita-pita yang sangat besar dan panjang dari
gas yang menyala dan kadang-kadang mencapai ketinggian beratus-ratus
kilometer memasuki daerah korona.
Gambar 15.2 Protuberans
Sumber: www.bweems.comb
Di samping bagian-bagian matahari yang telah dijelaskan di atas, pada
matahari terdapat juga noda-noda atau gangguan-gangguan pada matahari.
Adapun noda-noda matahari antara lain:
a. Gumpalan pada atmosfer
Lapisan fotosfer tampak tidak licin tapi berupa gumpalan-
gumpalan. Hal ini disebabkan adanya aliran gas panas yang mengumpul
dari dalam.
b. Bintik-bintik hitam matahari
Gejala bintik-bintik matahari dapat diamati dengan jelas jika
menggunakan teropong. Bintikbintik matahari ada yang berumur
beberapa menit dan ada yang berumur berpuluh-puluh hari.

Gambar 15.3 Bintik matahari


Sumber: Kamus Visual
Bintik-bintik hitam matahari berwarna sangat gelap disebut umbra
yang dikelilingi oleh bagian yang agak terang disebut penumbra. Bintik-
bintik hitam menyebabkan temperatur permukaan turun sekitar 4.000 K.
Hal ini disebabkan karena terhalangnya aliran gas dari dalam inti
matahari, gangguan magnetik pada matahari. Diameter bintik matahari
mencapai 8 x 105 km.
c. Lidah api
Lidah api adalah fenomena pada matahari yang keluar dari
permukaan fotosfer. Tingginya dapat mencapai ribuan kilometer dan
memancar ke segala arah lihat Gambar 15.1!
d. Prominensa
Prominensa terjadi pada permukaan kromosfer bagian tepi.
Prominensa merupakan gas panas yang terlepas dengan dahsyat dari
permukaan matahari yang menyerupai lidah api besar dan bentuknya
melengkung. Lengkungan ini dapat mencapai ribuan kilometer.

Gambar 15.4 Prominensa


Sumber: www.leoniko.or.id

B. Sumber Energi Matahari


Pada tahun 1850-an ahli fisika Jerman, Herman Von Helmholtz
mengusulkan bahwa energi cahaya dan panas matahari itu datang dari
kontraksi atau penciutan matahari. Menurut teori ini, energi yang dilepaskan
sebagai akibat adanya perbedaan gaya gravitasi matahari dan tekanan gas
matahari ke dalam suatu volume yang semakin lama semakin kecil. Helmholtz
memperhitungkan bahwa suatu pengurangan pada diameter matahari yang
hanya 85 m per tahun akan mempertahankan tingkat keluaran energi matahari
selama 25 x 106 tahun mulai dari waktu asal mula matahari.
Teori penciptaan Helmholtz tidak bahwa bertahan lama. Kemudian
muncul suatu gagasan baru yaitu sumber energi matahari adalah hasil reaksi
fusi baik fusi proton-proton atau fusi helium dan reaksi siklus karbon
berdasarkan umur bintang.
Reaksi ini merupakan reaksi inti yang menghasilkan bahan bakar
matahari dan bintang yang lain dengan temperatur ini mencapai 15 juta K dan
menghasilkan energi sekitar 25 MeV.

C. Gerakan Matahari
Matahari mempunyai dua macam pergerakan, yaitu sebagai berikut :
1. Matahari berotasi pada sumbunya dengan selama sekitar 27 hari untuk
mencapai satu kali putaran Gerakan rotasi ini pertama kali diketahui
melalui pengamatan terhadap perubahan posisi bintik Matahari. Sumbu
rotasi Matahari miring sejauh 7,25° dari sumbu orbit Bumi sehingga kutub
utara Matahari akan lebih terlihat di bulan September sementara kutub
selatan Matahari lebih terlihat di bulan Maret. Matahari bukanlah bola
padat, melainkan bola gas, sehingga Matahari tidak berotasi dengan
kecepatan yang seragam. Ahli astronomi mengemukakan bahwa rotasi
bagian interior Matahari tidak sama dengan bagian permukaannya. Bagian
inti dan zona radiatif berotasi bersamaan, sedangkan zona konvektif dan
fotosfer juga berotasi bersama namun dengan kecepatan yang berbeda.
Bagian ekuatorial (tengah) memakan waktu rotasi sekitar 24 hari
sedangkan bagian kutubnya berotasi selama sekitar 31 hari. Sumber
perbedaan waktu rotasi Matahari tersebut masih diteliti.
2. Matahari dan keseluruhan isi tata surya bergerak di orbitnya mengelilingi
galaksi Bimasakti. Matahari terletak sejauh 28.000 tahun cahaya dari pusat
galaksi Bimasakti. Kecepatan rata-rata pergerakan ini adalah 828.000
km/jam sehingga diperkirakan akan membutuhkan waktu 230 juta tahun
untuk mencapai satu putaran sempurna mengelilingi galaksi.
D. Kaitan Matahari dengan Lingkungan
1. Pencemaran Udara yang berakibat pada Matahari
Kegiatan manusia yang menyimpang dapat merusak kesajteraan di
bumi ini, melalui perusakan lingkungan hidupnya, satu diantara beberapa
penyebab adalah berubahnya pola distribusi energi di muka bumi, baik
secara kuantitatif maupun spektral.
Terlihat dari aktifitas-aktifitas perindustrian yang terdapat diseluruh
permukaan bumi, selain menghasilkan gas CO2 juga menghasilkan debu,
akan semakin menambah buruknya cuaca kita dimasa-masa mendatang
akibat menurunnya intensitas radiasi matahari di permukaan bumi,
sehingga pola kesimbangan energinya akan berubah pula.
Disamping pencemaran udara yang mengurangnya intensitas energi
matahari sampai di bumi, ada pula pencemaran lingkungan oleh radiasi itu
sendiri, akibat perubahan bentuk serta sifat permukaan bumi oleh tindakan
manusia. Pembangunan jalan-jalan raya, tempat-tempat parkir, gedung-
gedung, taman-taman dan sebagainya:
1. Akan menyebabkan turunnya daya serap permukaan bumi akan air
disamping menaiknya efek penyimpanan panas.
2. Akan berakibat naiknya suhu udara di dekat permukaan bumi, yang
dapat menyebabkan manusia kurang betah tinggal dirumahnya atau
ditempat kerja. Hal ini akan medorong meningkatnya konsumsi energi
hanya untuk tujuan-tujuan kenyamanan. Penurunan daya serap bumi
akan air, disamping berakibat naiknya suhu lingkungan, juga akan ikut
mengakibatkan bahaya banjir, akibat peningkat jumlah air yang harus
ditampung oleh sungai-sungai.
3. Oleh karena itu perlu kiranya dipikirkan penggunaan teknologi yang
paling tepat untuk diterapkan dalam pembangunan jalan-jalan, gedung,
pelataran-pelataran dan sebagainya, Agar tidak berakibat buruk
terhadap lingkungan hidup manusia. Bahkan pemanfaatan energi
matahari pun harus dipikirkan akibat buruknya.
Seorang cendikiawan Prancis, M. Peyches telah mengkhawatirkan,
bahwa pemasangan penadah energi matahari secara besar-besaran akan
berakibat berkurangnya sebagian sinar matahari yang dipantulkan kembali
ke angkasa, yang biasa di sebut albedo. Hal ini benar bila penggunaan
energi matahari tidak diikuti dengan pengurangan konsumsi energi dari
sumber-sumber lain. Lagi pula pemakaian penadah-penadah energi
matahari tersebut diikuti dengan pemasangan kaca-kaca reflektor yang
dihadapkan kelangit, maka penurunan albedo dapat dihindarkan. Namun
demikian kekhawatiran tersebut perlu dipikirkan dalam pemanfaatan
energy matahari.
Bila kita sadar bahwa kehidupan di bumi ini membutuhkan sejumlah
energi matahari dengan spektralnya yang tertentu pula, maka setiap usaha
yang cenderung untuk merubah keseimbangan serta spektral radiasi
matahari akan kita hindari dan lingkungan hidup kita dapat dipertahankan
kelestariannya. Perencanaan pembangunan pun akan lebih didasarkan pada
pertimbangan-pertimbangan ekologis, bukannya pertimbangan-
pertimbangan ekonomi belaka.
2. Manfaat Matahari
Matahari sebagai sumber energi cahaya terbesar, memiliki peranan
yang sangat penting bagi kehidupan manusia di dunia, antara lain:
1. Membantu Proses Fotosintesis
Cahaya matahari merupakan sumber utama kehidupan makhluk hidup,
salah satunya adalah kehidupan bagi tanaman atau tumbuhan untuk
membantu proses fotosintesis. Tanpa adanya matahari sendiri, maka
tanaman atau tumbuhan di bumi akan mati. Sebagai timbal baliknya,
ketika tidak ada tumbuhan di bumi ini maka manusia akan musnah
akibat tidak adanya suplai oksigen dari tumbuhan.
2. Membantu Penerangan
Tanpa adanya cahaya matahari, dunia akan gelap gulita. Sehingga kita
tak akan bisa melihat apapun yang ada di lingkungan sekitar kita.
Dengan adanya energi cahaya matahari ini, maka kita bisa melihat
lingkungan sekitar. Maka dari itu, cahaya sangat penting peranannya
sebagai media penerangan. Selain cahaya matahari, cahaya dari lampu
juga berfungsi sebagai penerangan saat malam hari. Cahaya dari lampu
juga membantu Anda untuk dapat belajar di malam hari.
3. Menjemur Pakaian
Dengan adanya cahaya matahari sendiri, maka pakaian yang dicuci bisa
langsung kering tanpa mesin pengering. Cahaya matahari sebagai media
untuk menjemur pakaian dengan mudah dan alami, dengan bantuannya
inilah pakaian akan mudah kering saat dijemur di bawah terik sinar
matahari. Memakai bantuan sinar matahari ini tentu tak perlu membayar
mahal untuk membeli mesin cuci sekaligus pengering pakaiannya,
karena matahari ini bisa kita dapatkan secara gratis.
4. Menghasilkan Energi Listrik
Sebagai sumber dari cahaya, matahari juga bisa menghasilkan energi
listrik. Energi listrik inilah yang nantinya dipergunakan untuk cahaya di
malam hari. Selain itu dengan energi listrik, kita bisa menggunakan
elektronik dan alat-alat rumah tangga dengan nyaman. Energi listrik
yang berasal dari bantuan matahari atau sel surya ini tentunya lebih
ramah lingkungan. Tak hanya itu saja, matahari juga termasuk energi
terbarukan yang ketersediaannya tidak terbatas.
5. Membantu proses pertumbuhan kecambah
Selain bermanfaat bagi kehidupan manusia, energi cahaya juga sangat
bermanfaat untuk tumbuhan. Jika kecambah kekurangan cahaya, maka
tanaman tersebut akan kering, kurus, daunnya berwarna kuning pucat
dan juga tipis. Berbeda dengan kecambah yang cukup cahaya matahari,
maka tanaman tersebut akan memiliki daun yang tebal, hijau dan
tumbuh subur. Hal ini dikarenakan kecambah tersebut akan lebih
maksimal dalam proses fotosintesis untuk menghasilkan makanan dan
zat energi.
6. Sebagai Sumber Nutrisi Terbaik
Manfaat energi cahaya berikutnya adalah sebagai sumber nutrisi
terbaik. Pada sebuah percobaan, tumbuhan yang disimpan di dalam
ruang tertutup dengan bantuan cahaya buatan, memiliki energi dan
nutrisi yang buruk tidak sebaik nutrisi dan energi yang dihasilkan oleh
cahaya matahari langsung.
7. Membantu pertumbuhan bunga dan daun
Selanjutnya adalah energi cahaya dapat membantu pertumbuhan bunga
dan juga daun. Seperti yang Anda ketahui panjang gelombang energi
matahari memiliki warnamerah. Warna merah yang ada di gelombang
matahari tersebut akan diserap oleh tumbuhan yang pada akhirnya hal
ini akan berdampak pada pertumbuhan bunga. Sehingga tanaman yang
sering terpapar sinar matahari akan cepat berbunga dan tumbuh tinggi
serta lebat.
8. Menjaga temperatur tumbuhan
Cahaya matahari juga dapat menjaga temperatur tumbuhan agar tetap
seimbang dan stabil. Jika temperatur tumbuhan rendah maka proses
penguapan akan menjadi lama, hal ini tentu saja dapat membuat
tumbuhan mati lemas. Dan sebaliknya jika suhu terlalu tinggi maka
proses penguapan akan dipercepat. Hal ini akan menyebabkan
tumbuhan menjadi kering.
9. Mengeringkan tanah
Pada beberapa tumbuhan, cahaya matahari sangat bermanfaat dalam
proses perkembangbiakan. Cahaya matahari diperlukan dalam proses
pengeringan tanah. Sehingga biji bunga yang jatuh ke tanah yang kering
akan tumbuh dengan subur. Contohnya yaitu biji bunga matahari.
Meskipun begitu, tak berarti biji bunga matahari tidak bisa tumbuh di
tanah yang lembab, tetapi ia akan cepat layu dan akhirnya akan mati.
3. Sumber Polusi Udara yang Berakibat pada Matahari
Pencemaran ozon di Indonesia
Di Indonesia, pencemaran ozon juga merupakan masalah yang
serius. Sebagai negara yang dilewati garis katulistiwa, Indonesia
mendapatkan sinar matahari yang berlimpah sekitar 10 -12 jam per hari.
Intensitas sinar matahari ini memicu reaksi kimia yang dapat
menyebabkan asap fotokimia. Celakanya, asap fotokimia ini dapat
berpindah tempat hingga menjangkau daerah perdesaan, bahkan dapat
menempuh jarak sejauh 150 km dari kawasan industri perkotaan
tergantung pada arah dan kecepatan angin yang membawanya. Contohnya,
konsentrasi ozon di Bandung Selatan seringkali lebih tinggi dibandingkan
di pusat kota.
4. Dampak Bagi Kesehatan
Layaknya Superman yang membutuhkan sinar matahari sebagai
sumber kekuatan, semua makhluk hidup dibumi juga membutuhkan sinar
matahari untuk tetap bertahan hidup. Coba bayangkan bagaimana bila
tidak ada matahari, bumi akan gelap gulita, dunia akan sedingin antartika
dan tidak ada lagi sumber energi untuk makhluk hidup. Dengan kata lain,
tidak ada matahari artinya tidak ada lagi kehidupan.
Namun, apakah semua sinar matahari yang dipancarkan ke bumi
bermanfaat bagi kita?Nah, ini yang harus diperhatikan. Sinar Matahari
yang bagus dan aman untuk tubuh adalah sinar matahari pagi antara jam 6
sampai jam 9 pagi dan sinar matahari sore antara jam 4 sore sampai
terbenam matahari. Cahaya matahari pagi mengandung vitamin D yang
bisa membuat tulang dan gigi kita makin kuat.
Sinar matahari untuk bayi, Tidak heran, banyak adik adik kita yang
masih bayi dijemur setiap pagi. Berjemur diri 15-30 menit juga bisa
mengurangi depresi lho. Koq bisa? Saat terkena sinar matahari pagi, tubuh
kita mengeluarkan zat endorfin yang berfungsi sebagai zat anti depresi
alami.
Berbanding terbalik dengan sinar matahari pagi dan sore, kita harus
hati-hati pada sinar matahari siang. Sinar matahari berada pada puncak
teriknya pada siang hari. Sinar ini mengandung ultraviolet yang
berdampak negatif terhadap kulit tubuh manusia. Mungkin masih aman
apabila paparan sinar matahari siang hanya beberapa saat saja mengenai
kulit.
Namun lain halnya kalau paparan ini berlangsung lama, apalagi saat
matahari sedang terik-teriknya, hal ini akan berdampak buruk terhadap
manusia maupun lingkungan sekitarnya apabila panasnya melebihi tingkat
kewajaran. Dilansir dari beberapa sumber, berikut bahaya sinar matahari
siang bagi manusia maupun bagi alam :
1. Dampak terhadap kulit
Sinar matahari siang mengandung sinar ultraviolet (UV) yang tidak
bersahabat dengan kulit manusia. Radiasi sinar UV ini ada 3 kategori,
Radiasi UVA, UVB dan UVC. Apa Bedanya? Radiasi UVA memiliki
pengaruh yang paling “tidak ganas” diantara dua lainnya. Radiasi ini
menyebabkan kulit berkerut, penuaan dini, gatal gatal dan perubahan
warna kulit. Radiasi UVB menyebabkan kerusakan protein di dalam kulit
sehingga dapat mengakibatkan kulit terbakar dan penyakit kanker kulit
(baca : macam macam penyakit kulit).
Radiasi UVC lah yang punya efek paling berbahaya (baca : Bahaya
Sinar Ultraviolet). Radiasi ini dapat menyebabkan mutasi pada DNA yang
akhirnya menjadi awal terjadinya kelainan genetik. Gunakan Sunblock
atau produk yang mengandung SPF (Sun Protector Factor).
2. Dampak terhadap mata
Mata manusia adalah indra yang sangat sensitif terhadap cahaya.
Terlalu lama menatap matahari dengan mata telanjang bisa menyebabkan
penyakit katarak.
3. Dampak terhadap rambut
Berdiam diri dibawah sinar matahari siang tanpa pelindung kepala
menyebabkan rambut rusak. Selain kusam dan kasar, ultraviolet pada sinar
matahari siang juga dapat menyebabkan pigmen rambut berubah warna
menjadi merah. Pernah dengar istilah “Alay” atau Anak Layangan? Istilah
yang diberikan untuk anak abege yang mengecat merah rambut mereka.
Nah, Anak-anak yang sering bermain layang layang sering tidak memakai
pelindung kepala sehingga sebagian besar rambut mereka merah. Mungkin
berawal dari sini istilah tersebut muncul.
4. Dampak terhadap tubuh
Pernah ikut upacara bendera atau kegiatan lain yang memaksa kita
berpanas-panasan? Saat badan terkena panas matahari dalam waktu lama,
tubuh mengeluarkan banyak cairan dalam bentuk keringat. Hal ini
menyebabkan tubuh kekurangan cairan atau yang sering disebut dengan
dehidrasi. Para penderita dehidrasi akan mengalami tenggorokan kering,
pusing, mata berkunang-kunang bahkan hilang kesadaran diri. Segera
istirahat di tempat teduh dan minum air putih sebanyak banyaknya
5. Dampak Bagi Tanaman
Cahaya matahari adalah sumber energi utama bagi kehidupan
seluruh makhluk hidup didunia. Bagi tumbuhan khususnya yang
berklorofil, cahaya matahari sangat menentukan proses fotosintesis.
Fotosintesis adalah proses dasar pada tumbuhan untuk menghasilkan
makanan. Makanan yang dihasilkan akan menentukan ketersediaan energi
untuk pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Cahaya merupakan
faktor penting terhadap berlangsungnya fotosintesis, sementara fotosintesis
merupakan proses yang menjadi kunci dapat berlangsungnya proses
metabolisme yang lain di dalam tanaman.
Pengaruh cahaya juga berbeda pada setiap jenis tanaman. Tanaman
C4, C3, dan CAM memiliki reaksi fisiologi yang berbeda terhadap
pengaruh intensitas, kualitas, dan lama penyinaran oleh cahaya matahari.
Selain itu, setiap jenis tanaman memiliki sifat yang berbeda dalam hal
fotoperiodisme, yaitu lamanya penyinaran dalam satu hari yang diterima
tanaman. Perbedaan respon tumbuhan terhadap lama penyinaran atau
disebut juga fotoperiodisme, menjadikan tanaman dikelompokkan menjadi
tanaman hari netral, tanaman hari panjang, dan tanaman hari pendek.
Kekurangan cahaya matahari akan mengganggu proses fotosintesis
dan pertumbuhan, meskipun kebutuhan cahaya tergantung pada jenis
tumbuhan. Selain itu, kekurangan cahaya saat perkembangan berlangsung
akan menimbulkan gejala etiolasi, dimana batang kecambah akan tumbuh
lebih cepat namun lemah dan daunnya berukuran kecil, tipis dan berwarna
pucat ( tidak hijau ). Gejala etiolasi tersebut disebabkan oleh kurangnya
cahaya atau tanaman berada di tempat yang gelap. Cahaya juga dapat
bersifat sebagai penghambat (inhibitor) pada proses pertumbuhan, hal ini
terjadi karena dapat memacu difusi auksin ke bagian yang tidak terkena
cahaya. Cahaya yang bersifat sebagai inhibitor tersebut disebabkan oleh
tidak adanya cahaya sehingga dapat memaksimalkan fungsi auksin untuk
penunjang sel-sel tumbuhan sebaliknya, tumbuhan yang tumbuh ditempat
terang menyebabkan tumbuhan-tumbuhan tumbuh lebih lambat dengan
kondisi relative pendek, lebih lebar, lebih hijau, tampak lebih segar dan
batang kecambah lebih kokoh.Dikarenakan sinar matahari sangat penting
dan memberikan pengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan
tanaman.
E. Global Dimming Penyusutan Radiasi Matahari
Fenomena penyusutan radiasi sinar matahari, atau lebih dikenal dengan
sebut Global Dimming, telah menjadi perbincangan hangat kalangan ilmuwan
dunia dewasa ini, akibat dampaknya yang sangat luas terhadap perubahan
iklim global.
Ratusan alat ukur radiometer yang dipasang di benua Antartika (kutub
selatan) dan Artika (kutub utara) mencatat penurunan intensitas radiasi
matahari yang diterima bumi sebesar 10% dari akhir tahun 1950 sampai
dengan awal 1990, atau sekitar 2 – 3% untuk setiap dekade. Bahkan untuk
beberapa wilayah Asia, Amerika Serikat dan Eropa, dimana industri
berkembang sangat pesat, terjadi penurunan dalam jumlah yang lebih besar,
seperti halnya Hongkong: 37%. (The New York Time, 13 Mei, 2004).
Fenomena ini telah menjadi perhatian publik dunia, meskipun pada
awalnya tidak ada peneliti yang percaya akan hal tersebut, ketika pertama kali
dilaporkan Atsumu Ohmura dari Institut Teknologi Federal Swiss pada tahun
1985 (Science: 15 November 2002, 298, 1410-1411; The Guardian, 18
Desember 2003).
Berbeda dengan isu pemanasan global (global warming) yang telah
diketahui penyebabnya, yaitu meningkatnya kandungan karbon dioksida
(CO2) di atmosfer sebagai akibat tingginya konsumsi bahan bakar minyak,
batubara dan gas alam lainnya yang menahan radiasi matahari dan
menyebabkan pemanasan temperatur bumi, maka fenomena global dimming
masih dalam tahap awal studi dan belum banyak dipahami para ahli.
Teori yang berkembang menjelaskan sinar matahari dapat membawa
jelaga partikel (dalam bentuk aerosol dan sejenisnya) kembali ke angkasa.
Polusi yang terjadi di atmosfer menyebabkan peningkatan proses kondensasi
pada tetes air (droplet) di udara, menjadi awan tebal yang lebih gelap dan
dapat menahan serta mengurangi intensitas transmisi sinar matahari
(dimming)mencapai permukaan bumi.
Hasil penelitian melihat pengaruh awan terhadap keseimbangan neraca
energi global menunjukkan terjadi peningkatan albedo (perbedaan radiasi
matahari yang dipantulkan dan yang diterima bumi) dari 15% menjadi 30%.
Kuantitas yang sama dengan energi hilang sebesar 50 W/m2. Awan
mengurangi emisi sinar infra merah sebesar 30 W/m2, sehingga pengaruh
awan dalam sistem neraca keseimbangan global telah menyebabkan
kehilangan energi sebesar 20 W/m2. Bandingkan kuantitas tersebut dengan
pengaruh efek rumah kaca (green house effect) yang memicu pemanasan
global sebesar 4 W/m2, meskipun diberikan penambahan kandungan CO2 di
atmosfer dua kali lebih besar dari kondisi saat ini (Intergovernmental Panel
on Climate Change, 2001).
Tidak mengherankan apabila fenomena ini telah menarik perhatian
peneliti seluruh dunia, mengingat dampaknya yang sangat luas pada
perubahan iklim, daur hidrologi dan bidang pertanian.
F. Global Dimming di Wilayah Indonesia
Untuk melihat fenomena global dimming di wilayah Indonesia, penulis
mengamati perubahan fluk rata-rata radiasi sinar matahari selama tahun 1979
sampai dengan 1993 (14 tahun) dari sensor satelit NOAA. Analisis perubahan
penyusutan radiasi sinar matahari dilakukan secara kuantitatif dengan
membandingkan perubahan fluk rata-rata radiasi sinar matahari selama kurun
waktu 14 tahun tersebut.
Nilai rerata fluk radiasi sinar matahari selama sebulan untuk seluruh
wilayah Indonesia pada bulan Januari 1979 dan 1993, masing-masing
ditunjukkan pada gambar 1 dan 2 di bawah ini.
Gambar 1. Fluk rata-rata radiasi sinar matahari di wilayah Indonesia
selama bulan Januari 1979. Skala warna dalam unit W/m2 (Sumber data:
Climate Diagnostic Center, NOAA).

Gambar 2. Fluk rata-rata radiasi sinar matahari di wilayah Indonesia


selama bulan Januari 1993. Skala warna dalam unit W/m2 (Sumber data:
Climate Diagnostic Center, NOAA).

Terlihat perbedaan kontras menurunnya intensitas radiasi matahari pada


Wilayah Indonesia Tengah yang ditandai dengan perubahan kontur intensitas
radiasi 240 W/m2 (1979) berwarna merah muda menjadi 200 W/m2 (1993)
berwarna sian.
Besarnya penurunan yang terjadi selama 14 tahun tersebut sekitar
16.6%, jauh lebih besar dari nilai 3% per dekade seperti yang dilaporkan
untuk wilayah kutub selatan dan utara. Hal ini menunjukkan polusi udara
dalam bentuk aerosol dan partikel sejenis lainnya yang terjadi di wilayah
Indonesia sangat signifikan dalam menyumbang penyusutan intensitas radiasi
matahari di seluruh dunia.
Peningkatan konsentrasi global dimming di wilayah Indonesia akan
membuat langit Indonesia diliputi gelap sepanjang hari pada abad mendatang
dan anamoli cuaca lokal yang semakin tidak menentu. Tidak heran apabila
ada hujan es di Jakarta pada beberapa waktu yang lalu. Satu hal yang tidak
pernah terjadi sebelumnya.
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Matahari adalah pusat tata surya kita. Matahari merupakan sebuah bintang
yang ukurannya tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan bintang-
bintang yang lain.
Lapisan-lapisan matahari :
2. Inti matahari adalah bagian paling tengah dari matahari dengan jari-jarinya
1
sekitar jari-jari matahari dan suhunya 1,6 x 107 K.
4
3. Lapisan fotosfer menyelubungi matahari dengan ketebalan lapisan 330 km
dan suhu rata-rata 5.700K.
4. Kromosfer disebut juga bola warna.
5. Korona disebut juga "mahkota" matahari.
6. Protuberans merupakan pita-pita yang sangat besar dan panjang dari gas
yang menyala dan kadang-kadang mencapai ketinggian beratus-ratus
kilometer memasuki daerah korona.
Noda-noda matahari antara lain:
7. Lapisan fotosfer tampak tidak licin tapi berupa gumpalan-gumpalan.
8. Gejala bintik-bintik matahari dapat diamati dengan jelas jika
menggunakan teropong
9. Lidah api adalah fenomena pada matahari yang keluar dari permukaan
fotosfer.
10. Prominensa terjadi pada permukaan kromosfer bagian tepi.
11. Pada tahun 1850-an ahli fisika Jerman, Herman Von Helmholtz
mengusulkan bahwa energi cahaya dan panas matahari itu datang dari
kontraksi atau penciutan matahari.

B. Saran
Hendaknya kita sebagai manusia harus bisa menikmati dan menjaga
sebaik-baiknya segala sesuatu yang telah tercipta (alam semesta beserta isinya).
DAFTAR PUSTAKA
https://adiwarsito.files.wordpress.com/2009/10/bab-15-matahari-dan-bumi.pdf
https://kafilyamin.wordpress.com/2011/02/25/global-dimming-peredupan-
bumi.pdf. di akses pada tanggal 14 September 2018, Pukul 19.30 WIB
https://benergi-com.cdn.ampproject.org/v/s/benergi.com/manfaat-sumber-energi-
cahaya-matahari. Pdf. Diakses pada tanggal 14 September 2018, Pukul
19.30 WIB
https://lingkunganhidup.co/pencemaran-udara-pengertian-penyebab-dampak-
solusi. di akses pada tanggal 14 September 2018, Pukul 19.30 WIB

Anda mungkin juga menyukai