MATAHARI
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
2020
Matahari. Matahari mewakili kurang lebih 99,86% massa total Tata Surya. Di
samping sebagai pusat peredaran, Matahari juga merupakan sumber energi
untuk kehidupan yang berkelanjutan. Panas Matahari menghangatkan bumi
dan membentuk iklim, sedangkan cahayanya menerangi Bumi serta dipakai
oleh tumbuhan untuk proses fotosintesis. Tanpa Matahari, tidak akan ada
kehidupan di Bumi karena banyak reaksi kimia yang tidak dapat berlangsung.
Nicolaus Copernicus adalah orang pertama yang mengemukakan teori
bahwa Matahari adalah pusat peredaran tata surya pada abad 16. Teori ini
kemudian dibuktikan oleh Galileo Galilei dan pengamat angkasa lainnya.
Teori yang kemudian dikenal dengan nama heliosentrisme ini mematahkan
teori geosentrisme (bumi sebagai pusat tata surya) yang dikemukakan oleh
Ptolemeus dan telah bertahan sejak abad ke dua sebelum masehi. Konsep fusi
nuklir yang dikemukakan oleh Subrahmanyan Chandrasekhar dan Hans Bethe
pada tahun 1930 akhirnya dapat menjelaskan apa itu Matahari secara tepat.
B. KARAKTERISTIK MATAHARI
Matahari berbentuk bola yang berpijar dengan senyawa penyusun
utama berupa gas hidrogen (74%) dan helium (25%) terionisasi. Senyawa
penyusun lainnya terdiri dari besi, nikel, silikon, sulfur, magnesium, karbon,
neon, kalsium, dan kromium. Cahaya Matahari berasal dari hasil reaksi fusi
hidrogen menjadi helium.
Berdasarkan penghitungan menggunakan Hukum Newton dengan
melibatkan nilai kecepatan orbit Bumi, jarak Matahari, dan gaya gravitasi,
diperoleh massa Matahari sebesar 1,989x1030 kilogram. Angka tersebut sama
dengan 333.000 kali massa Bumi. Sementara itu, diameter Matahari adalah
1.392.000 kilometer atau 865.000 mil, sama dengan 109 kali diameter
BumiSebagai perbandingan, sebanyak 1,3 juta planet seukuran Bumi dapat
masuk ke dalam Matahari. Oleh karena itu, Matahari menjadi obyek terbesar
di tata surya dengan massa mencapai 99,85% dari total massa tata surya.
Matahari merupakan bintang yang paling dekat dengan Bumi, yaitu
berjarak rata-rata 149.600.000 kilometer (92,96 juta mil). Jarak Matahari ke
Bumi ini dikenal sebagai satuan astronomi dan biasa dibulatkan (untuk
penyederhanaan hitungan) menjadi 150 juta km.
Berdasarkan penghitungan dengan metode analisis radioaktif,
diketahui bahwa batuan bulan, meteorit dan batuan Bumi tertua yang pernah
ditemukan berusia sekitar 4,6 miliar tahun. Sementara itu, sampel batuan
Matahari belum pernah didapatkan sehingga penghitungan dilakukan secara
matematika menggunakan model interior Matahari. Berdasarkan hasil
penghitungan matematika adalah Matahari diperkirakan berusia 5 ± 1,5 miliar
tahun. Namun, oleh karena tata surya diketahui terbentuk sebagai satu
kesatuan dalam waktu yang berdekatan maka kini secara umum Matahari
dianggap berusia 4,6 miliar tahun. Matahari tergolong bintang tipe G V,
dengan ciri memiliki suhu permukaan sekitar 6.000 K dan umumnya bertahan
selama 10 miliar tahun. Matahari diperkirakan berusia sekitar 7 miliar tahun
lagi, sebelum hidrogen di intinya habis. Bila hal tersebut terjadi, Matahari
akan berekspansi menjadi bintang raksasa berwarna merah yang dingin dan
'memakan' planet-planet kecil di sekitarnya (mungkin termasuk Bumi)
sebelum akhirnya kembali menjadi bintang kerdil berwarna putih kembali.
Gaya gravitasi di Matahari sebanding dengan 28 kali gravitasi di
Bumi. Secara teori hal tersebut berarti bila seseorang memiliki berat 100 kg di
Bumi maka bila berjalan di permukaan Matahari beratnya akan terasa seperti
2.800 kg. Gravitasi Matahari memungkinkannya menarik semua komponen-
komponen penyusunnya membentuk suatu bentuk bola sempurna. Gravitasi
Matahari jugalah yang menahan planet-planet yang mengelilinginya tetap
berada pada orbit masing-masing. Pengaruh dari gravitasi Matahari masih
dapat terasa hingga jarak 2 tahun cahaya.
Radiasi Matahari, lebih dikenal sebagai cahaya Matahari, adalah
campuran gelombang elektromagnetik yang terdiri dari gelombang
inframerah, cahaya tampak, sinar ultraviolet. Semua gelombang
elektromagnetik ini bergerak dengan kecepatan sekitar 3,0 x 10 8 m/s. Oleh
karena itu radiasi atau cahaya memerlukan waktu 8 menit untuk sampai ke
Bumi. Matahari juga menghasilkan sinar gamma, namun frekuensinya
semakin kecil seiring dengan jaraknya meninggalkan inti.
C. STRUKTUR MATAHARI
Matahari memiliki enam
lapisan yang masing-masing
memiliki karakteristik tertentu.
Keenam lapisan tersebut
meliputi inti Matahari, zona
radiatif, dan zona konvektif yang
membentuk lapisan dalam
(interior); fotosfer; kromosfer;
dan korona sebagai daerah
terluar dari Matahari.
Gambar 2. Struktur Matahari
1. Inti Matahari
Inti adalah area terdalam dari Matahari yang memiliki suhu
sekitar 15 juta derajat Celcius (27 juta derajat Fahrenheit). Berdasarkan
perbandingan radius/diameter, bagian inti berukuran seperempat jarak dari
pusat ke permukaan dan 1/64 total volume Matahari. Kepadatannya adalah
sekitar 150 g/cm3. Suhu dan tekanan yang sedemikian tingginya
memungkinkan adanya pemecahan atom-atom menjadi elektron, proton,
dan neutron. Neutron yang tidak bermuatan akan meninggalkan inti
menuju bagian Matahari yang lebih luar. Sementara itu, energi panas di
dalam inti menyebabkan pergerakan elektron dan proton sangat cepat dan
bertabrakan satu dengan yang lain menyebabkan reaksi fusi nuklir (sering
juga disebut termonuklir). Inti Matahari adalah tempat berlangsungnya
reaksi fusi nuklir helium menjadi hidrogen. Energi hasil reaksi termonuklir
di inti berupa sinar gamma dan neutrino memberi tenaga sangat besar
sekaligus menghasilkan seluruh energi panas dan cahaya yang diterima di
Bumi. Energi tersebut dibawa keluar dari Matahari melalui radiasi.
2. Zona radiatif
Zona radiatif adalah daerah yang menyelubungi inti Matahari.
Energi dari inti dalam bentuk radiasi berkumpul di daerah ini sebelum
diteruskan ke bagian Matahari yang lebih luar. Kepadatan zona radiatif
adalah sekitar 20 g/cm3 dengan suhu dari bagian dalam ke luar antara 7
juta hingga 2 juta derajat Celcius. Suhu dan densitas zona radiatif masih
cukup tinggi, namun tidak memungkinkan terjadinya reaksi fusi nuklir.
3. Zona konvektif
Zona konvektif adalah lapisan di mana suhu mulai menurun. Suhu
zona konvektif adalah sekitar 2 juta derajat Celcius (3.5 juta derajat
Fahrenheit). Setelah keluar dari zona radiatif, atom-atom berenergi dari
inti Matahari akan bergerak menuju lapisan lebih luar yang memiliki suhu
lebih rendah. Penurunan suhu tersebut menyebabkan terjadinya
perlambatan gerakan atom sehingga pergerakan secara radiasi menjadi
kurang efisien lagi. Energi dari inti Matahari membutuhkan waktu 170.000
tahun untuk mencapai zona konvektifSaat berada di zona konvektif,
pergerakan atom akan terjadi secara konveksi di area sepanjang beberapa
ratus kilometer yang tersusun atas sel-sel gas raksasa yang terus
bersirkulasi. Atom-atom bersuhu tinggi yang baru keluar dari zona radiatif
akan bergerak dengan lambat mencapai lapisan terluar zona konvektif
yang lebih dingin menyebabakan atom-atom tersebut "jatuh" kembali ke
lapisan teratas zona radiatif yang panas yang kemudian kembali naik lagi.
Peristiwa ini terus berulang menyebabkan adanya pergerakan bolak-balik
yang menyebabakan transfer energi seperti yang terjadi saat memanaskan
air dalam panic. Oleh sebab itu, zona konvektif dikenal juga dengan nama
zona pendidihan (the boiling zone). Materi energi akan mencapai bagian
atas zona konvektif dalam waktu beberapa minggu.
4. Fotosfer
Fotosfer atau permukaan Matahari meliputi wilayah setebal 500
kilometer dengan suhu sekitar 5.500 derajat Celcius (10.000 derajat
Fahrenheit). Sebagian besar radiasi Matahari yang dilepaskan keluar
berasal dari fotosfer. Energi tersebut diobservasi sebagai sinar Matahari di
Bumi, 8 menit setelah meninggalkan Matahari.
5. Kromosfer
Kromosfer adalah lapisan di atas fotosfer. Warna dari kromosfer
biasanya tidak terlihat karena tertutup cahaya yang begitu terang yang
dihasilkan fotosfer. Namun saat terjadi gerhana Matahari total, di mana
bulan menutupi fotosfer, bagian kromosfer akan terlihat sebagai bingkai
berwarna merah di sekeliling Matahari. Warna merah tersebut disebabkan
oleh tingginya kandungan helium di sana.
6. Korona
Korona merupakan lapisan terluar dari Matahari. Lapisan ini
berwarna putih, namun hanya dapat dilihat saat terjadi gerhana karena
cahaya yang dipancarkan tidak sekuat bagian Matahari yang lebih dalam.
Saat gerhana total terjadi, korona terlihat membentuk mahkota cahaya
berwarna putih di sekeliling Matahari. Lapisan korona memiliki suhu
yang lebih tinggi dari bagian dalam Matahari dengan rata-rata 2 juta
derajat Fahrenheit, namun di beberapa bagian bisa mencapai suhu 5 juta
derajat Fahrenheit.
D. PERGERAKAN MATAHARI
Matahari mempunyai dua macam pergerakan, yaitu sebagai
berikut :
Matahari berotasi pada sumbunya dengan selama sekitar 27 hari untuk
mencapai satu kali putaran. Gerakan rotasi ini pertama kali diketahui
melalui pengamatan terhadap
perubahan posisi bintik Matahari.
Sumbu rotasi Matahari miring
sejauh 7,25° dari sumbu orbit Bumi
sehingga kutub utara Matahari akan
lebih terlihat di bulan September
sementara kutub selatan Matahari
lebih terlihat di bulan Maret.
Matahari bukanlah bola padat,
melainkan bola gas, sehingga Gambar 3. Bintik Matahari