Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
1. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang kurikulum
sekolah menengah kejuruan (SMK) Edisi 2004, dijelaskan mengenai
peningkatan mutu dan relevansi pendidikan menengah kejuruan diarahkan
untuk mengembangkan suatu sistem yang utuh dan mantap sehingga
terdapat suatu keseimbangan antara dunia pendidikan dan dunia kerja.
2. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0409/U/1992,
tentang Sekolah Menengah Kejuruan yang bertujuan salah satunya adalah
menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja dan mengembangkan
sikap profesional.
3. Dalam program kegiatan belajar mengajar senantiasa teralokasikan waktu
untuk pengalaman kerja lapangan selama 2 bulan di dunia usaha industri,
sehingga program PRAKERIN ini bersifat wajib.
4. Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 80 Tahun 2016
tentang Penyeleggaraan Pekerjaan Asisten Tenaga Kesehatan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Meningkatkan keterampilan siswa sebagai bekal untuk memasuki
dunia kerja yang sesuai dengan program keahlian masing masing
b. Meningkatkan pengetahuan siswa terhadap aspek aspek :
1) Manajemen dunia usaha
2) Proses kerja dunia usaha : persiapan, pelaksaan dan pelaporan
3) Memberikan kesempatan pada siswa untuk menyesuaikan diri
dengan dunia kerja : ketenagaan kerja, perkembangan IPTEK, dan
kewirausahaan.

1
2

4) Menambah pengetahuan, Wawasan dan masukan mengenai bidang


keperawatan.
5) Memberikan peluang adanya kerja sama antara pihak dunia usaha
dunia industri dengan sekolah baik dari segi teanaga kerja maupun
ilmu atau penemuan baru di bidang keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Ikut Serta dalam melaksnakan pekerjaan yang ada di dunia usaha
a. Mengetahui dan melaksanaan yang terkait dalam bidang pendidikan
dan pelatihan program produktif diantaranya :
1) Konsep dasar tindakan keperawatan
2) Ilmu peyakit umum tumbuh kembang manusia
3) Kebutuhan dasar manusia
4) Laboraturium dasar
5) Komunikasi terapeutik
6) Kesehatan reproduksi
7) Dokumentasi keperawatan
8) Etika keperawatan
9) Farmakologi
10) Anatomi fisiologi
11) Keselamatan kesehatan kerja dan lingkungan hidup ( K3LH )
12) Konsep dasar keperawatan
13) Ilmu kesehatan masyarakat
Disamping Tujuan Khusus yang dapat memberikan masukan bagi siswa, juga
tidak menutup kemungkinan adanya masukan-masukan baru dari pihak dunia
usaha sesuai sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini.
3

C. Manfaaat praktek kerja industri


Untuk diri sendiri:
1. Menambah ilmu pengetahuan dan memperluas wawasan khususnya di
dunia kerja.
2. Bisa menerapkan pengetahuan dan kesehatan dibidang keperawatan
dikehidupan sehari-hari.
3. Memberikan gambaran dunia kerja yang sebenarnya dan pengetahuan
kerja.
Untuk PUSKESMAS :
1. Dapat membantu dalam pelayanan keperawatan.
2. Dapat meringankan tugas keperawatan dipuskesmas.
Untuk Lembaga Pendidikan :
1. Sebagai bahan kajian guna meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan
sekolah sehingga lulusan yang akan datang diharapkan lebih berkualitas.
2. Sebagai acuan bagi siswa/siswi yang akan melakukan prakerin yang akan
datang.

D. Waktu dan tempat pelakasanaan praktek kerja industri


Adapun waktu pelaksanaan Praktek Kerja Industri di PUSKESMAS
Pamarican :
Jadwal:
4

Tabel 1.1 Jadwal Pelaksanaan Praktek Kerja Industri Puskesmas


Pamarican

No Hari/Tanggal Waktu Tempat


1 Kamis, 01April 2021 07.00 – 14.00 WIB
Sabtu, 08April 2021 07.00 – 14.00 WIB REKAM MEDIK

2 Sabtu,03April 2021 07.00 – 14.00 WIB


Senin,12April 2021 07.00 – 14.00 WIB PENGKAJIAN
Sabtu,17April 2021 07.00 – 14.00 WIB AWAL
Jumat,23April 2021 07.00 – 14.00 WIB
3 Senin,05April 2021 07.00 – 14.00 WIB
Kamis,15April 2021 07.00 – 14.00 WIB
Rabu,21April 2021 07.00 – 14.00 WIB TRIAGE
Selasa,27 April 2021 07.00 – 14.00 WIB
4 Selasa,06April 2021 07.00 – 14.00 WIB
Selasa,13April 2021 07.00 – 14.00 WIB
Senin, 19April 2021 07.00 – 14.00 WIB APOTEK
Sabtu,24 April 2021 07.00 – 14.00 WIB
Kamis, 29 April 2021 07.00 – 14.00 WIB
5 Rabu,07April 2021 07.00 – 14.00 WIB
Jumat,09April 2021 07.00 – 14.00 WIB
Sabtu,10April 2021 07.00 – 14.00 WIB PENDAFTARAN
Jumat,16 April 2021 07.00 – 14.00 WIB
Kamis,22 April 2021 07.00 – 14.00 WIB
Rabu,28 April 2021 07.00 – 14.00 WIB
6 Rabu,14April 2021 07.00 – 14.00 WIB
Selasa,20April 2021 07.00 – 14.00 WIB PERAWATAN
Senin,26April 2021 07.00 – 14.00 WIB
Jumat,30 April 2021 07.00 – 14.00 WIB
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Pusat kesehatan masyarakat (PUSKESMAS) adalah salah satu sarana
pelayanan kesehatan masyarakat yang amat pentig di indonesia. Puskesmas
adalah unit pelaksana teknis dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (Depkes RI
2011)
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan
upaya prootif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyrakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. (Permenkes No.75 Tahun 2004)
Secara umum puskesmas adalah suatu unit organisasi fungsional yang
secara profesional melakukan upaya pelayanan kesehatan pokok yang
menggunakan peran serta masyarakat secara aktif untuk dapat memberikan
pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di suatu wilayah
kerja tertentu .

B. Tugas Dan Fungsi puskesmas


1. Tugas Puskesmas
Puskesmas merupakan unit pelaksanaan teknis dinas (UPTD) kesehatan
kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah. Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan
tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan, yang
meliputi Pelayanan Kesehatan Perorang (Private Goods) dan pelayanan
kesehatan masyarakat (Public Goods). Puskesmas melakukan bentuk
usaha pembangunan kesehatan. Jenis pelayanan kesehatan disesuaikan
dengan kemampuan puskesmas,namun terdapat upaya kesehatan wajib
yang harus dilaksanakan oleh Puskesmas ditambah dengan upaya

5
6

kesehatan pengembangan yang disesuaikan dengan permasalahan yang ada


serta kemampuan puskesmas
Upaya-upaya kesehatan wajib tersebut adalah ( Basic Six ):
a. Upaya promosi kesehatan
b. Upaya kesehatan lingkungan
c. Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana
d. Upaya perbaikan gizi masyarakat
e. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
f. Upaya pengobatan
2. Fungsi Puskesmas
Puskesmas diharapkan dapat bertindak sebagai motivator, fasilator, dan
turut serta memantau terselenggaranya proses pembangunan di wilayah
kerja agar berdampak positif terhadap kesehatan masyarakat di wilayah
kerjanya. Fungsi puskesmas sendiri antara lain :
1. Sebagai pusat pengembangan kesehatan masyarakat melalu
pengenalan masalah kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya dan
mengembangkan upaya-upaya kesehatan untuk mengatasi masalah-
masalah kesehatan yang di hadapi .
2. Pusat pembinaan peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam
rangka meningkatan kemampuan sehat secara mandiri.
Pusat pelayanan kesehatan yang diberikan dalam bentuk kegiatan pokok.
C. Sistem pengolaan Puskesmas
Tiga asas pokok pengelolaan puskesmas, yaitu:
 Mengikutsertakan funsi masyarakat
a) Asas ini menjelaskan bahwa untuk mencapai tujuan tiap
kegiatan maka peran serta masyarakat mulai diikut di
ikutsertakan daam kondisi apapun. Pengertian mengikut
sertakan potensi masyarakat dalam melakukan kegiatan-
kegiatan puskesmas, adalah menggali berbagai potensi
masyarakat semikian rupa, sehingga masyarakat dengan
7

kesadaran, kemauan,dan kemampuan sendiri dapat


menyelsaikan berbagai masalah kesehatan yang di hadapinya.
 Melaksanakan Asas Rujukan
a. Sistem Rujukan
1) Rujukan menurut Surat Keputusan (SK) menteri kesehatan
RI No.032/Birhub/72 tahun 1972, yakni melaksanakan
pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap suatu
kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal
(dalam arti dari uit yang berkemampuan kurang kepada
unit yang berkemampuan cukup)
2) Sistem rujukan adalah suatu sistem jaringan pelayanan
kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan
tanggung jawab serta timbal balik atas timbulnya dari suatu
kasus atau masalah kesehatan masyarakat, baik secara
vertikal maupun horizontal , kepada yang lebih kompeten ,
terjangkau, dan dilakukan secara rasional.
b. Jenis rujukan
1) Rujukan medis
Rujukan menyangkut masalah kesehatan masyarakat
yang bersifat konsultasi penderita, untuk keperluan
diagnotic, pengobatan, tindakan operatif, dan lain-lain.
a) Pengiriman bahan (spesimen) untuk pemeriksaan
laboratorium yang lebih lengkap
b) Mendatangkan atau mengirimkan tenaga yang lebih
kompeten atau ahli untuk meningkatkan mutu
pelayanan pengobatan setempat .
a. Rujukan kesehatan
Rujukan menyengkut masalah kesehatan
masyarakat yang bersifat preventif dan promotif ,
antar lain meliputi:
8

a) Survei epidemiologi dan pemberantasan


penyakit atas kejadian luar biasa atau
terjangkitnya penyakit menular
b) Pemberian pangan atas terjadinya kelaparan di
suatu wilayah
c) Penyelidik sebab keracunan , bantuan teknologi
penanggulangan keracunan dan obat – obatan
atas terjadinya keracunan masal .
d) Pemberian makanan,tempat tinggal, dan obat-
obatan untuk pengungsi atas terjadinya bencana
alam.
e) Saran dan teknologi untuk penyediaan air bersih
atas masalah kekurangan air bersih bagi
masyarakat umum.
f) Pemeriksaan spesimen air di laboratorium
kesehatan dan sebagainya .
 Bertanggung jawab penuh atas wilayah kerjanya
Asas kerja inilah yang membedakan puskesmas dan rumah sakit,
karena rumah sakit hanya bertanggung jawab pada pasien yang
berkunjung, tetapi puskesmas harus bertangung jawab untuk setiap
masalah kesehatan yang terjadi di wilayah kerjanya, walaupun
letaknya sangat jauh. selain itu, karena ada asas ini maka puskesmas
dituntut untuk lebih mengutamakan tindakan penyakit dan bukannya
pengobatan, atau dengan kata lain harus aktif terjun di masyarakat
untuk datang ke puskesmas.
D. Asisten Keperawatan
1. Definisi Asisten Keperawatan
Asisten Perawat adalah orang yang bertugas membantu pekerjaan
keperawatan orang yang sakit.
9

2. Fungsi Asisten Perawat


Asisten perawat secara funsional mengelola pelayanan keperawatan di
rumah sakit atau puskesmas. Berupa perlengkapan, peralatan dan tempat
pelayanan kesehatan/keperawatan.
Membantu pengkajian pasien dan perencanaan asuhan:
 Memeriksa dan mencatat tanda-tanda vital.
 Mengukur tinggi badan dan berat badan
 Mengumpulkan spesimen
 Tes urine dan feses
 Mengobsevasi respons pasien terhadap asuhan yang telah di berikan.
Memenuhi kebutuhan nutrisi dan eliminasi, seperti:
 Memeriksa tempat hidangan
 Memberikan makan pasien
 Menyediakan air minum dan makanan kecil
 Membantu eliminasi dengan menggunakan bedpans dan urinal
 Mengosongkan kantong penampungan urine
 Membantu perawatan kolostomi
Membantu masalah mobilitas
 Mengatur dan merubah posisi
 Melakukan latihan rentang gerak (range of motion)
 Memindahkan ke kursi roda atau brankar
 Membantu berjalan
Membantu masalah higene perorangan dan penampilan diri, seperti:
 Memandikan pasien
 Memberikan perawatan kuku dan rambut
 Membersihkan mulut
 Memberikan perawatan gigi
 Membantu berpakaian
10

Kenyamanan dan mengurangi kecemasan, seperti:


 Melindungi privasi pasien dan mempertahankan kerahasiaan
 Menyiapkan kompres hangat dan dingin
 Menggunakan penghalang tempat tidur dengan benar
 Mempertahankan kebersihan ruangan
 Membereskan tempat tidur
 Membersihkan peralatan
Membantu dalam pengelolaan dan efisiensi ruangan, seperti:
 Memindahkan pasien
 Membawa spesimen ke ruang laboratorium
 Membantu prosedur-prosedur khusus
3. Peran Asisten Perawat
Membantu dalam informasi pengkajian pasien dan perencanaan asuhan,
mengevaluasi keadaan dan kebutuhan klien. Asuhan keperawatan
membantu mengimplementasikan asuhan keperawatan secara spesifik atas
instruksi seorang perawat.
BAB III
TINJAUAN UMUM PUSKESMAS

A. Sejarah UPTD Puskesmas Pamarican


UPTD Kesehatan Puskesmas Pamarican,berdiri sejak tahun 1970 dengan
nama klinik atau balai pengobatan bertempat di depan Alun-alun Desa
pamarican, pada tahun 1975 berpindah ke bangunan baru yang berlokasi di
Dusun Angsana Desa Neglasari yang merupakan desa baru (pemekaran
dari Desa Pamarican)sampai dengan sekarang. Adapun wilayah kerja UPT
Kesehatan Puskesmas Pamarican terdiri dari 8 desa yaitu :
1. Desa Pamarican
2. Desa Neglasari
3. Desa Sidamulih
4. Desa Mekarmulya
5. Desa Margajaya
6. Desa Sukajaya
7. Desa Bantarsari , dan
8. Desa Pasirnagara.
Puskesmas Pamarican memiliki jejaring pelayanan kesehatan yang
tersebar di 8 Desa yaitu 3 Puskesmas Pembantu (pustu Sidamulih, pustu
Margajaya dan Pustu Bantarsari) Serta 4 poskesdes (Poskesdes Neglasari,
Posedes Mekarmulya, Poskesdes sukajaya dan Poskesdes Pasirnagara)
Adapun Batas wilayah UPT Kesehatan Puskesmas Pamarican :
 Sebelah utara berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Pataruman
 Sebelah selatan berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Cigayam
 Sebelah barat berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas
Langkaplancar
 Sebelah timur berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Kertahayu

Dalam menjalankan kegiatan menagemen telah beberapa kali pergantian


kepemimpinan, adapun pimpinan tersebut adalah :

11
12

1. Rukman periode : 1975s/d 198 2


2. Maman Juanda periode : 1982 s/d 1982
3. Dr. Hanaji periode : 1982 s/d 1985
4. Dr.Heminingsih periode : 1985 s/d 1987
5. Dr. Herminingsih periode : 1987 s/d 1989
6. Dr. Kusnadi periode : 1989 s/d 1994
7. Dr. Iyun Yudasyah periode : 1994 s/d 1996
8. Dr. Iwan periode :1996 s/d 1998
9. Dr. Roni periode : 1998 s/d 2000
10. Dr. Yudi Heryanto periode :2000 s/d 2002
11. Dr. Anto periode : 2002 s/d 2002
12. H. Gusdianan, SKM. periode : 2002 s/d 2009
13. Andi Suhendi,SKM. periode :2009 s/d 2011
14. H. Ade Suryaman, S.Sos. periode : 2011 s/d 2012
15. Agus Sudarisman,SKM. periode : 2012 s/d 2013

16.Tata Sudianta, SKM.MM periode : 2013 s/d 2020

17.Agus Mulyanto,SKM periode : 2020 s/d sekarang


13

B. VISI , MISI , DAN TUJUAN PUSKESMAS

1. VISI

Dengan iman dan takwa puskesmas Pamarican memberi pelayanan yang


bermutu menuju Pamarican sehat dan mandiri tahun 2022.

2. Misi

 Memberdayakan masyarakat melalui promosi kesehatan .


 Peningkatan kesadaran masyarakat untuk berprilaku hidup sehat bersih
dan sehat
 Pelayanan prima , cepat dan bermutu.
 Pusat rujukan tingkat pertama diwilayah kerja Pamarican .
 Kordinasi lintas program dan lintas sektor

3. TUJUAN PUSKESMAS

1) Tujuan
1. Supaya kualitas layanan kesehatan lebih meningkat namun
masih bisa terjangkau oleh masyarakat
2. Supaya kualitas layanan lebih maksimal sesuai dengan standar
yang ditetapkan
3. Meningkatkan kualitas layanan kepada masyarakat dengan cara
melakukan kerja sama dengan pihak lain baik profesi kesehatan
maupun diluar profisi kesehatan
4. Meningkatan kualitas sarana prasarana kesehatan
5. Supaya masyarakat dapat melaksanakan prilaku hidup bersih
dan sehat secara mandiri
C. Sistem Pengelolaan
1.Unit Rawat Jalan
Unit rawat jalan adalah pelayanan medis kepada seorang pasien untuk
tujuan pengamatan, diagnosa, dan pengobatan, rehabilitas dan pelayanan
14

kesehatan lainnya, tanpa mengharuskan pasien tersebut di rawat inap. Ada


beberapa kegiatan yang dilakukan di depo rawat jalan, sebelum
pemeriksaan. Badan pelayanan yang rutin dilakukan di depo rawat jalan
adalah sebagai berikut :
1) Pendaftaran Puskesmas
Adalah tempat untuk mencatat data sosial atau melakukan pendaftaran
identitas pasien guna mendapatkan pelayanan kesehatan yang di
butuhkan.
2) Rekam Medik
Adalah tempat yang berisikan bekas catatan dan dokumen tentang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lainnya
yang diberikan kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan
3) Vital sign
Adalah tempat pemeriksaan tanda tanda vital meliputi, suhu badan,
respirasi denyut nadi, tekanan darah.
4) Badan permeriksaan
a. Poliklinik Umum
adalah tempat dilakukannya pemeriksaan pasien secara umum
dengan melihat indikasi atau gejala-gejala yang di derita (dikeluhkan)
pasien.

PASIEN DATANG

PEMERIKSAAN

PEMERIKSAAN
OBAT KONSELING
LAB

OBAT

PULANG
15

Alur pelayanan BP umum Puskesmas Pamarican

b. Poli Gigi
Merupakan tempat pelayanan yang bertugas melakukan penanganan
dan perawatan kesehatan gigi serta seleksi terhadap pasien.
c. Kesehatan Ibu dan Anak
merupakan tempat dilakukannya upaya kesehatan yang menyangkut
pelayanan
ManajemenTerpaduBalitaSakit (MTBS).Ruangan ini merupakan tempat
pemeriksaan pasien bayi/balita berupa pemeriksaan
kesehatandanimunisasi.

d. Laboratorium

Ruangan ini merupakan tempat pemeriksaan kesehatan berupa


pengukuran, penetapan dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari
pasien untuk menunjang upaya diagnose penyakit, penyembuhan penyakit
dan pemulihan kesehatan.

f. Gudang obat

Gudang obat atau gudang farmasi merupakan salah satu tempat


penyimpanan sediaan obat untuk pukesmas Pamarican dalam memberi
pengobatan pada pasien.
g. Ruang Konseling
Ruang Konseling merupakan suaturuangan yang mengurus mengenai
gizi, kesehatan lingkungan (Konseling) dan kesehatan remaja di
kalangan masyarakat mengenai status gizi, kesehatan lingkungan dan
kesehatan remaja dan masyarakat.
2. Ruang Unit GawatDarurat (UGD)
Ruang UGD adalah salah satu bagian di Puskesmas Pamarican yang
menyediakan pelayanan awal bagi pasien yang menderita sakit dan
cedera, yang dapat mengancam kelangsungan hidupnya.
16

a. Ruang Tindakan
Ruang tindakan yaitu ruangan yang ditujukan untuk pasien yang
perlu penanganan khusus dan gawat darurat seperti pasien
kecelakaan lalu lintas, luka bakar, dan lainnya.
b. Ruang Observasi
Ruang ini ditujukan untuk pasien UGD setelah dilakukan tindakan
sebelum di pindahkan keruangan rawat inap.
Tugas-tugas yang dilakukan di IGD :
1. Membantu mengukur tanda-tanda vital pasien di rawat inap
2. Membantu tenaga medis untuk:
 Mengobservasi
 Mendiagnosa
 Menangani dan mengobati pasien
3.Unit Rawat Inap
Rawat inap adalah istilah yang berarti proses perawatan pasien oleh tenaga
kesehatan profesional akibat penyakit tertentu, dimana pasien diinapkan di
suatu ruangan puskesmas. Ruang rawat inap adalah ruang tempat pasien di
rawat.
1. Ruang Saffa
Ruangan ini sejajar denganruangan UGD, berhadapan dengan ruang
observasi, dan di khususkan untuk ruang rawat inap anak. Memiliki 3
tempat tidur, memiliki meja kecil disetiap samping tempat tidurnya dan
satu kamar mandi yang berada didalam ruangan.
2. Ruang Marwah
Ruangan ini digunakan untuk pasien rawat inap laki-laki. Terletak di
samping ruangan saffa, memiliki 3 tempat tidurdan meja di setiap
samping tempat tidurnya, dan memiliki 1 kamar mandi.
3. Ruang Arafah
Ruangan ini terletak disamping ruang marwah, digunakan untuk
pasien rawat inap perempuan.Memiliki 3 tempat tidurdan meja kecil
di setiap samping tempat tidurnya, dan memiliki 1 kamar mandi.
17

4. Ruang Laki-Laki
Ruangan ini hanya memiliki satu tempat tidur dan memiliki satu kamar
mandi yang ada di dalamnya. Ruangan ini terletak di samping dapur.

PASIEN

RUANG GAWAT DARURAT

PULANG
LABORATORIUM RAWAT INAP RUJUK

RUMAH SAKIT

YA

PERAWATAN LANJUT

SEMBUH

ADMINISTRASI

PULANG
BAB IV
PEMBAHASAN DAN TUGAS KHUSUS
PENYAKIT ILEUS PARALITIK

A. LAPORAN PENDAHULUAN
1. Definisi Obstruksi Usus
Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun
penyebabnya) aliran normal isi usus sepanjang saluran usus.Obstruksi usus
terdiri dari akut dan kronik, partial atau total.Obstruksi usus biasanya mengenai
kolon sebagai akibat karsinoma dan perkembangannya lambat. Sebagian dasar
dari obstruksi justru mengenai usus halus. Obstruksi total usus halus
merupakan keadaan gawat yang memerlukan diagnosis dini dan tindakan
pembedahan darurat bila penderita ingin tetap hidup. Ada dua tipe obstruksi
yaitu :
a. Mekanis (Ileus Obstruktif)
Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh
peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia stragulata atau
kronis akibat karsinoma yang melingkari. Misalnya intusepsi, tumor polipoid
dan neoplasma stenosis, obstruksi batu empedu, striktura, perlengketan, hernia
dan abses
b. Neurogenik/fungsional (Ileus Paralitik)
Obstruksi yang terjadi karena suplai saraf otonom mengalami paralisis dan
peristaltik usus terhenti sehingga tidak mampu mendorong isi sepanjang usus.
Contohnya amiloidosis, distropi otot, gangguan endokrin seperti diabetes
mellitus, atau gangguan neurologis seperti penyakit parkinson.

2. Ileus Paralitik
Ileus Paralitik adalah istilah gawat abdomen atau gawat perut
menggambarkan keadaan klinis akibat kegawatan di rongga perut yang
biasanya

18
19

timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utama. Keadaan ini


memerlukan penanggulangan segera yang sering berupa tindakan bedah,
misalnya pada obstruksi, perforasi, atau perdarahan massif di rongga perut
maupun saluran cerna, infeksi, obstruksi atau strangulasi saluran cerna dapat
menyebabkan perforasi yang mengakibatkan kontaminasi rongga perut oleh isi
saluran cerna sehingga terjadilah peritonitis. Ileus adalah gangguan pasase isi
usus yang merupakan tanda adanya obstruksi usus akut. Ileus Paralitik adalah
obstruksi yang terjadi karena suplai saraf otonom mengalami paralysis dan
peristaltic usus terhenti sehingga tidak mampu mendorong isi sepanjang usus.
Contohnya amiloidosis, distropi otot, gangguan endokrin seperti diabetes
mellitus, atau gangguan neurologist seperti penyakit Parkinson. Ileus Paralitik
adalah keadaan abdomen akut berupa kembung distensi usus karena usus tidak
dapat bergerak (mengalami motilitas), pasien tidak dapat buang air besar.
Ileus (Ileus Paralitik, Ileus Adinamik) adalah suatu keadaan dimana
pergerakan kontraksi normal dinding usus untuk sementara waktu berhenti.
Ileus adalah suatu kondisi hipomotilitas (kelumpuhan) saluran gastrointestinal
tanpa Pada kondisi klinik sering disebut dengan ileus paralitik. Obstruksi Ileus
adalah gangguan aliran normal isi usus sepanjang saluran usus disertai adanya
obstruksi mekanik pada intestinal.

3. Etiologi Ileus Paralitik


Walaupun predisposisi ileus biasanya terjadi akibat pascabedah abdomen,
tetapi ada faktor predisposisi lain yang mendukung peningkatan resiko
terjadinya ileus, diantaranya (Behm, 2003) sebagai berikut :
1. Sepsis
2. Obat-obatan (misalnya : opioid, antasid, coumarin, amitriptyline,
chlorpromazine)
3. Gangguan elektrolit dan metabolik (misalnya hipokalemia,
hipomagnesemia, hipernatremia, anemia, atau hiposmolalitas)
4. Infark miokard
5. Pneumonia
20

6. Trauma (misalnya : patah tulang iga, cedera spina)


7. Bilier dan ginjal kolik
8. Cedera kepala dan prosedur bedah saraf
9. Inflamasi intra abdomen dan peritonitis
10. Hematoma retroperitoneal.
Ileus pada pasien rawat inap ditemukan pada: (1) proses intraabdominal seperti
pembedahan perut dan saluran cerna atau iritasi dari peritoneal (peritonitis,
pankreatitis, perdarahan); (2) sakit berat seperti pneumonia, gangguan
pernafasan yang memerlukan intubasi, sepsis atau infeksi berat, uremia, dibetes
ketoasidosis, dan ketidakseimbangan elektrolit (hipokalemia, hiperkalsemia,
hipomagnesemia, hipofosfatemia); dan (3) obat-obatan yang mempengaruhi
motilitas usus (opioid, antikolinergik, fenotiazine). Setelah pembedahan, usus
halus biasanya pertama kali yang kembali normal (beberapa jam), diikuti
lambung (24-48 jam) dan kolon (48-72 jam) Ileus terjadi karena hipomotilitas
dari saluran pencernaan tanpa adanya obstruksi usus mekanik. Diduga, otot
dinding usus terganggu dan gagal untukmengangkut isi usus. Kurangnya
tindakan pendorong terkoordinasi menyebabkan akumulasi gas dan cairan
dalam usus. Meskipun ileus disebabkan banyak faktor, keadaan pascaoperasi
adalah keadaan yang paling umum untuk terjadinya ileus. Memang, ileus
merupakan konsekuensi yang diharapkan dari pembedahan perut. Fisiologisnya
ileus kembali normal spontan dalam 2-3 hari, setelah motilitas sigmoid kembali
normal. Ileus yang berlangsung selama lebih dari 3 hari setelah operasi dapat
disebut ileus adynamic atau ileus paralitik pascaoperasi. Sering, ileus terjadi
setelah operasi intraperitoneal, tetapi mungkin juga terjadi setelah pembedahan
retroperitoneal dan extra-abdominal. Durasi terpanjang dari ileus tercatat
terjadi setelah pembedahan kolon. Laparoskopi reseksi usus dikaitkan dengan
jangka waktu yang lebih singkat daripada reseksi kolon ileus terbuka.
Konsekuensi klinis ileus pasca operasi dapat mendalam. Pasien dengan ileus
merasa tidak nyaman dan sakit, dan akan meningkatkan risiko komplikasi
paru. Ileus juga meningkatkan katabolisme karena gizi buruk. Secara
keseluruhan,
21

ileus meningkatkan biaya perawatan medis karena memperpanjang rawat inap


di rumah sakit. Penyakit/keadaan diklasifikasikan seperti yang tercantum
dibawah ini:
1. Neurogenik. Pasca operasi, kerusakan medulla spinalis, keracunan ureter,
iritasi persarafan splanknikus, pankreatitis.
2. Metabolik. Gangguan keseimbangan elektrolit (terutama hipokalemia),
uremia, komplikasi DM, penyakit sistemik seperti SLE, sklerosis multiple
3. Obat-obatan. Narkotik, antikolinergik, katekolamin, fenotiazin,
antihistamin.
4. Infeksi/ inflamasi. Pneumonia, empiema, peritonitis, infeksi sistemik beratn
yang menimbulkan ileus paralik lainnya.
5. Iskemia Usus

4. Patofisiologi Ileus Paralitik


Patofisiologi dari ileus paralitik merupakan manifestasi dari terangsangnya
sistem saraf simpatis dimana dapat menghambat aktivitas dalam traktus
gastrointestinal, menimbulkan banyak efek yang berlawanan dengan yang
ditimbulkan oleh sistem parasimpatis. Sistem simpatis menghasilkan
pengaruhnya melalui dua cara : pada tahap yang kecil melalui pengaruh
langsung norepineprin pada otot polos (kecuali muskularis mukosa, dimana ia
merangsangnya), dan pada tahap yang besar melalui pengaruh inhibitorik dari
noreepineprin’ik dapat menghambat pergerakan makanan melalui traktus
gastrointestinal. Hambatan pada sistem saraf parasimpatis di dalam sistem saraf
enterik akan menyebabkan terhambatnya pergerakan makanan pada traktus
gastrointestinal, namun tidak semua pleksus mienterikus yang dipersarafi serat
saraf parasimpatis bersifat eksitatorik, beberapa neuron bersifat inhibitorik,
ujung seratnya mensekresikan suatu transmitter inhibitor, kemungkinan peptide
intestinal vasoaktif dan beberapa peptide lainnya.
Peristiwa patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama,
tanpa memandang apakah obstruksi tersebut diakibatkan oleh penyebab
mekanik
22

atau fungsional. Perbedaan utama adalah obstruksi paralitik dimana peristaltic


dihambat dari permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanik peristaltik
mulamula diperkuat, kemudian intermitten, dan akhirnya hilang. Perubahan
patofisiologi utama pada obstruksi usus adalah lumen usus yang tersumbat
secara progresif akan tergang oleh cairan dan gas (70% dari gas yang ditelan)
akibat peningkatan tekanan intralumen, yang menurunkan pengaliran air dan
natrium dari lumen ke darah. Oleh karena sekitar 8 liter cairan diekskresikan ke
dalam saluran cerna setiap hari ke sepuluh. Tidak adanya absorbs dapat
mengakibatkan penimbunan intralumen dengan cepat. Muntah dan penyedotan
usus setelah pengobatan dimulai merupakan sumber kehilangan utama cairan
dan elektrolik Pengaruh atas kehilangan ini adalah penyempitan ruang cairan
ekstrasel yang mengakibatkan syok-hipotensi, pengurangan curah jantung,
penurunan perfusi jaringan dan asidosis metabolik. Peregangan usus yang terus
menerus mengakibatkan lingkaran setan penurunan absorbs cairan dan
peningkatan sekresi cairan ke dalam usus. Efek local peregangan usus adalah
iskemia akibat distensi dan peningkatan permeabilitas akibat nekrosis, disertai
absorbsi toksin-toksin. bakteri kedalam rongga peritoneum dan sirkulasi
sistemik untuk menyebabkan bakteriemia.
Pada obstruksi mekanik simple, hambatan pasase muncul tanpa disertai
gangguan vaskuler dan neurologic. Makanan dan cairan yang ditelan, sekresi
usus, dan udara terkumpul dalam jumlah yang banyak jika obstruksinya
komplit. Bagian usus proksimal distensi, dan bagian distal kolaps. Fungsi
sekresi dan absorbs membrane mukosa usus menurun, dan dinding usus
menjadi edema dan kongesti. Distensi intestinal yang berat, dengan sendirinya
secara terus menerus dan progresif akan mengacaukan peristaltic dan fungsi
sekresi mukosa dan meningkatkan resiko dehidrasi, iskemia, nekrosis,
perforasi, peritonitis, dan kematian
Illeus

23
5. Manifestasi Klinis Ileus Paralitik
Pasien ileus paralitik akan mengeluh perutnya kembung (abdominal distention),
anoreksia, mual dan obstipasi. Muntah mungkin ada, mungkin pula tidak ada.
Keluhan perut kembung pada ileus paralitik ini perlu dibedakan dengan keluhan
perut kembung pada ileus obstruksi. Pasien ileus paralitik mempunyai keluhan perut
kembung, tidak disertai nyeri kolik abdomen yang paroksismal. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan adanya distensi abdomen, perkusi timpani dengan bising usus yang
lemah dan jarang bahkan dapat tidak terdengar sama sekali. Pada palpasi, pasien
hanya menyatakan perasaan tidak enak pada perutnya. Tidak ditemukan adanya
reaksi peritoneal (nyeri tekan dan nyeri lepas negatif). Apabila penyakit primernya
peritonitis, manifestasi klinis yang ditemukan adalah gambaran peritonitis. Gejala
klinis :
1. Distensi yang hebat tanpa rasa nyeri (kolik)
2. Mual dan mutah
3. Tak dapat defekasi dan flatus, sedikitnya 24 – 48 jam
4. Pada palpasi ringan perut, ada nyeri ringan, tanpa defans muskuler
5. Bising usus menghilang
6. Gambaran radiologis : semua usus menggembung berisi udara

6. Komplikasi Ileus Paralitik


1. Nekrosis usus.
2. Perforasi usus dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi terlalu lama pada
organ intra abdomen.
3. Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium sehingga terjadi
peradangan atau infeksi yang hebat pada intra abdomen.
4. Sepsis infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik
dancepat.
5. Syok dehidrasi terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma.
6. Abses sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi.
7. Pneumonia aspirasi dari proses muntah.
8. Gangguan elektrolit, refluk muntah dapat terjadi akibat distensi abdomen.
Muntah mengakibatkan kehilangan ion hidrogen dan kalium dari lambung,
serta menimbulkan penurunan klorida dan kalium dalam darah.
7. Pemeriksaan Penunjang Ileus Paralitik
1. Pemeriksaan radiologi
a. Foto polos abdomen 3 posisi
Dengan posisi terlentang dan tegak (lateral dekubitus) memperlihatkan dilatasi
lengkung usus halus disertai adanya batas antara air dan udara atau gas (air-fluid
level) yang membentuk pola bagaikan tangga, posisi setengah duduk untuk melihat
Gambaran udara cairan dalam usus atau di luar usus, misalnya pada abses,
Gambaran udara bebas di bawah diafragma, Gambaran cairan di rongga pelvis atau
abdomen bawah.
b. Pemeriksaan radiologi dengan Barium Enema
Mempunyai suatu peran terbatas pada pasien dengan obstruksi usus halus. Pengujian
Enema Barium terutama sekali bermanfaat jika suatu obstruksi letak rendah yang
tidak dapat pada pemeriksaan foto polos abdomen. Pada anak-anak dengan
intussuscepsi, pemeriksaan enema barium tidak hanya sebagai diagnostik tetapi juga
mungkin sebagai terapi.
c. CT–Scan.
Pemeriksaan ini dikerjakan jika secara klinis dan foto polos abdomen dicurigai adanya
strangulasi. CT–Scan akan mempertunjukkan secara lebih teliti adanya kelainan-
kelainan dinding usus, mesenterikus, dan peritoneum. CT–Scan harus dilakukan
dengan memasukkan zat kontras kedalam pembuluh darah. Pada pemeriksaan ini
dapat diketahui derajat dan lokasi dari obstruksi.
d. USG
Pemeriksaan ini akan mempertunjukkan gambaran dan penyebab dari obstruksi
d. MRI
Walaupun pemeriksaan ini dapat digunakan, tetapi tehnik dan kontras yang ada
sekarang ini belum secara penuh mapan. Teknik ini digunakan untuk mengevaluasi
iskemia mesenterik kronis.
e. Angiografi
Angiografi mesenterik superior telah digunakan untuk mendiagnosis adanya herniasi
internal, intussuscepsi, volvulus, malrotation, dan adhesi.
3. Pemeriksaan laboratorium
Leukositosis mungkin menunjukkan adanya strangulasi, pada urinalisa mungkin
menunjukkan dehidrasi. Analisa gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau
alkalosis metabolic.
8. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1. Identitas
Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin,
agama, suku dan gaya hidup.
2. Riwayat Kesehatan
 Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien pada
saat dikaji. Pada umumnya akan ditemukan klien merasakan
nyeri pada abdomennya biasanya terus menerus, demam,
nyeri tekan dan nyeri lepas, abdomen tegang dan kaku.
 Riwayat kesehatan sekarang
Mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien mencari
pertolongan, dikaji dengan menggunakan pendekatan
PQRST :
P : Apa yang menyebabkan timbulnya keluhan.
Q : Bagaiman keluhan dirasakan oleh klien, apakah
hilang, timbul atau terus- menerus (menetap).
R : Di daerah mana gejala dirasakan
S : Keparahan yang dirasakan klien dengan memakai
skala numeric 1 s/d 10.
T : Kapan keluhan timbul, sekaligus factor yang
memperberat dan memperingan keluhan.
 Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien sebelumnya pernah mengalami penyakit pada
sistem pencernaan, atau adanya riwayat operasi pada sistem
pencernaan.
 Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit
yang sama dengan klien.
3. Pemeriksaan fisik
 Status kesehatan umum
Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, bagaimana penampilan
pasien secara umum, ekspresi wajah pasien selama dilakukan
anamnesa, sikap dan perilaku pasien terhadap petugas,
bagaimana mood pasien.
 Sistem pernafasan
Peningkatan frekuensi napas, napas pendek dan dangkal
 Sistem kardiovaskuler
Takikardi, pucat, hipotensi (tanda syok)
 Sistem persarafan
Tidak ada gangguan pada sistem persyarafan
 Sistem perkemihan
Retensio urine akibat tekanan distensi abdomen,
anuria/oliguria, jika syok hipovolemik
 Sistem pencernaan
Distensi abdomen, muntah, bising usus meningkat, lemah
atau tidak ada, ketidakmampuan defekasi dan flatus.
 Sistem muskuloskeletal
Kelelahan, kesulitan ambulansi
 Sistem integumen
Turgor kulit buruk, membran mukosa pecah-pecah (syok)
 Sistem endokrin
Tidak ada gangguan pada sistem endokrin
 Sistem reproduksi
Tidak ada gangguan pada sistem reproduksi
b. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan distensi abdomen
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan gangguan absorbsi nutrisi.
3. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
4. Resiko infeksi berhubungan dengan perforasi dinding usus.
B. Laporan Khusus

a. Identitas Klien

1. Nama : Tn. A

2. Umur : 57 Tahun

3. Jenis kelamin : Laki-Laki

4. Agama : Islam

5. Pendidikan :Tamat SMA/Sederajat

6. Pekerjaan :Buruh

7. Suku dan Bangsa : Indonesia

8. Tanggal masuk puskesmas : 22 April 2021

9. Diagnosa Medis : Ileus Paralitik

10. Alamat :Cibenda

b. Identitas Penanggung Jawab

1. Nama :Tn. F

2. Umur : 30 Tahun

3. Agama : Islam

4. Pendidikan : Tamat SMK/Sederajat

5. Pekerjaan : Buruh Harian Lepas

6. Hubungan dengan klien : Anak klien

7. Alamat : Cibenda
C. Riwayat Penyakit

1. Keluhan Utama : Sakit Ulu Hati, Melilit, Perut Kembung, Flatus (-)

2. Riwayat Penyakit Sekarang : Klien datang dengan keluhan Sakit Ulu Hati, Melilit,
Perut Kembung, Flatus (-)

3. Riwayat Penyakit Dahulu : Klien tidak pernah mengalami sakit seperti ini
sebelumnya.

4. Riwayat Penyakit Keluarga : Klien mengatakan bahwa tidak ada Riwayat penyakit
yang sama seperti.
5. Data Genogram :
2. Riwayat Aktivitas DailyLiving

Table4.3 Riwayat Aktivitas Daily Living

Kebutuhan Sebelum Sakit Sesudah Sakit

Nutrisi

a. Berat badan/Tinggi badan 70 Kg Tidak tahu

b. Diet Tidak ada Tidak ada

•kemampuan Tidak ada Tidak ada

•Mengunyah Baik Tidak tahu

•Menenlan Baik Tidak tahu

•Bantuan total/sebagian Mandiri Baik

c. frekuensi Habis 1 porsi Tidak tahu

d. porsi makan 3x1 hari Tidak tahu

e. Alergi Makanan Tidak tahu Tidak tahu

f. makanan yang di sukai Tidak ada Tidak tahu

Cairan

a Intake

 ORAL
• jenis
Air putih Air putih
• jumlah CC / hari
1600 cc / hari 1000 cc / hari
• Bantuan total/
sebagaian
 Intravena Tidak ada Sebagian
• Jenis

• Jumlah cc / hari
Tidak ada Asering

Tidak ada Tidak ada

Eliminasi

a BAB

 Frekuensi 1x sehari Tidak ada


 Konsistensi
Padat Tidak ada
 Warna
 Keluhan Kuning Tidak ada
 Bantuan total/sebagai
Tidak ada Tidak ada
b BAK
Sering 1 kali
 Frekuensi
 Konsistensi Cair Cair
 Warna
Putih Kuning
 Bantuan total/ sebagai
Tidak ada Sebagian

Istirahat dan tidur

 Lama tidur 4-5 jam 4 jam


 Kesulitan memulai
Tidak ada Tidak ada
tidur
 Gangguan tidur
 Kebiasaan memulai
Tidak ada Tidak ada
tidur
Berdoa Berdoa

Personal hygien
a mandi

 Frekuensi 2x sehari Belum


 Bantuan total/ sebagai
Tidak ada Tidak ada
b.Kebiasaan mandi
2x sehari Belum gosok gigi
c. Gosok gigi
3x sehari Belum
d. Cuci rambut
1x/Minggu Belum
e. Gunting kuku
2x sehari Belum
f. Ganti pakaian

Aktivitas

a. Aktivitas Tidak ada Tidak ada

b. Olahraga Jarang Tidak ada

1. Data psikologis

1. Status emosi : emosi klien tampak stabil

2. Kecemasan : klien tampak sedikit cemas

3. Pola koping : klien mengatakan menyerahkan sepenuhnya Kepada tim medis tentang
kondisi penyakitnya. Dalam mengatasi masalah klien sering meminta
bantuan orang lain.

4. Gaya komunikasi :klien bisa berkomunikasi dengan baik

5. Konsep diri

a. Gambaran diri : klien tampak sadar dalam menerima sakit yang diderita.

b. Harga diri : klien ingin cepat pulang agar dapat berkumpul kembali dengan
keluarga.

c. Peran :Klien adalah seorang istri dan mempunyai 1 anak

d. Identitas Klien : klien berjenis kelamin laki-laki, klien merasa tidak berdaya
e. Identitas diri : kain dapat berinteraksi dengan perawat

f. Data Sosial : Klien mengatakan ingin cepat sembuh agar bisa beraktivitas
seperti biasa.

1. Data sosial

Hubungan klien dengan keluarga dan lingkungan sangat baik, terlihat klien sangat akrab
dengan keluarga dan lingkungan, komunikasi pasien dengan perawat dan dokter sangat baik.

2. Data spiritual

Klien beragama Islam dan setiap hari berdoa untuk kesembuhannya.

3. Pemeriksaan Fisik

a. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Respirasi : 22x/menit
Suhu : 36,3°C

b. kondisi umum : pasien terlihat lemas

c. Kesadaran : Compos medis

a. Therapy

a. Obat Oral : Neurobion, Omeprazol

b. Obat Infuse : Infus Asering


C.Analisa data

Table 4.4Analisa data Penyakit Gastroenteritis

Data Etiologi Masalah

Ds : Pasien Nyeri berhubungan Abdomen sekunder terhadap


mengatakan sakit ulu dengan distensi distensi dinding usus.
hati, melilit, perut abdomen.
kembung, flatus.

T : 130/90

N : 96

R : 22x/menit

S : 36,3

1.Diagnosa Keperawatan

1. Setelah melakukan pengkajian dan analisis data pasien di diagnose nyeri berhubungan
dengan distensi abdomen

2.Intervensi Keperawatan

Table 4.5Intervensi keperawatan penyakit Gastroenteritis

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

Nyeri akut Setelah dilakukan 1. dianjurkan 1. punya efek


tindakan 1 x 24 untuk minum meningkatkan
jam diharapkan sedikit tapi sering metabolisme
keadaan membaik 2.mengobservasi
2 .kontrol tanda-
tanda-tanda vital
tanda vital
klien untuk
3.kolaborasi mengetahui
dalam pemberian perkembangan
terapi kesehatan klien
3.untuk
meringankan
gejala yang
timbul pada
pasien.

3.Implementasi keperawatan

Table 4.6 Implementasi keperawatan penyakit gastreonteritis

No Diagnosa Intervensi Implementas Evaluasi


i

1 Nyeri akut Lakukan -Pemeriksaan S. Klien mengatakan ulu


berhubungan pengkajian nyeri tanda-tanda hati, melilit, perut kembung.
dengan kram secara vital meliputi
komprehensif O. klien tampak sangat
abdomen suhu, nadi,
termasuk lokasi, lemas.
sekunder karakteristik, respirasi,
terhadap durasi, frekuensi, spo2. A. nyeri akut dengan
distensi kualitas dan abdomen
dinding usus. faktor presipitasi -Atur posisi
 Observasi pasien P:
reaksi nonverbal senyaman
dari mungkin I. observasi tanda-
ketidaknyamanan dengan posisi tanda vital klien
 Bantu pasien tidur kepala II. berkolaborasi
dan keluarga lebih tinggi. dengan doctor
untuk mencari bila terjadi
dan -Mencatat melilit
menemukan intik dan
dukungan
output cairan.
 Kontrol
lingkungan yang
dapat
mempengaruhi
nyeri seperti
suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
 Kurangi faktor
presipitasi nyeri.

4.Catatan perkembangan

Table 4.7 Catatan Perkembangan

No Diagnosa Catatan Perkembangan Paraf

1 Nyeri akut 1. melakukan pengkajian nyeri secara


berhubungan komprehensif termasuk lokasi,
dengan kram karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
abdomen faktor presipitasi
sekunder 2. Mengobservasi reaksi nonverbal dari
terhadap ketidaknyamanan
distensi 3. Membantu pasien dan keluarga untuk
dinding mencari dan menemukan dukungan
usus. 4. Mengkontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi
5. nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan
dan kebisingan
6. Mengurangi faktor presipitasi nyeri
7. Mengkaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
8. Mengajarkan tentang teknik non
farmakologi: napas dala, relaksasi,
distraksi, kompres hangat/ dingin
9. Memberikan analgetik untuk mengurangi
nyeri
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
Dengan mengikuti kegiatan Prakerin di Puskesmas Pamarican, penulis dapat
mempelajari, memahami, memberikan asuhan perawatan dan menambah wawasan
serta pengalaman terhadap pengelolaan Klien dengan penyakit Ileus Paralitik.
2. Saran
Setelah saya melakukan asuhan keperawatan pada pasien Ileus Paralitik, saya
memberikan asuhan dan masukan yang positif khususnya dibidang kesehatan antara
lain:
a. Bagi institusi pelayanan kesehatan (PUSKESMAS)
Hal ini diharapkan puskesmas dapat memberikan pelayanan kesehatan dan
mempertahankan hubungan kerjasama baik antara tim kesehatan maupun pasien,
sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang optimal
pada umumnya dan pada pasien Ileus Paralitik khususnya, juga diharapkan
puskesmas pamarican mampu menyediakan fasilitas serta sarana prasarana yang
dapat mendukung kesembuhan pasien.
b. Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat
Diharapkan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan lainnya dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien agar lebih maksimal. Perawat
diharapkan dapat memberikan pelayanan profesional dan komprehensif.
c. Bagi institusi pendidikan
Dapat meningkatkan mutu pelayanan yang lebih berkualitas dan profesional
sehingga dapat tercipta perawat profesional,terampil, dan inovatif sesuai kode
etik keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

a). Sumber Buku


 Buku Panduan Harian Praktek Kerja Industri
 Jurnal Harian Siswa Praktek Kerja Industri

b). Sumber Website


1. http://www.eprints.ums.ac.id Ileus Paralitik menurut para ahli
2. https://www.alodokter.com Tanda dan gejala penyakit Ileus Paralitik
3. https://www.repo.stikesperintis.ac.id Asuhan keperawatan

39

Anda mungkin juga menyukai