SUKRIYAH BUWARDA
P2700212003
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
ii
Tesis
Program Studi
Teknik Elektro
SUKRIYAH BUWARDA
kepada
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
iii
TESIS
SUKRIYAH BUWARDA
Menyetujui
Komisi Penasihat,
Makassar,
Yang menyatakan
Sukriyah Buwarda
v
TIM PENILAI
(Ketua)
(Sekretaris)
3. Dr.Eng.Ir. Dewiani MT
(Anggota)
(Anggota)
(Anggota)
vi
PRAKATA
Segala puji bagi Allah Rabbul Izzah Tuhan semesta alam karena
KOMPUTASI BERGERAK“.
Tantangan yang datang silih berganti adalah hal yang lumrah justru
menjadi hal yang mendukung pematangan hati dan pikiran. Kegalauan hati
Penulis yakin bahwa semua takkan teraih tanpa doa dan restu dari kedua
vii
orang tua Ayahanda Drs. Mansyur B & Ibunda Silohari Muhajji. Allah
penyelesaian tesis ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai
pihak dan pada kesempatan ini kami menghaturkan terima kasih yang
petunjuk yang sangat berharga dalam menyelesaikan tesis ini, serta tim
usaha yang telah dipersembahkan sepenuh hati dengan tulus ikhlas tidak
akademis.
ABSTRAK
ABSTRACT
This study examines the compatibility of an antenna system that uses radio
frequency standardized 802.11a which operates at a frequency of 5.8 GHz and 802.11b,
802.11g and 802.11n operating at a frequency of 2.4 GHz based on standards issued by
the standardization of IEEE (Institute of Electrical and Electronics Engineers) . The antenna
is designed using the software Ansoft HFSS (High Frequency Structural Simulator) V.13-
type antenna stripmikro. Stripmikro antenna that has been designed substrate made of FR-
4 Epoxy dielectric with relative permitifitas (Ɛr = 4.4) and thickness (h = 1.6 mm) with
structures radiating patch and groundplane elements of material PEC (Perfect Electric
Conductor) with relative permitifitas (Ɛr = 1). Feeding technique used is a coaxial probe
feeding using a 50 Ω SMA Connector. Smart antenna systems and environmentally friendly
prototype is obtained by integrating the antenna with RF control circuit (LNA MAX 2611,
MAX 2015 RF Detector, RF Detector MAX 2815, Op-Amp LM385) and a control algorithm
which is controlled using a microcontroller ATmega16 using the C programming language
(language-C) the AVR Basic Compiler (BASCOM-AVR). Integrated system powered by
solar energy from the solar cell panel 10 with supply voltage of 5 Volts DC.
The simulation results on the design of the software Ansoft HFSS V.13 fabrication
has been done using the material in accordance with simulations and testing has been
carried out to assess the performance of the antenna system has been created. The
results of simulations and measurements showed no significant differences. The antenna
can be used on both the 802.11a frequency standard at 5.8 GHz frequency at the resonant
frequency of 5.50 GHz to 5.95 GHz with a bandwidth of 450 MHz, the minimum reflection
coefficient S11 at -13 dB, and the frequency standard 802.11b, 802.11g, and 802.11n at a
frequency of 2.4 GHz at the resonant frequency of 2:51 to 2:59 GHz GHz with a bandwidth
of 80 MHz, the minimum reflection coefficient S11 at -38 dB.
DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA...………………………………………………….…... . vi
ABSTRAK…...………………………………………………....… viii
ABSTRACT ……………………………………………………… ix
BAB I. PENDAHULUAN
1. Pola Radiasi……………………………………………… 8
2. Lebar Beam………………………………………………. 11
3. Penguatan………………………………………………… 12
4. Keterarahan……………………………………………….. 13
5. Lebar Pita…………………………………………………. 14
6. Polarisasi…………………………………………………... 16
7. Impedansi Input………………………………………….... 18
8. VSWR………………………………………………………. 19
3. Teknik Feeding…………………………………………….. 32
E. Mikrokontroller………………………………………………. 46
F. Solar Cell…………………………………………………….. 47
G. Roadmap Penelitian………………………………………. 49
xii
H. Kerangka konseptual…………………………………..…. 51
A. Kesimpulan………………………………….. …………… 89
B. Saran………………………………. ………………...…… 89
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.20: Prinsip kerja switched beam dari antena cerdas .............. 41
Gambar 4.2 : Grafik koefisien refleksi S11 antena microstrip pada software
Ansoft HFSS v13……………………………….................. 80
Gambar 4.3 : Grafik VSWR antena microstrip pada software Ansoft HFSS
v.13……………………………………………………………. 82
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
semakin canggih, desain yang compact, dimensi yang kecil, long life
Wireless Local Area Network (WLAN) atau Wireless Fidelity (Wifi) yang
perangkat nirkabel dan jaringan area local (LAN), namun saat ini lebih
untuk jaringan nirkabel, cakupan yang bisa mencapai jarak yang jauh
2
dengan redaman yang kecil atau penguatan yang besar dan efisiensi yang
tinggi, kebutuhan bandwidth yang lebar dan bisa bekerja pada beberapa
Wi-Fi yang lebih dikenal dengan standar 802.11. Beberapa spesifikasi yang
telah ada yaitu 802.11a yang bekerja pada frekuensi 5.8 GHz, sedangkan
802.11b, 802.11g dan 802.11n yang bekerja pada frekuensi 2.4 GHz (Ditjen
Postel, 2005).
standar 802.11b, 802.11g dan 802.11n yang bekerja pada frekuensi 2.4
yang bekerja pada frekuensi 5.8 GHz khususnya antena yang digunakan.
pengirim dan penerima. Untuk kedua sistem yang akan saling berintegrasi
tersebut, akan dibuatkan sebuah antena yang dapat bekerja pada kedua
pita frekuensi 2.4 GHz dan 5.8 GHz dengan memanfaatkan kelebihan
sistem antena cerdas yang dapat bekerja pada beberapa pita frekuensi.
Adapun antena yang akan dirancang pada tesis ini bertajuk “Sistem
dua band frekuensi yaitu 2.4 GHz dan 5.8 GHz, diperuntukkan pada
karena itu sistem yang akan dirancang mengusung salah satu syarat
lingkungan, dalam hal ini digunakan solar energi dari solar panel sebagai
B. Rumusan Masalah
pada dua pita frekuensi yaitu 2.4 GHz dan 5.8 GHz.
ramah lingkungan
4
(S11), dan pola radiasi terhadap unjuk kerja antena hasil fabrikasi.
C. Tujuan Penelitian
aplikasi komunikasi bergerak pada frekuensi 2.4 GHz dan 5.8 GHz.
komunikasi bergerak
D. Manfaat Penelitian
jaringan komputasi bergerak pada frekuensi 2.4 GHz dan 5.8 GHz,
perancangan sistem antena cerdas ini dapat digunakan untuk uji coba
umumnya.
E. Batasan Masalah
antena cerdas, maka untuk menentukan arah studi terkait antena ini, akan
bergerak dengan pita frekuensi operasi pada 2.4 GHz dan 5.8
GHz
radiasi
6
F. Sistematika Penulisan
Laporan tesis ini terbagi atas 5 (lima) bab dan dijabarkan sebagai
berikut:
diteliti.
datang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
(Balanis, 2005).
sinyal RF lebih ke satu arah dari pada arah yang lain. (Miligan, 2005).
kemudian muncul terutama dalam hal control daya, interferensi, fading, dan
time baterai, serta desain perangkat yang lebih compact. (Zooghby, 2005).
A. Parameter Antena
antena menurut IEEE Standard Definition of Terms for Antennas (IEEE Std
145-1983 yang penting untuk diketahui yaitu pola radiasi, lebar beam,
antena yaitu Voltage Standing Wave Ratio (VSWR), dan koefisien refleksi
1. Pola radiasi
grafis dari sifat radiasi antena sebagai fungsi dari koordinat ruang. Sering
kali, pola radiasi ditentukan pada daerah far field dan direpresentasikan
(H Plane) adalah bidang azimut yang merupakan vektor medan magnet dan
Main lobe (disebut juga main beam) didefinisikan sebagai lobe yang
mengandung arah dari radiasi maksimum. Minor lobe adalah lobe apa saja
selain major lobe. Side lobe adalah lobe pada beberapa arah selain lobe
yang diinginkan. Back lobe adalah lobe yang sumbunya terletak kira – kira
memisahkan dua titik setengah daya pada pancaran utama dari pola
yaitu reactive near field, radiating near field (Fresnel), dan far field
dari bidang suatu antena antara daerah reactive near field dan daerah far
field dimana bidang radiasi menonjol dan dimana distribusi bidang siku –
siku bergantung pada jarak dari antena. Daerah far field (Fraunhofer)
bidang siku – siku pada dasarnya tidak bergantung pada jarak dari suatu
2. Lebar beam
sudut pemisahan antara dua titik yang sama dengan sisi yang berlawanan
dari pola maksimum. Salah satu lebar beam (beamwidth) yang digunakan
bahwa pada suatu bidang yang mengandung arah dari beam maksimum,
sudut antara dua arah yang intensitas radiasinya setengah dari nilai beam.
titik pertama dari pola yang disebut First Null Beamwidth (FNBW). Dalam
(Balanis, 2005)
12
3. Penguatan
numerik yaitu berupa perbandingan daya antena yang diukur (Pt) dengan
…………………………………….………….. (2.1)
…………..………………………....… (2.2)
4. Keterarahan
radiasi suatu antena pada arah tertentu dengan intensitas radiasi rata-rata
input menjadi daya radiasi. Dan hal ini tidak mungkin terjadi karena adanya
losses pada daya input. Bagian daya input (Pin) yang tidak muncul sebagai
daya radiasi diserap oleh antena dan struktur yang dekat dengannya.
…………………………………….…………...…… (2.3)
Jika arah tidak ditentukan, maka secara tidak langsung arah dari
………………..…(2.4)
ruang)
ruang)
5. Lebar pita
frekuensi tertentu. Distribusi arus dan impedansi dari antena pada range
sehingga masih sesuai dengan pola radiasi yang direncanakan dan VSWR
……………………………………………..………(2.5)
sebagai berikut :
15
………………………….….……..……(2.6)
dalam level yang dapat diterima di sekitar pusat frekuensi. (Zooghby, 2005).
…………………………………..…….........(2.7)
persamaan berikut :
…………………………...………..…… (2.8)
6. Polarisasi
16
magnitude relatif dari vektor medan listrik (E) sebagai fungsi waktu pada
titik tertentu pada suatu bidang perambatan. Ada beberapa jenis polarisasi
right hand polarize dan jika vektornya berputar searah jarum jam
ellipse. Untuk melihat perbedaan dari beberapa pola radiasi tersebut dapat
z
x
z
x
z
x
7. Impedansi input
arus pada titik tersebut. Impedansi input selain ditentukan oleh letak titik
catu antena, juga dipengaruhi oleh antena lain atau benda-benda yang
dinyatakan dalam bentuk kompleks yang memiliki bagian real dan bagian
19
daya yang diradiasikan oleh antena pada medan jauh. Sedangkan bagian
…………………………………….…….…… (2.9)
Kondisi yang paling baik adalah ketika VSWR bernilai 1 (S=1) yang
berarti tidak ada refleksi ketika saluran dalam keadaan matching sempurna.
Namun kondisi ini pada praktiknya sulit untuk didapatkan. Oleh karena itu
nilai standar VSWR yang diijinkan untuk fabrikasi antena adalah VSWR ≤ 2.
Praktiknya suatu VSWR 1.2 : 1 adalah yang terbaik. Pada VSWR 2.0, kira-
kira 10% dari daya dipantulkan kembali ke sumber. Tingginya VSWR tidak
hanya berarti daya terbuang, tetapi juga daya yang dipantulkan akan
yang ditransferkan dicapai ketika impedansi input antena Zin cocok dengan
…………………………………………..….………… (2.10)
gelombang berdiri atau VSWR. VSWR pada dasarnya adalah ukuran tidak
……………………………………….………… (2.11)
……………………………………….……… (2.12)
B. Antena Microstrip
21
dikembangkan oleh Munson dan Howell pada tahun 1970 . Struktur dasar
dari sebuah antena microstrip dapat dilihat pada Gambar 2.10 berikut
(Waterhouse, 2003):
(a) (b)
terbuat dari tembaga yang dicetak tipis pada dasar dielektrik yang
kapal dengan sistem satelitnya (untuk sistem navigasi), Global System for
radar, dan paling banyak digunakan yaitu pada Global Positioning System
(GPS) .
22
2003).
yang tersimpan pada bahan tersebut jika diberi sebuah potensial relatif
23
Udara 1
Copper 1
RT/Duroid ™ 5880 2.2
FR4-Epoxy 4.4
Silicone – Nitrate 7
Mica 5.7
PEC 1
Alumina 9.4
Silicon 11.9
Gallium Arsenide 12.9
Roger 3210 10.2
bahan yang paling banyak digunakan untuk membuat Printed Circuit Board
(PCB). Harga FR4-Epoxy yang murah dan memiliki sifat mekanik yang baik
dengan permitivitas relatif 2.2, dan loss tangent 0.0012. Material ini dapat
24
substrat yang sama, dapat dibuat pelat yang digunakan untuk personal
dkk, 2003). Walaupun lebar pita (bandwidth) yang dihasilkan relatif lebih
yang sesuai dengan model desain yang dibuat. (Chen dkk, 1997).
patch dan tebal dielektrik. Ukuran dari dielektrik sangat kecil sebanding
dengan panjang gelombang. Oleh karena itu, patch antena ditujukan untuk
25
dua hal, yaitu untuk distribusi arus dan tegangan pada patch, serta
finite ground plane tidak terhindarkan dari efek back lobe, sebaliknya pada
infinite ground plane tidak terdapat back lobe. (Kumar dkk, 2003).
(RMSA).
26
Sebuah microstrip line yang umum, lebarnya lebih kecil daripada panjang
(fo), tebal dielektrik (h), konstanta dielektrik (εr), dan dimensi patch (W dan
sebagai berikut,
27
.………..…………….……………………… (2.13)
….…...………..…………… (2.14)
……………....……………………………… (2.15)
….……..……..………………………………… (2.16)
…………………………… (2.17)
εr = permitivitas relatif
probe naik dan teknik penggantian probe yang dilakukan akan memperoleh
operasi jalur lebar (broadband). Hanya sebuah patch pengumpan dan patch
didapat dengan menggunakan salah satu celah kecil antara patch atau
lapisan berbeda dari substrat dielektrik ditumpuk satu sama lain. Teknik ini
menghasilkan lebar pita hampir 70% untuk VSWR ≤ 2 dan perbedaan pola
Sebaliknya bisa juga sebuah single patch di lapisan bawah dan multiple
dengan frekuensi. Untuk mendesain antena yang lebih kecil di frekuensi ini,
εr lebih tinggi. Dalam hal ini, ukuran bentuk MSA akan lebih kecil
Teknik tunable and dual band MSA banyak diminati dalam berbagai
sistem dimana dapat ditala lebih pada jangkauan frekuensi besar. Antena
tunable ini memberikan pilihan untuk antena lebar pita besar, khususnya
frekuensi yang terpisah jauh. Dalam hal ini digunakan dual-band antena
frequency antenna adalah antena yang beroperasi hanya pada dua daerah
frekuensi saja. Dan ketika antena itu beroperasi lebih pada bandwidth yang
atau posisi dari shorting posts. Frekuensi resonansi Antena Microstrip dapat
ditala dengan mengubah air gap antara patch dan ground plane. Ketika dua
32
berada pada frekuensi tetap atau berada pada kedua atau salah satu dari
3. Teknik feeding
antena. Oleh karena itu teknik feeding tidak pernah terlepas dari proses
coupling. Microstrip line dan coaxial probe biasanya disebut direct feeding,
seperti bagian dari radiating patch karena letaknya yang langsung di-couple
dengan patch, hanya saja memiliki lebar yang sangat kecil dibanding patch.
Struktur microstrip line seperti pada Gambar 2.17 dan Gambar 2.16
(Waterhouse, 2003):
33
kekurangannya adalah jika tinjau dari aspek radiasi feed line. Struktur
Coaxial probe atau coaxial line feed tersusun seperti pada Gambar
2.17:
feeding tampak atas dan tampak sampingnya. Coaxial probe adalah teknik
planar . Selain itu coaxial probe dapat menyebabkan impedansi input lebih
terdapat pula teknik indirect feeding yakni proximity coupling dan aperture
dua medium dielectric yaitu antara patch dengan ground plane seperti
coupling tersusun atas dua layer, satu layer untuk patch dan layer yang lain
penyesuaian kedua layernya agar tepat berada pada koordinat yang sama.
Gambar 2.19 :
microstrip line feed ke radiating patch melalui hole atau semacam slot cut
13% lebih lebar. Akan tetapi kesulitannya adalah pada tahap fabrikasinya.
impedansi inputnya.
C. Antena Cerdas
yang dituju dan secara otomatis dapat menyesuaikan pergerakan user dan
transmisi. Untuk sistem komunikasi radio dengan frekuensi yang lebih tinggi
lagi (10 GHz ke atas) hujan dan sintilasi juga dapat menyebabkan fading.
penerima sekaligus yang terpisahkan oleh spasi jarak tertentu, teknik yang
radio teleskop, dan lebih banyak lagi digunakan pada sistem komunikasi
elemen antena berfungsi seperti telinga, kulit dan hidung, yaitu mampu
yang dideteksi dengan cara mengirimkan kembali sinyal tersebut pada arah
karakteristik yang dimiliki diantaranya dari sisi ukuran. Ukuran yang optimal
mobile nirkabel yang berukuran kecil seperti handset, notebook, dan PDA,
antena cerdas relatif berukuran lebih kecil pula, ringan, desain yang
38
dimensi antena yang semakin kecil dan compact khususnya untuk aplikasi
(Zooghby, 2005).
yang berbeda pada kontrol beem steering yang didesain untuk aplikasi
switched parasitic smart antenna dikontrol oleh PC via RS232 port. Daya
lintas jamak yang dapat menyebabkan fading dan interferensi. Salah satu
pemrosesan dan beem steering yang tinggi. Kecepatan dari switching beam
sehingga antena dapat berfungsi sebagai sensor aktif. Oleh karena itu
komunikasi nirkabel.
Ketika sinyal datang, base station menentukan beam yang potensial yang
Gambar 2.20 Prinsip kerja switched beam dari antena cerdas [8]
Sistem switch beam terdiri dari banyak antena array, tiap array
arah yang diinginkan. Keputusan pemilihan beam yang tepat ini dikontrol
beam dan memutuskan satu beam berdasarkan sinyal yang terkuat yang
interferensinya rendah.
diperoleh dari elemen array yang diproses. Lebih lanjut pemrosesan sinyal
ini akan mengontrol beam ke arah user yang ingin dilayani, mengikuti
interferensi yang muncul dari user lain dengan mengarahkan null beam
Desired cell
Null beam
phone
Antenna
adaptive yang lebih rumit, membutuhkan interaksi yang lebih intens antara
sebuah metode yang digunakan untuk membuat pola radiasi dari antena
array dengan cara menambahkan konstruksi dari phasa sebuah sinyal pada
arah target yang menginginkan bergerak, dan nulling pola dari target yang
menggunakan FIR sederhana yang tapped jalur delay filter. Besar dari filter
berupa sudut fasa sinyal datang. Lalu algoritma pemrosesan sinyal akan
serta dapat dibedakan sinyal yang diinginkan dan sinyal yang tidak
meradiasikan lebih dari satu pattern baik pada frekuensi maupun polarisasi
yang lain.
45
sebuah antena
D. Mikrokotroller
(integrated circuit) yang berisi CPU, mmori, timer, saluran komunikasi serial
Saat ini keluarga mikrokontroller yang ada di pasaran yaitu Intel 8048,
Motorola 68HC 11, Microchip PIC, Hitachi H8 dan Atmel AVR. (Andrianto,
2013).
(PB), port C (PC) dan port D (PD). Keempat port tersebut merupakan jalur
memiliki fitur ADC sebanyak 8 channel dengan resolusi 10 bit register yang
E. Solar Cell
solar cell.
panas yang dibawa sinar matahari untuk diubah menjadi sumber energi
sebuah hamparan semi konduktor yang dapat menyerap photon dari sinar
diserap oleh Solar Cell berkisar antara 30% hingga 50%. Setiap jenis
energi tertentu saja yang dikenal dengan istilah handgap. Sekarang ini,
Solar Cell yang baik adalah Cell dengan dua semikonduktor berbeda yang
disatukan untuk menyerap sinar matahari pada tingkat energi yang berbeda
pula. Meski demikian daya serapnya tetap berkisar 30% hingga 50% dari
Solar Cell merupakan suatu panel yang terdiri dari beberapa sel dan
tidak hanya pada lingkup kecil tetapi sudah banyak digunakan untuk
dan tidak ada biaya penggunaan Solar Cell ini juga sangat cocok digunakan
F. Roadmap Penelitian
49
yang tidak pernah ada sebelumnya melainkan merupakan reka cipta dan
ini akan memberikan hasil yang lebih optimal dari penelitian-penelitian yang
yaitu 5 GHz, 10 GHz dan 15 GHz. Antena ini juga dapat bekerja
GHz WLAN and 800 MHz LTE Wireless Device” Vol. 35,63-71.
antena yang bekerja pada dua band frekuensi yaitu 2.4 GHz untuk
aplikasi WLAN dan 800 MHz untuk aplikasi LTE pada wireless
device.
50
yaitu pada band frekuensi GPS dan pada band frekuensi GSM.
beberapa band frekuensi yaitu 2.3 GHz, 2.4 GHz dan 5.8 GHz.
bekerja pada band frekuensi 2.4-2.5 GHz dan 5.8 GHz dengan sistem yang
lain yang akan dibuat inovasi adalah penggunaan sumber energy yang
listrik.
G. Kerangka Konseptual
konsep yang digunakan. Pada gambar 2.25 dijelaskan bahwa penelitian ini
berlandaskan pada konsep utama yaitu system antena cerdas yang akan
digunakan pula sebagai sumber catuan eneri system antena yang akan
dibangun.
52
Gambar 2.25 Kerangka konseptual sistem antena cerdas dan ramah lingkungan
53
BAB III
standar 802.11b, 802.11g dan 802.11n pada frekuensi 2.4 GHz dan standar
802.11a pada frekuensi 5.8 GHz sesuai standar regulasi frekuensi Wifi
v.13 adalah prosessor 1.90 GHz, hard drive space (untuk software HFSS)
processor 1 GHz, hard drive space (untuk software HFSS dan temporary
54
files) 500 MB, dan RAM 2 GB. Sistem operasi yang yang mendukung
Menghitung dimensi
antena
Yes
Prototype Integrasi RF Circiut,
Microcontroller & Solar Panel
No
Measurement
Yes
Laporan
RF, mikrokontroller dan power supply yang bersumber dari solar energi.
mobile device.
frekuensi operasi (fo) yang beresonansi pada frekuensi 2.4 GHz dan 5.8
(Ɛr = 4.4), dielektrik loss tangent (tan δ = 0.02) dan ketebalan substrate (h =
antena terdiri dari medan peradiasi antena (patch) dari bahan perfect
antena dan baterai solar cell untuk supply daya listriknya. Medan peradiasi
aktif di bagian tegah dan terdapat dua buah stripline folded dipoles di
samping kiri dan kanan center patch. Teknik feeding yang digunakan
adalah coaxial probe. Kedua folded dipoles memiliki dua pasang p.i.n diode
57
3.1 berikut :
Dimensi antena pada gambar 3.2 yang dirancang secara rinci termuat
mode ”driven mode”. Dalam beberapa versi, mode ini telah ter-setting
untuk menilai unjuk kerja sebuah antena sesuai kebutuhan. Jika parameter
parameter penting yaitu koefisien refleksi (S 11), VSWR, pola radiasi dan
60
pendekatan hasil yang diharapkan dari sisi resonan frekuensi yang belum
mendekati 2.4 GHz dan 5.8 GHz. Selain itu, dimensi antena yang menjadi
rujukan tersebut (65x100 mm) masih terlalu besar untuk diaplikasikan pada
berikut :
40.52 mm
47.63 mm
meminimalkan struktur antena secara fisik. Selain itu struktur antena yang
seperti pada Gambar 3.4, maka dibuat prototipe antena microstrip. Proses
X3, SMA Connector, seperangkat alat bor dan seperangkat alat solder.
software Ansoft HFSS v.13 seperti pada gambar 3.4 selanjutnya dibuat
63
2 mm.
Memasukkan feed pada lubang yang telah dibuat pada PCB, kemudian
mensolder bagian atas dan bagian bawah PCB untuk dilekatkan dengan
SMA Connector. Hasilnya seperti pada Gambar III.8 dan Gambar 3.5
berikut :
(a) (b)
64
Gambar 3.5 Hasil rancangan prototipe antena microtrip : (a) patch; (b) groundplane
dari keseluruhan sistem yang digunakan dilihat berdasarkan bit error rate
switching pada dua band frekuensi pada 2.4 GHz dan 5.8 GHz yang
Komponen untuk sirkuit RF yang digunakan yaitu low noise amplifier (LNA)
lampiran.
C2 R2
VDC 5 VOLT
R1 C5 C6 OUT
C3 C4 RF R3 R4
DETEKTOR
LM
C9 MAX 2015 358 N
C7 C8
GND OUT
MAX
2611
IN GND
C1
ANTENA
DC
C2 R2
VDC 5 VOLT
R1 C5 C6 OUT
C3 C4
RF R3 R4
DETEKTOR LM
358 N
C9 MAX 2015
C7 C8
GND OUT
MAX
2611
IN GND
dari antena. Untuk pengukuran diperoleh pancaran sinyal 2.4 GHz dan 5.8
diterima oleh antena dan antena akan bekerja berdasarkan control yang
energi yang bersumber dari solar panel atau solar cell (10 cell) dengan
besar tegangan yang dapat dicatu sebear 5 Volt DC. Seperti ditunjukkan
hasil simulasi pada software Ansoft HFSS v.13. Hasil pengukuran antena
yang akan digunakan sebagai tolak ukur kelayakan antena yang dirancang
refleksi S11, VSWR dan impedansi masukan), pengukuran port ganda (pola
refleksi S11, Voltage Standing Wave Ratio (VSWR), pola radiasi dan
menggunakan alat ukur Network Analyzer ENA Series E5071C 100 kHz –
8.5 GHz.
berikut :
70
GHz.
buah antena identik yang memiliki frekuensi kerja yang sama digunakan
adalah kabel SMA Connector dengan panjang 0.5 meter. Sedangkan pada
yang omnidirectinal.
Agar dapat bekerja pada medan jauh (far-filed) dibutuhkan jarak pisah
……………………………………………(3.1)
yaitu 2.4 GHz dan 5.8 GHz. Pada frekuensi pertama dengan resonan
frekuensi 2.4 GHz dengan λ = 12.5 cm diproleh jarak minimum sejauh 67.6
penerima diputar dari posisi 00 sampai dengan 3600 dengan interval 100.
kali kemudian diambil nilai rata-ratanya. Pola radiasi diukur pada dua
bidang yang saling tgak lurus yaitu bidang E dan bidang H untuk
Ada dua metode untuk mengukur gain absolut. Kedua metode ini
adalah metode dua antena dan metod 3 antena. Kedua metode ini sama-
………..…...(3.2)
3.13 berikut :
74
berdasarkan dua dimensi (2D) dan pola radiasi berdasarkan tiga dimensi
(3D). (Balanis, 2005). Selain itu disimulasikan pula arah vektor E untuk
mana antena tersebut dapat bekerja sesuai spesifikasi dan unjuk kerja yang
diharapkan. Oleh karena itu, dilakukan proses analisa mulai dari analisa
disimulasikan dengan software Ansoft HFSS v13 dan yang terakhir analisa
yang penting yaitu Voltage Standing Wave Ratio (VSWR), koefisien refleksi
seperti pada gambar 3.2 dengan dimensi desain yang ditunjukkan pada
antena bekerja pada daerah frekuensi kisaran 1200 MHz, 3700 MHz dan
yaitu 2.4 GHz dan 5.8 GHz. Resonan frekuensi dapat dilihat berdasarkan
matematis sesuai persamaan 2.13 sampai 2.17 pada Bab II. Berdasarkan
yang lebih kecil (W = 47.63 mm, L = 40.52 mm). Sehingga diperoleh model
akhir yang ditunjukkan pada gambar 3.4 dan pada tabel 3.3 ditunjukkan
dengan dimensi yang tipis dan bandwidth yang lebar di peroleh jika tebal
substrat dielektrik adalah 1.6 mm. Adapun material yang digunakan yaitu
FR4-Epoxy.
Perfect Electric Conductor (PEC) dengan permitivitas relatif (εr = 1). Patch
berupa pelat yang memiliki panjang (L) 36 mm dan lebar (W) 16 mm untuk
center patch, panjang (L) 38.52 mm dan lebar (W) 14 mm untuk patch kiri
dan kanan. Ukuran ini diperoleh setelah melakukan beberapa kali simulasi
mulai dari ukuran yang diperoleh dari hasil perhitungan matematis. Lebar
Ukuran patch dapat lebih lebar atau lebih kecil dari ukuran yang diperoleh
sebesar 50 Ω.
[12]. Penempatan feed point yang kurang tepat dapat menyebabkan kondisi
missmatch.
relative (εr =1). Dalam prakteknya, ukuran dari ground plane terbatas
sehingga disebut finite ground plane. Ukuran dari ground plane ini dibatasi
terhindarkan dari efek back lobe, sebaliknya pada infinite ground plane
koefisien refleksi S11, voltage standing wave ratio (VSWR), dan pola radiasi.
mana yang menunjukkan unjuk kerja terbaik dari suatu antena, dalam hal
berikut :
80
Gambar 4.2 Grafik koefisien refleksi S 11 antena microstrip pada software Ansoft
HFSS v.13
penelitian ini adalah frekuensi kerja 2.4 GHz dan 5.8 GHz. Dapat dilihat
pada gambar 4.2 bahwa untuk daerah resonan frekuensi kerja 2.4 GHz
antena beresonansi pada band frekuensi 2.48 GHz sampai 2.52 GHz (40
untuk frekuensi kerja 5.8 GHz antena beresonansi pada frekuensi 5.75 GHz
refleksi S 11 -14.09 dB. Nilai S 11 yang semakin kecil dari -10 dB menunjukkan
bahwa tegangan yang dipantulkan kembali ke sumber semakin kecil. Hal ini
berarti bahwa unjuk kerja antena pada frekuensi 2.5 GHz sangat baik yaitu
Dari data tersebut dapat dihitung frekuensi kerja (fc) dan besar
= 1.6 %
= 2.02 %
Gambar 4.3 Grafik VSWR antena microstrip pada software Ansoft HFSS v.13
impedansi beban (ZL) sehingga tidak semua dapat diserap pada beban.
akan tetapi kondisi ini sangat sulit bahkan mustahil didapatkan pada kondisi
real. Namun antena dikatakan dapat bekerja dengan baik jika VSWR ≈ 1
simulasi telah diperoleh nilai VSWR yang mendekati 1 pada band frekuensi
2.4 GHz dan 5.8 GHz. Nilai koefisien refleksi memiliki korelasi dengan nilai
3. Pola Radiasi.
radiasi tiga dimensi (3D) dan pola radiasi dua dimensi (2D).
83
Gambar 4.4 Pola radiasi 2D hasil simulasi antena microstrip pada software Ansoft
HFSS v.13
(E) dan penjalaran medan magnet (H). Hasil simulasi ditunjukkan sebagai
berikut :
84
Gambar 4.5 Pola radiasi hasil simulasi antena microstrip pada software Ansoft HFSS
v.13
adalah parameter koefisien refleksi S11 & Voltage Standing Wave Ratio
(VSWR)
simulasi. Tidak berbeda dengan hasil simulasi bahwa antena juga dapat
bekerja pada kisaran frekuensi 2.4 GHz dan 5.8 GHz. Berikut grafik
Gambar 4.7 Grafik perbandingan hasil simulasi dengan hasil pengukuran koefisien
refleksi S11 antena microstrip
pada daerah resonan frekuensi 2.4 GHz dan pada hasil pengukuran
diperoleh bandwidth yang sedikit bergeser yaitu f L = 2.51 GHz dan f H = 2.59
Demikian halnya pada frekuensi 5.8 GHz. Jika pada hasil simulasi diperoleh
adalah -14.09 dB, pada hasil pengukuran diperoleh bandwidth yang sedikit
5.95 GHz – 5.50 GHz = 0.45 GHz = 450 MHz. Hal ini bisa disebabkan oleh
dengan hasil simulasi. Akan tetapi secara umum, ditunjukkan bahwa antena
dapat bekerja pada frekuensi 2.4 GHz dan 5.8 GHz dengan nilai minimum
fungsi dari koefisien pantul (ᴦ) dalam besaran decibel S11 = 20 log |ᴦ|.
S11 berada pada nilai di bawah -10 dB. Hasil pengukuran VSWR yang
simulasi. Sama halnya dengan koefisien refleksi S 11, perbedaan ini dapat
yang tdk presisi atau ketidakakuratan alat ukur network analyzer. Untuk
Gambar 4.9 Grafik perbandingan hasil simulasi dengan hasil pengukuran VSWR
antena microstrip
Hasil simulasi diperoleh nilai VSWR 1.06 pada frekuensi 2.5 GHz,
dan 1.407 pada frekuensi 5.8 GHz. Sedangkan pada hasil pengukuran
88
diperoleh nilai VSWR 2.3 pada frekuensi 2.4 GHz dan 1.6 pada frekuensi
5.8 Ghz.
bahwa antena microstrip yang dirancang telah dapat digunakan untuk dual
band 802.11a pada frekuensi 5.8 GHz dan 802.11b, 802.11g, dan 802.11n
PENUTUP
A. Kesimpulan
VSWR, maka antena tersebut telah dapat digunakan pada standar 802.11b,
802.11g, dan 802.11n pada frekuensi 2.4 GHz standar 802.11a pada
frekuensi 5.8 GHz. Bandwidth yang dihasilkan pada resonan frekuensi 2.4
GHz sebesar 40 MHz pada hasil simulasi (VSWR=1.06) dan 80 MHz pada
B. Saran
dengan koleksi data yang lebih lengkap baik pada hasil simulasi maupun
untuk topik-topik penelitian terkait system antena cerdas. Di samping hal itu
90
Balanis C.A. (1989). Advanced Engineering Electromagnetics, John Wiley & Sons,
New York.
Balanis C. A. (2005). Antenna Theory Analysis and Design. 3rd Edition. New
Jersey : John Wiley and Sons, Inc., Publication.
Behdad N., Sarabandi K., (2006). Dual-Band Reconfigurable Antenna with a Very
Wide Tunability Range. IEEE Transaction on Antennas and Propagation,
Vol. 54, No.2, pp.409-416.
Chen W., Lee Fong K. (1997). Advances in Microstrip Antennas. Texas: A&M
University. John Wiley and Sons, Inc., Publication.
Milligan T. A. (2005) Modern Antenna Design. 2nd Edition. New Jersey : John
Wiley and Sons, Inc., Publication.
Nguyen, Trong D., Duroc, Yvan, Yem Vu V., Vuong T.P. (2012). Frequency
Reconfigurable PIFA Antenna Driven By Microcontroller. IEEE.
Palantei E., Thiel D. V., O’Keefe S. G.(2008). Rectangular Patch with Parasitic
Folded Dipoles: A Reconfigurable Antenna. Griffith School Engineering,
Griffith University, Brisbane: Australia.
Palantei E. (2008). Smart Antenna Characteristics for the Next Wireless Mobile
Environment. Proceedings of 1st Makassar International Conference On
Electrical Engineering and Informatics Hasanussin University, Makassar:
Indonesia.
Rahmat. (2003). Diktat : Antena dan Propagasi. Makassar : SMK Telkom Sandhy
Putra 2 Makassar.
Ramdano A., Ansyah M., Pratama E. W. R., Sari M. (2013). Infrastruktur Jaringan
WiFi di Universitas Multimedia Nusantara. Universitas Bina Darma
Palembang: Indonesia.
Viani F. (2013). Dual Band Sierpinski Pre Fractal Antenna fo 2.4 GHz WLAN and
800 MHz LTE Wireless Device, Vol. 35,63-71. ELEDIA Research Group,
Department of Information Engineering and Computer Science, University
of Trento, Via Sommarive 14, Trento: Italy.
.
Lampiran 1
Listing Program Reconfigurable Smart Antenna System
$regfile = "m16def.dat"
$crystal = 12000000
$baud = 9600
$lib "lcd4busy.lbx"
Config Lcd = 16 * 2
Const _lcd_e = 2
Const _lcd_rw = 1
Const _lcd_rs = 0
Portc = &HFF
Enable Interrupts
Cls
Start Adc
Locate 1 , 3
For Y = 1 To 20
Portc = &H00
Waitms 50
Next
Cls
Locate 2 , 3
For Y = 1 To 10
Shiftlcd Left
Portc = &HFF
Waitms 50
Next
Do
Cls
X = Getadc(0)
A = X / 10
Y = Getadc(1)
B = Y / 10
Locate 1 , 1
Waitms 50
Loop
End
Led:
Portc = &H00
Wait 2
Portc = &HFF
Return
Lampiran 2
Data tabel hasil simulasi koefisien refleksi S 11 antena microstrip