Anda di halaman 1dari 121

ii

SISTEM ANTENA CERDAS DAN RAMAH LINGKUNGAN


UNTUK JARINGAN KOMPUTASI BERGERAK

GREEN AND INTELLIGENT ANTENNA SYSTEM FOR MOBILE


COMPUTING

SUKRIYAH BUWARDA
P2700212003

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
ii

SISTEM ANTENA CERDAS DAN RAMAH LINGKUNGAN


UNTUK JARINGAN KOMPUTASI BERGERAK

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister

Program Studi

Teknik Elektro

Disusun dan diajukan oleh

SUKRIYAH BUWARDA

kepada

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
iii

TESIS

SISTEM ANTENA CERDAS DAN RAMAH LINGKUNGAN UNTUK

JARINGAN KOMPUTASI BERGERAK

Disusun dan diajukan oleh

SUKRIYAH BUWARDA

Nomor Pokok P2700212003

Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Tesis

Pada tanggal 18 Agustus 2014

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Menyetujui

Komisi Penasihat,

Dr. Elyas Palantei, ST.,M.Eng Dr.Eng. Wardi ST., M.Eng


Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur Program Pascasarjana


Teknik Elektro Universitas Hasanuddin

Dr. Ir. ZahirZainuddin, M.Sc Prof. Dr. SyamsulBachri, SH., MS


iv

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Sukriyah Buwarda


Nomor Mahasiswa : P2700212003
Program studi : Teknik Elektro

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini


benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan
pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari
terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini
hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut.

Makassar,
Yang menyatakan

Sukriyah Buwarda
v

TIM PENILAI

1. Dr. Elyas Palantei ST.,M.Eng

(Ketua)

2. Dr.Eng. Wardi ST., M.Eng

(Sekretaris)

3. Dr.Eng.Ir. Dewiani MT

(Anggota)

4. Merna Baharuddin ST.,M.Tel.Eng,Ph.D

(Anggota)

5. Dr.Ir. Syafruddin Syarif MT

(Anggota)
vi

PRAKATA

Assalamu ‘Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah Rabbul Izzah Tuhan semesta alam karena

atas Rahmat, Hidayah dan pertolonganNya semata penulis bisa

menyelesaikan penelitian ini. Terima kasih dan sembah sujud kepada

baginda Rasulullah Muhammad SAW atas segala amanah dan perjuangan

yang tak pernah padam sampai akhir zaman.

Penulis menyusun tesis ini dalam rangka memenuhi salah satu

persyaratan untuk menyelesaikan Program Strata-2 Jurusan Elektro

Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Makassar yang berjudul “SISTEM

ANTENA CERDAS DAN RAMAH LINGKUNGAN UNTUK JARINGAN

KOMPUTASI BERGERAK“.

Tantangan yang datang silih berganti adalah hal yang lumrah justru

menjadi hal yang mendukung pematangan hati dan pikiran. Kegalauan hati

terkadang mengiringi derap langkah kehidupan yang selalu menghadirkan

asa di tengah-tengah gundah. Walaupun tantangan terkadang menguras

pikiran tapi memang seperti itulah, ”Sukses harus selalu diupayakan!!”

Gundah memang menyiksa, kekhawatiran memang merenggut

ketenangan, tapi keberadaannya adalah niscaya untuk kebahagiaan.

Penulis yakin bahwa semua takkan teraih tanpa doa dan restu dari kedua
vii

orang tua Ayahanda Drs. Mansyur B & Ibunda Silohari Muhajji. Allah

Maha Tahu porsi yang pantas untuk membalas semuanya.

Dengan segala kerendahan hati kami menyadari bahwa

penyelesaian tesis ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai

pihak dan pada kesempatan ini kami menghaturkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Elyas Palantei, ST, M.Eng. dan

Bapak Dr.Eng. Wardi ST.,M.Eng. yang telah berkenan meluangkan

banyak waktunya dalam membimbing, mengarahkan dan memberikan

petunjuk yang sangat berharga dalam menyelesaikan tesis ini, serta tim

penguji yang banyak memberikan masukan dan arahan demi

kesempurnaan tesis ini.

Meskipun manusia adalah makhluk paling sempurna yang

diciptakan oleh Allah SWT, tapi sisi kemanusiaan membatasi

kesempurnaannya dalam batas-batas sebagai ciptaan. Sehingga berbagai

usaha yang telah dipersembahkan sepenuh hati dengan tulus ikhlas tidak

mungkin memberikan kesempurnaan. Sehingga penulis menghaturkan

harapan untuk menerima saran dalam upaya penyempurnaan karya ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi

semua pihak yang memerlukan terutama untuk mendukung kegiatan

akademis.

Makassar, 2 Agustus 2014


viii

ABSTRAK

Penelitian ini mengkaji kompatibilitas sistem antena yang menggunakan frekuensi


radio terstandarisasi 802.11a yang beroperasi pada frekuensi 5.8 GHz dan 802.11b,
802.11g dan 802.11n yang beroperasi pada frekuensi 2.4 GHz berdasarkan standarisasi
yang dikeluarkan oleh badan standarisasi IEEE (Institute of Electrical and Electronics
Engineers). Antena dirancang menggunakan software Ansoft HFSS (High Frequency
Structural Simulator) v.13 berjenis antena stripmikro. Antena stripmikro yang telah
dirancang terbuat dari bahan substrate dielektrik FR-4 Epoxy dengan permitifitas relatif
(Ɛr=4.4) dan tebal (h=1.6 mm) dengan struktur elemen peradiasi patch dan groundplane
dari bahan PEC (Perfect Electric Conductor) dengan permitifitas relatif (Ɛr=1). Teknik
feeding yang digunakan adalah coaxial probe feeding menggunakan SMA Connector 50 Ω.
Sistem antena cerdas dan ramah lingkungan diperoleh dengan mengintegrasikan prototipe
antena dengan RF control circuit (LNA MAX 2611, RF Detector MAX 2015, RF Detector
MAX 2815, Op-Amp LM385) dan algoritma kontrol yang dikendalikan menggunakan
mikrokontroller ATMega16 menggunakan bahasa pemrograman C (bahasa-C) pada Basic
Compiler AVR (BASCOM-AVR). Sistem terintegrasi dicatu oleh solar energi dari solar
panel 10 cell dengan tegangan catu 5 Volt DC.
Hasil simulasi perancangan pada software Ansoft HFSS v.13 telah dilakukan fabrikasi
menggunakan material yang sesuai dengan simulasi dan telah dilakukan pengujian untuk
menilai unjuk kerja sistem antena yang telah dibuat. Hasil simulasi dan pengukuran tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan. Antena dapat digunakan pada kedua standar
frekuensi 802.11a dan 802.11b, 802.11g, dan 802.11n. Pada frekuensi 5.8 GHz
beresonansi pada frekuensi 5.50 GHz sampai 5.95 GHz dengan bandwidth sebesar 450
MHz, minimum koefisien refleksi S 11 pada -13 dB. Pada standar frekuensi 802.11b,
802.11g, dan 802.11n yaitu frekuensi 2.4 GHz beresonansi pada frekuensi 2.51 GHz
sampai 2.59 GHz dengan bandwidth sebesar 80 MHz, minimum koefisien refleksi S 11 pada
-38 dB.

Kata kunci : Antena Cerdas, Stripmikro, Koefisien reflesi S 11, VSWR


ix

ABSTRACT

This study examines the compatibility of an antenna system that uses radio
frequency standardized 802.11a which operates at a frequency of 5.8 GHz and 802.11b,
802.11g and 802.11n operating at a frequency of 2.4 GHz based on standards issued by
the standardization of IEEE (Institute of Electrical and Electronics Engineers) . The antenna
is designed using the software Ansoft HFSS (High Frequency Structural Simulator) V.13-
type antenna stripmikro. Stripmikro antenna that has been designed substrate made of FR-
4 Epoxy dielectric with relative permitifitas (Ɛr = 4.4) and thickness (h = 1.6 mm) with
structures radiating patch and groundplane elements of material PEC (Perfect Electric
Conductor) with relative permitifitas (Ɛr = 1). Feeding technique used is a coaxial probe
feeding using a 50 Ω SMA Connector. Smart antenna systems and environmentally friendly
prototype is obtained by integrating the antenna with RF control circuit (LNA MAX 2611,
MAX 2015 RF Detector, RF Detector MAX 2815, Op-Amp LM385) and a control algorithm
which is controlled using a microcontroller ATmega16 using the C programming language
(language-C) the AVR Basic Compiler (BASCOM-AVR). Integrated system powered by
solar energy from the solar cell panel 10 with supply voltage of 5 Volts DC.
The simulation results on the design of the software Ansoft HFSS V.13 fabrication
has been done using the material in accordance with simulations and testing has been
carried out to assess the performance of the antenna system has been created. The
results of simulations and measurements showed no significant differences. The antenna
can be used on both the 802.11a frequency standard at 5.8 GHz frequency at the resonant
frequency of 5.50 GHz to 5.95 GHz with a bandwidth of 450 MHz, the minimum reflection
coefficient S11 at -13 dB, and the frequency standard 802.11b, 802.11g, and 802.11n at a
frequency of 2.4 GHz at the resonant frequency of 2:51 to 2:59 GHz GHz with a bandwidth
of 80 MHz, the minimum reflection coefficient S11 at -38 dB.

Keywords : Smart antenna, microstrip, reflection coefficient S 11, VSWR


x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ……....……………………………………… i

HALAMAN PENGAJUAN …...……………………………….. ii

HALAMAN PERSETUJUAN …………………......................... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TESIS …..………..... iv

TIM PENILAI …...……………………………………………….… v

PRAKATA...………………………………………………….…... . vi

ABSTRAK…...………………………………………………....… viii

ABSTRACT ……………………………………………………… ix

DAFTAR ISI …...………………………………………………… x

DAFTAR TABEL……...…………………………………………. xiii

DAFTAR GAMBAR...………………………………………..….. xiv

DAFTAR LAMPIRAN …...…………………………………..….. xvii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ……………………………………….…… 1

B. Rumusan Masalah ………………………………………… 3

C. Tujuan Penelitian …………………………………….…… 4

D. Manfaat Penelitian ………………………………………… 4

E. Batasan Masalah ……………………………………..…… 5

F. Sistematika Penulisan …………………………………….. 6

BAB II .TINJAUAN PUSTAKA


xi

A. Parameter Antena ……………………………………….... 8

1. Pola Radiasi……………………………………………… 8

2. Lebar Beam………………………………………………. 11

3. Penguatan………………………………………………… 12

4. Keterarahan……………………………………………….. 13

5. Lebar Pita…………………………………………………. 14

6. Polarisasi…………………………………………………... 16

7. Impedansi Input………………………………………….... 18

8. VSWR………………………………………………………. 19

B. Antena Microstrip ………………………………………........ 21

1.Karakteristik Antena Microstrip…………………………… 24

2. Konfigurasi Antena Microstrip …………………………… 25

3. Teknik Feeding…………………………………………….. 32

C. Antena Cerdas …………………………………….………… 36

1. Karakteristik Antena Cerdas……………………………… 38

2. Tipe Antena Cerdas………………………………………. 40

a. Antena switched beam………………………………. 40

b. Antena adaptive array……………………………….. 42

3. Fungsi Antena Cerdas……………………………………. 43

4. Reconfigurable Smart Antenna…………………………. 44

E. Mikrokontroller………………………………………………. 46

F. Solar Cell…………………………………………………….. 47

G. Roadmap Penelitian………………………………………. 49
xii

H. Kerangka konseptual…………………………………..…. 51

BAB III. PERANCANGAN SISTEM ANTENA CERDAS

A. Perancangan Antena Microstrip…………….………..…. 53

1. Simulasi Perancangan Antena Microstrip …………… 55

2. Optimalisasi rancangan Antena Microstrip ………….. 59

3. Perancangan Layout Antena……………. …………… 62

4. Perancangan Prototipe Sirkuit RF Antena …..……… 64

B. Pengukuran Antena Microstrip………….….………..…. 68

1. Pengukuran Port Tunggal……………….. …………… 69

2. Pengukuran Port Ganda………………….. ………….. 71

a. Pengukuran Pola Radiasi...…………………………. 72

b. Pengukuran Penguatan (gain) ……………………. 73

BAB IV. EVALUASI UNJUK KERJA RANCANGAN ANTENA

A. Simulasi Desain Antena Microstrip ….…….………..…. 76

1. Koefisien Refleksi (S11)……………………………...… 79

2. Voltage Standing Wave Ratio (VSWR)…………….... 81

3. Pola Radiasi………………………………. …………… 82

B. Analisa Hasil Pengukuran Antena Microstrip..……..…. 84

1. Koefisien Refleksi (S11)………………….. …………… 84

2. Voltage Standing Wave Ratio (VSWR)..... ………….. 86

BAB IV. PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………….. …………… 89

B. Saran………………………………. ………………...…… 89
xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 : Daftar permitivitas relatif beberapa material..................... 23

Tabel 3.1 : Konfigurasi switching desain antena pertama.................. 57

Tabel 3.2 : Dimensi awal antena microstrip........................................ 57

Tabel 3.3 : Dimensi hasil optimalisai rancangan antena microstrip.... 61

Tabel 4.1 : Hasil simulasi desain antena referensi……………............ 76


xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 : Sistem koordinat antena pada bidang 3D (tiga dimensi)… 9

Gambar 2.2 : Pola radiasi pada koordinat polar…………………….......... 10

Gambar 2.3 : Perubahan tipe pola radiasi antena dari reactive


near field sampai far field.................................................. 11

Gambar 2.4 : 3D (tiga dimensi) dan 2D (dua dimensi) pancaran


antena……………………….............................................. 12

Gambar 2.5 : Polarisasi linier horizontal................................................. 17

Gambar 2.6 : Polarisasi linier vertical….................................................. 17

Gambar 2.7 : Left hand circular polarize …............................................ 17

Gambar 2.8 : Right hand circular polarize ….......................................... 18

Gambar 2.9 : Polarisasi elliptical …........................................................ 18

Gambar 2.9 : Struktur dasar antena microstrip....................................... 21

Gambar 2.11 : Model patch antena microstrip.......................................... 22

Gambar 2.12: A coaxial-feed RMSA ……………..................................... 26

Gambar 2.13: Berbagai bentuk gap-coupled multiresonator RMSA…….. 29

Gambar 2.14: Multilayer Broadband Microstrip Antenna.......................... 30

Gambar 2.15: Struktur Microstrip Line………………………….................. 33

Gambar 2.16: Struktur Microstrip Line tampak samping …………........... 33

Gambar 2.17: Struktur coaxial probe feeding ……………….….…........... 33

Gambar 2.18: Struktur proximity coupling feed…..................................... 35

Gambar 2.19: Struktur aperture coupling feed …..…............................... 35


xv

Gambar 2.20: Prinsip kerja switched beam dari antena cerdas .............. 41

Gambar 2.21: Prinsip kerja adaptive array dari antena cerdas................ 42

Gambar 2.22: Prinsip kerja beamforming dari antena cerdas.................. 44

Gambar 2.23: T eknik-teknik yang digunakan pada system


reconfigurable antenna……………………………………… 45

Gambar 2.24: Susunan kaki-kaki IC AVR ATmega16.............................. 47

Gambar 2.25: Kerangka konseptual sistem antena cerdas dan ramah


lingkungan......................................................................... 52

Gambar 3.1 : Framework perancangan……………................................ 54

Gambar 3.2 : Desain referensi antena microstrip menggunakan software


Ansoft HFSS v.13……………………................................ 56

Gambar 3.3 : Langkah perencanaan desain microstrip antenna pada


software ansoft high frequency structural simulator (HFSS)
v.13………………………………....................................... 58

Gambar 3.4 : Desain akhir antena microstrip menggunakan software


Ansoft HFSS v.13………………………………................. 62

Gambar 3.5 : Hasil rancangan prototipe antena microtrip….................. 63

Gambar 3.6 : Rancangan sirkuir RF sistem antena cerdas…................ 65

Gambar 3.7 : Layout sirkuir RF pada PCB………………... …................ 66

Gambar 3.8 : Sirkuit kontrol RF………………... …................................. 67

Gambar 3.9 : Catuan sirkuit RF dan mikrokontroller system


antena………………... …................................................. 67

Gambar 3.10 : Network Analyzer ENA Series E5071C ........................... 69

Gambar 3.11 : Calibration Kit Type N 85032F………... ........................... 69

Gambar 3.12 : Konfigurasi pengukuran port tunggal menggunakan Network


Analyzer ENA Series E5071C ………... .......................... 70

Gambar 3.13 : 1 (satu) set Antenna Trainer ED-3200……....................... 71


xvi

Gambar 3.14: Konfigurasi peralatan pengukuran gain....….................. 74

Gambar 4.1 : Perbandingan kofisien refleksi S11 dimensi awal antena. 76

Gambar 4.2 : Grafik koefisien refleksi S11 antena microstrip pada software
Ansoft HFSS v13……………………………….................. 80

Gambar 4.3 : Grafik VSWR antena microstrip pada software Ansoft HFSS
v.13……………………………………………………………. 82

Gambar 4.4 : Pola radiasi 2D hasil simulasi antena microstrip pada


software Ansoft HFSS v.13……………………….…………. 83
.
Gambar 4.5 : Pola radiasi 3D hasil simulasi antena microstrip pada
software Ansoft HFSS v.13………………………………… 84

Gambar 4.6 : Grafik hasil pengukuran koefisien refleksi S 11 antena


microstrip……………………...……………………………… 85

Gambar 4.7 : Grafik perbandingan hasil simulasi dengan hasil pengukuran


koefisien refleksi S11 antena
microstrip……………………...……………………………… 85

Gambar 4.8 : Grafik hasil pengukuran VSWR antena


microstrip……............………………………….................. 87

Gambar 4.9 : Grafik perbandingan hasil simulasi dengan hasil pengukuran


VSWR antena microstrip……..............……….................. 87
xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Listing Program Reconfigurable Smart Antenna System


Lampiran 2 : Data sheet RF Detector IC MAX 2015, IC MAX 2851, Op-
AmpLM358, dan Low Noise Amplifier (LNA) MAX2611
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi nirkabel saat ini mengalami perkembangan yang sangat

pesat dengan lahirnya berbagai macam aplikasi yang semakin inovatif

dalam segala aspek. Berbagai perusahaan saling berkompetisi untuk

melahirkan aplikasi komunikasi bergerak dengan kemampuan yang

semakin canggih, desain yang compact, dimensi yang kecil, long life

battery, dan user friendly. (Miligan, 2005). Sebagai contoh implementasi

Wireless Local Area Network (WLAN) atau Wireless Fidelity (Wifi) yang

telah lama digunakan. Awalnya Wi-Fi ditujukan untuk penggunaan

perangkat nirkabel dan jaringan area local (LAN), namun saat ini lebih

banyak digunakan untuk mengakses internet. Hal ini memungkinkan

seseorang dapat menggunakan komputer atau Personal Data Assistant

(PDA) untuk terhubung ke internet. (Zooghby, 2005).

Berbagai perbaikan skema dilakukan untuk membuat berbagai

piranti yang mendukung kinerja alat-alat komunikasi mobile. Salah satu

bagian yang terpenting untuk mendukung kinerja alat-alat komunikasi

mobile tersebut adalah sistem antena. (Waterhouse, 2003).

Suatu sistem antena diinginkan memiliki performansi yang luar biasa

untuk jaringan nirkabel, cakupan yang bisa mencapai jarak yang jauh
2

dengan redaman yang kecil atau penguatan yang besar dan efisiensi yang

tinggi, kebutuhan bandwidth yang lebar dan bisa bekerja pada beberapa

pita frekuensi (Balanis, 2005).

Badan standarisasi Institute of Electrical and Electronics Engineers

(IEEE) sejak tahun 1997 telah mengeluarkan beberapa standar spesifikasi

Wi-Fi yang lebih dikenal dengan standar 802.11. Beberapa spesifikasi yang

telah ada yaitu 802.11a yang bekerja pada frekuensi 5.8 GHz, sedangkan

802.11b, 802.11g dan 802.11n yang bekerja pada frekuensi 2.4 GHz (Ditjen

Postel, 2005).

Permasalahan yang muncul adalah peralatan yang mendukung

standar 802.11b, 802.11g dan 802.11n yang bekerja pada frekuensi 2.4

GHz tidak kompatibel dengan peralatan yang mendukung standar 802.11a

yang bekerja pada frekuensi 5.8 GHz khususnya antena yang digunakan.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, dirasakan perlu untuk membuat

sebuah piranti yang dapat mendukung kedua standar tersebut khususnya

antena yang digunakan.

Seperti yang diketahui, bahwa suatu sistem antena terdiri atas

pengirim dan penerima. Untuk kedua sistem yang akan saling berintegrasi

tersebut, akan dibuatkan sebuah antena yang dapat bekerja pada kedua

pita frekuensi 2.4 GHz dan 5.8 GHz dengan memanfaatkan kelebihan

sistem antena cerdas yang dapat bekerja pada beberapa pita frekuensi.

Antena yang akan dirancang adalah reconfigurable microstrip

antenna dan akan dikontrol oleh RF control circuit.


3

Adapun antena yang akan dirancang pada tesis ini bertajuk “Sistem

Antena Cerdas Dan Ramah Lingkungan Untuk Jaringan Komputasi

Bergerak” yakni antena cerdas mikrostrip yang dapat direkonfigurasi pada

dua band frekuensi yaitu 2.4 GHz dan 5.8 GHz, diperuntukkan pada

perangkat komunikasi bergerak. Mengingat permasalahan global yang

muncul adalah perkembangan perangkat teknologi informasi khususnya

antena belum cukup memperhatikan faktor kesehatan lingkungan. Oleh

karena itu sistem yang akan dirancang mengusung salah satu syarat

konsep ramah lingkungan yaitu menggunakan sumber catuan yang ramah

lingkungan, dalam hal ini digunakan solar energi dari solar panel sebagai

sumber catuan suplai daya listrik.

B. Rumusan Masalah

Permasalahan yang dijadikan sebagai fokus studi dalam penelitian

terkait rancang bangun system antena cerdas akan mencakup beberapa

hal sebagai berikut :

1. Bagaimana mendesain sistem antena cerdas yang dapat bekerja

pada dua pita frekuensi yaitu 2.4 GHz dan 5.8 GHz.

2. Bagaimana mengintegrasikan antena dengan perangkan RF

Control Circuit dan microcontroller yang akan berkontribusi pada

pengendalian algoritma kontrol switching frekuensinya.

3. Bagaimana mendesain sistem antena cerdas untuk aplikasi

jaringan komputasi bergerak yang mendukung salah satu konsep

ramah lingkungan
4

4. Bagaimana menguji keberhasilan desain antena cerdas hasil

pabrikasi dengan melakukan validasi hasil simulasi parameter

seperti Voltage Standing Wave Ratio (VSWR), koefisien refleksi

(S11), dan pola radiasi terhadap unjuk kerja antena hasil fabrikasi.

C. Tujuan Penelitian

Secara umum, desain sistem antena cerdas yang ditujukan untuk

aplikasi komunikasi bergerak pada frekuensi 2.4 GHz dan 5.8 GHz.

Secara khusus, penelitian ini bertujuan sebagai berikut :

1. Mendesain sistem antena cerdas yang dapat bekerja pada dua

pita frekuensi yaitu 2.4 GHz dan 5.8 GHz

2. Mendesain sistem antena cerdas yang cocok untuk aplikasi

komunikasi bergerak

3. Mendesain sistem antena cerdas untuk aplikasi komunikasi

bergerak yang mendukung salah satu konsep ramah lingkungan

4. Menguji keberhasilan desain antena cerdas dengan melakukan

validasi hasil simulasi parameter seperti Voltage Standing Wave

Ratio (VSWR), koefisien refleksi (S11), dan pola radiasi terhadap

unjuk kerja antena hasil fabrikasi.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan dari perancangan sistem antena cerdas

berdasarkan simulasi pada software Ansoft HFSS v13 untuk aplikasi


5

jaringan komputasi bergerak pada frekuensi 2.4 GHz dan 5.8 GHz,

diharapkan perancangan ini dapat menghasilkan sebuah desain antena

yang dapat diaplikasikan pada jaringan komputasi bergerak yang

memenuhi unjuk kerja yang diharapkan. Selanjutnya diharapkan agar

perancangan sistem antena cerdas ini dapat digunakan untuk uji coba

implementasi pada perangkat bergerak khususnya di lingkungan kampus

Universitas Hasanuddin dan di lingkungan industri di Indonesia pada

umumnya.

E. Batasan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah dalam tahap perancangan sistem

antena cerdas, maka untuk menentukan arah studi terkait antena ini, akan

dibatasi sejumlah hal dalam penelitian ini, diantaranya :

1. Menentukan spesifikasi dimensi yang sesuai untuk komunikasi

bergerak dengan pita frekuensi operasi pada 2.4 GHz dan 5.8

GHz

2. Membuat desain antena cerdas menggunakan software Ansoft

High Frequency Structural Simulator (HFSS) v.13

3. Menilai tingkat keberhasilan desain berdasarkan hasil simulasi

beberapa parameter yang dihasilkan pada software Ansoft High

Frequency Structural Simulator (HFSS) v.13 yaitu Voltage

Standing Wave Ratio (VSWR), koefisien refleksi (S11) dan pola

radiasi
6

4. Mengimplementasikan desain ke dalam bentuk prototype.

F. Sistematika Penulisan

Laporan tesis ini terbagi atas 5 (lima) bab dan dijabarkan sebagai

berikut:

 Bab I, merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari latar

belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, batasan penelitian, dan sistematika penulisan.

 Bab II, merupakan tinjauan pustaka yang memuat gambaran

umum system antena cerdas, parameter-parameter antena,

antena microstrip, reconfigurable antenna, dan pengontrolan

menggunakan mikrokontroller. Diulas pula dasar teori

penggunaan solar panel. Bab ini juga mencakup kerangka

konsep yang digunakan terkait hubungan beberapa konsep yang

diteliti.

 Bab III, merupakan bab yang berisi proses perancangan antena,

instrumen yang digunakan baik dalam perancangan maupun

pengukuran, serta waktu dan lokasi penelitian.

 Bab IV, merupakan bab yang berisi hasil penelitian yang

dilakukan yaitu pengujian dan analisis kinerja system.

 Bab V, merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan

saran untuk pengembangan penelitian di masa yang akan

datang.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Antena dalam kamus Webster didefinisikan merupakan seperangkat

logam yang meradiasikan dan menerima gelombang radio. IEEE Standard

Definitions of Term for Antennas (IEEE Std 145-1983) mendefinisikan pula

bahwa antena merupakan alat yang digunakan untuk meradiasikan dan

menangkap gelombang radio. Dalam Bahasa yang lain dijelaskan bahwa

antena merupakan penghubung antara ruang bebas dengan perangkat.

(Balanis, 2005).

Antena pada dasarnya terdapat dua jenis yaitu antena

omnidirectional yang meradiasikan energi sinyal RF sama ke segala arah

seperti batang vertikal dan antena directional yang meradiasikan energi

sinyal RF lebih ke satu arah dari pada arah yang lain. (Miligan, 2005).

Perkembangan selanjutnya pada tahun 1980-an, system komunikasi

nirkabel mulai mengalami perkembangan khususnya pada system

telekomunikasi bergerak selular. Operator menghadapi pertumbuhan

permintaan terhadap layanan suara dan data yang semakin banyak.

Sejalan dengan permintaan yang semakin bertambah, permasalahan

kemudian muncul terutama dalam hal control daya, interferensi, fading, dan

noise. Antena cerdas selanjutnya hadir menawarkan solusi desain system

komunikasi bergerak yang mendukung pada peningkatan penguatan


8

antena, meningkatkan jangkauan antena base station, meningkatkan life

time baterai, serta desain perangkat yang lebih compact. (Zooghby, 2005).

A. Parameter Antena

Untuk menggambarkan unjuk kerja suatu antena, sangat penting

untuk memahami parameter-parameter antena. Parameter-parameter

antena menurut IEEE Standard Definition of Terms for Antennas (IEEE Std

145-1983 yang penting untuk diketahui yaitu pola radiasi, lebar beam,

keterarahan, penguatan, lebar pita, polarisasi, dan impedansi input [1-4].

Parameter penting lain yang turut menentukan keberhasilan unjuk kerja

antena yaitu Voltage Standing Wave Ratio (VSWR), dan koefisien refleksi

(S11). (Balanis, 2005)

1. Pola radiasi

Pola radiasi didefinisikan sebagai fungsi matematis atau representasi

grafis dari sifat radiasi antena sebagai fungsi dari koordinat ruang. Sering

kali, pola radiasi ditentukan pada daerah far field dan direpresentasikan

sebagai fungsi dari koordinat arah. (Balanis, 2005).


9

Gambar 2.1 Sistem koordinat antena pada bidang 3D (tiga dimensi)

Pola pancaran dapat dengan mudah dipahami dengan

menggunakan sistem koordinat bola seperti pada Gambar 2.1. Bidang xz (E

Plane) adalah bidang elevasi (orthogonal) dimana Φ=0 yang merupakan

vektor medan listrik dan arah radiasinya maksimum. Sedangkan bidang xy

(H Plane) adalah bidang azimut yang merupakan vektor medan magnet dan

arah radiasinya maksimum. Radiasi yang maksimum normalnya

menghasilkan 2 bidang. (Howell, 1995).

Gambar 2.2 menunjukkan pola radiasi antena pada koordinat polar.

Main lobe (disebut juga main beam) didefinisikan sebagai lobe yang

mengandung arah dari radiasi maksimum. Minor lobe adalah lobe apa saja

selain major lobe. Side lobe adalah lobe pada beberapa arah selain lobe

yang diinginkan. Back lobe adalah lobe yang sumbunya terletak kira – kira

180° dari beam antena. (Rahmat, 2003).


10

Gambar 2.2 Pola radiasi pada koordinat polar

Half Power Beam Width (HPBW) adalah lebar sudut yang

memisahkan dua titik setengah daya pada pancaran utama dari pola

radiasi. HPBW dapat dihitung dengan mencari titik -3 dB dari nilai

maksimum pola radiasi tersebut, sebagaimana terlihat pada Gambar 2.2.

Ruang di sekitar suatu antena biasanya dibagi menjadi 3 daerah

yaitu reactive near field, radiating near field (Fresnel), dan far field

(Fraunhofer). Daerah reactive near field didefinisikan sebagai bagian dari

daerah bidang dekat di sekitar antena dimana bidang reaktif sangat

menonjol. Daerah radiating near field (Fresnel) didefinisikan sebagai daerah

dari bidang suatu antena antara daerah reactive near field dan daerah far

field dimana bidang radiasi menonjol dan dimana distribusi bidang siku –

siku bergantung pada jarak dari antena. Daerah far field (Fraunhofer)

didefinisikan sebagai daerah dari bidang suatu antena dimana distribusi

bidang siku – siku pada dasarnya tidak bergantung pada jarak dari suatu

antena. (Balanis, 2005)


11

Gambar 2.3 Perubahan tipe pola radiasi antena dari reactive


near field sampai far field

2. Lebar beam

Lebar beam dari suatu pola radiasi antena didefinisikan sebagai

sudut pemisahan antara dua titik yang sama dengan sisi yang berlawanan

dari pola maksimum. Salah satu lebar beam (beamwidth) yang digunakan

adalah Half Power Beamwidth (HPBW), yang didefinisikan oleh IEEE

bahwa pada suatu bidang yang mengandung arah dari beam maksimum,

sudut antara dua arah yang intensitas radiasinya setengah dari nilai beam.

Lebar beam (beamwidth) penting lainnya adalah sudut pemisahan antara

titik pertama dari pola yang disebut First Null Beamwidth (FNBW). Dalam

prakteknya istilah lebar beam (beamwidth) biasanya ditujukan pada HPBW.

(Balanis, 2005)
12

Gambar 2.4 3D (tiga dimensi) dan 2D (dua dimensi) pancaran antena

3. Penguatan

Penguatan antena didefinisikan sebagai perbandingan intensitas

radiasi pada arah tertentu terhadap intensitas radiasi antena isotropik.

Untuk menghitung besarnya penguatan suatu antena (Gt) yang

dibandingkan dengan antena standar (Gs), dapat dinyatakan secara

numerik yaitu berupa perbandingan daya antena yang diukur (Pt) dengan

daya antena isotropik (Ps) seperti persamaan 2.5 (Rahmat, 2003):

…………………………………….………….. (2.1)

dan dapat pula dinyatakan dalam satuan dB (desibel) sebagai berikut :

…………..………………………....… (2.2)

4. Keterarahan

Keterarahan didefinisikan sebagai perbandingan dari intensitas

radiasi suatu antena pada arah tertentu dengan intensitas radiasi rata-rata

pada semua arah. Keterarahan menggambarkan seberapa banyak suatu


13

antena memusatkan energinya pada suatu arah dibanding ke arah lain.

Keterarahan dapat menyatakan penguatan suatu antena jika seluruh daya

input menjadi daya radiasi. Dan hal ini tidak mungkin terjadi karena adanya

losses pada daya input. Bagian daya input (Pin) yang tidak muncul sebagai

daya radiasi diserap oleh antena dan struktur yang dekat dengannya.

Sehingga gain maksimum suatu antena sama dengan keterarahan

dikalikan dengan efisiensi dari antena. (Balanis, 2005).

Jika efisiensi antena 100%, maka keterarahannya akan sepadan

dengan penguatan dan antena akan menjadi isotropic radiator. Bentuk

matematisnya dinyatakan sebagai (Zooghby, 2005) :

…………………………………….…………...…… (2.3)

dimana : θH = sudut pada titik setengah daya bidang H (radian)

θE = sudut pada titik setengah daya bidang E (radian)

Jika arah tidak ditentukan, maka secara tidak langsung arah dari

intensitas radiasi maksimum (keterarahan maksimum atau maximum

directivity) dinyatakan sebagai berikut (Zooghby, 2005):

………………..…(2.4)

dimana : D = keterarahan (dimensionless)

D0 = keterarahan maksimum (dimensionless)

U = intensitas radiasi (W/satuan sudut ruang)


14

Umax = intensitas pancaran maksimum (W/satuan sudut

ruang)

Uo = intensitas pancaran rata-rata (W/satuan sudut

ruang)

Prad = total daya yang diradiasikan (W)

Keterarahan biasanya dinyatakan dalam dBi. Keterarahan

mempresentasikan pengarahan antena, semakin besar keterarahan dapat

diartikan bahwa lebar berkasnya semakin sempit. (Balanis, 2005)

5. Lebar pita

Lebar pita dari suatu antena didefinisikan sebagai rentang frekuensi

dari kinerja suatu antena yang berhubungan dengan beberapa karakteristik

yang sesuai dengan standar yang ditentukan. Pada rentang frekuensi

tersebut, antena diusahakan dapat bekerja dengan efektif agar dapat

menerima dan memancarkan gelombang elektromagnetik pada band

frekuensi tertentu. Distribusi arus dan impedansi dari antena pada range

frekuensi tersebut benar-benar belum mengalami perubahan yang berarti

sehingga masih sesuai dengan pola radiasi yang direncanakan dan VSWR

yang diijinkan. Secara umum, lebar pita (bandwidth) dapat ditentukan

berdasarkan Persamaan 2.9 (Zooghby, 2005):

……………………………………………..………(2.5)

Lebar pita (bandwidth) dapat pula dinyatakan dalam bentuk persen

sebagai berikut :
15

………………………….….……..……(2.6)

dengan: fU = frekuensi tertinggi dalam band (GHz)

fL = frekuensi terendah dalam band (GHz)

fC = frekuensi tengah dalam band (GHz)

Untuk antena broadband, lebar pita didefinisikan sebagai rasio

frekuensi teratas terhadap frekuensi terbawah dari frekuensi operasinya.

Suatu antena disebut antena broadband apabila fU/fL = 2. Lebar pita

dinyatakan oleh beberapa nilai karakteristik antena seperti impedansi input,

pola radiasi, lebar beam, polarisasi, penguatan, efisiensi pancaran berada

dalam level yang dapat diterima di sekitar pusat frekuensi. (Zooghby, 2005).

Persamaan untuk perhitungan lebar pita (bandwidth) antena yang

dikategorikan antena broadband adalah sebagai berikut (Balanis, 2005):

…………………………………..…….........(2.7)

sedangkan untuk menyatakan antena dengan lebar pita (bandwidth)

narrowband dalam bentuk persen dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan berikut :

…………………………...………..…… (2.8)

6. Polarisasi
16

Polarisasi sebuah antena didefinisikan sebagai arah penjalaran dari

gelombang yang ditransmisikan oleh antena. Polarisasi menggambarkan

magnitude relatif dari vektor medan listrik (E) sebagai fungsi waktu pada

titik tertentu pada suatu bidang perambatan. Ada beberapa jenis polarisasi

yang dapat terjadi pada gelombang elektromagnetik. Suatu polarisasi

disebut polarisasi vertikal jika medan listrik dari gelombang yang

dipancarkan antena berarah vertikal terhadap permukaan bumi. Sebaliknya,

suatu polarisasi disebut polarisasi horisontal jika medan listrik dari

gelombang yang dipancarkan antena berarah horisontal terhadap

permukaan bumi. Kedua jenis polarisasi tersebut sering disebut polarisasi

linier. (Balanis, 2005).

Namun ada beberapa jenis antena yang polarisasinya bukan

polarisasi vertikal maupun polarisasi horisontal karena gelombangnya

memiliki vektor medan listrik dimana ujung vektor tersebut seolah-olah

berputar membentuk suatu lingkaran ataupun ellipse dengan pusat

sepanjang sumbu propagasi. Selanjutnya jika perputaran ujung vektor

medan yang dipancarkan berbentuk lingkaran maka disebut polarisasi

circular. Jika vektornya berputar berlawanan arah jarum jam dinamakan

right hand polarize dan jika vektornya berputar searah jarum jam

dinamakan left hand polarize. Sedangkan jika perputaran ujung vektor

medan yang dipancarkan berbentuk ellipse maka dinamakan polarisasi

ellipse. Untuk melihat perbedaan dari beberapa pola radiasi tersebut dapat

dilihat pada Gambar 2.5 sampai dengan Gambar 2.9 berikut .


17

z
x

Gambar 2.5 Polarisasi linier horizontal

Gambar 2.6 Polarisasi linier vertikal

z
x

Gambar 2.7 Left hand circular polarize


18

z
x

Gambar 2.8 Right hand circular polarize

Gambar 2.9 Polarisasi elliptical

Agar dapat menerima sinyal yang maksimum, polarisasi antena

penerima harus sama dengan polarisasi antena pemancar.

7. Impedansi input

Impedansi input adalah impedansi yang diukur pada gerbang RF

terminal antena. Parameter ini merupakan perbandingan tegangan dan

arus pada titik tersebut. Impedansi input selain ditentukan oleh letak titik

catu antena, juga dipengaruhi oleh antena lain atau benda-benda yang

berada di sekitar antena serta frekuensi kerjanya. Impedansi input antena

dinyatakan dalam bentuk kompleks yang memiliki bagian real dan bagian
19

imajiner. Bagian real merupakan resistansi masukan (Rin) yang menyatakan

daya yang diradiasikan oleh antena pada medan jauh. Sedangkan bagian

imajiner merupakan reaktansi masukan (Xin) yang menyatakan daya yang

tersimpan pada medan dekat antena. Impedansi input antena dapat

dihitung sebagai berikut (Zooghby, 2005) :

…………………………………….…….…… (2.9)

8. Voltage Standing Wave Ratio (VSWR)

Ketika suatu saluran transmisi diakhiri dengan impedansi yang tidak

sesuai dengan karakteristik saluran transmisi, maka tidak semua daya

diserap di ujung. Sebagian daya direfleksikan kembali ke saluran transmisi.

Sinyal yang masuk bercampur dengan sinyal yang dipantulkan yang

menyebabkan suatu gelombang tegak tegangan mempola di saluran

transmisi. Perbandingan tegangan maksimum terhadap tegangan minimum

disebut Voltage Standing Wave Ratio (VSWR). (Rahmat, 2003).

Kondisi yang paling baik adalah ketika VSWR bernilai 1 (S=1) yang

berarti tidak ada refleksi ketika saluran dalam keadaan matching sempurna.

Namun kondisi ini pada praktiknya sulit untuk didapatkan. Oleh karena itu

nilai standar VSWR yang diijinkan untuk fabrikasi antena adalah VSWR ≤ 2.

Praktiknya suatu VSWR 1.2 : 1 adalah yang terbaik. Pada VSWR 2.0, kira-

kira 10% dari daya dipantulkan kembali ke sumber. Tingginya VSWR tidak

hanya berarti daya terbuang, tetapi juga daya yang dipantulkan akan

menyebabkan kabel panas. (Sari dkk, 2009).


20

Untuk dapat beroperasi efisien, pada antena perpindahan maksimum

daya harus berlangsung antara pemancar dan antena. Daya maksimum

yang ditransferkan dicapai ketika impedansi input antena Zin cocok dengan

impedansi antenna pemancar, sebagaimana rumusnya (Rahmat, 2003):

…………………………………………..….………… (2.10)

Jika kondisi ini tidak terjadi, maka akan menyebabkan suatu

gelombang berdiri atau VSWR. VSWR pada dasarnya adalah ukuran tidak

sepadannya impedansi antara pemancar dan antena. VSWR yang besar

berarti besar pula ketidaksepadanannya. Secara matematis VSWR

dinyatakan sebagai (Zooghby, 2005):

……………………………………….………… (2.11)

Perbandingan antara tegangan yang direfleksikan dengan tegangan

yang dikirimkan disebut sebagai koefisien refleksi tegangan :

……………………………………….……… (2.12)

dimana : Г = koefisien refleksi

Vr = amplituda gelombang yang dipantulkan

Vt = amplituda gelombang masuk

Zin = impedansi antena input

Zs = impedansi antena pemancar

Semakin besar nilai VSWR menunjukkan daya yang dipantulkan

juga semakin besar dan semakin tidak match.

B. Antena Microstrip
21

Konsep mengenai antena microstrip pertama kali diusulkan oleh

Deschamps pada tahun 1953. Namun mulai diimplementasikan dan

dikembangkan oleh Munson dan Howell pada tahun 1970 . Struktur dasar

dari sebuah antena microstrip dapat dilihat pada Gambar 2.10 berikut

(Waterhouse, 2003):

(a) (b)

Gambar 2.10 Struktur dasar antena microstrip


(a) tampak atas (b) tampak samping

Pada Gambar 2.10 di atas dapat diperhatikan struktur dasar dari

sebuah antena microstrip yaitu potongan (patch) logam yang biasanya

terbuat dari tembaga yang dicetak tipis pada dasar dielektrik yang

ditanahkan. Patch sebagai pelat yang meradiasikan daya dari sebuah

dielectric. Ground plane dan patch dihubungkan oleh sebuah center

conductor yang biasanya terbuat dari bahan tembaga.

Antena microstrip banyak digunakan pada link komunikasi antara

kapal dengan sistem satelitnya (untuk sistem navigasi), Global System for

Mobile Communication (GSM), domestic direct broadcast TV, telemetry,

radar, dan paling banyak digunakan yaitu pada Global Positioning System

(GPS) .
22

Bentuk patch sebagai elemen peradiasi antena microstrip

bermacam-macam, umumnya digunakan rectangular dan circular karena

lebih mudah dianalisis. (Waterhouse, 2003). Model dasar patch antena

microstrip yang banyak digunakan ditunjukkan pada gambar 2.11. (Kumar,

2003).

Gambar 2.11 Beberapa model patch untuk antena microstrip

Dielektrik merupakan komponen penting pada antena microstrip.

Oleh karena itu, penting untuk mengetahui karakteristik dari dielektrik

tersebut dengan mengetahui permitivitas relatif atau konstanta dielektrik.

Permitivitas relatif atau konstanta dielektrik adalah sebuah konstanta yang

melambangkan rapatnya fluks elektrostatik dalam suatu bahan bila diberi

potensial listrik. Permitivitas relatif merupakan perbandingan energi listrik

yang tersimpan pada bahan tersebut jika diberi sebuah potensial relatif
23

terhadap ruang hampa. Permitivitas relatif dilambangkan dengan huruf

Yunani εr atau kadang-kadang κ, K, atau Dk.

Pada Tabel 2.1 ditunjukkan beberapa bahan dielektrik yang tersedia

dalam software Ansoft HFSS v13 yang biasanya digunakan sebagai

substrat dielektrik dalam perancangan sebuah antena microstrip.

Tabel 2.1 Daftar permitivitas relatif beberapa material (Zooghby, 2005)

Material Permitivitas Relatif

Udara 1
Copper 1
RT/Duroid ™ 5880 2.2
FR4-Epoxy 4.4
Silicone – Nitrate 7
Mica 5.7
PEC 1
Alumina 9.4
Silicon 11.9
Gallium Arsenide 12.9
Roger 3210 10.2

FR-4 adalah singkatan dari Flame Retardant 4, merupakan jenis

bahan yang paling banyak digunakan untuk membuat Printed Circuit Board

(PCB). Harga FR4-Epoxy yang murah dan memiliki sifat mekanik yang baik

membuatnya sering digunakan untuk produksi massal produk-produk

konsumer elektronik, termasuk sistem microwave dan antena.

Bahan dielektrik lain yang sering dipakai adalah RT/Duroid ™ 5880

dengan permitivitas relatif 2.2, dan loss tangent 0.0012. Material ini dapat
24

memberikan bandwidth yang besar karena permitivitas relatifnya yang

rendah. (Chen dkk, 1997)

1. Karakteristik antena microstrip

Antena microstrip telah terbukti sebagai radiator yang sangat baik

untuk berbagai macam aplikasi karena beberapa kelebihan yang

dimilikinya. Antena microstrip memiliki dimensi yang kecil dan konfigurasi

yang low profile dibandingkan struktur antena yang lain, kemudahan

mengintegrasikan dengan Microwave Integrate Circuit (MIC) yang lain pada

substrat yang sama, dapat dibuat pelat yang digunakan untuk personal

mobile communication, dan yang paling banyak dimanfaatkan karena dapat

beroperasi pada beberapa band frekuensi (multiband frekuensi). (Kumar

dkk, 2003). Walaupun lebar pita (bandwidth) yang dihasilkan relatif lebih

sempit dibandingkan antena konvensional, namun saat ini telah banyak

dilakukan penelitian untuk peningkatan lebar pita antena microstrip dari

narrow bandwidth menjadi broad bandwidth. Lebar pita (bandwidth) dapat

ditingkatkan dengan menggunakan tebal substrat yang konstanta

dielektriknya rendah. Cara lain adalah dengan menggunakan teknik feeding

yang sesuai dengan model desain yang dibuat. (Chen dkk, 1997).

Unjuk kerja dari sebuah antena microstrip ditentukan oleh ukuran

patch dan tebal dielektrik. Ukuran dari dielektrik sangat kecil sebanding

dengan panjang gelombang. Oleh karena itu, patch antena ditujukan untuk
25

dua hal, yaitu untuk distribusi arus dan tegangan pada patch, serta

kemampuan meradiasikan gelombang elektromagnetik.

2. Konfigurasi antena microstrip

Pada dasarnya setiap elemen dari antena microstrip berpengaruh

terhadap unjuk kerja antena secara keseluruhan. Misalnya, lebar pita

(bandwidth) antena microstrip meningkat seiring dengan meningkatnya

ketebalan substrat h atau dengan menurunnya konstanta dielektrik εr.

Dalam prakteknya, ukuran dari ground plane terbatas (finite ground

plane) untuk mengurangi kompleksitas dalam proses komputasi

numeriknya. Pola radiasi dari antena rectangular microstrip (RMSA) dengan

finite ground plane tidak terhindarkan dari efek back lobe, sebaliknya pada

infinite ground plane tidak terdapat back lobe. (Kumar dkk, 2003).

Untuk mendapatkan bandwidth yang lebih lebar, bentuk patch yang

biasa dimodifikasi ke dalam beberapa bentuk antena microstrip. Berbagai

jenis konfigurasi antena microstrip tersebut yaitu, rectangular microstrip

antenna (RMSA), planar multiresonator broadband microstrip antennas,

multilayer broadband microstrip antennas, staked multiresonator microstrip

antennas, compact broadband microstrip antennas, tunable and dual band

microstrip antennas, dan broadband circularly polarized microstrip

antennas. (Kumar dkk, 2003).

Salah satu bentuk yang sederhana dan banyak digunakan pada

konfigurasi antena microstrip adalah rectangular microstrip antenna

(RMSA).
26

Gambar 2.12 A coaxial-feed RMSA : (a) Tampak atas


(b) Tampak samping (c) Sistem koordinat (Kumar dkk, 2003)

Rectangular patch ditentukan dengan panjang (L) dan lebar (W).

Sebuah microstrip line yang umum, lebarnya lebih kecil daripada panjang

gelombangnya. Akan tetapi, pada RMSA, lebar (W) sebanding dengan

panjang gelombang untuk meningkatkan radiasi dari tepinya. Karena tebal

substrat lebih kecil dari panjang gelombang, RMSA dianggap sebagai

bentuk two-dimensional planar.

Untuk mencari dimensi antena microstrip, harus diketahui terlebih

dahulu parameter bahan yang akan digunakan yaitu frekuensi resonansi

(fo), tebal dielektrik (h), konstanta dielektrik (εr), dan dimensi patch (W dan

L). Persamaan matematis yang digunakan untuk menentukan dimensi

antena tersebut adalah sebagai berikut (Kumar dkk, 2003):

 Lebar (W) microstrip patch antenna diberikan oleh persamaan

sebagai berikut,
27

.………..…………….……………………… (2.13)

 Permitivitas relatif efektif (εreff), dari persamaan diatas

memberikan permitivitas relatif efektif sebagai,

….…...………..…………… (2.14)

 Panjang patch (L) diberikan sebagai,

……………....……………………………… (2.15)

dengan panjang efektif (Leff)

….……..……..………………………………… (2.16)

dan panjang tambahan (∆L)

…………………………… (2.17)

dimana, c = 3.108 m/s

fo = frekuensi resonansi (Hz)

εr = permitivitas relatif

εreff = permitivitas relatif efektif

W = lebar patch (mm)

h = tinggi substrat (mm)

L = panjang patch (mm)

Leff = panjang efektif patch (mm)

∆L = panjang tambahan patch (mm)


28

Lebar pita (bandwidth) dari antena microstrip meningkat seiring

dengan meningkatnya ketebalan substrat h atau dengan menurunnya

permitivitas relatif (εr). Bagaimanapun, terdapat keterbatasan pada

praktiknya dengan bertambahnya ketebalan h. Dan jika kenaikan melebihi

0.1λo, terjadi propagasi surface wave yang menghasilkan penurunan unjuk

kerja antena. Selain itu dengan bertambahnya ketebalan h, induktansi

probe naik dan teknik penggantian probe yang dilakukan akan memperoleh

matching impedance . Pada praktiknya antena microstrip dengan lebar pita

kira-kira 10% untuk VSWR ≤ 2 telah didapat dengan menggunakan substrat

yang rendah konstanta permitivitas relatif. RMSA dapat dibuat menjadi

konfigurasi yang lebih kompleks untuk meningkatkan performansi antena.

Modifikasi antara lain dibuat planar multiresonator, multilayer, staked

multiresonator, dan seterusnya.

Planar multiple-resonator menggunakan patch microstrip untuk

operasi jalur lebar (broadband). Hanya sebuah patch pengumpan dan patch

lainnya dikopling secara parasitic. Kopling antara multiresonator telah

didapat dengan menggunakan salah satu celah kecil antara patch atau

langsung terhubung ke patch melewati microstrip line yang tipis. Berbagai

parasitic patches seperti narrow strip, shorted quarter-wavelength

rectangular patches dan rectangular resonator patches telah dikopling gap

ke central-fed rectangular patch. Beberapa kombinasi dari gap-coupled

rectangular patches tersebut ditunjukkan seperti pada Gambar 2.13 di

bawah ini. (Chen dkk, 1997)


29

Gambar 2.13. Berbagai bentuk gap-coupled multiresonator RMSA


(a) Tiga RMSA gap-coupled sepanjang radiating edge
(b) Tiga RMSA gap-coupled sepanjang non-radiating edge,
(c) Lima RMSA gap-coupled.

Multilayer broadband microstrip antenna menggunakan multiple

resonators untuk meningkatkan lebar pita, tetapi tidak menggunakan teknik

planar-couple seperti sebelumnya, namun dua atau lebih patch pada

lapisan berbeda dari substrat dielektrik ditumpuk satu sama lain. Teknik ini

menaikkan keseluruhan tinggi antena tetapi ukuran planar direction tetap

sama seperti single–patch antenna. Sehingga bentuk multilayer ini cocok

sebagai array element. Berdasarkan pada mekanisme koplingnya, bentuk

ini dikategorikan sebagai Electromagnetically Coupled MSAs (ECMSAs)

atau Aperture-Coupled MSAs (ECMSAs). Bentuk multilayer MSA ini

menghasilkan lebar pita hampir 70% untuk VSWR ≤ 2 dan perbedaan pola

pancarannya lebih dari impedansi bandwidth adalah kecil. Konfigurasi

multilayer broadband microstrip antenna dapat dilihat pada Gambar 2.14

(Kumar dkk, 2003) :


30

Gambar 2.14. Multilayer Broadband Microstrip Antennas

Teknik staked multiresonator microstrip antenna menggabungkan

planar dan multiresonator untuk lebih meningkatkan bandwidth dan gain.

Teknik ini menggunakan beberapa bentuk, multiple patches diletakkan di

lapisan bawah dan sebuah single patch diletakkan di lapisan atas.

Sebaliknya bisa juga sebuah single patch di lapisan bawah dan multiple

patches di lapisan atas. Patch bawah dapat dibangkitkan dengan microstrip

line atau coaxial feed melalui elektromagnetik atau aperture coupling.

Metode dari pengaruh eksitasi karakteristik lapisan bawah dan

ketidakmantapannya mempengaruhi unjuk kerja dari tumpukan patch.

(Kumar dkk, 2003).

Teknik compact broadband microstrip antennas dapat diterapkan

pada personal mobile communication dan sistem komunikasi kecil yang

membutuhkan MSA berukuran kecil pula. Ukuran dari bentuk MSA

konvensional yang beroperasi di band frekuensi Ultra High Frequency

(UHF) cukup besar karena panjang resonansinya berbanding terbalik

dengan frekuensi. Untuk mendesain antena yang lebih kecil di frekuensi ini,

bentuk MSA konvensional seperti rectangular dan circular perlu


31

dimodifikasi. Compact MSA dapat didesain dengan substrat yang memiliki

εr lebih tinggi. Dalam hal ini, ukuran bentuk MSA akan lebih kecil

dibandingkan dengan substrat yang memiliki εr rendah pada frekuensi

resonansi tertentu, tetapi bandwidth-nya kecil.

Teknik tunable and dual band MSA banyak diminati dalam berbagai

sistem dimana dapat ditala lebih pada jangkauan frekuensi besar. Antena

tunable ini memberikan pilihan untuk antena lebar pita besar, khususnya

ketika lebar pita besar diperlukan untuk mencakup berbagai kanal

narrowband. Di beberapa aplikasi, sistem harus bekerja di antara dua pita

frekuensi yang terpisah jauh. Dalam hal ini digunakan dual-band antena

daripada broadband antenna. Banyak aplikasi seperti satellite links,

wireless local network, cellular telephones, synthetic aperture radars, dan

radio frequency systems membutuhkan dual-frequency antenna. Dual-

frequency antenna adalah antena yang beroperasi hanya pada dua daerah

frekuensi saja. Dan ketika antena itu beroperasi lebih pada bandwidth yang

terbatas pada kedua frekuensi, maka itu disebut dual-band antenna.

Tunable dan dual-band antenna dapat menggunakan antena microstrip.

Sebuah Antena Microstrip boleh dibuat tunable dengan menghubungkan

beban reaktif variabel (induktif atau kapasitif) ke patch. Reaktansi variabel

didapat dengan mengubah panjang dari potongan stub kecil yang

didempetkan ke Antena Microstrip biasa, atau dengan mengubah jumlah

atau posisi dari shorting posts. Frekuensi resonansi Antena Microstrip dapat

ditala dengan mengubah air gap antara patch dan ground plane. Ketika dua
32

atau lebih frekuensi resonansi Antena Microstrip berdekatan satu sama

lainnya, diperoleh karakteristik broadband. Dan ketika frekuensi ini terpisah

signifikan, diperoleh dual-band operation. Dual-band operation dapat

berada pada frekuensi tetap atau berada pada kedua atau salah satu dari

frekuensi yang tertala.

3. Teknik feeding

Teknik feeding mempengaruhi impedansi input dan karakteristik

antena. Oleh karena itu teknik feeding tidak pernah terlepas dari proses

perancangan dan desain parameter antena microstrip.

Secara umum terdapat 4 teknik feeding yang populer digunakan

yaitu microstrip line, coaxial probe, aperture coupling, dan proximity

coupling. Microstrip line dan coaxial probe biasanya disebut direct feeding,

sedangkan aperture coupling dan proximity coupling biasanya disebut

indirect feeding. (Kumar dkk, 2003).

Microstrip feed line berupa pelat pengantar yang secara sekilas

seperti bagian dari radiating patch karena letaknya yang langsung di-couple

dengan patch, hanya saja memiliki lebar yang sangat kecil dibanding patch.

Struktur microstrip line seperti pada Gambar 2.17 dan Gambar 2.16

(Waterhouse, 2003):
33

Gambar 2.15 Struktur Microstrip Line

Gambar 2.16 Struktur Microstrip Line tampak samping

Microstrip line mudah dalam proses fabrikasinya dan tidak terlalu

rumit untuk mengintegrasikannya dalam struktur desain. Sedangkan

kekurangannya adalah jika tinjau dari aspek radiasi feed line. Struktur

microstrip line yang langsung ter-couple dengan patch dapat menimbulkan

cross polarisasi sehingga dapat mengacaukan radiasi medan listrik dan

medan magnet ke radiating patch . Selain itu, untuk daerah frekuensi

dengan panjang gelombang millimeter, ukuran feed line dapat sebanding

dengan ukuran patch.

Coaxial probe atau coaxial line feed tersusun seperti pada Gambar

2.17:

Gambar 2.17 Struktur coaxial probe feeding

Pada Gambar 2.17 di atas dapat dilihat struktur coaxial probe

feeding tampak atas dan tampak sampingnya. Coaxial probe adalah teknik

feeding yang paling banyak digunakan. Center conductor dari konektor


34

coaxial disolder langsung ke bagian patch melewati substrat dengan bagian

luarnya terhubung ke ground plane.

Kelebihan coaxial probe adalah kemudahan dalam proses

fabrikasinya dibandingkan teknik feeding yang lain. Selain itu fleksibilitas

penempatannya pada patch, dimana coaxial probe dapat ditempatkan di

setiap titik di dalam patch untuk memperoleh kesesuaian atau matching

impedansi inputnya. Namun kelemahannya adalah coaxial probe

dihubungkan ke substrat dengan membuat hole atau lubang pada ground

plane sehingga struktur yang demikian dapat menjadikan konfigurasi tidak

planar . Selain itu coaxial probe dapat menyebabkan impedansi input lebih

induktif seiring pertambahan panjang probe.

Seperti disebutkan di atas bahwa selain teknik direct feeding,

terdapat pula teknik indirect feeding yakni proximity coupling dan aperture

coupling. Proximity coupling dibuat dengan menempatkan feed line antara

dua medium dielectric yaitu antara patch dengan ground plane seperti

diperlihatkan pada Gambar 2.18:

Gambar 2.18 Struktur proximity coupling feed


35

Seperti terlihat pada Gambar 2.20 bahwa teknik feeding proximity

coupling tersusun atas dua layer, satu layer untuk patch dan layer yang lain

untuk feed line. Teknik ini memberikan peningkatan performansi yaitu

meningkatkan lebar bandwidth. Akan tetapi membutuhkan ketelitian

penyesuaian kedua layernya agar tepat berada pada koordinat yang sama.

Metode yang keempat adalah aperture coupling seperti pada

Gambar 2.19 :

Gambar 2.19 Struktur aperture coupling feed

Aperture coupling adalah teknik feeding yang paling sulit dalam

proses fabrikasi dan tergolong narrow bandwidth. Field dihubungkan dari

microstrip line feed ke radiating patch melalui hole atau semacam slot cut

pada ground plane. Aperture coupling biasanya diletakkan pada

pertengahan di bawah patch sehingga cross polarisasi dapat dihindari.

Dari keempat teknik feeding di atas, teknik yang dapat

menghasilkan bandwidth paling lebar adalah proximity coupling yaitu sekitar

13% lebih lebar. Akan tetapi kesulitannya adalah pada tahap fabrikasinya.

Sedangkan coaxial probe mudah dalam proses fabrikasinya dan fleksibel


36

penempatannya pada patch, dimana coaxial probe dapat ditempatkan di

setiap titik di dalam patch untuk memperoleh kesesuaian atau matching

impedansi inputnya.

C. Antena Cerdas

Sistem antena cerdas merupakan sistem antena yang memiliki

kemampuan untuk menyesuaikan arah pancaran utamanya ke arah target

yang dituju dan secara otomatis dapat menyesuaikan pergerakan user dan

kondisi kanal serta mampu mengarahkan null beam ke arah sinyal

penginterferensi sehingga dapat meningkatkan performansi dari system

komunikasi. (Herscovici dkk, 2000).

Tak bisa dipungkiri, kanal komunikasi nirkabel selalu dipengaruhi

oleh medan propagasinya. (Waterhouse, 2003). Fading adalah fenomena

pelemahan daya sinyal yang sampai di antena penerima dengan adanya

variasi peredaman gelombang radio yang bersifat acak oleh media

transmisi. Untuk sistem komunikasi radio dengan frekuensi yang lebih tinggi

lagi (10 GHz ke atas) hujan dan sintilasi juga dapat menyebabkan fading.

Fenomena fading ini dapat diatasi dengan penggunaan beberapa antena

penerima sekaligus yang terpisahkan oleh spasi jarak tertentu, teknik yang

biasa disebut space diversity. (Zooghby, 2005).

Antena cerdas bisa dikenal sebagai antena susun adaptif, antena

multiple dan akhir-akhir ini biasa dikenal sebagai teknologi MIMO,

merupakan kombinasi dari susunan elemen antena dengan kemampuan

pengolahan sinyal untuk mengoptimalkan daya pancar secara adaptif


37

sesuai kondisi respon lingkungan sinyal tersebut. Dengan demikian teknik

beamforming ini digunakan sebagai metode untuk meningkatkan Quality of

Service(QoS) dari sebuah jaringan nirkabel. (Abdelaziz, 2006). Teknologi

antena cerdas ini biasanya digunakan pada pemrosesan sinyal akustik,

memantau dan memindai radar, aplikasi radar pelacak, radio astronomi,

radio teleskop, dan lebih banyak lagi digunakan pada sistem komunikasi

seluler seperti W-CDMA dan UMTS.

Prinsip kerjanya sama dengan prinsip kerja tubuh manusia. Susunan

elemen antena berfungsi seperti telinga, kulit dan hidung, yaitu mampu

menerima kedatangan sinyal berupa sudut fasa sinyal datang. Algoritma

pemrosesan sinyal berfungsi seperti otak, yaitu mampu mengkorelasikan

semua sinyal datang yang dideteksi dan mengestimasinya sehingga dapat

ditentukan lokasi sinyal datang tersebut serta mampu membedakan sinyal

yang diinginkan dengan sinyal yang tidak diinginkan. Beamforming

berfungsi seperti mulut, yaitu mampu memberikan informasi kepada user

yang dideteksi dengan cara mengirimkan kembali sinyal tersebut pada arah

yang sama saat kedatangan sinyal tersebut.

1. Karakteristik antena cerdas

Keunggulan dari sebuah antena cerdas karena beberapa

karakteristik yang dimiliki diantaranya dari sisi ukuran. Ukuran yang optimal

sebuah antena cerdas tergantung implementasinya. Untuk perangkat

mobile nirkabel yang berukuran kecil seperti handset, notebook, dan PDA,

antena cerdas relatif berukuran lebih kecil pula, ringan, desain yang
38

compact dan user friendly. (Tsoulos, 1999). Beberapa literatur memaparkan

upaya pengembangan dengan melakukan optimisasi untuk mendapatkan

dimensi antena yang semakin kecil dan compact khususnya untuk aplikasi

mobile device. Sedangkan untuk aplikasi pada base station untuk

komunikasi nirkabel, dimensi antena relatif lebih besar struktur fisiknya.

(Zooghby, 2005).

Suplai daya listrik diperlukan untuk mengoperasikan sebuah antena

cerdas dan sangat diharapkan sebuah sistem antena yang tidak

membutuhkan terlalu banyak suplai daya listrik. Pada sistem antena

cerdas, terdapat beberapa teknik untuk memasang suplai daya listrik.

Sebagai contoh, aplikasi antena cerdas untuk komunikasi mobile satelite

ETS-VIII yang membutuhkan tegangan dari -3 Volt sampai +3 Volt dapat

diperoleh dari sebuah perangkat PC laptop menggunakan serial port.

Tegangan digunakan untuk memberikan suplai pada board switching

device sehingga kontrol beam steering dilakukan pada PC laptop. Teknik

yang berbeda pada kontrol beem steering yang didesain untuk aplikasi

WiMAX. Metode ini diimplementasikan dengan mengkombinasikan

microcontroller PIC18F2220 dan circular array parasitic patch. Operasi dari

switched parasitic smart antenna dikontrol oleh PC via RS232 port. Daya

listrik diperoleh dari port tersebut sekitar +5 Volt. (Tsoulos, 1999).

Rancangan sebuah antenna cerdas memiliki level penguatan yang

berbeda-beda tergantung dari struktur antena. Antena cerdas

dikembangkan berdasarkan fleksibilitas dari konstelasi elemen- elemen


39

parasitic. Secara umum dapat dihasilkan gain masing-masing sekitar 7 dBi

dan 5.5 dBi.

Dalam prakteknya, sistem komunikasi nirkabel dipengaruhi oleh efek

lintas jamak yang dapat menyebabkan fading dan interferensi. Salah satu

cara untuk mengurangi masalah tersebut adalah dengan memanfaatkan

electronic beamforming dari pengarahan antena array. Teknik ini pada

dasarnya didesain untuk membawa keseluruhan data dari antena array ke

tingkat pemrosesan selanjutnya untuk memaksimalkan performansi dan

meminimalkan faktor gangguan.

Salah satu teknik beamforming yang penting pada antena cerdas

adalah pergantian secara elektris arah pancaran. Teknik ini umumnya

diimplementasikan dengan melakukan switching pada beam utama. Untuk

melakukan hal tersebut, rangkaian RF harus memiliki kecepatan

pemrosesan dan beem steering yang tinggi. Kecepatan dari switching beam

dapat ditingkatkan menggunakan dua metode, pertama dengan

menurunkan delay loop routine pada algoritma pengontrolannya dan kedua

dengan mengubah kecepatan osilator kristal pada controller device.

Dalam banyak aplikasi, antena adalah sebuah sensor pasif. Antena

hanya dipasangkan pada jaringan komunikasi dimana antena tersebut tidak

berkontribusi untuk meningkatkan kualitas sinyal penerimaan. Algoritma

kontrol adaptif menggabungkan beberapa antena yang disebut array

sehingga antena dapat berfungsi sebagai sensor aktif. Oleh karena itu

antena dapat membantu meningkatkan performansi sistem komunikasi.


40

Banyak aplikasi yang menggunakan adaptif external antena karena

karakteristiknya yang flexible dan mudah dipasang pada perangkat

komunikasi nirkabel.

2. Tipe antena cerdas

Tipe antena cerdas yang diimplementasikan yaitu antena switched

beam dan antena adaptive array.

a. Antena switched beam.

Sistem antena cerdas memiliki beberapa beam-beam yang sempit

(narrow beam) yang dapat di switch kearah yang diinginkan. Jika

dibandingkan dengan sistem antena omnidirectional ataupun sectoral,

pemakaian switched beam akan lebih meningkatkan kapasitas sistem.

Ketika sinyal datang, base station menentukan beam yang potensial yang

mengarah pada sinyal datang tersebut kemudian mengaktifkan beam

tersebut sehingga user dapat berkomunikasi. Pemilihan beam yang

potensial tersebut biasanya didasarkan pada level daya terima maksimum

yang diterima oleh user. (Palantei, 2008).

Seperti dapat dilihat pada gambar berikut :

This beam is selected


Cell phone subscriber
41

Gambar 2.20 Prinsip kerja switched beam dari antena cerdas [8]

Sistem switch beam terdiri dari banyak antena array, tiap array

mencakup area tertentu. Sistem ini dilengkapi dengan penggeser phasa

yang berfungsi membentuk beam-beam dengan arah tertentu dan RF

switch yang berfungsi untuk mengaktifkan beam yang dipilih sesuai

arah yang diinginkan. Keputusan pemilihan beam yang tepat ini dikontrol

oleh algoritma tertentu. Algoritma ini akan melakukan pencarian semua

beam dan memutuskan satu beam berdasarkan sinyal yang terkuat yang

diterima dan diukur pada detector.

Beberapa metoda yang dapat digunakan sebagai rangkaian

penggeser phasa diantaranya adalah Buttler Matrix Array, Blass Array,

Wullenweber Array, Rotman Lens.

Switched beam memiliki beberapa kelebihan dibanding dengan

adaptive array diantaranya lebih sederhana, bisa meningkatkan cakupan

dan kapasitas sistem, lebih murah, lebih mudah diterapkan pada

sistem yang telah ada sebelumnya, tetapi juga memiliki kekurangan

diantaranya hanya cocok digunakan pada system yang tingkat

interferensinya rendah.

b. Antena adaptive array.

Perbedaan utama adaptive array dengan swtched beam adalah

pada kemampuan mengubah arah beam berdasarkan perubahan sinyal RF

secara dinamis. Perubahan sinyal RF ini didasarkan pada informasi yang


42

diperoleh dari elemen array yang diproses. Lebih lanjut pemrosesan sinyal

ini akan mengontrol beam ke arah user yang ingin dilayani, mengikuti

pergerakan user tersebut, dan secara bersamaan menekan level

interferensi yang muncul dari user lain dengan mengarahkan null beam

kearah signal penginterferensi tersebut.

Adaptive array merupakan system antena cerdas. Adaptive

array memiliki beberapa kelebihan dibanding dengan switched beam

diantaranya memiliki kemampuan menekan interferensi lebih baik,

membutuhkan proses handover yang lebih sedikit.

Desired cell
Null beam
phone

Antenna

Gambar 2.21 Prinsip kerja adaptive array dari antena cerdas

Adapun kekurangan dari sistem adaptive array diantaranya

adalah membutuhkan teknologi pemrosesan sinyal (DSP) dan algoritma

adaptive yang lebih rumit, membutuhkan interaksi yang lebih intens antara

base station dengan mobile station serta lebih sulit untuk

diimplementasikan pada system-sistem yang sudah ada. (Zooghby, 2005).


43

3. Fungsi antena cerdas

Sistem antena cerdas memperkirakan arah kedatangan dari sebuah

sinyal menggunakan teknik klasifikasi sinyal MUSIC (Multiple Signal

Classification), algoritma ESPRIT (Estimation of Signal Parameters via

Rotational Invariant Techniques), metode pensil matriks atau salah satu

dari turunan-turunan teknik tersebut. Fungsi dari teknik-teknik tersebut

adalah mencari spektrum spasial dari sebuah antena/sensor array, dan

menghitung DOA (Direction Of Arrival) dari puncak spektrum. Perhitungan

ini secara intensif terkomputerisasi. Metode pensil matriks sendiri sangat

efisien untuk penggunaan sistem real time. (Zooghby, 2003).

Fungsi lain dari sebuah antena cerdas adalah beamforming, yaitu

sebuah metode yang digunakan untuk membuat pola radiasi dari antena

array dengan cara menambahkan konstruksi dari phasa sebuah sinyal pada

arah target yang menginginkan bergerak, dan nulling pola dari target yang

interfering target. Hal ini dapat dikerjakan dengan baik dengan

menggunakan FIR sederhana yang tapped jalur delay filter. Besar dari filter

FIR akan terganti secara adaptive, dan digunakan untuk menyediakan

beamforming yang optimal, dan mengurangi MMSE antara yang diinginkan

dengan pola beam yang terbentuk. Jenis algoritma-algoritma ini

adalah steepest descent dan algoritma LMS. (Balanis, 1989).


44

Gambar 2.22 Prinsip kerja beamforming dari antena cerdas

Prinsip kerja beamforming dari antena cerdas seperti tampak pada

Gambar 2.23, susunan elemen antena akan menerima kedatangan sinyal

berupa sudut fasa sinyal datang. Lalu algoritma pemrosesan sinyal akan

mengkorelasikan semua sinyal datang yang dideteksi dan

mengestimasinya sehingga dapat ditentukan lokasi sinyal datang tersebut

serta dapat dibedakan sinyal yang diinginkan dan sinyal yang tidak

diinginkan. (Christodoulou, 2012).

4. Antena cerdas reconfigurable

Teori tentang reconfigurable antenna telah dikaji sejak tahun 2000-

an, akan tetapi hampir semuanya dibuat semacam mekanisme switching.

Antena yang dapat di-reconfigure (reconfigurable) memiliki kemampuan

meradiasikan lebih dari satu pattern baik pada frekuensi maupun polarisasi

yang berbeda. Reconfigurable antenna dapat diklasifikasikan dalam empat

kategori sebagai berikut (Christodoulou, 2012):

1. Frequency reconfigurable antenna, dimana elemen peradiasi

dapat mengubah dari satu frekuensi operasi ke frekuensi operasi

yang lain.
45

2. Radiation pattern reconfigurable antenna, dimana elemen

peradiasi dapat mengubah pattern atau menggeser pattern

sebuah antena

3. Polarization reconfigurable antenna, dimana elemen peradiasi

dapat mengubah polarisasi baik vertical maupun horizontal, left

hand atau right hand circular polarized dan seterusnya.

4. Kategori keempat merupakan kombinasi dari ketiga kategori

sebelumnya. Misalnya antena dapat mengubah frekuensi operasi

sekaligus polarisasi dalam satu waktu yang sama.

Beberapa teknik yang digunakan pada sistem reconfigurable

antenna ditunjukkan pada bagan berikut :

Gambar 2.23 Teknik-teknik yang digunakan pada system reconfigurable antenna

Gambar 2.23 di atas jelas ditunjukkan bahwa terdapat empat teknik

yang dapat digunakan untuk merekonfigurasi suatu system antena cerdas,

baik frekuensi, pattern maupun polarisasi. Teknik yang dapat dilakukan


46

yaitu secara elektris, secara optis, physical maupun dengan mengganti

material. (Christodoulou, 2012).

D. Mikrokotroller

Mikrokontroller adalah sebuah computer kecil di dalam satu IC

(integrated circuit) yang berisi CPU, mmori, timer, saluran komunikasi serial

dan parallel, port input/output, dan ADC (analog to digital converter).

Mikrokontroler digunakan untuk suatu tugas dan menjalankan program.

Saat ini keluarga mikrokontroller yang ada di pasaran yaitu Intel 8048,

Motorola 68HC 11, Microchip PIC, Hitachi H8 dan Atmel AVR. (Andrianto,

2013).

Gambar 2.25 menunjukkan 4 buah port yaitu port A (PA), port B

(PB), port C (PC) dan port D (PD). Keempat port tersebut merupakan jalur

bi-directional yang semuanya dapat diprogram sebagai input ataupun

output dengan pilihan internal pull-up.

Resolusi ADC dinyatakan dalam jumlah bit-bit dalam kode

keluaran digitalnya. Semakin tinggi resolusi ADC, maka semakin banyak

kemungkinan nilai- nilai analog yang bisa disajikan. AVR ATMega 16

memiliki fitur ADC sebanyak 8 channel dengan resolusi 10 bit register yang

digunakan untuk setting ADC.


47

Gambar 2.24 Susunan kaki-kaki IC AVR ATmega16

E. Solar Cell

Kebutuhan energy yang terus meningkat dan semakin menipisnya

cadangan minyak bumi memaksa manusia untuk mencari sumber- sumber

energy alternatif. Dalam upaya pencarian sumber energi baru sebaiknya

tidak berdampak buruk bagi kesehatan lingkungan. Oleh karena itu

perncarian diarahkan pada pemanfaatan energi matahari baik secara

langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan panel surya yang

dapat mengubah energy matahari menjadi energy listrik yang dinamakan

solar cell.

Teknologi Solar Cell telah lama dikenal oleh manusia penangkap

panas yang dibawa sinar matahari untuk diubah menjadi sumber energi

listrik. Penggunaannya juga sudah cukup luas dari menggerakkan mobil

hingga menggerakkan robot. Pada umumnya, Solar Cell merupakan


48

sebuah hamparan semi konduktor yang dapat menyerap photon dari sinar

matahari dan mengubahnya menjadi listrik. Sinar matahari yang mampu

diserap oleh Solar Cell berkisar antara 30% hingga 50%. Setiap jenis

semikonduktor yang berbeda hanya dapat menyerap photons pada tingkat

energi tertentu saja yang dikenal dengan istilah handgap. Sekarang ini,

Solar Cell yang baik adalah Cell dengan dua semikonduktor berbeda yang

disatukan untuk menyerap sinar matahari pada tingkat energi yang berbeda

pula. Meski demikian daya serapnya tetap berkisar 30% hingga 50% dari

energi sinar matahari.

Solar Cell merupakan suatu panel yang terdiri dari beberapa sel dan

beragam jenis. Penggunaan Solar Cell ini telah banyak digunakan di

negara-negara berkembang dan negara maju dimana pemanfaatannya

tidak hanya pada lingkup kecil tetapi sudah banyak digunakan untuk

keperluan industri sehingga energi matahari dapat dijadikan sebagai

sumber energi alternatif. Energi matahari mempunyai banyak keuntungan

dibandingkan dengan energi lain. Keuntungan yang dapat diperoleh adalah

jumlahnya cukup besar tidak menimbulkan polusi terdapat dimana-mana

dan tidak ada biaya penggunaan Solar Cell ini juga sangat cocok digunakan

di pedesaan dimana didaerah terpencil yang belum terjangkau arus listrik

maupun dimanfaatkan untuk alat dengan konsumsi listrik skala kecil

sehingga dapat membantu masyarakat yang membutuhkan.

F. Roadmap Penelitian
49

Penelitian ini bukan merupakan topik baru yang mengangkat hal

yang tidak pernah ada sebelumnya melainkan merupakan reka cipta dan

inovasi dari beberapa penelitian sebelumnya. Dengan demikian penelitian

ini akan memberikan hasil yang lebih optimal dari penelitian-penelitian yang

telah ada sebelumnya.

Adapun roadmap penelitian yang terkait dengan topik yang diangkat

oleh penulis adalah sebagai berikut :

1. Elyas Palantei, David V.Thiel dan Steven G. O’Keefe,

“Rectangular Patch with Parasitic Folded Dipoles: A

Reconfigurable Antenna”. Griffith School Engineering, Griffith

University, Brisbane, Australia. 2008. Dilakukan penelitian sebuah

reconfigurable antenna yang dapat bekerja pada multiband frekuensi

yaitu 5 GHz, 10 GHz dan 15 GHz. Antena ini juga dapat bekerja

untuk aplikasi WiMAX.

2. Federico Viani, “Dual Band Sierpinski Pre Fractal Antenna fo 2.4

GHz WLAN and 800 MHz LTE Wireless Device” Vol. 35,63-71.

ELEDIA Research Group, Department of Information

Engineering and Computer Science, University of Trento, Via

Sommarive 14, Trento, Italy, 2013. Dihasilkan sebuah rancangan

antena yang bekerja pada dua band frekuensi yaitu 2.4 GHz untuk

aplikasi WLAN dan 800 MHz untuk aplikasi LTE pada wireless

device.
50

3. Dwi Fadila Kurniawan, Erfan Achmad Dahlan, dan Ariestya Yoga

Pratama, “ Antena Mikrostrip Circular Array Dual Frequency”.

Jurnal EECCIS Vol.IV, No.1. Teknik Elektro Universitas

Brawijaya, Malang, Juni 2010. Pada tahun 2010, dilakukan

penelitian antena circular yang dapat bekerja pada dua frekuensi

yaitu pada band frekuensi GPS dan pada band frekuensi GSM.

Antena yang dihasilkan dapat secara baik bekerja pada dua

frekuensi tersebut dan dapat digunakan secara bersamaan.

4. Wira Indani dan Ali Hanafiah Rambe, “Rancang Bangun Antena

Mikrostrip Segiempat dengan Teknik Planar Array untuk

Aplikasi Nirkabel LAN”, Teknik Elektro Universitas Sumatra

Utara, Februari 2013. Dilakukan penelitian perancangan antena

mikrostrip segiempat dengan menggunakan teknik planar array yang

diperuntukkan untuk aplikasi nirkabel LAN. Antena yang dirancang

hanya bekerja pada frekuensi 2,4 GHz – 2,5 GHz.

5. Neha Singh, R. P. S Gangwar, “Design and Simulation of

Internal Multiband Planar Inverted – F Antenna for Mobile

Terminals”. Conference on Advances in Communication and

Control System. 2013. Pantnagar, Uttarakhand, India. Penelitian

ini menghasilkan sebuah patch antenna yang dapat bekerja pada

beberapa band frekuensi yaitu 2.3 GHz, 2.4 GHz dan 5.8 GHz.

Namun belum mengusung konsep ramah lingkungan.


51

Pada penelitian ini akan dilakukan perancangan antena yang akan

bekerja pada band frekuensi 2.4-2.5 GHz dan 5.8 GHz dengan sistem yang

dapat melakukan switching terhadap kedua band frekuensi tersebut. Sisi

lain yang akan dibuat inovasi adalah penggunaan sumber energy yang

ramah lingkungan yaitu menggunakan solar energy sebagai sumber energi

listrik.

G. Kerangka Konseptual

Beberapa konsep yang ditelitii selanjutnya dituangkan dalam

sebuah kerangka konseptual yang menjelaskan hubungan dari setiap

konsep yang digunakan. Pada gambar 2.25 dijelaskan bahwa penelitian ini

berlandaskan pada konsep utama yaitu system antena cerdas yang akan

diintegrasikan dengan sebuah chip mikrokontroller yang akan berkontribusi

untuk fungsi switching antena dari frekuensi standarisasi 802.11 a pada

frekuensi 5.8 GHz ke frekuensi standarisasi 802.11 b, 802.11 g dan 802.11

n pada frekuens 2.4 GHz dan sebaliknya. Konsep ramah lingkungan

dengan menggunakan solar energy yang bersumber dari solar panel

digunakan pula sebagai sumber catuan eneri system antena yang akan

dibangun.
52

Gambar 2.25 Kerangka konseptual sistem antena cerdas dan ramah lingkungan
53

BAB III

PERANCANGAN SISTEM ANTENA CERDAS

Antena yang dirancang beroperasi pada dua band frekuensi yaitu

standar 802.11b, 802.11g dan 802.11n pada frekuensi 2.4 GHz dan standar

802.11a pada frekuensi 5.8 GHz sesuai standar regulasi frekuensi Wifi

yang di keluarkan oleh badan standarisasi Institute of Electrical and

Electronics Engineers (IEEE). Antena akan diimplementasikan pada mobile

device sehingga diharapkan antena memiliki desain yang compact,

berukuran kecil, dan dapat beroperasi pada frekuensi wifi yang

terstandarisasi. Dalam perancangan ini akan dibuat simulasi sistem antena

cerdas dengan menggunakan software Ansoft High Frequency Structural

Simulator (HFSS) v.13. Setelah tahapan simulasi, selanjutnya dibuat

prototipe agar dapat dilakukan pengukuran secara langsung untuk

membandingkan kinerja hasil simulasi dengan pengukuran secara langsung

guna menilai keberhasilan perancangan antena.

Spesifikasi sistem yang digunakan pada perancangan antena

menggunakan software Ansoft High Frequency Structural Simulator (HFSS)

v.13 adalah prosessor 1.90 GHz, hard drive space (untuk software HFSS)

500 GB, dan RAM 4 GB. Sedangkan untuk optimalnya, konfigurasi

minimum yang direkomendasikan untuk Platform Windows adalah

processor 1 GHz, hard drive space (untuk software HFSS dan temporary
54

files) 500 MB, dan RAM 2 GB. Sistem operasi yang yang mendukung

adalah Windows 7 dan Windows 8 32-bit operating system.

Berikut framework perancangan sistem antena cerdas :

Mulai Studi Pustaka

Menentukan frekuensi kerja (fo), konstanta dielektrik (εr), tinggi substrat


(h), dimensi patch (L dan W), dan impedansi input.

Menghitung dimensi
antena

Simulasi menggunakan software


Ansoft HFSS v.13
Optimisasi dimensi
antena
VSWR ≤ 2, No
S11 < -10 dB

Yes
Prototype Integrasi RF Circiut,
Microcontroller & Solar Panel

No
Measurement

Yes

Laporan

Gambar 3.1 Framework perancangan

Perancangan dibagi dalam beberapa topik utama. Perancangan

pertama yaitu simulasi perancangan antena menggunakan software HFSS

v.13 hingga diperoleh parameter dengan performansi yang diharapkan.


55

Perancangan yang kedua yaitu pembuatan prototype yang terbuat dari

bahan yang sesuai dengan material pada perancangan menggunakan

software. Prototipe yang dibuat selanjutnya diintegrasikan dengan sirkuit

RF, mikrokontroller dan power supply yang bersumber dari solar energi.

Tahapan terakhir merupakan tahapan utama yaitu pengukuran kinerja

sistem antena cerdas yang telah dibuat dan implementasi ke perangkat

mobile device.

A. Parancangan Antena Microstrip

Tahapan perancangan awal antena microstrip menggunakan

software Ansoft High Frequency Structural Simulator (HFSS) v.13 dilakukan

dengan mengadospi dimensi desain dan semua spesifikasi antena yang

telah dirancang pada penelitian yang dijadikan rujukan utama. (Palantei

dkk, 2008). Dengan simulator Ansoft HFSS v.13 diperoleh parameter-

parameter penting yang menunjukkan performansi suatu antena

diantaranya koefisien refleksi (S11), Voltage Standing Wave Ratio (VSWR),

penguatan dan pola radiasi.

1. Simulasi Perancangan Antena Microstrip

Parameter penting dalam mendesain sebuah antena microstrip yaitu

frekuensi operasi (fo) yang beresonansi pada frekuensi 2.4 GHz dan 5.8

GHz. Impedansi terminal koaksial konektor SMA 50 Ω. Setiap substrate

dielektrik memiliki parameter yang berbeda – beda. Bahan dielektrik yang

digunakan dalam desain ini adalah FR4-Epoxy dengan permitivitas relative


56

(Ɛr = 4.4), dielektrik loss tangent (tan δ = 0.02) dan ketebalan substrate (h =

1.6 mm). Pemilihan bahan substrat ini berdasarkan kemudahan

memperolehnya, karena sering digunakan untuk produksi massal produk-

produk konsumer elektronik.

Berdasarkan pada penelitian yang telah diterbitkan sebelumnya

dibuat rancangan awal seperti berikut :

3.1.2 Optimalisasi Rancangan Antena Mikrostrip

3.1.3 Perancangan Layout Antena

3.1.4 Perancangan Prototype Komponen RF Antena

Gambar 3.2 Desain referensi antena microstrip menggunakan software Ansoft


HFSS v.13

Pada gambar 3.2 ditunjukkan bahwa keseluruhan sirkuit sistem

antena terdiri dari medan peradiasi antena (patch) dari bahan perfect

electric conductor (PEC), sirkuit kontrol RF yang terintegrasi,

mikrokontroller yang akan mengatur logika kontrol switching frekuensi dari

antena dan baterai solar cell untuk supply daya listriknya. Medan peradiasi

aktif di bagian tegah dan terdapat dua buah stripline folded dipoles di

samping kiri dan kanan center patch. Teknik feeding yang digunakan

adalah coaxial probe. Kedua folded dipoles memiliki dua pasang p.i.n diode
57

(A,B,C dan D) yang akan berkontribusi untuk fungsi switching beberapa

kondisi ketika folded dipole short-unshort dengan center patch sebagai

peradiasi utama. Konfigurasi switching dibagi menjadi empat sesuai tabel

3.1 berikut :

Tabel 3.1 Konfigurasi switching desain antena referensi


Switching Configuration Main Beam
fo
p.i.n. dioda p.i.n. dioda p.i.n. dioda p.i.n. dioda Direction
(GHz)
A B C D (°)
Off Off Off Off 10/11 0/180
Off On Off On 5/15 45/225
On Off On Off 5/15 315/135
Off On On Off 14/15 345/165

Dimensi antena pada gambar 3.2 yang dirancang secara rinci termuat

pada tabel berikut :

Tabel 3.2 Dimensi awal antena microstrip


Permitivitas Dimensi Antena (mm)
Struktur Material
Relatif Thickness Width Length Radius
FR-4
Dielectric 4.4 1.6 65 100 -
Epoxy
Center Patch 0.05 20 40 -
Patch Left Patch 0.05 20 40 -
Right Patch 0.05 20 40 -
A 0.05 3 8 -
PEC
B 0.05 3 8 -
Bridge
C 0.05 3 8 -
D 0.05 3 8 -
Ground Plane 0.05 65 100 -
Boundary Air 1 10 105 120 -
Conducting Wire Copper 1 1.6 - - 1.5
58

Pada tabel 3.2 ditunjukkan bahwa konfigurasi switching yang berbeda

menghasilkan frekuensi kerja yang berbeda dan sudut pengarahan yang

berbeda pula. Langkah perencanaan desain dilakukan dalam beberapa

tahap seperti Gambar 3.3 berikut :

Gambar 3.3 Langkah perencanaan desain microstrip antenna pada


software ansoft high frequency structural simulator (HFSS)
v.13

Desain menggunakan software Ansoft High Frequency Structural

Simulator (HFSS) v.13 dimulai dengan menentukan solution type pada

mode ”driven mode”. Dalam beberapa versi, mode ini telah ter-setting

sebagai default, dan pada beberapa versi yang lain membutuhkan

pengaturan secara manual. Langkah selanjutnya adalah menentukan

parametric model berupa geometry atau desain struktur antena, dan


59

material struktur antena yang dibuat. Sebagai contoh dalam desain

reconfigurable microstrip smart antenna ini digunakan material FR4-Epoxy

untuk substrate dielektriknya dan Perfect Electric Conductor (PEC) untuk

elemen peradiasi atau patch-nya. Selain pengaturan material yang

digunakan pada setiap struktur antena, dilakukan pula pengaturan

boundaries dan excitation untuk memperoleh catuan perambatan medan

elektrik dan medan magnetik.

Setelah tahapan perancangan selesai, software Ansoft High

Frequency Structural Simulator (HFSS) v.13 memberikan fasilitas untuk

melakukan validasi dan pengukuran beberapa parameter yang diperlukan

untuk menilai unjuk kerja sebuah antena sesuai kebutuhan. Jika parameter

hasil simulasi belum menunjukkan kinerja yang diharapkan, maka software

Ansoft High Frequency Structural Simulator (HFSS) v.13 ini juga

memberikan kemudahan untuk melakukan optimalisasi pada beberapa

struktur salah satunya adalah dimensi desain hingga diperoleh performansi

yang baik pada sebuah antena.

2. Optimalisasi Rancangan Antena Microstrip

Sesuai penjelasan pada subbab pertama, bahwa rancangan awal

antena didesain dengan mengacu pada jurnal yang telah diterbitkan

sebelumnya. Setelah dilakukan perancangan pada software Ansoft High

Frequency Structural Simulator (HFSS) v.13, dan diperoleh beberapa

parameter penting yaitu koefisien refleksi (S 11), VSWR, pola radiasi dan
60

penguatan antena. Namun hasil simulasi yang diperoleh belum mencapai

pendekatan hasil yang diharapkan dari sisi resonan frekuensi yang belum

mendekati 2.4 GHz dan 5.8 GHz. Selain itu, dimensi antena yang menjadi

rujukan tersebut (65x100 mm) masih terlalu besar untuk diaplikasikan pada

perangkat mobile device. Oleh karena itu dilakukan proses perhitungan

secara matematis berdasarkan frekuensi kerja yang diinginkan. Persamaan

matematis yang digunakan sesuai penjelasan pada Bab II yaitu persamaan

2.13 sampai persamaan 2.17.

Langkah- langkah perhitungan secara matematis berdasarkan

persamaan 2.13 sampai 2.17 pada Bab II menghasilkan dimensi sebagai

berikut :

 Frekuensi kerja (fo) : 2.4 GHz & 5.8 GHz

 Permitivitas relatif (Ɛr) : 4.4 FR-Epoxy

 Tebal substrate (h) : 1.6 mm

 Light Velocity (c) : 3x108 m/s

 Permitivitas efektif (Ɛr) : 4.085

 Lebar Patch (W) : 38.036 mm

 Panjang Patch (L) : 30.92 mm

 Lebar Substrate (Wg) : 47.63 mm

 Panjang Substrate (Lg) : 40.52 mm

 Lebar Feed (Wf) : 2.99 mm

 Panjang Feed (Lf) : 4.8 mm


61

Dimensi berdasarkan hasil perhitungan matematis menjadi dasar

untuk melakukan adjust desain, sehingga dihasilkan desain hasil

optimalisasi seperti pada tabel 3.3 berikut:

Tabel 3.3 Dimensi hasil optimalisasi rancangan antena


Permitivitas Dimensi Antena (mm)
Struktur Material
Relatif Thickness Width Length Radius
FR-4
Dielectric 4.4 1.6 47.63 40.52 -
Epoxy
Center Patch 0.05 16 36 -
Patch Left Patch 0.05 14 38.52 -
Right Patch 0.05 14 38.52 -
A 0.05 4 2 -
PEC
B 0.05 5 1.9 -
Bridge
C 0.05 5 1.6 -
D 0.05 4 2 -
Ground Plane 0.05 47.63 40.52 -
Boundary Air 1 10 155 120 -
Conducting Wire Copper 1 1.6 - - 1.5

Berbeda pada rancangan awal, rancangan akhir yang dihasilkan

diperoleh dengan membuat antena staked dengan rangkaian control RF

seperti gambar berikut :


62

40.52 mm

47.63 mm

Gambar 3.4 Desain akhir antena microstrip menggunakan software Ansoft


HFSS v.13

Pada gambar 3.4 di atas ditunjukkan bahwa struktur antena terpisah

dengan sirkuit kontrol RF dan mikrokontroller. Hal ini dilakukan untuk

meminimalkan struktur antena secara fisik. Selain itu struktur antena yang

terpisah tidak akan mengganggu kinerja antena itu sendiri.

3. Perancangan Layout Antena

Berdasarkan hasil perancangan pada software Ansoft HFSS v.13

seperti pada Gambar 3.4, maka dibuat prototipe antena microstrip. Proses

pembuatan prototipe antena microstrip menggunakan bahan dan alat

diantaranya PCB FR4-Epoxy dual layer, software CorelDraw Graphics Suite

X3, SMA Connector, seperangkat alat bor dan seperangkat alat solder.

Desain yang diperoleh berdasarkan hasil perancangan pada

software Ansoft HFSS v.13 seperti pada gambar 3.4 selanjutnya dibuat
63

layout pada Printed Circuit Board (PCB). Adapun tahap-tahap yang

dilakukan adalah sebagai berikut :

 Membuat model patch sesuai Gambar 3.4 pada software CorelDraw

Graphics Suite X3.

 Membuat model patch sesuai Gambar 3.4 pada software CorelDraw

Graphics Suite X3.

 Men-sablon PCB sesuai model yang telah dibuat dengan menggunakan

software CorelDraw Graphics Suite X3. Teknologi saat ini telah

memungkinkan untuk mencetak PCB sesuai layout yang telah dibuat

pada software CorelDraw Graphics Suite X3.

 Selanjutnya membuat lubang feed pada bagian yang telah ditentukan

untuk masukan SMA Connector dengan menggunakan bor berdiameter

2 mm.

 Memasukkan feed pada lubang yang telah dibuat pada PCB, kemudian

mensolder bagian atas dan bagian bawah PCB untuk dilekatkan dengan

SMA Connector. Hasilnya seperti pada Gambar III.8 dan Gambar 3.5

berikut :

(a) (b)
64

Gambar 3.5 Hasil rancangan prototipe antena microtrip : (a) patch; (b) groundplane

4. Perancangan Prototipe Sirkuit RF Antena

Jalur komunikasi dengan performansi yang dapat diandalkan pada

sistem wireless tergantung pada beberapa parameter penerimaan. Kinerja

dari keseluruhan sistem yang digunakan dilihat berdasarkan bit error rate

(BER) pada beberapa signal to noise ratio (SNR) yang digunakan.

Parameter tersebut sangat dipengaruhi dari kinerja sistem yang dirancang.

Rancangan sistem pada penelitian ini dibatasi pada kemampuan

mekanisme switching dari sistem antena yang dirancang.

Secara umum, prototipe antena microstrip diintegrasikan dengan

sirkuit kontrol RF dan mikrokontroller untuk menghasilkan kemampuan

switching pada dua band frekuensi pada 2.4 GHz dan 5.8 GHz yang

selanjutnya menjadi sebuah sistem yang disebut sistem antena cerdas.

Komponen untuk sirkuit RF yang digunakan yaitu low noise amplifier (LNA)

untuk meminimalkan gangguan yang diterima jenis IC MAX 2611, RF

detektor IC MAX 2015 (availability 1-3 GHz), RF detektor IC MAX 2851

(availability 4900-5900 MHz) dan operational amplifier (Op- Amp LM 385)

yang akan memberikan penguatan sinyal untuk memudahkan pembacaan

pada inputan mikrokontroller. Di sisi akhir sirkuit diintegrasikan dengan


65

mikrokontroller ATMega16 yang akan mengatur logika kontrol penerimaan.

Pada power level tertentu akan melakukan switching ke salah satu

frekuensi yang memiliki kualitas penerimaan lebih baik. Algoritma kontrol

diatur menggunakan bahasa pemrograman C yang diuraikan pada

lampiran.

Adapun rancangan sirkuit yang digunakan seperti gambar berikut :


DC

C2 R2
VDC 5 VOLT

R1 C5 C6 OUT

C3 C4 RF R3 R4
DETEKTOR
LM
C9 MAX 2015 358 N

C7 C8
GND OUT

MAX
2611
IN GND

C1

ANTENA

DC

C2 R2
VDC 5 VOLT

R1 C5 C6 OUT

C3 C4
RF R3 R4
DETEKTOR LM
358 N
C9 MAX 2015

C7 C8
GND OUT

MAX
2611
IN GND

Gambar 3.6 Rancangan sirkuir RF sistem antena cerdas


66

Bahasa pemrograman yang digunakan adalah Bahasa-C dengan

Basic Compiler AVR (BASCOM-AVR). Secara umum desain layout printed

circuit board (PCB) ditunjukkan seperti gambar berikut :

Gambar 3.7 Layout sirkuir RF pada PCB

Kontrol RF sirikuit dihubungkan dengan mikrokontroller dan inputan

dari antena. Untuk pengukuran diperoleh pancaran sinyal 2.4 GHz dan 5.8

GHz dari RF Generator sebagai pembangkit sinyal RF. Sinyal RF tersebut

diterima oleh antena dan antena akan bekerja berdasarkan control yang

deprogram pada mikrokontroller. Secara keseluruhan system terintegrasi

ditunjukkan pada gambar berikut :


67

Gambar 3.8 Sirkuit kontrol RF

Telah dijelaskan pada Bab I bahwa system memanfaatkan solar

energi yang bersumber dari solar panel atau solar cell (10 cell) dengan

besar tegangan yang dapat dicatu sebear 5 Volt DC. Seperti ditunjukkan

pada gambar berikut :

Gambar 3.9 Catuan sirkuit RF dan mikrokontroller system antena


68

B. Pengukuran Antena Microstrip

Pengukuran antena dilakukan setelah tahap perancangan prototipe

antena cerdas telah selesai. Pengukuran dilakukan untuk menilai

keberhasilan perancangan antena dengan membandingkannya terhadap

hasil simulasi pada software Ansoft HFSS v.13. Hasil pengukuran antena

yang akan digunakan sebagai tolak ukur kelayakan antena yang dirancang

terhadap spesifikasi yang telah ditentukan sebelumnya kemudian akan

dilakukan analisa terhadap penyimpangan yang terjadi.

Pengukuran dilakukan meliputi pengukuran port tunggal (koefisien

refleksi S11, VSWR dan impedansi masukan), pengukuran port ganda (pola

radiasi) dan pengukuran gain.

Pengukuran idealnya dilakukan dalam ruangan anechoic chamber

yang mampu menyerap gelombang elektromagnetik sehingga mengurangi

pantulan dan interferensi gelombang lain sehingga tingkat keakuratan hasil

pengukuran menjadi lebih presisi. Namun karena ketiadaan ruang anchoic

chamber, sehingga pengukuran hanya dilakukan menggunakan instrument

peralatan yang ada bertempat di ruang Laboratorium Telematika Radio dan

Microwave Jurusan Elektro Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.

Beberapa parameter utama yang dilakukan pengukuran adalah koefisien

refleksi S11, Voltage Standing Wave Ratio (VSWR), pola radiasi dan

penguatan (gain) antena.


69

1. Pengukuran Port Tunggal

Parameter-parameter antena yang dapat diukur dalam pengukuran

port tunggal meliputi pengukuran koefisien refleksi S 11, VSWR dan

impedansi masukan. Pengukuran parameter- parameter tersebut

menggunakan alat ukur Network Analyzer ENA Series E5071C 100 kHz –

8.5 GHz.

Gambar 3.10 Network Analyzer ENA Series E5071C

Gambar 3.11 Calibration Kit Type N 85032F

Pengukuran dilakukan setelah dilakukan kalibrasi pada network

analyzer. Pengukuran port tunggal dilakukan pada port 2 network analyzer.

Adapun prosedur pengukuran pada network analyzer diuraikan sebagai

berikut :
70

 Setelah kalibrasi dilakukan, hubungkan konektor input 50 Ω pada

antena yang akan diukur pada probe yang terpasang di NA.

Konfigurasi dapat dilihat pada gambar 3.8 berikut :

Gambar 3.12 Konfigurasi pengukuran port tunggal menggunakan


Network Analyzer ENA Series E5071C
 Untuk menampilkan rentang frekuensi sebagai pengamatan,

gunakan tombol start dan tombol stop pada NA. Network

analyzer ini hanya menampilkan frekuensi 100 KHz sampai 8.5

GHz.

 Tampilkan parameter-parameter yang akan dilihat hasil

pengukurannya dengan menekan tombol format yang terdapat

pada NA, kemudian pilih parameter satu per satu.

 Tombol log mag untuk menampilkan grafik return loss terhadap

frekuensi kerjanya, tombol SWR untuk menampilkan grafik

VSWR terhadap frekuensi kerjanya, dan tombol smith chart untuk

menampilkan besar impedansi pada frekuensi kerjanya.

 Pengukuran bandwidth dari grafik VSWR terhadap frekuensi

kerjanya. Dalam grafik tersebut dapat dilihat frekuensi kerja untuk

VSWR = 2 lalu nilai-nilai frekuensi tersebut nantinya disebut

frekuensi atas (f H) dan frekuensi bawah (f L). Kedua frekuensi


71

tersebut dikurangkan sehingga diperoleh selisih yang disebut

bandwidth (BW = fH - fL).

2. Pengukuran Port Ganda

a. Pengukuran pola radiasi.

Pengukuran pola radiasi melibatkan port ganda, dan dibutuhkan dua

buah antena identik yang memiliki frekuensi kerja yang sama digunakan

sebagai pemancar dan penerima. Pengukuran ini tetap menggunakan

Network Analyzer ENA Series E5071C. Format pengukuran adalah jenis

S21 dengan port 2 ditempatkan antena penerima dan pada port 1

ditempatkan antena pengirim.

Instrumen lain yang digunakan adalah Antenna Training System ED-

3200 sperti pada gambar berikut :

(a) Antenna Trainer ED-320 (b) Main Controller


Gambar 3.13 1 (satu) set Antenna Trainer ED-3200

Karena antena yang dirancang akan diimplementasikan untuk sistem

komputasi bergerak, maka secara ideal harus memiliki kualitas penerimaan

yang kompatibel dalam posisi penempatannya. Oleh karena itu selayaknya


72

dilakukan pengukuran pada posisi co-polarization dimana posisi antena

pemancar tepat berhadapan dengan posisi antena penerima dan pada

posisi cross-polarization dimana posisi antena penerima berbeda sudut 900

dengan posisi antena pemancar.

Untuk kedua kondisi tersebut, transmitter dan receiver diletakkan

pada jarak 1 meter. Kabel penghubung yang digunakan dari rectangular

microstrip antenna ke perangkat ukur Antenna Training System ED-3200

adalah kabel SMA Connector dengan panjang 0.5 meter. Sedangkan pada

transmitter, digunakan kabel SMA Connector dengan panjang 1.5 meter.

Seperti yang ditekankan sebelumnya bahwa transmitter yang digunakan

adalah Monopole Antenna 2 GHz yang memiliki karakteristik pemancaran

yang omnidirectinal.

Dari gambar konfigurasi seperti ditunjukkan pada gambar 3.9,

antena pemancar dan penerima diletakkan sejauh R. Jarak pisah harus

memenuhi syarat dimana antena bekerja pada medan jauhnya (far-field).

Agar dapat bekerja pada medan jauh (far-filed) dibutuhkan jarak pisah

maksimum (rmin), yang besarnya dapat dihitung dengan persamaan berikut :

……………………………………………(3.1)

Dimana : rmin = jarak minimum antena pemancar dan penerima (cm)

D = dimensi terbesar antena (cm)

λ = panjang gelombang (cm)


73

Dimensi terbesar antena yang ingin diukur adalah sebesar D = 65.

Pengukuran pola radiasi dilakukan pada tiga daerah resonan frekuensi

yaitu 2.4 GHz dan 5.8 GHz. Pada frekuensi pertama dengan resonan

frekuensi 2.4 GHz dengan λ = 12.5 cm diproleh jarak minimum sejauh 67.6

cm. Sedangkan untuk frekuensi 5.8 GHz dengan λ = 5.17 cm diperoleh

jarak minimum sejauh 163.3 cm.

Setelah menentukan jarak antar antena, kemudian antena

dihubungkan ke port NA menggunakan kabel koaksial kemudian antena

penerima diputar dari posisi 00 sampai dengan 3600 dengan interval 100.

Agar mendapatkan hasil yang akurat, pengukuran dilakukan sebanyak dua

kali kemudian diambil nilai rata-ratanya. Pola radiasi diukur pada dua

bidang yang saling tgak lurus yaitu bidang E dan bidang H untuk

mendapatkan gambaran pola radiasi dalam ruang.

b. Pengukuran penguatan (gain).

Ada dua metode untuk mengukur gain absolut. Kedua metode ini

adalah metode dua antena dan metod 3 antena. Kedua metode ini sama-

sama menggunakan persamaan Friss seperti ditunjukkan pada persamaan

3.2 berikut [8]:

………..…...(3.2)

Konfigurasi peralatan untuk pengukuran gain diprlihatkan oada gambar

3.13 berikut :
74

Gambar 3.14 Konfigurasi peralatan pengukuran gain


BAB IV

EVALUASI UNJUK KERJA RANCANGAN ANTENA

Untuk menilai unjuk kerja keberhasilan perancangan suatu antena,

perlu ditinjau beberapa parameter penting yang merepresentasikan unjuk

kerja antena yang dirancang. (Tsoulos, 1999). Dari beberapa parameter

penting antena, beberapa parameter yang akan disimulasikan

menggunakan software Ansoft HFSS v13 antara lain adalah Voltage

Standing Wave Ratio (VSWR), koefisien refleksi (S11), pola radiasi

berdasarkan dua dimensi (2D) dan pola radiasi berdasarkan tiga dimensi

(3D). (Balanis, 2005). Selain itu disimulasikan pula arah vektor E untuk

melihat arah penjalaran medan listrik antena. Parameter-parameter cukup

mewakili ukuran performansi suatu antena, sedangkan parameter-

parameter yang lain merupakan turunan atau penjabaran dari parameter-

parameter tersebut di atas. (Balanis, 1989).

Sistem antena cerdas yang telah dirancang harus diketahui sejauh

mana antena tersebut dapat bekerja sesuai spesifikasi dan unjuk kerja yang

diharapkan. Oleh karena itu, dilakukan proses analisa mulai dari analisa

pada tahapan perancangan desain dan analisa parameter yang

disimulasikan dengan software Ansoft HFSS v13 dan yang terakhir analisa

hasil pengujian pembuatan prototipe.


76

Software Ansoft HFSS v13 yang digunakan, selain dapat

memodelkan antena juga dapat mengukur beberapa parameter antena

yang penting yaitu Voltage Standing Wave Ratio (VSWR), koefisien refleksi

(S11) serta pola radiasi 2 (dua) dimensi dan 3 (tiga) dimensi.

A. Simulasi Desain Antena Microstrip

Desain awal antena microstrip yang mengacu pada rujukan utama

seperti pada gambar 3.2 dengan dimensi desain yang ditunjukkan pada

tabel 3.1. Switching konfigurasi mengacu pada tabel 3.2 dihasilkan

koefisien refleksi S11 seperti berikut :

Gambar 4.1 Perbandingan kofisien refleksi S 11 dimensi awal antena

Keempat konfigurasi yang dilakukan simulasi menunjukkan bahwa

antena bekerja pada daerah frekuensi kisaran 1200 MHz, 3700 MHz dan

4500 MHz. Secara terperinci ditunjukkan pada tabel 4.1 berikut :

Tabel 4.1 Hasil simulasi desain antena referensi


Switching Configuration fH – f L BW
p.i.n. p.i.n. p.i.n. p.i.n. (GHz) (MHz)
77

dioda A dioda B dioda C dioda D


Off Off Off Off 3.68 – 3.61 70
1.11 – 1.09 20
Off On Off On
3.78 – 3.67 110
1.10 – 1.08 20
On Off On Off 3.81 – 3.69 120
4.46 – 4.39 70
1.32 – 1.29 30
Off On On Off
4.77 – 4.62 150

Dari keempat konfigurasi switching yang dilakukan, diperoleh bahwa

antena belum bekerja pada daerah resonan frekuensi yang diharapkan

yaitu 2.4 GHz dan 5.8 GHz. Resonan frekuensi dapat dilihat berdasarkan

nilai koefisien refleksi S 11 ≤ -10 dB.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa hasil yang

diperoleh kurang optimal ditinjau dari beberapa parameter yang diuji,

sehingga dilakukan langkah modifikasi dimensi untuk memperoleh hasil

yang optimal. Langkah modifikasi dilakukan berdasarkan perhitungan

matematis sesuai persamaan 2.13 sampai 2.17 pada Bab II. Berdasarkan

perhitungan matematis diperoleh desain yang lebih compact untuk dapat

diimplementasikan pada perangkat komunikasi mobile, karena ukurannya

yang lebih kecil (W = 47.63 mm, L = 40.52 mm). Sehingga diperoleh model

akhir yang ditunjukkan pada gambar 3.4 dan pada tabel 3.3 ditunjukkan

detail dimensi antena.

Substrat dielektrik yang digunakan pada awalnya dibuat dengan

panjang (L) = 100 mm dan lebar (W) = 65 mm. Hasil modifkasi

perancangan menghasilkan panjang (L) dan lebar (W) masing-masing yaitu


78

47.63 mm dan 40.52 mm dengan ketebalan 1.6 mm. Setelah mencoba

berbagai dimensi untuk substrat dielektrik, ternyata hasil yang optimum

dengan dimensi yang tipis dan bandwidth yang lebar di peroleh jika tebal

substrat dielektrik adalah 1.6 mm. Adapun material yang digunakan yaitu

FR4-Epoxy.

Radiating Patch yang digunakan pada perancangan ini berbahan

Perfect Electric Conductor (PEC) dengan permitivitas relatif (εr = 1). Patch

berupa pelat yang memiliki panjang (L) 36 mm dan lebar (W) 16 mm untuk

center patch, panjang (L) 38.52 mm dan lebar (W) 14 mm untuk patch kiri

dan kanan. Ukuran ini diperoleh setelah melakukan beberapa kali simulasi

mulai dari ukuran yang diperoleh dari hasil perhitungan matematis. Lebar

(W) dari Rectangular Microstrip Antenna (RMSA) memiliki pengaruh yang

signifikan pada impedansi input, bandwidth dan penguatan antena [12].

Ukuran patch dapat lebih lebar atau lebih kecil dari ukuran yang diperoleh

dengan perhitungan matematis. Dengan menambah lebar (W) dari patch,

maka impedansi input akan mengalami penurunan. Hal ini dikatakan

berpengaruh pada perancangan karena impedansi input yang digunakan

pada perancangan ini selayaknya tidak mengalami perubahan yaitu

sebesar 50 Ω.

Akan tetapi, ukuran patch yang lebih kecil dapat meningkatkan

medan radiasi dan meningkatkan directivity. Sehingga untuk menghasilkan

impedansi matching digunakan coaxial probe dengan impedansi 50 Ω

dengan penempatan feed point pada posisi dimana impedansi antena


79

cocok dengan karakteristik impedansi feed. Dalam perancangan ini, feed

point diletakkan tepat pada pertengahan center patch (x potition = 0 mm)

[12]. Penempatan feed point yang kurang tepat dapat menyebabkan kondisi

missmatch.

Ground plane yang terbuat dari material PEC memiliki permitivitas

relative (εr =1). Dalam prakteknya, ukuran dari ground plane terbatas

sehingga disebut finite ground plane. Ukuran dari ground plane ini dibatasi

untuk mengurangi kompleksitas dalam proses komputasi numeriknya. Pola

radiasi dari sistem antena cerdasdengan finite ground plane tidak

terhindarkan dari efek back lobe, sebaliknya pada infinite ground plane

tidak terdapat back lobe.

Parameter penting yang diperoleh pada hasil simulasi adalah

koefisien refleksi S11, voltage standing wave ratio (VSWR), dan pola radiasi.

1. Koefisien Refleksi (S11)

Koefisien refleksi sekaligus menunjukkan daerah resonan frekuensi

mana yang menunjukkan unjuk kerja terbaik dari suatu antena, dalam hal

ini digunakan pendekatan S 11 ≤ -10 dB. Hasil simulasi koefisien refleksi

menunjukkan daerah resonan frekuensi antena yang ditunjukkan sebagai

berikut :
80

Gambar 4.2 Grafik koefisien refleksi S 11 antena microstrip pada software Ansoft
HFSS v.13

Berdasarkan gambar 4.2 ditunjukkan bahwa secara umum antena

dapat bekerja pada beberapa band frekuensi. Namun fokus dalam

penelitian ini adalah frekuensi kerja 2.4 GHz dan 5.8 GHz. Dapat dilihat

pada gambar 4.2 bahwa untuk daerah resonan frekuensi kerja 2.4 GHz

antena beresonansi pada band frekuensi 2.48 GHz sampai 2.52 GHz (40

MHz) menghasilkan minimum kofisien refleksi S 11 -30.01 dB. Sedangkan

untuk frekuensi kerja 5.8 GHz antena beresonansi pada frekuensi 5.75 GHz

sampai 5.87 GHz dengan (120 MHz) menghasilkan minimum koefisien

refleksi S 11 -14.09 dB. Nilai S 11 yang semakin kecil dari -10 dB menunjukkan

bahwa tegangan yang dipantulkan kembali ke sumber semakin kecil. Hal ini

berarti bahwa unjuk kerja antena pada frekuensi 2.5 GHz sangat baik yaitu

mencapai nilai -30.01 dB.

Dari data tersebut dapat dihitung frekuensi kerja (fc) dan besar

persentase impedansi bandwidth menggunakan persamaan 2.6 yang

dituliskan kembali sebagai berikut :


81

 Untuk daerah resonan frekuensi 2.4-2.5 GHz

= 1.6 %

 Untuk daerah resonan frekuensi 5.8 GHz

= 2.02 %

2. Voltage Standing Wave Ratio (VSWR)

VSWR adalah perbandingan antara amplitudo gelombang berdiri

(standing wave) maksimum (|V|max) dengan minimum (|V|min). Pada saluran

transmisi ada dua gelombang tegangan, yaitu tegangan yang dikirimkan

(Vo+) dan tegangan yang direfleksikan (V o-). Perbandingan tegangan yang

direfleksikan dengan yang dikirimkan disebut koefisien refleksi tegangan (ᴦ).

Hasil simulasi VSWR ditunjukkan pada gambar 4.2 berikut :


82

Gambar 4.3 Grafik VSWR antena microstrip pada software Ansoft HFSS v.13

VSWR menunjukkan banyaknya tegangan yang terpantul kembali ke

sumber akibat ketidak-matching-an impedansi saluran (Zo) dengan

impedansi beban (ZL) sehingga tidak semua dapat diserap pada beban.

Untuk kondisi ideal, nilai VSWR yang dipersyaratkan adalah VSWR = 1,

akan tetapi kondisi ini sangat sulit bahkan mustahil didapatkan pada kondisi

real. Namun antena dikatakan dapat bekerja dengan baik jika VSWR ≈ 1

atau 1≤VSWR≤2. Seperti ditunjukkan pada gambar 4.2 bahwa hasil

simulasi telah diperoleh nilai VSWR yang mendekati 1 pada band frekuensi

2.4 GHz dan 5.8 GHz. Nilai koefisien refleksi memiliki korelasi dengan nilai

VSWR. Untuk syarat minimum VSWR = 2, nilai S11 = -9.54 dB (berdasarkan

persamaan 2.11 dan 2.12) pada Bab II.

3. Pola Radiasi.

Simulasi menggunakan software HFSS dapat menghasilkan pola

radiasi tiga dimensi (3D) dan pola radiasi dua dimensi (2D).
83

Gambar 4.4 Pola radiasi 2D hasil simulasi antena microstrip pada software Ansoft
HFSS v.13

Pada gambar 4.3 di atas ditunjukkan pola radiasi hasil simulasi

menggunakan software Ansoft HFSS v.13. Pola radiasi cenderung

mendekati pola radiasi bidirectional, sehingga untuk implementasi dapat

dibuat algoritma antena cerdas untuk swithing beam. Penguatan maksimum

yang dicapai oleh antena pada kisaran 6.8 dBi.

Pola radiasi tiga dimensi (3D) menunjukkan representasi grafis

pengarahan antena dalam bidang ruang mencakup penjalaran medan listrik

(E) dan penjalaran medan magnet (H). Hasil simulasi ditunjukkan sebagai

berikut :
84

Gambar 4.5 Pola radiasi hasil simulasi antena microstrip pada software Ansoft HFSS
v.13

B. Analisa Hasil Pengukuran Antena Microstrip

Seperti dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa prototipe antena

yang telah difabrikasi dilakukan pengukuran untuk menguji karakteristik dan

parameter-parameter seperti yang diperoleh pada hasil simulasi

menggunakan software. Parameter yang diukur sesuai hasil simulasi

adalah parameter koefisien refleksi S11 & Voltage Standing Wave Ratio

(VSWR)

1. Koefisien Refleksi (S11)

Seperti dijelaskan pada Bab III bahwa pengukuran koefisien refleksi

dilakukan menggunakan network analyzer. Hasil pengukuran diperoleh

seperti pada gambar berikut :


85

Gambar 4.6 Grafik hasil pengukuran koefisien refleksi S 11 antena microstrip

Hasil pengukuran koefisien refleksi S 11 menggunakan VNA tidak

menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan hasil yang diperoleh pada

simulasi. Tidak berbeda dengan hasil simulasi bahwa antena juga dapat

bekerja pada kisaran frekuensi 2.4 GHz dan 5.8 GHz. Berikut grafik

perbandingan koefisien reflesi S 11 hasil simulasi dengan hasil pengukuran :

Gambar 4.7 Grafik perbandingan hasil simulasi dengan hasil pengukuran koefisien
refleksi S11 antena microstrip

Pada gambar 4.7 di atas ditunjukkan grafik perbandingan hasil

simulasi dengan hasil pengukuran koefisin refleksi S 11. Garis berwarna

merah menunjukkan hasil simulasi dan warna biru menunjukkan hasil


86

pengukuran. Pada hasil simulasi diperoleh bandwidth sebesar 40 MHz

pada daerah resonan frekuensi 2.4 GHz dan pada hasil pengukuran

diperoleh bandwidth yang sedikit bergeser yaitu f L = 2.51 GHz dan f H = 2.59

GHz, sehingga BW = f H – fL = 2.59 GHz – 2.51 GHz = 0.08 GHz = 80 MHz.

Demikian halnya pada frekuensi 5.8 GHz. Jika pada hasil simulasi diperoleh

bandwidth sebesar 120 MHz dengan nilai koefisien refleksi S 11 terendah

adalah -14.09 dB, pada hasil pengukuran diperoleh bandwidth yang sedikit

lebih lebar yaitu f L = 5.50 GHz dan f H = 5.95 GHz, sehingga BW = fH – fL =

5.95 GHz – 5.50 GHz = 0.45 GHz = 450 MHz. Hal ini bisa disebabkan oleh

beberapa factor diantaranya pencetakan antena yang tidak presisi atau

proses soldering yang menyebabkan hasil pengukuran sedikit berbeda

dengan hasil simulasi. Akan tetapi secara umum, ditunjukkan bahwa antena

dapat bekerja pada frekuensi 2.4 GHz dan 5.8 GHz dengan nilai minimum

koefisien refleksi S11 pada kisaran -38 dB.

1. Voltage Standing Wave Ratio (VSWR)

VSWR memiliki korelasi dengan nilai koefisien refleksi S 11, dimana

VSWR merupakan besarnya tegangan yang terpantul dijumlahkan dengan

besarnya koefisien pantul (ᴦ) sedangkan koefisien refleksi merupakan

fungsi dari koefisien pantul (ᴦ) dalam besaran decibel S11 = 20 log |ᴦ|.

Sehingga korelasi yang dihasilkan untuk nilai 1≤VSWR≤2, koefisien refleksi

S11 berada pada nilai di bawah -10 dB. Hasil pengukuran VSWR yang

diperoleh seperti ditunjukkan gambar 4.7 berikut :


87

Gambar 4.8 Grafik hasil pengukuran VSWR antena microstrip

Hasil pengukuran menunjukkan beberapa perbedaan dengan hasil

simulasi. Sama halnya dengan koefisien refleksi S 11, perbedaan ini dapat

disebabkan oleh beberapa factor diantaranya proses fabrikasi prorotype

yang tdk presisi atau ketidakakuratan alat ukur network analyzer. Untuk

melihat perbandingan hasil simulasi dengan hasil pengukuran ditunjukkan

pada gambar berikut :

Gambar 4.9 Grafik perbandingan hasil simulasi dengan hasil pengukuran VSWR
antena microstrip

Hasil simulasi diperoleh nilai VSWR 1.06 pada frekuensi 2.5 GHz,

dan 1.407 pada frekuensi 5.8 GHz. Sedangkan pada hasil pengukuran
88

diperoleh nilai VSWR 2.3 pada frekuensi 2.4 GHz dan 1.6 pada frekuensi

5.8 Ghz.

Hasil simulasi dan pengukuran antena microstrip menunjukkan

bahwa antena microstrip yang dirancang telah dapat digunakan untuk dual

band 802.11a pada frekuensi 5.8 GHz dan 802.11b, 802.11g, dan 802.11n

pada frekuensi 2.4 GHz. Namun antena tersebut harus diintegrasikan

terlebih dahulu dengan sirkuit kontrol RF dan mikrokontroller untuk

memperoleh fungsi switching frekuensi dan switching beam sebagai salah

satu syarat menjadi sebuah antena cerdas sehingga dapat disebut

reconfigurable microstrip smart antenna.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan analisa yang telah dilakukan, disimpulkan

bahwa berdasarkan hasil simulasi dan pembuatan prototype antena pada

pengujian beberapa parameter diantaranya koefisien refleksi S 11 dan

VSWR, maka antena tersebut telah dapat digunakan pada standar 802.11b,

802.11g, dan 802.11n pada frekuensi 2.4 GHz standar 802.11a pada

frekuensi 5.8 GHz. Bandwidth yang dihasilkan pada resonan frekuensi 2.4

GHz sebesar 40 MHz pada hasil simulasi (VSWR=1.06) dan 80 MHz pada

hasil pengukuran (VSWR=2.3), sedangkan pada resonan frekuensi 5.8

GHz dihasilkan bandwidth sebesar 120 MHz pada hasil simulasi

(VSWR=1.407) dan pada hasil pengukuran diperoleh bandwidth sebesar

450 MHz (VSWR=1.6).

B. Saran

Untuk kelanjutan penelitian ini penulis merekomendasikan dilakukan

analisa komputasi numerik untuk memperoleh hasil optimasi yang baik

dengan koleksi data yang lebih lengkap baik pada hasil simulasi maupun

hasil pengukuran. Parameter lain yang masih perlu dilakukan analisa

adalah parameter directivity, gain, polarisasi dan pola radiasi khususnya

untuk topik-topik penelitian terkait system antena cerdas. Di samping hal itu
90

tentunya dibutuhkan dukungan instrument perancangan prototype dan alat

ukur yang bisa memperkaya koleksi data hasil pengukuran.


DAFTAR PUSTAKA

Abdelaziz A. A. (2006). Bandwidth Enhancement Of Microstrip Antenna. Misr


University for Science and Technology.Department of Electronics and
Communication Faculty of Engineering.

Andrianto H. 2013. Pemrograman Mikrokontroller AVR ATmega16. BI Obses –


Informatika : Bandung

Balanis C.A. (1989). Advanced Engineering Electromagnetics, John Wiley & Sons,
New York.

Balanis C. A. (2005). Antenna Theory Analysis and Design. 3rd Edition. New
Jersey : John Wiley and Sons, Inc., Publication.

Behdad N., Sarabandi K., (2006). Dual-Band Reconfigurable Antenna with a Very
Wide Tunability Range. IEEE Transaction on Antennas and Propagation,
Vol. 54, No.2, pp.409-416.

Chen W., Lee Fong K. (1997). Advances in Microstrip Antennas. Texas: A&M
University. John Wiley and Sons, Inc., Publication.

Christodoulou C., Tawk Y., Lane S. A., Erwin S. R. (2012). Reconfigurable


Antennas for Wireless and Space Application. Proceeding of The IEEE |
Vol. 100, No.7.

Direktorat Jenderal Pos & Telekomunikasi (Ditjen Postel). (2005). Perencanaan


dan Kebijakan Spektrum Broadband Wireless Access (BWA). Direktorat
Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit – Departemen Komunikasi &
Informasi : Jakarta

Herscovici N., Christodoulou C. (2000). Smart Antennas. New Mexico: Democritus


University of Thrace, Electrical and Computer Engineering Department

Howell J. Q. (1995). Microstrip Antennas, IEEE Trans. Antennas Propagation, Vol.


AP-23 pp. 90-93

Indani W., Rambe A. (2013). Rancang Bangun Antena Mikrostrip Segiempat


dengan Teknik Planar Array untuk Aplikasi Nirkabel LAN. Teknik Elektro
Universitas Sumatra Utara.
Kurniawan D. W., Dahlan E. A., Pratama A. Y. (2010). Antena Mikrostrip Circular
Array Dual Frequency. Jurnal EECCIS Vol.IV, No.1. Teknik Elektro
Universitas Brawijaya: Malang.

Milligan T. A. (2005) Modern Antenna Design. 2nd Edition. New Jersey : John
Wiley and Sons, Inc., Publication.

Nguyen, Trong D., Duroc, Yvan, Yem Vu V., Vuong T.P. (2012). Frequency
Reconfigurable PIFA Antenna Driven By Microcontroller. IEEE.

Palantei E., Thiel D. V., O’Keefe S. G.(2008). Rectangular Patch with Parasitic
Folded Dipoles: A Reconfigurable Antenna. Griffith School Engineering,
Griffith University, Brisbane: Australia.

Palantei E. (2009). Switched Parasitic Smart Antenna-Design and Implementation


for Wireless Communication System. Ph.D Dissertation Thesis. Centre for
Monitoring & Application (CWMA) Griffith School of Engineering and
Information Technology. Griffith University: Australia.

Palantei E. (2008). Smart Antenna Characteristics for the Next Wireless Mobile
Environment. Proceedings of 1st Makassar International Conference On
Electrical Engineering and Informatics Hasanussin University, Makassar:
Indonesia.

Rahmat. (2003). Diktat : Antena dan Propagasi. Makassar : SMK Telkom Sandhy
Putra 2 Makassar.

Ramdano A., Ansyah M., Pratama E. W. R., Sari M. (2013). Infrastruktur Jaringan
WiFi di Universitas Multimedia Nusantara. Universitas Bina Darma
Palembang: Indonesia.

Sari D. R., Buwarda S. (2009). Perancangan Microstrip Antenna untuk Aplikasi


Base Station dan Mobile Station pada Sistem WiMAX. Jurusan Elektro
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Makassar: Indonesia.

Singh N., Gangwar R. P. S. (2013). Design and Simulation of Internal Multiband


Planar Inverted – F Antenna for Mobile Terminals. Conference on
Advances in Communication and Control System. Pantnagar, Uttarakhand:
India.

Tsoulos G. V. (1999). Smart Antennas for Mobile Communication Systems


benefits and challenges. Electronics and Communication Engineering
Journal.

Viani F. (2013). Dual Band Sierpinski Pre Fractal Antenna fo 2.4 GHz WLAN and
800 MHz LTE Wireless Device, Vol. 35,63-71. ELEDIA Research Group,
Department of Information Engineering and Computer Science, University
of Trento, Via Sommarive 14, Trento: Italy.

Waterhouse R. B. (2003). Microstrip Patch Antenna – A Designer’s Guide”.


Boston, London : Kluwer Academic RMIT University.

Winoto A. (2010). Mikrokontroller AVR Atmega 8/32/16/8535. Penerbit Andi.


Informatika : Bandung.

Yuliarto B. (2011). Solar Cell. Teknik Fisika. Institut Teknologi Bandung :


Indonesia.

Zooghby A. E. (2005). Smart Antenna Engineering—(Artech House Mobile


Communication Series)”. Boston, London : Artech House, Inc.

.
Lampiran 1
Listing Program Reconfigurable Smart Antenna System

$regfile = "m16def.dat"

$crystal = 12000000

$baud = 9600

$lib "lcd4busy.lbx"

Config Lcd = 16 * 2

Const _lcdport = Portb

Const _lcdddr = Ddrb

Const _lcdin = Pinb

Const _lcd_e = 2

Const _lcd_rw = 1

Const _lcd_rs = 0

Config Adc = Single , Prescaler = Auto , Reference = Internal

Config Portc = Output

Dim X As Word , Y As Word , Z As Word , A As Word , B As Word , C As


Word

Portc = &HFF

Enable Interrupts

Cls

Start Adc
Locate 1 , 3

Lcd "Sistem Antena Cerdas & Ramah Lingkungan"

For Y = 1 To 20

Shiftlcd Left 'menggerakkan Lcd Ke Kiri

Portc = &H00

Waitms 50

Next

Cls

Locate 2 , 3

Lcd " By Sukriyah Buwardah"

For Y = 1 To 10

Shiftlcd Left

Portc = &HFF

Waitms 50

Next

Do

Cls

X = Getadc(0)

A = X / 10

Y = Getadc(1)

B = Y / 10

Locate 1 , 1

Lcd ; "Data ADC=" ; A


Locate 2 , 1

Lcd ; "Data ADC=" ; B

Waitms 50

Loop

End

Led:

Portc = &H00

Wait 2

Portc = &HFF

Return
Lampiran 2
Data tabel hasil simulasi koefisien refleksi S 11 antena microstrip

Freq Freq Freq Freq Freq


S11[dB] S11[dB] S11[dB] S11[dB] S11[dB]
[GHz] [GHz] [GHz] [GHz] [GHz]
- - - -
1 2 -0.1128099 3 4 5.01
0.55966981 0.31243398 0.75318357 0.94537389
- - - - -
1.01 2.01 3.01 4.01 5.02
0.53076168 0.11589819 0.31813738 0.77435669 0.90657868
- - - - -
1.02 2.02 3.02 4.02 5.03
0.49852718 0.11935016 0.32500246 0.80430533 0.87304676
- - - - -
1.03 2.03 3.03 4.03 5.04
0.46248844 0.12319498 0.33315882 0.84123829 0.84417121
- - - - -
1.04 2.04 3.04 4.04 5.05
0.42240428 0.12746702 0.34276339 0.88312593 0.81943041
- - - - -
1.05 2.05 3.05 4.05 5.06
0.37857824 0.13220664 0.35400606 0.92779658 0.79837662
- - - - -
1.06 2.06 3.06 4.06 5.07
0.33241928 0.13746123 0.36711683 0.97306541 0.78062574
- - - -
1.07 2.07 3.07 -0.3823748 4.07 5.08
0.28747849 0.14328655 1.01688341 0.76584841
- - - - -
1.08 2.08 3.08 4.08 5.09
0.25149248 0.14974827 0.40011976 1.05748478 0.75376226
- - - -
1.09 2.09 -0.1569241 3.09 4.09 5.1
0.24090329 0.42076677 1.09350753 0.74412535
- - - - -
1.1 2.1 3.1 4.1 5.11
0.29248642 0.16490636 0.44482504 1.12406669 0.73673048
- - - - -
1.11 2.11 3.11 4.11 5.12
0.49858855 0.17380526 0.47292202 1.14877019 0.73140047
- - - - -
1.12 2.12 3.12 4.12 5.13
1.13328287 0.18375327 0.50583444 1.16768038 0.72798405
- - - -
1.13 2.13 3.13 4.13 5.14 -0.7263525
3.17605773 0.19491061 0.54452816 1.18123523
- - - - -
1.14 2.14 3.14 4.14 5.15
10.4223041 0.20747268 0.59020906 1.19014838 0.72639674
- - - - -
1.15 2.15 3.15 4.15 5.16
9.11301986 0.22167977 0.64438736 1.19530676 0.72802492
- - -
1.16 -3.8909226 2.16 3.16 -0.7089573 4.16 5.17
0.23783026 1.19768001 0.73116036
- - - - -
1.17 2.17 3.17 4.17 5.18
2.10921549 0.25629863 0.78629193 1.19824966 0.73573988
- - - - -
1.18 2.18 3.18 4.18 5.19
1.32348455 0.27756038 0.87934718 1.19796053 0.74171232
- - - -
1.19 -0.9116997 2.19 3.19 4.19 5.2
0.30222718 0.99175664 1.19769263 0.74903737
- - - -
1.2 2.2 3.2 -1.1278704 4.2 5.21
0.67014038 0.33109716 1.19825003 0.75768459
- - - -
1.21 2.21 -0.3652284 3.21 4.21 5.22
0.51725113 1.29263551 1.20036222 0.76763259
- - - -
1.22 2.22 3.22 -1.4911122 4.22 5.23
0.41517217 0.40604811 1.20469407 0.77886837
- - - -
1.23 -0.3442825 2.23 3.23 4.23 5.24
0.45551875 1.72725282 1.21186127 0.79138682
- - - -
1.24 -0.2935363 2.24 3.24 4.24 5.25
0.51639606 2.00137381 1.22244883 0.80519033
- - - - -
1.25 2.25 3.25 4.25 5.26
0.25631199 0.59263933 2.30575042 1.23703131 0.82028846
- - - - -
1.26 2.26 3.26 4.26 5.27
0.22844396 0.69007838 2.61863368 1.25619395 0.83669781
- - - -
1.27 2.27 3.27 4.27 5.28 -0.8544419
0.20721141 0.81751957 2.89981268 1.28055435
- - - - -
1.28 2.28 3.28 4.28 5.29
0.19078394 0.98860123 3.09513683 1.31078467 0.87355118
- - - - -
1.29 2.29 3.29 4.29 5.3
0.17790093 1.22488018 3.15653009 1.34763432 0.89406312
- - - - -
1.3 2.3 3.3 4.3 5.31
0.16767782 1.56064968 3.06897475 1.39195318 0.91602241
- - - - -
1.31 2.31 3.31 4.31 5.32
0.15948482 2.04872206 2.85998881 1.44471464 0.93948121
- - - -
1.32 2.32 3.32 -2.5814189 4.32 5.33
0.15286874 2.75879217 1.50703728 0.96449952
- - - - -
1.33 2.33 3.33 4.33 5.34
0.14750139 3.72942707 2.28298614 1.58020236 0.99114566
- - -
1.34 -0.1431448 2.34 3.34 4.34 -1.6656616 5.35
4.77539801 1.99810176 1.01949688
- - - -
1.35 -0.1396276 2.35 3.35 4.35 5.36
5.27004888 1.74337527 1.76502562 1.04964003
- - - - -
1.36 2.36 3.36 4.36 5.37
0.13682879 4.83127849 1.52388762 1.88001613 1.08167242
- - - -
1.37 2.37 3.37 4.37 -2.0123545 5.38
0.13466667 4.00861517 1.33849785 1.11570284
- - - - -
1.38 2.38 3.38 4.38 5.39
0.13309142 3.32355884 1.18339829 2.16354327 1.15185276
- - - -
1.39 2.39 3.39 4.39 -2.3344778 5.4
0.13208057 2.89424953 1.05406155 1.19025772
- - - - -
1.4 2.4 3.4 4.4 5.41
0.13163663 2.68915351 0.94615349 2.52480732 1.23106896
- - - - -
1.41 2.41 3.41 4.41 5.42
0.13178677 2.66649059 0.85588321 2.73196799 1.27445539
- - - - -
1.42 2.42 3.42 4.42 5.43
0.13258453 2.80606056 0.78007978 2.94987859 1.32060586
- - - -
1.43 2.43 3.43 -0.7161516 4.43 5.44
0.13411383 3.11277795 3.16749829 1.36973182
- - - -
1.44 -0.1364958 2.44 3.44 4.44 5.45
3.61852347 0.66200502 3.36786573 1.42207045
- - - - -
1.45 2.45 3.45 4.45 5.46
0.13989964 4.38974922 0.61595723 3.52877979 1.47788837
- - - - -
1.46 2.46 3.46 4.46 5.47
0.14455916 5.54660418 0.57665708 3.62642172 1.53748595
- - - -
1.47 2.47 3.47 -0.5430185 4.47 5.48
0.15079796 7.30886095 3.64203213 1.60120236
- - - - -
1.48 2.48 3.48 4.48 5.49
0.15906825 10.1285637 0.51416626 3.56910035 1.66942146
- - -
1.49 2.49 3.49 -0.4893929 4.49 -3.4166444 5.5
0.17001163 15.2562036 1.74257857
- - - - -
1.5 2.5 3.5 4.5 5.51
0.18455646 30.0180942 0.46812464 3.20607301 1.82116823
- - - -
1.51 2.51 -17.232278 3.51 4.51 5.52
0.20407856 0.44815415 2.96373813 1.90575278
- - - -
1.52 2.52 3.52 4.52 -2.7137466 5.53
0.23067427 11.0589381 0.43059951 1.99697157
- - - - -
1.53 2.53 3.53 4.53 5.54
0.26764077 7.84190775 0.41550194 2.47399528 2.09555019
- - - - -
1.54 2.54 3.54 4.54 5.55
0.32035071 5.84343343 0.40290509 2.25550739 2.20230841
- - - - -
1.55 2.55 3.55 4.55 5.56
0.39789544 4.50657934 0.39285645 2.06366525 2.31816458
- - - -
1.56 2.56 3.56 4.56 -1.8999898 5.57
0.51622368 3.57225624 0.38540891 2.44413211
- - - - -
1.57 2.57 3.57 4.57 5.58
0.70392815 2.89799569 0.38062228 1.76372358 2.58130093
- - - - -
1.58 2.58 3.58 4.58 5.59
1.01056054 2.39845566 0.37856485 1.65297916 2.73079173
- - - -
1.59 2.59 3.59 -0.379315 4.59 5.6
1.50183865 2.01986508 1.56547365 2.89366357
- - - -
1.6 2.6 3.6 4.6 -1.4989541 5.61
2.14916283 1.72713659 0.38296276 3.07074587
- - - -
1.61 2.61 3.61 4.61 5.62 -3.2623551
2.51594569 1.49673103 0.38961123 1.45142012
- - - - -
1.62 2.62 3.62 4.62 5.63
2.15683691 1.31247677 0.39937799 1.42122453 3.46785227
- - - - -
1.63 2.63 3.63 4.63 5.64
1.52955146 1.16302536 0.41239614 1.40710626 3.68501669
- - - - -
1.64 2.64 3.64 4.64 5.65
1.05008733 1.04025766 0.42881493 1.40818835 3.90928907
- - - -
1.65 -0.7453398 2.65 3.65 4.65 5.66
0.93826112 0.44879978 1.42395961 4.13311664
- - - -
1.66 2.66 3.66 4.66 5.67 -4.3459158
0.55457012 0.85265931 0.47253118 1.45424873
- - - - -
1.67 2.67 3.67 4.67 5.68
0.43135781 0.78016381 0.50020222 1.49919321 4.53538394
- - - -
1.68 2.68 3.68 -0.5320138 4.68 5.69
0.34849588 0.71826928 1.55920053 4.69060746
- - - - -
1.69 2.69 3.69 4.69 5.7
0.29057599 0.66504245 0.56816676 1.63489421 6.89061319
- - - - -
1.7 2.7 3.7 4.7 5.71
0.24868996 0.61897382 0.60884967 1.72703222 7.37351945
- - - - -
1.71 2.71 3.71 4.71 5.72
0.21750448 0.57887187 0.65422057 1.83637882 7.91423576
- - - -
1.72 -0.1937066 2.72 3.72 4.72 5.73
0.54378666 0.70438075 1.96350341 8.51757211
- - - -
1.73 2.73 3.73 4.73 5.74 -9.1872221
0.17516558 0.51295384 0.75933816 2.10847317
- - - - -
1.74 2.74 3.74 4.74 5.75
0.16046718 0.48575316 0.81895813 2.27040511 9.92406896
- - - -
1.75 2.75 3.75 -0.8828993 4.75 5.76
0.14864603 0.46167748 2.44685702 10.7229711
- - - -
1.76 2.76 3.76 -0.9505345 4.76 5.77
0.13902655 0.44030919 2.63308545 11.5669266
- - - - -
1.77 2.77 3.77 4.77 5.78
0.13112545 0.42130228 1.02085935 2.82130303 12.4174287
- - - -
1.78 2.78 -0.4043685 3.78 4.78 5.79
0.12459029 1.09239733 3.00023701 13.2017548
- - - -
1.79 2.79 3.79 4.79 -3.1554732 5.8
0.11915961 0.38926654 1.16311906 13.8056849
- - - - -
1.8 2.8 3.8 4.8 5.81
0.11463655 0.37579365 1.23040472 3.27109437 14.0936041
- - - - -
1.81 2.81 3.81 4.81 5.82
0.11087095 0.36377897 1.29108949 3.33273555 13.9718727
- - - - -
1.82 2.82 3.82 4.82 5.83
0.10774707 0.35307824 1.34163455 3.33131023 13.4532293
- - -
1.83 2.83 -0.3435696 3.83 -1.3784529 4.83 5.84
0.10517486 3.26581231 12.6478492
- - - -
1.84 2.84 3.84 -1.3983795 4.84 5.85
0.10308378 0.33515027 3.14367945 11.6956587
- - - - -
1.85 2.85 3.85 4.85 5.86
0.10141836 0.32773381 1.39921472 2.97849198 10.7173815
- - - -
1.86 -0.1001349 2.86 3.86 4.86 5.87
0.32124801 1.38020978 2.78627246 9.80578476
- - - - -
1.87 2.87 3.87 4.87 5.88
0.09919901 0.31563315 1.34234198 2.58209756 9.02726119
- - - - -
1.88 2.88 3.88 4.88 5.89
0.09858387 0.31084071 1.28827327 2.37804927 8.41122357
- - - - -
1.89 2.89 3.89 4.89 5.9
0.09826882 0.30683227 1.22198966 2.18257934 7.94014489
- - - - -
1.9 2.9 3.9 4.9 5.91
0.09823837 0.30357881 1.14822894 2.00082124 7.56573289
- - - -
1.91 2.91 3.91 -1.0718617 4.91 5.92
0.09848139 0.30106009 1.83532036 7.24105307
- - -
1.92 -0.0989906 2.92 3.92 4.92 5.93 -6.9382886
0.29926441 0.99737453 1.68681897
- - - -
1.93 2.93 3.93 -0.9285365 4.93 5.94
0.09976214 0.29818845 1.55492007 6.64702283
- - - - -
1.94 2.94 3.94 4.94 5.95
0.10079523 0.29783737 0.86825527 1.43858038 6.36606654
- - - - -
1.95 2.95 3.95 4.95 5.96
0.10209207 0.29822509 0.81857931 1.33644581 6.09733311
- - - -
1.96 2.96 3.96 4.96 5.97 -5.8429357
0.10365769 0.29937482 0.78078508 1.24706388
- - - -
1.97 2.97 3.97 -0.7554944 4.97 5.98
0.10549997 0.30131983 1.16900911 5.60424936
- - - - -
1.98 2.98 3.98 4.98 5.99
0.10762967 0.30410446 0.74278509 1.10095062 5.38182032
- - - -
1.99 2.99 -0.3077855 3.99 4.99 6
0.11006061 0.74227604 1.04168327 5.17554334
Lampiran 3
Data tabel hasil simulasi VSWR antena microstrip

Freq Freq Freq Freq Freq


S11[dB] S11[dB] S11[dB] S11[dB] S11[dB]
[GHz] [GHz] [GHz] [GHz] [GHz]
1 31.05007451 2 153.993792 3 55.60743509 4 23.07891971 5 17.56381851
1.01 32.7400886 2.01 149.8904973 3.01 54.61075135 4.01 22.44867734 5.01 18.39370142
1.02 34.85576852 2.02 145.5553395 3.02 53.45746056 4.02 21.61391918 5.02 19.17930271
1.03 37.57041641 2.03 141.0128089 3.03 52.14902936 4.03 20.66638741 5.03 19.91462905
1.04 41.1340593 2.04 136.2869456 3.04 50.68812498 4.04 19.68772657 5.04 20.59469811
1.05 45.894157 2.05 131.4012289 3.05 49.07877484 4.05 18.74149338 5.05 21.21554354
1.06 52.26501775 2.06 126.3784811 3.06 47.32652948 4.06 17.87130016 5.06 21.77419492
1.07 60.43361698 2.07 121.2407853 3.07 45.43862341 4.07 17.10286174 5.07 22.26863604
1.08 69.07957095 2.08 116.0094188 3.08 43.42412672 4.08 16.44773711 5.08 22.69774544
1.09 72.11563155 2.09 110.7048017 3.09 41.29407901 4.09 15.90726837 5.09 23.0612234
1.1 59.39906861 2.1 105.3464606 3.1 39.0615958 4.1 15.47596546 5.1 23.35950924
1.11 34.85148063 2.11 99.9530088 3.11 36.7419364 4.11 15.14410297 5.11 23.59369298
1.12 15.35046254 2.12 94.54214081 3.12 34.35252196 4.12 14.8995688 5.12 23.76542461
1.13 5.530411874 2.13 89.13064349 3.13 31.91289191 4.13 14.72911092 5.13 23.87682405
1.14 1.862133955 2.14 83.73442324 3.14 29.44458854 4.14 14.61914356 5.14 23.93039412
1.15 2.077995651 2.15 78.36855075 3.15 26.97096082 4.15 14.55625161 5.15 23.92893838
1.16 4.539105456 2.16 73.04732558 3.16 24.51688208 4.16 14.52749879 5.16 23.87548536
1.17 8.276565345 2.17 67.78436372 3.17 22.1083801 4.17 14.52061421 5.17 23.77321978
1.18 13.15117477 2.18 62.59271373 3.18 19.77218381 4.18 14.52410773 5.18 23.62542155
1.19 19.07176839 2.19 57.4850091 3.19 17.53519725 4.19 14.52734615 5.19 23.43541246
1.2 25.93545512 2.2 52.47366854 3.2 15.42391886 4.2 14.52060968 5.2 23.20651055
1.21 33.59473141 2.21 47.57116059 3.21 13.46383339 4.21 14.49513983 5.21 22.94199172
1.22 41.85031615 2.22 42.79035544 3.22 11.67881376 4.22 14.44318389 5.22 22.6450583
1.23 50.46452735 2.23 38.14499549 3.23 10.09058287 4.23 14.35803796 5.23 22.31881369
1.24 59.18665875 2.24 33.65032587 3.24 8.718296193 4.24 14.2340881 5.24 21.96624272
1.25 67.78083172 2.25 29.3239364 3.25 7.578302216 4.25 14.06684852 5.25 21.59019695
1.26 76.04832577 2.26 25.18687197 3.26 6.684080599 4.26 13.85299472 5.26 21.19338428
1.27 83.83999409 2.27 21.26505858 3.27 6.046194793 4.27 13.59039001 5.27 20.77836218
1.28 91.05838622 2.28 17.59104474 3.28 5.671869441 4.28 13.278104 5.28 20.34753421
1.29 97.65202732 2.29 14.20592698 3.29 5.563876941 4.29 12.91642182 5.29 19.9031489
1.3 103.60535 2.3 11.16105026 3.3 5.719216337 4.3 12.50684389 5.3 19.44730097
1.31 108.9274071 2.31 8.51859946 3.31 6.128851622 4.31 12.05207589 5.31 18.98193405
1.32 113.6414634 2.32 6.349726048 3.32 6.779006826 4.32 11.5560094 5.32 18.50884485
1.33 117.7764952 2.33 4.729371062 3.33 7.652991607 4.33 11.02369357 5.33 18.02968825
1.34 121.3608374 2.34 3.728938756 3.34 8.732447625 4.34 10.46129835 5.34 17.54598314
1.35 124.4177625 2.35 3.396829981 3.35 9.997881885 4.35 9.876069417 5.35 17.05911877
1.36 126.9625948 2.36 3.687918967 3.36 11.4288716 4.36 9.276274878 5.36 16.57036142
1.37 129.0009446 2.37 4.410257592 3.37 13.00423663 4.37 8.671143118 5.37 16.08086119
1.38 130.5277162 2.38 5.290478814 3.38 14.70227127 4.38 8.070790734 5.38 15.59165884
1.39 131.5266419 2.39 6.057603503 3.39 16.50102215 4.39 7.486138977 5.39 15.1036926
1.4 131.9701979 2.4 6.511461124 3.4 18.37857537 4.4 6.928816077 5.4 14.61780478
1.41 131.8198569 2.41 6.565932397 3.41 20.31332406 4.41 6.411040628 5.41 14.1347483
1.42 131.0267227 2.42 6.24455683 3.42 22.28420035 4.42 5.945475478 5.42 13.65519295
1.43 129.5326846 2.43 5.640397347 3.43 24.27086582 4.43 5.545029063 5.43 13.17973144
1.44 127.2723163 2.44 4.87002518 3.44 26.25386081 4.44 5.222559313 5.44 12.70888532
1.45 124.1758336 2.45 4.041226204 3.45 28.21471681 4.45 4.990411049 5.45 12.24311073
1.46 120.1735023 2.46 3.237679669 3.46 30.13603769 4.46 4.859719426 5.46 11.78280405
1.47 115.2019297 2.47 2.515427096 3.47 32.00155624 4.47 4.839484112 5.47 11.32830769
1.48 109.2126454 2.48 1.905210012 3.48 33.79617266 4.48 4.935563871 5.48 10.87991596
1.49 102.1832106 2.49 1.417383616 3.49 35.5059805 4.49 5.149847184 5.49 10.43788149
1.5 94.13072182 2.5 1.065170523 3.5 37.11828542 4.5 5.47977747 5.5 10.00242231
1.51 85.12691538 2.51 1.318911581 3.51 38.77155438 4.51 5.918200818 5.51 9.573730219
1.52 75.31312613 2.52 1.777516826 3.52 40.35150235 4.52 6.453388085 5.52 9.151980853
1.53 64.91220858 2.53 2.363715988 3.53 41.81711366 4.53 7.06915866 5.53 8.737346486
1.54 54.2335257 2.54 3.08416019 3.54 43.12403735 4.54 7.745169121 5.54 8.330012588
1.55 43.666791 2.55 3.940847134 3.55 44.22669032 4.55 8.457485827 5.55 7.930199766
1.56 33.66155599 2.56 4.931323954 3.56 45.08102651 4.56 9.17951918 5.56 7.538193145
1.57 24.69184708 2.57 6.04991616 3.57 45.64777237 4.57 9.883310321 5.57 7.154381885
1.58 17.20962755 2.58 7.288865692 3.58 45.8957804 4.58 10.54107442 5.58 6.779312132
1.59 11.595811 2.59 8.639187862 3.59 45.80504297 4.59 11.1268424 5.59 6.41375711
1.6 8.12424128 2.6 10.09125747 3.6 45.36888542 4.6 11.61801499 5.6 6.058807758
1.61 6.952880934 2.61 11.63518576 3.61 44.59494659 4.61 11.99665248 5.61 5.715985326
1.62 8.095628407 2.62 13.26105015 3.62 43.50475003 4.62 12.25036544 5.62 5.387371866
1.63 11.38676787 2.63 14.95902557 3.63 42.13192303 4.63 12.37273607 5.63 5.075742722
1.64 16.5633201 2.64 16.71945251 3.64 40.51936187 4.64 12.36327001 5.64 4.784663354
1.65 23.32149403 2.65 18.53286641 3.65 38.71580362 4.65 12.22694026 5.65 4.518478499
1.66 31.33540681 2.66 20.39000484 3.66 36.77231088 4.66 11.97342655 5.66 4.2820796
1.67 40.28059514 2.67 22.28180366 3.67 34.7391097 4.67 11.61617116 5.67 4.080309963
1.68 49.8545621 2.68 24.19938889 3.68 32.66308115 4.68 11.17136794 5.68 3.916910542
1.69 59.78952156 2.69 26.13406863 3.69 30.58604308 4.69 10.65698117 5.69 3.79309433
1.7 69.85793105 2.7 28.07732695 3.7 28.54381391 4.7 10.09186334 5.7 3.42344556
1.71 79.87277864 2.71 30.02082079 3.71 26.56595018 4.71 9.495012172 5.71 3.339349973
1.72 89.68460339 2.72 31.95637956 3.72 24.67599874 4.72 8.88498256 5.72 3.238509328
1.73 99.17683895 2.73 33.87600717 3.73 22.89209539 4.73 8.279450781 5.73 2.74253297
1.74 108.2605991 2.74 35.77188567 3.74 21.22776014 4.74 7.694916187 5.74 2.231571509
1.75 116.869605 2.75 37.63637964 3.75 19.69277148 4.75 7.146518725 5.75 2.001809291
1.76 124.9556335 2.76 39.46204067 3.76 18.29403631 4.76 6.647946219 5.76 1.796077933
1.77 132.4846473 2.77 41.24161126 3.77 17.03640342 4.77 6.211401107 5.77 1.617212103
1.78 139.4336316 2.78 42.96802775 3.78 15.92339219 4.78 5.847590684 5.78 1.538830113
1.79 145.7880853 2.79 44.63442186 3.79 14.95782409 4.79 5.56570012 5.79 1.468625269
1.8 151.5400826 2.8 46.23412079 3.8 14.14235347 4.8 5.373311976 5.8 1.4075747
1.81 156.686806 2.81 47.76064579 3.81 13.47989639 4.81 5.276261418 5.81 1.257101082
1.82 161.2294596 2.82 49.20770953 3.82 12.9739533 4.82 5.278464458 5.82 1.498625269
1.83 165.1724771 2.83 50.56921224 3.83 12.62881315 4.83 5.381800742 5.83 1.357101082
1.84 168.5229545 2.84 51.83923736 3.84 12.44961393 4.84 5.586128782 5.84 1.319114661
1.85 171.2902485 2.85 53.01204686 3.85 12.44221458 4.85 5.889447839 5.85 1.895750801
1.86 173.4856927 2.86 54.08207711 3.86 12.61280518 4.86 6.288146175 5.86 1.796077933
1.87 175.1223958 2.87 55.04393569 3.87 12.96714298 4.87 6.777251056 5.87 2.238509328
1.88 176.2150918 2.88 55.8924002 3.88 13.50925594 4.88 7.350627995 5.88 2.35423485
1.89 176.7800215 2.89 56.62241959 3.89 14.23941896 4.89 8.001124577 5.89 2.481077775
1.9 176.8348293 2.9 57.22911923 3.9 15.15122078 4.9 8.720682763 5.9 2.611000674
1.91 176.3984637 2.91 57.70781051 3.91 16.22767078 4.91 9.500447538 5.91 2.74253297
1.92 175.4910755 2.92 58.05400611 3.92 17.436642 4.92 10.33089063 5.92 2.873750835
1.93 174.1339069 2.93 58.26344208 3.93 18.7265873 4.93 11.20195675 5.93 3.002211377
1.94 172.349172 2.94 58.33210784 3.94 20.02434414 4.94 12.1032315 5.94 3.124937263
1.95 170.1599263 2.95 58.25628536 3.95 21.23756929 4.95 13.02412518 5.95 3.238509328
1.96 167.5899275 2.96 58.03259867 3.96 22.26409784 4.96 13.95406457 5.96 3.339349973
1.97 164.6634884 2.97 57.65807487 3.97 23.00841675 4.97 14.88268436 5.97 3.424289818
1.98 161.4053255 2.98 57.13021761 3.98 23.40160682 4.98 15.80001009 5.98 3.491468771
1.99 157.8404055 2.99 56.44709393 3.99 23.41763614 4.99 16.6966255 5.99 3.541486183

Anda mungkin juga menyukai