PENDAHULUAN
Salah satu industri yang di prioritaskan dan mulai dikembangkan saat ini
adalah industri tekstil dan produk tekstil. Industri TPT memiliki peranan penting
tenaga kerja dalam jumlah yang cukup besar. Indonesia, China dan India
merupakan negara di wilayah Asia dengan industri tekstil dan produk tekstil yang
terintegritas. Industri terintegrasi ini melibatkan industri dari awal hingga akhir
dalam menghasilkan produk berupa serat dan benang, kain, hingga pakaian jadi
(Sahat, 2016)
Salah satu produk tekstil yang terkemuka dan ikon dari kalimantan selatan
Perdagangan Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2017 ada 170 unit usaha
usaha di Kabupaten Tanah laut, 2 unit usaha di Kabupaten HST, serta 1 unit
di hasilkan juga semakin meningkat. Limbah utama dari proses produksi kain
sasirangan adalah limbah cair, hal ini dikarenakan pada proses penyempurnaan
produk tekstil pada setiap tahapannya selalu dibantu dengan air. Pencemaran air
akibat industri kain sasirangan dapat berasal dari limbah air pada proses
produksi, sisa-sisa pelumas dan minyak, sisa bahan-bahan kimia pada proses
produksi, serta sampah potongan kain dan lainnya. Industri tekstil biasanya
zat pewarna tekstil terdapat kandung logam berat berbahaya seperti timbal (Pb),
kadmium (Cd), krom (Cr), arsen (As), tembaga (Cu), dan seng (Zn)
(Komarawidjaja, 2017).
sebab itu limbah yang mengandung logam berat perlu dikelola secara benar
sebelum di buang ke lingkungan. Salah satu kandungan logam berat yang perlu
diperhatikan adalah timbal (Pb). Timbal (Pb) merupakan logam berat non
esensial dimana logam berat ini tidak dapat terdegradasi di alam dan tidak
berubah bentuk (Sudarmawan dkk, 2020). Timbal (Pb) merupakan salah satu
dasar yang melapisi sungai, danau, teluk, muara dan lautan. Kandungan logam
berat dalam sedimen biasanya cinderung lebih tinggi jika dibandingkan dengan
kandungan logam berat yang ada secara alami di perairan. Kandungan timbal
(Pb) yang tinggi dalam badan air akan mengakibatkan biota yang ada di
dalamnya tercemar seperti ikan, udang dan kerang, dimana biota tersebut
biasanya hidup di dasar sungai dan apabila dikonsumsi oleh manusia dapat
Salah satu teknologi tepat yang digunakan untuk mengolah limbah kain
salah satu sistem pengolahan air limbah alternatif yang tergolong murah dan
menekan biaya operasionalnya (Margowati & Sugeng, 2016). Salah satu sistem
lahan basah buatan yang dikembangkan saat ini yaitu Sub-surface Flow System
(SSF). Sub-surface Flow System (SSF) adalah sistem dengan aliran di bawah
permukaan tanah. Air limbah akan dialirkan melewati lahan basah buatan melalui
tanaman yang ditanam pada media yang berpori. Media berperan dalam
kenaikan konsentrasi zat organik itu sendiri (Puspitasar dkk, 2021). Media yang
sering digunakan pada lahan basah buatan adalah tanah, pasir, batuan atau
bahan lainya. Tanah sebagai sebagai media tanam dan tempat berkembang
biaknya mikroorganisme. Kerikil dan Pasir berfungsi sebagai filter dan rongga
(Qomariyah dkk., 2017). Sub-surface Flow terdiri atas kolam atau bak dengan
dasar yang kedap air lalu diisi dengan media tanah, pasir atau batu untuk
mendukung pertumbuhan vegetasi. Ada dua macam pola aliran pada Sub-
surface Flow System, yaitu aliran horizontal (Horizontal Sub-surface Flow) dan
LBB, selain media, kedalaman air, beban hidrolik, aku retensi, jenis
jenis Equisetrum Hyemale merupakan jenis tanaman air memiliki kinerja yang
cukup baik dalam mengolahan air limbah dengan sistem pengolahan lahan
basah buatan aliran bawah permukaan atau sub-surface flow wetland dan dalam
cukup tinggi dan bisa dijadikan sebagai bahan pengikat logam yang terserap
oleh tanaman. Dalam penelitian Kurniati dkk (2014) Tanaman air bambu
mampu mereduksi polutan timbal (Pb) sebesar 99,75%. Menurut Dewi & Tauny
(2020) selain jenis tanaman dan waktu detensi, variasi biomassa tanaman juga
terdapat pada limbah cair. Sehingga penulis dalam penelitian ini ingin
1. Limbah cair yang digunakan adalah limbah cair yang berasal dari hasil
hari.
6. Parameter yang diuji dalam penelitian ini ialah kandungan logam berat Timbal
(Pb) pada limbah cair sasirangan sebelum dan sesudah penerapan LBB-
AHBP.
Kain Sasirangan merupakan salah satu kain khas Suku Banjar berasal
dibuang ke badan air penerima (Santoso dkk., 2014). Dalam kegiatan produksi
kain sasirangan akan menghasilkan buangan berupa limbah cair, hal ini
kontaminan yang jumlahnya melebihi baku mutu limbah untuk industri tekstil,
seperti yang diatur pada peratutan Menteri Lingkungan Hidup nomor: KEP-
51/MENLH/10/1995 (Rossi dkk., 2014). Kualitas air limbah cair sasirangan akan
kunci tidak boleh melebihi dari standar baku mutu yang ada sesuai dengan
limbah dikelompokkan menjadi tiga, yaitu organik, fisik, dan kontaminan spesifik.
Parameter organik adalah ukuran jumlah zat organik yang terdapat dalam
limbah, parameter ini terdiri dari Total Organic Carbon (TOC), Chemical Oxygen
Demand (COD), Biochemical Oxygen Demand (BOD), minyak dan lemak (O &
G), dan Total Petroleum Hydrocarbons (TPH). Karakteristik fisik air limbah dapat
dilihat dari parameter Total Suspended Solids (TSS), pH, temperatur, warna,
bau, dan potensial reduksi. Kontaminan spesifik dalam air limbah dapat berupa
sasirangan memiliki kandungan bahan anorganik (logam dan lainnya) dan bahan
organik, maka parameter kunci yang umum digunakan adalah logam Cr, Pb, CD,
diakibatkan oleh kegiatan pengerajin kain sasirangan. Hal ini antara lain
tercermin dalam standar baku mutu untuk limbah cair industri tekstil ditetapkan
Tabel 2.1 Baku Mutu Limbah Cair menurut Peraturan Gubernur Kalimantan
Selatan Nomor 4 Tahun 2007
No Parameter Satuan Kadar Max. BLM¹
A LIMBAH CAIR
1 pH - 6-9
o
2 Suhu C 38 oC
3 Warna - -
4 Konduktivias µmhos/cm -
5 COD mg/l 150
6 BOD mg/l 60
7 TSS mg/l 50
8 TDS mg/l 2000
9 Minyak Bumi mg/l 3
B LIMBAH PADAT
1 Timbal mg/l 0,1
2 Besi mg/l 5
3 Sulfida mg/l 0,3
4 Kadium (Cd) mg/l 0,005
5 Tembaga (Cu) mg/l 2
6 Krom total (Cr) mg/l 1
7 Seng (Zn) mg/l 2
(Sumber: Pergub Kal-Sel, 2007)
2.2 Lahan Basah Buatan (Constructed Wetland)
polutan yang terkandung di dalam air limbah melalui proses fisik (penyaringan
dan sedimentasi), proses biologi (pertumbuhan mikroba dan tanaman air), dan
tanaman air sebagai salah satu media pengolahan limbah Komponen CWs terdiri
dari air, media lolos air (substrate), tanaman air, dan mikroorganisme yang
dalam lahan basah, dan efisiensi pengolahan limbah di CWs tergantung pada
Terdapat dua macam tipe Constructed Wetland, yaitu Free Water Surface
(FWS) atau Surface Flow (SF), dan SubSurface Flow (SSF). Pada sistem FWS,
aliran air limbah berada di atas permukaan tanah. Sedangkan, pada sistem SSF,
saluran atau kolam yang berfungsi untuk mencegah merembesnya air keluar
kolam atau saluran. Kemudian kolam tersebut terisi tanah sebagai tempat hidup
tanaman yang hidup pada air limbah (Hidayah & Aditya, 2017). Sistem
Subsurface Flow disebut juga rawa buatan dengan aliran di bawah permukaan
tanah. Air limbah nantinya akan mengalir melalui tanaman yang ditanam pada
suatu media berpori. Sistem SSF biasanya menggunakan media seperti pasir
dan kerikil dengan diameter bervariasi antara 3–32 mm. Sistem aliran bawah
sistem ini dapat mengolah berbagai jenis limbah dengan efisiensi pengolahan
Subsurface Flow (SSF) disebut juga rawa buatan dengan aliran di bawah
permukaan. Sistem ini dirancang untuk pengolahan lanjutan dan disebut sebagai
"Root Zone". Subsurface Flow terdiri atas saluran atau kolam dengan dasar yang
kedap air, diisi pasir atau batu untuk mendukung pertumbuhan vegetasi. Ada dua
macam pola aliran pada Sistem Subsurface Flow, yaitu aliran horizontal
(Horizontal Subsurface Flow) dan aliran vertikal (Vertical Flow System) yang
sering digunakan adalah aliran horizontal karena jenis ini memiliki efisiensi
(tanah, batu bata, pasir, kerikil). Material ini difungsikan sebagai pendukung
pertumbuhan akar. Dasar dan dinding kolam kedap air dengan tujuan untuk
Biasanya dilapisi tanah liat atau membran sintetis (HDPE atau LDPE tebal 2
terjadi aliran dari inlet ke outlet. Keuntungan tipe Horizontal Subsurface Flow,
yaitu tidak ada genangan air yang menimbulkan bau busuk atau menjadi sarang
Subsurface Flow tidak cocok digunakan untuk pengolahan air limbah yang
3 – 4 (BOD) Tchobanou
Waktu detensi hidrolis hari
6 – 10 (N) glous,2003
Tchobanou
Tinggi muka air m 0,3 – 0,6
glous,2003
Tchobanou
Beban BOD Kg/ha.hari <112
glous,2003
Tchobanou
Beban hidrolis m3/m2.hari 0,015 – 0,05
glous,2003
Tchobanou
Tinggi Media m 0,5 – 0,8
glous,1991
Tchobanou
Area Spesifik Ha/(103m3/hari) 2,2 – 7,2
glous,1991
kontaminan tertentu pada akar yang tidak mungkin terserap ke dalam batang
mikroba yang ada disekitar akar tumbuhan. Phytodegradation yaitu proses yang
molekul yang kompleks menjadi bahan yang tidak berbahaya dengan dengan
susunan molekul yang lebih sederhana yang dapat berguna bagi pertumbuhan
tumbuhan itu sendiri, phytovolatization yaitu proses menarik dan transpirasi zat
kontaminan oleh tumbuhan dalam bentuk yang telah menjadi larutan terurai
sebagai bahan yang tidak berbahaya lagi untuk selanjutnya diuapkan ke atmosfir
2.4.1 Tanaman
ulang zat pencemar di dalam air limbah dan memasok oksigen ke dasar air atau
air limbah seperti yang terjadi pada teknologi konvensional. Fungsi tanaman air
1. Akar atau batang dalam air sebagai tempat tumbuh bakteri, sebagai
dihasilkan tanaman.
(rhizosphere). Akar menyerap unsur hara yang terkandung dalam air limbah
sehingga berfungsi sebagai pupuk bagi tanaman (Cahyana & Annisha, 2020).
Tanaman hias jenis Equisetrum Hyemale merupakan salah satu jenis
tanaman air yang mudah dalam perawatannya, selain itu juga memiliki kinerja
yang cukup baik dalam pengolahan air limbah dengan sistem pengolahan lahan
basah buatan aliran bawah permukaan atau subsurface flow wetland (Putra dkk.,
2020). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Any dan Putu (2013) bambu
air dapat menurunkan kadar timbal pada air limbah buatan dengan skala
selama 30 hari dengan debit air limbah 200 ml/menit. Permadi (2019)
kandungan silikat di bagian batangnya yang cukup tinggi dan bisa dijadikan
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Equisetopsida
Ordo : Equisetales
Famili : Eqisetaceae
Genus : Equisetum
Equisetum biasanya tumbuh dengan tinggi kurang dari 1,3 meter (4 kaki),
tetapi beberapa equisetum di daerah tropis dan pantai hutan tropis di California
tingginya dapat melebihi 4,6 meter atau kurang lebih sekitar 15 kaki. Pada
hyemale hidup di danau dengan akar yang tumbuh pada tanah. Batang
Cabang duduk mengitari batang utama, batang inilah yang banyak mengandung
silika. Daun pada semua anggota tumbuhan ini tidak berkembang baik, hanya
menyerupai sisik yang duduk berkarang menutupi ruas. Spora tersimpan pada
struktur berbentuk gada yang disebut strobilus (jamak strobili) yang terbentuk
dapat berupa tanah, pasir, batuan atau bahan-bahan lainnya. Media ini berfungsi
(media lolos air) seperti pasir, kerikil maupun pecahan batu. Namun
tanah halus namun secara efisiensi tanah halus lebih tinggi. Media tanah
pencemar, lalu kerikil dan pasir berfungsi sebagai filtrasi sehingga akan
lahan basah buatan sangat bagus karena memiliki luas permukaan yang besar
dan bakteri dapat hidup dan melekat pada permukaannya. Selain itu,
penyumbatan yang terjadi pada kerikil sangat kecil dan volume rongganya besar
dibandingkan dengan media lain serta mudah didapat dan relatif lebih murah
Pada perairan tercemar dengan kandungan bahan organik tinggi akan tercipta
dalam menguraikan bahan organik maka semakin tinggi pula biomassa yang
Mikroorganisme aerob dapat hidup dalam air dan tanah rawa yang berkondisi
aerob berkat aliran oksigen yang dilepaskan oleh akar tanaman air dalam zona
dibagian atas dari sedimen sedangkan pengolahan secara anaerob terjadi pada
bagaian bawah sedimen atau terkadang berlangsung di dalam air apabila suplai
oksigen telah habis terpakai kandungan oksigen dalam media sistem lahan
basah buatan akan disuplai oleh akar tanaman yang merupakan hasil samping
dari proses fotosintesis (Asmoro & Al Kholif, 2016). Proses penguraian zat
waktu yang cukup lama, kurang lebih sekitar 10 hari. Wahyuni (2017)
menjelaskan bahwa waktu 2 hari mungkin reaksi oleh mikroorganisme atau
bakteri telah mencapai 50% dan dalam waktu 5 hari telah mencapai 75%.
Logam berat pada suatu perairan dibutuhkan oleh makhluk hidup untuk
proses metabolisme. Namun, jika logam berat tersebut kadarnya berlebihan akan
logam berat tidak hanya berada pada perairan tetapi juga mengendap dalam
sedimen dan biota. Logam berat akan terakumulasi dalam sedimen dan biota
melalui proses gravitasi. Secara umum logam berat alami masuk ke lingkungan
dengan cara yaitu pelapukan mineral, erosi serta aktivitas vulkanik. Jalur masuk
logam berat dalam suatu perairan dapat berasal dari sumber-sumber alamiah
dan juga dari aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh manusia (Permata dkk.,
2018).
Salah satu logam berat yang sering ditemukan sebagai pencemar area
perairan akibat aktivitas manusia adalah timbal (Pb). Timbal merupakan salah
satu logam berat non esensial yang sangat berbahaya dan dapat menyebabkan
kumulatif, artinya sifat racun akan timbul apabila terakumulasi dalam jumlah yang
cukup besar pada tubuh makhluk hidup. Logam berat akan terakumulasi dalam
sedimen bawa perairan dan menjadi sumber kontaminan yang juga memiliki efek
akumulasi dapat terjadi pada rantai makanan hingga sampai manusia (Sidjabat
dkk., 2020).
Menurut Permenkes No. 32 Tahun 2017, bahwa ambang batas logam
berat Pb yang diperbolehkan yakni sebesar 0,05 mg/l. Kandungan timbal tinggi
dalam sedimen akan menyebabkan biota air tercemar seperti ikan, udang dan
kerang, dimana biota tersebut hidup di dasar sungai dan apabila dikonsumsi
dapat berbahaya bagi kesehatan (Budiastuti & Raharjo, 2016). Keracunan kronik
timbal (Pb) yang paling sering dijumpai adalah anoreksia, keguguran, tremor,
turunnya berat badan, sakit kepala dan gejala saluran pencernaan. Gejala
neurologik paling khas yang ditemukan pada keracunan kronik timbal (Pb)
menyebabkan hipertensi pada 20% orang dewasa, dan juga pada 29% anak-
Laju Pertumbuhan Relatif (LPR) atau Relative Growth Rate (RGR) ialah
pertambahan bobot kering tanaman dalam suatu interval waktu tertentu yang
erat kaitannya dengan bobot kering awal tanaman. RGR digunakan sebagai
pertumbuhan suatu tumbuhan dapat diukur melalui berat kering tanaman. Berat
Semakin berat kering tanaman yang dihasilkan maka semakin tinggi pula nilai
mendukung pada proses adaptasi dan proteksi tanaman. Suatu aspek yang
sangat penting dalam proses pertumbuhan tanaman dalam penyediaan substrat.
Substrat yang digunakan untuk membentuk bahan baru tanaman yang sebagian
besar adalah karbohidrat, diperoleh dari proses fotosintesis pada organ tanaman
oleh produktifitas per satuan luas daun dan total luas daun. Laju pertumbuhan
gangguan pernapasan akar, penyerapan air dan zat hara (Saharuddin & Rahim,
2018).
growth rate (RGR) yang kemudian digunakan untuk menentukan nilai doubling
biomassa dengan luas penutupan tumbuhan air yang akan digunakan serta
RGR =
DT =
Keterangan:
Xo : biomassa awal
paling mudah jika di bandingkan dengan jenis rancangan percobaan yang lain.
RAL hanya bisa digunakan pada percobaan dengan jumlah perlakuan yang
terbatas dan satuan percobaan harus homogen atau faktor luar yang dapat
penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan hasil analisis yang tepat dari setiap
tahap sebelumnya akan di hitung untuk membuat tabel anova (Persulessy dkk.,
2016).
disajikan dalam bentuk tabel sidik ragam. Penarikan kesimpulan dapat dilihat dari
1. Jika nilai Fhitung>Ftabel, maka tolak H0, berarti minimal ada satu
2. Jika nilai Fhitung<Ftabel, maka gagal tolak H0, berarti tidak ada
ambil dan sebagai bahan acuan dalam penulisan diantaranya dapat dilihat pada
tabel berikut.
kontinyu.
sasirangan.
awal percobaan.