Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN ANALISIS DEMONSTRASI DI INDONESIA

Demo mahasiswa papua: Tindakan polisi tangani pengunjuk


rasa diibaratkan 'menghalau asap, bukan api'

Hak atas foto ANTARA FOTO Image caption Sejumlah anggota Detasemen Gegana
Satbrimob Polda Jatim bersiap masuk ke dalam Asrama Mahasiswa Papua di Jalan Kalasan 10,
Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (17/08).

Setidaknya 213 orang yang terdiri dari mahasiswa Papua dan kelompok solidaritas
ditangkap saat hendak melakukan aksi demonstrasi damai terkait New York Agreement di
sejumlah kota seperti Ternate, Ambon, Malang, Surabaya, dan Jayapura pada akhir pekan lalu.

Juru bicara Front Rakyat Indonesia untuk West Papua, Surya Anta, menyebut tindakan
polisi kali ini lebih represif dibanding tahun-tahun sebelumnya. Sebab, jumlah korban luka berat
lebih banyak yaitu 12 orang dan belasan lainnya luka ringan.

"Kalau ditanya apakah ini penangkapan terbesar? Bukan. Tapi yang saya perhatikan,
tindakan represi polisi di Jawa meningkat sejak 2018-2019," ujar Surya Anta kepada wartawan
di Jakarta, Minggu (18/08).

Juru bicara Mabes Polri, Dedi Prasetyo, menyebut tindakan pembubaran aksi demonstrasi
oleh mahasiswa Papua dan kelompok solidaritas di beberapa daerah seperti Ternate, Malang, dan
Ambon, sudah sesuai prosedur yang tercantum dalam Perkap tentang Penggunaan Kekuatan
Dalam Tindakan Kepolisian.

Sebab dalam aksi penyampaian pendapat di muka umum, setiap warga negara harus
"menjaga persatuan dan kesatuan NKRI". Kalau hal itu dilanggar, kata Dedi, maka patut
dibubarkan.
Diskusi maupun aksi di beberapa kota menyinggung peristiwa 15 Agustus 1962 atau yang
disebut sebagai New York Agreement.

Perjanjian penyelesaian sengketa Papua Barat antara Indonesia, Belanda, dan Amerika
Serikat itu melahirkan Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) yang dituding cacat sebab tidak
dilakukan dengan sistem satu orang satu suara.

Menurut Surya Anta, saat menggelar aksi di Malang dan Ternate, massa mendapat
kekerasan fisik dan verbal.

"Dimaki-maki menggunakan nama binatang, dilempari dan dipukuli oleh aparat berpakaian
preman. Enam orang terluka parah," katanya.

"Korban-korban yang ada di Malang, kepalanya robek terkena lemparan. Bibirnya pecah
karena dipukul. Telinga juga tergores kena lemparan," sambungnya.

Hak atas foto ANTARA FOTO Image caption Sejumlah anggota Detasemen Gegana
Satbrimob Polda Jatim menyisir Asrama Mahasiswa Papua di Jalan Kalasan 10, Surabaya, Jawa
Timur, Sabtu (17/08).

Kendati demikian, tindakan penangkapan maupun dugaan pemukulan oleh polisi itu tidak
akan dilaporkan ke Divisi Profesi dan Pengamanan Kepolisian (Propam), kata Albert Mungguar
selaku perwakilan mahasiswa Papua. Sebab, pihaknya ragu akan ditindaklanjuti.

"Data-data akan dikumpulkan dan kami bakal melapor ke ULMWP sebagai bahan laporan
ke PBB sebagai data diskriminasi rasial. Percuma ke Komnas HAM atau Propam," ungkapnya.

'Menghalau asap'

Peneliti senior dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Adriana Elisabeth,
menyebut tindakan kepolisian terhadap aksi demonstrasi mahasiswa Papua seperti "menghalau
asap tapi tidak memadamkan bara apinya." Sebab, kata Adriana, semakin aparat bertindak
represif, militansi para mahasiswa Papua semakin kuat.
Karena itu, menurutnya, kepolisian harus mengubah prosedurnya ketika menghadapi
pendemo ataupun mahasiswa Papua.

"Makin ditekan (mereka) makin tidak takut. Mungkin dengan harapan ditindak tegas,
mereka akan menyerah, ternyata tidak. Justru makin berani berekspresi. Ini kan salah
pendekatan," ujar Adriana Elisabeth kepada Quin Pasaribu yang melaporkan untuk BBC News
Indonesia, Minggu (18/08).

"Kalau yang saya lihat, aparat cenderung tidak paham cara menghadapi mahasiswa Papua
yang bergerak begitu," sambungnya.

Hak atas foto ANTARA FOTO Image caption Sekelompok orang yang menamakan diri
Aliansi Mahasiswa Papua berunjuk rasa di Jalan Kalasan, Surabaya, Jawa Timur, Senin (01/07).

Lebih jauh, ia mengatakan, jika tindakan represif polisi seperti yang terjadi di Malang dan
Surabaya ataupun Ternate terus berulang maka tidak heran memancing komentar miring dari
dunia internasional.

"Bahwa aparat negara melakukan tindakan-tindakan yang mengarah kepada pelanggaran


HAM," tukasnya.

Menurutnya, apa yang disuarakan mahasiswa Papua pada 15 Agustus di beberapa kota,
masih terkait dengan tuduhan pelanggaran hak asasi manusia di Papua yang tidak pernah
dituntaskan pemerintah. Sementara bagi aparat polisi, pesan itu disalahartikan sebagai keinginan
memisahkan diri dari Indonesia.

"Ini kan sebuah perbedaan pemahaman yang sangat dalam dan tidak pernah dibahas. Selalu
saja bagaimana menghalau kerusuhan, mengatasi demo dengan cara-cara yang sama."

Hak atas foto ANTARA FOTO Image caption Sekelompok orang yang menamakan diri
Aliansi Mahasiswa Papua berunjuk rasa di Jalan Kalasan, Surabaya, Jawa Timur, Senin (01/07).
Dalam unjuk rasa tersebut massa aksi sempat terlibat aksi dorong dengan pihak kepolisian.
Adriana menilai, pemerintah maupun kepolisian harus memulai pendekatan baru dengan
membuka ruang dialog. Jika tidak, maka aksi demonstrasi oleh mahasiswa Papua akan terus
terjadi saban tahun.

Juru bicara Mabes Polri, Dedi Prasetyo, mengatakan penggunaan tembakan gas air mata di
Asrama Mahasiswa Papua di Surabaya, Jawa Timur, dilakukan demi alasan "menjaga keamanan"
dan telah melalui tahapan tindakan yang lunak.

"Tahapan oleh aparat itu ada enam. Mulai dari soft sampai keras bisa dilakukan," ujarnya
kepada BBC News Indonesia.

Dedi menjelaskan bahwa berdasarkan laporan yang ia terima, para mahasiswa Papua di
asrama menggelar aksi unjuk rasa melebihi waktu yang ditentukan. Itulah alasan yang dipakai
polisi untuk membubarkan.

Kendati bentrok antara aparat dan mahasiswa Papua terus berulang, Polri tidak akan
mengubah prosedur penanganan, kata Dedi.

"Tindakan polisi itu di seluruh dunia ada empat hal yang harus diperhatikan, di antaranya
menjunjung hak asasi manusia dan tunduk pada norma yang berlaku di masyarakat, serta
mengutamakan tindakan pencegahan."
Nilai-nilai yang terkandung dalam lima sila Pancasila :

1. Sila pertama

Ketuhanan Yang Maha Esa yang terdapat pada sila pertama terkandung nilai, bahwa negara
yang didirikan sebagai perwujudan tujuan manusia sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa,
sehingga segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan dan penyelenggaraan negara bahkan
moral negara, moral penyelenggaraan negara, politik negara, pemerintahan negara, hukum dan
peraturan perundang-undangan negara, kebebasan dan hak asasi warga negara harus dijiwai
nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Sila kedua

Kemanusiaan yang adil dan beradab yang terdapat pada sila kedua secara sistematis didasari
dan dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa, sehingga di dalam sila kemanusiaan terkandung
nilai-nilai, bahwa negara harus menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk
yang beradab, sehingga dalam kehidupan kenegaraan terutama dalam peraturan perundang-
undangan negara harus mewujudkan tercapainya tujuan ketinggian harkat dan martabat manusia,
terutama hak-hak kodrat manusia sebagai hak dasar (hak asasi) harus dijamin dalam peraturan
perundang-undangan negara.

Kaitannya dengan demo diatas yaitu :

Juru bicara Mabes Polri, Dedi Prasetyo, mengatakan penggunaan tembakan gas air mata di
Asrama Mahasiswa Papua di Surabaya, Jawa Timur, dilakukan demi alasan "menjaga keamanan"
dan telah melalui tahapan tindakan yang lunak.

"Tahapan oleh aparat itu ada enam. Mulai dari soft sampai keras bisa dilakukan," ujarnya
kepada BBC News Indonesia.
Dedi menjelaskan bahwa berdasarkan laporan yang ia terima, para mahasiswa Papua di
asrama menggelar aksi unjuk rasa melebihi waktu yang ditentukan. Itulah alasan yang dipakai
polisi untuk membubarkan.

Kendati bentrok antara aparat dan mahasiswa Papua terus berulang, Polri tidak akan
mengubah prosedur penanganan, kata Dedi.

3. Sila ketiga

Persatuan Indonesia yang terdapat pada sila ketiga terkandung nilai-nilai, bahwa negara
adalah sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia monodualis yaitu sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial.

4. Sila keempat

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan


yang terdapat pada sila keempat terkandung nilai-nilai, bahwa hakikat negara adalah sebagai
penjelmaan sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.

Kaitannya dengan demo diatas yaitu ;

"Tindakan polisi itu di seluruh dunia ada empat hal yang harus diperhatikan, di antaranya
menjunjung hak asasi manusia dan tunduk pada norma yang berlaku di masyarakat, serta
mengutamakan tindakan pencegahan."

5. Sila kelima

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia pada sila kelima terkandung nilai-nilai yang
merupakan tujuan negara sebagai tujuan dalam hidup bersama, maka di dalam sila kelima
terkandung nilai keadilan yang harus terwujud dalam kehidupan bersama (kehidupan sosial).

Anda mungkin juga menyukai