Novel lanjutan dari “Negeri Para Bedebah” ini menjadi semakin rumit dan
semakin serius, bahwa sekelompok penjahat di Negeri ini tidak hanya bergerak di
bidang ekonomi saja, melainkan mengotori bidang politik dan ketatanegaraan
Negeri ini. Thomas yang menjadi tokoh utama dalam novel ini, mendapatkan
lawan konspirasi yang cukup tangguh. Jika di novel sebelumnya ia hanya
berlawanan dengan seorang jaksa dan seorang brigadir polisi bintang tiga,
sekarang ia berhadapan dengan otak dari strategi konspirasi ini, yakni Shinpei.
Dalam novel sebelumnya tokoh Shinpei digambarkan sebagai rekan Opa Thomas
dan sama sekali tidak terlihat bahwa Shinpei akan menjadi tokoh antagonis dalam
novel ini.
Thomas mau tak mau mesti merancang sebuah plot untuk bisa menghadapi
tekanan demi tekanan mematikan yang dihadapinya. Tidak hanya berupaya
membawa keluar seorang saksi mahkota dari tahanan kepolisian, Thomas pun
menggandeng KPK , untuk menjalankan rencananya. Hingga pada akhirnya ia
menyadari, sesungguhnya ia sedang berhadapan dengan para pendiri benteng
kekuasaan yang mampu melakukan apa saja demi pencapaian tujuan mereka dan
sebagai pemimpinnya adalah bedebah yang menyeruak dari puing-puing masa lalu
Thomas..
Bagi Thomas sendiri, politik tidak lebih adalah permainan terbesar dalam
bisnis omong kosong, sebuah industri artifisial penuh kosmetik yang pernah ada
di dunia. Tere Liye ingin mempertegas melalui sastra bahwa politik hanya
mengandung kepemimpinan dan kekuasaan saja. Selain itu politik akan
menimbulkan keangkuhan, kesombongan, cemoohan, dan sifat iri hati. Politik
hanya berisi omong kosong yang dilakukan agar mencapai kemenangan.
Untuk itu kita harus memulai dengan peduli antar sesama karena rasa
kepedulian saat ini mulai menghilang dari masyarakat. Hal kecil; yang kadang
terabaikan bisa merubah masa depan. Begitu juga dengan politik yang tidak
pernah ada habisnya jika dibahas. Bahkan sekarang ini politik tidak segan untuk
‘membunuh’ sesama, saling membodohi serta memperbudak.