Anda di halaman 1dari 10

Pelajaran VIII

Proses Kreatif Drama

Kehidupan manusia merupakan proses pendewasaan diri melalui beragam peristiwa, permasalahan, bahkan
konflik di antara manusia dalam kehidupan sosial. Karakter manusia yang beragam inilah yang memberikan
warna tersendiri sehingga memunculkan berbagai pengalaman batin dan menumbuhkan manusia dengan
kelebihan pada sikap bijak dalam menghadapi hidup dan kehidupan. Untuk itu, seni peran dalam bentuk
drama selalu mencoba meniru berbagai peristiwa untuk dipentaskan di atas panggung dilengkapi dengan
penyelesaian permasalahan yang dimunculkan.
Pada kegiatan ini, kalian akan mengenal lebih jauh tentang salah satu bentuk karya sastra sebagai tiruan
peristiwa kehidupan manusia yang dipentaskan, yaitu drama.
Isi Materi

• A. Kegiatan 1: Mengidentifikasikan Alur Cerita dan Konflik dalam Drama


• B. Kegiatan 2: Mengidentifikasi Unsur Pembangun Drama
• C. Kegiatan 3: Menganalisis Isi dan Kebahasaan Drama
A. Kegiatan 1: Mengidentifikasikan Alur Cerita dan Konflik dalam Drama

• Drama atau sandiwara merupakan seni pertunjukan yang mengungkapkan pikiran atau perasaan
orang dengan mempergunakan laku jasmani dan ucapan kata-kata.
• Drama juga merupakan bentuk karya sastra yang berusaha mengungkapkan perihal kehidupan
manusia melalui gerak percakapan di atas panggung atau suatu karangan yang disusun dalam
bentuk percakapan yang dipentaskan.
• Plot adalah salah satu unsur fungsional dalam drama yang berupa struktur cerita menguraikan
jalinan cerita dari awal hingga akhir cerita.
• Dalam plot terdapat konflik yang dihadirkan oleh dua tokoh yang berbeda karakternya, yaitu tokoh
antagonis dan tokoh protagonis.
• Secara umum, jenis alur terbagi menjadi tiga:
1) Alur maju/alur progresif/konvensional;
2) Alur sorot balik/flash back/regresif; dan
3) Alur gabung (campuran alur maju dan alur mundur).
❑ P1. Exposition: pelukisan situasi memberikan informasi pada pembaca atau penonton
tentang sebelumnya, situasi sekarang, atau situasi yang sedang dialami oleh
tokoh-tokohnya.
❑ P2. Complication: ditandai dengan munculnya kerumitan/komplikasi yang diwujudkan
dalam jalinan kejadian
❑ P3. Climax: puncak laku peristiwa yang menyajikan seluruh konflik mencapai titik
kulminasi.
❑ P4. Resolution: mulai digambarkan rahasia motif tiap tokohnya.
❑ P5. Catastrophe: muncul rencana baru akibat adanya hubungan kausalitas. Pada tahap
ini penonton masih harus mengikuti beberapa tahapan alur lagi untuk sampai pada
penyelesaian.
❑ P6. Denouement: penyelesaian yang baik (happy ending).
• Dalam prosa ada yang disebut episode, sedangkan drama mengenal babak.
• Setiap babak akan membentuk keutuhan kisah kecil. Untuk memudahkan pengarang
memberikan petunjuk dengan menyatukan semua peristiwa yang terjadi di suatu tempat
dan pada satu urutan waktu di dalam satu babak. Dengan kata lain, suatu babak dalam
naskah drama adalah bagian dari naskah drama itu yang merangkum semua peristiwa
yang terjadi di satu tempat pada urutan waktu tertentu.
• Sebuah skenario drama dapat tersusun dalam struktur pembabakan konflik yaitu babak
konflik, babak pengembangan konfliks, dan babak klimaks.
• Bentuk konflik terdiri atas dua, yaitu konflik eksternal dan konflik internal.
• Konflik eksternal adalah konflik yang terjadi antara seorang tokoh dengan lingkungan
alamnya (konflik fisik) atau dengan lingkungan manusia (konflik sosial).
• Konflik internal adalah kondlik yang terjadi dengan diri sendiri (konflik pikiran).
B. Kegiatan 2: Mengidentifikasi Unsur Pembangun Drama

• Untuk mempertunjukkan tokoh dalam drama diperlukan perlengkapan panggung


(pentas).
• Perlengkapan secara langsung untuk tokoh (aktor/aktris) adalah tata rias dan tata
kostum.
• Tata rias adalah seni menggunakan kosmetik untuk menciptakan wajah peran sesuai
dengan tuntutan lakon dalam drama.
• Fungsi pokok dari tata rias adalah menggubah watak seseorang, baik dari segi fisik,
psikis, dan soaial.
• Tata busana mempunyai tujuan, yaitu: membantu penonton agar mendapatkan suatu ciri
atas pribadi peranan; membantu memperlihatkan adanya hubungan peranan yang satu
dengan peranan yang lain, misalnya sebuah seragam kesatuan.
C. Kegiatan 3: Menganalisis Isi dan Kebahasaan Drama
Untuk menganalisis isi teks drama, perlu memperhatikan struktur pembangun drama, seperti: plot/alur, babak dan
adegan, tokoh atau pelaku, karakter tokoh, dialog atau percakapan, latar atau setting, petunjuk laku, gerak atau
action, tata panggung, dan lampu.
1. Dialog adalah ekspresi yang diungkapkan oleh tokoh lewat media bahasa.
2. Dialog dapat terjadi antara dua tokoh atau lebih yang memperlihatkan perilaku atau watak masing-masing
tokoh.
3. Dalam drama ada dua macam cakapan yang disebut dialog dan monolog.
4. Dialog merupakan percakapan dua orang atau lebih tokoh yang berbincang-bincang.
5. Monolog merupakan percakapan yang dilakukan dengan dirinya sendiri.
6. Latar/setting merupakan tempat kejadian dalam drama.
Ada tiga macam latar dalam drama, yaitu: latar tempat, latar ruang, dan latar waktu.
a. Latar tempat merupakan gambaran tempat terjadinya peristiwa.
b. Latar ruang merupakan ruang yang digunakan, baik di dalam ruang maupun luar ruang rumah, tetapi juga
dapat berarti lebih mendetail lagi sesuai dengan kehendak penulis lakon.
c. Latar waktu merupakan latar kejadian peristiwa, siang, pagi, atau malam hari.
7. Petunjuk laku merupakan bagian yang memberikan penjelasan kepada pembaca atau
kru pementasan mengenai keadaan, suasana, peristiwa, perbuatan dan sifat tokoh yang
ada dalam kurung.
8. Gerak atau action merupakan ekspresi dari aktivitas para tokoh dalam drama tersebut.
Dalam drama terdapat istilah mimik, pantomimik, dan blocking.
a. Mimik adalah gerak raut muka atau gerak wajah.
b. Pantomimik adalah gerak anggota tubuh yang lain, misalnya gerak tangan, kaki, dan
sebagainya
c. Blocking merupakan posisi aktor di atas pentas.
9. Tata panggung merupakan gambaran tempat peristiwa dalam drama itu terjadi yang
diwujudkan secara jelas di atas panggung.
10. Dalam tata panggung diperlukan adanya propertis. Propertis adalah benda-benda yang
dipakai untuk melengkapi dekorasi panggung dan membantu seluruh proses
pementasan.
11. Tata bunyi dan tata lampu merupakan bagian yang penting dalam pementasan drama.
Kedua hal tersebut dapat menghidupkan suasana dalam drama.
Menganalisis Kebahasaan dalam Teks Drama
• Pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu kepada nomina lain.
• Ada tiga macam pronomina dalam bahasa Indonesia, yaitu pronomina persona, pronomina penunjuk, dan
pronomina penanya.
• Pronomina persona adalah pronomina yang dipakai untuk mengacu pada orang.
• Pronomina persona yang mengacu pada diri sendiri disebut pronomina persona pertama. Persona pertama
dalam bahasa Indonesia adalah saya, aku, dan daku.
• Pronomina persona yang mengacu pada orang yang diajak bicara disebut pronomina persona kedua.
Persona kedua tunggal mempunyai beberapa wujud, seperti: engkau, kamu, Anda, dikau, kau-, -mu.
• Pronomina persona yang mengacu pada orang yang dibicarakan disebut pronomina persona ketiga.
Persona ketiga tunggal ada dua, yaitu: 1) ia, dia, nya dan 2) beliau.
• Pronomina penunjuk dalam bahasa Indonesia ada tiga macam, yaitu: pronomina penunjuk umum,
pronomina penunjuk tempat, dan pronomina penunjuk ihwal.
• Pronomina penunjuk umum ialah ini, itu, tersebut.
• Kata ini mengacu pada acuan yang dekat dengan pembicara/penulis, pada masa yang akan datang, atau
pada informasi yang akan disampaikan.
• Untuk acuan pada yang agak jauh/lampau dari pembicara/penulis digunakan kata itu.
• Kata tersebut mengacu pada hal yang telah dibicarakan sebelumnya.
• Pronomina penunjuk tempat dalam bahasa Indonesia adalah sini, situ, atau sana. Perbedaan di antara
ketiganya ada pada pembicara.
• Kata sini digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang sangat dekat letaknya dengan pembicara.
• Kata situ digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang agak jauh letaknya dengan pembicara.
• Kata sana digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang jauh dengan pembicara. di/ke/dari sini,
di/ke/dari situ, di/ke/dari sana.
• Karena menunjuk lokasi, pronomina ini sering digunakan dengan preposisi pengacu arah, di, ke,
dan dari, sehingga di/ke/dari sini, di/ke/dari situ, di/ke/dari sana.
• Pronomina penunjuk ikhwal dalam bahasa Indonesia adalah begini dan begitu.
• Titik pangkal pembedaannya sama dengan menunjuk lokasi: dekat (begini), jauh (begitu),
demikian, yakni, dan yaitu.
• Dalam hal ini, jauh dekatnya bersifat psikologis. Contoh: Dia mengatakan begini (menyatakan
dekat); Jangan berbuat begitu. (menyatakan jauh); Jangan lakukan yang demikian (menyatakan
keduanya jauh dan dekat); Camat wilayah itu, yakni/ yaitu Pak Sitepu. Masih berkerabat dengan
saya.
• Pronomina penanya adalah pronomina yang dipakai sebagai pemerkah pertanyaan. Yang
ditanyakan bisa mengenai: orang (siapa); barang (apa); atau pilihan orang atau barang (mana).

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai