Penyusun : Risa Alkurnia dan Agraini (Program Magister, Universitas Sebelas Maret)
wewenang untuk mengelola keuangan berdasarkan prinsip-prinsip keuangan sehingga uang yang
ada dapat dimanfaatkan secara optimal. Hal ini ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah bahwa pengelolaan uang
adalah pengelolaan kas dan surat berharga termasuk menanggulangi kekurangan kas dan
memanfaatkan kelebihan kas secara optimal. Disini sekolah sebagai institusi pemerintah diawasi
oleh kepala sekolah dalam Peraturan Pemerintah tersebut juga menjelaskan bahwa pengendalian
internal dan pengawas fungsional daerah serta Badan Keuangan dalam pengendalian fungsional.
Adapun prinsip-prinsip pengelolaan keuangan sebagaimana yang dijelaskan dalam jurnal ini
harus mengacu pada empat hal, yakni bersifat transparansi, akuntabel, efektif, dan efisien.
Peraturan tersebut juga menjelaskan bahwa keempat prinsip tersebut digunakan dalam
proses pengelolaan keuangan seekolah yang dimulai dari perencanaan, realisasi penerimaan dan
baik itu berstatus negeri maupun swasta, keduanya tetap memiliki tugas yang sama untk
yang dilakukan di salah satu lemabaga pendidikan swasta yang terletak di daerah Surakarta yakni
Yayasan Muhammadiyah dan Yayasan Al-Islam. Tidak jauh berbeda dengan yayasan
Muhammadiyah, yayasan Al-Islampun merupakan organisasi Ilam yang salah satunya bergerak
dalam pendidikan. Al-Islam mendirikan sekolah dari Taman Kanak-kanak hingga Madrasah
Aliyah. Pada hakikatnya, masing-masing sekolah telah melakukan pengelolaan keuangan dengan
baik. Akan tetapi kita perl mengetahui sejauh mana proses pengelolaan itu dilakukan. Olehnya
itu, jurna ini disusun bertujuan untuk mengetahui bagimana aktivitas pembiayaan di Lembaga
Pendidikan Muhammadiyah dan Al-Islam, mulai dari pengelolaannya, dan apakah pengelolaan
yang diterapkan tersebut sudah sesuai dengan prinsip-prinsip ataupun teori pengelolaan
keuangan. Jurnal ini disusun dengan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi
kasus dan kajian literature karena penelititannya menghasilkan data deskriptif yang memabhas
mengenai pengelolaan manajemen kas pada lemabaga pendidikan. Penelitian deskriptif yang
peneliti lakukan tersebut tidak menggunakan uji hipotesis akan tetapi menggunakan data
Berdasarkan penelitian yang telah dipaparkan dalam jurnal tersebut, aktivitas Pembiayaan
berasal dari beberapa sumber dana, yakni diantaranya Dana dari pemerintah berupa bantuan
operasional sekolah. Dengan adanya bantuan ini, peserta didik yang bersekolah di sekolah ini
tidak di pungut baiyaa SPP dan uang pembangunan atau uang gedung, sumber dana yang kedua
yakni berasal dari dana yayasan. Dana yayasan berasal dari pihak yayasan yang diberikan untuk
sekolah. Dana tersebut diberikan langsung kepada kepala sekolah yang digunakan untuk gaji
kepala sekolah. Dana yang ketiga berasal dari pada donator, dimana dana ini berisfat sukarela
yang tidak mengikat dari puhak internal. Sumbangan sukarela diberikan sebagai wujud
kepedulian unutk membantu kegiatan operasional dan mendukung kelancaran kegiatan sekolah.
Dana ini biasanya diterima perorangan dari pihak internal sekolah. Dan dana yang ke empat
berasal dari kegiatan wirausaha. Selain itu juga, sumber-sumber dana yang dimiliki MA Al-Islam
Surakarta yaitu Kas berjalan, Dana Pengembangan, Sumbangan Pelayanan Pendidikan, Dana
Kegiatan Siswa (DKS), Penerimaan Seragam, tas atribut dan map, pendaftaran PPBD dan OPD,
bantuan pemerintah, pendapatan lain yang sah dan halal, serta infaq dan hibah.
dan Al-Islam yakni dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, pecatatan, pertanggungjawaban atau
pendidikan Muhammadiyah dan al-Islam dengan teori keuangan sudah berjalan semestinya.
Transparansi dalam bidang manajemen berarti adanya keterbukaan dalam mengelola semua
kegiatan. Termasuk keterbukaan sumber keuangan dan jumlahnya, rincian penggunaan, dan
keuangan sekolah, karena dana berasal dari Kementrian Agama untuk pelaporan dana Bos,
Dikpora untuk pelaporan Dana Kegiatan Sekolah, Yayasan Al-Islam dan Muhammadiyah terkait
pelaporan SPP, Transparansi kepada Orang Tua Murid Dilakukan ketika rapat komite dengan
wali murid. Akuntabel didalam manajemen keuangan berarti penggunaan dana sekolah dapat
perencanaan yang telah ditetapkan dan peraturan yang berlaku maka pihak sekolah akan
pengelolaan keuangan sekolah berdasarkan yang telah ditetapkan dalam anggaran dan disertai
dengan bukti-bukti penerimaan atau bukti pembayaran. Efektif yang dilakukan dapat mengatur
keuangan untuk membiayai aktivitas dalam rangka mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan
dan kualitas outcome-nya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Pengelolaan keuangan di
lembaga sekolah sudah dilaksanakan secara efektif sesuai dengan yang ditetapkan di RKAS.
Antara perencanaan penganggaran dan aktivitas realisasi sudah dilaksanakan dengan baik sesuai
dengan yang ditetapkan. Efisien dalam pengelolaan keuangan sekolah merupakan pemberdayaan
sumber daya uang sekolah dalam mencapai optimalisasi akses, mutu, relevansi, dan daya saing
pelayanan pendidikan. Dapat disimpulkan bahwa prinsip efisiensi yaitu pemberdayaan uang
sekolah digunakan untuk kegiatan peningkatan mutu dan pelayanan pendidikan. Di kedua
Lembaga Pendidikan sudah dialokasikan secara efisien guna meningkatkan kualitas dan
pelayanan pendidikan seperti pengadaan LKS atau buku-buku pegangan siswa dan gaji guru
Dari penelitian yang dilakukan dalam jurnal tersebut, didapatkan kesimpulan yang dapat
yang sudah dilaksanakan sebelumnya, belum berdasarkan pada program atau kegiatan prioritas
yang sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik. Berdasarkan fakta empirik tersebut,
rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana pengelolaan pembiayaan Sekolah Dasar
yang sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik ?”. Tujuan penelitian adalah untuk
pendidikan di jenjang SD, kebijakan pembiayaan, besaran biaya yang dibutuhkan, efektivitas dan
efisiensi pembiayaan, serta model pengelolaan pembiayaan SD yang sesuai dengan kebutuhan
belajar peserta didik. Pada tingkat Kabupaten Bandung, permasalahan yang terjadi seiring
dengan berjalannya otonomi daerah (khususnya pembiayaan pada tingkat pendidikan dasar),
berkenaan dengan masih banyaknya sekolah yang kekurangan buku paket dan alat peraga
edukatif, sehingga menyulitkan guru melaksanakan proses pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan belajar peserta didik, dan masih belum meratanya distribusi guru SD jika dilihat dari
rasio murid per guru masih terdapat kelebihan guru di beberapa kecamatan dan kekurangan guru
kebutuhan belajar peserta didik, tidak hanya kurikulum, tenaga pendidik dan kependidikan saja
yang menjadi fokus perhatian, tetapi dukungan sarana dan prasarana yang memadai harus
menjadi perhatian utama, agar proses pendidikan dapat berjalan dengan lancar, tenang dan aman.
Timbulnya masalah tersebut tidak hanya di sebabkan oleh kemampuan manajerial sumber
daya manusia baik pada tingkat pemerintah daerah maupun di sekolah dasar, tetapi dukungan
dana yang belum memadai atau pengalokasian dana yang kurang tepat untuk mendukung proses
belajar yang sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik dalam menjalankan setiap aktivitas
proses pendidikan juga menjadi penyebab timbulnya masalah-masalah tersebut. Pada penelitian
yang dipaparkan dalam jurnal ini meiliki focus masalah yakni hanya diarahkan kepada
pengelolaan pembiayaan sekolah dasar, yang sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik atau
learning needs. Berdasarkan focus kajian tersebut, maka rumusan masalah dari jurnal ini adalah
“Bagaimana pengelolaan pembiayaan sekolah dasar yang sesuai dengan kebutuhan belajar
peserta didik” dimana batasannya meliputi Dimana batasannya meliputi sumber dana yang
(menyangkut pengalokasian dan pendistribusian dana), dan pengawasan dana yang digunakan
oleh sekolah. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah “deskriptif analitik”, dengan
pendekatan kualitatif, sebab peneliti ingin mrlakukan pengkajian yang mendalam mengenai
pembiayaan yang dilakukan sekolah dasar, agar proses belajar mampu mengakomodasi
meliputi para pejabat structural di lingkungan BAPPEDA, DISDIK, dan Satuan Pendidikan di
lingkungan Kabupaten Bandung dalam mengelola pembiayaan sekolah dasar. Sumber data
pengelolaan pembiayaan sekolah dasar. Sumber data tidak tertulis berupa tindakan dalam
menetapkan program prioritas pendidikan sekolah dasar yang sesuai dengan kebutuhan belajar
peerta didik yakni mengacu pada UUD 1945, Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang
Sisdiknas, Peraturan pemerintah no 47 tahun 2008 tentang Wajib Belajar Pendidikan Dasar
Pemerintah no 19 tahun 2007 tentang standar peneglolaan, Undang-undang No. 32 tahun 2004
Pendidikan, dan Peraturan Daerah Kabupaten Bandung No. 4 tahun 2004 tentang
Besaran biaya dalam melaksanakan proses pendidikan pada tingkat sekolah dasar di
wilayah Kabupaten Bandung, kisaran biaya yang ditetapkan oleh pemerintah yang dipergunakan
untuk membiayai program dalam pembangunan pendidikan khususnya pada jenjang pendidikan
sekolah dasar, yaitu 1) Program wajib belajar Sembilan tahun, 2) Program peningkatan mutu
pendidik dan tenaga kependidikan, dan 3) Program majanemen pelayanan pendidikan. Dalam
sumber-sumber pendanaan pendidikan tahun anggaran 2008 berasal dari : 1) APBN Pemerintah
Secara umum proses pendidikan yang dibutuhkan oleh peserta didik di lingkungan
Kabupaten Bandung khususnya pada sekolah pendidikan dasar, adalah berkenaan dengan
kesiapan peserta didik untuk mampu melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, dan dapat hidup
mandiri yang didukung oleh nilai-nilai agama, semangat kerja yang dilandasi oleh keteladanan
dan kemartabatan sebagai bekal kehidupannya di kemudian hari. Pembiayaan pendidikan pada
sekolah dasar di Kabupaten Bandung, diarahkan kepada pendidikan yang dapat membantu
mengembangkan potensi kemandirian setiap peserta didik dengan di dukung oleh kurikulum
yang sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik untuk memasuki jenjang pendidikan yang
lebih tinggi. Kebiajakan pembiayaan yang ditetapkan merupakan dasar untuk menumbuhkan
kesadaran dan menggali sumber dana dengan membangun kerjasama antara pemerintah dan
masyarakat agar proses pendidikan dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan program yang
telah ditetapkan. Penganggaran yang berbasis pada perencanaan dan program yang sesuai dengan
kebutuhan belajar peserta didik, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang belum
seutuhnya dilaksanakan.
Strategi pembiayaan yang dapat diterapkan untuk melaksanakan proses pendidikan yang
sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik, harus memfokuskan pada program-program yang
menjadi objek biaya, supaya efektivitas dan efisiensi pembiayaan pendidikan dapat tercapai. Hal
tersebut perlu dilakukan, karena ada beberapa Kepala Sekolah yang masih belum terampil dalam
memetakan pembiayaan pendidikan untuk dialokasikan kedalam program yang menjadi prioritas.
kemampuan dan keterampilan yang diperoleh peserta didik, disesuaikan dengan tujuan
pendidikan sekolah dasar yang telah ditetapkan yaitu membentuk dan membangun watak peserta
didik yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Kedua, dana yang
tenaga pendidik, mengakomodasi atau memfasilitasi peningkatan hasil belajar peserta didik agar
sesuai dengan kebutuhan belajarnya, Ketiga, peningkatan kemampuan dan keterampilan Kepala
Sekolah dalam mengelola pembiayaan pendidikan, untuk memanfaatkan dana yang dialokasikan
pada program prioritas, sehingga proses belajar mengajar sesuai dengan kebutuhan belajar
peserta didik. Keempat, kejelasan pendistribusian dana untuk membiayai program-program yang
dilakukan oleh Kepala Sekolah, memfokuskan pada memilih program prioritas yang paling
utama untuk dibiayai dalam mendukung peningkatan proses belajar yang sesuai dengan
agar tercapainya pendidikan yang diharapkan. Acuan ini dijadikan standar pada sebuah lembaga
pendidikan agar tujuan pendidikan yang berkualitas dapat tercapai. Diantara standar yang
menjadi acuan ialah: Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, Standar Pendidik
dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pembiayaan Pendidikan,
Standar Penilaian Pendidikan. Dalam penyelanggaraan pendidikan tidak terlepas dari biaya
pendidikan, dan pembiayaan ini di atur dalam Standar Pembiayaan Pendidikan. Pembiayaan
pendidikan meliputi pada tiga hal a) biaya satuan pendidikan b) biaya penyelenggaraan dan
Standar pembiayaan sebagai salah satu Standar Nasional Pendidikan yang berpengaruh
terhadap tercapainya tujuan pendidikan nasional. Uraian Standar Pembiayaan Pendidikan dapat
ditelusuri dari Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan (PP RI SNP). Pembiayaan merupakan salah satu kebutuhan pendidikan
yang dapat menunjang segala aktivitas pendidikan baik formal maupun informal. Pembiayaan
menjadi komponen pendidikan yang mempunyai peran penting atas berjalannya proses
pembelajaran. Sebaliknya, tanpa pembiayaan, proses pembelajaran tidak akan dapat berjalan
dengan baik. “Pembiayaan dan keuangan merupakan salah satu komponen yang sangat
dalam proses pembelajaran bersama komponen yang lain”.4 Komponen keuangan dan
harus berdasarkan prinsip-prinsip yang telah dijelaskan diatas. Mulai dari tahap perencanaan,
pendidikan yang sering terjadi di lembaga pendidikan sekolah. Dan lembaga pendidikan dapat
bukanlah hal yang mudah untuk dilaksanakan. Dalam pengelolaan keuangan diperlukan
ketelitian dalam mengatur keuangan. Pengelolaan keuangan di lembaga pendidikan atau sekolah
dikelola oleh manajer keunagan. Manajer keuangan bertugas mengatur jalannya keuangan yang
ada dilembaga pendidikan atau sekolah tersebut. Dalam menjalankan tugasnya, seorang manajer
keuangan harus memiliki langkah-langkah yang tepat agar apa yang ia kerjakan bisa memberikan
kelancaran pada lembaga pendidikan atau sekolah tersebut. Langkah-langkah tersebut antara lain
adanya perencanaan, adanya sumber daya manusia yang jujur, loyal, dan berkualitas, dan adanya
manajer keuangan yang terbuka, tegas dan transparan dalam setiap tugasnya.
Kesimpulan dari jurnal tersebut memaparkan bahwa ada beberapa aspek penting yang
dalam penganggaran pendidikan. Manajemen memiliki tiga tahapan penting yaitu perencanaan,
tahap pelaksanaan dan tahap penilaian (evaluasi), ketiga tahapan tadi apabila diterapkan dalam
manajemen keuangan adalah menjadi tahap perencanaan keuangan (budgeting), dan tahap
berfungsi sebagai alat untuk perencanaan dan pengendalian juga merupakan alat
kegiatannya.
2. Akuntansi (Accounting)
Akuntansi sangat erat kaitannya dengan informasi keuangan. Definisi akuntansi dapat
dirumuskan dari dua sudut pandang, yaitu definisi dari sudut pandang pamakai jasa
akuntansi dan proses kegiatannya. Ditinjau dari sudut pandang pemakainya, akuntansi
dapat didefinisikan sebagai “suatu disiplin ilmu yang menyediakan informasi yang
3. Evaluasi (Controling)
Pengawasan keuangan sekolah harus dilakukan melalui aliran masuk dan keluar uang
yang dibutuhkan oleh bendahara. Hal itu dilakukan mulai dari proses keputusan
pemasukan setiap pengeluaran dan pemasukan setiap bulan ditangani sebagai berita
acara.
tingkat mikro (lembaga) yang dianggap penting adalah masalah tentang pembiayaan,
pembiayaan merupakan unsur yang multak harus tersedia. Sebagai contoh pemerintah Republik
Indonesia sesuai amanat Undang-Undang setiap tahunnya telah mencanangkan alokasi anggaran
pendidikan sebesar minima 20% dari total Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN),
demikian pula pemerintah daerah setiap tahun menetapkan anggaran untuk pendidikan seperti
untuk gaji guru dan gaji tenaga kependidikan lainnya di daerah. Dalam konteks lembaga atau
organisasi, sekolah setiap tahun menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS)
yang menunjukkan bagaimana perencanaan pendapatan dan penggunaan biaya untuk keperluan
Kritikal isu yang harus kita soroti dalam bahasan ini adalah, apakah penyelenggaraan
pembiayaan pendidikan di Indonesia sudah sesuai dengan amanat UUD 1945 dan UU No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada jenjang pendidikan dasar dan Konsep
seperti apakah yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah dalam hal mengelola suatu
Indonesia dalam kerangka otonomi daerah?. Standar Pembiayaan Pendidikan di Indonesia Yang
disebut sebagai standar pembiayaan pendidikan adalah biaya minimum yang diperlukan sebuah
satuan pendidikan agar dapat melaksanakan kegiatan pendidikan selama satu tahun. Biaya disini
meliputi biaya investasi, biaya operasional, dan biaya personal. Standar pembiayaan diatur dalam
Di Permendiknas ini diatur biaya minimum yang harus dikeluarkan untuk setiap satuan
pendidikan dan juga setiap jalur pendidikanya. Baik yang jalur umum atau jalur berkebutuhan
khsusus, UU telah merinci berapa biaya yang harus ditanggung setiap peserta didik selama
setahun agar proses belajar dapat berjalan. Permendiknas ini mengatur standar biaya
nonpersonalia. Biaya operasi nonpersonalia meliputi: biaya alat tulis sekolah (ATS), biaya bahan
dan alat habis pakai (BAHP), biaya pemeliharaan dan perbaikan ringan, biaya daya dan jasa,
biaya transportasi atau perjalanan dinas, biaya konsumsi, biaya asuransi, biaya pembinaan siswa
atau ekstra kurikuler, biaya uji kompetensi, biaya praktek kerja industri, dan biaya pelaporan.
Permendiknas ini memuat standar pembiayaan untuk DKI jakarta, untuk daerah lain, ada yang
disebut indeks biaya, yakni angka yang menunjukan perbandingan standar pembiyaan di daerah
tersebut terhadap standar biaya di DKI Jakarta. 4. Sistem Pembiayaan Pendidikan di Indonesia
Sistem pembiayaan pendidikan adalah proses dimana pendapatan dan sumber daya tersedia
masingmasing negara seperti kondisi geografis, tingkat pendidikan, kondisi politik pendidikan,
sekolah.
Indonesia dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan pemerintah. Kita mengenal dua sistem yaitu
sentralisasi dan desentralisasi. Biaya pendidikan di Indonesia memang tidak pernah murah,
begitulah realitasnya dalam sejarah pendidikan di Indonesia. Hal ini dibandingkan dengan
pendapatan ratarata masyarakat yang lebih kecil dibanding kebutuhannya. Impian masyarakat
akan datangnya pendidikan gratis yang telah ditunggutunggu dari sejak zaman kemerdekaan
Republik Indonesia telah muncul dengan seiring datangnya fenomena pendidikan gratis untuk
Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Fenomena pendidikan gratis ini memang
Sekolah) untuk menutupi harga-harga buku yang kian hari kian melambung, sumbangan ini itu,
gaji guru yang tidak cukup dan biaya-biaya lainnya. Pemberlakuan sekolah gratis bukan berarti
penurunan kualitas pendidikan, penurunan minat belajar para siswa, dan penurunan tingkat
kinerja guru dalam kegiatan belajar mengajar di dunia pendidikan. Untuk itu bukan hanya siswa
saja yang diringankan dalam hal biaya, namun kini para guru juga akan merasa lega dengan
paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia yang setara dengan Sekolah Dasar.
madarasah yang berada pada lingkungan dan kondisi yang seperti ini akan sangat sulit
Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara tahun 2012, Jumlah Madrsasah Ibtidaiyah
Negeri sebanyak 125 dan Madrasah Ibtidaiyah Swasta sebanyak 619. KabupatenDeli
Serdang terdiri dari Madarasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) berjumlah 3 madrasah dan
Madarasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) berjumlah 128 madrasah. Berdasarkan Rekap Data
Madrasah Ibtidaiyah Kementerian Agama Kabupaten Deli serdang Tahun 2014 jumlah
Madrasah Ibtidaiyah Negeri berjumlah 3 dan Madrasah Ibtidaiyah Swasta sebanyak 157.
Jumlah ini menunjukkan dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 ada penambahan
terdapat 20 Madrasah Ibtidaiyah swasta dan belum ada Madrasah Ibtidaiyah Negeri. Data
ini menunjukkan rentang data yang sangat jauh antara Madrasah Ibtidaiyah Negeri dan
Madrasah Ibtidaiyah Swasta. Tentunya butuh usaha yang keras bagi madrasah ibtidaiyah
swasta agar dapat menjalankan dan mengelola pendidikan agar dapat mencapai tujuan
pendidikan di MIS Al-Jihad Sunggal. Penelitian ini difokuskan pada pola pengelolaan
pembiayaan madrasah yang bersumber dari masyarakat (orang tua) dan pihak lain yang
maka yang menjadi rumusan masalah dari penenlitian ini adalah “Bagaimana pengelolaan
hal yaitu : (1) produksi pendidikan yaitu pendidikan dianalogikan dengan bidang aktivitas
lainnya yang terdiri dari pelayanan untuk mencapai tujuan pendidikan; (2) transaktor
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan yang telah dipaparkan dalam jurnal
tersebut, maka dapat dilihat pola pengelolaan pembiayaan di lembaga pendidikan MIS
swasta menerima bantuan dari pemerinth melalui program BOS, sekolah MIS Al Jihad
juga mendapatkan bantuan dana dari masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara dengan
pemerintah meliputi : (1) Biaya Penerimaan Siswa Baru (PSB), (2) SPP, (3) Sumbangan
pelaksanaannya tidak sesuai dengan yang disusun dalam RAPBM. Salah satu factor yang
menyebabkan ketidak sesuaian ini dikarenakan masih banyak siswa yang menunggak
dalam pembayaran iuran komite (SPP). Sehingga jumlah uang yang diterima pada
periode tersebut tersedot hanya untuk memenuhi pembayaran tunjangan kepala sekolah,
wakil kepala madrasah, tunjangan guru kelas, dan penyediaan barang habis pakai
untuk mengevalasi apakah pengeluaran atau penggunaan dana sudah sesuai dengan yang
direncanakan dalam anggaran madrasah. Pengawasan dana yang diterima dan dana yang
dikeluarkan dilakukan secara berkala, yaitu pengawasan yang dilakukan 6 bulan sekali
oleh yayasan, komite sekolah. Pemeriksaan penerimaan dana yang masuk dilakukan
dengan memeriksa Buku Kas Umum (Buku Daftar Uang Masuk dan Uang Keluar).
semester). Dalam laporan ini dikoreksi dan diperiksa apakah seluruh rencana pembiayaan
dalam RAPBM terlaksana sesuai dengan yang direncanakan atau tidak. Dalam struktur
pengelolaan pembiayaan adalah kepala madrasah sebagai top manager dibantu oleh
bendahara dan wakil madrasah dan dewan guru. Pengelolaan pembiayaan di MIS Al
Jihad masih terdapat kelemahan dalam pengelolaan pembiayaan salah satu diantaranya
Struktur manajemen, yaitu dalam struktur dan fungsi jabatan dalam manajemen
pembiayaan madrasah masih diduduki oleh oleh orang – orang dalam lingkungan
berasal dari wali murid dan masyarakat melainkan masih berasal dari lingkungan internal
madrasah yaitu guru sehingga kurang objektif dalam pengawasan dan pemeriksaan;
belajar siswa dan belum menerapkan prinsip perhitungan biaya satuan, iuran SPP hanya
pendidikan untuk dana yang bersumber dari iuran komite digunakan untuk membiayai
pembiayaan pendidikan yang bersumber dari iuram komite dilakukan oleh yayasan,
komite dan guru setiap enam bulan sekali (per semester). Pengawasan yang dilakukan
selama 6 bulan yang sudah berjalan dengan melampirkan semua bon, kwitansi dan bukti-