Anda di halaman 1dari 19

Jurnal 1 : Pengelolaan Manajemen Keuangan pada Lembaga Pendidikan (Studi pada sekolah Al-

Islam dan Muhammadiyah Surakarta)

Penyusun : Risa Alkurnia dan Agraini (Program Magister, Universitas Sebelas Maret)

Berdasarkan latar belakang penyusunan jurnal tersebut, sekolah memiliki tugas

wewenang untuk mengelola keuangan berdasarkan prinsip-prinsip keuangan sehingga uang yang

ada dapat dimanfaatkan secara optimal. Hal ini ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia No 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah bahwa pengelolaan uang

adalah pengelolaan kas dan surat berharga termasuk menanggulangi kekurangan kas dan

memanfaatkan kelebihan kas secara optimal. Disini sekolah sebagai institusi pemerintah diawasi

oleh kepala sekolah dalam Peraturan Pemerintah tersebut juga menjelaskan bahwa pengendalian

internal dan pengawas fungsional daerah serta Badan Keuangan dalam pengendalian fungsional.

Adapun prinsip-prinsip pengelolaan keuangan sebagaimana yang dijelaskan dalam jurnal ini

harus mengacu pada empat hal, yakni bersifat transparansi, akuntabel, efektif, dan efisien.

Peraturan tersebut juga menjelaskan bahwa keempat prinsip tersebut digunakan dalam

proses pengelolaan keuangan seekolah yang dimulai dari perencanaan, realisasi penerimaan dan

pengeluaran dana pendidikan, pengawasan dan pemeriksaan hingga pertanggungjawaban sekolah

baik itu berstatus negeri maupun swasta, keduanya tetap memiliki tugas yang sama untk

mengelola keuangan berdasarkan prinsip-prinsip pengelola keuangan. Sebagaimana penelitian

yang dilakukan di salah satu lemabaga pendidikan swasta yang terletak di daerah Surakarta yakni

Yayasan Muhammadiyah dan Yayasan Al-Islam. Tidak jauh berbeda dengan yayasan

Muhammadiyah, yayasan Al-Islampun merupakan organisasi Ilam yang salah satunya bergerak

dalam pendidikan. Al-Islam mendirikan sekolah dari Taman Kanak-kanak hingga Madrasah
Aliyah. Pada hakikatnya, masing-masing sekolah telah melakukan pengelolaan keuangan dengan

baik. Akan tetapi kita perl mengetahui sejauh mana proses pengelolaan itu dilakukan. Olehnya

itu, jurna ini disusun bertujuan untuk mengetahui bagimana aktivitas pembiayaan di Lembaga

Pendidikan Muhammadiyah dan Al-Islam, mulai dari pengelolaannya, dan apakah pengelolaan

yang diterapkan tersebut sudah sesuai dengan prinsip-prinsip ataupun teori pengelolaan

keuangan. Jurnal ini disusun dengan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi

kasus dan kajian literature karena penelititannya menghasilkan data deskriptif yang memabhas

mengenai pengelolaan manajemen kas pada lemabaga pendidikan. Penelitian deskriptif yang

peneliti lakukan tersebut tidak menggunakan uji hipotesis akan tetapi menggunakan data

observasi dan kajian literature.

Berdasarkan penelitian yang telah dipaparkan dalam jurnal tersebut, aktivitas Pembiayaan

di Lemabga Pendidikan Muhammadiyah dan Al-Islam (SMP Muhammadiyah 4 Sukodono)

berasal dari beberapa sumber dana, yakni diantaranya Dana dari pemerintah berupa bantuan

operasional sekolah. Dengan adanya bantuan ini, peserta didik yang bersekolah di sekolah ini

tidak di pungut baiyaa SPP dan uang pembangunan atau uang gedung, sumber dana yang kedua

yakni berasal dari dana yayasan. Dana yayasan berasal dari pihak yayasan yang diberikan untuk

sekolah. Dana tersebut diberikan langsung kepada kepala sekolah yang digunakan untuk gaji

kepala sekolah. Dana yang ketiga berasal dari pada donator, dimana dana ini berisfat sukarela

yang tidak mengikat dari puhak internal. Sumbangan sukarela diberikan sebagai wujud

kepedulian unutk membantu kegiatan operasional dan mendukung kelancaran kegiatan sekolah.

Dana ini biasanya diterima perorangan dari pihak internal sekolah. Dan dana yang ke empat

berasal dari kegiatan wirausaha. Selain itu juga, sumber-sumber dana yang dimiliki MA Al-Islam

Surakarta yaitu Kas berjalan, Dana Pengembangan, Sumbangan Pelayanan Pendidikan, Dana
Kegiatan Siswa (DKS), Penerimaan Seragam, tas atribut dan map, pendaftaran PPBD dan OPD,

bantuan pemerintah, pendapatan lain yang sah dan halal, serta infaq dan hibah.

Sementara itu, dalam hal Pengelolaan Keuangan Lembaga Pendidikan Muhammadiyah

dan Al-Islam yakni dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, pecatatan, pertanggungjawaban atau

pengawasan, serta pelaporan. Dan untuk penerapan pengelolaan keuangan di lembaga

pendidikan Muhammadiyah dan al-Islam dengan teori keuangan sudah berjalan semestinya.

Transparansi dalam bidang manajemen berarti adanya keterbukaan dalam mengelola semua

kegiatan. Termasuk keterbukaan sumber keuangan dan jumlahnya, rincian penggunaan, dan

pertanggungjawabnnya harus jelas sehingga bisa memudahkan pihak-pihak yang berkepentingan

untuk mengetahuinya. Transparansi dilakukan untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan

keuangan sekolah, karena dana berasal dari Kementrian Agama untuk pelaporan dana Bos,

Dikpora untuk pelaporan Dana Kegiatan Sekolah, Yayasan Al-Islam dan Muhammadiyah terkait

pelaporan SPP, Transparansi kepada Orang Tua Murid Dilakukan ketika rapat komite dengan

wali murid. Akuntabel didalam manajemen keuangan berarti penggunaan dana sekolah dapat

dipertanggungjawabkan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Berdasarkan

perencanaan yang telah ditetapkan dan peraturan yang berlaku maka pihak sekolah akan

membelanjakan uang secara bertanggung jawab. Dalam mempertanggung jawabkan kegiatan

pengelolaan keuangan sekolah berdasarkan yang telah ditetapkan dalam anggaran dan disertai

dengan bukti-bukti penerimaan atau bukti pembayaran. Efektif yang dilakukan dapat mengatur

keuangan untuk membiayai aktivitas dalam rangka mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan

dan kualitas outcome-nya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Pengelolaan keuangan di

lembaga sekolah sudah dilaksanakan secara efektif sesuai dengan yang ditetapkan di RKAS.

Antara perencanaan penganggaran dan aktivitas realisasi sudah dilaksanakan dengan baik sesuai
dengan yang ditetapkan. Efisien dalam pengelolaan keuangan sekolah merupakan pemberdayaan

sumber daya uang sekolah dalam mencapai optimalisasi akses, mutu, relevansi, dan daya saing

pelayanan pendidikan. Dapat disimpulkan bahwa prinsip efisiensi yaitu pemberdayaan uang

sekolah digunakan untuk kegiatan peningkatan mutu dan pelayanan pendidikan. Di kedua

Lembaga Pendidikan sudah dialokasikan secara efisien guna meningkatkan kualitas dan

pelayanan pendidikan seperti pengadaan LKS atau buku-buku pegangan siswa dan gaji guru

guna menambah wawasan dan ilmu yang dimiliki siswa.

Dari penelitian yang dilakukan dalam jurnal tersebut, didapatkan kesimpulan yang dapat

dilihat langsung pada table berikut ini :


Jurnal 2 : Pengelolaan Pembiayaan Sekolah Dasar di Kabupaten bandung
Penyusun : Dedy Achad Kurniady
(Dosen FIP Univeristas Pendidikan Indonesia (ISSN 1412-565X))

Pengelolaan pembiayaan pada tingkat sekolah dasar, dalam mengalokasikan atau

mendistribusikan biayanya selama ini cenderung masih mengacu pada pengalaman-pengalaman

yang sudah dilaksanakan sebelumnya, belum berdasarkan pada program atau kegiatan prioritas

yang sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik. Berdasarkan fakta empirik tersebut,

rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana pengelolaan pembiayaan Sekolah Dasar

yang sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik ?”. Tujuan penelitian adalah untuk

memperoleh gambaran tentang dasar pertimbangan untuk pemerintah dalam membiayai

pendidikan di jenjang SD, kebijakan pembiayaan, besaran biaya yang dibutuhkan, efektivitas dan

efisiensi pembiayaan, serta model pengelolaan pembiayaan SD yang sesuai dengan kebutuhan

belajar peserta didik. Pada tingkat Kabupaten Bandung, permasalahan yang terjadi seiring

dengan berjalannya otonomi daerah (khususnya pembiayaan pada tingkat pendidikan dasar),

berkenaan dengan masih banyaknya sekolah yang kekurangan buku paket dan alat peraga

edukatif, sehingga menyulitkan guru melaksanakan proses pembelajaran yang sesuai dengan

kebutuhan belajar peserta didik, dan masih belum meratanya distribusi guru SD jika dilihat dari

rasio murid per guru masih terdapat kelebihan guru di beberapa kecamatan dan kekurangan guru

di kecamatan lainnya. Dalam menyelenggarakan pendidikan dasar yang mampu mengakomodasi

kebutuhan belajar peserta didik, tidak hanya kurikulum, tenaga pendidik dan kependidikan saja

yang menjadi fokus perhatian, tetapi dukungan sarana dan prasarana yang memadai harus

menjadi perhatian utama, agar proses pendidikan dapat berjalan dengan lancar, tenang dan aman.
Timbulnya masalah tersebut tidak hanya di sebabkan oleh kemampuan manajerial sumber

daya manusia baik pada tingkat pemerintah daerah maupun di sekolah dasar, tetapi dukungan

dana yang belum memadai atau pengalokasian dana yang kurang tepat untuk mendukung proses

belajar yang sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik dalam menjalankan setiap aktivitas

proses pendidikan juga menjadi penyebab timbulnya masalah-masalah tersebut. Pada penelitian

yang dipaparkan dalam jurnal ini meiliki focus masalah yakni hanya diarahkan kepada

pengelolaan pembiayaan sekolah dasar, yang sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik atau

learning needs. Berdasarkan focus kajian tersebut, maka rumusan masalah dari jurnal ini adalah

“Bagaimana pengelolaan pembiayaan sekolah dasar yang sesuai dengan kebutuhan belajar

peserta didik” dimana batasannya meliputi Dimana batasannya meliputi sumber dana yang

diterima sekolah, perencanaan penggunaan dana, pelaksanaan dalam menggunakan dana

(menyangkut pengalokasian dan pendistribusian dana), dan pengawasan dana yang digunakan

oleh sekolah. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah “deskriptif analitik”, dengan

pendekatan kualitatif, sebab peneliti ingin mrlakukan pengkajian yang mendalam mengenai

proses penyusunan biaya pendidikan, sehingga memeroleh gambaran tentang pengelolaan

pembiayaan yang dilakukan sekolah dasar, agar proses belajar mampu mengakomodasi

kebutuhan belajar peserta didik.

Pada penelitiaannya yang menjadi subjek penelitiannya adalah komponen manusia,

meliputi para pejabat structural di lingkungan BAPPEDA, DISDIK, dan Satuan Pendidikan di

lingkungan Kabupaten Bandung dalam mengelola pembiayaan sekolah dasar. Sumber data

tertulis berupa peraturan-peraturan, dokumen-dokumen yang berhubungan dengan proses

pengelolaan pembiayaan sekolah dasar. Sumber data tidak tertulis berupa tindakan dalam

pemberian layanan, kegiatan-kegiatan dalm proses pelaksanaan pendidikan.


Berdasarkan focus penenlitian tesebut, maka kebijakan pembiayaan yag ditetapkan dalam

menetapkan program prioritas pendidikan sekolah dasar yang sesuai dengan kebutuhan belajar

peerta didik yakni mengacu pada UUD 1945, Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang

Sisdiknas, Peraturan pemerintah no 47 tahun 2008 tentang Wajib Belajar Pendidikan Dasar

Sembilan tahun, Peraturan pemerintah no. 48 tentang Pendanaan Pendidikan, PeraturAN

Pemerintah no 19 tahun 2007 tentang standar peneglolaan, Undang-undang No. 32 tahun 2004

tentang Pemerintah Daerah, Undang-undang No 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan, dan Peraturan Daerah Kabupaten Bandung No. 4 tahun 2004 tentang

Penyelenggaraan Sistem Pendidikan di Kabupaten Bandung.

Besaran biaya dalam melaksanakan proses pendidikan pada tingkat sekolah dasar di

wilayah Kabupaten Bandung, kisaran biaya yang ditetapkan oleh pemerintah yang dipergunakan

untuk membiayai program dalam pembangunan pendidikan khususnya pada jenjang pendidikan

sekolah dasar, yaitu 1) Program wajib belajar Sembilan tahun, 2) Program peningkatan mutu

pendidik dan tenaga kependidikan, dan 3) Program majanemen pelayanan pendidikan. Dalam

melaksanakan program-program tersebut pemerintah Kabupaten Bandung mengalokasikan

sumber-sumber pendanaan pendidikan tahun anggaran 2008 berasal dari : 1) APBN Pemerintah

Pusat, sebesar Rp. 81.012.412.838,- 2) APBD Provinsi, sebesar Rp.1.997.000.000, 3) APBD

Kabupaten, sebesar Rp., 83.520.601.900,- (Program Wajardikdas 9 Tahun).

Secara umum proses pendidikan yang dibutuhkan oleh peserta didik di lingkungan

Kabupaten Bandung khususnya pada sekolah pendidikan dasar, adalah berkenaan dengan

kesiapan peserta didik untuk mampu melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, dan dapat hidup

mandiri yang didukung oleh nilai-nilai agama, semangat kerja yang dilandasi oleh keteladanan

dan kemartabatan sebagai bekal kehidupannya di kemudian hari. Pembiayaan pendidikan pada
sekolah dasar di Kabupaten Bandung, diarahkan kepada pendidikan yang dapat membantu

mengembangkan potensi kemandirian setiap peserta didik dengan di dukung oleh kurikulum

yang sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik untuk memasuki jenjang pendidikan yang

lebih tinggi. Kebiajakan pembiayaan yang ditetapkan merupakan dasar untuk menumbuhkan

kesadaran dan menggali sumber dana dengan membangun kerjasama antara pemerintah dan

masyarakat agar proses pendidikan dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan program yang

telah ditetapkan. Penganggaran yang berbasis pada perencanaan dan program yang sesuai dengan

kebutuhan belajar peserta didik, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang belum

seutuhnya dilaksanakan.

Strategi pembiayaan yang dapat diterapkan untuk melaksanakan proses pendidikan yang

sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik, harus memfokuskan pada program-program yang

menjadi objek biaya, supaya efektivitas dan efisiensi pembiayaan pendidikan dapat tercapai. Hal

tersebut perlu dilakukan, karena ada beberapa Kepala Sekolah yang masih belum terampil dalam

memetakan pembiayaan pendidikan untuk dialokasikan kedalam program yang menjadi prioritas.

Berdasarkan kesimpulan tersebut, dapat ditarik beberapa implikasi, yaitu: Pertama,

kemampuan dan keterampilan yang diperoleh peserta didik, disesuaikan dengan tujuan

pendidikan sekolah dasar yang telah ditetapkan yaitu membentuk dan membangun watak peserta

didik yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Kedua, dana yang

dialokasikan kedalam program-program yang menjadi prioritas, dan kemampuan mengajar

tenaga pendidik, mengakomodasi atau memfasilitasi peningkatan hasil belajar peserta didik agar

sesuai dengan kebutuhan belajarnya, Ketiga, peningkatan kemampuan dan keterampilan Kepala

Sekolah dalam mengelola pembiayaan pendidikan, untuk memanfaatkan dana yang dialokasikan

pada program prioritas, sehingga proses belajar mengajar sesuai dengan kebutuhan belajar
peserta didik. Keempat, kejelasan pendistribusian dana untuk membiayai program-program yang

menjadi prioritas. Kelima, perencanaan pembiayaan pendidikan atau penganggaran yang

dilakukan oleh Kepala Sekolah, memfokuskan pada memilih program prioritas yang paling

utama untuk dibiayai dalam mendukung peningkatan proses belajar yang sesuai dengan

kebutuhan peserta didik.

Jurnal ke 4: Manajemen Pembiayaan Pendidikan Menuju Pendidikan yang Bermutu

Penyusun : Dosen Poltekpar

Sumber : Jurnal ANSIRU PAI V 01, No 2 Tahun 2017

Dalam pencapaian pendidikan yang berkualitas, pendidikan mempunyai standar acuan

agar tercapainya pendidikan yang diharapkan. Acuan ini dijadikan standar pada sebuah lembaga

pendidikan agar tujuan pendidikan yang berkualitas dapat tercapai. Diantara standar yang

menjadi acuan ialah: Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, Standar Pendidik

dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pembiayaan Pendidikan,

Standar Penilaian Pendidikan. Dalam penyelanggaraan pendidikan tidak terlepas dari biaya

pendidikan, dan pembiayaan ini di atur dalam Standar Pembiayaan Pendidikan. Pembiayaan

pendidikan meliputi pada tiga hal a) biaya satuan pendidikan b) biaya penyelenggaraan dan

pengelolaan pendidikan c) biaya pribadi peserta didik.

Standar pembiayaan sebagai salah satu Standar Nasional Pendidikan yang berpengaruh

terhadap tercapainya tujuan pendidikan nasional. Uraian Standar Pembiayaan Pendidikan dapat

ditelusuri dari Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan (PP RI SNP). Pembiayaan merupakan salah satu kebutuhan pendidikan

yang dapat menunjang segala aktivitas pendidikan baik formal maupun informal. Pembiayaan
menjadi komponen pendidikan yang mempunyai peran penting atas berjalannya proses

pembelajaran. Sebaliknya, tanpa pembiayaan, proses pembelajaran tidak akan dapat berjalan

dengan baik. “Pembiayaan dan keuangan merupakan salah satu komponen yang sangat

menentukan, merupakan komponen produksi yang menentukan terlaksananya kegiatan-kegiatan

dalam proses pembelajaran bersama komponen yang lain”.4 Komponen keuangan dan

pembiayaan pendidikan, terutama di madrasah/sekolah, selayaknya dikelola secara efektif.

Dalam Pelaksanaan manajemen pembiayaan pendidikan di lembaga pendidikan sekolah

harus berdasarkan prinsip-prinsip yang telah dijelaskan diatas. Mulai dari tahap perencanaan,

penggunaan biaya pendidkan, pengawasan serta pertanggungjawaban atas penggunaan biaya

pendidikan. Sehingga, dapat membantu mengurangi permasalahan-permasalahan pembiayaan

pendidikan yang sering terjadi di lembaga pendidikan sekolah. Dan lembaga pendidikan dapat

meningkatakan kualitas pendidikannya dengan baik.

Di dalam jurnal tersebut menjelasakan bahwa pengelolaan pembiayaan pendidikan

bukanlah hal yang mudah untuk dilaksanakan. Dalam pengelolaan keuangan diperlukan

ketelitian dalam mengatur keuangan. Pengelolaan keuangan di lembaga pendidikan atau sekolah

dikelola oleh manajer keunagan. Manajer keuangan bertugas mengatur jalannya keuangan yang

ada dilembaga pendidikan atau sekolah tersebut. Dalam menjalankan tugasnya, seorang manajer

keuangan harus memiliki langkah-langkah yang tepat agar apa yang ia kerjakan bisa memberikan

kelancaran pada lembaga pendidikan atau sekolah tersebut. Langkah-langkah tersebut antara lain

adanya perencanaan, adanya sumber daya manusia yang jujur, loyal, dan berkualitas, dan adanya

manajer keuangan yang terbuka, tegas dan transparan dalam setiap tugasnya.
Kesimpulan dari jurnal tersebut memaparkan bahwa ada beberapa aspek penting yang

harus dipahami dalam pelaksanaan pembiayaan pendidikan, yaitu konsep penganggaran

pendidikan, pengklasifikasian kegiatan, penentuan standarisasi, dan penentuan biaya satuan

dalam penganggaran pendidikan. Manajemen memiliki tiga tahapan penting yaitu perencanaan,

tahap pelaksanaan dan tahap penilaian (evaluasi), ketiga tahapan tadi apabila diterapkan dalam

manajemen keuangan adalah menjadi tahap perencanaan keuangan (budgeting), dan tahap

pelaksanaan (akunting), dan evaluasi.

1. Perencanaan Pemviayaan Pendidikan (Budgeting)

Penyusunan anggaran merupakan visualisasi atau gambaran terhadap

kegiatankegiatan yang akan dilaksanakan oleh lembaga pendidikan yang dapat

diketahui pula penentuan satuan biaya untuk tiap-tiap kegiatannya. Anggaran

berfungsi sebagai alat untuk perencanaan dan pengendalian juga merupakan alat

bantu bagi manajemen untuk mengarahkan lembaga pada pelaksanaan kegiatan-

kegiatannya.

2. Akuntansi (Accounting)

Akuntansi sangat erat kaitannya dengan informasi keuangan. Definisi akuntansi dapat

dirumuskan dari dua sudut pandang, yaitu definisi dari sudut pandang pamakai jasa

akuntansi dan proses kegiatannya. Ditinjau dari sudut pandang pemakainya, akuntansi

dapat didefinisikan sebagai “suatu disiplin ilmu yang menyediakan informasi yang

diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efisien dan mengavaluasi

kegiatankegiatan suatu organisasi

3. Evaluasi (Controling)
Pengawasan keuangan sekolah harus dilakukan melalui aliran masuk dan keluar uang

yang dibutuhkan oleh bendahara. Hal itu dilakukan mulai dari proses keputusan

pengeluaran pos anggaran, pembelanjaan, perhitungan dan penyimpanan barang oleh

petugas yang ditunjuk. Secara administrasi pembukuan setiap pengeluaran dan

pemasukan setiap pengeluaran dan pemasukan setiap bulan ditangani sebagai berita

acara.

Jurnal ke 4: Pembiayaan Pendidikan di Indonesia

Penyusun : Rida Fironika K

Sumber : Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar (Universitas Islam Sultan Agung)

Dalam konteks penyelenggaraan pendidikan baik ditingkat makro (negara) maupun di

tingkat mikro (lembaga) yang dianggap penting adalah masalah tentang pembiayaan,

pembiayaan merupakan unsur yang multak harus tersedia. Sebagai contoh pemerintah Republik

Indonesia sesuai amanat Undang-Undang setiap tahunnya telah mencanangkan alokasi anggaran

pendidikan sebesar minima 20% dari total Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN),

demikian pula pemerintah daerah setiap tahun menetapkan anggaran untuk pendidikan seperti

untuk gaji guru dan gaji tenaga kependidikan lainnya di daerah. Dalam konteks lembaga atau

organisasi, sekolah setiap tahun menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS)

yang menunjukkan bagaimana perencanaan pendapatan dan penggunaan biaya untuk keperluan

operasional sekolah. Penggunaan biaya tersebut menggambarkan pola pembiayaan dalam

pendidikan. Dengan demikian pada semua tingkatan penyelenggaraan pendidikan pembiayaan


merupakan hal yang sangat penting untuk turut menjamin terlaksananya pendidikan. Pendidikan

tidak akan berjalan tanpa adanya biaya.

Kritikal isu yang harus kita soroti dalam bahasan ini adalah, apakah penyelenggaraan

pembiayaan pendidikan di Indonesia sudah sesuai dengan amanat UUD 1945 dan UU No. 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada jenjang pendidikan dasar dan Konsep

seperti apakah yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah dalam hal mengelola suatu

pembiayaan pendidikan agar mampu merumuskan sistem pembiayaan nasional pendidikan

Indonesia dalam kerangka otonomi daerah?. Standar Pembiayaan Pendidikan di Indonesia Yang

disebut sebagai standar pembiayaan pendidikan adalah biaya minimum yang diperlukan sebuah

satuan pendidikan agar dapat melaksanakan kegiatan pendidikan selama satu tahun. Biaya disini

meliputi biaya investasi, biaya operasional, dan biaya personal. Standar pembiayaan diatur dalam

Permendiknas No. 41 Tahun 2007.

Di Permendiknas ini diatur biaya minimum yang harus dikeluarkan untuk setiap satuan

pendidikan dan juga setiap jalur pendidikanya. Baik yang jalur umum atau jalur berkebutuhan

khsusus, UU telah merinci berapa biaya yang harus ditanggung setiap peserta didik selama

setahun agar proses belajar dapat berjalan. Permendiknas ini mengatur standar biaya

nonpersonalia. Biaya operasi nonpersonalia meliputi: biaya alat tulis sekolah (ATS), biaya bahan

dan alat habis pakai (BAHP), biaya pemeliharaan dan perbaikan ringan, biaya daya dan jasa,

biaya transportasi atau perjalanan dinas, biaya konsumsi, biaya asuransi, biaya pembinaan siswa

atau ekstra kurikuler, biaya uji kompetensi, biaya praktek kerja industri, dan biaya pelaporan.

Permendiknas ini memuat standar pembiayaan untuk DKI jakarta, untuk daerah lain, ada yang

disebut indeks biaya, yakni angka yang menunjukan perbandingan standar pembiyaan di daerah

tersebut terhadap standar biaya di DKI Jakarta. 4. Sistem Pembiayaan Pendidikan di Indonesia
Sistem pembiayaan pendidikan adalah proses dimana pendapatan dan sumber daya tersedia

digunakan untuk memformulasikan dan mengoperasionalkan sekolah, tergantung dari kondisi

masingmasing negara seperti kondisi geografis, tingkat pendidikan, kondisi politik pendidikan,

hukum pendidikan, ekonomi pendidikan, program pembiayaan pemerintah dan administrasi

sekolah.

Dalam jurnal tersebut dapat disimpulkan bahwa sistem pembiayaan pendidikan di

Indonesia dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan pemerintah. Kita mengenal dua sistem yaitu

sentralisasi dan desentralisasi. Biaya pendidikan di Indonesia memang tidak pernah murah,

begitulah realitasnya dalam sejarah pendidikan di Indonesia. Hal ini dibandingkan dengan

pendapatan ratarata masyarakat yang lebih kecil dibanding kebutuhannya. Impian masyarakat

akan datangnya pendidikan gratis yang telah ditunggutunggu dari sejak zaman kemerdekaan

Republik Indonesia telah muncul dengan seiring datangnya fenomena pendidikan gratis untuk

Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Fenomena pendidikan gratis ini memang

sangat ditunggu-tunggu, pasalnya Pemerintah mengeluarkan dana BOS (Biaya Operasional

Sekolah) untuk menutupi harga-harga buku yang kian hari kian melambung, sumbangan ini itu,

gaji guru yang tidak cukup dan biaya-biaya lainnya. Pemberlakuan sekolah gratis bukan berarti

penurunan kualitas pendidikan, penurunan minat belajar para siswa, dan penurunan tingkat

kinerja guru dalam kegiatan belajar mengajar di dunia pendidikan. Untuk itu bukan hanya siswa

saja yang diringankan dalam hal biaya, namun kini para guru juga akan merasa lega dengan

kebijakan pemerintah tentang kenaikan akan kesejahteraan guru.


Jurnal ke 3 : Pola Pengelolaan Pembiayaan Madrasah Ibtidaiyah Swasta
(Studi Kasus Di MIS Al-Jihad Sunggal Kabupaten Deli Serdang)
Penyusun : Susiana, Darwin, Arif Rahman
Program Studi S2 Administrasi Pendidikan UNIMED (ISSN : 1979-6684)

Madrasah Ibtidaiyah atau yang disingkat dengan MI adalah jenjang pendidikan

paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia yang setara dengan Sekolah Dasar.

Madrasah ibtidaiyah sebagian berada di lingkungan pedesaan, dan sebagian besar

madrasah Ibtidaiyah dikelola oleh yayasan/lembaga swasta. Sehingga madrasah –

madarasah yang berada pada lingkungan dan kondisi yang seperti ini akan sangat sulit

untuk mendapatkan pendanaan dari masyarakat.Berdarkan data statistik madrasah di

Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara tahun 2012, Jumlah Madrsasah Ibtidaiyah

Negeri sebanyak 125 dan Madrasah Ibtidaiyah Swasta sebanyak 619. KabupatenDeli

Serdang terdiri dari Madarasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) berjumlah 3 madrasah dan

Madarasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) berjumlah 128 madrasah. Berdasarkan Rekap Data

Madrasah Ibtidaiyah Kementerian Agama Kabupaten Deli serdang Tahun 2014 jumlah

Madrasah Ibtidaiyah Negeri berjumlah 3 dan Madrasah Ibtidaiyah Swasta sebanyak 157.

Jumlah ini menunjukkan dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 ada penambahan

jumlah Madrasah Ibtidaiyah Swasta sebanyak 29 madrasah. Di Kecamatan Sunggal

terdapat 20 Madrasah Ibtidaiyah swasta dan belum ada Madrasah Ibtidaiyah Negeri. Data

ini menunjukkan rentang data yang sangat jauh antara Madrasah Ibtidaiyah Negeri dan

Madrasah Ibtidaiyah Swasta. Tentunya butuh usaha yang keras bagi madrasah ibtidaiyah

swasta agar dapat menjalankan dan mengelola pendidikan agar dapat mencapai tujuan

pendidikan seperti yang tertuang dalam Sistem Pendidikan Nasional


Jurnal ini disusun bertujuan untuk mengetahui pola pengelolaan pembiayaan

pendidikan di MIS Al-Jihad Sunggal. Penelitian ini difokuskan pada pola pengelolaan

pembiayaan madrasah yang bersumber dari masyarakat (orang tua) dan pihak lain yang

mencakup perencanaan pembiayaan, penggunaan dana, pengawasan dan

pertanggungjawaban pembiayaan pendidikan, berdasarkan focus permasalahan tersebut,

maka yang menjadi rumusan masalah dari penenlitian ini adalah “Bagaimana pengelolaan

pembiayaan pendidikan di MIS Al-Jihad Sunggal yang meliputi pembiayaan, penggunaan

dana, pengawasan dan pertanggung jawaban pembiayaan pendidikan”.

Dalam jurnal tersebut dijelaskan bahwa konsep biaya pendidikan menjelaskan 3

hal yaitu : (1) produksi pendidikan yaitu pendidikan dianalogikan dengan bidang aktivitas

lainnya yang terdiri dari pelayanan untuk mencapai tujuan pendidikan; (2) transaktor

ekonomi dalam lembaga pendidikan dimana lembaga penyelenggara pendidikan

merupakan produsen pendidikan dan siswa (masyarakat) merupakan konsumen

pendidikan; (3) kenyataan bahwa pendidikan memiliki sifat-sifat pelayanan umum.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan yang telah dipaparkan dalam jurnal

tersebut, maka dapat dilihat pola pengelolaan pembiayaan di lembaga pendidikan MIS

Al-Jihad di lihat dari perencanaan pembiayaan pendidikan meskipun lembaga pendidikan

swasta menerima bantuan dari pemerinth melalui program BOS, sekolah MIS Al Jihad

juga mendapatkan bantuan dana dari masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara dengan

kepala sekolah Madrasah, bendahara, dan wakil bendahara madrasah, sumber-sumber

pemasukan pembiayaan pendidikan di MIS Al Jihad yang bersumber selain dari

pemerintah meliputi : (1) Biaya Penerimaan Siswa Baru (PSB), (2) SPP, (3) Sumbangan

sukarela dari masyarakat.


Sedangkan untuk penggunaan pembiayaan pendidikan itu sendiri serigkali dalam

pelaksanaannya tidak sesuai dengan yang disusun dalam RAPBM. Salah satu factor yang

menyebabkan ketidak sesuaian ini dikarenakan masih banyak siswa yang menunggak

dalam pembayaran iuran komite (SPP). Sehingga jumlah uang yang diterima pada

periode tersebut tersedot hanya untuk memenuhi pembayaran tunjangan kepala sekolah,

wakil kepala madrasah, tunjangan guru kelas, dan penyediaan barang habis pakai

Pada tahap pengawasan dalam penggunaan pembiayaan pendidikan dilakukan

untuk mengevalasi apakah pengeluaran atau penggunaan dana sudah sesuai dengan yang

direncanakan dalam anggaran madrasah. Pengawasan dana yang diterima dan dana yang

dikeluarkan dilakukan secara berkala, yaitu pengawasan yang dilakukan 6 bulan sekali

oleh yayasan, komite sekolah. Pemeriksaan penerimaan dana yang masuk dilakukan

dengan memeriksa Buku Kas Umum (Buku Daftar Uang Masuk dan Uang Keluar).

Pengawasan pengeluaran juga memeriksa semua bukti-bukti pengeluaran seperti bon,

kwitansi dan faktur.

Pada tahap pelaporan dan pertanggungjawaban pembiayaan pendidikan

dilakukan dengan cara membuatlaporan pertanggungjawaban (LPJ) yang dibuat oleh

bendahara. Pelaporan dan pertanggungjawaban dilaporkan setiap 6 bulan sekali (per

semester). Dalam laporan ini dikoreksi dan diperiksa apakah seluruh rencana pembiayaan

dalam RAPBM terlaksana sesuai dengan yang direncanakan atau tidak. Dalam struktur

manajemen, pengelolaan pembiayaan di MTS Al Jihad Sunggal tidak bersifat sentral

artinya, yayasan hanya bertindak sebagai pengawas yang memonitoring proses

pengelolaan pembiayaan adalah kepala madrasah sebagai top manager dibantu oleh

bendahara dan wakil madrasah dan dewan guru. Pengelolaan pembiayaan di MIS Al
Jihad masih terdapat kelemahan dalam pengelolaan pembiayaan salah satu diantaranya

Struktur manajemen, yaitu dalam struktur dan fungsi jabatan dalam manajemen

pembiayaan madrasah masih diduduki oleh oleh orang – orang dalam lingkungan

penyelenggara madrasah (yayasan), susunan pengurus komite belum benar – benar

berasal dari wali murid dan masyarakat melainkan masih berasal dari lingkungan internal

madrasah yaitu guru sehingga kurang objektif dalam pengawasan dan pemeriksaan;

Berdasarkan penelitian tersebut, maka dapat dismipulkan bahwa 1) Perencanaan

pembiayaan pendidikan MIS Al Jihad Sunggal belum disesuaikan dengan kebutuhan

belajar siswa dan belum menerapkan prinsip perhitungan biaya satuan, iuran SPP hanya

ditentukan berdasarkan keikhlasan para wali murid dalam musyawarah sehingga

pengalokasian biaya perkomponennya dalam perencanaan pembiayaan pendidikan

disusun/dihutung berdasarkan jumlah dana terkumpul, 2) Penggunaan pembiayaan

pendidikan untuk dana yang bersumber dari iuran komite digunakan untuk membiayai

komponen-komponen yang tidak bisa dibiayai dengan menggunakan dana BOS.

Pembukuan yang digunakan masih sangat sederhana. 3) Pengawasan dalam penggunaan

pembiayaan pendidikan yang bersumber dari iuram komite dilakukan oleh yayasan,

komite dan guru setiap enam bulan sekali (per semester). Pengawasan yang dilakukan

cenderung hanya melihat kondisi fisik dan perkembangan madrasah. 4. Laporan

pertanggungjawaban dibuat dengan menguraikan semua penerimaan dan pengeluaran

selama 6 bulan yang sudah berjalan dengan melampirkan semua bon, kwitansi dan bukti-

bukti transaksi menyangkut pengeluaran yang sudah dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai