Anda di halaman 1dari 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/320297312

ANALISIS PERBANDINGAN PASSIVE REPEATER BACK-TO-BACK ANTENNA


DAN PASSIVE REPEATER PLANE REFLECTOR MENGGUNAKAN PATHLOSS 5.0

Conference Paper · October 2017

CITATIONS READS

2 1,556

3 authors, including:

Ade Wahyudin Alfin Hikmaturokhman


Institut Teknologi Telkom Purwokerto
21 PUBLICATIONS   55 CITATIONS   
99 PUBLICATIONS   136 CITATIONS   
SEE PROFILE
SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

MVNO project View project

Ground Station Data Rate Integration View project

All content following this page was uploaded by Alfin Hikmaturokhman on 10 October 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Prosiding SENATEK 2017 Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Purwokerto, 7 Oktober 2017, ISBN 978-602-14355-0

ANALISIS PERBANDINGAN PASSIVE REPEATER BACK-TO-BACK


ANTENNA DAN PASSIVE REPEATER PLANE REFLECTOR
MENGGUNAKAN PATHLOSS 5.0
COMPARATIVE ANALYSIS OF PASSIVE REPEATER BACK-TO-BACK
PASSIVE REPEATER ANTENNA AND PLANE REFLECTOR USING THE
PATHLOSS 5.0
Intan Erlita Dewanti 1*, Ade Wahyudin2, Alfin Hikmaturokhman3
123
Program Studi S1 Teknik Telekomunikasi, IT Telkom Purwokerto
JL. DI Panjaitan No.128 Purwokerto, 53147
*
Email: 16101234@st3telkom.ac.id

ABSTRAK
Komunikasi radio gelombang mikro digunakan sebagai sarana transmisi antar Base
Tranciever Station (BTS) atau Base System Control (BSC). Sementara itu mengingat keadaan di
Indonesia juga merupakan negara yang banyak terdapat gunung maupun bukit yang dapat
menyebabkan komunikasi yang dikirim tidak sampai sepenuhnya kepada penerima. Gangguan
komunikasi yang terjadi karena adanya objek antara hop link pengirim dan penerima disebut
multipath fading. Keadaan tersebut dapat diatasi dengan penggunaan passive repeater back to back
antenna dan repeater plane reflector.
Pada penelitian ini akan dilakukan perancangan jaringan microwave menggunakan repeater
back to back antenna dan repeater plane reflector pada site yang sama. Perencanaan jaringan
microwave dilakukan di daerah Bogor yaitu pada site Gedong Panjang Sukabumi dengan koordinat
06 55 52.79 S 106 55 22.67 E dan Teluk Pinang yang terletak pada koordinat 06 40 41.31 S 106
50 55.60 E. Perancangan jaringan microwave menggunakan software Pathloss 5.0. Dari hasil
perancangan menggunakan repeater back to back menghasilkan availability sistem sebesar
99,99998% dan unavailability sebesar 6,25 detik per tahun sedangkan berdasarkan hasil
perhitungan menggunakan rumus menghasilkan nilai availability sebesar 99,99984% dan
unavailability sebesar 5,3 detik pertahun. Dari hasil perencanaan menggunakan plane reflektor,
availability yang dihasilkan yaitu 99,99917% dan unavailability sebesar 262,35 detik pertahun dari
hasil simulasi menggunakan pathloss 5.0 sedangkan hasil dari perhitungan menggunakan rumus
menghasilkan availability sebesar 99,99985% dan unavailability sebesar 5,3 detik pertahun

Kata kunci : microwave, repeater back to back antenna, repeater plane reflector, Pathloss 5.0
ABSTRACT
Microwave radio communication used as transmission between Base Tranciever Station (BTS) to
Base System Control (BSC). Meanwhile, in Indonesia has many mountain or hill which can cause
communication in transmitter is not fully received by receiver. Communication disorders due to
there are object between the hop link transmission is called multipath fading. The situation can be
solved with passive repeater antenna and back to back repeaters plane reflector. In this skripsi will
be made microwave network design use repeater back to back antenna and repeater plane reflector
on the same site. Microwave network planning in area Bogor on site Situ Gunung with coordinates
06 50 13.40 S 106 55 E 33.98 and Puncak (Reloc) at coordinates 06 42 19.50 S 106 59 29.00 E.
The design of microwave network using software Pathloss 5.0. From the results of the design using
repeater back to back , the value of availability system is 99.99998% and unavailability is 6.25
seconds per year while based on the calculation using the formula is 99.99984% availability and
the unavailability is 5.3 seconds per year. From result of planning using plane reflector,
availability 99,99917% and unavailability 262,35 second per year from result of simulation using
pathloss 5.0 while result from calculation using formula 99,99985% availability and unavailability
5,3 second per year.
Keyword : Microwave, Repeater Back To Back Antenna, Repeater Plane Reflector, Pathloss 5.0
1. Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Perkembangan teknologi telekomunikasi di Indonesia berjalan dengan pesat. Seiring dengan
bertambahnya jumlah pengguna jaringan telekomunikasi maka pelayanan jaringan telekomunikasi juga
perlu ditingkatkan. Di Indonesia pun telah diterapkan beberapa teknologi telekomunikasi seperti

1
Prosiding SENATEK 2017 Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Purwokerto, 7 Oktober 2017, ISBN 978-602-14355-0

teknologi komunikasi seluler, teknologi komunikasi satelit, dan teknologi komunikasi fiber optik.
Teknologi seluler dan satelit menggunakan media udara sebagai media pengirim dan penerima data
maupun voice. Sedangkan teknologi komunikasi fiber optik menggunakan media kabel serat optik
sebagai media untuk berkomunikasi. Namun sekarang ini yang paling banyak diminati oleh pengguna
ialah teknologi seluler karena kemudahannya dalam penggunaan dan perangkat seluler yang efisien
untuk dibawa kemana-mana. Pada teknologi seluler media yang digunakan ialah udara berupa
gelombang mikro (microwave).
Salah satu contoh penggunaan sistem komunikasi menggunakan gelombang mikro ialah pada
sistem komunikasi radio dengan frekuensi 2 GHz sampai 24 GHz. Komunikasi radio gelombang mikro
digunakan sebagai sarana transmisi antar Base Tranciever Station (BTS) atau Base System Control
(BSC). Penggunaan media transmisi gelombang mikro komunikasi radio rentan terhadap gangguan
yang disebabkan oleh perubahan cuaca. Selain itu mengingat keadaan di Indonesia juga merupakan
negara yang banyak terdapat gunung maupun bukit menyebabkan kondisi permukaan tanah di
Indonesia tingginya tidak sama. Dengan adanya gunung atau bukit menyebabkan komunikasi yang
dikirim tidak sampai sepenuhnya kepada penerima. Gangguan komunikasi yang terjadi karena adanya
objek antara hop link pengirim dan penerima disebut multipath fading. Dari sisi pengguna pun merasa
dirugikan karena layanan jaringan yang mereka gunakan tidak stabil.
Keadaan tersebut dapat diatasi dengan penggunaan passive repeater back to back antenna dan
repeater plane reflector. Passive repeater back to back antenna terdiri dari dua antenna yang
dihubungkan oleh sebuah gelombang secara back to back. Pada kedua antenna tersebut kerap kali
menggunakan antena berdiameter besar. Kedua antena tersebut dihubungkan oleh kabel feeder pendek.
Sedangkan repeater jenis plane reflector atau sering disebut “billboard passive repeater” karena
bentuknya menyerupai papan reklame. Plane reflector merupakan sebuah passive repeater yang
bersifat seperti cermin merefleksikan sinyal microwave dengan cara yang sama seperti cermin
memantulkan cahaya. Penggunaan repeater dapat mengatasi masalah adanya obstacle yang
menghalangi hop link microwave seperti puncak gunung yang tidak dapat diakses dengan aktif
repeater (Aircom, 2004).
Pada penelitian sebelumnya yaitu Analisis Perencanaan Link Microwave Passive Repeater
Menggunakan Metode Barnett Vigants dan ITU Models oleh Alia Sherrin Yuchintya, passive repeater
yang digunakan pada penelitian tersebut adalah passive repeater jenis back to back antena. Sehingga
atas dasar tersebut penulis mengambil judul “ANALISIS PERBANDINGAN PASSIVE REPEATER
BACK-TO-BACK ANTENNA DAN PASSIVE REPEATER PLANE REFLECTOR
MENGGUNAKAN PATHLOSS 5.0”. Penulis bermaksud membuat simulasi perencanaan jaringan
microwave menggunakan passive repeater back to back antenna dan passive repeater plane reflector
menggunakan software Pathloss 5.0. Kemudian penulis membandingkan hasil simulasi dan mengamati
perubahan parameter seperti Availability, Unavailability, Free Space Loss, EIRP, RSL dan Gain
Antena dari hasil report simulasi Pathloss 5.0 maupun dari hasil perhitungan.
2. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu meliputi :
Studi kasus merupakan metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini. Studi
kasus tersebut dilakukan di PT. Alita Praya Mitra. Untuk melengkapi materi penelitian dibutuhkan data
yang sesuai dengan objek penelitian. Data yang diambil yaitu data titik lokasi, latitude, longitude, elevasi
pada titik Site Gedong Panjang Sukabumi dan site Tanjung Pinang untuk perancangan jaringan transmisi
microwave pada Pathloss 5.0. Kemudian dibutuhkan data antena, data transmission line, data radio, data
rain sebagai parameter pada pathloss 5.0.
Pada metode perancangan dilakukan perancangan jaringan microwave untuk site Gedong Panjang
Sukabumi dan site Tanjung Pinang menggunakan software pathloss 5.0. Pada perancangan jaringan
microwave hal yang dilakukan yaitu memasukkan koordinat latitude, longitude, elevasi, tinggi tower dari
masing-masing site. Kemudian memasukkan parameter-parameter yang dibutuhkan berdasarkan
perhitungan link budget.

2
Prosiding SENATEK 2017 Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Purwokerto, 7 Oktober 2017, ISBN 978-602-14355-0

Mulai
Mulai

Pengambilan
Pengambilan datadata longitude,
longitude,
latitude,
latitude, antena,
antena, rain,
rain, radio
radio

Perancangan
Perancangan link
link microwave
microwave Perancangan
Perancangan link
link microwave
microwave
menggunakan
menggunakan repeater
repeater back
back to
to back
back menggunakan
menggunakan plane
plane reflector
reflector
antenna
antenna

Report
Report hasil
hasil perancangan
perancangan Perancangan
Perancangan
Report
Report hasil
hasil perancangan
perancangan link
link link
link microwave
microwave menggunakan
menggunakan plane
plane
microwave
microwave menggunakan
menggunakan passive
passive reflector
reflector
repeater
repeater back
back to
to back
back antenna
antenna

Menganalisa
Menganalisa perbandingan
perbandingan hasil
hasil perancangan
perancangan
menggunakan
menggunakan passive
passive repeater
repeater back
back to
to back
back antenna
antenna
dan
dan plane
plane reflector
reflector

Kesimpulan
Kesimpulan

Selesai
Selesai

Gambar 1. Flowchart Metodologi Penelitian


Berdasarkan hasil studi kasus, hoplink antara site Gedong Panjang dan site Tanjung Pinang dalam
keadaan tidak LOS dikarenakan adanya penghalang berupa bukit. Untuk membuat hoplink tersebut tetap
dapat berfungsi maka ditambahkan repeater diantara kedua site tersebut. Jenis repeater yang digunakan
penulis pada perancangan ini yaitu passive repeater back to back antenna dan plane reflector. Penempatan
passive repeater back to back antenna diletakkan ditempat tertinggi yang berada diantara garis line of sight
dari kedua site. Sedangkan untuk jenis plane reflector, penempatan dapat diletakkan tidak harus ditempat
tertinggi diantara garis line of sight.
Analisa dilakukan dengan cara membandingkan hasil dari perancangan link microwave
menggunakan passive repeater back to back antenna dan plane reflector. Dari penggunaan kedua jenis
repeater ini akan diamati hasil keseluruhan perancangan jaringan microwave. Setelah diamati akan
dibandingkan bagaimana pengaruh dari penggunaan kedua repeater ini terhadap parameter yang dihasilkan.
Parameter yang diamati antara lain availability, unavailability, gain antenna, receive signal level, free
space loss, EIRP, netloss. Dari perbandingan hasil penggunaan kedua repeater tersebut akan menghasilkan
kesimpulan dengan menggunakan repeater jenis apa yang dapat mengoptimalkan performansi jaringan
microwave lebih baik.
Gain merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur kemampuan antena untuk mengirimkan
gelombang yang diinginkan ke arah tujuan. Besarnya nilai gain dipengaruhi oleh frekuensi kerja, diameter
antena dan efisiensi antena (Winch, 1993). Besarnya nilai gain dapat dicari dengan persamaan (1).
G = 20 log f + 20 log d + 10 log η + 20.4 .............................................................................................. (1)
Keterangan :
G : gain/penguatan antena (dB)
η : effisiensi antena (%)
d : diameter antena (m)
f : frekuensi kerja (GHz = Herzt yang sudah dikonversi ke 10 9)
Free space loss merupakan redaman yang ada sepanjang ruang antara antena pemancar dan
penerima. Besarnya nilai free space loss dipengaruhi oleh jarak antara kedua site dan frekuensi kerja
(Freeman, Radio System Design for Telecomunications (1-100 GHz), 1987). Besarnya nilai free space
loss dapat dicari dengan persamaan (2).
................................................................................... (2)
Keterangan :
D = panjang lintasan (km)
f = frekuensi kerja yang digunakan (GHz)
EIRP (Effective Isotropic Radiated Power) merupakan daya maksimum gelombang sinyal mikro
yang keluar dari antena pemancar atau dapat disebut juga nilai efektif daya yang dipancarkan oleh antena

3
Prosiding SENATEK 2017 Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Purwokerto, 7 Oktober 2017, ISBN 978-602-14355-0

pemancar. Besarnya nilai EIRP dipengaruhi oleh daya output, gain antena dan loss pada antena
pemancar(Freeman, Telecomunication Transmission Handbook, 1981). Besarnya nilai EIRP dapat dicari
dengan persamaan (3).
.............................................................................................................. (3)
Keterangan :
PTX = Daya Pancar (dB)
G = Gain Antena (dB)
LTX = Loss Transmitter (dB)
RSL (Receive Signal Level) merupakan level daya yang diterima oleh perangkat pada sisi penerima.
Nilai RSL dipengaruhi oleh redaman sepanjang link antara penerima dan pengirim serta dipengaruhi oleh
gain dari sisi penerima (Freeman, Telecomunication Transmission Handbook, 1981). Besarnya nilai RSL
dapat dicari dengan persamaan (4).
....................................................................................................................... (4)
Keterangan :
RSL = Received Signal Level (dBm)
IRL = Isotropic Received Level (dBm)
GRX = Gain antenna (dBi)
LRX = Receiver Loss (dB)
Availability merupakan ukuran kehandalan sistem. Secara ideal semua sistem harus memiliki
availability 100%. Namun hal tersebut tidak mungkin terpenuhi, karena dalam suatu sistem pasti terdapat
ketidakhandalan sistem (unavailability) (Freeman, Radio System Design for Telecomunications (1-100
GHz), 1987). Besarnya nilai unavailability dan availability dapat dicari dengan persamaan (5) dan
persamaan (6).
................................................................................ (5)
...................................................................................................... (6)
Keterangan :
FM : fading margin (dB)
D : panjang lintasan (km)
UnAvpath : peluang terjadinya path unavailability karena fading yang masih diperbolehkan
Avpath : kehandalan sistem
f : frekuensi kerja (GHz)
a : faktor kekasaran bumi
a : 4 ; untuk daerah halus, laut, danau, dan gurun
a : 1 ; untuk daerah kekasaran rata-rata, dataran
a : ¼ ; untuk pegunungan dan dataran tinggi
b : faktor iklim
b : ½ ; untuk daerah panas dan lembab
b : ¼ ; untuk daerah normal
b : 1/8 ; untuk daerah pegunungan (sangat kering)
3. Hasil dan Pembahasan
Perencanaan jaringan gelombang mikro ini dilakukan pada site Gedong Panjang dengan latitude 06
55 52.79 S dan longitude 106 55 22.67 E dan site Teluk Pinang dengan latitude 06 40 41.31 S dan
longitude 106 50 55.60 E. Berdasarkan studi kasus di PT Alita Praya Mitra pada hoplink tersebut dalam
keadaan tidak LOS dikarenakan adanya penghalang berupa bukit. Keadaan tersebut diatasi dengan
penggunaan passive repeater back to back dan plane reflektor. Pada perencanaan ini penulis merencanakan
dibuatnya dua buah repeater pada koordinat 06 49 16.00 S 106 53 24.00 E dan 06 47 12.00 S 106 52 47.00
E sedangkan untuk plane reflektor akan ditempatkan pada koordinat 06 42 38.05 S 106 45 45.00 E.
Perencanaan jaringan dilakukan menggunakan software pathloss 5.0. Hasil perencanaan dapat dilihat pada
gambar 1 dan gambar 2.

4
Prosiding SENATEK 2017 Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Purwokerto, 7 Oktober 2017, ISBN 978-602-14355-0

Gambar 1. Hasil Perancangan Menggunakan Repeater Back to Back

Gambar 2. Hasil Perancangan Menggunakan Plane Reflektor


Tabel 1. Hasil Report Menggunakan Repeater Back to back pada Pathloss
Parameter Gedong Panjang – Repeater 1 – Repeater 2 – Gedong Panjang –
Repeater 1 Repeater 2 Teluk Pinang Repetear 1 – Repeater 2
– Teluk Pinang

Path Length (km) 12,73 3,98 12,48 29,18


Frekuensi (GHz) 18 23 18 -
Gain Antena (dB) 47,80 46,30 47,80 94,10
Free Space Loss (dB) 139,67 131,69 139,50 408,73
EIRP (dBm) 54,24 50,31 54,24 -
RSL (dBm) -46,88 -46,82 -46.70 -
Netloss (dB) 61,88 61,82 61,70 -
Fading Margin (dB) 20,62 20,68 20,80 -
Unavailability (sec) 8,10 3,79 6,85 6,25
Availability(%) 99,99997 99,99999 99,99998 99,99998
5
Prosiding SENATEK 2017 Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Purwokerto, 7 Oktober 2017, ISBN 978-602-14355-0

Tabel 2. Hasil Perhitungan Menggunakan Repeater Back to Back


Gedong Panjang –
Gedong Panjang – Repeater 1 – Repeater 2 –
Parameter Repetear 1 – Repeater 2
Repeater 1 Repeater 2 Teluk Pinang
– Teluk Pinang
Path Length (km) 12,40 4,48 12,46 29,34
Frekuensi (GHz) 18 23 18 -
Gain Antena (dB) 47,74 46,35 47,74 94,10
Free Space Loss (dB) 139,42 132,72 139,46 411,60
EIRP (dBm) 54,18 50,36 54,18 -
RSL (dBm) -46,74 -47,75 -46,77 -
Netloss (dB) 61,74 62,75 61,77 -
Fading Margin (dB) 20,76 19,75 20,73 -
Unavailability (sec) 5,3 2 5,3 5,3
Availability(%) 99,99977 99,99999 99,99977 99,99984

Tabel 1 dan tabel 2 merupakan hasil perancangan jaringan gelombang mikro antara site Gedong
Panjang dan site Teluk Pinang menggunakan repeater back to back. Tabel 3 dan tabel 4 merupakan hasil
perancangan jaringan gelombang mikro antara site Gedong Panjang dan site Teluk Pinang menggunakan
plane reflektor. Tabel 1 dan tabel 3 merupakan hasil perancangan menggunakan software pathloss 5.0
sedangkan tabel 2 dan tabel 4 merupakan hasil perhitungan manual menggunakan rumus. Parameter yang
diamati pada perancangan jaringan gelombang mikro ialah gain, free space loss, EIRP, receive signal level,
netloss, fading margin, unavailability, dan availability.
Tabel 3. Hasil Report Menggunakan Plane Reflektor pada Pathloss 5.0
Parameter Gedong Panjang – Reflektor – Teluk Gedong Panjang –
Reflektor Pinang Reflektor – Teluk
Pinang

Path Length (km) 30,18 10,19 40,37


Frekuensi (GHz) 15 15 15
Gain Antena (dB) 42,30 42,50 134,22
Free Space Loss (dB) 145,58 136,15 281,74
EIRP (dBm) 58,01 51,21 -
RSL (dBm) -53,40 -50,01 -
Netloss (dB) 76,40 66,01 -
Fading Margin (dB) 36,60 16,99 -
Unavailability (sec) 6,24 2,90 262,35
Availability (%) 99,99997 99,99999 99,99917

Tabel 4. Hasil Perhitungan Menggunakan Plane Reflektor


Parameter Gedong Panjang – Reflektor – Teluk Gedong Panjang –
Reflektor Pinang Reflektor – Teluk
Pinang

Path Length (km) 30,19 10,24 40,45


Frekuensi (GHz) 15 15 15
Gain Antena (dB) 43,64 42,64 135,84
Free Space Loss (dB) 145,57 136,19 281,76
EIRP (dBm) 58,34 51,35 -
RSL (dBm) -52,72 -49,77 -
Netloss (dB) 75,72 65,78 -
Fading Margin (dB) 37,28 17,22 -
6
Prosiding SENATEK 2017 Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Purwokerto, 7 Oktober 2017, ISBN 978-602-14355-0

Unavailability (sec) 5,3 5,3 5,3


Availability (%) 99,99994 99,99976 99,99985

Dari tabel 1 pada hoplink Gedong Panjang – Repeater 1 – Repeater 2 – Teluk Pinang gain yang
dihasilkan ialah 94,10 dB dan pada tabel 2 nilai gain yang didapatkan dari hasil perhitungan bernilai sama
yaitu 94,10 dB. Sedangkan nilai gain saat menggunakan plane reflektor dari report pathloss bernilai sebesar
134,22 dB seperti pada tabel 3 dan hasil dari perhitungan rumus didapatkan sebesar 135,84 dB, seperti pada
tabel 4. Dapat dilihat bahwa gain yang dihasilkan oleh plane reflektor lebih besar dari pada gain yang
dihasilkan oleh repeater back to back karena besarnya gain plane reflektor juga dipengaruhi oleh luas
permukaan bidang reflektor sedangkan gain repeater back to back hanya dipengaruhi diameter dan
frekuensi antena.
Nilai free space loss yang dihasilkan pada link Gedong Panjang – Repeater 1 – Repeater 2 – Teluk
pinang sebesar 408,73 dB dapat dilihat pada tabel 1. Sedangkan nilai free space loss berdasarkan hasil
perhitungan bernilai 411,60 dB dapat dilihat pada tabel 2. Kemudian saat menggunakan plane reflektor,
free space loss yang dihasilkan sebesar 281,74 dB dari hasil report pathloss yang dapat dilihat pada table 3
dan menghasilkan nilai free space loss sebesar 281,76 dB yang didapat dari perhitungan menggunakan
rumus seperti pada tabel 4.
Dari tabel 1 untuk site Gedong Panjang – Repeater 1 didapatkan nilai EIRP sebesar 54,24 dBm, dari
Repeater 1 – Repeater 2 diperoleh nilai EIRP sebesar 50,31 dBm dan dari Repeater 2 menuju site Tanjung
Pinang diperoleh nilai EIRP sebesar 54,24 dBm. Dari hasil perhitungan menggunakan rumus seperti pada
tabel 2 didapatkan nilai EIRP sebesar 54,18 dBm untuk site Gedong Panjang – Repeater 1, untuk Repeater
1 – Repeater 2 didapatkan nilai EIRP sebesar 50,36 dBm dan untuk hoplink dari Repeater 2 menuju site
Teluk Pinang didapatkan nilai EIRP sebesar 54,18 dBm. Sedangkan nilai EIRP saat menggunakan plane
reflektor dari report pathloss bernilai 58,01 dBm untuk hoplink site Gedong Panjang – Reflektor dan
bernilai51,21 dBm untuk hoplink dari Reflektor menuju site Tanjung Pinang seperti pada tabel 3.
Kemudian pada tabel 4 diperoleh hasil dari perhitungan rumus EIRP dan didapatkan nilai EIRP sebesar
58,34 dBm pada hoplink site Gedong Panjang menuju Reflektor dan didapatkan nilai EIRP sebesar 51,35
dBm untuk hoplink Reflektor menuju Tanjung Pinang.
Pada tabel 1 nilai RSL untuk site Gedong Panjang – Repeater 1 bernilai -46,88 dBm, pada Repeater 1 –
Repeater 2 nilai RSL yang diperoleh sebesar -46,82 dBm, pada Repeater 2 – Teluk Pinang nilai RSL yang
dihasilkan sebesar -46,70 dBm. Pada tabel 2 didapatkan nilai RSL sebesar -46,74 dBm untuk site Gedong
Panjang – Repeater 1, untuk Repeater 1 – Repeater 2 didapatkan nilai RSL sebesar -47,75 dBm dan untuk
hoplink dari Repeater 2 menuju site Teluk Pinang didapatkan nilai RSL sebesar -46,77 dBm. Sedangkan
nilai RSL saat menggunakan plane reflektor dari report pathloss bernilai -53,40 dBm untuk hoplink site
Gedong Panjang – Reflektor dan bernilai -50,41 dBm untuk hoplink dari Reflektor menuju site Tanjung
Pinang seperti pada tabel 3. Kemudian pada tabel 4 diperoleh hasil dari perhitungan rumus RSL dan
didapatkan nilai RSL sebesar -52,72 dBm pada hoplink site Gedong Panjang menuju Reflektor dan
didapatkan nilai RSL sebesar -49,77 dBm untuk hoplink Reflektor menuju Tanjung Pinang.
Pada tabel 1 dan tabel 2 dapat dilihat hasil perencanaan menggunakan repeater back to back dengan
menggunakan pathloss 5.0, menghasilkan availability sistem sebesar 99,99998% dan unavailability sebesar
6,25 detik per tahun sedangkan berdasarkan hasil perhitungan menggunakan rumus menghasilkan nilai
availability sebesar 99,99984% dan unavailability sebesar 5,3 detik pertahun. Pada tabel 3 dan tabel 4
merupakan hasil perencanaan jaringan gelombang mikro menggunakan plane reflektor. Availability yang
dihasilkan yaitu 99,99917% dan unavailability sebesar 262,35 detik pertahun dari hasil simulasi
menggunakan pathloss 5.0 sedangkan hasil dari perhitungan menggunakan rumus menghasilkan
availability sebesar 99,99985% dan unavailability sebesar 5,3 detik pertahun. Dari segi kehandalan sistem
dapat dilihat bahwa penggunaan passive repeater back to back menghasilkan kehandalan sistem yang lebih
baik dari pada menggunakan plane reflektor dengan selisih sebesar 0,00081% dari simulasi pathloss dan
0,0001% dari hasil perhitungan menggunakan rumus.
4. Kesimpulan
1. Pada penggunaan passive repeater back to back gain yang dihasilkan dari masing-masing repeater ialah
94,10 dB baik dari simulasi pathloss maupun hasil perhitungan menggunakan rumus. Sedangkan nilai
gain saat menggunakan plane reflektor dari report pathloss bernilai 134,22 dB dan hasil dari perhitungan
rumus didapatkan sebesar 135,84 dB.
2. Nilai free space loss yang dihasilkan pada saat menggunakan passive repeater back to back ialah sebesar
408,73 dB pada report pathloss. Sedangkan nilai free space loss berdasarkan hasil perhitungan bernilai
411,60 dB. Saat menggunakan plane reflektor, free space loss yang dihasilkan sebesar 281,74 dB dari
7
Prosiding SENATEK 2017 Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Purwokerto, 7 Oktober 2017, ISBN 978-602-14355-0

hasil report pathloss dan menghasilkan nilai free space loss sebesar 281,76 dB yang didapat dari
perhitungan menggunakan rumus.
3. Nilai EIRP pada masing-masing pemancar ialah sebesar 54,24 dBm dari site Gedong Panjang – Repeater
1, dari Repeater 1 – Repeater 2 diperoleh nilai EIRP sebesar 50,31 dBm dan dari Repeater 2 menuju site
Tanjung Pinang diperoleh nilai EIRP sebesar 54,24 dBm. Dari hasil perhitungan menggunakan rumus
didapatkan nilai EIRP sebesar 54,18 dBm untuk site Gedong Panjang – Repeater 1, untuk Repeater 1 –
Repeater 2 didapatkan nilai EIRP sebesar 50,36 dBm dan untuk Repeater 2 menuju site Teluk Pinang
didapatkan nilai EIRP sebesar 54,18 dBm. Sedangkan nilai EIRP saat menggunakan plane reflektor dari
report pathloss bernilai 58,01 dBm untuk site Gedong Panjang – Reflektor dan bernilai51,21 dBm untuk
Reflektor menuju site Tanjung Pinang. Hasil dari perhitungan rumus EIRP didapatkan nilai EIRP
sebesar 58,34 dBm pada site Gedong Panjang menuju Reflektor dan didapatkan nilai EIRP sebesar 51,35
dBm untuk Reflektor menuju Tanjung Pinang.
4. Nilai RSL pada masing-masing penerima pada report pathloss ialah sebesar -46,88 dBm pada site ialah
Gedong Panjang – Repeater 1, pada Repeater 1 – Repeater 2 nilai RSL yang diperoleh sebesar -46,82
dBm, pada Repeater 2 – Teluk Pinang nilai RSL yang dihasilkan sebesar -46,70 dBm. Dari hasil
perhitungan menggunakan rumus didapatkan nilai RSL sebesar -46,74 dBm untuk site Gedong Panjang
– Repeater 1, untuk Repeater 1 – Repeater 2 didapatkan nilai RSL sebesar -47,75 dBm dan untuk
Repeater 2 menuju site Teluk Pinang didapatkan nilai RSL sebesar -46,77 dBm. Sedangkan nilai RSL
saat menggunakan plane reflektor dari report pathloss bernilai -53,40 dBm untuk site Gedong Panjang –
Reflektor dan bernilai -50,41 dBm untuk dari Reflektor menuju site Tanjung Pinang. Hasil dari
perhitungan rumus RSL didapatkan nilai RSL sebesar -52,72 dBm pada site Gedong Panjang menuju
Reflektor dan didapatkan nilai RSL sebesar -49,77 dBm untuk hoplink Reflektor menuju Tanjung
Pinang.
5. Hasil perencanaan menggunakan repeater back to back dengan menggunakan pathloss 5.0, menghasilkan
availability sistem sebesar 99,99998% dan unavailability sebesar 6,25 detik per tahun sedangkan
berdasarkan hasil perhitungan menggunakan rumus menghasilkan nilai availability sebesar 99,99984%
dan unavailability sebesar 5,3 detik pertahun. Dari hasil perencanaan menggunakan plane reflektor,
availability yang dihasilkan yaitu 99,99917% dan unavailability sebesar 262,35 detik pertahun dari hasil
simulasi menggunakan pathloss 5.0 sedangkan hasil dari perhitungan menggunakan rumus menghasilkan
availability sebesar 99,99985% dan unavailability sebesar 5,3 detik pertahun. Dari segi kehandalan
sistem dapat dilihat bahwa penggunaan passive repeater back to back menghasilkan kehandalan sistem
yang lebih baik dari pada menggunakan plane reflektor dengan selisih sebesar 0,00081% dari simulasi
pathloss dan 0,0001% dari hasil perhitungan menggunakan rumus. Dari ketidakhandalan sistem
didapatkan bahwa menggunakan repeater back to back memiliki ketidakhandalan yang lebih baik dari
pada menggunakan plane reflektor dengan selisih sebesar 265,1 detik per tahun.
5. Ucapan Terimakasih
Penyelesaian penulisan jurnal penelitian ini tidak terlepas dari dukungan, bimbingan, motivasi serta
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak
terimakasih kepada:
1. Bapak, Ibu, dan Adik tercinta yang selalu memberikan do’a, nasihat dan motivasi yang tiada henti
bagi penulis.
2. Bapak Ade Wahyudin, S.T.,M.T Selaku dosen pembimbing I atas waktu dan kesempatan yang telah
diberikan untuk mengarahkan dan membimbing penulis dalam penyusunan penelitian ini.
3. Bapak Alfin Hikmaturrokhman, S.T.,M.T Selaku dosen pembimbing II atas waktu dan kesempatan
yang telah diberikan untuk mengarahkan dan membimbing penulis dalam penyusunan penelitian ini.
6. Daftar Pustaka
Aircom. (2004). Microwave Link Planning. London: Grosvenor House.
Freeman, R. L. (1981). Telecomunication Transmission Handbook. New York.
Freeman, R. L. (1987). Radio System Design for Telecomunications (1-100 GHz). New York.
Hikmaturrokhman, A. (2007). Diktat Kuliah Gelombang Mikro.
Hikmaturrokhman, A. (2014). Analisa Pengaruh Interferensi Terhadap Availability pada Jaringan
Transmisi Microwave Menggunakan Software PATHLOSS 5.0 Studi Kasus di PT. Alita
Praya Mitra. Jurnal ECOTIPE, 8-17.
Winch, R. G. (1993). Telecomunication Transmission System Microwave, Fiber Optic, Mobille
Cellular Radio, Data and Digital Multiplexing. Singapore.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai