Anda di halaman 1dari 53

SIMULASI ANTENA DIPOLE UNTUK SISTEM KOMUNAKASI

RADIO HF (KANAL IONOSFER) MENGGUNAKAN APLIKASI


4NEC2
LAPORAN KERJA PRAKTEK
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Pada Jurusan Teknik Elektro Fakultas Sains dan Teknologi

Oleh :

VIONA MAHARANI BOWE


12050520399

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2023
LEMBAR PENGESAHAN
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

SIMULASI ANTENA DIPOLE UNTUK SISTEM KOMUNAKASI RADIO


HF (KANAL IONOSFER) MENGGUNAKAN APLIKASI 4NEC2
LAPORAN KERJA PRAKTEK

Program Studi Teknik Elektro


Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

oleh:

VIONA MAHARANI BOWE


12050520399

Telah diperiksa dan disetujui sebagai laporan Kerja Praktek


di Pekanbaru, pada tanggal

Koordinator KP/Promin Dosen Pembimbing

Marhama Jelita, S.Pd., M.Sc Fitri Amalia, S.T., M.T.


NIK. 130517054 NIP. 197708312009122002

Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Elektro
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Dr. Zulfatri Aini, S.T., M.T.


NIP. 197210212006042001

i
ii
SIMULASI ANTENA DIPOLE UNTUK SISTEM KOMUNAKASI RADIO
HF (KANAL IONOSFER) MENGGUNAKAN APLIKASI 4NEC2

VIONA MAHARANI BOWE


NIM : 12050520399

Tanggal Seminar :

Program Studi Teknik Elektro


Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
Jl. Soebrantas No. 155 Pekanbaru

ABSTRAK

Antena merupakan sebuah komponen penting dalam perangkat elektronika untuk sarana komunikasi dengan
menggunakan frekuensi radio atau gelombang elektromagnetik. Antena digunakan untuk memancarkan dan
menerima gelombang radio atau elektromagnetik. Pada laporan kerja praktek ini dilakukan simulasi antena dipole
untuk sistem komunikasi radio HF dengan menggunakan aplikasi 4NEC2. Antena ini memiliki dimensi Panjang 24
meter dan radius kawat tembaga 0.2 mm. Setelah dilakukan simulasi pada frekuensi 3 – 30 MHz diperoleh nilai
maksimum gain sebesar 5.02 dB pada frekuensi 16 MHz, VSWR sebesar 1.94464 pada frekuensi 6 MHz, pola
radiasi horizontal sebesar 75° , dan direktivitas sebesar 1.78 dB.

Kata Kunci : Antena Dipole, Radio HF

iii
SIMULATION OF DIPOLE ANTENNA FOR HF RADIO
COMMUNICATION SYSTEM (IONOSPHERIC CHANNEL) USING 4NEC2
APPLICATION

VIONA MAHARANI BOWE


Student Number : 12050520399

Date of Seminar :
Department of Electrical Engineering
Faculty of Science and Technology
State Islamic University of Sultan Syarif Kasim Riau
Jl. HR. Soebrantas No. 155 Pekanbaru

ABSTRACT

Antenna is an important component in electronic devices for communication facilities using radio frequency or
electromagnetic waves. Antenna is used to transmit and receive radio or electromagnetic waves. In this practical
work report, a dipole antenna simulation is carried out for HF radio communication systems using 4NEC2
software. This antenna has a length of 24 meters and a copper wire radius of 0.2 mm. After simulating at a
frequency of 3 – 30 MHz, the maximum gain value is 5.02 dB at a frequency of 16 MHz, a VSWR of 1.94464 at a
frequency of 6 MHz, a horizontal radiation pattern of 75°, and a directivity of 1.78 dB.

Keywords : Dipole Antenna, HF Radio


iv
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Subhanahuwa Ta’ala yang dengan rahmat
dan hidayah Nya penulis dapat melaksanakan Kerja Praktek (KP) di Badan Riset dan Inovasi
Nasional (BRIN) Bandung dengan laporan yang berjudul “Simulasi Antena Dipole untuk Sistem
Komunikasi Radio HF (Kanal Ionosfer) Menggunakan Aplikasi 4NEC2”. Shalawat serta salam
selalu diucapkan untuk Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, seorang suri
tauladan yang telah berjuang agar kita dapat merasakan nikmatnya akidah Islamiah sampai saat
sekarang ini. Kegiatan Kerja Praktek ini dilaksanakan untuk memenuhi salah satu syarat
akademik pada program studi Teknik Elektro Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam
Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, sekaligus menambah ilmu pengetahuan serta pengalaman kerja
dilapangan.
Dalam penyusunan laporan ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi, baik itu
waktu pelaksanaan Kerja Praktek dan proses pembuatan laporan Kerja Praktek yang penulis
jalani. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak dapat
terlepas dari bantuan, arahan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang membantu dalam
penyusunan laporan Kerja Praktek ini, baik itu berupa bantuan moral, materil maupun berupa
gagasan yang tidak akan pernah penulis lupakan, diantaranya :
1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah menjaga dan melindungi saya dalam melaksanakan Kerja
Praktek.
2. Ayahanda dan Ibunda tercinta, serta keluarga yang telah memberikan semangat, dukungan
moral maupun material serta doa yang tiada hentinya kepada penulis.
3. Ibu Zulfatri Aini, S.T., M.T, selaku Ketua Program Studi Teknik Elektro Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
4. Bapak Sutoyo, S.T., M.T, selalu Sekretaris Program Studi Teknik Elektro Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
5. Ibu Marhama Jelita, S.Pd, M.Sc selaku Koordinator Kerja Praktek yang banyak membantu
penulis dalam menangani masalah Kerja Praktek.
v
6. Ibu Fitri Amalia, S.T., M.T , selaku Pembimbing Kerja Praktek penulis yang selalu
memberikan dorongan dan semangat dalam menyelesaikan kegiatan Kerja Praktek.
7. Bapak Emanuel Sungging Mumpuni selaku Kepala Pusat Badan Riset dan Inovasi Nasional
(BRIN) Bandung yang telah mengizinkan penulis untuk dapat melaksanakan Kerja Praktek
di BRIN Bandung.
8. Bapak Adi Purwono selaku Pembimbing Lapangan Kerja Praktek yang telah memberikan
arahan serta bimbingan kepada penulis selama Kerja Praktek berlangsung.
9. Juwita, Deva, Azizi, Luthfi, Zaky, Fiwa, dan Huda selaku teman seperjuangan yang selalu
ada di saat susah dan senang, yang menjadi tempat sharing selama Kerja Praktek di BRIN
(Badan Riset dan Inovasi Nasional) Bandung.
10. Dian Fardila Sandi selaku sahabat seperjuangan yang selalu memberi dukungan dan
semangat dari jauh selama Kerja Praktek di BRIN Bandung.
11. Teman-teman Kelas Telekomunikasi Angkatan 2020 yang selalu memberikan semangat
12. Teman-teman seperjuangan Jurusan Teknik Elektro yang selalu memberikan dorongan dan
semangatnya kepada penulis selama ini.

Penulis menyadari dalam penulisan Laporan Kerja Praktek ini masih banyak kekurangan.
Dimana penulis masih dalam tahap pembelajaran. Maka dari itu kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan dan kesempurnaan laporan ini, semoga bermanfaat bagi
kita semua terutama bagi penulis sendiri. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum wa rahamtullahi wa barakatuh.

Pekanbaru, 21 Februari 2023


Viona Maharani Bowe
NIM. 12050520399

vi
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO............... i
LEMBAR PENGESAHAN INSTANSI.................................................................... ii
ABSTRAK............................................................................................................... iii
ABSTRACK.................................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR................................................................................................ v
DAFTAR ISI............................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL..................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang......................................................................................... I-1
1.2. Tujuan Penulisan....................................................................................... I-2
1.3. Rumusan Masalah.................................................................................... I-2
1.4. Batasan Masalah.................................................................................... I-2

BAB II SASARAN DAN MANFAAT


2.1. Sasaran..................................................................................................... II-1
2.1.1. Bagi Mahasiswa......................................................................... II-1
2.1.2. Bagi Program Studi Teknik Elektro............................................... II-1
2.1.3. Bagi Institut Tempat Kerja Praktek............................................... II-2
2.2. Manfaat...................................................................................................... II-2
2.2.1. Bagi Mahasiswa............................................................................ II-2
2.2.2. Bagi Program Studi Teknik Elektro.............................................. II-2
2.2.3. Bagi Institut Kerja Praktek........................................................... II-2

BAB III BRIN BANDUNG


3.1. Sejarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)................................... III-1
3.1.1. Kompetensi Utama....................................................................... III-1
3.1.2. Sejarah 54 Tahun Perkembangan Logo BRIN............................. III-1

vii
3.2. Struktor Organisasi BRIN Bandung..................................................... III-5
3.3. Visi, Misi, Tugas Pokok dan Fungsi BRIN Bandung................................ III-6
3.4. Fasilitas Bidang Sains dan Antariksa........................................................ III-8

BAB IV TEORI
4.1. Pengertian Ionosfer.................................................................................... IV-1
4.1.1. Fungsi Lapisan Ionosfer................................................................ IV-3
4.2. Pengertian Komunikasi Radio HF............................................................. IV-4
4.3. Propagasi Gelombang Radio..................................................................... IV-5
4.4. Antena........................................................................................................ IV-8
4.5. Antena Dipole............................................................................................ IV-8
4.6. Gain........................................................................................................... IV-9
4.7. VSWR (Voltage Standing Wave Ratio)...................................................... IV-9
4.8. Beamwidth................................................................................................. IV-10
4.9. Directivity.................................................................................................. IV-10

BAB V LANGKAH KERJA


5.1. Orientasi Lapangan.................................................................................... V-1
5.2. Studi Literatur............................................................................................ V-1
5.3. Simulasi..................................................................................................... V-1
5.4. Pembuatan Laporan Kerja Praktek............................................................ V-1

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN


6.1. Parameter Simulasi.................................................................................... VI-1
6.1.1. Gain.............................................................................................. VI-1
6.1.2. VSWR (Voltage Standing Wave Ratio)......................................... VI-3
6.1.3. Beamwidth.................................................................................... VI-4
6.1.4. Directivity..................................................................................... VI-6

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN


7.1 Kesimpulan................................................................................................ VII-1
7.2 Saran........................................................................................................... VII-1
DAFTAR PUSTAKA

viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3.1 Logo LAPAN 1963-1974 .......................................................................................... III-2
3.2 Logo LAPAN 1974-2004 .......................................................................................... III-2
3.3 Logo LAPAN 2004-2005 .......................................................................................... III-3
3.4 Logo LAPAN 2006-2015 .......................................................................................... III-3
3.5 Logo LAPAN 2019.................................................................................................... III-4
3.6 Logo BRIN Sekarang.................................................................................................. III-4
3.7 Struktur Organisasi BRIN Bandung............................................................................ III-5
4.1 Lapisan Ionosfer ........................................................................................................ IV-2
4.2 Tabel Frekuensi ......................................................................................................... IV-5
4.3 Propagasi Garis Pandang .......................................................................................... IV-6
4.4 Propagasi Gelombang Tanah .................................................................................... IV-7
4.5 Propagasi Gelombang Udara .................................................................................... IV-7
6.1 Geometry Antena Dipole .......................................................................................... VI-1
6.2 Gain Antena Dipole .................................................................................................. VI-2
6.3 VSWR Antena Dipole ................................................................................................ VI-4
6.4 Simulasi Radiation Pattern Horizontal Plane .......................................................... VI-4
6.5 Simulasi Radiation Pattern Vertical Plane .............................................................. VI-5
6.6 Simulasi 3D Antena Dipole ...................................................................................... VI-5
6.7 Simulasi Radiation Pattern Antena Dipole .............................................................. VI-6

ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
6.1 Tabel Gain Antena Dipole pada Frekuensi 3-30 MHz.............................................. VI-1
6.2 Tabel VSWR Antena Dipole pada Frekuensi 3-30 MHz.......................................... VI-3

x
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kerja Praktek adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa di kalangan
masyarakat ataupun di perusahaan untuk menerapkan ilmu yang diperoleh diperguruan
tinggi untuk melihat bagaimana relevansi yang terjadi dimasyarakat. Kerja praktek yang
dilakukan dapat memberikan edukasi bagaimana dunia kerja nantiknya bagi mahasiswa,
kemudian melalui kerja praktek ini mahasiswa dapat menemukan masalah serta solusi dari
masalah itu sendiri melalui penelitian yang dilakukannya. Melalui kerja praktek ini penulis
mencoba mengetahui bagaimana sistem komunikasi radio HF yang masih sering digunakan
pada saat ini.
Kebutuhan manusia akan komunikasi setiap tahunnya semakin meningkat.
Perkembangan alat dan teknologi komunikasi harus bisa mendorong hal itu demi
terpenuhinya kebutuhan masyarakat. Gelombang radio ialah salah satu komunikasi yang
paling banyak digunakan pada saat sekarang ini. Gelombang radio merambat melalui 3
cara yaitu gelombang langsung, gelombang permukaan, dan gelombang antariksa.
Gelombang langsung tidak ada penghalang antara antenna pemancar dan antenna
penerimanya. Gelombang permukaan merupakan gelombang yang merambat di permukaan
bumi dan tidak menembus ke dalam medium bumi. Sedangkan gelombang antariksa
adalah gelombang yang merambat melalui udara langsung ke antenna penerima dan dapat
dipantulkan ke permukaan bumi. Gelombang ini biasanya digunakan untuk sistem
komunikasi jarak jauh. Pada sistem komunikasi jarak jauh menggunakan gelombang radio
HF dengan frekuensi 3 – 30 MHz.
Dalam komunikasi radio HF dibutuhkan antena dalam mengirim dan menerima
gelombang elektromagnetik. Sebagai penerima, antena memiliki fungsi mencari jejak
gelombang elektromagnetik. Sedangkan sebagai pengirim atau pemancar, antena memiliki
fungsi menghasilkan sinyal gelombang elektromagnetik. Pada antena pemancar terkadang
memiliki kendala dalam daya pancar sinyal karena adanya keterbatasan jarak jangkauan
sehingga tidak dapat mencakup area yang luas. Antena terdapat berbagai macam
diantaranya antena dipole, monopole, yagi dan sebagainya.

I-1
Antena yang digunakan pada simulasi ini adalah antenna Dipole. Antena dipole
adalah antena radio yang terbuat dari kabel atau logam sederhana dan dipotong sesuai
dengan ukuran agar dapat bekerja pada frekuensi yang diinginkan. Antena dipole yang
digunakan adalah antena dipole ½ λ atau biasa disebut antena dipole setengah gelombang.
Penulis melaksanakan kerja praktek di BRIN (Badan Riset Inovasi Nasional)
Bandung. BRIN Bandung memiliki fokus kerja pada bagian penerbangan, sains, antariksa,
atmosfer dan pembahasan yang berkaitan lainnya. Oleh karna itu penulis melaksanakan
kerja praktek di BRIN Bandung dengan judul “Simulasi Antena Dipole pada Frekuensi
3 – 30 MHz Untuk Sistem Komunikasi Radio HF Pada Kanal Ionosfer Menggunakan
Aplikasi 4NEC2”. Dengan adanya analisa pada simulasi ini diharapkan dapat membantu
dalam menentukan berapa frekuensi antenna yang baik untuk komunikasi radio HF agar
dapat berjalan dengan lancar,

1.2 Tujuan Penulisan


Tujuan dari simulasi antena dipole ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui konsep antena dipole
2. Mensimulasikan antena dipole pada frekuensi 3 – 30 MHz dengan
menggunakan aplikasi 4NEC2
3. Mengetahui nilai Gain, VSWR, Directivity, dan Beamwidth antena dipole pada
frekuensi 3 – 30 MHz

1.3 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada simulasi antena dipole ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana konsep antena dipole ?
2. Bagaimana cara simulasi antena dipole pada aplikasi 4NEC2 ?
3. Bagaimana cara menentukan nilai Gain, VSWR, Directivity, dan Beamwidth
antena dipole pada frekuensi 3 – 30 MHz menggunakan aplikasi 4NEC2 ?

1.4 Batasan Masalah


Adapun batasan masalah kerja praktek ini antara lain :
1. Memahami bagaimana konsep dasar dan parameter antena khususnya pada
radio HF konfigurasi Dipole
2. Memahami dan mempelajari konsep simulasi dan parameter yang berpengaruh
pada konfigurasi antena dipole pada aplikasi 4NEC2

I-2
3. Mempelajari konsep dasar dan Analisa sederhana untuk menentukan nilai
Gain, VSWR, Directivity, dan Beamwidth antena dipole pada frekuensi 3 – 30
MHz dengan menggunakan aplikasi 4NEC2

I-3
BAB II
SASARAN DAN MANFAAT

2.1. Sasaran

Sasaran atau target yang ingin dicapai dalam pelaksaan kerja praktek ini ialah:

2.1. Bagi Mahasiswa:


Beberapa sasaran didapatkan oleh mahasiswa selama melaksanakan kerja praktek
(KP) di instansi:

1. Penulis dapat mengamati, menganalisis, dan menerapkan ilmu pengetahuan


dilingkungan kerja khususnya bidang radio HF
2. Memberikan persiapan kepada penulis sebelum memasuki dunia pekerjaan setelah
tamat Pendidikan di jurusan Teknik Elektro konsentrasi Telekomunikasi
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
3. Penulis dapat mengembangkan sistem manajemen dan struktur organisasi suatu
perusahaan.
4. Mengembangkan pengetahuan melalui latihan kerja dan pengamatan yang
diterapkan di BRIN Bandung

2.2. Bagi Program Studi Teknik Elektro UIN SUSKA Riau


Beberapa sasaran didapatkan oleh pihak program studi teknik elektro UIN SUSKA
RIAU dalam pelaksanaan kerja praktek:
1. Menjalin komunikasi antara pihak Universitas khususnya jurusan Teknik Elektro
dengan institusi tempat kerja praktek yakni BRIN Bandung
2. Mempererat kerjasama antara institusi tempat kerja praktek dengan pihak jurusan
Teknik Elektro.
3. Menjalin komunikasi antara pihak Universitas khususnya jurusan Teknik Elektro
dengan institusi tempat kerja praktek yakni BRIN Bandung.
4. Mempererat kerjasama antara institusi tempat kerja praktek dengan pihak jurusan
Teknik Elektro.
5. Membuka peluang penelitian bagi mahasiswa maupun dosen mengenai
implementasi bidang ilmu Teknik Elektro di dunia kerja.

II-1
2.3. Bagi Institut Tempat Kerja Praktek

Dengan adanya Kerjasama antara pihak BRIN Bandung dengan pihak Program
Studi Teknik Elektro UIN Suska Riau diharapkan beberapa sasaran:
1. Mencari kebutuhan tenaga kerja dengan melihat kinerja awal
2. Peluang untuk mencari solusi dari masalah keteknikan yang belum dapat
ditanggapi perusahaan.
3. Dapat menjalin kerja sama proaktif dengan jurusan Teknik Elektro.
4. Mengetahui keadaan instansi dari sudut pandang dunia akademis.

2.2. Manfaat
Pelaksanaan kerja praktek ini diharapkan memberi beberapa manfaat sebagai
berikut:

2.2.1. Bagi Mahasiswa


1. Dapat menerapkan ilmu teoritis yang didapatkan di dunia perkuliahan
2. Mendapatkan pengalaman kerja sehingga memudahkan saat di dunia kerja nantinya
3. Dapat memecahkan permasalahan yang terjadi dan mampu menyelesaikannya
4. Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai radio HF

2.2.2. Bagi Program Studi Teknik Elektro UIN SUSKA Riau


1. Menambah informasi mengenai perusahaan guna merevisi kurikulum yang sudah
ada.
2. Menjalin hubungan baik dengan perusahaan tempat Institusi KP.

2.2.3. Bagi Institut Tempat Kerja Praktek


1. Melakukan pertukaran informasi dibidang teknologi antara dunia industry dengan
perguruan tinggi.
2. Merupakan wujud nyata perusahaan untuk ikut berperan serta dalam bidang
pendidikan peningkatan sumber daya manusia.
3. Sebagai salah satu upaya alih generasi dibidang operasi-produksi.

II-2
BAB III

BRIN BANDUNG

3.1 Sejarah Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN)

Menteri Pertama Republik Indonesia, Ir. Juanda (dalam kapasistasnya sebagai


Ketua Dewan Penerbangan Indonesia), dan R.J. Salatun membentuk Komite Astronautika
pada 31 Mei 1962. (sebagai Sekretaris Dewan Penerbangan Indonesia).
Proyek Roket Ilmiah dan Militer Awal (PRIMA),kemitraan antara Angkatan Udara
dan ITB, didirikan pada 22 September 1962 berhasil membangun dan meluncurkan dua
roket dari seri Kartika beserta telemetrinya.
Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 236 Tahun 1963 tentang LAPAN,pada
tanggal 27 November 1963 didirikan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
(LAPAN).
Pada 28 April 2021, BRIN menjadi organisasi tersendiri dengan mengintegrasikan
Kementerian Riset & Teknologi dan 4 (empat) Lembaga non Kementerian (LPNK), yang
paling signifikan adalah Lembaga Penerbangan & Antariksa Nasional. Hal itu dilakukan
sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2021 tentang Badan Riset & Inovasi
Nasional (LAPAN).

3.1.1. Kompetensi Utama

1. Sains Antariksa dan Atmosfer;


2. Teknologi penerbangan,roket,dan satelit;
3. Penginderaan jauh;
4. Kajian Kebijakan Penerbangan dan Antariksa.

3.1.2. Sejarah 54 Tahun Perkembangan Logo BRIN

Dokumen resmi yang menampilkan logo LAPAN ditemukan berdasarkan arsip


LAPAN. Lambang LAPAN tampaknya terdiri dari empat komponen dalam kop surat
tertanggal 30 Desember 1965: roket, sayap, dan peta Indonesia serta lingkaran yang
melambangkan bumi.

III-1
Menurut sebuah artikel di Majalah Interkom Nomor 71-94/95 oleh RJ Salatun,
Ketua LAPAN dari tahun 1971 sampai 1978, konsep logo pertama LAPAN tidak
terinspirasi oleh karakteristik tertentu. Dalam logo LAPAN, hanya penggunaan sayap
sebagai tanda terbang dan roket sebagai simbol antariksa yang dipertimbangkan. Tangan
seniman digunakan untuk membuat logo.

Gambar 3.1. Logo LAPAN tahun 1963-1974


Sumber: (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, 2019)

Logo yang digunakan pada era 1974 – 2006 tidak mengalami perubahan unsur
penyusunnya (roket dan sayap).Namun logo tersebut menghilangkan unsur peta dan
lingkaran, serta sayap tampak lebih besar, yang melambangkan perkembangan organisasi
LAPAN pada saat itu. Secara resmi, kedua logo LAPAN ini telah tercantum dalam Pedoman
Administrasi Umum di lingkungan LAPAN berdasarkan Keputusan Penanggung Jawab
LAPAN Nomor: LPN/070/SK/119/XII/1983.

Gambar 3.2. Logo LAPAN tahun 1974-2006


Sumber: (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, 2019)

Logo yang digunakan pada tahun 2004 – 2005 , sepertinya logo ini merupakan
gabungan dari logo pertama dan logo ketiga. Tidak ada peraturan tetap untuk tanda ini, tetapi
berlaku untuk pakaian kerja, plakat, dan suvenir. Ini adalah variasi logo yang tidak resmi
tetapi banyak digunakan.

III-2
Gambar 3.3. Logo LAPAN tahun 2004-2005
Sumber: (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, 2019)

Roket pada logo ini mencerminkan produk unggulan LAPAN dalam rancang bangun
teknologi antariksa,sebagai aplikasi dalam kegiatan antariksa (penginderaan jauh,
penelitian atmosfer dan surya) dan kajian keseluruhan perkembangan teknologi
LAPAN.Gambar roket pada gambar memiliki Panjang sekitar 17 satuan ukur dan bertujuan
untuk mengingatkan Inonesia pada hari kemerdekaannya. Sayap Garuda di kedua sisi roket
melambangkan sebuah identitas, mengacu pada aktivitas LAPAN yang dinamis. Jumlah
bulu pada setiap sayap juga mempunyai beberapa arti, dengan 27 bulu di tiga baris pertama
mengacu pada hari lahirnya LAPAN. Sedangkan bulu pada sayap terluar berjumlah 11
helai, menandakan bulan kesebelas (November), yaitu bulan kelahiran LAPAN. Bulu
keseluruhan pada sayap sebanyak 63 yang dimaknai sebagai tahun lahirnya LAPAN.Oleh
sebab itu,Sayap Burung Garuda pada logo tersebut dimaknai dengan tanggal,bulan,dan
tahun berdirinya LAPAN yaitu pada 27 November 1963.Tulisan LAPAN dimaknai sebagai
badan usaha yang menaungi seluruh agenda penelitian dan pengembangan kedirgantaraan
nasional.

Gambar 3.4. Logo LAPAN tahun 2006-2015


Sumber: (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, 2019)

III-3
Logo baru LAPAN digambarkan melalui empat domain umum yang ditandai oleh
oval, mewakili 4 kemampuan utama LAPAN, yaitu teknologi penerbangan dan antariksa,
penginderaan jauh, ilmu antariksa dan atmosfer, serta penelitian kebijakan penerbangan
dan antariksa. Warna biru langit yang dominan pada logo telah menjadi ciri khas logo
LAPAN sebelumnya. Pada saat yang sama, nyala api kuning melambangkan semangat dan
semangat yang membara dari seluruh elemen LAPAN di angkasa untuk mewujudkan cita-
cita luhur dan jaya kedirgantaraan nasional. (Lembaga Penerbangan dan Antariksa
Nasional, 2016)

Gambar 3.5. Logo LAPAN 2019


Sumber: (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, 2019)

Logo terbaru dari LAPAN setelah bergabung ke dalam organisasi BRIN pada tahun
2019 hingga saat ini.

Gambar 3.6. Logo BRIN sekarang


Sumber: (Badan Riset Inovasi Nasional.go.id, 2022)

III-4
3.2 Struktur Organisasi BRIN Bandung

Gambar 3.6. Struktur Organisasi BRIN Bandung


Sumber: (Pusat Sains Antariksa, 2022)

III-5
3.3 Visi, Misi, Tugas Pokok dan Fungsi BRIN Bandung
a. Visi
Menjadi penggerak sektor-sektor pembangunan nasional berbasis IPTEK
penerbangan dan antariksa dalam mewujudkan visi misi Presiden dan Wakil Presiden
Indonesia maju yang berdaulat,mandiri,dan berkepribadian berlandaskan gotong royong.
b. Misi
1. Memberikan dukungan teknis dan administrasi serta analisis yang cepat,akurat dan
responsif kepada Presiden dan Wakil Presiden dalam pengambilan kebijakan
penyelenggaraan Pemerintahan Negara berkaitan dengan sains antariksa dan atmosfer
2. Memberikan dukungan teknis dan administrasi serta analisis yang cepat,akurat dan
responsive kepada Presiden dan Wakil Presiden dalam pengambilan kebijakan
penyelenggaraan Pemerintahan Negara berkaitan dengan penginderaan jauh.
3. Memberikan dukungan teknis dan administrasi serta analisis yang cepat,akurat dan
responsive kepada Presiden dan Wakil Presiden dalam pengambilan kebijakan
penyelenggaraan Pemerintahan Negara berkaitan dengan teknologi penerbangan dan
antariksa.
4. Memberikan dukungan teknis dan administrasi serta analisis yang cepat,akurat dan
responsive kepada Presiden dan Wakil Presiden dalam pengambilan kebijakan
penyelenggaraan Pemerintahan Negara berkaitan dengan kebijakan penerbangan dan
antariksa
5. Memberikan dukungan teknis dan administrasi serta analisis yang cepat,akurat dan
responsive kepada Presiden dan Wakil Presiden dalam pengambilan kebijakan
penyelenggaraan Pemerintahan Negara berkaitan dengan mewujudkan birokrasi
BRIN berkelas dunia.

c. Tugas Pokok
Tugas pokok Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Bandung yaitu melaksanakan
tugas pemerintahan di bidang penelitian dan pengembangan kedirgantaraan dan
pemanfaatannya serta penyelenggaraan keantariksaan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

III-6
d. Fungsi
1. Penyusunan kebijakan nasional di bidang penelitian dan pengembangan sains
antariksa dan atmosfer,teknologi penerbangan dan antariksa,dan penginderaan jauh
serta pemanfaatannya.
2. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan sains antariksa dan atmosfer,teknologi
penerbangan dan antariksa,dan penginderaan jauh serta pemanfaatannya.
3. Penyelenggaraan keantariksaan.
4. Pengoordinasian kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BRIN.
5. Pelaksanaan pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit
organisasi di lingkungan BRIN.
6. Pelaksanaan kajian kebijakan strategis penerbangan dan antariksa.
7. Pelaksanaan penjajaran teknologi penerbangan dan antariksa.
8. Pelaksanaan pengelolaan standarisasi dan system informasi penerbangan dan
antariksa.
9. Pengawasan atas pelaksanaan tugas BRIN.
10. Penyampaian laporan,saran,dan pertimbangan di bidang penelitian dan
pengembangan sains antariksa dan atmosfer,teknologi penerbangan dan antariksa,dan
penginderaan jauh serta pemanfaatannya

III-7
3.4 Fasilitas Bidang Sains Antariksa
a. Sistem Pemantauan dan Informasi Cuaca Antariksa (SPICA)
Keadaan kekosongan antara Bumi dan Matahari diungkapkan oleh cuaca luar
angkasa. Matahari, kehampaan antara bumi dan matahari, bumi, dan sekitarnya
semuanya berkontribusi pada cuaca ruang angkasa. Dimulai dengan matahari, benda
langit yang paling mempengaruhi kondisi cuaca antariksa. Matahari mampu
menyebabkan situasi yang tidak stabil dan memengaruhi teknologi kontemporer
dengan semburan energi dan partikelnya. Radiasi matahari akan menginduksi
perubahan ionosfer yang akan menghambat komunikasi, baik secara terestrial di
Bumi maupun antara satelit dan Bumi, serta sebaliknya.
Selain itu, dampak partikel matahari di bumi tidak kecil, oleh karena itu navigasi
juga akan terpengaruh selain komunikasi. Tidak ada yang bisa menghentikan partikel
energik ini memasuki medan magnet bumi setelah terhubung kembali dengan medan
antarplanet, meskipun magnetosfer bertindak sebagai penghalang partikel-partikel
ini.
Tantangan pengurangan dampak negatif cuaca antariksa tentunya harus dihadapi
oleh Space Science Center sebagai unit kerja yang memiliki kompetensi dan
akuntabilitas di bidang ilmu pengetahuan dan antariksa. Penelitian dan
pengembangan dibantu oleh teknologi pengamatan di bidang matahari, lingkungan
ruang angkasa, geomagnetisme, dan magnet ruang angkasa, serta ionosfer dan
komunikasi.
Untuk memahami perilaku matahari dan meramalkan aktivitasnya, serta untuk
menyelidiki fenomena matahari dan lingkungan luar angkasa yang berdampak pada
planet ini, Departemen Matahari dan Antariksa menjalankan program penelitian
fisika matahari. Efek aktivitas matahari dan lingkungan di luar angkasa juga
berpengaruh pada bumi. Yang juga sangat menarik adalah bagaimana aktivitas
matahari dapat mempengaruhi orbit dan operasi satelit. Selain itu, masalah sampah
antariksa perlu diteliti secara menyeluruh.
Penelitian dan pemodelan magnetosfer dan medan magnet bumi dilakukan di
bidang geomagnetisme dan magnet luar angkasa. Dalam menyesuaikan pengamatan
medan magnet bumi, dampak aktivitas matahari merupakan komponen yang
signifikan.
III-8
Kajian dan penelitian alat dan prosedur pengamatan ruang angkasa, serta
pembuatan sistem transfer data dan database ruang angkasa, semuanya dilakukan di
bidang teknologi pengamatan. Peralatan yang berada di sekitar Indonesia digunakan
untuk observasi oleh Pusat Sains dan Teknologi Antariksa. Pengamatan matahari
dilakukan secara optik dan radiografik di Watukosek, Jawa Timur, dan Sumedang,
Jawa Barat. Hampir di seluruh Indonesia, pengamatan ionosfer dilakukan dengan
menggunakan berbagai alat dan teknik, termasuk ionosonda, ALE, GISTM, Radio
Beacon, dan Radio HF. Banyak daerah dari Papua sampai Sumatera sampai Jawa,
Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara. Kedua stasiun tersebut dikelola bersama
oleh perguruan tinggi daerah dan dimiliki oleh BRIN.
b. Space Weather Information and Forecast System (SWIFtS)
SWIFtS, ialah sistem yang sanggup memperkirakan keadaan cuaca antariksa
supaya bisa dimanfaatkan mengenai munculnya kendala akibat cuaca antariksa pada
komunikasi radio HF, navigasi serta satelit. Produk ini meyakinkan kalau fenomena
cuaca antariksa bisa diprakirakan dengan manganalisa informasi-informasi
pengamatan realtime, baik informasi lokal ataupun informasi global agar dapat di tarik
sesuatu kesimpulan. Hingga saat ini sudah dilakukan pencarian data setiap hari serta
prediksinya untuk keadaan matahari, medan magnet bumi serta keadaan
ionosfer.Sistem ini direncanakan jadi data unggulan di daerah regional Asia Tenggara,
karna dikala ini cuma BRIN yang bisa melaksanakannya. Selanjutnya system ini di
targetkkan untuk lekas bergabung dengan International Ruang Environment
Service( ISES)

III-9
BAB IV
TEORI

4.1. Pengertian Ionosfer


Ionosfer merupakan bagian dari atmosfer yang terionisasi oleh radiasi matahari.
Lapisan ini berperan dalam mempengaruhi keelektrikan di atmosfer. Lapisan ionosfer
terbentuk akibat adanya reaksi kimia. Pada lapisan ionosfer benda benda langit seperti batu
meteor dan benda langit lainnya akan terbakar dan terurai.
Lapisan ionosfer merupakan wilayah atmosfer bumi dimana jumlah partikel bermuatan
listrik-ion dan elektron cukup besar untuk mempengaruhi penyebaran gelombang radio.
Partikel bermuatan diciptakan oleh aksi radiasi ekstrateresial (terutama dari Matahari) pada
atom netral dan molekul udara. Ionosfer dimulai pada ketinggian sekitar 50 Km (30 mil) di
atas permukaan, tetapi paling berbeda dan penting di atas 80 Km (50 mil).

Di daerah atas ionosfer, yang dimulai beberapa ratus kilometer di atas permukaan
bumi dan meluas hingga puluhan ribu kilometer ke luar angkasa, adalah magnetosfer,
wilayah di mana perilaku partikel bermuatan sangat dipengaruhi oleh medan magnet Bumi
dan Matahari. Adalah di bagian bawah magnetosfer yang tumpang tindih dengan ionosfer
bahwa tampilan spektakuler aurora borealis dan aurora australis terjadi. Magnetosfer juga
mengandung sabuk radiasi Van Allen, tempat proton dan elektron berenergi tinggi bergerak
bolak-balik di antara kutub medan magnet Bumi.( Michael B. McElroy,2012)

Lapisan ionosfer ini terbentuk akibat terjadinya ionisasi yang disebabkan oleh radiasi
matahari dan elektron yang ada di lapisan ionosfer. Sesungguhnya proses ionisasi diawali
pada ketinggian 1. 000 sampai 50 kilometer.Semakin dekat ke permukaan bumi, kekuatan
radiasi pemicu ionisasi kian mengecil. Maka dari itu dibawah ketinggian 50 kilometer tidak
terdapat lagi ionisasi sebab radiasi pemicu ionisasi telah habis. Diatas 1. 000 kilometer dari
permukaan bumi, ionisasi boleh dikatakan tidak ada.

IV-1
Elektron- elektron yang dilepaskan dalam proses ionisasi bisa jadi bertumbukkan
dengan ion- ion lain. Rekombinasi merupakan proses yang menciptakan molekul- molekul
ataupun atom- atom netral. Proses ionisasi ini menciptakan elektorn- elektron bebas,
sebaliknya proses rekombinasi menguranginya. Setelah itu akan terjalin penyeimbang antara
ionisasi serta rekombinasi. Dalam penyeimbang ini konsentrasi ataupun jumlah elektron-
elektorn masing- masing cm3 hendak senantiasa sama.

Pembentukan ionosfer dipengaruhi dengan intensitas radiasi matahari. Otomatis ketika


pagi hari sampai dengan tengah hari proses ionisasi akan meningkat berdasarkan tingkat
intensitas radiasi matahari. Sedangkan ketika tengah hari sampai dengan sore hari proses
ionisasi akan berkurang disebabkan karna berkurangnya intensitas radiasi matahari

Gambar 4.1 Lapisan ionosfer


Sumber : (Michael B. McElroy,2012)

Berdasarkan pada gambar 4.1 diatas maka dapat dilihat bahwa ionosfer memiliki
lapisan yaitu :
1. Lapisan D
Adalah lapisan yang memiliki wilayah antara 50 sampai 90 Km diatas Bumi
dimana ionisai (yang relatif lemah) terutama bertanggung jawab untuk penyerapan
gelombang radio frekuensi tinggi.

IV-2
2. Lapisan E
Wilayah antara sekitar 90 sampai 140 Km diatas bumi yang menandai ketinggian
E-layer siang hari biasa. Subdivisi lain, mengisolasi lapisan terpisag dari kejadian tidak
teratur dalam wilayah ini, juga diberi label dengan awalan E, seperti lapisan tebal, E2,
dan lapisan tipis yang sangat bervariasi, sporadis E. Ion di wilayah ini terutama O2+.

3. Lapisan F
Wilayah diatas sekitar 140 sampai 210 km dimana lapisan pantulan penting, F2,
ditemukan. Lapisan lain di wilayah ini juga dideskripsikan dengan menggunakan
awalan F, seperti statifikasi reguler lintang-sedang, F1 dan statifikasi semi-reguler
rendah-lintang , F1.5. Ion-ion dibagian bawah lapisan F utamanya adalah NO + dan
sebagian besar adalah O+ dibagian atas. F layer adalah wilayah yang menarik bagi
komunikasi radio.
4. Lapisan paling atas
Bagian Ionosfer dimulai pada ketingian kerapatan maksimum lapisan F2 dari
ionosfer damn meluas keatas dengan penurunan kepadatan ke tinggian transisi dimana
ion O + menjadi kurang banyak daripada H + dan He +. Ketinggian transisi bervariasi
tetapi jarang turun di bawah 500 Km di malam hari atau 800 Km di siang hari. Dan
memilki ketinggian 1.100 Km. Di atas ketinggian transisi, ionisasi yang lemah
memiliki sedikit pengaruh pada sinyal radio.( Michael B. McElroy,2012).

4.1.1. Fungsi Lapisan Ionosfer


Beberapa manfaat atau fungsi dari lapisan ionosfer antara lain adalah:
1. Memantulkan gelombang radio ke bumi
Dalam komunikasi radio HF ionosfer berperan sangat penting untuk
memantulkan kembali gelombang radio. Dimana gelombang radio yang dikirim
melalui pemancar akan dipantukan kembali kebumi melalui pantulan yang disebabkan
oleh lapisan ionosfer

IV-3
2. Sebagai lapisan yang melindungi bumi dari jatuhnya meteor

Ionosfer berfungsi juga melindungi bumi dari benda benda langit yang jatuh
kebumi. Di ionosfer benda benda langit yang jatuh dibakar agar tidak sampai jatuh
kebumi. Tapi pembakaran yang dilakukan dilapisan ionosfer bergantung juga pada
besar massa benda langit yang jatuh kebumi. Apabila benda langit yang jatuh terlalu
besar dan tidak bisa dibakar habis oleh ionosfer, maka benda langit itu akan jatuh
kebumi dan disebut meteorit

3. Sebagai lapisan yang menghasilkan cahaya indah, yakni aurora


Fenomena alam munculnya aurora yang seringkali terlihat di langit kutub bumi,
aurora yang muncul tersebut berada dilapisan ionosfer. Aurora sendiri disebabkan
karna tubrukan partikel partikel bermuatan seperti proton dan elektron

4.2. Pengertian Komunikasi Radio HF


Radio HF (high frequency) merupakan suatu perangkat komunikasi radio yang
berfungsi sebagai pemancar sekaligus penerima (tranceiver) yang beroperasi dalam
frekuensi HF digunakan oleh stasiun-stasiun radio untuk melakukan komunikasi.
Radio frekuensi tinggi, atau radio HF, beroperasi pada frekuensi antara 3 dan 30
MHz. Istilah "pita dekameter" dan "gelombang dekameter" juga digunakan untuk
menggambarkan frekuensi tinggi ini. Gelombang radio ini memiliki jangkauan dekameter
satu sampai sepuluh (10-100 m).

IV-4
Gambar 4.2. Tabel Frekuensi
Sumber: (Amissa, 2012)

4.3. Propagasi Gelombang Radio

Gelombang mikro dapat merambat ribuan kilometer melalui udara dari antena pemancar
ke antena penerima melalui proses propagasi. Baik bentuk fisik, seperti sepasang kabel
konduktor atau kabel koaksial, maupun bentuk non fisik, seperti gelombang radio atau sinar
laser, dapat digunakan sebagai media rambat, yang juga dikenal sebagai jalur transmisi
gelombang. (J, Herman, 1986)
Propagasi terdiri 3 metode yaitu:

1. Propagasi Garis Pandang (Line of Sight)

Perambatan garis pandang juga dikenal sebagai perambatan gelombang langsung


karena tidak ada perambatan gelombang ke atas dari antena pengirim ke antena
penerima.perambatan garis pandang juga dikenal sebagai perambatan gelombang langsung.
Akibatnya, permukaan bumi atau tanah tidak meredamnya. Karena dapat melewati ionosfer
dan melakukan perjalanan melalui ruang, gelombang semacam ini juga dikenal sebagai
gelombang ruang. (Rubiyanti, 2010)

IV-5
Gambar 4.3. Propagasi Garis Pandang (Line of Sight)
Sumber: (Ria, 2016)

2. Propagasi Gelombang Tanah (Ground Wave Propagation)

Gelombang radio yang dikenal sebagai gelombang tanah merambat di sepanjang


permukaan bumi. Gelombang permukaan adalah nama umum untuk gelombang ini. Ketika
menggunakan gelombang media tanah untuk komunikasi, gelombang harus terpolarisasi
vertical karena ketika terpolarisasi horizontal, bumi akan membuat arus pendek medan
listriknya. (Azhari, 2012)

IV-6
Gambar 4.4. Propagasi Gelombang Tanah (Ground Wave Propagation)
Sumber: (Ria, 2016)

3. Propagasi Gelombang Udara (Sky Wave Propagation)

Gelombang ionosfer, sering dikenal sebagai gelombang langit, adalah nama lain dari
gelombang udara. Di permukaan bumi dan di ionosfer, skipping adalah proses bias.
Gelombang radio pada frekuensi ini tidak dapat merambat dalam jarak pendek karena
memerlukan sudut elevasi yang besar, meskipun gelombang dengan sudut yang besar tidak
dipantulkan kembali ke bumi.

Gambar 4.5. Propagasi Gelombang Udara (Sky Wave Propagation)


Sumber: (Ria, 2016)

IV-7
4.4 Antena
Antena merupakan sebuah komponen penting dalam perangkat elektronika untuk sarana
komunikasi dengan menggunakan frekuensi radio atau gelombang elektromagnetik. Antena
berfungsi memancarkan dan menerima gelombang radio atau elekrtomagentik. Pemancaran
gelombang elektromagnetik dilakukan dengan mengirimkan gelombang radio menuju ruang
bebas dari saluran transmisi melalui antena pemancar. Sedangkan penerimaan gelombang
radio dilakukan dengan menerima gelombang radio dari ruang bebas melalui antena
penerima. Pada proses transmisi, gelombang radio akan dikirimkan sepanjang jalur transmisi
dan merambat melalui udara. Antena sangat berguna untuk penggunaan teknologi
komunikasi radio karena antenna dapat memaksimalkan pancaran sinyal yang dikrimkan
atau diterima sehingga memenuhi tujuan yang diinginkan. Terdapat berbagai macam antena
diantaranya adalah antena monopole, antena dipole, antena yagi dan lainnya.

4.5 Antena Dipole

Antena dipole merupakan sebuah antena radio yang dibuat secara sederhana dengan
menggunakan kawat atau kabel yang dipotong sesuai dengan ukuran agar dapat beresonansi
pada frekuensi kerja yang diinginkan untuk mengalirkan medan elektromagnetik. Selain
beresonansi pada frekuensi yang diinginkan, antenna dipole juga beresonansi pada kelipatan
ganjil frekuensinya. Ukuran dari antena dipole yang dirancang berpengaruh pada
performansi antena tersebut dalam mamancarkan atau menerima sinyal sehingga dirancang
dengan ukuran yang sesuai dengan kebutuhan. Umumnya antena dipole adalah antenna ½
lamda (Panjang gelombang) karena sangat mudah untuk dibuat. Tahapan dalam perhitungan
dimensi pada antena dipole adalah menentukan Panjang gelombang dan Panjang antena
dipole. Sebelum menentukan Panjang antena dipole, terlebih dahulu harus mengetahui
berapa Panjang gelombang. Rumus Panjang gelombang adalah sebagai berikut :
c
λ=
f
Dimana λ = Panjang gelombang (mm)
c = Kecepatan cahaya (m/s)
f = frekuensi kerja (Hz)

IV-8
Sedangkan Rumus Panjang total sebuah dipole adalah sebagai berikut:2dz
L = 0,5 λ x K
atau
71,25
L=
f
Dimana L = Panjang total antenna dipole
K = Koefisien cepat rambat gelombang (0,95)

Pada dasarnya antenna dipole ini balanced yang berarti bahwa arus dari dua elemennya
sama besar dan saling menghilang. Sebaiknya antenna dipole ini menggunakan kombinasi
BALUN (Balanced dan Unbalanced) agar dapat menyebabkan saluran transmisi memiliki
radiasi. Kelebihan dari penggunaan BALUN ini adalah dapat meningkatkan performance
antenna dipole, mengurangi gangguan elektromagnetik yang mempengaruhi penerimaan
sinyal, mengurangi arus yang tidak seimbang, dan mengurangi radiasi yang tidak diinginkan.
Antena dipole memiliki impedansi 50 Ohm – 75 Ohm sehingga dapat dihubungkan langsung
dengan kabel koaksial atau melalui BALUN.
Agar sebuah antena dipole memiliki performance yang baik, sebaiknya dipasang Flat Top
pada ketinggian ¼ gelombang. Arah pancaran antena dipole sendiri adalah tegak lurus pada
arah kawat antena dan sejajar dengan ground. Sebaiknya antenna dipole dipasang setinggi
mungkin karena menghasilkan sudut elevasinya yang lebih kecil. Ketinggian dari sebuah
antenna dipole jauh lebih penting dibandingkan dengan orientasinya.

Gambar 4.6. Gambar Bentuk Antena Dipole

IV-9
4.6 Gain

Gain adalah perbandingan antara jumlah daya yang dikirimkan dengan sumber antena
yang sama. Gain juga dapat diartikan sebagai perbandingan antara sinyal yang diterima
dengan hasil output antena. Seberapa besar antena dapat menangkap sinyal yang lemah
kemudian di konversikan menjadi parameter energi listrik ke dalam circuit penerima. Antena
yang bagus memiliki nilai gain diatas 0 dan selalu stabil atau sama. Antena yang memiliki
gain dibawah 0 tidak dapat dipakai karena nilai SWR nya tinggi yang menyebabkan rusaknya
komponen pemancar.

4.7 VSWR (Voltage Standing Wave Ratio)

VSWR adalah rasio dari daya yang dikeluarkan oleh radio dan di transmisikan dalam
bentuk gelombang radio. VSWR juga merupakan rasio dari output transmitter pemancar dan
output dari antena. VSWR ini membandingkan antara gelombang sinusoidal dengan
gelombang radio atau elektromagnetik yang dipancarkan keluar. Nilai VSWR yang ideal
adalah 1 : 1 yang berarti nilai yang dikirimkan oleh transmitter sama dengan nilai yang
diterima oleh antena. Fungsi antena disini adalah mengubah sinyal listrik menjadi
gelombang elektromagnetik. Gelombang sinusoidal ini di transmisikan ke antena dan
kemudian di antena ini sinyal sinusoidal dikonversikan menjadi gelombang radio. Nilai
VSWR ini didapatkan Ketika adanya ketidakseimbangan antara output transmitter dengan
output antena. Semakin tinggi perbandingan antara output antena dengan output transmitter
maka antenanya semakin buruk.

4.8 Beamwidth

Beamwidth adalah Besarnya sudut berkas pancaran gelombang frekuensi radio utama
yang dihitung pada titik 3 dB menurun dari puncak beam utama. Beamwidth terbagai atas
dua yatu Vertical Beamwidth (θ E ¿ dan Horizontal Beamwidth ( θ F ¿. Ada dua hal utama
yang ada pada beamwidth yaitu Half Power Beamwidth (HPBW) dan First Null Bandwidth
(FNBW). HPBW merupakan sudut pemisah yang nilai daya pola radiasinya bernilai 50%
atau – 3dB dari puncak beam utama. Sedangkan FNBW merupakan rentang sudut antara
bema utama dengan nilai daya nol pertama yang bersampingan. Nilai dari FNBW ini adalah
2 HPBW.
IV-10
4.9 Directivity

Directivity merupakan Parameter yang menyatakan perbandingan antara kerapatan daya


maksimal dengan kecepatan rata-rata. Nilai directivity ini tergantung pada susunan
antenanya. Adapun rumus untuk mendapatkan nilai directivity adalah sebagai berikut:

41253
D=
θ E .θ F

D (dB) = 10 log D
Dimana D = Directivity
θ H = H-planehalf-power beamwidth (derajat)
θ E = E-planehalff-power beamwidth (derajat)
IV-11
BAB V
METODOLOGI

5.1 Alat dan Bahan


Penelitian ini bersifat simulasi, alat dan bahan yang digunakan berupa perangkat
komputer sebagai alat simulasi untuk membantu proses simulasi dengan cepat dan akurat
menggunakan perangkat lunak yaitu 4NEC2 untuk desain dan kalkukasi pada antena.
5.2 Alur Simulasi

M
Mulai

Perancangan
(Dimensi Antena dan
Frekuensi Kerja)

Simulasi
Menggunakan
4NEC2

Tidak Sesuai Ya
Optimasi Antena Pengambilan Data
Spesifikasi?

Analisa Hasil

Selesai Kesimpulan

Gambar 5.1 Diagram Alur Simulasi


5.2.1. Penjelasan Diagram Alur Penelitian
1. Perancangan (Dimensi Antena dan Frekuensi Kerja)
Antena yang dirancang pada simulasi ini adalah antenna dipole dengan dimensi yang
sesuai dengan kebutuhan pada frekuensi kerja 3 – 30 Hz.
2. Simulasi Menggunakan 4NEC2
Proses selanjutnya adalah melakukan simulasi untuk kalkulasi performa antena pada
aplikasi 4NEC2. Berdasarkan hasil simulasi akan didapat parameter antenna yang
akan dianalisa.
3. Optimasi Antena
Optimasi antena dilakukan apabila hasil desain antena sebelumnya belum sesuai
dengan spesifikasi yang diinginkan. Optimasi dilakukan dengan merubah komponen
maupun dimensi sehingga akan mandapatkan hasil yang sesuai.
4. Pengambilan Data
Pengambilan data jika antena yang dirancang telah sesuai dengan spesifikasi yang
diinginkan. Pengambilan data berupa gain, VSWR, beamwidth, directivity.
5. Analisa Hasil
Dari data yang telah didapatkan sebelumya, kemudian dilakukan Analisa pada tiap
parameter apakah sudah sesuai dengan harapan.
6. Kesimpulan
Proses terakhir yang dilakukan adalah membuat kesimpulan berdasarkan simulasi
yang telah dilakukan.

V-1
BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1. Parameter Simulasi


Dalam penelitian ini telah dilakukan simulasi di program 4NEC2. Parameter yang
perlu diperhatikan dalam penelitian ini yaitu gain, vswr, beamwidth dan directivity. Antena
yang digunakan pada simulasi ini adalah antenna dipole setengah gelombang. Antena ini
memiliki dimensi Panjang 24 meter dan radius kawat tembaga 0.2 nm.

Gambar 6.1 Geometry Antena Dipole

6.1.1. Gain
Tabel 6.1 Tabel Gain Antena Dipole pada Frekuensi 3 – 30 MHz
No Frekuensi Gain
111 313MHz
MHz 1.83
4.06dB
Db
212 414MHz
MHz 1.9 dB
4.53 Db
313 515MHz
MHz 1.99
4.93dB
Db
414 616MHz
MHz 2.11
5.02dB
Db
515 717MHz
MHz 2.26 dB
4.26 Db
616 818MHz
MHz 2.44
2.18dB
Db
717 919MHz
MHz 2.66 dB
-1.19 Db
818 1020MHz
MHz 2.93
-5.57dB
Db
919 1121MHz
MHz 3.25
-11.08dBDb
1020 12 MHz
22 MHz 3.63
-9.04dB
Db
21 23 MHz -45.82 Db
22 24 MHz -24.46 Db
23 25 MHz -21.45 Db
24 26 MHz -22.54 Db
25 27 MHz -22.22 Db
26 28 MHz -13.95 Db VI-1
27 29 MHz -7.3 Db
28 30 MHz -2.92 Db
Berdasarkan tabel diatas, didapatkan nilai gain dari ntenna dipole (berdasarkan
simulasi) dengan rentang frekuensi 3 – 30 MHz. Maximum gain yang diperoleh ialah
sebesar 5.02 Db pada frekuensi 16 MHz. Gain ideal yang dapat digunakan pada ntenna ini
adalah pada rentang frekuensi 3 – 18 MHz.

Gambar 6.2 Gain Antena Dipole

VI-2
6.1.2. VSWR (Voltage Standing Wave Ratio)
Tabel 6.2 Tabel VSWR Antena Dipole pada Frekuensi 3 – 30 MHz
No Frekuensi VSWR
1 3 MHz 2654.01
2 4 MHz 475.849
3 5 MHz 66.4411
4 6 MHz 1.94464
5 7 MHz 17.4293
6 8 MHz 48.6649
7 9 MHz 79.7528
8 10 MHz 106.736
9 11 MHz 128.969
10 12 MHz 146.341
11 13 MHz 158.02
12 14 MHz 161.167
13 15 MHz 149.132
14 16 MHz 112.229
15 17 MHz 53.2594
16 18 MHz 8.96693
17 19 MHz 5.35036
18 20 MHz 25.6677
19 21 MHz 50.1234
20 22 MHz 71.6623
21 23 MHz 89.0073
22 24 MHz 102.457
23 25 MHz 111.926
24 26 MHz 116.504
25 27 MHz 113.542
26 28 MHz 97.8162
27 29 MHz 63.1374
28 30 MHz 21.91

Dari table diatas, diketahui berdasarkan antena dipole yang telah di desain pada
rentang frekuensi HF 3 – 30 MHz diperoleh minimum VSWR sebesar 1.94464 pada
frekuensi 6 MHz. Nilai VSWR yang masih dapat digunakan adalah nilai VSWR dengan
range 1 – 3 karena pada range ini peralatan radio akan tahan lama, sedangkan yang nilai
VSWR nya di atas 3 akan merusak peralatan radio sehingga penggunaannya tidak tahan
lama. Jadi dapat disimpulkan bersadarkan simulasi bahwa VSWR yang dapat digunakan
pada antena ini adalah VSWR pada frekuensi 6 MHz dengan nilai VSWR sebesar 1.94464.

VI-3
Gambar 6.3 VSWR Antena Dipole

6.1.3. Beamwidth

Gambar 6.4 Simulasi Radiation Pattern Horizontal Plane

VI-4
Gambar 6.5 Simulasi Radiation Pattern Vertical Plane

Gambar diatas merupakan pola radiasi dari ntenna dipole pada vertical plane dan
horizontal plane. Dari gambar dapat disimpulkan bahwa ntenna dipole ini dapat menerima
sinyal dari arah mana saja. Antena ini tidak memiliki semua sudut yang sama dikarenakan
muatannya berlawanan arah dengan antenanya sehingga menyebabkan sinyal yang
dipancarkan oleh ntenna tegak lurus dengan arah bentangannya. Antena dipole ini
memiliki pola radiasi 360° pada bidang horizontal dan kira-kira 75° pada bidang vertical
sehingga mengansumsikan bahwa antenna dipole berdiri secara vertical dan menyerupai
bentuk donat. Nilai beamwidth antenna berbanding terbalik dengan tinggi penguatan
antenna.

Gambar 6.6 Simulasi 3D Antena Dipole

VI-5
6.1.4. Directivity

Gambar 6.7 Simulasi Radiation Pattern Antena Dipole


Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa pola radiasi antena dipole ini mengarah
sama ke segala arah. Jenis pola radiasi diatas adalah pola radiasi omnidireksional, dimana
pola radiasi sama ke segala arah pada suatu bidang tertentu. Nilai direktivitas tergantung
kepada pola radiasi yang dihasilkan oleh antena tersebut. Jadi dapat disimpulkan apabila
pola radiasi antena mengarah sama ke segala arah maka antena tersebut memiliki
direktivitas sama dengan 1.78 dB.

VI-6
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan
1. Simulasi antena dipole menggunakan aplikasi 4NEC2 yang memiliki dimensi
Panjang 24 meter dan radius kawat tembaga 0.2 nm
2. Pada simulasi diperoleh maksimum gain sebesar 5.02 dB pada frekuensi 16 MHz.
Gain ideal yang dapat digunakan ialah pada rentang frekuensi 3 – 18 MHz.
3. Pada simulasi nilai VSWR yang dapat digunakan ialah sebesar 1.94464 pada
frekuensi 6 MHz.
4. Antena yang digunakan memiliki pola radiasi 360° pada bidang horizontal dan
kira-kira 75° pada bidang vertical.
5. Antena ini memiliki direktivitas 1.78 dB dan memiliki pola radiasi antena yang
mengarah sama ke segala arah.
7.2. Saran
1. Untuk mendapatkan gain yang lebih baik dapat dilakukan dengan mengubah
ukuran dimensi antena pada saat simulasi seperti Panjang, lebar lengan, dan
radius kawat.

VII-1
DAFTAR PUSTAKA

A. S. Irtawaty, M. Ulfah and H. , "Pengaruh Beamwidth, Gain dan Pola Radiasi terhadap
Performansi Antena Penerima," Jurnal Teknologi Terpadu, vol. 6, no. 1, pp. 14-22,
2017.

B. Y. Permana, H. Susilawati and P. , "Rancang Bangun dan Analisis Sectoral Antenna


Radiasi Semicircular Frekuensi 2.4GHz untuk Aplikasi IEEE 802.11b/g," vol. 13, no.
1, pp. 20-36, 2012.

I. Rubiyanti, "Propagasi Gelombang Radio," Agustus 2010. [Online]. Available:


http://irarubiyanti.blogspot.co.id/2010/08/pra-kbm-instalasi.html.

LAPAN, "Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional," 2016. [Online]. Available:


http://www.lapan.go.id/.

M. B. McElroy, "ionosphere and magnetosphere," Britannica, [Online]. Available:


https://www.britannica.com/science/ionosphere-and-magnetosphere.

M. I. Marzuki and B. Irawan, "Analisa Propagasi Gelombang Continuous Wave pada


Radio Amatir di Frequency 21 MHz," Jurnal Telekomunikasi dan Komputer, vol. 7,
no. 2, pp. 213-236, 2016.

M. Sari, "Lapisan Ionosfer : Pengertian, Ciri-ciri, Suhu dan Fungsi," ilmugeografi.com, 25


April 2016. [Online]. Available:
http://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/meteorologi/lapisan-ionosfer.

S. Amisa, "Jaringan Komputer dan Komunikasi Data," 2 Juli 2012. [Online]. Available:
http://suciamisa.blogspot.co.id/2012/07/media-transmisi-wireless.html.

S. Romadhona, D. Alia and M. Zulfida, "Perancangan dan Analisis Antena Dipole pada
Frekuensi 2,4 GHz untuk Modul Xbee S2 Pro Menggunakan HFFS 14.0," vol. 2, no.
1, pp. 21-30, 2020.

S. Suhartini, "Sudut Elevasi dan Ketinggian Antena untuk Komunikasi Radio HF," vol. 9,
no. 3, pp. 75-78, 2008.

Anda mungkin juga menyukai