Di susun oleh :
Ners REG A1
Pembimbing Akademik:
Ns. Kardewi , S.Kep., M. Kes
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
dengan baik. Laporan ini berisi tentang identifikasi hazard, SWOT ,POA, dan
Laporan ini kami susun secara cepat dengan bantuan dan dukungan
Pembimbing klinik.
Oleh karena itu kami sampaikan terima kasih atas waktu, tenaga dan
fikirannya yang telah diberikan. Dalam penyusunan laporan ini, kami menyadari
bahwa hasil laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Sehingga kami selaku
penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
sekalian.Akhir kata Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat untuk ke-
2
BAB I
PENDAHULUAN
kungannya. Kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya
tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya
untuk menuju masyarakat adil dan makmur (Dr. Osha, 2017). Kesehatan kerja
tal, dan sosial bagi masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungan perusahaan
2011).
Hazard adalah segala sesuatu yang dapat berpotensi menjadi bahaya bahkan
accident atau incident (TriganaAir, 2005). Bahaya potensial di rumah sakit yang
3
disebabkan oleh faktor biologi, faktor kimia, faktor ergonomic, faktor fisik, faktor
psikososial dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan akibat kerja bagi peker-
Pekerja rumah sakit mempunyai resiko lebih tinggi dibanding pekerja indus-
try lain untuk terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan kecelakaan kerja
1.2 Tujuan
4
Tempat : Ruang Kebidanan RS Bunda Palembang
Diskusi ini sebagai bahan evaluasi dalam penyediaan APD bagi perawat dan
petugas lainnya
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
(K3RS)
Rumah Sakit merupakan salah satu tempat kerja, yang wajib melaksanakan
program K3RS yang bermanfaat baik bagi pekerja, pasien, pengunjung, maupun
aksanakan secara terpadu melibatkan berbagai komponen yang ada di Rumah Sa-
ini dikarenakan masih banyak Rumah Sakit yang belum menerapkan sistem Ma-
prasarana, dan peralatan kerja. Bentuk pelayanan keselamatan kerja yang dil-
peralatan kesehatan:
kesehatan.
6
d. Pembuatan SOP untuk pengoperasian, pemeliharaan, perbaikan, dan kali-
resiko ergonomic.
lingkungan kerja
2) Penyehatan air.
7
7) Perlindungan radiasi.
(APD).
matan/keamanan:
8
i. Pembinaan dan pengawasan Managemen Sistem Penanggulangan Keba-
karan (MSPK)
nanggulangan kebakaran.
3) Membuat SOP.
kebakaran.
langan kebakaran
matan kerja yang disampaikan kepada direktur RS dan unit tekhnis terkait
2) Data perizinan.
sudah dilatih kesehatan dan keselamatan kerja dan sudah dilatih tentang
diagnosis PAK.
9
2.1.2 Standar Pelayanan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit
tercantum pada pasal 23 dalam UU Kesehatan No. 22 tahun 1992 dan Peraturan
kesehatan kerja. Adapun bentuk pelayanan kesehatan kerja yang perlu dilakukan
a. Pemeriksaan fisik.
diri baik fisik maupun mental terhadap pekerjaannya. Yang diperlukan antara
lain:
a. Informasi umum RS dan fasilitas atau sarana yang terkait dengan K3.
c. SOP kerja, SOP peralatan, SOP pengguanaan Alat Pelindung Diri dan
kewajibannya.
10
3. Melakukan pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus sesuai dengan pa-
janan di RS:
sekali.
c. Adapun jenis pemeriksaan khusus yang perlu dilakukan antara lain sebagai
berikut:
2.2.1 Definisi
Bahaya (hazard) adalah faktor intrinsik yang melekat pada sesuatu (bisa pa-
da barang ataupun suatu kegiatan maupun kondisi). Bahaya ini akan tetap menjadi
accident bila tidak ada kontak (exposure) dengan manusia. Proses kontak antara
bahaya dengan manusia ini dapat terjadi melalui tiga mekanisme, yaitu:
11
1. Manusia yang menghampiri bahaya.
1. Primary Hazards
listrik.
b. Bahaya kimia, misalnya yang berkaitan dengan material/ bahan seperti anti-
c. Bahaya biologi, misalnya yang berkaitan dengan mahluk hidup yang berada
pun organisasi pada pekerjaan dan lingkungan kerja yang dapat memberi
dampak pada aspek fisik dan mental pekrja. Seperti misalnyapola kerja yang
tak beraturan, waktu kerja yang diluar waktu normal, beban kerja yang
Secondary hazard atau disebut juga bahaya sekunder adalah bahaya yang muncul
juga bisa berfungsi sebagai sumber primary hazard).Interaksi ini sering kita sebut
12
3. Physical Hazard (Bahaya Fisik)
1) Definisi
terus menerus oleh faktor fisik. Faktor fisik adalah faktor di dalam tempat
kerja yang bersifat fisika antara lain kebisingan, penerangan, getaran, iklim
kerja, gelombang mikro dan sinar ultra ungu. Faktor – faktor ini mungkin
berasal dari bagian tertentu yang dihasilkan dari proses produksi atau
2) Kebisingan
a) Definisi
Bising adalah Suara atau Bunyi yang timbul dengan tidak dikehendaki
yang memiliki sifat untuk mengganggu dan menurukan daya tangkap suara
daun telinga lalu masuk dalam liang telinga kemudian menggetarkan ge-
lombang telinga dan diubah menjadi gelombang mekanik. Pada bagian tel-
13
otak, impuls dari kedua telinga tersebut diartikan sebagai suara (Nusantara
Traisser, 2018).
dan tidak putus – putus. Bising Kontinyu dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:
1. Wide Spectrum adalah bising dengan spektrum frekuensi yang luas. Bising ini
relatif tetap dalam batas kurang dari 5 dB untuk periode0.5 detik berturut-turut
2. Norrow Spectrum adalah bising ini juga relatif tetap, akan tetapi hanya
periode relatif tenang, misalnya lalu lintas, kendaraan, kapal terbang, kereta api .
dalam waktu sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengarnya seperti suara
Sama dengan bising impulsif, hanya bising ini terjadi berulang- ulang,
14
2.8 Jenis Pengaruh / Gangguan Kebisingan Pada Pekerja
1. Gangguan Psikologis.
2. Gangguan Fisiologis.
Pada bagian ini kita akan membahas tentang cara bagaimana agar kita bisa
mengurangi resiko dari kebisingan yang terjadi pada area kerja, penjelasan ini
1. Pada Sumber:
tenang.
2. Pada Medium:
c. Memasang barrier
3. Pada Pekerja:
b. Pelindung pendengaran di tempat kerja berupa ear plug atau ear muff.
c. Unsafe action
15
1) Definisi
pura.
16
3) Infeksi Nosokomial
a) Definisi
rumah sakit dengan gejala yang baru muncul saat pasien pulang ke
nosokomial adalah:
- Pneumonia.
nosokomial adalah
17
bisa didapat dari orang lain yang ada di rumah sakit, bakteri yang
dan alat-alat di rumah sakit. Selain bakteri, jamur dan virus atau
- Kondisi Pasien
nosokomial:
- Usia
18
- Daya tahan tubuh dan penyakit yang dimiliki.
al. Keadaan akut seperti koma, gagal ginjal akut, cedera berat
(seperti habis kecelakaan atau luka bakar), dan syok juga ber-
- Faktor Lingkungan
pasien dari satu unit ke unit yang lain, dan penempatan pasien
19
perawatan di rumah sakit juga semakin meningkatkan risiko
- Cuci tangan
berpindah. Oleh karena itu penting bagi seluruh orang yang be-
rada dirumah sakit untuk mencuci tangan dengan cara dan waktu
cuci tangan:
atau feses).
20
pembersih atau disinfektan dengan frekuensi 2-3 kali per hari un-
Pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah atau pasien yang
jadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat men-
21
nyebabkan cidera atau kesakitan (tergantung dari keparahannya), kejadi-
22
18. Terpajan faktor stress mental
cabikan, dan sebagainya yang diakibatkan oleh kecelakaan. Bureau of Labor Sta-
tistics, U.S. Department of Labor (2008) menyatakan bahwa bagian tubuh yang
1. Kepala; mata.
2. Leher.
4. Alat gerak atas; lengan tangan, pergelangan tangan, tangan selain jari, jari
tangan.
5. Alat gerak bawah; lutut, pergelangan kaki, kaki selain jari kaki, jari kaki
6. Sistem tubuh.
7. Banyak bagian
mata dengan penggunaan kaca mata pelindung. Selain itu juga bisa digunakan
23
untuk menganalisis penyebab alami terjadinya cidera karena kecelakaan kerja.
Jenis cidera akibat kecelakaan kerja dan tingkat keparahan yang ditim-
(1990)1.
Adalah kematian yang disebabkan oleh cidera atau penyakit akibat kerja
Adalah suatu kejadian yang menyebabkan kematian, cacat permanen, atau ke-
hilangan hari kerja selama satu hari kerja atau lebih. Hari pada saat kecelakaan
Adalah semua jadwal masuk kerja yang mana karyawan tidak bisa masuk ker-
ja karena cidera, tetapi tidak termasuk hari saat terjadi kecelakaan. Juga ter-
masuk hilang hari kerja karena cidera yang kambuh dari periode sebelumnya.
Kehilangan hari kerja juga termasuk hari pada saat kerja alternatif setelah
kembali ke tempat kerja. Cidera fatal dihitung sebagai 220 kehilangan hari
kerja dimulai dengan hari kerja pada saat kejadian tersebut terjadi.
24
4. Tidak mampu bekerja atau cidera dengan kerja terbatas (Restricted duty) Ada-
lah jumlah hari kerja karyawan yang tidak mampu untuk mengerjakan peker-
jaan rutinnya dan ditempatkan pada pekerjaan lain sementara atau yang
Kecelakaan kerja ini tidak termasuk cidera hilang waktu kerja, tetapi kecel-
akaan kerja yang ditangani oleh dokter, perawat, atau orang yang memiliki
alat pertolongan pertama pada kecelakaan setempat, contoh luka lecet, mata
kerja atau penyakit akibat kerja kecuali kebakaran, peledakan dan bahaya
pembuangan limbah.
2006). APD adalah alat pelindung diri yang dipakai oleh tenagakerja secara
langsung untuk mencegah kecelakaan yang disebabkan oleh berbagai faktor yang
25
ada atau timbul di lingkungan kerja (Soeripto, 2008).Dari pengertian tersebut,
maka Alat Pelindung Diri (APD) dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu :
Industri. Alat pelindung diri yang termasuk dalam kelompok ini adalah alat
Jenis-jenis dan Fungsi Alat Pelindung Diri (APD) dalam (Peraturan Menteri
tajam atau benda keras yang melayang atau meluncur di udara, terpapar
Alat pelindung mata dan muka adalah alat pelindung yang berfungsi
untuk melindungi mata dan muka dari paparan bahan kimia berbahaya, paparan
benda kecil, panas, atau uap panas, radiasi gelombang elektromagnetik yang
26
mengion maupun yang tidak mengion, pancaran cahaya, benturan atau pukulan
melindungi tangan dan jari-jari tangan dari pajanan api, suhu panas, suhu
benturan, pukulan dan tergores, terinfeksi zat patogen (virus, bakteri) dan
jasad renik.
Alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi kaki dari tertimpa atau
cairan panas atau dingin, uap panas, terpajan suhu yang ekstrim, terkena bahan
7. Pakaian Pelindung
27
Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi badan sebagian atau
seluruh bagian badan dari bahaya temperatur panas atau dingin yang
cairan dan logam panas, uap panas, benturandengan mesin, peralatan dan
tidak masuk ke tempat yang mempunyai potensi jatuh atau menjaga pekerja
berada pada posisi kerja yang diinginkan dalam keadaan miring maupun
9. Pelampung
air.
Limbah menurut kamus hukum ialah sisa proses produksi; air buangan
pabrik. Limbah/perlimbahan ialah tempat rendah atau lubang yang sengaja digali
28
untuk tempat membuang air kotor; tempat rendah/lubang untuk membuang air
limbah.
adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan. Limbah merupakan buangan yang
dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah
tangga, yang lebih dikenal sebagai sampah) atau juga dapat dihasilkan oleh alam
yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki ling-
kungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Pada umumnya sesuatu yang ada
di bumi ini memiliki suatu karakteristik yang berbeda. Termasuk juga limbah
1. Berukuran mikro
menya. Contoh dari limbah yang berukuran mikro atau kecil atau bahkan tidak
biasa terlihat adalah limbah industri berupa bahan kimia yang tidak terpakai
2. Dinamis
Biasanya limbah dalam menyerbar di perlukan waktu yang cukup lama dan
tidak diketahui dengan hanya melihat saja. Hal ini dikarenakan ukuran limbah
29
Luasnya dampak yang di timbulkan oleh limbah ini merupakan efek dari
karakteristik limbah yang berukuran mikro yang tak dapat dilihat dengan mata
telanjang
a. Volume Limbah
yang fatal bahkan dapat membunuh manusia serta mahluk hidup sekitar.
30
usaha untuk mengolahnya tidak dapat maksimal dikarenakan pengolahan
Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan
rumah sakit yang terdiri dari limbah medis dan non-medis. Limbah medis adalah
limbah yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam,
kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi.
Beberapa pengaruh yang ditimbulkan oleh keberadaan limbah rumah sakit, khu-
warna yang berasal dari sedimen, larutan, bau phenol, bau feses, urin dan munta-
han yang tidak ditempatkan dengan baik dan rasa dari bahan kimia organik.
Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan
rumah sakit dalam bentuk padat, cair dan gas. Berdasarkan wujudnya, limbah
1. Limbah padat adalah limbah yang berwujud padat. Limbah padat bersifat ker-
ing, tidak dapat berpindah kecuali ada yang memindahkan. Limbah padat ini
misalnya sisa makanan, sayuran, potongan kayu, sobekan kertas, sampah plas-
2. Limbah cair adalah gabungan atau campuran dari air dan bahan-bahan pece-
mar yang terbawa oleh air, baik dalam keadaan terlarut maupun tersuspensi
31
perdagangan), sumber industri, dan pada saat tertentu tercampur dengan air
tanah, air permukaan, atau air hujan.54 Contoh limbah cair adalah berasal dari
3. Limbah gas adalah limbah (zat buangan) yang berwujud gas. Limbah gas
dapat dilihat dalam bentuk asap limbah gas selalu bergerak, sehingga penyeb-
arannya sangat luas. Contoh limbah gas adalah asap dari hasil pembakaran
limbah di incinerator.
ada yang disebut Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3), limbah
ini dapat berbentuk padat, cair dan gas. Limbah B3 ialah setiap bahan sisa
(limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan
beracun (B3) karena: Mudah meledak, maksudnya ialah limbah yang melalui
reaksi kimia dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang
1. Mudah terbakar, maksudnya ialah limbah yang apabila berdekatan dengan api,
gesekan atau sumber nyala lain akan mudah menyala atau terbakar dan apabi-
32
dan kolera yang pada pekerja dan masyarakat di sekitar lokasi pembuangan
limbah.
(terbakar) pada kulit.Bahan berbahaya dan beracun mungkin dapat kita jumpai
di rumah kita, seperti buangan produk yang tidak memenuhi standar yang
aman bagi lingkungan atau sisa bahan maupun tumpahan bahan kimia yang
Limbah benda tajam yaitu obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi,
ujung atau bagian yang menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit,
2. Limbah infeksius
3. Limbah non-infeksius
33
dengan darah dan cairan tubuh pasien.
Limbah jaringan tubuuh meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan
tubuh. Biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau autopsi. Limbah ini
man terhadap pasien lain, staff rumah sakit dan populasi umum (pengunjung
5. Limbah sitotoksik
tepat dan bahan pembersihnya harus selalu tersedia dalam ruangan peracikan.
6. Limbah farmasi
Limbah farmasi dapat berasal dari obat – obatan yang kadaluarsa, obat –
obatan yang terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau
kemasan yang terkontaminasi, obat yang tidak diperlukan lagi atau limbah
34
7. Limbah Kimia
8. Limbah radioaktif
Limbah radio aktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotape
yang berasal dari penggunaan medik atau riset raadionucleida. Limbah ini
Kebakaran adalah api yang tidak terkendali, yang berarti diluar kemampuan
dan keinginan manusia. Api tidak terjadi begitu saja tetapi merupakan suatu pros-
es kimiawi antara uap bahan bakar dengan oksigen dan bantuan panas. Teori ini
ini, kebakaran terjadi karena adanya 3 faktor yang menjadi unsur api, yaitu: bahan
bakar (fuel), sumber panas (heat), dan oksigen. Kebakaran dapat terjadi jika ketiga
unsur api tersebut saling bereaksi satu dengan lainnya. Tanpa adanya salah satu
unsur tersebut, api tidak dapat menyala. Teori ini dikembangkan oleh W.H Haess-
ler (1974). Menururt beliau, kebakaran disebabkan oleh empat faktor, yaitu, bahan
bakar, bahan pengoksidasi, suhu, dan reaksi berantai. Ke empat unsur ini disebut
Bidang Empat Api atau istilah lainnya ialah The Tetahedron of Fire (Zaini, 1998).
35
sebagai berikut:
1. Faktor Manusia
Manusia sebagai salah satu faktor penyebab kebakaran antara lain: manusia
2. FaktorTeknis
Kebakaran juga dapat disebabkan oleh faktor teknis khususnya kondisi tidak
a. Proses fisik/mekanis
Faktor penting yang menjadi peranan dalam proses ini adalah timbulnya
panas akibat kenaikan suhu atau timbulnya bunga api, misalnya pekerjaan
perbaikan dengan menggunakan mesin las atau kondisi instalasi listrik yang
b. Proseskimia
3. Faktor Alam
Salah satu faktor penyebab adanya kebakaran dan peledakan akibat faktor alam
36
adalah petir dan gunung meletus yang dapat menyebabkan kebakaran hutan
yang luas dan juga perumahan – perumahan yang dilalui oleh lahar panas dan
lain-lain (Anonim,2010).
37
BAB III
Motto :
“ Kepuasan anda adalah kebanggaan kami”
Falsafah Pelayanan :
1. Setiap pasien adalah mahluk sesama ciptaan Allah yang harus dikasihi melalui
pelayanan kesehatan yang berkualitas secara professional dengan hati tulus, hangat dan
bersahabat.
38
2. Memberikan pelayanan yang professional dan bermutu.
3. Melakukan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan.
Tujuan Pelayanan :
1. Mewujudkan kasih kepada sesama melalui pelayanan kesehatan yang berkualitas untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal
2. Sebagai rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar
pelayanan kesehatan secara professional
3. Sebagai rumah sakit yang mampu menjadi rujukan masyarakat yang memiliki
pelayanan berkualitas, penuh cinta kasih yang tulus, hangat dan bersahabat
Budaya Kerja (Corporate Culture) : (PAS3)
1. Profesional
2. Berpikir Cerdas
3. Bekerja Tuntas
Beramal Ikhlas
3.3 Visi dan Misi
VISI
“ Menjadi rumah sakit pilihan utama masyarakat dengan pelayanan yang berkualitas
kebanggaan masyarakat Sumatera Selatan di tahun 2022 “
Misi :
Memberikan Pelayanan Kesehatan Yang Berkualitas Dan Bermutu
Meningkatkan Kualitas Pengembangan SDM Yang Professional
Meningkatkan Dan Mengembangkan Kualitas Sarana Dan Prasarana Rumah Sakit
39
pelatihan yang berkesinambungan.
Dokter Spesialis
Rumah Sakit Bunda Palembang memiliki ± 53 Dokter spesialis, meliputi Spesialis
Kandungan, Anak, Penyakit Dalam, Bedah Umum, Bedah Ortopedi, Saraf, Mata, THT,
Kulit dan Kelamin, Jantung, Gigi, Akupuntur Medik, Radiologi, Anastesi, Patologi
Klinik.
Dokter Jaga
Tim dokter jaga yang berada di RS. Bunda Palembang 24 jam setiap hari, untuk
menangani pasien di Instalasi Gawat Darurat.
Staf Keperawatan
RS. Bunda Palembang merekrut perawat terbaik dengan seleksi yang ketat dan
memberikan pelatihan dan pendidikan intensif, sehingga mereka mempunyai kecakapan
secara teknis dan medis dan mempunyai sikap perhatian dan ramah terhadap seluruh
pasien.
Staf lainnya
RS. Bunda Palembang memiliki Sub Bagian Sumber Daya Manusia dan Diklat yang
bertugas untuk melaksanakan pendidikan, pelatihan, dan penilaian yang
berkesinambungan kepada seluruh staf. Seluruh jajaran staf kami mulai dari resepsionis,
keperawatan, keamanan sampai dengan staf urusan administari dan pemeliharaan
disiapkan untuk selalu memberikan bantuan dan pelayanan terbaik demi kenyamanan dan
kepuasan pelanggan.
RS Bunda Palembang dalam operasionalnya, didukung oleh Tim Pencegahan Penyakit
Infeksi (PPI), yaitu untuk pengendalian, pengawasan dan pencegahan terhadap infeksi
atau kontaminasi kuman penyakit. IPSRS, untuk mengatur perawatan, perbaikan, dan
pengkalibrasian alat-alat medis yang digunakan, pemeliharaan semua peralatan listrik,
AC, dan kebersihan & perawatan sarana bangunan lainnya. Didukung pula Sub Bagian
Marketing, Gizi, Security, Laundry, dan Administrasi - Keuangan dalam operasional
sehari-hari.
Mitra/
No. Kualifikasi Jumlah Tetap
Kontrak
1 Dokter Umum 19 3 16
40
2 Dokter Gigi 3 2 1
3 Dokter Spesialis
A. Kebidanan & Penyakit kandungan 9 3 6
B. Penyakit Anak 10 3 7
C. Penyakit Dalam 5 0 5
D. Bedah Umum 3 1 2
E. Penyakit Saraf 3 0 3
F. Penyakit Mata 2 0 2
G. Penyakit THT 5 0 5
H. Penyakit Kulit dan Kelamin 3 0 3
I. Penyakit Jantung 2 0 2
J. Radiologi 1 0 1
K. Anastesi 2 0 2
L. Paru – Paru 1 0 1
M. Onkologi 1 0 1
N. Rehabilitasi Medik 1 0 1
O. Patologi Klinik 1 0 1
P. Gigi 3 0 3
Q. Gigi (Spesialis Penyakit Mulut) 1 0 1
4 Tenaga Keperawatan
A. Perawat 100 21 79
B. Perawat Gigi 2 0 2
C. Bidan 31 2 29
5 Tenaga Kesehatan
A. Apoteker 3 0 3
B. Asisten Apoteker 16 2 14
C. ATLM 12 1 11
D. Radiografer 4 0 4
E. Nutrisionis 4 0 4
F. Fisioterapis 4 0 4
G. Rekam Medik 2 0 2
H. Sanitarian 2 0 2
I. Elektromedika 1 0 1
6 Tenaga Non Kesehatan 71 21 50
Total 327 59 268
4.1 Prasarana
41
4.2 Fasilitas Rumah Sakit
Bangunan Rumah Sakit Bunda Palembang terbagi menjadi 4 bagian :
Blok A
- Lantai 1 : Pendaftaran, Poliklinik Rawat Jalan dan Instalasi
Farmasi
- Lantai 2 : Poliklinik Rawat Jalan (Khusus Poli Anak)
Blok B
- Lantai 1 : Poliklinik Rawat Jalan
- Lantai 2 : MCU
- Lantai 3 : Ruang Perawatan
Blok C
- Basement, Area Parkir dan IPSRS
- Lantai 1 : Pendaftaran, Informasi, Lobi dan IGD
- Lantai 2 : Kamar Operasi (OK)
- Lantai 3, 4, 5, 6, 7 : Kamar Perawatan
- Lantai 8 : Rehabilitasi Medik (Fisioterapi), Hemodialisa*
Blok D
- Lantai 1 : Laboratorium, Radiologi dan Instalasi Farmasi
- Lantai 2 : Kamar Bersalin (VK), Ruang Perawatan
ICU/NICU/PICU.
- Lantai 3 : Ruang Perawatan
- Lantai 4 : Administrasi dan Aula
4.3 Fasilitas K3
4.4 Fasilitas Limbah
42
BAB IV
PENGKAJIAN
DATAUMUM
NURSE STATION
TANGGA
DARURAT
316 313
LIFT
PANTRY
318 315
Data Jumlah Pegawai : 9 orang
JenisKelamin : 9 perempuan
HariKerja : shift 2 hari pagi, 2 hari sore, 2 hari malam dan 2 hari libur.
Pagi (07.00-14.00),
Siang (14.00-21.00),
Malam (21.00-07.00)
43
I. PROSES KERJA PROSEDUR KERJA : (Dalam bentuk skema/bagan)
a. Fungsi ruang di tempat kerja :
Ruang perawat : tempat pasien dirawat
Ruang perawat : tempat pasien melakukan
b. Macamkerja / carakerja : menerima pasien - rawat inap - visit dokter –
tindakan - terapi obat - administrasi – perawat
keluar pulang, rujuk, meninggal.
II. FASILITAS KESEHATAN
1. TempatSampah : Ada / Tidak *)
- Pemisahan limbah padat, cair dan infeksius di RS :……………. Ada/ Tidak*)
2. KamarMandi : Ada / Tidak
3. Tempat Istirahat : Ada / Tidak, Jumlah …………………….
4. Tempat Cuci Tangan / wastafel : Ada / Tidak, Jumlah …………………….
- Ketersediaanhasil : Cukup / Kurang
- Kebersihan : Cukup / Kurang
44
IV. IDENTIFIKASI PENILAIAN TINGKAT RESIKO DAN PERENCANAAN PENGENDALIAN K3 RUMAH
SAKIT
Upaya Rekomendasi
Identifikasi pengendalian
No. Resiko yang ditimbulkan Tingkat Resiko
Hazard yang telah Tupen Tupan
dilakukan
Fisik, contoh : Suara bising,
1. Fisik
Getaran, Panas, Debu, Listrik
43
Menerima pasien dari IGD - Rawat Inap – Visite Dokter – Tindakan – Pasien Keluar
– Pasien Meninggal/Rujuk – administrasi.
Tempat Sampah : Ada
- Pemisahan limbah padat, cair dan infeksius di RS Ada
Kamar Mandi : Ada
Tempat Istirahat : Ada
Tempat Cuci Tangan / wastafel : Ada / Tidak, Jumlah
- Ketersediaan hasil : Cukup
- Kebersihan : Cukup
FASILITAS / ALAT K3 : Ada
Bila ada Sebutkan : Jenis, jumlah dan perhatikan 4 P (Penyediaan,
pendistribusian, penggunaan dan pemeliharaan)
44
IDENTIFIKASI PENILAIAN TINGKAT RESIKO DAN PERENCANAAN PENGENDALIAN K3 RUMAH SAKIT
Unit Bagian : Ruang KEBIDANAN RS Bunda Palembang
No. Identifikasi Hazard Resiko yang Tingkat Upaya pengendalian Rekomendasi
ditimbulkan Resiko yang telah dilakukan Tupen Tupan
1. Fisik: Tertusuk, tersayat, Sedang Penggunaan APD Dapat Tidak terjadi
Benda Tajam, alatmedis cedera melindungi cidera di
pegawai dari rumah sakit
cidera alat
medis
2. Biologi: Infeksi hepatitis, tbc, Berat Penggunan APD Dapat Tidak tertular
Mikroorganisme, virus, influenza, hiv, melindungi dari penyakit
bakteridll ebola, jamur, covid- pegawai dari yang lainnya
19 bakteri dan
virus
3. Kimia: Gangguan SSP, Berat Penggunaan APD Terhindar dari Tidak terjadi
Mercuri, clorin ginjal, dermatitis Penggunaan bahan zat kimia kecelakaan
kimia seminimal kerja dari zat
mungkin, melakukan kimia
sosialisasi tentang
resiko zat kimia
4. Ergonomi: Musculodkeletal Sedang Penggunaan APD Terhindar dari Tercapainya
Bekerja sesuai dengan kecelakaan keserasian
Posisi janggal disorder SOP kerja anatara
pekerja
dengan
perkerjaannya
dan sebaliknya
sehingga
terhindar dari
penyaki
takibat kerja
5. Psikologi: Stress kerja Sedang Penggunaan APD Tidak tertular Kesehatan
Takut tertularnya penyakit pegawai
penyakit, jam kerja terjamin
6. Unsafe condition Kesehatan Sedang Menyediakan ruangan Pegawai rileks Kesehatan
Tidak ada ruang terganggu/stress istirahat dalamberkerja terjamin
istirahat
7. Unsafe action Cidera tertular Berat Memonitor pegawai Tidak tertular Tidak
Tidak memilah anatara penyakit untuk membuang alat dari penyakit tertularnya
sampah medis dan non medis pada tempat penyakit
medis yang tersedia
Catatan : Rekomendasi mengacu yang sebelumny
PENGENDALIAN KEBAKARAN
Nama Rumah Sakit : Rumah Sakit Bunda Palembang
Unit Kerja / Bagian :
Tanggal Pemeriksaan : 12 Febuari 2022
II. AlatPemadanKebakaran :
1. APAR 52
Jenis : Powses
Jumlah : 1 di ruangan
Penempatan : di tempatkan di setiap unit
53
V. PEMERIKSAAN SWOT KEPERAWATAN K3
Tersedianya obat-obatan yang cukup hendscoon dan alat dan sarana pengembangan secara
Dari hasil ientifikasi hazard yang telah dilakukan bahwa di masa pandemi terutama
covid-19 mengakibatkan resiko infeksi dari pasien ke perawat atau sebaliknya dan
lingkungan ( Masih kurangnya APD terutama hendscoon. Dari hasil identifikasi
hazard yang telah dilakukan oleh kelompok kami merekomendasikan kepada karu
masing-masing ruangan untuk penambahan handscoon.
V.1.2 Hazard Unsafe condition
Dari hasil ientifikasi hazard yang telah dilakukan bahwa hazard di rumah sakit
bunda palembang Perawat tidak menggunakan APD handscoon.Dari hasil
identifikasi hazard yang telah dilakukan oleh kelompok kami merekomendasikan
kepada karu masing-masing ruangan Penyediaan APD terutama hendscoon dan
masker.
57
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Aplikasi penerapan Sistem Manajemen K3 di Rumah Sakit adalah suatu proses
kegiatan yang dimulai dengan tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengendalian yang bertujuan untuk membudayakan K3 di Rumah Sakit. Peraturan SMK3RS
sudah merupakan pedoman disetiap rumah sakit di Indonesia. Tetapi dalam pelaksanaannya
belum dilakukan dengan semestinya, dikarenakan dengan berbagai faktor yang ada di lapangan
menunjukkan masih banyak kecelakaan yang terjadi di Rumah Sakit. Hal tersebut dikarenakan
banyaknya pegawai yang masih lalai untuk mematuhi peraturan yang telah dibuat. Meskipun
pihak rumah sakit telah membuat peraturan yang sesuai dengan acuan peraturan menteri
kesehatan aplikasi SMK3 tidak akan terwujud dengan baik karena rendahnya kesadaran dari
pihak terkaitnya.
3.2 Saran
Agar management k3 dirumah sakit dapat diaplikasikan sesuai regulasi yang telah ada,
harus ada dukungan dari pihak-pihak yang terkait seperti Direktur Rumah Sakit itu sendiri
sampai pada para pegawainya. Bukan hanya peraturan yang harus ada didalam rumah sakit itu
sendiri, tapi sikap dari para pegawainya harus memahami terlebih dahulu apa bahaya akibat
kerja di rumah sakit. Agar pegawai RS lebih bisa mentaati peraturan yang ada dan lebih sadar
akan bahaya yang ada di RS tempatnya bekerja. Sehingga dapat mengurangi angka kecelakaan
akibat kerja di RS.
58
BAB V
PEMBAHASAN
Alat Pelindung Diri adalah alat-alat yang mampu memberikan perlindungan terhadap
pan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga
upaya terakhir dalam usaha melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engi-
neering) dan administratif tidak dapat dilakukan dengan baik.Namun pemakaian APD
bukanlah pengganti dari usaha tersebut, namun sebagai usaha akhir.Alat Pelindung
mungkin ditimbulkan, oleh karena itu, APD dipilih secara hati-hati agar dapat me-
Demikian hasil diskusi yang telah kami lakukan di ruang laumdry rumah sakit Mu-
50
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Standar Akreditasi Rumah Sakit, edisi 1. Jakarta.
Universitas Airlangga.
Graha Ilmu.
LAMPIRANFASILITAS KESEHATAN
1. Tempat sampah : Ada
Dokumentasi :