Anda di halaman 1dari 63

LAPORAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT BUNDA PALEMBANG


Tugas pada Mata Kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Program Studi Ilmu Keperawatan Ners

Di susun oleh :

Indah sari pendra 21149011016

Ners REG A1

Pembimbing Akademik:
Ns. Kardewi , S.Kep., M. Kes

PROGRAM STUDI ILMU


KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN BINA
HUSADA 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

menganugerahkan banyak nikmat sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini

dengan baik. Laporan ini berisi tentang identifikasi hazard, SWOT ,POA, dan

hasil identifikasi hazard.

Laporan ini kami susun secara cepat dengan bantuan dan dukungan

berbagai pihak diantaranya; Pembimbing akademik Ns Kardewi S.Kep.M.Kes dan

Pembimbing klinik.

Oleh karena itu kami sampaikan terima kasih atas waktu, tenaga dan

fikirannya yang telah diberikan. Dalam penyusunan laporan ini, kami menyadari

bahwa hasil laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Sehingga kami selaku

penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca

sekalian.Akhir kata Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat untuk ke-

lompok kami khususnya, bagi mahasiswa dan bagi RS Bunda Palembang.

Palembang, 08 Februari 2022

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kesehatan kerja merupakan bagian dari kesehatan masyarakat atau aplikasi

kesehatan masyarakat didalam suatu masyarakat pekerja dan masyarakat ling-

kungannya. Kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya

untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah

tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya

untuk menuju masyarakat adil dan makmur (Dr. Osha, 2017). Kesehatan kerja

bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik, men-

tal, dan sosial bagi masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungan perusahaan

tersebut, melalui usaha preventif, promotif dan kuratif terhadap penyakit-penyakit

atau gangguan-gangguan kesehatan akibat kerja atau lingkungan kerja (Akbar,

2018).Kesehatan kerja ini merupakan terjemahan dari “occupational health” yang

cenderung diartikan sebagai lapangan kesehatan yang mengurusi masalah-masalah

kesehatan secara menyeluruh bagi masyakat pekerja.Menyeluruh dalam arti

usaha-usaha preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitative, hygiene, penyesuaian

faktor manusia terhadap pekerjaannya dan sebagainya (Notoadmodjo dalam HSP,

2011).

Hazard adalah segala sesuatu yang dapat berpotensi menjadi bahaya bahkan

accident atau incident (TriganaAir, 2005). Bahaya potensial di rumah sakit yang

3
disebabkan oleh faktor biologi, faktor kimia, faktor ergonomic, faktor fisik, faktor

psikososial dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan akibat kerja bagi peker-

ja, pengunjung, pasien dan masyarakat di lingkungan sekitarnya (KMK 4322007

dalam PERSI, 2007).

Pekerja rumah sakit mempunyai resiko lebih tinggi dibanding pekerja indus-

try lain untuk terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan kecelakaan kerja

(KAK) (RSUDZA, 2017).

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Melaporkan Hazard (bahaya) yang ditemukan saat melakukan identifikasi

hazard di ruang Kebidanan RS Bunda Palembang

1.2.2 Tujuan Khusus

Memberikan saran atau rekomendasi pencegahan dan penanggulangan ter-

hadap hazard yang ditemukan di ruang ruang Kebidanan RS Bunda Palembang.

1.3 Peserta dan Pembimbing

Kegiatan diikuti oleh mahasiswa Program Ilmu keperawatan STIK Bina

Husada Palembang, Pembimbing Akademik, Pembimbing Klinik, serta Pegawai /

Petugas yang terkait.

1.4 Waktu &Tempat

Tanggal : 3 Februari – 19 Februari 2022

Waktu : 07.00 – 21.00

4
Tempat : Ruang Kebidanan RS Bunda Palembang

1.5 Manfaat praktikum

1.5.1 Bagi mahasiswa

Sebagai acuan bagi mahasiswa agar mengetahui pentingnya menggunakan

alat pelindung diri saat melakukan tindakan.

1.5.2 Bagi Rumah Sakit

Diskusi ini sebagai bahan evaluasi dalam penyediaan APD bagi perawat dan

petugas lainnya

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Standar Pelayanan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit

(K3RS)

Rumah Sakit merupakan salah satu tempat kerja, yang wajib melaksanakan

program K3RS yang bermanfaat baik bagi pekerja, pasien, pengunjung, maupun

bagi masyarakat di lingkungan sekitar rumah sakit.Pelayanan K3RS harus dil-

aksanakan secara terpadu melibatkan berbagai komponen yang ada di Rumah Sa-

kit.Pelayanan K3 di Rumah Sakit sampai saat ini dirasakan belum maksimal.Hal

ini dikarenakan masih banyak Rumah Sakit yang belum menerapkan sistem Ma-

najemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).

2.1.1 Standar pelayanan keselamatan kerja di Rumah Sakit

Pada prinsipnya pelayanan keselamatan kerja berkaitan erat dengan sarana,

prasarana, dan peralatan kerja. Bentuk pelayanan keselamatan kerja yang dil-

akukan yang dilakukan:

1. Pembinaan dan pengawasan keselamatan/keamanan sarana, prasarana, dan

peralatan kesehatan:

a. Melengkapi perizinan dan sertifikasi sarana dan prasarana serta peralatan

kesehatan.

b. Membuat program dan melaksanakan pemeliharaan rutin dan berkala sarana

dan prasarana serta peralatan kesehatan.

c. Melakukan peneraan/kalibrasi peralatan kesehatan.

6
d. Pembuatan SOP untuk pengoperasian, pemeliharaan, perbaikan, dan kali-

brasi terhadap peralatan kesehatan

2. Pembinaan dan pengawasan atau penyesuaian peralatan kerja terhadap pekerja:

a. Melakukan identifikasi dan penilaian resiko ergonomic terhadap peralatan

kerja dan pekerja.

b. Membuat program, melaksanakan kegiatan, evaluasi dan pengandalian

resiko ergonomic.

c. Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja:

1) Manajemen harus menyediakan dan menyiapkan lingkungan kerja yang

memenuhi syarat fisik, kimia, biologi, ergonomi, dan psikososial.

2) Pemantauan/pengukuran terhadap factor fisik, kimia, biologi, ergonomi,

dan psikososial secara rutin dan berkala.

3) Melakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi untuk memperbaiki

lingkungan kerja

d. Pembinaan dan pengawasan terhadap sanitsi air:

Manajemen harus menyediakan, memelihara, mengawasi sarana dan prasa-

rana sanitair, yang memenuhi syarat yang meliputi:

1) Penyehatan makanan dan minuman.

2) Penyehatan air.

3) Penyehatan tempat pencucian.

4) Penanganan sampah dan limbah.

5) Pengendalian serangga dan tikus.

6) Sterilisasi dan disinfeksi.

7
7) Perlindungan radiasi.

8) Upaya penyuluhan kesehatan lingkungan

e. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan keselamatan kerja:

1) Pembuatan rambu-rambu arah dan tanda-tanda keselamatan.

2) Penyediaan peralatan keselamatan kerja dan Alat Pelindung Diri

(APD).

3) Membuat SOP peralatan keselamatan kerja dan APD.

4) Melakukan pembinaan dan pemantauan terhadap kepatuhan penggua-

naan peralatan keselamatan dan APD

f. Pelatihan/penyuluhan keselamatan kerja untuk semua pekerja:

1) Sosialisasi dan penyuluhan keselamatan kerja bagi seluruh pekerja.

2) Melaksanaan pelatihan dan sertifikasi K3RS kepada petugas K3RS

g. Member rekomendasi/masukan mengenai perencanaan, pembuatan tempat

kerja, dan pemilihan alat serta pengadaannya terkait kesela-

matan/keamanan:

1) Melibatkan petugas K3RS di dalam perecanaan, pembuatan, pemilihan

serta pengadaan sarana, prasarana, dan peralatan keselamatan kerja.

2) Membuat evaluasi dan rekomendasi terhadap kondisi sarana, prasarana,

dan peralatan keselamatan kerja

h. Membuat sistem pelaporan kejadian dan tindak lanjutnya

1) Membuat alur pelaporan kejadian nyaris celaka dan celaka

2) Membuat SOP pelaporan, penanganan dan tindak lanjut kejadian nyaris

celaka (near miss) dan celaka

8
i. Pembinaan dan pengawasan Managemen Sistem Penanggulangan Keba-

karan (MSPK)

1) Manajemen menyediakan sarana dan prasarana pencegahan dan pe-

nanggulangan kebakaran.

2) Membuat tim penanggulangan kebakaran.

3) Membuat SOP.

4) Melakukan sosialisasi dan pelatihan pencegahan dan penanggulangan

kebakaran.

5) Melakukan audit internal terhadap sistem pencegahan dan penanggu-

langan kebakaran

j. Membuat evaluasi, pencatatan dan pelaporan kegiatan pelayanan kesela-

matan kerja yang disampaikan kepada direktur RS dan unit tekhnis terkait

di wilayah kerja RS:

1) Data sarana, prasarana, dan peralatan keselamatan kerja.

2) Data perizinan.

3) Data kegiatan pemantauan keselamatan kerja.

4) Data pelatihan dan sertifikasi.

5) Data petugas kesehatan RS yang berpendidikan formal kesehatan kerja,

sudah dilatih kesehatan dan keselamatan kerja dan sudah dilatih tentang

diagnosis PAK.

6) Data kejadian nyaris celaka (near miss) dan celaka.

7) Data kegiatan pemantauan kesehatan lingkungan kerja.

9
2.1.2 Standar Pelayanan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit

Setiap Rumah Sakit wajib melaksanakan pelayanan kesehatan kerja seperti

tercantum pada pasal 23 dalam UU Kesehatan No. 22 tahun 1992 dan Peraturan

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. 03/men/1982 tentang pelayanan

kesehatan kerja. Adapun bentuk pelayanan kesehatan kerja yang perlu dilakukan

adalah sebagai berikut:

1. Melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum kerja bagi pekerja:

a. Pemeriksaan fisik.

b. Pemeriksaan penunjang dasar (foto thorak, laboratorium rutin, EKG).

c. Pemeriksaan khusus sesuai dengan jenis pekerjaannya

2. Melaksanakan pendidikan dan penyuluhan/pelatihan tentang kesehatan kerja

dan memberikan bantuan kepada pekerja di Rumah Sakit dalam penyesuaian

diri baik fisik maupun mental terhadap pekerjaannya. Yang diperlukan antara

lain:

a. Informasi umum RS dan fasilitas atau sarana yang terkait dengan K3.

b. Informasi tentang resiko dan bahaya khusus di tempat kerjanya.

c. SOP kerja, SOP peralatan, SOP pengguanaan Alat Pelindung Diri dan

kewajibannya.

d. Orientasi K3 di tempat kerja.

e. Melaksanakan pendidikan, pelatihan, ataupun promosi/penyuluhan

kesehatan kerja secara berkala dan berkesinambungan sesuai kebutuhan

dalam rangka menciptakan budaya K3

10
3. Melakukan pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus sesuai dengan pa-

janan di RS:

a. Setiap pekerja RS wajib mendapat pemeriksaan berkala minimal setahun

sekali.

b. Sedangkan untuk pemeriksaan khusus disesuaikan dengan jenis dan besar

pajanan serta umur dari pekerja tersebut.

c. Adapun jenis pemeriksaan khusus yang perlu dilakukan antara lain sebagai

berikut:

1) Pemeriksaan audiometric untuk pekerja yang terpajan bising

2) Pemeriksaan gambaran darah tepi

3) Melakukan upaya preventif, vaksinasi hepatitis B pada pekerja yang

terpajan produk tubuh manusia

4) Pemeriksaan HBsAG dan HIV untuk pekerja yang berhubungan dengan

darah dan produk tubuh manusia

5) Pemeriksaan fungsi paru untuk pekerja yang terpajan debu

2.2 Hazard (Bahaya)

2.2.1 Definisi

Bahaya (hazard) adalah faktor intrinsik yang melekat pada sesuatu (bisa pa-

da barang ataupun suatu kegiatan maupun kondisi). Bahaya ini akan tetap menjadi

bahaya tanpa menimbulkan dampak/ konsekuensi ataupun berkembang menjadi

accident bila tidak ada kontak (exposure) dengan manusia. Proses kontak antara

bahaya dengan manusia ini dapat terjadi melalui tiga mekanisme, yaitu:

11
1. Manusia yang menghampiri bahaya.

2. Bahaya yang menghampiri manusia melalui proses alamiah.

3. Manusia dan bahaya saling menghampiri.(HSP, 2011)

2.3 Jenis bahaya

Berdasarkan jenisnya, bahaya dapat diklasifikasikan atas:

1. Primary Hazards

a. Bahaya fisik, misalnya yang berkaitan dengan peralatan seperti bahaya

listrik.

b. Bahaya kimia, misalnya yang berkaitan dengan material/ bahan seperti anti-

septik, aerosol, insektisida, dan lain-lain.

c. Bahaya biologi, misalnya yang berkaitan dengan mahluk hidup yang berada

di lingkungan kerja seperti virus dan bakteri.

d. Bahaya psikososial, misalnya yang berkaitan aspek sosial psikologis mau-

pun organisasi pada pekerjaan dan lingkungan kerja yang dapat memberi

dampak pada aspek fisik dan mental pekrja. Seperti misalnyapola kerja yang

tak beraturan, waktu kerja yang diluar waktu normal, beban kerja yang

melebihi kapasitas mental, tugas yang tidak berfariasi, suasana lingkungan

kerja yang terpisah atau terlalu ramai dll sebagainya (HSP,2011)

2. Secondary hazard (bahaya sekunder)

Secondary hazard atau disebut juga bahaya sekunder adalah bahaya yang muncul

sebagai akibat terjadinya interaksi antara komponen-komponen pekerjaan (yang

juga bisa berfungsi sebagai sumber primary hazard).Interaksi ini sering kita sebut

sebagai pekerjaan/ sistem kerja (HSP, 2011).

12
3. Physical Hazard (Bahaya Fisik)

1) Definisi

Bahaya fisik merupakan potensi bahaya yang dapat menyebabkan

gangguan – gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar secara

terus menerus oleh faktor fisik. Faktor fisik adalah faktor di dalam tempat

kerja yang bersifat fisika antara lain kebisingan, penerangan, getaran, iklim

kerja, gelombang mikro dan sinar ultra ungu. Faktor – faktor ini mungkin

berasal dari bagian tertentu yang dihasilkan dari proses produksi atau

produk samping yang tidak diinginkan (Nusantara Traisser, 2018).

2) Kebisingan

a) Definisi

Bising adalah Suara atau Bunyi yang timbul dengan tidak dikehendaki

yang memiliki sifat untuk mengganggu dan menurukan daya tangkap suara

pada pendengaran orang lain (WHS dalam Nusantara Traisser, 2018).

b) Cara Telinga Manusia Mendengar

Getaran, menimbulkan gelombang bunyi yang kemudian ditangkap oleh

daun telinga lalu masuk dalam liang telinga kemudian menggetarkan ge-

lombang telinga dan diubah menjadi gelombang mekanik. Pada bagian tel-

inga terdapat tulang pendengaran di telinga tengah: malleus, incus, dan

stapes. Gendang telinga menggetarkan tulang pendengaran dan kemudian

meneruskannya ke telinga dalam. Getaran Cairan di dalam koklea/rumah

siput merangsang sel-sel rambut menghasilkan impuls bioelektrik,Impuls

listrik dari sel-sel rambut diteruskan ke otak oleh syaraf pendengaran, Di

13
otak, impuls dari kedua telinga tersebut diartikan sebagai suara (Nusantara

Traisser, 2018).

c) Berbagai Macam Jenis Kebisingan

2.4 Bising Kontinyu

Merupakan bising di mana fluktuasi dari intensitasnya tidak lebih dari 6 dB

dan tidak putus – putus. Bising Kontinyu dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:

1. Wide Spectrum adalah bising dengan spektrum frekuensi yang luas. Bising ini

relatif tetap dalam batas kurang dari 5 dB untuk periode0.5 detik berturut-turut

: Suara kipas angin, mesin, dll.

2. Norrow Spectrum adalah bising ini juga relatif tetap, akan tetapi hanya

mempunyai frekuensi tertentu saja (frekuensi 500, 1000, 4000) misalnya

gergaji sirkuler, katup gas

2.5 Bising Intermitten (Putus–Putus)

Yaitu bising yang berlangsung secara tidak terus-menerus, melainkan ada

periode relatif tenang, misalnya lalu lintas, kendaraan, kapal terbang, kereta api .

2.6 Bising Impulsif (Mendadak)

Yaitu jenis bising yang memiliki perubahan intensitas suara melebihi 40 dB

dalam waktu sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengarnya seperti suara

tembakan suara ledakan mercon, meriam.

2.7 Bising Impulsif Continue

Sama dengan bising impulsif, hanya bising ini terjadi berulang- ulang,

misalnya mesin tempa.

14
2.8 Jenis Pengaruh / Gangguan Kebisingan Pada Pekerja

1. Gangguan Psikologis.

2. Gangguan Fisiologis.

3. Gangguan Pada Komunikasi.

4. Gangguan Pada Bagian Pendengaran

2.9 Proteksi Terhadap Bising

Pada bagian ini kita akan membahas tentang cara bagaimana agar kita bisa

mengurangi resiko dari kebisingan yang terjadi pada area kerja, penjelasan ini

akan dibagi menjadi 3 bagian:

1. Pada Sumber:

a. Mengganti peralatan yang menjadi sumber bising dengan yang lebih

tenang.

b. Memasang peredam pada sumber.

c. Mengisolir sumber bising

2. Pada Medium:

a. Menambah jarak antara orang dengansumber.

b. Mengurangi durasi paparan.

c. Memasang barrier

3. Pada Pekerja:

a. Menggunakan pelindung pendengaran pada pekerja di area bising.

b. Pelindung pendengaran di tempat kerja berupa ear plug atau ear muff.

c. Unsafe action

15
1) Definisi

Unsafe Action merupakan tindakan manusia yang tidak mengindahkan

faktor – faktor penyelamatan sehingga dapat menyebabkan kecelakaan

kerja (Dewi, 2013).

2) Perilaku/ Perbuatan Berbahaya (Unsafe Action)

Adapun untuk Perilaku adalah perilaku/ Perbuatan Berbahaya (Unsafe

Action) antara lain (Dewi, 2013):

a) Melakukan tindakan tanpa mempunyai kewenangan.

b) Menjalankan Pekerjaan yang tidak sesuai dengan keahliannya.

c) Lalai menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) atau hanya berpura-

pura.

d) Mengangkut beban yang berlebihan.

e) Bekerja berlebihan atau melebihi jam kerja.

f) Mengambil posisi pada tempat yang berbahaya.

g) Lalai memberikan peringatan atau lupa mengamankan tempat kerja.

h) Bersenda gurau tidak pada tempatnya.

i) Memaksakan diri untuk bekerja walaupun sakit.

j) Merancang /memasang peralatan tanpa pengaman.

k) Sikap tubuh (Faktor Ergonomi) yang tidak tepat(Dewi, 2013)

16
3) Infeksi Nosokomial

a) Definisi

Infeksi nosokomial adalah istilah yang merujuk pada suatu infeksi

yang berkembang di lingkungan rumah sakit.Artinya, seseorang

dikatakan terkena infeksi nosokomial apabila penularannya didapat

ketika berada di rumah sakit.Termasuk juga infeksi yang terjadi di

rumah sakit dengan gejala yang baru muncul saat pasien pulang ke

rumah, dan infeksi yang terjadi pada pekerja di rumah sakit.

Beberapa penyakit yang paling sering terjadi akibat infeksi

nosokomial adalah:

- Infeksi aliran darah primer (IADP).

- Pneumonia.

- Infeksi saluran kemih (ISK).

- Infeksi luka operasi (ILO).

b) Penyebab dan Faktor Risiko Infeksi Nosokomial

Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang dapat terkena infeksi

nosokomial adalah

- Patogen (bakteri, jamur, virus, parasit)

Jumlah dan virulensi (kekuatan) bakteri yang tinggi, serta re-

sistensi bakteri terhadap antibiotik dapat meningkatkan risiko ter-

jadinya infeksi nosokomial.Umumnya, infeksi nosokomial

disebabkan oleh bakteri yang ada di rumah sakit. Bakteri tersebut

17
bisa didapat dari orang lain yang ada di rumah sakit, bakteri yang

menjadi flora normal (bakteri yang secara normal ada di dalam

tubuh dan pada keadaan normal tidak menyebabkan gangguan)

orang itu sendiri, atau bakteri yang mengontaminasi lingkungan

dan alat-alat di rumah sakit. Selain bakteri, jamur dan virus atau

parasit juga dapat menjadi penyebab infeksi nosokomial.Yang

dimaksud dengan bakteri yang resisten adalah ketika antibiotik

menjadi kurang efektif untuk membunuh bakteri tersebut.Hal ini

disebabkan oleh penggunaan antibiotik yang tidak sesuai dengan

anjuran dokter. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat akan

mengakibatkan bakteri yang ada di dalam tubuh manusia berubah

karakter dan menjadi tahan terhadap antibiotik. Rumah sakit

merupakan tempat beragam jenis pasien, sehingga bakteri yang

resisten tersebut dapat menyebar di lingkungan rumah sakit dan

akan lebih sulit untuk ditangani bila menjangkiti seseorang.

- Kondisi Pasien

Selain bakteri, kondisi dari pasien tersebut juga memengaruhi

dapat atau tidaknya terkena infeksi nosokomial. Beberapa kondi-

si pasien yang membuat lebih mudah terserang infeksi

nosokomial:

- Usia

Pasien lansia (usia di atas 70 tahun) dan bayi lebih mudah

terserang infeksi nosokomial.

18
- Daya tahan tubuh dan penyakit yang dimiliki.

Pasien dengan penyakit kronis seperti diabetes, gagal ginjal, dan

kanker meningkatkan risiko seseorang terkena infeksinosokomi-

al. Keadaan akut seperti koma, gagal ginjal akut, cedera berat

(seperti habis kecelakaan atau luka bakar), dan syok juga ber-

kontribusi dalam meningkatkan risiko infeksi nosokomi-

al.Kondisi yang mengakibatkan daya tahan tubuh turun seperti

pada penyakit HIV/AIDS, malnutrisi, dan menggunakan obat-

obatan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh. (misalnya:

immnunosuppresant, kemoterapi) akan meningkatkan risiko

terkena infeksi nosokomial.

- Prosedur yang dilakukan terhadap pasien

Prosedur seperti tindakan operasi, pemasangan alat bantu napas

(ventilator), endoskopi, atau kateter meningkatkan risiko

seseorang untuk terkena infeksi nosokomial melalui kontaminasi

langsung dengan alat yang masuk ke dalam tubuh.

- Faktor Lingkungan

Lingkungan rumah sakit yang padat, kegiatan memindahkan

pasien dari satu unit ke unit yang lain, dan penempatan pasien

dengan kondisi yang mudah terserang infeksi nosokomial

(misalnya pada ruang perawatan intensif, ruang perawatan bayi,

ruang perawatan luka bakar) di satu tempat dapat meningkatkan

kemungkinan terjadinya infeksi nosokomial.Lamanya waktu

19
perawatan di rumah sakit juga semakin meningkatkan risiko

terkena penyakit nosokomial.

c) Pencegahan Infeksi Nosokomial

Langkah-langkah pencegahan infeksi nosokomial menjadi tanggung

jawab seluruh orang yang ada di rumah sakit termasuk petugas

kesehatan, pasien dan orang yang berkunjung. Beberapa langkah

yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran infeksi ini adalah:

- Cuci tangan

Tangan merupakan media yang paling baik bagi kuman untuk

berpindah. Oleh karena itu penting bagi seluruh orang yang be-

rada dirumah sakit untuk mencuci tangan dengan cara dan waktu

yang tepat. Terdapat lima saat yang penting untuk melakukan

cuci tangan:

 Sebelum memegang pasien.

 Sebelum melakukan prosedur kepada pasien.

 Setelah terpapar dengan cairan tubuh (misalnya darah, urin,

atau feses).

 Setelah menyentuh pasien.

 Setelah menyentuh barang-barang di sekitar pasien.

- Menjaga kebersihan lingkungan rumah sakit

Kebersihan lingkungan rumah sakit dilakukan dengan cara mem-

bersihkan lingkungan rumah sakit dengan menggunakan cairan

20
pembersih atau disinfektan dengan frekuensi 2-3 kali per hari un-

tuk lantai dan 2 minggu sekali untuk dinding.

- Penggunaan alat dan prosedur

Menggunakan alat atau selang yang menempel pada tubuh seper-

ti alat bantu napas atau kateter urine, serta melakukan tindakan

medis lainnya sesuai dengan indikasi (tepat guna).

- Penempatan pasien di ruang isolasi

Pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah atau pasien yang

berpotensi untuk menularkan penyakit diharuskan untuk ditem-

patkan di ruang isolasi.

- Mengikuti Standar Operasional Prosedur (SOP)

Bagi staff rumah sakit penting untuk mengikuti SOP setiap

melakukan tindakan seperti menggunakan pelindung standar sep-

erti sarung tangan, masker, atau perlengkapan lain yang dianjur-

kan. (Marianty, 2017)

2.5 Kecelakan Kerja

Kecelakaan kerja menurut beberapa sumber, diantaranya:

1. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 03/Men/98 adalah suatu ke-

jadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat men-

imbulkan korban manusia dan atau harta benda.

2. OHSAS 18001:2007 menyatakan bahwa kecelakaan kerja didefinisikan

sebagai kejadian yang berhubungan dengan pekerjaan yang dapat me-

21
nyebabkan cidera atau kesakitan (tergantung dari keparahannya), kejadi-

an kematian, atau kejadian yang dapat menyebabkan kematian

Berdasarkan standar tersebut, kode yang digunakan untuk

mekanisme terjadinya cidera/sakit akibat kerja dibagi sebagai berikut:

1. Jatuh dari atas ketinggian

2. Jatuh dari ketinggian yang sama

3. Menabrak objek dengan bagian tubuh

4. Terpajan oleh getaran mekanik

5. Tertabrak oleh objek yang bergerak

6. Terpajan oleh suara keras tiba-tiba

7. Terpajan suara yang lama

8. Terpajan tekanan yang bervariasi (lebih dari suara)

9. Pergerakan berulang dengan pengangkatan otot yang rendah

10. Otot tegang lainnya

11. Kontak dengan listrik

12. Kontak atau terpajan dengan dingin atau panas

13. Terpajan radiasi

14. Kontak tunggal dengan bahan kimia

15. Kontak jangka panjang dengan

16. Kontak lainnya dengan bahan kimia

17. Kontak dengan, atau terpajan faktor biologi

22
18. Terpajan faktor stress mental

19. Longsor atau runtuh

20. Kecelakaan kendaraan/Mobil

21. Lain-lain dan mekanisme cidera berganda atau banyak

22. Mekanisme cidera yang tidak spesifik

2.5.1 Cidera Akibat Kecelakaan Kerja

Pengertian cidera berdasarkan Heinrich et al. (1980) adalah patah, retak,

cabikan, dan sebagainya yang diakibatkan oleh kecelakaan. Bureau of Labor Sta-

tistics, U.S. Department of Labor (2008) menyatakan bahwa bagian tubuh yang

terkena cidera dan sakit terbagi menjadi:

1. Kepala; mata.

2. Leher.

3. Batang tubuh; bahu, punggung.

4. Alat gerak atas; lengan tangan, pergelangan tangan, tangan selain jari, jari

tangan.

5. Alat gerak bawah; lutut, pergelangan kaki, kaki selain jari kaki, jari kaki

6. Sistem tubuh.

7. Banyak bagian

Tujuan menganalisa cidera atau sakit yang mengenai anggota bagian

tubuh yang spesifik adalah untuk membantu dalam mengembangkan program

untuk mencegah terjadinya cidera karena kecelakaan, sebagai contoh cidera

mata dengan penggunaan kaca mata pelindung. Selain itu juga bisa digunakan

23
untuk menganalisis penyebab alami terjadinya cidera karena kecelakaan kerja.

2.5.2 Klasifikasi Jenis Cidera Akibat Kecelakaan Kerja

Jenis cidera akibat kecelakaan kerja dan tingkat keparahan yang ditim-

bulkan membuat perusahaan melakukan pengklasifikasian jenis cidera akibat ke-

celakaan. Tujuan pengklasifikasian ini adalah untuk pencatatan dan pelaporan

statistik kecelakaan kerja. Banyak standar referensi penerapan yang digunakan

berbagai oleh perusahaan, salah satunya adalah standar Australia AS 1885-1

(1990)1.

Berikut adalah pengelompokan jenis cidera dan keparahannya:

1. Cidera fatal (fatality)

Adalah kematian yang disebabkan oleh cidera atau penyakit akibat kerja

2. Cidera yang menyebabkan hilang waktu kerja (Loss Time Injury)

Adalah suatu kejadian yang menyebabkan kematian, cacat permanen, atau ke-

hilangan hari kerja selama satu hari kerja atau lebih. Hari pada saat kecelakaan

kerja tersebut terjadi tidak dihitung sebagai kehilangan hari kerja.

3. Cidera yang menyebabkan kehilangan hari kerja (Loss Time Day)

Adalah semua jadwal masuk kerja yang mana karyawan tidak bisa masuk ker-

ja karena cidera, tetapi tidak termasuk hari saat terjadi kecelakaan. Juga ter-

masuk hilang hari kerja karena cidera yang kambuh dari periode sebelumnya.

Kehilangan hari kerja juga termasuk hari pada saat kerja alternatif setelah

kembali ke tempat kerja. Cidera fatal dihitung sebagai 220 kehilangan hari

kerja dimulai dengan hari kerja pada saat kejadian tersebut terjadi.

24
4. Tidak mampu bekerja atau cidera dengan kerja terbatas (Restricted duty) Ada-

lah jumlah hari kerja karyawan yang tidak mampu untuk mengerjakan peker-

jaan rutinnya dan ditempatkan pada pekerjaan lain sementara atau yang

sudah di modifikasi. Pekerjaan alternatif termasuk perubahan

lingungan kerja pola atau jadwal kerja.

5. Cidera dirawat di rumah sakit (Medical Treatment Injury)

Kecelakaan kerja ini tidak termasuk cidera hilang waktu kerja, tetapi kecel-

akaan kerja yang ditangani oleh dokter, perawat, atau orang yang memiliki

kualifikasi untuk memberikan pertolongan pada kecelakaan.

6. Cidera ringan (first aid injury)

Adalah cidera ringan akibat kecelakaan kerja yang ditangani menggunakan

alat pertolongan pertama pada kecelakaan setempat, contoh luka lecet, mata

kemasukan debu, dan lain-lain.

7. Kecelakaan yang tidak menimbulkan cidera (Non Injury Incident)

Adalah suatu kejadian yang potensial, yang dapat menyebabkan kecelakaan

kerja atau penyakit akibat kerja kecuali kebakaran, peledakan dan bahaya

pembuangan limbah.

2.6 Alat Pelindung Diri

Alat Pelindung Diri (APD) adalah alat yang mempunyai

kemampuan untuk melindungi seseorang dalam pekerjaan yang fungsinya

mengisolasi tubuh tenaga kerja dari bahaya di tempat kerja (Depnaker,

2006). APD adalah alat pelindung diri yang dipakai oleh tenagakerja secara

langsung untuk mencegah kecelakaan yang disebabkan oleh berbagai faktor yang

25
ada atau timbul di lingkungan kerja (Soeripto, 2008).Dari pengertian tersebut,

maka Alat Pelindung Diri (APD) dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu :

1. Alat pelindung diri yang digunakan untuk uapaya pencegahan terhadap

kecelakaan kerja, kelompok ini disebut Alat Pelindung Keselamatan

Industri. Alat pelindung diri yang termasuk dalam kelompok ini adalah alat

yang digunakan untuk perlindungan seluruh tubuh.

2. Alat pelindungdiri yang digunakan untuk pencegahan terhadap

gangguan kesehatan (timbulnya suatu penyakit), kelompok ini disebut Alat

Pelindung Kesehatan Industri.

Jenis-jenis dan Fungsi Alat Pelindung Diri (APD) dalam (Peraturan Menteri

Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor.08/Men/VII/2010

tentang Alat Pelindung Diri):

1. Alat Pelindung Kepala

Alat pelindung kepala adalah alat pelindung yang berfungsi untuk

melindungi kepala dari benturan, terantuk, kejatuhan atau terpukul benda

tajam atau benda keras yang melayang atau meluncur di udara, terpapar

oleh radiasi panas, api, percikan bahan-bahan kimia, jasad renik

(mikroorganisme) dan suhu yang ekstrim.

2. Alat Pelindung Muka dan Mata

Alat pelindung mata dan muka adalah alat pelindung yang berfungsi

untuk melindungi mata dan muka dari paparan bahan kimia berbahaya, paparan

partikel-partikel yang melayang di udara dan di badan air, percikan benda-

benda kecil, panas, atau uap panas, radiasi gelombang elektromagnetik yang

26
mengion maupun yang tidak mengion, pancaran cahaya, benturan atau pukulan

benda keras atau benda tajam.

3. Alat Pelindung Telinga

Alat pelindung telinga adalah alat pelindung yang berfungsi untuk

melindungi alat pendengaran terhadap kebisingan atau tekanan.

4. Alat Pelindung Pernafasan

Alat pelindung pernapasan beserta perlengkapannya adalah alat

pelindung yang berfungsi untuk melindungi organ pernapasan dengan

caramenyalurkan udara bersih dan sehat dan/atau menyaring cemaran bahan

kimia, mikro-organisme, partikel yang berupa debu, kabut (aerosol),

uap, asap, gas/ fume, dan sebagainya.

5. Alat Pelindung Tangan

Pelindung tangan (sarung tangan) adalah alat pelindung yangberfungsi untuk

melindungi tangan dan jari-jari tangan dari pajanan api, suhu panas, suhu

dingin, radiasi elektromagnetik, radiasi mengion, arus listrik, bahan kimia,

benturan, pukulan dan tergores, terinfeksi zat patogen (virus, bakteri) dan

jasad renik.

6. Alat Pelindung Kaki

Alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi kaki dari tertimpa atau

berbenturan dengan benda-benda berat, tertusuk benda tajam, terkena

cairan panas atau dingin, uap panas, terpajan suhu yang ekstrim, terkena bahan

kimia berbahayadan jasad renik, tergelincir.

7. Pakaian Pelindung

27
Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi badan sebagian atau

seluruh bagian badan dari bahaya temperatur panas atau dingin yang

ekstrim, pajanan api dan benda-benda panas, percikan bahan-bahan kimia,

cairan dan logam panas, uap panas, benturandengan mesin, peralatan dan

bahan, tergores, radiasi, binatang, mikro-organisme patogen dari manusia,

binatang, tumbuhan dan lingkungan seperti virus, bakteri dan jamur.

8. Alat pelindung jatuh perorangan

Alat pelindung jatuh perorangan berfungsi membatasi gerak pekerja agar

tidak masuk ke tempat yang mempunyai potensi jatuh atau menjaga pekerja

berada pada posisi kerja yang diinginkan dalam keadaan miring maupun

tergantung dan menahan serta membatasi pekerja jatuh sehingga tidak

membentur lantai dasar.

9. Pelampung

Pelampung berfungsi melindungi pengguna yang bekerja di atas air atau

dipermukaan air agar terhindar dari bahaya tenggelam dan atau

mengatur keterapungan (buoyancy) pengguna agar dapat berada pada

posisi tenggelam (negative buoyant) atau melayang (neutral buoyant) di dalam

air.

2.7 Pengelolahan Limbah

Limbah menurut kamus hukum ialah sisa proses produksi; air buangan

pabrik. Limbah/perlimbahan ialah tempat rendah atau lubang yang sengaja digali

28
untuk tempat membuang air kotor; tempat rendah/lubang untuk membuang air

limbah.

Menurut Pasal 1 ayat (20) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009, limbah

adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan. Limbah merupakan buangan yang

dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah

tangga, yang lebih dikenal sebagai sampah) atau juga dapat dihasilkan oleh alam

yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki ling-

kungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Pada umumnya sesuatu yang ada

di bumi ini memiliki suatu karakteristik yang berbeda. Termasuk juga limbah

yang mempunyai karakteristik sebagai berikut:48

1. Berukuran mikro

Karekteristik ini merupakan karakterisik pada besar kecilnya limbah/ volu-

menya. Contoh dari limbah yang berukuran mikro atau kecil atau bahkan tidak

biasa terlihat adalah limbah industri berupa bahan kimia yang tidak terpakai

yang di buang tidak sesuai dengan prosedur pembuangan yang dianjurkan.

2. Dinamis

Mungkin yang dimaksud dinamis disini adalah tentang cara pencemarannya

yang tidak dalam waktu singkat menyebar dan mengakibatkan pencermaran.

Biasanya limbah dalam menyerbar di perlukan waktu yang cukup lama dan

tidak diketahui dengan hanya melihat saja. Hal ini dikarenakan ukuran limbah

yang tidak dapat dilihat

3. Berdampak luas (penyebarannya)

29
Luasnya dampak yang di timbulkan oleh limbah ini merupakan efek dari

karakteristik limbah yang berukuran mikro yang tak dapat dilihat dengan mata

telanjang

4. Berdampak jangka panjang (antar generasi)

Dampak yang ditimbulkan limbah terutama limbah kimia biasanya tidak

sekedar berdampak pada orang yang terkena tetapi dapat mengakibatkan

turunannya mengalami hal serupa. Dari karakteristik limbah di atas pencema-

ran limbah juga didukung oleh adanya faktor-faktor yang mempengaruhi

pencemaran limbah terhadap lingkungan diantaranya

a. Volume Limbah

Tentunya semakin banyak limbah yang dihasilkan oleh manusia dampak

yang akan ditimbulkan semakin besar pula terasa.

b. Kandungan Bahan Pencemar

Kandungan yang terdapat di limbah ini mengakibatkan pencemaran ling-

kungan apabila kandunganya berbahaya dapat mengakibatkan pencemaran

yang fatal bahkan dapat membunuh manusia serta mahluk hidup sekitar.

c. Frekuensi Pembuangan Limbah

Pada saat sekarang ini pembuangan limbah semakin naik frekuensinya di

karenakan banyaknya industri yang berdiri. Dengan semakin banyak frek-

uensi limbah tentunya pembuanganlimbah menjadi tidak terkandali dan

30
usaha untuk mengolahnya tidak dapat maksimal dikarenakan pengolahan

limbah yang masih jauh dari harapan kita semua.

Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan

rumah sakit yang terdiri dari limbah medis dan non-medis. Limbah medis adalah

limbah yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam,

limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah

kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi.

Beberapa pengaruh yang ditimbulkan oleh keberadaan limbah rumah sakit, khu-

susnya terhadap penurunan kualitas lingkungan dan terhadap kesehatan antara

lain, terhadap gangguan kenyamanan dan estetika, terutama disebabkan karena

warna yang berasal dari sedimen, larutan, bau phenol, bau feses, urin dan munta-

han yang tidak ditempatkan dengan baik dan rasa dari bahan kimia organik.

2.7.1 Berdasarkan wujud Limbah

Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan

rumah sakit dalam bentuk padat, cair dan gas. Berdasarkan wujudnya, limbah

dibedakan menjadi tiga bagian yaitu:53

1. Limbah padat adalah limbah yang berwujud padat. Limbah padat bersifat ker-

ing, tidak dapat berpindah kecuali ada yang memindahkan. Limbah padat ini

misalnya sisa makanan, sayuran, potongan kayu, sobekan kertas, sampah plas-

tik dan logam.

2. Limbah cair adalah gabungan atau campuran dari air dan bahan-bahan pece-

mar yang terbawa oleh air, baik dalam keadaan terlarut maupun tersuspensi

yang terbuang dari sumber domestik (perkantoran, perumahan dan

31
perdagangan), sumber industri, dan pada saat tertentu tercampur dengan air

tanah, air permukaan, atau air hujan.54 Contoh limbah cair adalah berasal dari

dapur, laundry, laboratorium dan rembesan tangki septic tank.

3. Limbah gas adalah limbah (zat buangan) yang berwujud gas. Limbah gas

dapat dilihat dalam bentuk asap limbah gas selalu bergerak, sehingga penyeb-

arannya sangat luas. Contoh limbah gas adalah asap dari hasil pembakaran

limbah di incinerator.

Disamping pembagian berdasarkan zat pembentuk dan bentuk fisiknya,

ada yang disebut Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3), limbah

ini dapat berbentuk padat, cair dan gas. Limbah B3 ialah setiap bahan sisa

(limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan

beracun (B3) karena: Mudah meledak, maksudnya ialah limbah yang melalui

reaksi kimia dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang

dengan cepat dapat merusak lingkungan sekitarnya.

1. Mudah terbakar, maksudnya ialah limbah yang apabila berdekatan dengan api,

gesekan atau sumber nyala lain akan mudah menyala atau terbakar dan apabi-

la telah nyala akan terus terbakar dalam waktu yang lama.

2. Bersifat reaktif, maksudnya ialah limbah yang dapat menyebabkan kebakaran

karena melapaskan atau menerima oksigen.

3. Beracun, maksudnya ialah limbah yang mengandung racun yang berbahaya

bagi manusia dan lingkungan.

4. Menyebabkan infeksi, maksudnya ialah limbah yang dapat menyebabkan in-

feksi sangat berbahaya karena mengandung kuman penyakit seperti hepatitis

32
dan kolera yang pada pekerja dan masyarakat di sekitar lokasi pembuangan

limbah.

5. Bersifat korosif, maksudnya ialah limbah yang dapat menyebabkan iritasi

(terbakar) pada kulit.Bahan berbahaya dan beracun mungkin dapat kita jumpai

di rumah kita, seperti buangan produk yang tidak memenuhi standar yang

aman bagi lingkungan atau sisa bahan maupun tumpahan bahan kimia yang

kadaluarsa.Pada umumnya, produk yang mengandung B3 bersifat mudah

meledak dan terbakar, reaktif, beracun, menyebabkan infeksi dan menyebab-

kan karat (korosif).

2.7.2 Jenis Limbah

Berdasarkan potensi bahaya yang terkandung dalam limbah medis, maka

jenis limbah dapat digolongkan sebagai berikut (Adisasmito, 2014) :

1. Limbah benda tajam

Limbah benda tajam yaitu obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi,

ujung atau bagian yang menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit,

seperti jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipetr pasteur, pecahan

gelas dan pisau bedah.

2. Limbah infeksius

Limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit

menular dan limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikro-

biologi dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi penyakit menular.

3. Limbah non-infeksius

Limbah non-infeksius adalah limbah yang tidak berhubungan langsung

33
dengan darah dan cairan tubuh pasien.

4. Limbah jaringan tubuh

Limbah jaringan tubuuh meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan

tubuh. Biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau autopsi. Limbah ini

dapat dikategorikan berbahaya dan mengakibatkan risiko tinggi infeksi ku-

man terhadap pasien lain, staff rumah sakit dan populasi umum (pengunjung

RS dan penduduk sekitar RS) sehingga dalam penanganannya membutuhkan

labelisasi yang jelas.

5. Limbah sitotoksik

Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin ter-

kontaminasi dengan obat sitotoksik selama peracikan,pengangkutan atau tin-

dakan terapi sitotoksik. Penanganan limbah ini memerlukan absorben yang

tepat dan bahan pembersihnya harus selalu tersedia dalam ruangan peracikan.

Bahan – bahan atau perlengkapan pembersih. Semua pembersih tersebut ha-

rus diperlakukan sebagai limbah sitotoksik yang pemusnahnya harus

menggunakan incinerator karena sifat racunnya yang tinggi limbah dengan

kandungan obat sitotoksik rendah,seperti urin, tinja, dan muntahan dapat

dibuang ke dalam saluran air kotor.

6. Limbah farmasi

Limbah farmasi dapat berasal dari obat – obatan yang kadaluarsa, obat –

obatan yang terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau

kemasan yang terkontaminasi, obat yang tidak diperlukan lagi atau limbah

dari proses produksi obat.

34
7. Limbah Kimia

Limbah kimia dihasilkan dari penggunaan kimia dalam tindakan medik,

veteinari, laboratorium,proses sterilisasi, dan riset.

8. Limbah radioaktif

Limbah radio aktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotape

yang berasal dari penggunaan medik atau riset raadionucleida. Limbah ini

dapat berasal antara lain dari tindakan kedokteran nuklir, radioimmunoassay,

dan bakteriologis dapat berbentuk padat, cair, atau gas.

2.8 Penanggulangan Kebakaran

Kebakaran adalah api yang tidak terkendali, yang berarti diluar kemampuan

dan keinginan manusia. Api tidak terjadi begitu saja tetapi merupakan suatu pros-

es kimiawi antara uap bahan bakar dengan oksigen dan bantuan panas. Teori ini

dikenal sebagai segitiga api (fire triangle)(respository.usu.ac.id). Menurut teori

ini, kebakaran terjadi karena adanya 3 faktor yang menjadi unsur api, yaitu: bahan

bakar (fuel), sumber panas (heat), dan oksigen. Kebakaran dapat terjadi jika ketiga

unsur api tersebut saling bereaksi satu dengan lainnya. Tanpa adanya salah satu

unsur tersebut, api tidak dapat menyala. Teori ini dikembangkan oleh W.H Haess-

ler (1974). Menururt beliau, kebakaran disebabkan oleh empat faktor, yaitu, bahan

bakar, bahan pengoksidasi, suhu, dan reaksi berantai. Ke empat unsur ini disebut

Bidang Empat Api atau istilah lainnya ialah The Tetahedron of Fire (Zaini, 1998).

2.8.1 Penyebab kebakaran

Kebakaran disebabkan oleh berbagai faktor, secara umum dikelompokkan

35
sebagai berikut:

1. Faktor Manusia

Manusia sebagai salah satu faktor penyebab kebakaran antara lain: manusia

yang kurang peduli terhadap keselamatan dan bahaya kebakaran, menempat-

kan barang atau menyusun barang yang mungkin terbakar tanpa

menghiraukan norma – norma pencegahan kebakaran, pemakaian tenaga

listrik melebihi kapasitas yang telah ditentukan, kurang memiliki rasa

tanggung jawab dan disiplin, dan adanya unsur- unsur kesengajaan.

2. FaktorTeknis

Kebakaran juga dapat disebabkan oleh faktor teknis khususnya kondisi tidak

aman dan membahayakan yangmeliputi:

a. Proses fisik/mekanis

Faktor penting yang menjadi peranan dalam proses ini adalah timbulnya

panas akibat kenaikan suhu atau timbulnya bunga api, misalnya pekerjaan

perbaikan dengan menggunakan mesin las atau kondisi instalasi listrik yang

sudah tua atau tidak memenuhi standar.

b. Proseskimia

Kebakaran dapat terjadi ketika pengangkutan bahan - bahan kimia

berbahaya, penyimpanan dan penanganan tanpa memerhatikan petunjuk - pe-

tunjuk yang ada.

3. Faktor Alam

Salah satu faktor penyebab adanya kebakaran dan peledakan akibat faktor alam

36
adalah petir dan gunung meletus yang dapat menyebabkan kebakaran hutan

yang luas dan juga perumahan – perumahan yang dilalui oleh lahar panas dan

lain-lain (Anonim,2010).

37
BAB III

DATA UMUM RUMAH SAKIT

3.1 Gambaran Umum Rumah Sakit


Rumah Sakit Bunda berdiri sejak tanggal 22 Febuari 1990 yang berawal dari Klinik
Bersalin Bunda dan bernaung di bawah Yayasan Bunda dan diresmikan tanggal 06 Agustus
1990. Sejalan dengan perkembangan waktu dan kebutuhan peningkatan pelayanan kepada
masyarakat, maka dalam rapat kepengurusan Yayasan diusulkan agar Klinik Bersalin Bunda
menjadi Rumah Sakit Bersalin Bunda. Kemudian pada tanggal 29 Juni 1995 Pengurus Yayasan
menghadap notaris H. Akhmad Bustami Gentimat, SH untuk merubah status Rumah Sakit dan
berdasarkan atas akta notaris H. Akhmad Bustami Gentimat, SH No.87 tahun 1995 Rumah
Sakit Bersalin Bunda berubah status dari Rumah Sakit Bersalin Bunda menjadi Rumah Sakit
Anak dan Bersalin Bunda.
Selanjutnya tanggal 5 Juni 2009 Rumah Sakit Anak dan Bersalin Bunda berubah status
menjadi Rumah Sakit Umum stelah mendapatkan ijin tetap penyelenggaraan Rumah Sakit yang
berdasarkan KEMENKES No: HK.07.06/III/2372/2009 tentang Pemberian Ijin
Penyelenggaraan Kepada Yayasan Bunda untuk menyelenggarakan Rumah Sakit Umum
dengan nama Rumah Sakit Bunda dan berdasarkan KEMENKES No. HK.02.03/I/0271/2014
Rumah sakit Bunda ditetapkan sebagai Rumah Sakit Tipe C.
Rumah Sakit Bunda merupakan salah satu Rumah Sakit yang telah mendapatkan
pengakuan sebagai Rumah Sakit yang telah memenuhi standar akreditasi Rumah Sakit dan
dinyatakan Lulus Akreditasi Tingkat UTAMA, sesuai dengan sertifikat KARS Nomor
KARS-SERT/137/XII/2018 tanggal 31 Desember 2018.
3.2 Motto
Berdasarkan SK. Pengurus Yayasan Bunda No: 014/02/V/2013.

 Motto :
“ Kepuasan anda adalah kebanggaan kami”

 Falsafah Pelayanan :
1. Setiap pasien adalah mahluk sesama ciptaan Allah yang harus dikasihi melalui
pelayanan kesehatan yang berkualitas secara professional dengan hati tulus, hangat dan
bersahabat.

38
2. Memberikan pelayanan yang professional dan bermutu.
3. Melakukan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan.

 Nilai / Value Pelayanan :


 Berbuat baik terhadap sesama
 Kualitas pelayanan yang optimal
 Kebersamaan yang dinamis dan sinergis

 Tujuan Pelayanan :
1. Mewujudkan kasih kepada sesama melalui pelayanan kesehatan yang berkualitas untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal

2. Sebagai rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar
pelayanan kesehatan secara professional
3. Sebagai rumah sakit yang mampu menjadi rujukan masyarakat yang memiliki
pelayanan berkualitas, penuh cinta kasih yang tulus, hangat dan bersahabat
 Budaya Kerja (Corporate Culture) : (PAS3)
1. Profesional
2. Berpikir Cerdas
3. Bekerja Tuntas
Beramal Ikhlas
3.3 Visi dan Misi
 VISI
“ Menjadi rumah sakit pilihan utama masyarakat dengan pelayanan yang berkualitas
kebanggaan masyarakat Sumatera Selatan di tahun 2022 “
 Misi :
 Memberikan Pelayanan Kesehatan Yang Berkualitas Dan Bermutu
 Meningkatkan Kualitas Pengembangan SDM Yang Professional
 Meningkatkan Dan Mengembangkan Kualitas Sarana Dan Prasarana Rumah Sakit

3.4 Luas bangunan


3.5 Jumlah Tenaga Kerja dan Tempat Tidur
Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang jasa, Rumah Sakit Bunda Palembang
memandang penting sumber daya manusia sebagai sumber daya utama dalam usaha jasa
layanan kesehatan. Oleh karena itu kami mempunyai komitmen yang kuat untuk selalu
berusaha meningkatkan kemampuan dan keahlian mereka melalui pendidikan dan

39
pelatihan yang berkesinambungan.
Dokter Spesialis
Rumah Sakit Bunda Palembang memiliki ± 53 Dokter spesialis, meliputi Spesialis
Kandungan, Anak, Penyakit Dalam, Bedah Umum, Bedah Ortopedi, Saraf, Mata, THT,
Kulit dan Kelamin, Jantung, Gigi, Akupuntur Medik, Radiologi, Anastesi, Patologi
Klinik.
Dokter Jaga
Tim dokter jaga yang berada di RS. Bunda Palembang 24 jam setiap hari, untuk
menangani pasien di Instalasi Gawat Darurat.
Staf Keperawatan
RS. Bunda Palembang merekrut perawat terbaik dengan seleksi yang ketat dan
memberikan pelatihan dan pendidikan intensif, sehingga mereka mempunyai kecakapan
secara teknis dan medis dan mempunyai sikap perhatian dan ramah terhadap seluruh
pasien.
Staf lainnya
RS. Bunda Palembang memiliki Sub Bagian Sumber Daya Manusia dan Diklat yang
bertugas untuk melaksanakan pendidikan, pelatihan, dan penilaian yang
berkesinambungan kepada seluruh staf. Seluruh jajaran staf kami mulai dari resepsionis,
keperawatan, keamanan sampai dengan staf urusan administari dan pemeliharaan
disiapkan untuk selalu memberikan bantuan dan pelayanan terbaik demi kenyamanan dan
kepuasan pelanggan.
RS Bunda Palembang dalam operasionalnya, didukung oleh Tim Pencegahan Penyakit
Infeksi (PPI), yaitu untuk pengendalian, pengawasan dan pencegahan terhadap infeksi
atau kontaminasi kuman penyakit. IPSRS, untuk mengatur perawatan, perbaikan, dan
pengkalibrasian alat-alat medis yang digunakan, pemeliharaan semua peralatan listrik,
AC, dan kebersihan & perawatan sarana bangunan lainnya. Didukung pula Sub Bagian
Marketing, Gizi, Security, Laundry, dan Administrasi - Keuangan dalam operasional
sehari-hari.

Data Sumber Daya Manusia RS Bunda Palembang


4

Mitra/
No. Kualifikasi Jumlah Tetap
Kontrak
1 Dokter Umum 19 3 16

40
2 Dokter Gigi 3 2 1
3 Dokter Spesialis
A. Kebidanan & Penyakit kandungan 9 3 6
B. Penyakit Anak 10 3 7
C. Penyakit Dalam 5 0 5
D. Bedah Umum 3 1 2
E. Penyakit Saraf 3 0 3
F. Penyakit Mata 2 0 2
G. Penyakit THT 5 0 5
H. Penyakit Kulit dan Kelamin 3 0 3
I. Penyakit Jantung 2 0 2
J. Radiologi 1 0 1
K. Anastesi 2 0 2
L. Paru – Paru 1 0 1
M. Onkologi 1 0 1
N. Rehabilitasi Medik 1 0 1
O. Patologi Klinik 1 0 1
P. Gigi 3 0 3
Q. Gigi (Spesialis Penyakit Mulut) 1 0 1
4 Tenaga Keperawatan
A. Perawat 100 21 79
B. Perawat Gigi 2 0 2
C. Bidan 31 2 29
5 Tenaga Kesehatan
A. Apoteker 3 0 3
B. Asisten Apoteker 16 2 14
C. ATLM 12 1 11
D. Radiografer 4 0 4
E. Nutrisionis 4 0 4
F. Fisioterapis 4 0 4

G. Rekam Medik 2 0 2
H. Sanitarian 2 0 2
I. Elektromedika 1 0 1
6 Tenaga Non Kesehatan 71 21 50
Total 327 59 268

4.1 Prasarana

41
4.2 Fasilitas Rumah Sakit
Bangunan Rumah Sakit Bunda Palembang terbagi menjadi 4 bagian :

 Blok A
- Lantai 1 : Pendaftaran, Poliklinik Rawat Jalan dan Instalasi
Farmasi
- Lantai 2 : Poliklinik Rawat Jalan (Khusus Poli Anak)
 Blok B
- Lantai 1 : Poliklinik Rawat Jalan
- Lantai 2 : MCU
- Lantai 3 : Ruang Perawatan
 Blok C
- Basement, Area Parkir dan IPSRS
- Lantai 1 : Pendaftaran, Informasi, Lobi dan IGD
- Lantai 2 : Kamar Operasi (OK)
- Lantai 3, 4, 5, 6, 7 : Kamar Perawatan
- Lantai 8 : Rehabilitasi Medik (Fisioterapi), Hemodialisa*
 Blok D
- Lantai 1 : Laboratorium, Radiologi dan Instalasi Farmasi
- Lantai 2 : Kamar Bersalin (VK), Ruang Perawatan
ICU/NICU/PICU.
- Lantai 3 : Ruang Perawatan
- Lantai 4 : Administrasi dan Aula

4.3 Fasilitas K3
4.4 Fasilitas Limbah

42
BAB IV
PENGKAJIAN
DATAUMUM

Nama Ruangan : Kebidanan

301 302 303 304 305 306 307 308 KETERANGAN


V3

NURSE STATION

309 310 311 312


TOILET

TANGGA
DARURAT
316 313
LIFT

317 314 R. KONSULTASI

PANTRY
318 315
Data Jumlah Pegawai : 9 orang

JenisKelamin : 9 perempuan

HariKerja : shift 2 hari pagi, 2 hari sore, 2 hari malam dan 2 hari libur.

Jam Kerja / Shift kerja :

Pagi (07.00-14.00),

Siang (14.00-21.00),

Malam (21.00-07.00)

43
I. PROSES KERJA PROSEDUR KERJA : (Dalam bentuk skema/bagan)
a. Fungsi ruang di tempat kerja :
Ruang perawat : tempat pasien dirawat
Ruang perawat : tempat pasien melakukan
b. Macamkerja / carakerja : menerima pasien - rawat inap - visit dokter –
tindakan - terapi obat - administrasi – perawat
keluar pulang, rujuk, meninggal.
II. FASILITAS KESEHATAN
1. TempatSampah : Ada / Tidak *)
- Pemisahan limbah padat, cair dan infeksius di RS :……………. Ada/ Tidak*)
2. KamarMandi : Ada / Tidak
3. Tempat Istirahat : Ada / Tidak, Jumlah …………………….
4. Tempat Cuci Tangan / wastafel : Ada / Tidak, Jumlah …………………….
- Ketersediaanhasil : Cukup / Kurang
- Kebersihan : Cukup / Kurang

III. FASILITAS / ALAT K3 : Ada / Tidak,


Bila ada Sebutkan : Jenis, jumlah dan perhatikan 4 P (Penyediaan,
pendistribusian, penggunaan dan pemeliharaan)

44
IV. IDENTIFIKASI PENILAIAN TINGKAT RESIKO DAN PERENCANAAN PENGENDALIAN K3 RUMAH
SAKIT

Upaya Rekomendasi
Identifikasi pengendalian
No. Resiko yang ditimbulkan Tingkat Resiko
Hazard yang telah Tupen Tupan
dilakukan
Fisik, contoh : Suara bising,
1. Fisik
Getaran, Panas, Debu, Listrik

Kemungkinan pegawai Kemungkinan besar petugas


Memakai apd
terpapar virus covid-19 lebih dapat terpapar penyakit
dengan standar
2. Biologi banyak dari padat erpapar tersebut ketika berinteraksi
minimal tingkat
bakteri, jamur dan infeksi dengan pasien yang menderita
2
nosokomial. penyakit tersebut.

pelarut, desinfektan, sitotoksik, Memakai alat


3. Kimia
pengawet, gas medis pelindung diri
pekerjaan manual, pekerjaan
4. Ergonomi
berulang
Jam kerja panjang, jaga malam, Masa kerja 20
5. Psikologi
rekan kerja hari perbulan

Unsafe Perawat tidak menggunakan


6. Disediakan hanscoon
condition APD handscoon

Unsafe Fisik, contoh : Suara bising,


7.
action Getaran, Panas, Debu, Listrik
Catatan : Rekomendasi mengacu yang sebelumnya
ALAT PERLINDUNGAN DIRI
1. Jenis APD yang adaditempatkerja
Sarungtangan Kacamata
Masker Lain-lain (Gaun, Hazmat, Facesilde, dll)
Apron
2. Pegawai yang menggunakan APD ketikakerja? (uraikansecaraumum)
Ya Selalu dipakai Kadang-kadang
Tidak : Alasan : melaksanakan asuhan keperawatan sesuai SOP Rumah
Sakit terlebih dimasa mandemi saat ini.
SIKAP KERJA
1. Posisi postur tubuh dalam kerja (uraikan secara umum jenis pekerjaan)
a. duduk : Pada saat melakukan dokumentasi asuhan keperawatan di meja ners
station
b. berdiri: Pada saat melaksanakan implementasi asuhan keperawatan kepada pasien
di kamar pasien.
2. Kesesuaian antara posisi tubuh dengan alat kerja (uraikan secara rinci untuk setiap
posisi tubuh)
3. Keluhan yang dirasakanselamakerja
4. lain-lain

PEMELIHARAAN ALAT DAN ALAT BANTU KERJA


Kursi roda Barancard Dll …………………………..
Tempat tidur Troly Oksigen

PROSES KERJA PROSEDUR KERJA : (Dalam bentuk skema/bagan)


Fungsi ruang di tempat kerja : R. Perawatan (Tempat pasien dirawat )
R. Perawat (Tempat perawat melakukan pendokumentasian
Macam kerja / cara kerja

43
Menerima pasien dari IGD - Rawat Inap – Visite Dokter – Tindakan – Pasien Keluar
– Pasien Meninggal/Rujuk – administrasi.
Tempat Sampah : Ada
- Pemisahan limbah padat, cair dan infeksius di RS Ada
Kamar Mandi : Ada
Tempat Istirahat : Ada
Tempat Cuci Tangan / wastafel : Ada / Tidak, Jumlah
- Ketersediaan hasil : Cukup
- Kebersihan : Cukup
FASILITAS / ALAT K3 : Ada
Bila ada Sebutkan : Jenis, jumlah dan perhatikan 4 P (Penyediaan,
pendistribusian, penggunaan dan pemeliharaan)

44
IDENTIFIKASI PENILAIAN TINGKAT RESIKO DAN PERENCANAAN PENGENDALIAN K3 RUMAH SAKIT
Unit Bagian : Ruang KEBIDANAN RS Bunda Palembang
No. Identifikasi Hazard Resiko yang Tingkat Upaya pengendalian Rekomendasi
ditimbulkan Resiko yang telah dilakukan Tupen Tupan
1. Fisik: Tertusuk, tersayat, Sedang Penggunaan APD Dapat Tidak terjadi
Benda Tajam, alatmedis cedera melindungi cidera di
pegawai dari rumah sakit
cidera alat
medis
2. Biologi: Infeksi hepatitis, tbc, Berat Penggunan APD Dapat Tidak tertular
Mikroorganisme, virus, influenza, hiv, melindungi dari penyakit
bakteridll ebola, jamur, covid- pegawai dari yang lainnya
19 bakteri dan
virus
3. Kimia: Gangguan SSP, Berat Penggunaan APD Terhindar dari Tidak terjadi
Mercuri, clorin ginjal, dermatitis Penggunaan bahan zat kimia kecelakaan
kimia seminimal kerja dari zat
mungkin, melakukan kimia
sosialisasi tentang
resiko zat kimia
4. Ergonomi: Musculodkeletal Sedang Penggunaan APD Terhindar dari Tercapainya
Bekerja sesuai dengan kecelakaan keserasian
Posisi janggal disorder SOP kerja anatara
pekerja
dengan
perkerjaannya
dan sebaliknya
sehingga
terhindar dari
penyaki
takibat kerja
5. Psikologi: Stress kerja Sedang Penggunaan APD Tidak tertular Kesehatan
Takut tertularnya penyakit pegawai
penyakit, jam kerja terjamin
6. Unsafe condition Kesehatan Sedang Menyediakan ruangan Pegawai rileks Kesehatan
Tidak ada ruang terganggu/stress istirahat dalamberkerja terjamin
istirahat
7. Unsafe action Cidera tertular Berat Memonitor pegawai Tidak tertular Tidak
Tidak memilah anatara penyakit untuk membuang alat dari penyakit tertularnya
sampah medis dan non medis pada tempat penyakit
medis yang tersedia
Catatan : Rekomendasi mengacu yang sebelumny
PENGENDALIAN KEBAKARAN
Nama Rumah Sakit : Rumah Sakit Bunda Palembang
Unit Kerja / Bagian :
Tanggal Pemeriksaan : 12 Febuari 2022

Kondisi fisik / faktor penyebab kebakaran

1. Kondisi bangunan / ruangan : Permanem


Semi permanen
Jumlah tenaga kerja per unit kerja
(…………………………………)
Jumlah pasien (untuk ruang rawat di………..)

2. Catu Daya : PLN, Daya . ..………….. KvA


Gen set, kapasitas ……………. KvA
UPS Ada, Tidak ada
Jumlah : ………………………..

3. Kondisi Instalasi Listrik Peralatan listrik :


Suplay dari Genset di ruangan : Ada Tidak ada

4. Akses Evakuasi Penyelamatan Kebakaran : Ada


Tidak ada
Ada tapi tidak memadai

5. Lokasi evakusi : Ada Tidak ada


Keterangan :…………………………………

3. Jalan darurat : Ada Tidak ada

II. AlatPemadanKebakaran :
1. APAR 52
Jenis : Powses
Jumlah : 1 di ruangan
Penempatan : di tempatkan di setiap unit

2. Alarm : Ada Tidakada


3. Sprinkler : A Ada Tidakada
4. Hydrant : Ada Tidakada
5. Smoke Dektetor : Ada Tidakada

III. Team Khusus pengendalian kebakaran : Ada Tidak ada


Pelatihan : ……………………………………………………………….
IV. Saran :
……………………………………………………………….

53
V. PEMERIKSAAN SWOT KEPERAWATAN K3

Ruang rawat inap pdl


Strength (Kekuatan) Weakness (kelemahan) Opportunity Ttreathness (ancaman)
(kesempatan)
 Ruangan sendiri  Sarana dan Dengan adanya 1. Masyarakat ingin
 Tenaga kesehatan tersedianya dokter prasaran yang ada rencana BLUD mendapatkan fasilitas
umum, perawat, apoteker, masih kurang maka rumah sakit kesehatan yang lengkap
laboratorium.gizi,CS. memadai( Masih dapat menyusun 2. Pendanaan dari pusat
 Tersedianya fasilitas rawat inap sehingga kurangnya APD rencana perbaikan mengakibatkan ruangan
dapat melayani 24 jam terutama dan penyediaan tidak mampu melakukan

 Tersedianya obat-obatan yang cukup hendscoon dan alat dan sarana pengembangan secara

memadai. masker ) operasional

 Tersedianya alat pemadam kebakaran 3. Menurunnya tingkat


kepercayaan pasien
 Tersedianya floor sign
terhadap keamanan dan
 Tersedianya APD yg lengkap
pelayanan yang diberikan.
 Tersedianya kotak sampah dan pemisahan
sampah non medis dan medis
56
BAB V
PEMBAHASAN
V.1Hasil Identifikasi Hazard Di Rumah Sakit Bunda Palembang
Hasil identifikasi hazard di rumah sakit bunda palembang dilaksanakan pada tanggal
24-26 Febuari 2021, didapatkan beberapa potensial hazard yang sampai saat ini belum
tertanggulangi. Diantaranya, belum efektifnya dalam pemisahan sampah medis, non
medis, pengadaan dan penggunaaan APD yang belum efektif. O2 tanpa mengaman,
penempatan APAR, brankar, dan tempat tidur tanpa pengaman, meja dan kursi yang tidak
ergonimis, luas ruangan yang tidak sesuai dengan jumlah petugas, dari pengelolaan
masalah tersebut, telah dilakukan masalah melalui kegiatan mandiri maupun kegiatan
rekomendasi. Adapun penjelasan tentang masalah tersebut adalah senagai beriukut.

V.1.1 Hazard Biologi

Dari hasil ientifikasi hazard yang telah dilakukan bahwa di masa pandemi terutama
covid-19 mengakibatkan resiko infeksi dari pasien ke perawat atau sebaliknya dan
lingkungan ( Masih kurangnya APD terutama hendscoon. Dari hasil identifikasi
hazard yang telah dilakukan oleh kelompok kami merekomendasikan kepada karu
masing-masing ruangan untuk penambahan handscoon.
V.1.2 Hazard Unsafe condition

Dari hasil ientifikasi hazard yang telah dilakukan bahwa hazard di rumah sakit
bunda palembang Perawat tidak menggunakan APD handscoon.Dari hasil
identifikasi hazard yang telah dilakukan oleh kelompok kami merekomendasikan
kepada karu masing-masing ruangan Penyediaan APD terutama hendscoon dan
masker.

57
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Aplikasi penerapan Sistem Manajemen K3 di Rumah Sakit adalah suatu proses
kegiatan yang dimulai dengan tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengendalian yang bertujuan untuk membudayakan K3 di Rumah Sakit. Peraturan SMK3RS
sudah merupakan pedoman disetiap rumah sakit di Indonesia. Tetapi dalam pelaksanaannya
belum dilakukan dengan semestinya, dikarenakan dengan berbagai faktor yang ada di lapangan
menunjukkan masih banyak kecelakaan yang terjadi di Rumah Sakit. Hal tersebut dikarenakan
banyaknya pegawai yang masih lalai untuk mematuhi peraturan yang telah dibuat. Meskipun
pihak rumah sakit telah membuat peraturan yang sesuai dengan acuan peraturan menteri
kesehatan aplikasi SMK3 tidak akan terwujud dengan baik karena rendahnya kesadaran dari
pihak terkaitnya.

3.2 Saran
Agar management k3 dirumah sakit dapat diaplikasikan sesuai regulasi yang telah ada,
harus ada dukungan dari pihak-pihak yang terkait seperti Direktur Rumah Sakit itu sendiri
sampai pada para pegawainya. Bukan hanya peraturan yang harus ada didalam rumah sakit itu
sendiri, tapi sikap dari para pegawainya harus memahami terlebih dahulu apa bahaya akibat
kerja di rumah sakit. Agar pegawai RS lebih bisa mentaati peraturan yang ada dan lebih sadar
akan bahaya yang ada di RS tempatnya bekerja. Sehingga dapat mengurangi angka kecelakaan
akibat kerja di RS.

58
BAB V

PEMBAHASAN

Alat Pelindung Diri adalah alat-alat yang mampu memberikan perlindungan terhadap

bahaya-bahaya kecelakaan (Suma’mur, 1991).Atau bisa juga disebut alat kelengka-

pan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga

keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya.APD dipakai sebagai

upaya terakhir dalam usaha melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engi-

neering) dan administratif tidak dapat dilakukan dengan baik.Namun pemakaian APD

bukanlah pengganti dari usaha tersebut, namun sebagai usaha akhir.Alat Pelindung

Diri harus mampu melindungi pemakainya dari bahaya-bahaya kecelakaan yang

mungkin ditimbulkan, oleh karena itu, APD dipilih secara hati-hati agar dapat me-

menuhi beberapa ketentuan yang diperlukan.

Demikian hasil diskusi yang telah kami lakukan di ruang laumdry rumah sakit Mu-

hammadiyahPalembang, semoga bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

50
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan RI. 2011. Standar Akreditasi Rumah Sakit, edisi 1. Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. 2010. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

1087/MENKES/SK/VIII/2010 tentang standar Kesehatan dan Keselamatan

Kerja di Rumah Sakit. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.

Mulyono. 2018. Pedoman Prosedur Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Universitas Airlangga.

Anizar. 2012. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri. Yogyakarta:

Graha Ilmu.
LAMPIRANFASILITAS KESEHATAN
1. Tempat sampah : Ada
Dokumentasi :

Pemisahan limbah padat, cair dan infeksius di RS : Ada


Dokumentasi :

2. Tempat istirahat : Ada


Dokumentasi :

3. Tempat Cuci Tangan/ Wastafel : Ada


Dokumentasi :

IV. FASILITAS/ ALAT K3


Alat K3 : Ada
Masker : Ada
Dokumentasi :
Handscoon : Ada
Dokumentasi :

Helm pelindung (safety helmet) untuk evakuasi bencana kebakaran : Ada


Dokumentasi :

Anda mungkin juga menyukai