Anda di halaman 1dari 7

ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 9 NO.

9,SEPTEMBER, 2019

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA


PADA PENGERAJIN INDUSTRI BOKOR DI DESA MENYALI

Kadek Rina Agustinawati1, I Made Krisna Dinata2,I Dewa Ayu Inten Dwi Primayanti2
1
Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana
2
Bagian Ilmu Fisiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana
Email : agustina17rina@gmail.com

ABSTRAK
Bokor merupakan sarana pelengkap upacara keagamaan Hindu di Bali. Proses
pembuatan bokor sendiri dapat mengakibatkan beban kerja bagi para pengerajinnya.
Tingginya beban kerja dapat dapat mengakibatkan penurunan efektivitas kerja, ketahanan
tubuh, dan pengurangan kapasitas kerja sehingga menimbulkan kelelahan. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui hubungan antara beban kerja dengan kelelahan pada pengerajin
bokor di Desa Menyali.
Penelitian ini dilakukan dengan metode rancangan observasional menggunakan
pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah pengerajin bokor di Desa
Menyali sebanyak 59 orang. Adapun teknik pengambilan sampel menggunakan metode
simple random sampling. Beban kerja dinilai dari denyut nadi menggunakan metode 10
denyut pada masing-masing sampel yang diukur menggunakan stopwatch. Kelelahan kerja
dinilai menggunakan aplikasi android “Wait Now – reaction time test” sebanyak dua kali
kemudian dicari reratanya.
Berdasarkan hasil penelitian dengan uji Pearson diperoleh hasil bahwa nilai p yakni
0,001 dimana p<0,05 yang berarti terdapat hubungan signifikan antara beban kerja dengan
kelelahan kerja pada pengerajin bokor di Desa Menyali. Nilai koefisien korelasi didapatkan
sebesar 0,857, hal ini menandakan terdapat hubungan antara beban kerja dengan kelelahan
kerja yang sangat kuat pada pengerajin bokor di Desa Menyali.
Dari pemaparan diatas didapatkan simpulan bahwa ada hubungan yang sangat kuat
antara beban kerja dengan kelelahan pada pengerajin bokor di Desa Menyali. Diharapkan
hasil penelitian ini dapat dipakai untuk bahan sosialisasi ke pengerajin untuk mengatasi
kelelahan sebagai dampak dari beban kerja.

Kata kunci: Pengerajin bokor, beban kerja, kelelahan

ABSTRACT
The bokor handicraft industry as a supplementary means of Hindu religious ceremony
is currently developing in Bali. Bokor making process itself can lead to work load for the
craftsman. The high workload can lead to decreased work effectiveness, body resistance, and
reduction of work capacity resulting in fatigue. This research was purposed to find out the
correlation between work load and fatigue on the bokor craftsman in Menyali village.
This research was conducted by observational design method using cross sectional
approach. Population in this research is bokor craftsman in Menyali village as many as 59
people. The sampling technique using simple random sampling method. The workload is
assessed from the pulse using the 10 pulse method on each sample measured using a
stopwatch. Work fatigue was assessed using the android application "Wait Now - reaction
time test" twice and then searched for the its average.
Based on the results of research with Pearson test results obtained that the p value of
0.001 where p <0.05 which means there is a significant correlation between workload with

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 9 NO.9,SEPTEMBER, 2019

work fatigue on the bokor craftsman in the Menyali village. The value of correlation
coefficient is 0.857, this indicates that there is a correlation between work load with very
strong work fatigue on the bokor craftsman in the Menyali village.
From the explanation above then founded the conclusion that there is a very strong
correlation between the workload with fatigue on the bokor craftsman in the Menyali village.
It is expected that the results of this study can be used for socialization materials to the
craftsmen to overcome fatigue as a result of the workload.

Keywords: Bokor craftsman, work load, fatigue

PENDAHULUAN pelaku industri memperhatikan kesehatan


Industri yang berkembang di Bali para pengerajinnya. Kesehatan kerja
salah satunya adalah industri bokor di menyangkut tentang kesehatan masyarakat
Desa Menyali. Proses yang penting dari dimana perhatiannya difokuskan kepada
produksi bokor adalah pembuatan motif pekerja, baik di bidang formal ataupun
yang merupakan daya tarik dari bokor informal.4
tersebut. Motif dari bokor ini tidak dibuat Tingkat beban kerja yang berlebih
dengan menggunakan cetakan ataupun dapat menyebabkan terjadinya kelelahan
mesin, namun dibuat dengan cara kerja. Kelelahan kerja memungkinkan
tradisional yaitu menggunakan tangan terjadinya penurunan prestasi dan juga
sendiri. motivasi pekerja tersebut. Kelelahan kerja
Dari hasil pengamatan didapatkan mempunyai berbagai kriteria, termasuk
hasil bahwa beban kerja secara fisik dari diantaranya adalah kelelahan yang bersifat
industri bokor tidaklah berat karena fisik dan psikis, motivasi yang menurun,
pekerjaan dilakukan dalam posisi duduk, rasa mudah lelah, menurunnya tingkat
gerakan memahat yang ringan, dan tidak produktivitas dalam kerja, dan
5
ada aktivitas mengangkat beban berat. menurunnya kerja fisik. Kelelahan yang
Namun yang perlu diperhatikan disini melebihi ambang batas bisa mempersulit
adalah situasi monotoni dari tugas-tugas berkonsentrasi, berpikir, lelah bicara, dan
yang dilakukan selama pemahatan mudah lupa.4 Tanda dari terjadinya
aluminium. Gerakan monotoni dapat kelelahan adalah kemauan bekerja yang
mempercepat terjadinya kelelahan dan berkurang disebabkan oleh monotoni
kebosanan.1 dalam bekerja, lamanya kerja, dan beban
Adapun hal utama yang ada di sistem kerja yang berlebihan.6
produksi adalah machines, man, method Pelaku industri diharapkan melakukan
material, information, dan money.2 Semua perdekatan mengenai ergonomi guna
faktor tersebut harus bekerja secara menilai beban kerja fisik yang diterima
berkesinambungan untuk mengoptimalkan pekerja. Tujuan penilaian ini adalah agar
aktivitas produksi yang ditargetkan oleh besarnya beban kerja dapat diketahui
industri. Faktor man atau pengerajin bokor sehingga hasil dari penilaian beban kerja
dalam hal ini memiliki peranan penting, ini fisik selanjutnya bisa menjadi bahan
disebabkan karena kualitas suatu industri evaluasi sehingga dapat terhindar dari
sendiri bergantung pada sumber daya terjadinya kelelahan dan kecelakaan kerja.7
manusianya yang berperan menjadi Mengukur beban kerja fisik bisa
pekerja dan pemberi layanan dalam suatu dilaksanakan dengan bermacam-macam
industri.3 cara yang pastinya memiliki kelebihan
Begitu vital peranan pengerajin bagi maupun kekurangan tersendiri sesuai
industri bokor, maka sudah sepatutnya dengan situasi dan kondisi. Menurut

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 9 NO.9,SEPTEMBER, 2019

Rodahl bahwa beban kerja fisik di 40 tahun dan 32 orang (57,1%) lebih dari
lingkungan kerja bisa dinilai secara 40 tahun.
objektif salah satunya yaitu menggunakan Pada Tabel 1, dapat dilihat bahwa
metode tidak langsung dengan merekam responden pada penelitian ini menurut
denyut nadi selama kerja.8 Denyut nadi jenis kelaminnya terdiri dari 32 orang
bisa dipakai untuk penilaian beban kerja (57,1%) laki-laki dan 24 orang (42,9%)
fisik pada pekerja yakni dengan dikonversi perempuan.
menjadi beban kerja.9
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden
mencari tahu adanya hubungan antara Karakteristik Jumlah Persentase(%)
beban kerja dengan kelelahan pada Usia
pengerajin industri bokor di Desa Menyali. <40 tahun 24 42,9
≥40 tahun 32 57,1
BAHAN DAN METODE Jumlah 56 100
Penelitian ini menggunakan metode Jenis Kelamin
crosssectional. Sampel dari penelitian ini Laki-laki 32 57,1
adalah pengerajin di beberapa industri Perempuan 24 42,9
bokor yang ada di Desa Menyali yang Jumlah 56 100
telah dipilih berdasarkan kriteria inklusi Status Gizi
dan eksklusi dengan menggunakan metode Gizi Kurang 8 14,3
simple random sampling. Gizi Baik 41 73,2
Variabel beban kerja dinilai melalui Gizi Lebih 7 12,5
pencarian denyut nadi per menit dengan Jumlah 56 100
metode 10 denyut. Pengukuran denyut Riwayat
nadi dilakukan satu kali segera setelah Penyakit
responden menyelesaikan pekerjaannya. Hipertensi 8 14,3
Kelelahan dari pengerajin bokor diukur Rematik 8 14,3
menggunakan aplikasi waktu reaksi “Wait Tidak Ada 26 46,4
Now – reaction time test” sebanyak dua Lain-lain 14 25
kali kemudian didapatkan rata-ratanya. Jumlah 56 100
Data dianalisis menggunakan aplikasi Jam Kerja
Statistical Package for the Social Science per Hari
(SPSS). Hasil dari analisis ini adalah ≤7 Jam 32 57,1
distribusi dan persentase dari variabel < Jam 24 42,9
beban kerja dan kelelahan, selain itu Jumlah 56 100
didapatkan juga nilai hubungan antara Beban Kerja
variabel beban kerja dengan kelelahan Ringan 23 41,1
tersebut. Sedang 33 58,9
Jumlah 56 100
HASIL Kelelahan
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ringan 19 33,9
Menyali pada tanggal 9 Agustus 2017 Sedang 33 66,1
yang melibatkan 56 sampel. Adapun hasil
Jumlah 56 100
distribusi frekuensi responden seperti yang
terlihat pada Tabel 1 dimana responden
dalam penelitian ini berdasarkan usianya Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa
terdiri dari 24 orang (42,9%) kurang dari responden pada penelitian ini menurut
status gizinya mayoritas bergizi baik yakni
sebanyak 41 orang (73,2 %). Mayoritas

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 9 NO.9,SEPTEMBER, 2019

responden tergolong status gizi baik, “Wait Now – reaction time test” sebanyak
namun didapati juga responden dalam dua kali kemudian didapatkan rata-ratanya.
status gizi kurang (14,3%) dan gizi lebih Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat
(12,5%). responden pada penelitian ini berdasarkan
Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat kelelahannya terdiri dari 19 orang (33,9%)
responden pada penelitian ini menurut jam kelelahan ringan dan 33 orang (66,1%)
kerjanya terdiri dari 32 orang (57,1%) kelelahan sedang.
kurang atau sama dengan 7 jam per hari
dan 24 orang (42,9%) lebih dari 7 jam per Uji Normalitas
hari. Uji normalitas pada penelitian ini
Beban kerja pada penelitian ini dinilai memakai uji Kolmogorov-Smirnov dimana
dengan cara mencari denyut nadi per menit hasil ujinya dapat dilihat pada Tabel 2.
berdasarkan metode 10 denyut. Melalui pengujian normalitas data
Pengukuran denyut nadi dilakukan satu diperoleh nilai p beban kerja kurang dari
kali segera setelah responden 0,05 dimana data berarti distribusinya
menyelesaikan pekerjaannya. Berdasarkan tidak normal, sedangkan nilai p kelelahan
Tabel 1, dapat dilihat bahwa responden lebih dari 0,05 dimana data berarti
menurut beban kerjanya terdiri dari 23 distribusinya normal sehingga analisis data
orang (41,1%) beban kerja ringan dan 33 untuk pengujian hipotesis menggunakan
orang (58,9%) beban kerja sedang. uji korelasi Spearman.
Kelelahan dari pengerajin bokor
diukur menggunakan aplikasi waktu reaksi

Tabel 2. Uji Normalitas Data Menggunakan Kolmogorov-Smirnov


Variabel n nilai p Simpulan
Beban Kerja 56 0,000 Distribusi tidak normal
Kelelahan 56 0,200 Distribusi normal

Analisis Bivariat pada sumber, hubungan variabel beban


Uji yang digunakan untuk kerja dan kelelahan pada penelitian ini
menganalisa hubungan antara variabel signifikan yakni 0,001 dimana nilai ini
beban kerja dan kelelahan adalah uji kurang dari 0,05 sehingga Ha diterima.
korelasi Spearman dengan menggunakan Hasil ini membuktikan terdapat hubungan
aplikasi SPSS versi 24 for windows. antara kedua variabel tersebut. Adapun
Hasilnya dinyatakan pada Tabel 3 nilai koefisien korelasi yang didapat yakni
dibawah. 0,857 dimana termasuk rentangan 0,70-
Berdasarkan tabel tersebut diketahui 0,89 yang tergolong kategori hubungan
nilai p yakni 0,001. Menurut pedoman sangat kuat.

Tabel 3. Hubungan Beban Kerja dengan Kelelahan pada Pengerajin Bokor di Desa Menyali
Variabel Nilai BebanKerja Kelelahan
Beban Kerja Koefisien korelasi 1,000 0,857
Signifikansi 0,001
Jumlah data 56 56
Kelelahan Koefisien korelasi 0,857 1,000
Signifikansi 0,001
Jumlah data 56 56

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 9 NO.9,SEPTEMBER, 2019

PEMBAHASAN energi ketika melakukan pekerjaan tidak


Hasil penelitian menunjukkan seimbang ataupun kurang.13
mayoritas reponden berusia lebih dari 40 Apabila seseorang makin lama
tahun. Grandjean menyatakan bahwa umur melakukan pekerjaan maka makin
dapat memberi pengaruh seseorang dalam kelelahan juga akan meningkat, hal ini
hal kerja fisik ataupun kekuatan ototnya.10 disebabkan jam kerja yang tinggi dapat
Seseorang mencapai kemampuan fisik memicu timbulnya rasa jenuh karena kerja
yang paling tinggi pada rentang usia 25–39 yang monoton berpengaruh pada tingkat
tahun, seiring peningkatan usia maka kelelahan yang terjadi.11 Hasil penelitian
kemampuan ini akan kian menurun. menunjukkan mayoritas reponden bekerja
Mereka yang berusia 40-50 tahun ≤ 7 jam, dari beberapa sumber diketahui
cenderung mudah mengalami kelelahan jika lama kerja responden berpengaruh
karena kekuatan otot yang berkurang dapat terhadap kelelahan kerja.
menimbulkan kelelahan otot oleh karena Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapatnya penimbunan asam laktat pada mayoritas responden menerima beban
otot.11 kerja sedang. Beban kerja seorang
Responden dalam penelitian ini pengerajin bokor meskipun dipandang
mayoritas adalah pekerja laki-laki. ringan oleh kebanyakan orang, namun
Pekerjaan yang dilakukan responden pada kenyataannya bukanlah pekerjaan
adalah membuat bokor yang melalui yang mudah. Seorang pengerajin bokor
serangkaian proses dan pemahatan motif harus mengeluarkan tenaga, energi, dan
bokor. Sehingga pengerajin lelaki lebih konsentrasi lebih untuk memotong
diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan alumunium, membuat motif pahatan, serta
tersebut karena mereka lebih tidak mudah merangkainya menjadi bokor. Tingkat
mengalami kelelahan daripada pengerajin kebutuhan energi menimbulkan denyut
perempuan. Volume oksigen maksimal jantung yang beragam, tergantung pada
pada saat perempuan melakukan kerja fisik pembebanan otot statis dan otot yang
15-30% lebih rendah daripada laki-laki.12 berperan dalam melakukan pekerjaan.
Hal ini dikarenakan perempuan Sehingga denyut jantung dapat digunakan
mengandung lemak tubuh yang lebih sebagai indikator beban kerja.14
tinggi dan Hb darah yang lebih rendah Kelelahan ialah perlindungan tubuh
dibandingkan laki-laki. Oleh sebab itu dari kerusakan yang dapat terjadi oleh
perempuan cenderung mengalami karena begitu timbullah proses
kelelahan kerja. pemulihan.13 Kelelahan dapat berupa
Berdasarkan hasil penelitian diketahui kelelahan fisik maupun kelelahan mental.
bahwa mayoritas responden status gizinya Dalam penelitian ini lebih diperhatikan
baik, namun masih ada juga yang status kelelahan fisiknya, karena responden
gizinya rendah. Hal ini semestinya dalam penelitian ini adalah pengerajin
mendapat perhatian, dimana mestinya bokor. Kelelahan dapat timbul karena
pemerintah mengadakan penyuluhan beragam pencetus yakni lingkungan kerja
mengenai gizi dan pola makan yang baik kurang ergonomis, monotoni kerja, waktu
sehingga status gizi masyarakat dapat kerja istirahat tidak sesuai, serta alat dan
meningkat. Suma’mur juga berpendapat prasarana kerja tidak tepat dengan
demikian dimana ia menyatakan bahwa antropometri pekerjanya.6 Dalam
apabila dikaitkan dengan kelelahan, penelitian ini kelelahan responden masih
mereka yang status gizinya kurang akan dalam kategori ringan dan sedang yang
mudah kelelahan dalam bekerja sebab berarti belum sesuainya kapsitas kerja
cadangan gizi yang berubah menjadi

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 9 NO.9,SEPTEMBER, 2019

responden terhadap beban kerja yang bokor di Desa Menyali. Hubungan yang
diterima. terjadi sangat kuat berdasarkan nilai
koefisien korelasi.
Hubungan antara Beban Kerja dengan
Kelelahan Kerja pada Pengerajin Bokor SARAN
di Desa Menyali Berdasarkan penelitian ini maka
Beban kerja dapat menyebabkan penulis dapat memberikan saran sebagai
kelelahan oleh karena seorang pada saat berikut:
bekerja menanggung beban akibat kerja 1. Dilakukan penyuluhan mengenai hasil
fisik yang ia lakukan.15 Apabila seseorang pengukuran beban kerja dan kelelahan
rutin melaksanakan latihan, hal ini akan kerja kepada pengerajin bokor di Desa
meningkatkan kekuatan, ketahanan serta Menyali dilengkapi dengan
mekanisme kerja otot dan organ tubuh memberikan edukasi tentang dampak
pada tubuhnya sehingga menyebabkan yang dapat ditimbulkan berikut cara
tubuh tidak mudah mengalami kelelahan. menanggulanginya.
Suma’mur berpendapat bahwa beban 2. Memberikan jam istirahat tambahan
kerja dapat menentukan lama kerja ataupun menyisipkan istirahat pendek
seseorang sesuai kapasitas kerja yang ia pada waktu kerja agar pekerja
miliki.13 Apabila beban kerja seseorang terhindar dari kelelahan karena jam
tidak sesuai dengan kapasitas kerja maka kerja yang berlebihan.
bisa menimbulkan kelelahan. Hal ini 3. Pengerajin bokor yang mulai merasa
disebabkan karena energi pada saat bekerja kelelahan dianjurkan untuk
makin tinggi diperlukan apabila otot meregangkan ototnya agar terhindar
bekerja lebih lama untuk mengatasi beban dari kelelahan berkelanjutan dan untuk
yang diterimanya. Apabila pada saat mengurangi ketegangan otot.
relaksasi energi pemulihannya tidak sesuai 4. Untuk peneliti berikutnya, penulis
maka hal inilah yang dapat menimbulkan harapkan dapat melaksanakan
kelelahan. Dari pemaparan tersebut dapat penelitian serupa namun dibedakan
dikatakan bahwa kemampuan dan respondennya berdasarkan jenis
kapasitas kerja pengerajin bokor tidak kelamin maupun jenis pekerjaan yang
sebanding dengan beban kerjanya, hal dilakukan sehingga hasilnya lebih
inilah yang menyebabkan pengerajin akurat.
bokor sebagian besar termasuk menerima
beban kerja sedang. DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan hasil uji Spearman 1. Dinata, M.K., Adiputra, N.,
diketahui bahwa hubungan antara beban Adiatmika, P.G. Sikap Kerja
kerja dengan kelelahan kerja pada Duduk-Berdiri Bergantian
pengerajin bokor di Desa Menyali Menurunkan Kelelahan, Keluhan
diperoleh nilai p = 0,857 dan koefisiensi Muskuloskeletal Serta
korelasi (α) = 0,001, dimana nilai p lebih Meningkatkan Produktivitas Kerja
daripada α sehingga dapat dikatakan Penyetrika Wanita di Rumah
terdapat hubungan antara beban kerja Tangga. Jurnal Ergonomi
dengan kelelahan yang dirasakan Indonesia. 2015.
pengerajin bokor. 2. Mutia, M. 2014. Pengukuran beban
kerja fisiologis dan psikologis pada
SIMPULAN operator pemetikan the dan
Terdapat hubungan antara beban kerja operator produksi the hijau di PT
dengan kelelahan kerja pada pengerajin mitra kerinci. Jurnal optimasi

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 9 NO.9,SEPTEMBER, 2019

sistem industri. 2014;13(1): 503- dan produktivitas. Surakarta:


17. UNIBA Press. 2004.
3. Nurvitarini, D., Rahman, A. dan 13. Suma’mur, P.K. Higene
Yuniarti, R. Penentuan jumlah Perusahaan dan Kesehatan Kerja.
operator berdasarkan analisa beban Jakarta: PT Toko Gunung Agung.
kerja fisik dengan pertimbangan 1996.
cardiovascular load (Studi kasus: 14. Nurmianto, E. Ergonomi, konsep
pabrik gondorukem dan terpenting dasar dan aplikasinya. Surabaya:
arahan jember). Jurnal rekayasa PT. GunaWidya. 1996.
dan manajemen sistem industri 15. Wignjosoebroto, S. Ergonomi Studi
Teknik industri universitas Gerak dan Waktu. Surabaya: Guna
brawijaya. 2011;3(3): 536-45. Widya. 2003.
4. Depkes RI. Modul Pelatihan bagi
Fasilitator Kesehatan Kerja.
Jakarta. 2003.
5. Setyawati. Selintas Tentang
Kelelahan Kerja. Yogyakarta:
Asmara Books. 2010.
6. Tarwaka, S.H. Ergonomi Industri.
Solo : Harapan Press Solo. 2011.
7. Ariati, N.N., dan Dewantari, N.M.
Beban kerja dan mikroklimat ruang
kerja perajin uang kepeng (pis
bolong) Ud. Kamasan bali di desa
kamasan klungkung. Jurnal Ilmiah
Teknik Industri. 2011;10(1): 101-5.
8. Rodahl, K. Textbook of work
physiology. USA : Hill Book
Company. 1991.
9. Christensen, E.H. Physiology of
work. Encyclopedia of
Occupational Health and Safety,
Third (revised) edt. ILO Geneva.
1991.
10. Grandjean, E. Fitting the Task to
the Man, 4th edt. London: Taylor
& Francis Inc. 1988.
11. Syavina, M. Faktor –Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kelelahan
Kerja Pada Petugas Cleaning
Service Di RSUD Kota Semarang
Tahun 2013. [Skripsi Ilmiah].
Semarang: Fakultas Kesehatan
Universitas Dian Nuswantoro
Semarang. 2013.
12. Tarwaka, S.H., Bakri, A., dan
Sudiajeng, L. Ergonomi untu
kkesehatan dan keselamatan kerja

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum

Anda mungkin juga menyukai