Anda di halaman 1dari 15

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB V

PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

1. Usia

Berdasarkan hasil pengambilan data oleh 58 responden didapatkan

hasil bahwa mayoritas responden berada dikategori dewasa awal (26-35

tahun) berjumlah 40 orang (69 %), kategori dewasa akhir (36-45 tahun)

berjumlah 13 orang (22.4%), dan sisanya masuk kedalam kategori remaja

akhir (20-25 tahun) yang berjumlah 5 orang (8.6%). Data kategori usia

dalam subyek penelitian ini sebelumnya telah dilakukan inklusi, sehingga

peneliti hanya mengambil responden yang berusia 20-55 tahun.

Menurut Suma’mur (2014) semakin bertambahnya umur seseorang

akan diikuti dengan berkurangnya kemampuan kerja yang disebabkan karena

adaya perubahan pada sistem kardiovaskuer dan hormonal. Pada umur 50-60

tahun kekuatan otot akan menurun sebesar 25%, kemampuan sensors dan

motoris akan menurun sebesar 60%. Hal ini sejalan dengan teori dari

Tarwaka tahun 2014 yang menyatakan bahwa pemberian pekerjaan kepada

seseorang harus mempertimbangkan umur atau usia.

2. Jenis Kelamin

Penelitian ini menetapkan kriteria inklusi dengan subjek penelitian

adalah perempuan. Sehingga responden berjumlah 58 orang (100%)

64
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
65

merupakan perempuan. Hal ini dikarenakan sebagai upaya untuk

menghomogenkan populasi penelitian dan keterbatasan sumber daya pekerja

yang ada di PT. Bintang Makmur Sentosa Textil Industry, sebagian besar

pekerja bagian produksi di PT. Bintang Makmur Sentosa Textil Industry

Sragen berjenis kelamin perempuan. Berdasarkan hasil Survei Penduduk

Antar Sensus (SUPAS) tahun 2018 menyebutkan jumlah penduduk

Indonesia mencapai 264,16 juta jiwa, yang terdiri dari 132,68 juta jiwa

penduduk laki-laki dan 131,47 juta jiwa perempuan. Sehingga jumlah

pekerja perempuan lebih banyak daripada pekerja laki-lakinya.

3. Status Gizi

Berdasarkan hasil pengambilan data sebanyak 58 responden

didapatkan sebanyak 100% responden memiliki status gizi yang normal

(IMT 18.5 kg/m2-24.9 kg/m2). Dengan nilai status gizi paling rendah yaitu

18.73 kg/m2 dan nilai status gizi paling tinggi yaitu 24.89 kg/m2.

Menurut Lientje Setyawati tahun 2011, seseorang yang mengalami

ketidakseimbangan pemasukan dan pengeluaran zat gizi sumber energi

dalam tubuh akan rentan mengalami kelelahan. Dalam menjalankan

tugasnya, tubuh membutuhkan bahan bakar sebagai sumber energi dan

dipengaruhi oleh sistem. Sistem tersebut adalah sistem pencernaan, sistem

saraf, sistem peredaran darah, sistem otot, dan sistem pernafasan. Dalam

Mulyono tahun 2010 disebutkan bahwa manusia dalam melangsungkan

aktivitasnya, manusia membutuhkan zat gizi yang seimbang. Zat gizi

tersebut akan menghasilkan energi yang diperukan untuk pertumbuhan dan


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
66

bekerjanya organ tubuh secara otomatis untuk memberi tenaga agar dapat

melangsungkan kegiatan di luar tubuh.

4. Unit Kerja

Berdasarkan hasil pengukuran kebisingan yang dilakukan di unit kerja

spinning dan winding didapatkan hasil sejumlah 22 pekerja (37.9%) terpapar

kebisingan dari mesin pemintalan yang ada di area winding. Sedangkan

sebanyak 36 pekerja (62.1%) terpapar kebisingan dari mesin di area winding.

Berdasarkan hasil observasi, proporsi pekerja yang berada di area spinning

lebih banyak dari pekerja di area winding.

Menurut hasil observasi perusahaan dan wawancara dengan pihak

personalia PT. Bintang Makmur Sentosa Textil Industry proses produksi

dilakukan pada 3 unit kerja yaitu TFO, spinning, dan winding. Namun hanya

area spinning, dan winding yang dapat dilakukan pengukuran sebagai objek

penelitian dikarenakan TFO tidak terdapat paparan kebisingan dan

terbatasnya jumlah pekerja di are TFO.

5. Beban Kerja Fisik

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada 58 responden

terhadap beban kerja fisik yang diterima pekerja bagian produksi di PT.

Bintang Makmur Sentosa Textil Industry Sragen, didapat hasil bahwa

mayoritas pekerja mengalami beban kerja fisik sedang dengan frekuensi 27

orang (46.6%), selanjutnya pekerja yang mengalami beban kerja fisik berat

dengan frekuensi 16 orang (27.6%), dan pekerja yang mengalami beban

kerja fisik ringan dengan frekuensi 15 orang (25.9%). Namun pada


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
67

penelitian kali ini tidak ditemukannya pekerja yang mengalami beban kerja

fisik dengan kategori sangat berat dan juga sangat berat sekali.

Tingginya beban kerja ini dikarenakan adanya pengurangan jumlah

pekerja di PT. Bintang Makmur Sentosa Tekstil Industri namun dengan

target produksi yang relatif sama. Pada tahun 2020, pekerja PT. Bintang

Makmur Sentosa Tekstil Industri telah berkurang sebanyak 30 %

dibandingkan dengan jumlah pekerja PT. Bintang Makmur Sentosa Tekstil

Industri pada tahun 2015. Hal ini menyebabkan bertambahnya beban dan

tanggung jawab pekerjaan yang diterima oleh pekerja. Disamping itu,

pekerja hanya memiliki waktu istirahat satu kali yaitu selama 1 jam istirahat.

Pekerja tidak bisa meninggalkan mesin untuk efisiensi mesin produksi.

Menurut Suma’mur, 2014 volume pekerjaan yang dibebankan kepada

pekerja baik yang bersifat fisik ataupun mental akan menjadi tanggung

jawab perusahaan. Tenaga kerja saat melakukan pekerjaan menerima beban

sebagai akibat dari aktivitas fisik yang dilakukannya. Pekerjaan yang

sifatnya berat membutuhkan istirahat yang sering dan waktu kerja yang

pendek. Jika waktu kerja ditambah maka melebihi kemampuan tenaga kerja

dan akan menimbulkan kelelahan. Hal ini sejalan dengan Tarwaka tahun

2014 yang menyatakan bahwa beban kerja yang diberikan pada pekerja perlu

disesuaikan dengan kemampuan psikis dan fisik pekerja bersangkutan. Berat

ringannya beban kerja yang diterima oleh seorang tenaga kerja disesuaikan

dengan kemampuan atau kapaitas kerja, jika beban kerja yang diberikan

melebihi kemampuan dan kapasitas kerja maka akan mengakibatkan

kelelahan kerja.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
68

Untuk mengurangi dampak negatif dari tingginya beban kerja yang

diterima oleh pekerja, alangkah baiknya apabila perusahaan juga memberi

perhatian terhadap peningkatan stamina, kebugaran , dan kesehatan dari

pekerjanya. Langkah awal yang bisa dilakukan adalah dengan meningkatkan

pemahaman dan wawasan yang lebih terbuka dari setiap pihak dengan cara

mengadakan workshop yang ditujukan untuk pihak manajemen dan pekerja

terkait pentingnya menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh demi tercapainya

target produksi secara maksimal. Program peningkatan kebugaran tubuh ini

dapat dilakukan dengan cara diadakannya senam rutin seminggu sekali dan

penyediaan extra food berupa susu/pudding/vitamin oleh perusahaan untuk

pekerja.

6. Kebisingan Lingkungan Kerja

Proses pengambilan data dilakukan pada tanggal 27 dan 30 Januari

2020 , hal ini dikarenakan untuk memnuhi kebutuhan jumlah sampel

penelitian. Pada setiap pengukuran kebisingan dilakukan 3 kali waktu

pengukuran yaitu awal, tengah, dan akhir shift lalu akan dihitung nilai leq

kebisingan dalam satu kali shift pagi. Berdasarkan hasil pengambilan data

didapatkan hasil pengukuran kebisingan pada tanggal 27 Januari 2020 di

area spinning sebesar 92.64 dB dan area winding sebesar 91.38 dB.

Sedangkan pengukuran yang dilakukan pada tanggal 30 Januari 2020

mendapatkan hasil kebisingan area spinning sebesar 92.98 dB dan area

winding sebesar 91.94 dB. Hal ini tidak sejalan dengan regulasi yang telah

ditetapkan. Pada Permenaker No. 5 Tahun 2018, nilai ambang batas


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
69

kebisingan untuk 8 jam kerja adalah 85 dB. Tentunya kebisingan di are

spinnig dan winding sudah melebihi NAB.

Kondisi lingkungan kerja PT. Bintang Makmur Sentosa Tekstil

Industri pada area produksi dipenuhi mesin produski yang beroperasi selama

24 jam non stop. Pekerja bekerja selama 8 jam kerja dengan waktu istirahat

1 jam. Pekerja tidak meninggalkan area kerja dikarenakan demi menjaga

efisiensi mesin produksi. Pekerja juga belum dibekali alat pelindung diri

berupa ear plug/ ear muff. Hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman dari

pihak manajemen perusahaan terkait bahaya faktor fisik lingkungan kerja,

sehingga tidak dilakukan monitoring dan kontrol terhadap potensi bahaya

tersebut.

Menurut Irwan yang dikutip dalam Sutrisno tahun 2010, lingkungan

yang bising secara fisiologis akan mengaktifkan sistem inhibisi yang

terdapat di dalam thalamus. Apabila sistem inhibisi dalam keadaan yang

lebih kuat dari sistem aktivasi, akan menimbulkan perasaan lelah dalam diri

seseorang. Secara psikologis, lingkungan yang bising juga akan

menyebabkan perasaan terganggu dalam diri seseorang yang berakibat pada

kehilangan fokus dan konsentrasi pada pekerjaan. Hal ini kemudian akan

berdampak pada melemahnya motivasi dan semangat kerja dan berujung

pada meningkatnya perasaan lelah pada pekerja (Suma’mur, 2014)

Untuk meningkatkan kepedulian perusahaan terhadap K3, perlu

diadakannya workshop kepada pihak manajemen terkait pentingnya proses

indentifikasi bahaya dan pengendalian resiko di tempat kerja. Hal ini juga
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
70

diupayakan agar meingkatkan awareness perusahaan dalam upaya memenuhi

regulasi pemerintah dalam menjaga keselamatan dan kesehatan pekerja.

7. Kelelahan Kerja

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 58 responden pekerja bagian

produksi di PT. Bintang Makmur Sentosa Textil Sragen mengenai kelelahan

kerja didapatkan hasil, pekerja yang mengalami tingkat lelah yang rendah

memiliki frekuensi berjumlah 21 orang (36.2%), dan pekerja dengan tingkat

lelah yang tinggi memiliki frekuensi berjumlah 37 orang (63.8%).

Menurut Lientje Setyawati (2011), kelelahan kerja dapat disebabkan

oleh bebarapa faktor. Baik dari faktor internal atau yang berasal dari

individu seperti umur, status gizi, kondisi kesehatan, kondisi psikologi, jenis

kelamin, dan riwayat penyakit maupun faktor eksternal seperti kebisingan,

suhu lingkungan, penerangan, beban kerja, dan lama kerja dalam satu hari.

Tingkat lelah yang tinggi yang dirasakan oleh pekerja di PT. Bintang

Makmur Sentosa Tekstil Industri disebabkan karena pemberian beban kerja

yang tinggi namun dengan intensitas istirahat yang sedikit. Seharusnya

pekerjaan yang berat membutuhkan istirahat yang lebih sering agar tidak

terjadi penumpukan asam laktat di dalam tubuh yang menyebabkan

percepatan terjadinya kelelahan pada pekerja.

Untuk mengurangi resiko kelelahan yang dirasakan oleh pekerja,

alangkah baiknya jika pekerja memanfaatkan waktu istirahat dengan baik

untuk pemulihan relaksasi tubuh yang maksimal. Pekerja juga disarankan

untuk melakukan peregangan tubuh disela-sela waktu bekerja selain untuk

melemaskan otot-otot juga untuk menghindarkan pekerja dari rasa jenuh.


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
71

B. Hubungan Kebisingan Lingkungan dengan Kelelahan Kerja

Berdasarkan uji statistik spearman rho antara kebisingan dan kelelahan

dapat diketahui nilai p=0,002 sehingga nilai p lebih kecil dari nilai alpha 0,05.

Hasil uji statistik ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara

kebisingan lingkungan di PT. Bintang Makmur Sentosa Textil Industri kelelahan

yang dirasakan oleh pekerja. Sedangkan nilai koefisien korelasi (r) yaitu 0,402

menunjukkan bahwa kekuatan hubungan yang sedang antara kebisingan dan

kelelahan subjektif dan nilai positif menunjukkan arah korelasi yang berarti

semakin tinggi paparan kebisingan, maka semakin tinggi pula tingkat kelelahan

pekerja.

PT. Bintang Makmur Sentosa Textil Industri merupakan industri yang

bergerak di pengolahan tekstil. Pengoperasian mesin selama 24 jam non stop

demi menjaga efisiensi mesin produksi. Hal ini menyebabkan timbulnya

kebisingan yang bersifat kontinyu. Demi menjaga kelangsungan proses produksi

yang tidak bisa ditinggalkan, pekerja memanfaatkan waktu istirahat dan sholat

secara bergantian dengan tidak meninggalkan area produksi. Hal ini

menyebabkan pekerja terpapar kebisingan secara terus menerus selama 8 jam

kerja. Perusahaan juga tidak membekali pekerja dengan alat pelindung diri

berupa ear plug/earmuff. Sehingga mengakibatkan tingginya paparan intensitas

kebisingan yang diterima pekerja dan berakibat pada tingginya resiko kelelahan

yang dirasakan oleh pekerja.

Pekerja yang terpapar kebisingan tinggi secara terus menerus maka secara

fisiologis akan mengaktifkan sistem inhibisi yang meyebabkan munculnya rasa

lelah pada seseorang (Irwan dalam Sutrisno, 2010). Paparan kebisingan secara
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
72

kontinyu secara psikologis akan menyebabkan pekerja akan kehilangan

konsentrasi dan menurunnya motivasi untuk melanjutkan aktivitas yang

berakibat munculnya perasaan lelah (Suma’mur, 2014)

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Raudhah Nur

Amalia Makalalag tahun 2017 tentang hubungan antara intensitas kebisingan

dengan kelelahan kerja pada tenaga kerja ground handling PT.Gapura Angkasa

Bandar Udara Internasional Sam Ratulangi Kota Manado menyatakan bahwa

terdapat hubungan antara intensitas kebisingan dengan tingkat kelelahan pekerja

dengan p-value 0,000 dan nilai koefisien korelasi (r) 0,512, yang artinya

memiliki tingkat keeratan hubungan yang sedang. Menurut Widana (2014),

intensitas kebisingan lingkungan kerja yan tinggi dan terpapar secara kontinyu

dapat menyebabkan stress yang berakibat pada percepatan munculnya kelelahan

yang dirasakan oleh pekerja. Kelelahan ini mampu menyebabkan terjadinya

penurunan motivasi dan fokus pekerja dalam pemecahan masalah, sehingga

mampu meningkatkan resiko kecelakaan kerja di tempat kerja.

Kebisingan diduga mampu menjadi faktor penyebab kelelahan pada pekerja,

hal ini sejalan dengan hasil penelitian dari Triyunita (2013) yang menyatakan

bahwa kebisingan berpengaruh terhadap kelelahan. Menurut Triyunita (2013),

kebisingan merupakan beban tambahan dari lingkungan kerja yang diterima

pekerja yang mampu mempercepat kelelahan. Kebisingan yang terpapar secara

terus menerus akan menyebabkan peningkatan detak jantung, tekanan darah, dan

menyempitnya nadi, hal ini sebagai indikator adanya perubahan fungsi faal tubuh

yang dapat mengakibatkan timbulnya rasa lelah.


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
73

Menurut Kalsum, dkk (2016), pekerja yang terpapar kebisingan tinggi

mampu mengakibatkan rasa sakit pada kepala dan rasa lelah. Kebisingan ini juga

secara psikologis dapat menyebabkan munculnya rasa kurang nyaman, kurang

konsentrasi, susah tidur, cepat marah, kebingungan, dan berujung pada stres dan

kelelahan. Hal ini dibuktikan dengan penelitiannya di PT. Batanghari Tembesi

kota Jambi pada tahun 2016 yang menyatakan adanya hubungan yang signifikan

antara kebisingan dan kelelahan yang dirasakan pekerja.

Untuk mengurangi resiko kelelahan yang diakibatkan oleh kebisingan,

terlebih dahulu perusahaan diberikan pengarahan dan pemahaman tentang

pentingnya identifikasi bahaya dan pengendalian resiko. Perusahaan juga

diberikan pemahaman untuk meningkatkan awareness perusahaan dalam

memenuhi regulasi pemerintah guna menjamin keselamatan dan kesehatan

pekerjanya. Setelah itu diadakan inisiasi kegiatan untuk melakukan pengukuran

faktor bahaya fisik lingkungan kerja khususnya kebisingan untuk memonitor

paparan kebisingan pada pekerja. Perusahaan juga bisa memberikan alat

pelindung diri untuk pekerja guna mengurangi paparan kebisingan di area kerja.

C. Hubungan Beban Kerja Fisik dengan Kelelahan Kerja

Berdasarkan hasil pengukuran beban kerja fisik terhadap pekerja

menggunakan pulseoximeter, didapatkan hasil bahwa terdapat 16 orang (27.6%)

mengalami beban kerja fisik yang berat yang terdiri dari 2 orang memiliki tingkat

kelelahan yang rendah dan 14 orang memiliki tingkat kelelahan yang tinggi.

Selanjutnya terdapat 27 orang (46.6%) yang mengalami beban kerja fisik yang

sedang terdiri dari 8 orang memiliki tingkat kelelahan yang rendah dan 19 orang

memiliki tingkat kelelahan yang tinggi. Sedangkan untuk pekerja yang


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
74

mengalami beban kerja ringan terdapat 15 orang (25.9%) yang terdiri dari 11

orang memiliki tingkat kelelahan yang rendah dan 4 orang memiliki tingkat

kelelahan yang tinggi.

Hasil analisis pada uji statistik korelasi Somers’d menunjukkan bahwa

hubungan beban kerja fisik dengan kelelahan subjektif pekerja memiliki nilai p

value =0,0001 atau lebih kecil dari nilai alpha 0,05 dan r = 0,428. Hal ini

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara beban kerja fisik

dengan kelelahan subjektif dan memiliki korelasi sedang. Korelasi positif yang

menyatakan bahwa semakin tinggi beban kerja maka akan semakin meningkat

resiko kelelahan pada pekerja.

Hasil penelitian ini menyatakan adanya hubungan yang signifikan, hal ini

disebabkan karena tingginya beban kerja yang diterima oleh pekerja. Saat ini PT.

Bintang Makmur Sentosa Textil Industri sedang terjadi pengurangan jumlah

tenaga kerja dengan nilai produksi yang masih sama. Sehingga hal ini

menyebabkan adanya peningkatan beban kerja yang diterima oleh pekerja.

Tingginya beban kerja ini megakibatkan tingginya angka kelelahan yang

dirasakan oleh pekerja di PT. Bintang Makmur Sentosa Textil Industri.

Ketika tenaga kerja melakukan aktivitas dengan beban kerja yang berat,

maka jantung akan dirangsang sehingga kecepatan denyut jantung dan kekuatan

pemompaannya akan meningkat. Jika oksigen yang masuk ke tubuh kurang akan

menyebabkan dada sakit (Soeharto dalam Hariyati, 2011). Jika terus menerus

kekurangan oksigen, maka akan terjadi akumulasi yang selanjutnya metabolisme

anaerobik akan menghasilkan asam laktat yang mempercepat terjadinya

kelelahan (Santoso dalam Hariyati, 2011).


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
75

Hasil penelitian kali ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Annies Banita Nugraheni tahun 2015 tentang hubungan antara beban kerja fisik

dengan kelelahan kerja pada tenaga kerja bagian produksi tulangan beton di PT.

Wijaya Karya Beton Tbk. PPB Majalengka menyatakan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara beban kerja fisik dengan kelelahan (p-value

0,000 dan r=0,714), hubungan tersebut memiliki tingkat keeratan hubungan yang

kuat dan menunjukkan arah korelasi positif. Hasil penelitian ini juga sejalan

dengan teori dari Tarwaka (2014) yang menyatakan bahwa berat ringannya beban

kerja yang diterima oleh seorang tenaga kerja disesuaikan dengan kemampuan

atau kapaitas kerja, jika beban kerja yang diberikan melebihi kemampuan dan

kapasitas kerja maka akan mengakibatkan kelelahan kerja.

Resiko kelelahan pada pekerja akan meningkat apabila pekerja menerima

beban kerja yang tinggi namun tidak diimbangi dengan waktu istirahat yang

cukup. Hal ini juga diungkapkan pada jurnal Agustinawati, dkk (2019) bahwa

beban kerja yang diberikan kepada seseorang harus disesuaikan dengan kapasitas

kerja yang dimiliki agar tidak menimbulkan kelelahan. Saat bekerja tubuh

memerlukan energi yang banyak, semakin tinggi energi yang diperlukan maka

otot akan bekerja lebih lama untuk mengatasi beban yang diterima. Ketika

relaksasi energi pemulihannya tidak sesuai maka hal ini akan menyebabkan

kelelahan.

Menurut jurnal penelitian Dewi (2018), juga menyatakan bahwa kelelahan

kerja dikaitkan dengan beban kerja dan waktu istirahat. Semakin tinggi beban

kerja yang diterima oleh pekerja, maka semakin lama waktu yang diperlukan

untuk instirahat. Berdasarkan hasil penelitian Dewi (2018), kelelahan kerja berat
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
76

hanya dialami oleh pekerja yang menerima beban kerja dan sebagian pekerja

yang merasa mendapatkan beban kerja yang tidak sesuai dengan kapasitasnya.

Pekerjaan yang berat tentunya membutuhkan waktu istirahat yang lebih sering

dan waktu kerja yang lebih pendek. Apabila itu tidak terpenuhi maka akan

memicu kerja otot yang berlebihan dan berakibat pada penumpukan asam laktat

dan mempercepat terjadinya kelelahan.

Untuk mengurangi resiko kelelahan yang disebabkan oleh beban kerja,

langkah awal yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan pemahaman pada

semua pihak terkait pentingnya menjaga kebugaran tubuh untuk tercapainya

target produksi yang maksimal. Perusahaan juga bisa mengadakan program

senam rutin yang dilakukan seminggu sekali untuk menjaga kesehatan dari

pekerja. Pemberian extrafood berupa susu,pudding¸atau vitamin dapat dilakukan

juga demi menjaga stamina dari pekerja.

D. Hubungan Kebisingan Lingkungan dan Beban Kerja Fisik dengan

Kelelahan Subjektif Pekerja

Berdasarkan tabel hasil uji regresi logistik diatas diketahui bahwa nilai

signifikasi beban kerja sebesar 0,032 atau kurang dari 0,05 yang berarti beban

kerja memiliki pengaruh yang signifikan, sedangkan kebisingan memiliki nilai

signifikansi sebesar 0,235 atau lebih besar dari 0,05 yang berarti kebisingan tidak

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kelelahan subjektif atau

memiliki pengaruh namun sangat kecil pengaruhnya dibandingkan dengan beban

kerja fisik. Diketahui bahwa variabel yang paling berpengaruh terhadap variabel

terikat adalah adalah beban kerja fisik. Kekuatan hubungan dapat dilihat dari

nilai OR (EXP{B}). Kekuatan hubungan pada beban kerja fisik yaitu (OR=
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
77

3,285) yang dapat diartikan bahwa beban kerja yang tinggi dapat meningkatkan

resiko kelelahan pada pekerja sebanyak 3,285 kali.

Beban kerja fisik menjadi variabel yang peling berpengaruh terhadap

kelelahan yang dirasakan oleh pekerja di PT. Bintang Makmur Sentosa Tekstil

Industri. Semakin tinggi beban kerja yang diterima pekerja maka semakin tinggi

pula peningkatan resiko kelelahan pada pekerja. Pengurangan kuantitas pekerja

di PT.BMSTI menjadi penyebab meningkatnya beban kerja yang diterima setiap

pekerja. Hal ini menyebabkan semakin menumpuknya pekerjaan dan tanggung

jawab yang harus diselesaikan oleh pekerja di PT. Bintang Makmur Sentosa

Tekstil Industri.

Menurut Triana, dkk (2017) beban kerja menyumbang pengaruh yang besar

terhadap terjadinya kelelahan. Beban kerja yang tidak sesuai dengan kapasitas

yang dimiliki pekerja akan berdampak baik secara fisik maupun psikis. Hal ini

akan mengakibatkan timbulnya rasa lelah dan terganggunya kinerja pekerja

sehingga akan mempengaruhi hasil kerja dari pekerja. Pendapat yang sama

diungkapkan oleh Syavina (2014) yang menyatakan bahwa semakin lama pekerja

melakukan suatu pekerjaan maka akan semakin meningkat pula kelelahan yang

dirasakan. Hal ini disebabkan karena beban kerja dan jam kerja yang tinggi

sehingga mengakibatkan munculnya rasa jenuh karena pekerjaan yang monoton.

Pemberian beban kerja yang berlebih dan kurangnya waktu istirahat akan

memperparah resiko terjadinya kelelahan. Saat bekerja tubuh memerlukan energi

yang banyak, semakin tinggi energi yang diperlukan maka otot akan bekerja

lebih lama untuk mengatasi beban yang diterima. Waktu pemulihan diperlukan

pekerja untuk mngembalikan energi yang sudah dikeluarkan, sehingga otot tidak
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
78

terlalu bekerja terlalu keras. Namun apabila relaksasi energi pemulihannya tidak

sesuai maka hal ini akan menyebabkan kelelahan (Agustinawati, 2019).

Resiko kelelahan yang tinggi terjadi pada pekerja di PT. Bintang Makmur

Sentosa Tekstil Industri diakibatkan oleh beban kerja yang tinggi. Untuk

mengurangi resiko ini, perlu adanya kerjasama dari semua pihak naik dari pihak

maanjemen maupun pekerjanya sendiri. Dari pihak manajemen harus mampu

mengelola resiko bahaya ini dengan cara pengadaaan program yang bisa

meningkatkan kesehatan dan kebugaran pekerja. hal ini juga harus didukung oleh

pekerja dengan lebih meningkatkan kesadaran diri dalam menjaga kesehatan

tubuh dengan banyak melakukan olahraga, mengkonsumsi makanan bergizi

seimbang, dan menjaga pola istirahat dengan baik.

E. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah tidak ditelitinya faktor lain yang

mempengaruhi kelelahan seperti keadaan psikologi pekerja. Hal ini disebabkan

adanya keterbatasan ruang lingkup peneliti dalam melakukan penelitian.

Anda mungkin juga menyukai