Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL

1. Hubungan Antara Aktivitas Fisik dengan Kualitas Tidur pada Lansia


2. Hubungan Pendidikan Dan Pengetahuan Ibu Dengan Kelengkapan
Imunisasi Dasar Pada Bayi
3. Efektivitas Program Pendidikan Kesehatan tentang Kebutuhan Gizi Ibu
Hamil

Disusun Oleh:
Windi Amanda
2107202191

Dosen Pembimbing : Ns. Sri Andala, M. Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


MUHAMMADIYAH LHOKSEUMAWE
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2024
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..........................................................................................................................i
1. Hubungan Antara Aktivitas Fisik dengan Kualitas Tidur pada Lansia.............1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................................2
1.4 Metode Penelitian...................................................................................................2
1.5 Desain dan populasi Penelitian...............................................................................2
1.6 Hasil dan Pembahasan............................................................................................3
1.7 Kesimpulan.............................................................................................................4
1.8 Saran.......................................................................................................................4
DAFTAR PUSTAKA
2. Hubungan Pendidikan Dan Pengetahuan Ibu Dengan Kelengkapan Imunisasi
Dasar Pada Bayi........................................................................................................6
2.1 Latar Belakang........................................................................................................6
2.2 Rumusan Masalah..................................................................................................7
2.3 Tujuan Penulisan....................................................................................................7
2.4 Metode Penelitian...................................................................................................7
2.5 Desain dan Populasi Penelitian..............................................................................7
2.6 Hasil dan Pembahasan............................................................................................8
2.7 Kesimpulan.............................................................................................................8
2.8 Saran.......................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA
3. Efektivitas Program Pendidikan Kesehatan tentang Kebutuhan Gizi Ibu Hamil
...................................................................................................................................10
3.1 Latar Belakang......................................................................................................10
3.2 Rumusan Masalah................................................................................................11
3.3 Tujuan Penelitian..................................................................................................11
3.4 Metode Penelitian.................................................................................................11
3.5 Desain dan Populasi Penelitian............................................................................11
3.6 Hasil dan Pembahasan..........................................................................................11
3.7 Kesimpulan...........................................................................................................13
3.8 Saran.....................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA

i
1. Hubungan Antara Aktivitas Fisik dengan Kualitas Tidur pada Lansia

1.1 Latar Belakang


Perubahan fisiologis pada saat menua akan terjadi pada setiap individu dimulai
sejak lahir dan umum dialami pada keseluruh mahluk hidup dalam daur hidupnya
(Nugroho 1995), peningkatan usia harapan hidup berdampak pada peningkatan
jumlan lanjut usia.Kurangnya aktivitas fisik mengakibatkan penyaki kronis yang
terjadi pada lansia seperti hipertensi, stroke, penyakit jantung, diabetes melitus, dan
kanker. Olahraga teratur diikuti dengan peningkatan kebugaran aerobik dapat
menekan penyakit serta kecacatan menurunkan angka kematian dan meningkatkan
kualitas hidup lanjut usia (Elsawy et al, 2010). Kurangnya kegiatan harian atau
kegiatan-kegiatan terstruktur akan mempengaruhi pengurangan waktu tidur atau
kualitas tidur pada lansia. Aktivitas fisik adalah olahraga yang tidak memberatkan
dan mudah dilakukan oleh lansia karena aktivitas fisik dapat mendorong jantung
bekerja secara optimal, tulang tetap kuat, mengembalikan kelenturan sistem saraf,
memaksimalkan suplai oksigen ke otak, serta membantu menghilangkan radikal
bebas yang ada pada tubuh. Sehingga, membuat lansia segar dan bugar.
Aktivitas fisik dapat merangsang penurunan aktivitas saraf simpatis dan
peningkatan aktivitas para simpatis yang berakibat pada penurunan hormon
adrenalin, norepinefrin dan katekolamin. Kemudian terjadi vasodilatasi pada
pembuluh darah serta mengakibatkan transportasi oksigen keseluruh tubuh terutama
pada otak lancar, dapat menurunkan tekanan darah dan nadi menjadi normal, dan
sekresi melatonin secara optimal yang akan mempengaruhi beta endhorphin dan
membantu pemenuhan tidur pada lansia (Cahyono, 2013). Menurut Khasanah dan
Hidayati (2012). Kualitas tidur adalah suatu keadaan dimana tidur yang dijalani
seorang individu menghasilkan kesegaran dan kebugaran disaat bangun dari tidur.
Kualitas tidur yang mencakup aspek kuantitatif dari tidur, seperti durasi tidur,
retensi tidur, serta aspek subyektif, seperti tidur dalam dan istirahat. Perubahan tidur
normal pada lansia adalah terdapat pada Non Rapid Eye Movement (NREM) 3 dan
1
4, lansia hampir tidak memiliki tahap 4 atau tidur dalam. Perubahan pola tidur
lansia disebabkan perubahan sistem neurologis yang secara fisiologis akan
mengalami penurunan jumlah dan ukuran neuron pada sistem saraf pusat hal ini
mengakibatkan fungsi dari neurotransmitter pada sistem neurologi menurun,
sehingga distribusi norepinefrin yang merupakan zat untuk merangsang tidur juga
akan menurun.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan,maka dapat ditentukan
beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
a. Apa hubungan aktivitas fisik pada kualitas tidur lansia ?
b. Apa faktor yang mempengaruhi kualitas tidur pada lansia?

1.3 Tujuan Penulisan


Penulis menentukan tujuan penulisan berdasarkan rumusan masalah yang telah
diuraikan.Berikut merupakan tujuan penulisan, yaitu:
a. Untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik pada kualitas tidur lansia.
b. Untuk memahami faktor yang mempengaruhi kualitas tidur pada lansia.

1.4 Metode Penelitian


Desain penelitian menggunakan cross sectional dengan sampel berjumlah 70
orang dan menggunakan teknik purposive sampling. Alat ukur aktivitas fisik
menggunakan global physical activity (gpaq) dan alat ukur kualitas tidur
menggunakan pittsburgh sleep quality index (psqi).

1.5 Desain dan populasi Penelitian


Desain penelitian ini adalah analitik korelasional dengan pendekatan cross
sectional design. Populasi seluruh lansia di posyandu lansia dusun cangkring desa
kedung losari kecamatan tembalang kabupaten jombang sebanyak 216 lansia.
Responden dalam penelitian ini sebanyak 54 responden dipilih menggunakan teknik

2
purposive sampling. Variabel dalam penelitian ini adalah aktivitas fisik sebagai
variable independent, dan kualitas tidur sebagai variabel dependent. Pengumpulan
data menggunakan kuesioner international physical activity quesionnaire (ipaq) dan
pittsburgh sleep quality index (psqi). Analisa data menggunakan chi square.

1.6 Hasil dan Pembahasan


Hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki aktifitas
fisik sedang yaitu sebanyak 35 responden (64,8%) dan sebagian besar responden
memiliki kualitas tidur baik sebanyak 37 responden (68,5%). Hasil analisa data
menggunakan uji chi square didapatkan hasil nilai sig (2-tailed) p-value: 0,000 dan
taraf kesalahan (α) : 0,05, jadi p
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh usia tidak terlalu signifikan
karena taraf signifikansi lebih besar dari 0,000 sehingga pola data ini hanya bersifat
sebagai “gejala kecenderungan yang tidak signifikan”. Berdasarkan penyimpulan
hasil analisis secara menyeluruh dapat disimpulkan bahwa semakin bertambahnya
usia lansia di panti wreda salatiga cenderung akan diikuti oleh peluang
meningkatnya resiko penurunan kondisi tubuh lansia.Menurut Tarwoto (2010) salah
satu faktor yang mempengaruhi tidur adalah kelelahan. Pada responden yang
berjenis kelamin perempuan dalam kehidupan sehari - 7 hari bekerja sebagai Ibu
rumah tangga dengan mengerjakan pekerjaan rumah, sehingga responden bisa
mengatur antara bekerja dan istirahat, hal tersebut akan mempengaruhi keadaan
tubuh yang tidak lelah. Pada seseorang yang dalam kehidupan sehari-hari tidak
lelah akan mempengaruhi pola tidur yang tidak mengalami gangguan atau kualitas
tidur baik.Berdasarkan penyimpulan hasil analisis secara menyeluruh dapat
disimpulkan bahwa semakin bertambahnya usia lansia cenderung akan diikuti oleh
peluang meningkatnya resiko penurunan kondisi tubuh lansia.

3
1.7 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
antara aktivitas fisik lansia dengan kualitas tidur, semakin baik aktivitas fisik
seseorang akan semakin baik pula kualitas tidurnya.Salah satu faktor yang
mempengaruhi tidur adalah kelelahan.

1.8 Saran
Perlu diteliti lebih lanjut tentang variabel lain yang berhubungan dengan
aktifitas fisik ataupun tentang kualitas tidur. Sehingga dapat diperoleh berbagai
analisa yang berhubungan dengan peningkatan kesehatan dan kesejahteraan lansia
selama menjalani masa tua.

4
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, A. A. (2018). Pengaruh Pemberian Terapi Genggam Jari Dan Dzikir


Terhadap Kejadian Insomnia Pada Lansia Di Panti Wredha Daerah Surakarta. 1–
18.
Aria, R., Ukhsan, & Nurlaily. (2019). Kemandirian Lanjut Usia dalam Aktifitas
Sehari-Hari di Wilayah Kerja Puskesmas Nusa Indah Bengkulu. Jurnal Vokasi
Keperawatan Vol.2 No.1 (2019).
Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan RI 2010, (2010).
Fakihan A. (2016). Hubungan aktivitas fisik dengan kualitas tidur pada lanjut usia.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Fitri A. (2018). Hubungan aktivitas fisik dengan kualitas tidur pada lanjut usia di desa
karangrejo kecamatan gabus kabupaten grobogan.
Muhith, A., & Siyoto, S. (2016). Pendidikan Keperawatan Gerontik. Cv. Andi Offest.
NSF. (2017). Nasional Sleep Foundation.
Richi , Yuliwa, D. (2018). Hubungan Antara Senam Tera dengan Kualitas dan
Kuantitas Tidur Lansia Wanita Pada Kelompok Senam Tera di Stadion Gajayana
Malang. Nursing News Volume 3, Nomor 3, 2018, 3, 635–643.
Siagian, Hardiknas. 2014 Hubungan aktivitas fisik dengan kualitas tidur lansia di Desa
Parsuratan Kecamatan Balige. Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra.

5
2. Hubungan Pendidikan Dan Pengetahuan Ibu Dengan Kelengkapan
Imunisasi Dasar Pada Bayi

2.1 Latar Belakang


Imunisasi merupakan salah satu upaya pemeliharan kesehatan anak dan balita
yang dilakukan sejak janin masih dalam kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan,
dan sampai berusia 18 tahun (Kemenkes RI, 2016). Tujuan dari pemberian
imunisasi adalah untuk melindungi dan mencegah penyakit-penyakit menular yang
sangat berbahaya bagi bayi dan anak serta untuk mengurangi angka penderita suatu
penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan
kematian pada penderitanya (Maryunani, 2010). Dampak yang ditimbulkan jika
anak tidak diberikan imunisasi yaitu anak tidak memiliki kekebalan tubuh terhadap
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi sehingga dapat menyebabkan sakit
berat, cacat atau meninggal, dan dapat menularkan kuman-kuman sehingga dapat
menimbulkan wabah (IDAI, 2013).

Anak-anak yang menerima imunisasi lengkap tiga dosis difteri, pertusis,


tetanus (DPT3) imunisasi rutin dipertahankan pada 85 % atau sebanyak 116,2 juta
bayi (WHO, 2018a). Di seluruh dunia pada tahun 2017 sekitar 123 juta bayi, 9 dari
10 menerima setidaknya satu dosis vaksin difteri, pertusis, tetanus (WHO &
UNICEP, 2018). Proporsi imunisasi dasar lengkap pada anak usia 12-23 bulan
yaitu lengkap sebesar 57,9%, tidak lengkap sebesar 32,9%, tidak imunisasi sebesar
9,2% dengan target Renstra tahun 2019 sebesar 93%. Berdasarkan cakupan
imunisasi dasar lengkap pada anak umur 12-23 bulan di Indonesia tahun 2018 pada
tingkat provinsi di Jawa barat sebesar 59% dan menurut jenis imunisasi yaitu
imunisasi HB-0 sebesar 83,1%, imunisasi BCG sebesar 86,9%, imunisasi DPT-HB
3 sebesar 61,3%, imunisasi Polio-4 sebesar 67,6%, dan imunisasi Campak sebesar
77,3% (Kemenkes RI, 2018). Sedangkan, cakupan imunisasi dasar lengkap pada
bayi di Kabupaten Bogor sebesar 90,63 % dan di kota Bogor sebesar 87,14 %

6
dengan target cakupan imunisasi dasar lengkap pada bayi di Jawa Barat sebesar 90
%, kota Bogor merupakan salah satu dari 9 Kab/Kota yang belum mencapai target
sasaran (Dinkes Jawa Barat, 2016). Riskesdas tahun 2013 menyebutkan alasan
anak tidak diimunisasi antara lain karena takut anaknya panas, keluarga tidak
mengizinkan, tempat diimunisasi jauh, kesibukan orang tua, seringnya anak sakit,
dan tidak tahu tempat imunisasi (Kemenkes RI, 2014).

2.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan,maka dapat ditentukan
beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
a. Apa pengaruh pengetahuan kelengkapan imunisasi pada ibu hamil ?

2.3 Tujuan Penulisan


Penulis menentukan tujuan penulisan berdasarkan rumusan masalah yang telah
diuraikan.Berikut merupakan tujuan penulisan, yaitu:
a. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan kelengkapan imunisasi terhadap
ibu hamil.

2.4 Metode Penelitian


Penelitian ini merupakan penetilian Analitik yaitu peneliti akan menganalisa
hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi dasar.

2.5 Desain dan Populasi Penelitian


Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain cross-sectional yaitu
data tentang tingkat pengetahuan ibu dan pemberian imunisasi dasar, Penelitian
dilakukan di klinik Bidan Sri Wulandari, S.Tr.Keb Tahun 2023 Penelitian
dilakukan April sampai Juni 2022. Populasi relatif kecil yaitu dibawah 100 orang,
dari uraian di atas maka penulis menggunakan teknik total sampling yakni ibu
yang memiliki bayi 1 tahun sebanyak 52 orang..

7
2.6 Hasil dan Pembahasan
Distribusi frekuensi berdasarkan Tingkat pengetahuan Ibu tentang Imunisasi
Dasar dengan kelengkapan imunisasi dasar bayi di Bidan Sri Wulandari Tahun
2023 didapatkan pengetahuan responden tentang imunisasi yaitu sebanyak 31
responden (55,3%) sedangkan yang berpengetahuan kurang sebanyak 5 responden
(8,9%).
Distribusi frekuensi berdasarkan Kelengkapan Imunisasi Dasar di bidan Sri
Wulandari tahun 2023 kelengkapan imunisasi dasar bayi di Bidan Si Wahyuni
dengan Hasil yaitu sebanyak 33 responden (59%) dengan katagori kelengkapan
imunisasi Tidak Lengkap, sedangkan katagori lengkap sebanyak 23 responden
(41%).

2.7 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kelengkapan imunisasi
dasar dipengaruhi pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar.

2.8 Saran
Saran kepada ibu agar dapat mengikuti setiap perkembangan tentang informasi
pemberian pelayanan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan pentingnya
memberikan imunisasi dasar yang lengkap kepada bayinya melalui membaca buku
kesehatan, berkonsultasi dengan tenaga kesehatan yang pada akhirnya akan
memperbaiki persepsi ibu tentang imunisasi dasar yang lengkap
Bagi petugas Kesehatan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan diharapkan
adanya inovasi senam hamil yang lebih banyak lagi serta memberikan edukasi-
edukasi yang membangun untuk lebih luas seperti tentang tablet tambah darah
kepada ibu hamil untuk mencegah kompilikasi kehamilan maupun persalinan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Ayumar, Andi & Andi, Y. K. (2017). Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Pemberian
Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi Di Puskesmas Kabaena Kabupaten Bombana
Kendari. Jurnal Mitrasehat, VII(2).
http://www.jurnal.stikmakassar.ac.id/index.php/JMS/article/view/50/33.
IDAI. (2013). Imunisasi Penting Untuk Mencegah Penyakit Berbahaya.
http://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/imunisasi-penting-untuk-mencegah-
penyakit-berbahaya.
Kemenkes RI. (2014). Lindungi Ibu dan Bayi dengan Imunisasi.
http://www.depkes.go.id/article/view/15010200001/lindungi-ibu-dan-bayi-dengan-
imunisasi.html
WHO. (2018a). Global Health Observatory (GHO) data: Vaccination Converage.
http://www.who.int/gho/immunization/en/.
WHO. (2018b). Infant Mortalit. https://www.who.int/gho/child_health/mortality/
neonatal_infant/en/.
WHO & UNICEP. (2018). Immunization, Vaccines, and Biological.
https://www.who.int/immunization/newsroom/2018_infants_worldwide_vaccinatio
ns/en/.

9
3. Efektivitas Program Pendidikan Kesehatan tentang Kebutuhan Gizi Ibu
Hamil

3.1 Latar Belakang


Anak merupakan buah hati yang senantiasa didambakan setiap pasangan.
Memiliki anak yang sehat dan tumbuh optimal merupakan tujuan orang tua.
Pentingnya anak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) yang merupakan sumber
makanan paling sempurna karena memiliki kandungan berbagai zat dan antibodi
yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Seiring
pertumbuhannya, asupan gizi yang dibutuhkan bayi bertambah dan saluran cerna
bayi semakin berkembang maka diperlukan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
agar bayi bisa tumbuh dan berkembang secara maksimal (Siolimbona, Ridwan and
Hati, 2016).
Berdasarkan data badan kesehatan dunia World Health Organization (WHO)
pada tahun 2016 menunjukkan rata-rata angka pemberian ASI eksklusif di dunia
berkisaran 38%. Jika dibandingkan dengan target WHO yang mencapai 50%, maka
angka tersebut masih jauh dari target. Hal ini menunjukan, pemberian ASI sebagai
makanan pertama bayi masih kurang. Pemberian ASI eksklusif dan MP-ASI yang
benar dapat mencegah anak mengalami gizi kurang, gizi buruk dan tumbuh pendek
(Paramita, 2016).
Pemberian ASI merupakan sumber asupan nutrisi yang mengandung zat gizi
yang diperlukan bagi bayi dalam usia 6 bulan pertama setelah dilahirkan. Setelah
berusia enam bulan, ASI harus ditambah dengan cairan lain dan makanan padat
untuk cairan lain dan makanan padat untuk memberikan gizi yang dapat memadai.
ASI dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) diberikan sampai anak berusia dua
tahun dan mengandung sumber gizi yang diberikan saat bayi berusia enam bulan
ke atas (Prabhakara, 2019).

10
3.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan,maka dapat ditentukan
beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
a. Apa pengaruh pengetahuan gizi pada ibu terhadap pemberian makanan
pendamping asi bagi bayi ?

3.3 Tujuan Penelitian


Penulis menentukan tujuan penulisan berdasarkan rumusan masalah yang telah
diuraikan.Berikut merupakan tujuan penulisan, yaitu:
a. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan gizi dengan sikap ibu tentang
pemberian makanan pendamping asi pada bayi.

3.4 Metode Penelitian


Penelitian ini merupakan penetilian Analitik yaitu peneliti akan menganalisa
hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian makanan pendamping asi bagi bayi.

3.5 Desain dan Populasi Penelitian


Jenis penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Dilakukan di Desa
Cisantana Kabupaten Kuningan pada bulan Juli-Agustus tahun 2021. Populasi
seluruh ibu memiliki bayi usia 6-24 bulan sebanyak 85 orang, pengambilan
berdasarkan total sampling. Analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi
dan analisis bivariat menggunakan Rank Spearman.

3.6 Hasil dan Pembahasan


Hasil penelitian menunjukkan gambaran pengetahuan ibu tentang pemberian
MPASI pada bayi 6-24 bulan sebagian besar memiliki pengetahuan baik sebanyak
53 responden (62,4%), sikap ibu tentang pemberian MP-ASI pada bayi 6-24 bulan
sebagian besar memiliki sikap cukup sebanyak 50 responden (58,8%). Hasil
analisis bivariat didapatkan nilai p = 0,000.Hasil penelitian menunjukkan sebagian
besar memiliki sikap cukup sebanyak 50 responden (58,8%). Penelitian lain
dilakukan oleh Kasmawati (2018) menunjukkan Sikap ibu tentang MP-ASI pada
11
bayi usia 6-24 bulan di puskesmas Pallangga Gowa tahun 2017 yaitu sikap baik 47
orang (55,95%), kurang baik 37 orang (44,05%). Penelitian yang dilakukan oleh
Rashid (2019) sebagian besar responden memiliki sikap kategori sedang tentang
ketepatan pemberian MP-ASI pada bayi yaitu sebanyak 40 orang (75.5%).
Banyak faktor yang mempengaruhi sikap responden sehingga memilki sikap
baik meskipun dengan pengetahuan yang kurang tentang pemberian MP-ASI dini.
Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi sikap menurut Azwar dalam Budiman
dan Riyanto (2013) adalah pengalaman, pengaruh budaya lingkungan, agama,
ekonomi, pendidikan, usia, pekerjaan dan pengaruh orang lain yang dianggap
penting. Sehingga mesikipun dengan pengetahuan sedang atau kurang, seseorang
bisa memiliki sikap positif karena adanya pengaruh dari lingkungan sekitar.
Dapat disimpulkan pada penelitian terdapat responden yang memiliki sikap
baik sebanyak 24 responden (28,2%), pada responden yang memiliki sikap baik
didukung oleh pengetahuan yang baik. Begitupun pada sikap kurang sebanyak 11
responden (12,9%) dipengaruhi oleh pengetahuan yang kurang.Menurut peneliti
kondisi responden yang memiliki pengetahuan yang baik maka sikap Ibu tentang
Pemberian Makanan Pendamping ASI juga memiliki sikap yang positif.
Pengetahuan yang baik dengan sikap yang positif merupakan hal yang sangat
berhubungan. Pandangan dari sebagian masyarakat terhadap bayi yang rewel
adalah karena belum kenyang, ASI ibu encer sehingga bayi diberikan MP- ASI,
padahal makanan yang paling baik untuk bayi dalam 6 bulan pertama setelah
kelahiran adalah air susu ibu (ASI), bayi berumur 6 bulan keatas dapat
diperkenalkan dengan ragam makanan padat walaupun sampai anak berusia dua
tahun tetap diberikan ASI oleh ibu. Pemberian makanan tambahan selain ASI akan
lebih baik jika ibu memberikan dengan baik, maka memerlukan pengetahuan dan
perilaku yang baik pula mengenai MP-ASI. Pengetahuan dan sikap merupakan
salah satu faktor intern yang mempengaruhi terbentuknya perilaku manusia.

12
3.7 Kesimpulan
Sebagian besar ibu bayi 6-24 bulan di Desa Cisantana memiliki pengetahuan
baik sebanyak (62,4%) tentang pemberian makanan pendamping ASI.
Sebagian besar ibu bayi 6-24 bulan di Desa Cisantana memiliki sikap cukup
sebanyak (58,8%) tentang pemberian makanan pendamping ASI pada bayi 6-24
bulan.
Ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap ibu tentang pemberian
makanan pendamping ASI pada bayi 6-24 bulan di Desa Cisantana Kabupaten
Kuningan tahun 2021.

3.8 Saran
Bagi ibu yang sudah berpengetahuan baik diharapkan dapat sharing ilmu
kepada anggota keluarga lain maupun masyarakat sekitar tentang makanan
pendamping ASI.
Bagi Bidan Desa rutin melakukan program komunikasi, informasi dan edukasi
(KIE) tentang MP-ASI pada ibu-ibu hamil dan ibu yang mempunyai bayi umur
6-24 bulan dalam bentuk melakukan penyuluhan tentang MP-ASI yang tepat
kepada ibu-ibu secara personal.
Bagi Institusi melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan tentang ASI dan
makanan pendamping ASI pada masyarakat.

13
DAFTAR PUSTAKA

Badriah, Metodologi Dewi L. (2019) . Ilmu Kesehatan-Penelitian IlmuBandung:


Multazam.
Citerawati (2016) Makanan Pendamping ASI. Yogyakarta: Transmedika.
Lestiarini, S. and Sulistyorini, Y. (2020) ‘Perilaku Ibu pada Pemberian Makanan
Pendamping ASI (MPASI) di Kelurahan Pegirian’, Jurnal PROMKES, 8(1), p. 1.
doi: 10.20473/jpk.v8.i1.2020.1-11.
Notoatmojo, S. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.
Nur Intan Sari, D., Wahyu Basuki, S., & N.Juni, T. (2016). Hubungan pengetahuan ibu
tentang imunisasi dasar dengan kelengkapan imunisasi dasar. Biomedika, 8.
http://journals.ums.ac.id/index.php/biomedika/article/viewFile/2910/1832#:~:text=
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa,besar ibu yang mempunyai
pengetahuan
Notoatmodjo, S. (2014) Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Nursalam (2013) Konsep Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Paramita, I. (2016) Hubungan antara Jenis Pekerjaan Ibu dengan Keberhasilan
Pemberian ASI Eksklusif 6 Bulan Pertama di Puskesmas Rangkah Surabaya.
Universitas Airlangga. Available at: http://repository.unair.ac.id/54391/13/FK.
BID. 59-16 Par h-min.pdf.
Prabhakara, G. (2019) Health Statistics (Health Information System), Short Textbook
of Preventive and Social Medicine. Edited by W. W. Boga Hardhana, Farida
Sibuea. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. doi:
10.5005/jp/books/11257_5.
Safitri (2018) Buku Pintar 365 Hari MPASI Lengkap. Yogyakarta: Ide Segar.

14

Anda mungkin juga menyukai