Anda di halaman 1dari 3

PEMBAHASAN PATKLIN

Wardhana (2001), menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin

adalah umur hewan, spesies, lingkungan, pakan, ada tidaknya kerusakan eritrosit, penanganan

darah pada saat pemeriksaan, penurunan produksi eritrosit, jumlah dan ukuran eritrosit. Indeks

eritrosit merupakan parameter hematologi yang digunakan dalam menentukan indikasi anemia

berdasarkan morfologi eritrosit. Indeks eritrosit juga digunakan untuk mengetahui jenis anemia

dan abnormalitas sel darah merah. Indeks eritrosit terdiri atas MCV, MCHC, dan MCH (Mean

Corspuscular Haemoglobin) merupakan banyaknya hemoglobin dalam eritrosit (Stockhan and

Scott, 2008). Kondisi anemia ditandai dengan hematokrit yang rendah dengan jumlah eritrosit

dan hemoglobin yang rendah. Sedangkan hematokrit yang tinggi dengan jumlah eritrosit dan

hemoglobin yang rendah, menunjukkan anemia disertai ukuran atau volume eritrosit yang

membesar dan konsentrasi hemoglobin yang rendah (Guyton dan Hall, 2010).

Berdasarkan hasil pemeriksaan itik betina nomor protocol I-22 mengalami anemia

makrositik hipokromik. Indeks eritrosit meliputi Mean Corpuscular Volume (MCV), Mean

Corpuscular Hemoglobin (MCH) dan Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC).

Penentuan indeks eritrosit dapat diketahui dengan mengetahui tiga komponen darah yaitu jumlah

eritrosit, kadar hemoglobin dan nilai hematokrit. Penghitungan indeks/nilai rata-rata eritrosit

dapat digunakan untuk menentukan tingkat kesehatan hewan salah satunya untuk mengetahui

terjadinya penyakit anemia yang nantinya dapat dihubungkan dengan penyebab anemia tersebut.

MCV merupakan ukuran rata-rata eritrosit dalam darah. MCH merupakan ukuran dari massa

hemoglobin yang terkandung dalam eritrosit. MCHC merupakan rata-rata konsentrasi

hemoglobin dalam eritrosit. Ketika terjadi kondisi anemia, nilai MCV digunakan untuk

mengetahui jenis anemia makrosistik (di atas batas normal), normosistik (dalam batas normal)
atau mikrosistik (di bawah batas normal). Nilai MCH dan MCHC digunakan untuk mengetahui

jenis anemia hiperkromik (di atas batas normal), normokrom (dalam batas normal) atau

hipokromik (di bawah batas normal) (Sukandi. 2016).

Nilai MCV naik karena tubuh memberi respon atas kehilangan eritrosit yang terjadi

akibat hemoragi pada beberapa organ, menyebabkan tingginya permintaan eritrosit maka,

eritrosit muda ikut masuk dalam jumlah banyak dalam sistem peredaran darah yang

menimbulkan naiknya MCV. Nilai MCV dapat pula naik karena sel darah merah membengkak

sebelum dilakukan pengujian, keadaan hiperosmolar in vivo yang dapat meningkatkan

osmololalitas intraseluler, hal ini biasanya terjadi ketika darah yang akan di analisis diencerkan

dengan pelarut yang osmolalitasnya lebih rendah sehingga air dari plasma darah bergerak masuk

kedalam sel eritrosit sehingga menimbulkan pembengkakan pada sel eritrosit (Davey,2003).

Leukositosis adalah jumlah leukosit yang nilainya di atas standar normal. Jumlah leukosit

bertambah dipicuh karena terjadinya infeksi dalam tubuh host akibat bakteri Escherichia coli.

Leukosit merupakan sel yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh yang sangat tanggap

terhadap agen infeksi penyakit. Leukosit berfungsi melindungi tubuh terhadap berbagai penyakit

dengan cara fagosit dan menghasilkan antibody. Diferensial leukosit merupakan kesatuan dari sel

darah putih yang terdiri dari dua kelompok yaitu granulosit yang terdiri atas heterosinofil,

eusinofil, dan basofil, dan kelompok agranulosit yang terdiri dari limfosit dan monosit. Tingkat

kenaikan dan penurunan jumlah leukosit dalam sirkulasi menggambarkan ketanggapan sel darah

putih dalam mencegah hadirnya agen penyakit dan peradangan (Purnomo dkk, 2015).

Peningkatan nilai heterofil pada itik setelah terinfeksi merupakan respon tubuh terhadap

infeksi bakteri, dalam kasus ini adalah adanya infeksi dari bakteri Escherechia Coli. Heterofil

merupakan leukosit yang akan mengalami peningkatan nilai saat terjadi infeksi bakteri. He et al.
(2005) dan Redmond et al. (2011) dalam Purnomo (2015) melaporkan bahwa heterofil

mengandung zat antimikroba yang berhubungan dengan resistensi penyakit pada tubuh dan

dipengaruhi oleh kontrol genetik dari ternak tersebut.

Monositosis adalah peningkatan jumlah monosit yang melebihi normal. Monosit adalah

leukosit terbesar yang berdiameter 15 sampai 20 µm dan berjumlah 3 sampai 9% dari seluruh sel

darah putih. Monosit dibentuk di dalam sumsum tulang, masuk ke dalam sirkulasi dalam bentuk

imatur dan mengalami proses pematangan menjadi makrofag setelah masuk ke jaringan.

Fungsiya sebagai fagosit (Saputri et al, 2010).

Pemeriksaan TPP pada itik betina nomor protokol I-22 mengalami hipoproteinemia.

Hipoproteinemia terjadi karena banyaknya protein plasma yang keluar melalui lokasi hemoragi.

Hemoragi yang terdapat pada organ paru-paru, dan saluran pencernaan. Hal ini terjadi karena

kecepatan produksi protein plasma tidak sebanding dengan jumlah protein plasma yang hilang

melalui hemoragi.

Anda mungkin juga menyukai