Anda di halaman 1dari 15

2.

Framing
a. Shot Size
Roy Thompson & Christopher J. Bowen (2009) menyampaikan bahwa
pembingkaian gambar (framing) dalam film sangat
mempertimbangkan beberapa aspek yang sangat berpengaruh pada
emosi dan motivasi yang dituju oleh seorang sutradara atau pembuat
film. Aspek tersebut salah satunya adalah jenis-jenis shot (type of shot).
Pada dasarnya type of shot ini dibagi menjadi 3 bagian besar yakni Close
Shot, Medium Shot, dan Long Shot. Akan tetapi tiga jenis shot ini
kemudian dikembangkan menjadi beberapa jenis lagi berdasarkan
perkembangan pemahaman akan dampak psikologis shot dan
kebutuhan dalam pengambilan gambar yang variatif.

Gambar 6.3. Shot Size diagram


Sumber: https://bit.ly/3CVOD3C

9
dasar-dasar broadcasting dan perfilman kelas X SMK/ MAK
semester 2
Adapun pembagian tersebut antara lain menjadi:

Gambar 6.4. Shot Size


Sumber: https://bit.ly/3CVOD3C

1) ECU (extreme close-up)


Shot yang menampilkan detail obyek, misalnya mata, hidung, atau
telinga. Shot ini biasanya digunakan untuk maksud tertentu atau
menunjukan detail objek tertentu yang sangat perlu diketahui oleh
penonton dan objek yang di shot memiliki peran penting dalam
sebuah cerita.

2) BCU (big close-up)


Shot yang menampilkan dari bawah dagu sampai atas dahi. Untuk
menunjukkan detail ekspresi seorang tokoh.

10
dasar-dasar broadcasting dan perfilman kelas X SMK/ MAK
semester 2
3) CU (close-up)
Shot yang menampilkan dari batas bahu sampai atas kepala. Untuk
menunjukkan detail objek/kedekatan suatu objek tertentu.

4) MCU (medium close-up)


Shot yang menampilkan objek dari batas dada sampai atas kepala.
Shot ini biasa digunakan dalam adegan wawancara untuk
menunjukan kedekatan dengan objek tanpa menghilangkan
kewibawaan orang yang diwawancara.

5) MS (medium shot)
Shot yang menampilkan objek sebatas perut sampai kepala.

6) MLS (medium long shot)


Shot yang menampilkan objek sebatas pinggang sampai kepala.
Terkadang juga bisa sampai sebatas lutut sampai kepala.
Pengambilan gambar ini juga sering disebut dengan Knee Shot.

7) LS (long shot)
Shot yang menampilkan objek secara keseluruhan mulai dari telapak
kaki sampai atas kepala serta sedikit terlihat latar belakang objek
sehingga tampak penuh di frame. Jenis shot ini juga kadang disebut
sebagai FS (full shot).

8) VLS (very long shot)


Shot yang sedikit lebih luas dari long shot. Pada shot ini latar
belakang atau setting tampak lebih dominan dari objek utamanya.
Shot ini bertujuan untuk menunjukan setting yang digunakan dalam
sebuah adegan dengan interaksi tokoh utama berada dalam setting
tersebut.

11
dasar-dasar broadcasting dan perfilman kelas X SMK/ MAK
semester 2
Gambar 6.5. VLS (Very Long Shot)
Sumber: dokumen pribadi

9) ELS (extreme long shot)


Pengambilan gambar dengan menampilkan objek utama pada posisi
yang sangat jauh. Hal ini bertujuan untuk memperlihatkan lokasi secara
keseluruhan. Terkadang objek utama atau tokoh sengaja dihilangkan
karena tujuan utama dari shot ini adalah untuk memberikan orientasi
tempat dimana peristiwa atau adegan itu terjadi. Shot ini terkadang
disebut juga sebagai ES (establish shot).

Gambar 6.6. ELS (Extreme Long Shot)


Sumber: dokumen pribadi

12
dasar-dasar broadcasting dan perfilman kelas X SMK/ MAK
semester 2
Kalian bisa mempelajari lebih intens mengenai shot size
dengan mengakses tautan berikut, atau dengan memindai
QR Code yang tersedia.
https://www.studiobinder.com/blog/types-of-camera-shots-sizes-in-film/#tve-jump-
16d4b0af774
https://qrgo.page.link/1a7NK

b. Camera Angle
Pada dasarnya camera angle dibagi menjadi 3 yaitu: High Angle, Eye Level
dan Low Angle. Camera angle merupakan teknik pengambilan gambar
dengan menempatkan kamera pada sudut serta ketinggian tertentu,
sehingga dalam merekam sebuah adegan dapat menimbulkan nilai
dramatik pada sebuah shot. Seperti pernah dibahas pada bagian fotografi
pada materi semester 1, yang membedakan adalah alat yang dipergunakan.
Pada semester 1 menggunakan kamera untuk memotret, sekarang untuk
mengambil gambar bergerak.

Gambar 6.7. Camera Angle


Sumber: dokumen pribadi

13
dasar-dasar broadcasting dan perfilman kelas X SMK/ MAK
semester 2
3. Camera Movement
Penempatan kamera, gerakan kamera serta perubahan-perubahannya akan
mempengaruhi ukuran, komposisi dan kesan gambar. Pergerakan kamera
dapat menimbulkan kesan yang hidup, gembira atau bahkan sebaliknya.

Pergerakan kamera secara umum terbagi menjadi dua jenis: jenis yang terasa
seperti gerakan mesin (pedestal, dolly dan truck) dan jenis yang terasa seperti
gerakan manusia (tilt, pan and roll).

a. Dolly
Gerak “menuju” atau gerak “dari”.
Nama itu berasal dari rel, sangat mirip
dengan rel kereta api yang dulunya
digunakan untuk membawa kamera
yang berat sebelum steadicams menjadi
populer. Dolly-in berarti melangkah ke
arah subjek, sedangkan dolly-out
berarti melangkah mundur dengan
kamera, menjaga zoom tetap sama. Gambar 6.8. Camera Movement (dolly)
Sumber: https://qrgo.page.link/EdxDR
14
dasar-dasar broadcasting dan perfilman kelas X SMK/ MAK
semester 2
b. Pedestal
Menggerakkan kamera ke atas atau ke
bawah tanpa mengubah sumbu vertikal
atau horizontalnya. Operator kamera
dapat melakukan dua jenis gerakan
pedestal: pedestal up berarti
“menggerakkan kamera ke atas” dan
pedestal down berarti "gerakkan
kamera ke bawah." Gerakan dilakukan
tidak dengan memiringkan lensa ke
atas, melainkan menggerakkan seluruh
kamera ke atas, seperti lift. Gambar 6.9. Camera Movement (pedestal)
Sumber: https://qrgo.page.link/EdxDR

c. Truck
Truck itu seperti menggeser seluruh
tubuh kamera ke kiri atau ke kanan.
Truck left berarti “gerakkan kamera
secara fisik ke kiri sambil
mempertahankan hubungan tegak
lurusnya.” Hal ini berbeda dengan pan,
di mana kamera tetap kokoh pada
porosnya sementara lensa berputar ke
Gambar 6.10. Camera Movement (truck)
satu arah atau yang lain. Sumber: https://qrgo.page.link/EdxDR

d. Pan
Menggerakkan lensa kamera ke
satu sisi atau sisi lainnya. Hal ini
seperti saat kita menolehkan
kepala kita untuk meihat ke kiri
atau ke kanan.

Gambar 6.11. Camera Movement (panning)


Sumber: https://qrgo.page.link/EdxDR
15
dasar-dasar broadcasting dan perfilman kelas X SMK/ MAK
semester 2
e. Tilt
Menggerakkan lensa kamera ke
atas atau ke bawah sambil
menjaga sumbu horizontalnya.
Hal ini seperti menganggukkan
kepala ke atas dan ke bawah.

Gambar 6.12. Camera Movement (tilt)


Sumber: https://qrgo.page.link/EdxDR

f. Roll
Adalah menggulingkan kamera ke
sisinya. Ini adalah gerakan yang sangat
langka, dan hanya boleh
menggunakannya untuk tujuan yang
sangat spesifik.

Gambar 6.13. Camera Movement (roll)


Sumber: https://qrgo.page.link/EdxDR
g. Zoom
Zooming adalah salah satu gerakan kamera dengan mengubah panjang
fokus lensa untuk membuat subjek tampak lebih dekat atau lebih jauh
dalam bingkai. Sebagian besar kamera video saat ini memiliki fitur zoom
bawaan. Beberapa memiliki zoom manual dan banyak yang memiliki
beberapa kecepatan zoom. Zooming adalah salah satu gerakan kamera
yang paling sering digunakan. Memperbesar gambar dengan mengubah
panjang fokus lensa, yang dapat menyebabkan distorsi sudut lebar atau
perubahan kedalaman bidang yang tampak. Untuk alasan ini, terkadang
lebih baik menggunakan dolly daripada zoom.

Kalian bisa mempelajari lebih intens mengenai camera


movement dengan mengakses tautan berikut, atau dengan
memindai QR Code yang tersedia.
https://qrgo.page.link/j3Qio

16
dasar-dasar broadcasting dan perfilman kelas X SMK/ MAK
semester 2
4. Tata Cahaya
Tata cahaya adalah seni pengaturan cahaya dengan mempergunakan
peralatan pencahayaan agar kamera mampu melihat obyek dengan jelas,
dan menciptakan ilusi sehingga penonton mendapatkan kesan adanya
jarak, ruang, waktu dan suasana dari suatu kejadian yang dipertunjukkan
dalam sebuah film. Seperti halnya mata manusia, kamera membutuhkan
cahaya yang cukup agar bisa berfungsi secara efektif.
a. Fungsi
Banyak hal yang bisa dikerjakan bekaitan dengan peran tata cahaya
tetapi fungsi dasar tata cahaya antara lain berfungsi sebagai:
1) Lighting sebagai Penerangan.
Fungsi paling mendasar dari tata cahaya adalah memberi
penerangan pada pemain dan setiap objek yang ada di dalam
setting. Istilah penerangan disini bukan hanya sekedar memberi
efek terang sehingga bisa dilihat tetapi juga membantu kerja
kamera agar lebih optimal, sebab bila cahaya pada sebuah
lokasi sangat minim, maka kamera akan dipaksakan bekerja
dengan diafragma lebar sehingga gambar akan menjadi sangat
tipis dan kadang grain (bintik-bintik seperti pasir), gambar
seperti ini susah diolah pada tahap editing nantinya, oleh karena
itu sebaiknya kita mengambil gambar dengan bukaan diafragma
17
dasar-dasar broadcasting dan perfilman kelas X SMK/ MAK
semester 2
kecil dengan menambahkan cahaya yang cukup pada setting agar
gambar yang dihasilkan lebih tebal.
2) Lighting Sebagai Pembentuk Dimensi.
Dengan tata cahaya kedalaman sebuah objek dapat dicitrakan.
Dimensi diciptakan dengan membagi sisi gelap dan terang suatu
objek yang disinari sehingga memunculkan gradasi warna yang
tipis. Jika semua objek diterangi dengan intensitas yang sama maka
gambar yang akan tertangkap oleh kamera menjadi datar. Dengan
pengaturan tingkat intensitas serta pemilahan sisi gelap dan
terang maka dimensi subyek dan gambar akan muncul. Gambar
yang mulanya terlihat dua dimensi bisa lebih memiliki kedalaman
bidang. Cahaya sebagai pembentuk dimensi bisa menunjukan
pemisahan antara background dengan objek di depannya. Dan
antara subyek dengan foregroundnya.
3) Lighting Sebagai Pemilihan Fokus Perhatian.
Tata cahaya dapat dimanfaatkan untuk menentukan
objek dan area yang hendak disinari. Camera secara normal dapat
melihat seluruh area setting, untuk memberikan fokus perhatian
pada area atau objek tertentu, maka perlu memanfaatkan cahaya.
Pemilihan ini tidak hanya berpengaruh bagi kamera, akan tetapi
juga fokus perhatian penonton pada suatu objek tertentu yang
ingin kita tonjolkan bisa lebih memberi perhatian khusus.
4) Atmosfir
Yang paling menarik dari fungsi tata cahaya adalah kemampuannya
menghadirkan suasana yang mempengaruhi emosi penonton. Kata
“atmosfir” digunakan untuk menjelaskan suasana serta emosi yang
terkandung dalam peristiwa dan setting. Tata cahaya mampu
menghadirkan suasana yang dikehendaki oleh sutradara.
Sejak ditemukannya teknologi pencahayaan, efek lampu dapat
diciptakan untuk menirukan cahaya bulan, matahari dan cahaya
pada waktu-waktu tertentu. Misalnya, warna cahaya matahari pagi
berbeda dengan siang hari. Sinar mentari pagi membawa
kehangatan sedangkan sinar mentari siang hari terasa panas. Inilah
gambaran suasana dan emosi (look and mood) yang dapat
dimunculkan oleh tata cahaya.
18
dasar-dasar broadcasting dan perfilman kelas X SMK/ MAK
semester 2
b. Jenis
Berdasarkan pemahaman di atas, maka cahaya berdasarkan konsep
dasar pencahayaan dapat dibedakan menjadi:
1) Natural light/ available light.
Cahaya natural light yang sumber cahaya dalam satu frame atau
adegan maupun scene bersumber dari cahaya yang bersifat natural.
Misalnya cahaya pagi hari dari sebelah timur (key). Maka shot-shot
dalam scene tersebut key lightnya dari arah yang sama.
2) Pictorial light/ artificial light.
Cahaya yang bersifat buatan, dibentuk sesuai kebutuhan artistik,
mood sebuah adegan atau scene. Jadi arah sumber cahaya (key)
dapat berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan artistik gambar atau
mood dari adegan tersebut.

c. tujuan
Secara artistik tujuan penataan cahaya adalah untuk:
1) Memperjelas bentuk dan dimensi obyek.
2) Menciptakan ilusi dari suatu realitas.
3) Menciptakan kesan/suasana tertentu.
4) Memusatkan perhatian pada unsur-unsur penting dalam suatu
adegan.

Three points lighting Sudah menjadi rumusan atau formula dasar sebuah
pencahayaan dalam produksi film, video dan foto. Materi mengenai three
points lighting harus kalian review lagi seperti pembahasan pada semester 1.

Gambar 6.14. Natural light dalam produksi audio visual


Sumber: https://qrgo.page.link/okWft
19
dasar-dasar broadcasting dan perfilman kelas X SMK/ MAK
semester 2
Gambar 6.15. Lampu Fresnel sebagai salah satu contoh artificial light
Sumber: https://qrgo.page.link/Gzqw1

5. Produksi Tata Kamera


Dalam bagian produksi (departemen/divisi) tata kamera, apakah seorang
penata kamera bekerja sendiri? Tentu tidak, ada beberapa tugas yang
masing-masing memiliki fungsi sendiri-sendiri.

20
dasar-dasar broadcasting dan perfilman kelas X SMK/ MAK
semester 2
Gambar 6.16. Kru kamera saat produksi film
Sumber: https://bit.ly/3o4qxxh

a. Sinematografer/ Pengarah Fotografi/ Director of Photography (DoP)


DoP mengelola departemen kamera, departemen pencahayaan,
kelistrikan, dan grip. DoP adalah kepala kru kamera. Sutradara akan
berdiskusi dengan DoP bagaimana tampilan yang mereka inginkan.
Selanjutnya, departemen bekerja untuk memilih kamera, lensa, filter,
komposisi, desain dan pengaturan cahaya, dan peralatan apa saja yang
diperlukan.
b. Operator Kamera
Operator kamera, atau juru kamera, adalah orang yang benar-benar
mengoperasikan kamera. Mereka adalah orang di belakang lensa dan
mengendalikan kamera. Seorang sutradara dapat mengambil posisi ini
untuk keadaan tertentu.
c. Asisten Kamera 1 / focus puller
Bertanggung jawab untuk:
1) menguji peralatan dan memastikan semuanya siap sesuai jadwal
2) menjaga kamera tetap fokus sebagai focus puller
21
dasar-dasar broadcasting dan perfilman kelas X SMK/ MAK
semester 2
3) pemeliharaan dan perawatan semua kamera
4) setting kamera, mengganti lensa sesuai kebutuhan
5) bertanggung jawab untuk memperbarui dope sheet atau lembar
catatan adegan
d. Asisten Kamera 2 / clapper loader
Bekerja langsung dengan Asisten Kamera 1, yang ertanggung jawab
untuk:
1) mengoperasikan clapperboard
2) memuat stok film ke magasin
3) mencatat kapan stok film diterima, digunakan, dan dikirim untuk
pengembangan.
4) mengawasi pengangkutan peralatan kamera dari satu lokasi ke lokasi
lain.
5) Menandai bloking kamera, bloking pemain
6) Mencatat pengaturan kamera, seperti bukaan dan panjang fokus.
7) loader bertanggung jawab atas media sebenarnya yang digunakan
kamera untuk merekam, apakah stok film atau memory card. Loader
juga mengelola inventaris dan membuat cadangan rekaman

e. Digital imaging technician (DIT)


DIT bertanggung jawab atas kontrol kualitas gambar, koreksi warna di
tempat, dan mengelola alur kerja produksi. DIT mengelola semua data
dan distribusi file. Mereka menerima kartu memori kamera dan segera
membuang dan membuat cadangan rekaman. Mereka kemudian
mengirim file terkompresi ke editor. DIT memiliki pengetahuan teknis
yang mendalam tentang semua hal digital seperti kamera, codec,
software dan hardware, monitor, dan banyak lagi.
f. Gaffer
Gaffer bekerja sama dengan DoP untuk menghidupkan tampilan
keseluruhan film dengan menciptakan dan mengontrol cahaya. Mereka
bekerja dengan DoP untuk memahami efek cahaya yang diinginkan dan
mencari cara untuk mencapainya. Mereka juga melihat bagaimana
pencahayaan akan bekerja di lokasi dan menyusun daftar kit yang akan
dibutuhkan untuk mencapai visi artistik. Gaffer menengahi antara DoP
dan kru pencahayaan lainnya.
22
dasar-dasar broadcasting dan perfilman kelas X SMK/ MAK
semester 2
g. Best Boy
Best boy bertanggung jawab atas logistik untuk tata cahaya. Mereka
mendapatkan lampu, tempat, waktu, dan orang yang tepat untuk
mengoperasikannya. Mereka juga menangani dokumen, termasuk
pemesanan stok dan peralatan, penilaian risiko, perubahan jadwal, dan
lembar waktu.
h. Electrician
Adalah ahli listrik yang memahami mengakses catu daya gedung atau
lokasi pengambilan gambar. Mereka harus dapat menjalankan uji alat
portabel (PAT) dan menguji sirkuit bangunan sebelum menyerahkan
kembali kendali kepada pemiliknya.
i. Grip
Grip bekerja dengan DoP untuk menentukan peralatan apa yang akan
dibutuhkan untuk mendukung kamera untuk setiap adegan. Mereka
memeriksa lokasi. Jika syuting dilakukan di tempat yang ekstrem,
seperti gurun Sahara atau puncak Everest, mereka mungkin perlu
menyesuaikan peralatan untuk manuver kamera. Mereka menyewa
peralatan, merekrut kru dan mengelola anggaran.

Dengan pengetahuan ini, kalian pasti akan terbuka wawasan, dan semakin
paham lapangan pekerjaan apa saja yang ada, hanya di bagian tata kamera,
menarik bukan?

C. RANGKUMAN
1. Videografi merupakan bidang pengembangan dari still image. Manusia
mengembangkan keinginan untuk mengabadikan momen dalam
rangkaian gambar bergerak.
2. Sinematografi berarti “menggambar” dengan “gerakan”, dalam hal ini,
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari dan membahas teknik
menangkap gambar. Membuat film adalah syuting, tetapi,
sinematografi lebih dari sekedar aksi mengambil gambar, namun
sebagai proses menterjemahkan ide, kata-kata, aksi, emosi, tone, dan
semua aspek komunikasi non verbal dan membentuknya kedalam rupa
visual.

23
dasar-dasar broadcasting dan perfilman kelas X SMK/ MAK
semester 2

Anda mungkin juga menyukai