Anda di halaman 1dari 18

Bimtek Unit Layanan

Site: Bimbingan Teknis Keuangan Daerah

Course: Bimbingan Teknis Keuangan Daerah

Book: Bimtek Unit Layanan

Printed by:

Date: Wednesday, 9 March 2022, 9:27 AM


Table of contents
1. Pengantar BLUD

2. Keuangan BLUD

3. Keuangan UPTD Puskesmas

4. Keuangan UPTD Sekolah

5. Keuangan Kecamatan

6. Optimalisasi Peran Kecamatan


1. Pengantar BLUD

Modul Pengantar BLUD:


Modul Pengantar Mengelola Keuangan BLUD dibuat untuk memberikan pemahaman secara
komprehensif tentang apa BLUD, mengapa BLUD dan bagaimana prinsip pengelolaan BLUD. Modul ini
merupakan bagian dari Serial Materi Pelatihan Pengelolaan Keuangan Daerah yang dilakukan oleh
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK), Kementerian Keuangan RI. Modul ini ditujukan bagi
para pimpinan daerah, kepala dinas/badan atau unit yang akan membentuk BLUD. Modul juga
ditujukan bagi manajemen BLUD dan pengelola keuangan di BLUD untuk lebih memahami BLUD.

Isi Modul:
Modul Pengantar Mengelola Keuangan BLUD ini berisi 8 (delapan) bab. Bab 1 Modul adalah
Pendahuluan yang berisi tentang Pengertian, Hak dan Kewajiban, Gambaran Umum dan Dasar Hukum.
Bab 2 menjelaskan tentang Asas dan Tujuan sedangkan Bab 3 memuat Persyaratan dan Penetapan. Bab
4 memuat Tata Kelola, Prinsip Tata Kelola, Organisasi, Pejabat Pengelola , Pemimpin, Pejabat Keuangan,
Pejabat Teknis, Dewan Pengawas Kepegawaian, Satuan Pemeriksaan Internal, Mekanisme Kerja. Pada
Bab 5, modul ini menjelaskan tentang Dewan Pengawas termasuk di dalamnya Pembentukan, Tugas
dan Kewajiban, Keanggotaan dan Laporan. Bagian tentang Renumerasi ada di Bab 6 yang secara rinci
memuat tentang Ketentuan, Komponen, Peta Jabatan dan Skema Renumerasi. Bagian yang penting
dalam pengelolaan BLUD ada di Bab 7 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan Bab 8 tentang
Standar Tarif Layanan. Di bab tentang SPM terdapat penjelasan tentang kriteria SPM, Pemetaan Jenis
Layanan, Penetapan Indikator dan Target Pencapaian, Strategi Implementasi serta Monitoring dan

‹ ›
evaluasi. Bab tentang Standar Tarif Layanan menjelaskan tentang Standar Layanan dan Tarif Layanan.

Panduan Pengajaran:
Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 1. Pendahuluan
TUJUAN
Peserta mampu mengetahui definisi BLU/BLUD secara menyeluruh, Hak dan Kewajiban BLU/BLUD.

WAKTU
1 Sesi (@60 menit)

KATA KUNCI
public service agency, BLU, BLUD, rightsizing (cut the government), corporatization dan privatization.

METODA
Metoda partisipatif dengan pendekatan pembelajaran dengan menggunakan pemahaman (pembelajaran
orang dewasa) dimana pola penyampaian materi dilandaskan pada golden rule yaitu 10-60-40 di mana
10% (pengantar pelatihan/ introduction), 60% (praktik/aktivitas) dan 30% (pemberian teori secara
menyeluruh).

RINGKASAN MATERI
Badan Layanan Umum (BLU), diharapkan menjadi contoh konkrit yang menonjol dari penerapan
manajemen keuangan berbasis pada hasil (kinerja). BLU juga menjadi salah satu produk reformasi
pengelolaan keuangan negara, yang salah satunya adalah terjadi pergeseran dari penganggaran
tradisional yang sekedar membiayai masukan (input) atau proses ke penganggaran berbasis kinerja yang
memperhatikan apa yang akan dihasilkan (output).

BLU harus mampu menghitung dan menyajikan anggaran yang digunakannya dalam kaitannya dengan
layanan yang telah direalisasikan.

Definisi Badan Layanan Umum (BLU) sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk
untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual
tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip
efisiensi dan produktivitas.
2. Keuangan BLUD

Modul Keuangan BLUD:


Modul Pengelolaan BLUD ini merupakan bagian dari Serial Materi Pelatihan Pengelolaan Keuangan
Daerah yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK), Kementerian Keuangan
RI . Modul ini dibuat untuk meningkatkan pemahaman dan kompetensi aparatur dalam pengelolaan
keuangan BLUD. Modul ini ditujukan tidak hanya bagi pelaksana teknis pengelola keuangan BLUD
tetapi juga manajemen dan pengambil kebijakan di BLUD.

Isi Modul:
Modul Mengelola Keuangan BLUD ini berisi sepuluh bab. Bab 1 berisi tentang Pendapatan dan Biaya
yang di dalamnya juga menjelaskan tentang fleksibilitas, biaya serta pelaporan. Bab 2 berisi tentang
Perencanaan dan Penganggaran yang spesifik BLUD yaitu rencana strategi bisnis, rencana bisnis dan
anggaran. Bab ini juga memberikan perspektif perencanaan penganggaran untuk kesetaraan gender
dan inklusi sosial. Bab 3 menjelaskan tentang Pelaksanaan Anggaran dimana di dalamnya terdapat
penjelasan tentang dokumen anggaran, pengelolaan kas, piutang dan utang, investasi, kerjasama,
pengadaan serta manajemen aset. Bab 4 berisi tentang Sistem Akuntansi yang digunakan oleh BLUD.
Bagian ini menjelaskan tentang sistem dan jenis akuntansi, kebijakan akuntansi termasuk di dalamnya
semua kebijakan akuntansi dari beban dan belanja hingga kewajiban, serta badan akun standar. Bab 5
berisi tentang Laporan Keuangan yang menjelaskan tentang jenis dan mekanisme pelaporan,
konsolidasi laporan SAK ke laporan SAP. Bab ini juga dilengkapi dengan simulasi dan latihan. Bab 6
berisi tentang Akuntansi dan Pendapatan yang menjelaskan tentang sub sistem akuntansi pendapatan
jasa layanan disertai dengan contoh-contohnya. Bab 7 berisi tentang Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas
yang terdiri atas Susbsitem Kas Kecil dan Kas Bank. Pada Bab 8 menjelaskan tentang Akuntansi Biaya
yang di dalamnya terdapat penjelasan tentang kebijakan dan sistem akuntansi biaya. Bab 9 berisi
Akuntansi Aset Tetap yang menjelasakan tentang siklus manajeman aset tetap dan pengadaan aset

‹ ›
tetap. Bab 10 berisi tentang Pembinaan, Pengawasan dan Pemeriksaan.
Panduan Pengajaran:
Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10

Bab 1. Pendapatan dan Biaya


TUJUAN
Peserta diharapkan memahami Pengertian Pendapatan dan Biaya, Pengesahan dan Pelaporan mengenai
biaya dan Pendapatan dalam BLU dan BLUD.

WAKTU
2 Sesi (@45 Menit)

KATA KUNCI
Fleksibilitas, Ambang Batas, SP3B, cut off, Pendapatan, Biaya, hibah

METODA
Metoda partisipatif dengan pendekatan pembelajaran dengan menggunakan pemahaman (pembelajaran
orang dewasa) dimana pola penyampaian materi dilandaskan pada golden rule yaitu 10-60-40 dimana 10%
(pengantar pelatihan/ introduction), 60% (praktik/aktivitas) dan 30% (pemberian teori secara menyeluruh).

RINGKASAN MATERI
Pendapatan BLU terdiri dari Pendapatan dari APBN, Pendapatan dari jasa layanan dan hibah tidak terikat,
Pendapatan dari hasil kerjasama dengan pihak lain dan/atau hasil usaha lainnya, Pendapatan dari hibah
terikat yang diperoleh dari masyarakat atau badan lain yang harus diperlakukan sesuai dengan
peruntukannya. Pendapatan jasa layanan adalah imbalan yang diperoleh dari jasa layanan yang diberikan
kepada masyarakat. Pendapatan BLUD yang bersumber dari hibah dapat berupa hibah terikat dan hibah
tidak terikat. Seluruh pendapatan BLUD kecuali yang berasal dari hibah terikat, dapat dikelola langsung
untuk membiayai pengeluaran BLUD sesuai RBA.

BLU/BLUD dengan status penuh diberikan fleksibilitas pengelolaan keuangan, antara lain dapat langsung
menggunakan seluruh pendapatan BLU yang diperolehnya, diluar dana yang bersumber dari APBN/APBD,
sesuai RBA tanpa terlebih dahulu disetorkan ke Rekening Kas Negara/Daerah. BLU/BLUD dengan status
bertahap dapat menggunakan langsung pendapatan BLU/BLUD sebesar persentase tertentu sesuai dengan
Keputusan Menteri Keuangan/Kepala Daerah tentang penetapan satker yang menerapkan PK BLU/BLUD.

Berdasarkan Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-20/PB/2012, biaya pada BLU dibedakan menjadi biaya
langsung dan biaya tidak langsung. Berdasarkan Permendagri Nomor 61 Tahun 2007, biaya BLUD
dibedakan menjadi biaya operasional dan biaya non operasional.
Dalam rangka mempertanggungjawabkan penggunaan dana yang bersumber dari PNBP BLU, satker BLU
membuat Surat Perintah Pengesahan Pendapatan dan Belanja BLU (SP3B BLU) dan disampaikan ke KPPN
setiap triwulan. Penyampaian SP3B BLU tersebut dapat dilakukan satu kali atau lebih dalam satu triwulan.
Dengan demikian satker BLU dapat mengajukan SP3B BLU ke KPPN secara mingguan, bulanan dan/ atau
triwulanan disesuaikan dengan volume/kebutuhan. SP3B BLU disampaikan ke KPPN pada hari kerja
terakhir setiap triwulan tersebut.
3. Keuangan UPTD Puskesmas

Modul Keuangan UPTD Puskesmas:


Modul Mengelola Keuangan Puskesmas ini dibuat untuk memberikan pemahaman secara komprehensif
tentang bagaimana pengelolaan keuangan Puskesmas yang baik. Modul ini merupakan bagian dari
Serial Materi Pelatihan Pengelolaan Keuangan Daerah yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal
Perimbangan Keuangan (DJPK), Kementerian Keuangan RI. Modul ini secara teknis ditujukan bagi
pelaksana dan pengelola keuangan di Puskesmas. Namun, modul juga memberikan pemahaman
tentang hubungan keuangan di UPT dengan keuangan daerah, struktur organisasi, proses perencanaan
dan penganggaran yang penting untuk dipahami oleh pimpinan Puskesmas.

Isi Modul:
Modul Mengelola Keuangan UPTD Puskesmas ini berisi lima bab dan dilengkapi dengan suplemen
tentang Dana Alokasi Khusus (DAK) Non-fisik Bidang Kesehatan. Bab 1 modul ini memberikan
penjelasan tentang dasar hukum, tata kelola pemerintah daerah, pengelolaan keuangan daerah,
penjelasan tentang Puskesmas dan tata kelola dan pengelolaan keuangan UPTD. Bab 2 memberikan
pemahaman tentang perencanaan dan penganggaran UPTD. Secara rinci bab ini menjelaskan tentang
standar pelayanan minimal kesehatan, sumber dana UPTD, klasifikasi belanja, rencana kerja dan
anggaran UPTD, perencanaan dan penganggaran Puskesmas serta perencanaan dan anggaran
berperspektif kesetaraan gender dan inklusi sosial. Bab 3 memuat tentang penyusunan Rencana Kerja
dan Anggaran (RKA) UPTD. Bab ini berisi landasan hukum, pendekatan penyusunan RKA, evaluasi hasil

‹ ›
pelaksanaan program, pedoman penyusunan RKA dan RKAP.

Panduan Pengajaran:
Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 1. Tata Kelola Kelembagaan Dalam Pengelolaan Keuangan
Daerah
TUJUAN
Peserta mampu memahami dasar hukum, pola kerja, tata kelola organisasi dan tata kelola keuangan pada
Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)

WAKTU
3 Sesi (@45 Menit)

KATA KUNCI
Keuangan daerah, perangkat daerah, unit pelaksana teknis daerah, puskesmas, tata kelola keuangan

METODA
Metoda pembelajaran yang diterapkan adalah metoda partisipatif. Dengan metoda ini, materi yang
disampaikan disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran orang dewasa (andragogi) sesuai golden rule
10-60-30, yaitu 10% (pengantar pelatihan/ introduction), 60% (praktik/aktivitas) dan 30% (pemberian teori
secara menyeluruh).

RINGKASAN MATERI
Keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang serta segala
sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Pengelolaan Keuangan Daerah sebagai bagian yang tidak dapat
dipisahkan dengan Keuangan Negara merupakan aspek penting dalam mengelola daerah.

Berdasarkan PP 41 Tahun 2007, yang dimaksud dengan Perangkat Daerah atau yang dikenal dengan
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah unsur pembantu kepala daerah dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah yang terdiri dari Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah, Lembaga
Teknis Daerah, Kecamatan, dan Kelurahan. Pada Dinas Daerah dapat dibentuk Unit Pelaksana Teknis
Dinas untuk melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang yang
mempunyai wilayah kerja satu atau beberapa kecamatan. Unit pelaksana teknis dapat juga dibentuk pada
badan.

Pengaturan tentang UPT Dinas dan Badan secara detil diatur dalam peraturan kepala daerah
(Gubernur/Bupati/walikota). Jenis UPTD dan struktur organisasi dibuat sesuai kebutuhan daerah. Sebagai
contoh UPTD adalah Puskesmas pada Dinas Kesehatan dan Sekolah pada Dinas Pendidikan. Puskesmas
dan Sekolah merupakan contoh dari frontline services karena merupakan institusi terdepan dalam
melayani masyarakat.

SKPD dan UPTD memiliki hubungan komando, dimana UPTD merupakan bagian dari SKPD. Kepala UPTD
bertanggung jawab kepada Kepala SKPD.Sedangkan hubungan antara SKPD dengan SKPKD secara
kelembagaan sejajar di bawah Kepala daerah. Namun berkaitan dengan kewenangan pengelolaan
keuangan daerah, hubungan kedua institusi tersebut adalah SKPKD sebagai Bendahara Umum Daerah
sedangkan SKPDpengguna anggaran dan UPTD sebagai kuasa pengguna anggaran. Pengelola keuangan
UPTD secara sederhana terdiri dari Kepala UPTD dan bendahara. Pada prinsipnya Kepala UPTD bertindak
selaku Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) atas seluruh pelaksanaan kegiatan di UPTD.
4. Keuangan UPTD Sekolah

Modul Keuangan UPTD Sekolah:


Modul Mengelola Keuangan Sekolah ini dibuat untuk memberikan pemahaman secara komprehensif
tentang bagaimana pengelolaan keuangan Sekolah yang baik. Modul ini merupakan bagian dari Serial
Materi Pelatihan Pengelolaan Keuangan Daerah yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perimbangan
Keuangan (DJPK), Kementerian Keuangan RI. Modul ini secara teknis ditujukan bagi pelaksana dan
pengelola keuangan di Sekolah. Namun, modul juga memberikan pemahaman tentang hubungan
keuangan di UPT dengan keuangan daerah, struktur organisasi, proses perencanaan dan penganggaran
yang penting untuk dipahami oleh pimpinan sekolah.

Isi Modul:
Modul Mengelola Keuangan UPTD Sekolah ini berisi lima bab dan dilengkapi dengan suplemen. Bab 1
adalah Tata Kelola Kelembagaan dan Pengelolaan Keuangan Daerah. Bab ini memberikan penjelasan
tentang dasar hukum, tata kelola pemerintah daerah, pengelolaan keuangan Daerah, dan tata kelola dan
pengelolaan keuangan antara OPD dengan UPTD. Bab 2 memberikan pemahaman tentang Perencanaan
dan Penganggaran UPTD. Secara rinci bab ini menjelaskan hubungan renstra dan rencana kerja OPD
dengan UPTD, standar pelayanan minimal, sumber dan penggunaan dana UPTD serta perencanaan dan
anggaran berperspektif kesetaraan gender dan inklusi sosial. Bab 3 memuat tentang Penyusunan
Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) UPTD. Bab ini berisi landasan hukum, pendekatan penyusunan
RKA, Evaluasi hasil pelaksanaan program, pedoman penyusunan RKA Sekolah. Bab 4 memberikan
penjelasan tentang Penatausahaan Keuangan UPTD. Bab ini menjadi bagian yang sangat penting dan
memuat ketentuan umum penatusahaan keuangan daerah, kaidah umum penatusahaan keuangan
daerah, penatausahaan penerimaan, pertanggujawaban pendapatan dan pertanggungjawaban
pengeluaran. Bab 5 berisi tentang Pelaporan dan Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan serta
Barang Milik Daerah. Bab ini secara khusus menjelaskan tentang pelaporan keuangan terpadu, serta
hal-hal terkait barang milik daerah dalam hal pengelolaan, inventarisasi dan pembukuan. Suplemen
dalam modul ini berisi tentang konsep dasar entitas nirlaba, siklus dan persamaan dasar akuntansi

‹ ›
keuangan, pencatatan transaksi serta laporan keuangan.
Panduan Pengajaran:
Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8

Bab 1. Tata Kelola Kelembagaan dalam Pengelolaan Keuangan


Daerah
TUJUAN
Peserta mampu memahami dasar hukum, pola kerja, tata kelola organisasi dan tata kelola keuangan pada
Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)

WAKTU
3 Sesi (@45 Menit)

KATA KUNCI
Keuangan daerah, perangkat daerah, unit pelaksana teknis daerah, puskesmas, tata kelola keuangan

METODA
Metoda pembelajaran yang diterapkan adalah metoda partisipatif. Dengan metoda ini, materi yang
disampaikan disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran orang dewasa (andragogi) sesuai golden rule
10-60-30, yaitu 10% (pengantar pelatihan/ introduction), 60% (praktik/aktivitas) dan 30% (pemberian teori
secara menyeluruh).

RINGKASAN MATERI
Keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang serta segala
sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Pengelolaan Keuangan Daerah sebagai bagian yang tidak dapat
dipisahkan dengan Keuangan Negara merupakan aspek penting dalam mengelola daerah.

Berdasarkan PP 41 Tahun 2007, yang dimaksud dengan Perangkat Daerah atau yang dikenal dengan
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah unsur pembantu kepala daerah dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah yang terdiri dari Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah, Lembaga
Teknis Daerah, Kecamatan, dan Kelurahan. Pada Dinas Daerah dapat dibentuk Unit Pelaksana Teknis
Dinas untuk melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang yang
mempunyai wilayah kerja satu atau beberapa kecamatan. Unit pelaksana teknis dapat juga dibentuk pada
badan.
Pengaturan tentang UPT Dinas dan Badan secara detil diatur dalam peraturan kepala daerah
(Gubernur/Bupati/walikota). Jenis UPTD dan struktur organisasi dibuat sesuai kebutuhan daerah. Sebagai
contoh UPTD adalah Sekolah pada Dinas Pendidikan. Sekolah merupakan contoh dari frontline services
karena merupakan institusi terdepan dalam melayani masyarakat.

SKPD dan UPTD memiliki hubungan komando, dimana UPTD merupakan bagian dari SKPD. Kepala UPTD
bertanggung jawab kepada Kepala SKPD.Sedangkan hubungan antara SKPD dengan SKPKD secara
kelembagaan sejajar di bawah Kepala daerah. Namun berkaitan dengan kewenangan pengelolaan
keuangan daerah, hubungan kedua institusi tersebut adalah SKPKD sebagai Bendahara Umum Daerah
sedangkan SKPDpengguna anggaran dan UPTD sebagai kuasa pengguna anggaran.

Pengelola keuangan UPTD secara sederhana terdiri dari Kepala UPTD dan bendahara. Pada prinsipnya
Kepala UPTD bertindak selaku Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) atas seluruh pelaksanaan
kegiatan di UPTD.
5. Keuangan Kecamatan

Modul Keuangan Kecamatan:


Modul Mengelola Keuangan Kecamatan BLUD ini dibuat dalam upaya untuk meningkatkan pemahaman
dan kompetensi aparatur di Kecamatan dalam pengelolaan keuangan. Modul ini merupakan bagian
dari Serial Materi Pelatihan Pengelolaan Keuangan Daerah yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal
Perimbangan Keuangan (DJPK), Kementerian Keuangan RI. Modul ini secara teknis ditujukan bagi
pelaksana dan pengelola keuangan di Kecamatan. Namun, tidak hanya membahas tentang
penatausahaan, akuntansi serta pelaporan, namun juga membahas tentang struktur organisasi,
perencanaan yang juga bisa digunakan bagi Camat dan pejabat lainnya di kecamatan.

Isi Modul:
Modul Mengelola Keuangan BLUD ini berisi lima bab dan dilengkapi dengan suplemen berupa studi
kasus dan contoh praktik pengelolaan keuangan kecamatan. Bab 1 menjelaskan tentang Pembagian
Urusan Pemerintah yang berisi penjelasan tentang hubungan pemerintah pusat dan daerah, sentralisasi
dan desentralisasi, penyelenggaraan pemerintah daerah dan urusan pemerintah. Bab 2 memaparkan
tentang Struktur Organisasi dan Tugas Pokok Kecamatan yang berisi tugas pokok dan fungsi kecamatan,
tugas camat, organisasi kecamatan, tata kerja dan hubungan kerja serta pendanaan. Bab 3 berisi
tentang Perencanaan dan Penganggaran yang berisi perencanaan, penganggaran, rencana kerja
anggaran. Bab ini juga memberikan pemahaman tentang perencanaan dan penganggaran dalam
perspesktif kesetaraan gender dan inklusi sosial. Bab 4 memaparakan tentang Penatausahaan Keuangan
Kecamatan yang berisi tentang asas umum dan pelaksanaan penatusahaan keuangan daerah,
pertanggungjawaban penggunaan dana dan pembukuan bendahara keuangan. Bab 5 memaparkan
tentang Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Kecamatan berbagai prosedur akuntansi yaitu penerimaan
kas, aset hingga pelaporan. Modul ini juga dilengkapi dengan dua bagian suplemen yaitu Suplemen
Penatausahaan Keuangan Kecamatan dan Suplemen Akuntansi Berbasis Akrual untuk Kecamatan.

‹ ›
Suplemen ini disusun dengan memberikan studi kasus dan sebagai alat untuk praktek.
Panduan Pengajaran:
Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5

Bab 1. Pembagian Urusan Pemerintahan


TUJUAN
Peserta mampu menjelaskan pembagian urusan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah

WAKTU
3 Sesi (@45 Menit)

KATA KUNCI
Sentralisasi, desentralisasi, dekonsentrasi, tugas pembantuan, urusan pemerintahan absolut, urusan
pemerintahan konkuren, urusan pemerintahan umum

METODA
Metoda pembelajaran yang diterapkan adalah metoda partisipatif. Dengan metoda ini, materi yang
disampaikan disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran orang dewasa (andragogi) sesuai golden rule
10-60-30, yaitu 10% (pengantar pelatihan/ introduction), 60% (praktik/aktivitas) dan 30% (pemberian teori
secara menyeluruh).

RINGKASAN MATERI
Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa Negara
Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Negara kemudian membentuk pemerintahan
daerah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan dan diberikan otonomi yang seluas-luasnya. Dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia terdapat dua cara yang dapat menghubungkan antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah yaitu sentralisasi dan desentralisasi.

Sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, terdapat 3
jenis urusan pemerintahan yang meliputi : urusan pemerintahan absolut, urusan pemerintahan konkuren
dan urusan pemerintahan umum. Ketiga urusan diatas dibagi menjadi urusan yang menjadi domain
pemerintah pusat dan daerah. Asas yang digunakan dalam pembagian urusan pemerintahan terdiri atas
asas dekonsentrasi, desentralisasi, serta asas tugas pembantuan. Asas dekonsentrasi merupakan
pelimpahan sebagian urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat kepada
gubernur sebagai wakil pemerintah pusat / bisa juga kepada instansi vertikal di wilayah tertentu kepada
wali kota maupun bupati sebagai penanggung jawab urusan pemerintahan umum. Asas desentralisasi
merupakan penyerahan kewenangan dari pusat ke daerah dan domain dari desentralisasi sangat
berkaitan dengan penyerahan kekuasaan yang sebelumnya merupakan kekuasaan milik pusat menjadi
milik daerah. Asas tugas pembantuan merupakan penugasan dari pemerintah pusat kepada daerah
otonom untuk menjalankan sebagian urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat
atau dari pemerintah daerah provinsi kepada daerah kota atau kabupaten untuk menjalankan sebagian
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah provinsi.
6. Optimalisasi Peran Kecamatan

Modul Peran Kecamatan:


Modul Mengoptimalkan Peran Kecamatan dalam Mengawasi Pengelolaan Keuangan Desa dibuat untuk
meningkatkan pemahaman dan kompetensi aparatur kecamatan dalam memfasilitasi pengelolaan
keuangan desa dan pendayagunaan aset desa. Modul ini merupakan bagian dari Serial Materi Pelatihan
Pengelolaan Keuangan Daerah yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK),
Kementerian Keuangan RI. Modul ini ditujukan khususnya bagi Seksi-seksi yang ada di Kecamatan yang
berhubungan langsung dengan Desa.

Isi Modul:
Modul Mengoptimalkan Peran Kecamatan terdiri dari dua bab yaitu Bab 1 Pengawasan Pengelolaan
Keuangan Desa dan Bab 2 Pengawasan Pengelolaan Aset Desa dan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa).
Bab 1 berisi tentang pengertian Desa, hubungan Kecamatan dan Desa, alokasi Dana Desa. Terkait Dana
Desa terdapat penjelasan tentang perhitungan alokasi, peyaluran, penggunaan dan monitoring-evaluasi.
Bab ini juga memberikan penjelasan tentang pengelolaan keuangan desa yang mencakup asas,
perencanaan dan penganggaran keuangan desa, APB Desa, rencana kerja Pemerintah Desa hingga
pelaksanaan APB Desa. Penjelasan lain adalah tentang Laporan Keuangan Desa termasuk di dalamnya
laporan realisasi dan pelaksanaan. Bab ini juga memberikan penjelasan tentang asistensi pengawasan
dan pembinaan Kecamatan terhadap Dana Desa dan alokasi Dana Desa. Pada bab ini juga diberikan
studi kasus dan contoh APB Desa. Pada Bab 2, modul ini berisi tentang pengelolaan aset desa,
pengelolaan BUM Desa serta asistensi, pengawasan, pembinaan Kecamatan terhadap Aset Desa dan

‹ ›
BUM Desa.

Panduan Pengajaran:
Bab 1
Bab 2
Bab 1. Optimalisasi Peranan Kecamatan dalam Pengawasan
PKDes
TUJUAN
Peserta mampu mengetahui karakteristik dana desa dan alokasi dana desa mencakup ketentuan
penggunaan dari masing-masing jenisnya.
Peserta mampu melakukan pengawasan pengelolaan keuangan desa termasuk pengawasan
pengelolaan asset dengan menggunakan pendekatan compliance audit.

WAKTU
8 Sesi (@45 Menit)

KATA KUNCI
Desa, Keuangan Desa, Pengelolaan Keuangan Desa

METODA
Metoda pembelajaran yang diterapkan adalah metoda partisipatif. Dengan metoda ini, materi yang
disampaikan disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran orang dewasa (andragogi) sesuai golden rule
10-60-30, yaitu 10% (pengantar pelatihan/ introduction), 60% (praktik/aktivitas) dan 30% (pemberian teori
secara menyeluruh).

RINGKASAN MATERI
Pengelolaan Keuangan Desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan
desa. Siklus pengelolaan keuangan desa
meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban, dengan
periodisasi 1 (satu) tahun anggaran, terhitung mulai tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember.

Hubungan kecamatan dan desa yang baik diharapkan mempercepat proses pembangunan di desa yang
secara langsung berdampak pada pembangunan di daerah. Upaya koordinasi antara kecamatan dan desa
perlu ditingkatkan untuk mengurangi permasalahan yang mungkin timbul dalam implementasi
manajemen pemerintahan desa, termasuk antara lain pengelolaan keuangan desa, efektivitas dana desa
dan alokasi dana desa.

Anda mungkin juga menyukai