NURHALIZA ZARKASIH
1506714624
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya
NURHALIZA ZARKASIH
1506714624
Tanda Tangan :
Tanggal : Depok, Mei 2018
iii
Universitas Indonesia
HALAMAN PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI
Penguji :
iv
Universitas Indonesia
KATA PENGANTAR
v
Universitas Indonesia
7. Mama, Kakak-kakak, dan seluruh keluarga yang selalu memberikan dukungan
baik moril maupun materil dan selalu mendoakan untuk kelancaran penyelesaian
tugas akhir ini.
8. Alm. Papa yang telah membuat saya menjadi seorang yang harus berjuang untuk
menyelesaikan pendidikan ini, dan memotivasi saya untuk meneruskan
pendidikan yang lebih tinggi lagi.
9. Muhammad Ihsan Taufiqurrahman selaku seseorang yang selalu memberikan
motivasi dan doa. Terimakasih untuk perhatian, kebahagiaan dan senyum manis
yang selalu menyemangati penulis.
10. Pihak-pihak yang langsung maupun tidak langsung membantu yang tidak dapat
saya sebutkan satu-persatu.
Nurhaliza Zarkasih
vi
Universitas Indonesia
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Beserta perangkat yang ada (bila diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-
Ekslusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/fortmat-kan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta ijin dari saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : Mei 2018
Yang menyatakan
(Nurhaliza Zarkasih)
vii
Universitas Indonesia
ABSTRAK
Nama : Nurhaliza Zarkasih
Program Studi : Akuntansi Keuangan
Judul : Penerapan PSAK 34 Atas Pengakuan Pendapatan Pada
Perusahaan Konstruksi
Laporan karya akhir ini membahas proses pengakuan pendapatan pada perusahaan
konstruksi dengan menggunakan metode lump sum dan provisional sum.
Perusahaan ini memiliki 58 proyek pada tahun 2017, pada karya akhir ini hanya
membahas proyek apartement Q, dan hanya fokus untuk membahas pengakuan
pendapatan dengan metode lump sum. Hasil analisis menyimpulkan bahwa
perusahaan menggunakan metode persentase penyelesaian dalam melakukan
penagihan pembayaran, dan untuk mengakui pendapatan perusahaan menggunakan
bentuk kontrak konstruksi lump sum sesuai dengan dokumen penawaran yang
diberikan pemberi kerja.
Kata Kunci:
Metode lump sum, metode provisional sum, metode persentase penyelesaian,
kontrak konstruksi
ABSTRACT
Name : Nurhaliza Zarkasih
Study Program : Finance Accounting
Title : Implementation of PSAK 34 on Recognition of Revenue at
Construction Companies
This final paper report discusses the process of revenue recognition at construction
companies by using lump sum and provisional sum methods. The company has 58
projects by 2017, in this final paper only discussing the Q apartment project, and
only focuses on discussing revenue recognition by lump sum method. The result of
the analysis concludes that the company uses the percentage method of settlement
in the collection of payments, and to recognize the earnings of the company using
the form of a lump sum construction contract in accordance with the bidding
documents provided by the employer.
Keywords:
Lump sum method, provisional sum method, percentage completion method,
construction contract
viii
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
ix
Universitas Indonesia
BAB 3 LANDASAN TEORI ...............................................................................18
3.1 Pendapatan .................................................................................................18
3.1.1 Pengertian Pendapatan ...................................................................18
3.1.2 Pengakuan Pendapatan ...................................................................19
3.2 Pengertian Proyek dan Jasa Konstruksi .....................................................19
3.3 Pengertian Kontrak Konstruksi ..................................................................20
3.3.1 Jenis-Jenis Kontrak Konstruksi ......................................................20
3.4 Pendapatan dan Biaya Konstruksi ..............................................................22
3.4.1 Pendapatan Konstruksi ...................................................................22
3.4.2 Biaya Kontrak Konstruksi ..............................................................24
3.5 Pengakuan Pendapatan dan Beban Kontrak ...............................................25
3.5.1 Metode Persentase Penyelesaian ....................................................26
3.5.2 Metode Pemulihan Biaya ...............................................................28
3.6 Kerugian dalam Kontrak Konstruksi .........................................................31
3.7 Pengakuan Akun – Akun dalam Kontrak Konstruksi ................................32
3.8 Penyajian dalam Laporan Keuangan ..........................................................32
3.9 PPh 4 ayat 2 ................................................................................................33
BAB 4 LANDASAN TEORI ...............................................................................36
4.1 Gambaran Umum Proyek...........................................................................34
4.1.1 Nature Akun – Akun Digunakan PT. ACG ...................................38
4.1.2 Prosedur Pengelolaan Akuntansi PT. ACG ...................................40
4.1.3 Jenis Kontrak Konstruksi Pada PT. ACG ......................................41
4.2 Ilustrasi Kontrak Proyek PT. ACG ............................................................45
4.2.1 Proyek Apartement Q .....................................................................45
4.2.2 Kontrak Proyek PT. ACG ..............................................................47
4.2.3 Uang Muka Kontrak .......................................................................48
4.2.4 Retensi ............................................................................................50
4.2.5 Proses Pencatatan Pendapatan PT. ACG .......................................51
4.3 Analisis Proyek Apartement Q...................................................................60
4.4 Perbandingan Pencatatan Akuntansi PT. ACG dan PSAK ........................61
x
Universitas Indonesia
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................65
5.1 Kesimpulan ................................................................................................65
5.2 Saran ...........................................................................................................65
DAFTAR REFERENSI .......................................................................................66
LAMPIRAN
xi
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
xii
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
xiii
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Universitas Indonesia
2
Universitas Indonesia
3
Universitas Indonesia
4
Universitas Indonesia
5
Universitas Indonesia
BAB 2
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
6
Universitas Indonesia
7
Universitas Indonesia
8
Universitas Indonesia
9
Universitas Indonesia
10
dinyatakan sebagai persen dari total kewajiban dan ekuitas. Berikut tabel 2.3 adalah
analisis vertikal untuk dua tahun periode pada PT. ACG.
a. Analisis Vertikal Laporan Posisi Keuangan
Tabel 2.3 Analisis Vertikal Laporan Posisi Keuangan PT. ACG
PT. ACG
Laporan Laba Rugi (Vertikal)
31 Desember 2017 dan 2016
2017 2016
Amount Percent Amount Percent
ASET
Aset Lancar
Kas dan Setara Kas 156,840,462,806 5.79% 328,747,028,025 18.47%
Piutang Usaha
Pihak Berelasi 123,684,099,154 4.57% 54,518,012,418 3.06%
Pihak Ketiga 385,078,181,744 14.23% 224,905,648,144 12.64%
Piutang Retensi
Pihak Berelasi 10,720,693,607 0.40% 19,107,760,348 1.07%
Pihak Ketiga 127,307,784,140 4.70% 94,484,784,679 5.31%
Tagihan Bruto Pemberi Kerja
Pihak Berelasi 598,802,679,588 22.12% 58,692,479,974 3.30%
Pihak Ketiga 1,085,411,700,798 40.10% 855,278,287,897 48.05%
Piutang Lain-lain
Pihak Berelasi 3,272,355,358 0.12% 3,372,597,330 0.19%
Persediaan 2,168,643,920 0.08% 6,750,287,160 0.38%
Uang Muka 38,905,380,324 1.44% 16,725,300,965 0.94%
Biaya Dibayar di Muka 5,807,075,957 0.21% 1,033,031,337 0.06%
Pajak Dibayar di Muka - 0% 4,567,555,626 0.26%
Aset Lain lain 66,328,725,000 2.45% 66,328,725,000 3.73%
Total Aset Lancar 2,604,327,782,396 96.22% 1,734,511,498,903 97.45%
Aset Tidak Lancar
Piutang Pihak Berelasi
Jangka Panjang 12,068,100,329 0.45% 13,730,788,190 0.77%
Aset Tetap 22,996,707,796 0.85% 26,013,492,908 1.46%
Aset Lain lain 67,305,372,663 2.49% 5,686,524,819 0.32%
Total Aset Tidak Lancar 102,370,180,788 3.78% 45,430,805,917 2.55%
TOTAL ASET 2,706,697,963,184 1,779,942,304,820
Universitas Indonesia
11
PT. ACG
Laporan Laba Rugi (Vertikal)
31 Desember 2017 dan 2016
2017 2016
Amount Percent Amount Percent
EKUITAS
Modal Saham
Modal Saham - 200000 Lembar
saham biasa, modal ditempatkan
dan disetor penuh sebesar 50000
saham biasa, dengan nominal
Rp1000000 perlembar saham 50,000,000,000 1.85% 50,000,000,000 2.81%
Saldo Laba
Dicadangkan 29,886,513,355 1.10% 23,890,690,231 1.34%
Belum Dicadangkan 322,611,996,157 11.92% 210,934,080,102 11.85%
Total Ekuitas 402,498,509,512 14.87% 284,824,770,333 16.00%
TOTAL LIABILITAS DAN EKUITAS 2,706,697,963,184 1,779,942,304,820
Universitas Indonesia
12
Universitas Indonesia
13
horizontal dapat dilihat pada tabel 2.5 mengenai analisis horizontal laporan posisi
keuangan PT. ACG.
a. Analisis Horizontal Laporan Keuangan
Tabel 2.5 Analisis Horizontal Laporan Keuangan PT. ACG
PT. ACG
Laporan Laba Rugi (Horizontal)
31 Desember 2017 dan 2016
Amount 2017
2017 2016 Increase (Decrease) Percent
ASET
Aset Lancar
Kas dan Setara Kas 156,840,462,806 328,747,028,025 - 171,906,565,219 -52%
Piutang Usaha
Pihak Berelasi 123,684,099,154 54,518,012,418 69,166,086,736 127%
Pihak Ketiga 385,078,181,744 224,905,648,144 160,172,533,600 71%
Piutang Retensi
Pihak Berelasi 10,720,693,607 19,107,760,348 - 8,387,066,741 -44%
Pihak Ketiga 127,307,784,140 94,484,784,679 32,822,999,461 35%
Tagihan Bruto Pemberi Kerja
Pihak Berelasi 598,802,679,588 58,692,479,974 540,110,199,614 920%
Pihak Ketiga 1,085,411,700,798 855,278,287,897 230,133,412,901 27%
Piutang Lain-lain
Pihak Berelasi 3,272,355,358 3,372,597,330 - 100,241,972 -3%
Persediaan 2,168,643,920 6,750,287,160 - 4,581,643,240 -68%
Uang Muka 38,905,380,324 16,725,300,965 22,180,079,359 133%
Biaya Dibayar di Muka 5,807,075,957 1,033,031,337 4,774,044,620 462%
Pajak Dibayar di Muka - 4,567,555,626 - 4,567,555,626 -100%
Aset Lain lain 66,328,725,000 66,328,725,000 - 0%
Total Aset Lancar 2,604,327,782,396 1,734,511,498,903 869,816,283,493 50%
Aset Tidak Lancar
Piutang Pihak Berelasi
Jangka Panjang 12,068,100,329 13,730,788,190 - 1,662,687,861 -12%
Aset Tetap 22,996,707,796 26,013,492,908 - 3,016,785,112 -12%
Aset Lain lain 67,305,372,663 5,686,524,819 61,618,847,844 1084%
Total Aset Tidak Lancar 102,370,180,788 45,430,805,917 56,939,374,871 125%
TOTAL ASET 2,706,697,963,184 1,779,942,304,820 926,755,658,364 52%
LIABILITAS DAN EKUITAS
LIABILITAS
Liabilitas Jangka Pendek
Utang Usaha
Pihak Ketiga 1,570,212,218,843 963,669,581,455 606,542,637,388 63%
Utang Pajak 9,464,216,143 1,423,112,607 8,041,103,536 565%
Beban Akrual 54,849,995,781 22,363,518,845 32,486,476,936 145%
Utang Retensi 59,181,943,204 38,731,011,090 20,450,932,114 53%
Uang Muka Pemberi Kerja
Pihak Berelasi 16,408,359,823 11,163,491,792 5,244,868,031 47%
Pihak Ketiga 222,694,898,251 114,124,638,410 108,570,259,841 95%
Utang Lain-lain 322,524,256,067 306,842,139,037 15,682,117,030 5%
Total Liabilitas Jangka Pendek 2,255,335,888,112 1,458,317,493,236 797,018,394,876 55%
Liabilitas Jangka Panjang
Utang Pihak Berelasi 48,863,565,560 36,752,172,751 12,111,392,809 33%
Utang Jangka Panjang Setelah
Dikurangi Jangka Pendek -
Liabilitas Sewa Pembiayaan - 47,868,500 - 47,868,500 -100%
Total Liabilitas Jangka Panjang 48,863,565,560 36,800,041,251 12,063,524,309 33%
Total Liabilitas 2,304,199,453,672 1,495,117,534,487 809,081,919,185 54%
Universitas Indonesia
14
PT. ACG
Laporan Laba Rugi (Horizontal)
31 Desember 2017 dan 2016
Amount 2017
2017 2016 Increase (Decrease) Percent
EKUITAS
Modal Saham
Modal Saham - 200000 Lembar
saham biasa, modal ditempatkan
dan disetor penuh sebesar 50000
saham biasa, dengan nominal
Rp1000000 perlembar saham 50,000,000,000 50,000,000,000 - 0%
Saldo Laba
Dicadangkan 29,886,513,355 23,890,690,231 5,995,823,124 25%
Belum Dicadangkan 322,611,996,157 210,934,080,102 111,677,916,055 53%
Total Ekuitas 402,498,509,512 284,824,770,333 117,673,739,179 41%
TOTAL LIABILITAS DAN EKUITAS 2,706,697,963,184 1,779,942,304,820 926,755,658,364 52%
Universitas Indonesia
15
Universitas Indonesia
16
untuk setiap penjualan yang dilakukan. Rasio ini merupakan ukuran yang
menunjukkan perusahaan dalam melakukan peningkatan penjualan dan menekan
biaya-biaya yang terjadi. Selain itu, rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam memanfaatkan seluruh dana yang dimilikinya untuk mendapatkan
keuntungan maksimal.
Berikut adalah analisa rasio profitabilitas yang dilakukan melalui
perhitungan seperti berikut:
1. Perhitungan Current Ratio adalah perbandingan antara aset lancar dengan
kewajiban lancar. Rasio ini digunakan untuk melihat seberapa besar
kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban lancar menggunakan
aset lancar yang dimiliki atau seberapa besar jaminan aset lancar untuk
memenuhi kewajiban lancar.
2017 2016
Aset Lancar (A) 2.604.327.782 1.734.511.498
Kewajiban Lancar (B) 2.304.199.453 1.495.117.493
Current Ratio (A) ÷ (B) 1,13 Kali 1,16 Kali
Dari perhitungan diatas, dapat diketahui bahwa terjadi penurunan
kemampuan PT. ACG dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Sementara jika kita lihat bahwa aset lancar dan kewajiban lancar mengalami
kenaikan. Hal ini dikarenakan kenaikan kewajiban lancar yang terjadi juga
diiringi dengan kenaikan yang menyebabkan current ratio semakin
menurun walaupun tidak signifikan. Namun, secara keseluruhan,
perbandingan aset lancar PT. ACG terhadap current ratio sudah cukup
baik.
2017 2016
Net Income (A) 153.648.677 119.916.462
Net Sales (B) 2.099.513.056 1.332.831.078
Net Profit Margin (A) ÷ (B) 7,3% 8,99%
Universitas Indonesia
17
2017 2016
Net Income (A) 153.648.677 119.916.462
Equity (B) 402.498.509 284.824.770
Return On Equity (A) ÷ (B) 38,17% 42,10%
Dari perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa terjadi penurunan
atas Return On Equity yang terjadi dari tahun 2016 dan 2017.
Universitas Indonesia
BAB 3
LANDASAN TEORI
3.1 Pendapatan
3.1.1 Pengertian Pendapatan
Pendapatan memiliki pengertian yang bermacam-macam tergantung dari
sisi mana untuk meninjau pengertian pendapatan tersebut. Pendapatan adalah
penghasilan yang timbul dari pelaksanaan aktivitas entitas yang normal dan dikenal
dengan sebutan yang berbeda, seperti penjualan, penghasilan jasa, bunga, deviden,
royalti, dan sewa. Bagi pihak-pihak yang berkompeten dibidangnya, pendapatan
memiliki penafsiran berbeda-beda yang disebabkan oleh latar belakang penyusunan
konsep yang berbeda bagi pihak tertentu. Berikut adalah pengertian pendapatan
menurut beberapa sumber:
• Menurut PSAK No. 23 (Revisi 2016), pendapatan adalah arus masuk bruto
dari manfaat ekonomik yang timbul dari aktivitas normal entitas selama
suatu periode jika arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas
yang tidak berasal dari konstribusi penanaman modal.
• Menurut Keiso, Weygant dan Warfield (2011), pendapatan adalah arus
masuk atau peningkatan lainnya atas aktiva sebuah entitas atau pelunasan
kewajiban (atau kombinasi dari keduanya) selama satu periode dari
pengiriman atau produksi barang, penyediaan jasa, atau aktivitas-aktivitas
lain yang merupakan kegiatan operasi utama atau kegiatan operasi sentral
perusahaan.
• Menurut Skousen, Stice dan Stice (2010;161), pendapatan adalah arus
masuk atau penyelesaian kewajiban (atau kombinasi keduanya) dari
pengiriman atau produksi barang, memberikan jasa atau melakukan
aktivitas lain yang merupakan aktivitas utama atau aktivitas centra yang
sedang berlangsung.
18
Universitas Indonesia
19
Universitas Indonesia
20
Universitas Indonesia
21
Menurut Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2000 paragraf ketiga pasal 20,
kontrak konstruksi dibedakan sebagai berikut:
1. Berdasarkan Bentuk Imbalan
Kontrak berdasarkan bentuk imbalam dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
a. Kontrak sistem lump sum merupakan kontrak jasa atas penyelesaian
seluruh pekerjaan dalam jangka waktu tertentu dengan jumlah harga
yang pasti dan tetap serta semua resiko yang mungkin terjadi dalam
proses penyelesaian pekerjaan yang sepenuhnya ditanggung oleh
penyedia jasa sepanjang gambar dan spesifikasi tidak berubah.
b. Kontrak sistem harga satuan merupakan kontrak jasa atas penyelesaian
seluruh pekerjaan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan harga
satuan yang pasti dan tetap untuk setiap satuan/unsur pekerjaan dengan
spesifikasi teknis tertentu, yang volume pekerjaannya didasarkan pada
hasil pengukuran bersama atas volume pekerjaan yang benar-benar
telah dilaksanakan oleh penyedia jasa.
c. Kontrak sistem biaya tambahan imbalan jasa merupakan kontrak jasa
atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam jangka waktu tertentu,
dimana jenis-jenis pekerjaan dan volumenya belum diketahui dengan
pasti, sedangkan pembayarannya dilakukan berdasarkan pengeluaran
biaya yang meliputi pembelian bahan, sewa peralatan, upah pekerja dan
lain-lain, ditambah imbalan jasa yang telah disepakati oleh kedua belah
pihak.
d. Kontrak sistem gabungan lump sum dengan harga satuan merupakan
gabungan lump sum dan atau harga satuan dan atau tambah imbalan jasa
dalam 1 (satu) pekerjaan yang diperjanjikan sejauh yang disepakati para
pihak dalam kontrak kerja konstruksi.
e. Kontrak sistem aliansi merupakan kontrak pengadaan jasa dimana
suatu harga kontrak referensi ditetapkan lingkup dan volume pekerjaan
yang belum diketahui ataupun diperinci secara pasti sedangkan
pembayarannya dilakukan secara biaya tambah imbalan jasa dengan
suatu pembagian tertentu yang disepakati bersama atas penghematan
Universitas Indonesia
22
ataupun biaya lebih yang timbul dari perbedaan biaya sebenarnya dan
harga kontrak referensi.
2. Berdasarkan Jangka Waktu Pelaksanaan
Dalam kontrak berdasarkan jangka waktu pelaksanaan ini, dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Tahun tunggal yaitu kontrak pelaksanaan pekerjaan yang mengikat
dana anggaran untuk masa 1 (satu) tahun anggaran.
b. Tahun jamak yaitu kontrak pelaksanaan pekerjaan yang mengikat dana
anggaran direncanakan selesai lebih dari 1 (satu) tahun.
3. Berdasarkan Pembayaran Hasil Pekerjaan
Dalam kontrak bedasarkan pembayaran hasil pekerjaan dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Sesuai kemajuan pekerjaan yaitu pengukuran hasil pekerjaan
berdasarkan kemajuan pekerjaan selain dilakukan dalam beberapa
tahapan kemajuan pekerjaan, bisa juga dilakukan sekaligus pada saat
pekerjaan fisik selesai 100%.
b. Secara berkala yaitu pengukuran hasil pekerjaan secara berkala
umumnya dilakukan secara bulanan pada tiap akhir bulan.
Pada dasarnya, klasifikasi berbeda-beda menurut kedua sumber di atas, ini
dibuat untuk mempermudah pemberi proyek dan kontraktor agar dapat
menjalankan kegiatan konstruksi dengan lancar tanpa merugikan kedua belah
pihak. Namun, tetap perlu diadakan syarat-syarat supaya lebih rinci dan jelas agar
tidak merugikan dimasa yang akan mendatang.
Universitas Indonesia
23
Estimasi sering perlu untuk direvisi sesuai dengan realisasi dan hilangnya
ketidakpastian. Oleh karena itu, jumlah pendapatan kontrak dapat
meningkat atau menurun dari satu periode ke periode berikutnya.
Contohnya karena:
a. Kontraktor dan pelanggan mungkin menyetujui penyimpangan atau
klaim yang meningkatkan atau menurunkan pendapatan kontak pada
priode setelah periode yang disetujui pada kontak awal.
b. Jumlah pendapatan yang disetujui dalam kontrak harga tetap dapat
meningkat karena ketentuan-ketentuan kenaikan biaya.
c. Jumlah pendapatan kontrak dapat menurun karena denda yang timbul
akibat keterlambatan kontraktor dalam penyelesaian kontrak tersebut.
d. Jika dalam kontrak harga tetap terdapat harga tetap per unit output,
pendapatan kontrak meningkat jika jumlah unit meningkat.
2. Penyimpangan dalam pekerjaan kontrak, klaim, dan pembayaran insentif.
Penyimpangan adalah suatu instruksi yang diberikan pelanggan
mengenai perubahan dalam lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan
berdasarkan kontrak. Penyimpangan dapat meningkatkan atau menurunkan
dalam pendapatan kontrak. Contoh penyimpangan adalah perubahan dalam
spesifikasi atau rancangan aset atau perubahan lamanya kontrak.
Penyimpangan dimasukan ke dalam pendapatan kontrak jika:
a. Kemungkinan besar pelanggan akan menyetujui penyimpangan dan
jumlah pendapatan yang timbul dari penyimpangan tersebut.
b. Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal.
Klaim adalah jumlah yang ditagihkan kontraktor kepada pelanggan
atau pihak lain sebagai penggantian untuk biaya-biaya yang tidak termasuk
dalam nilai kontrak. Klaim dapat timbul dari, misalnya, keterlambatan yang
disebabkan oleh pelanggan, kesalahan dalam spesifikasi atau rancangan,
dan selisih penyimpangan dalam pekerjaan kontrak. Pengukuran jumlah
pendapatan yang timbul dari klaim mempunyai tingkat ketidakpastian yang
tinggi dan sering kali bergantung pada hasil negosisasi. Oleh karena itu,
klaim hanya dimasukkan dalam pendapatan kontrak jika:
Universitas Indonesia
24
Universitas Indonesia
25
Universitas Indonesia
26
Universitas Indonesia
27
Sedangkan untuk mengetahui jumlah pendapatan atau laba kotor yang akan
diakui sampai tanggal ini:
Universitas Indonesia
28
dimana akun ini berasal dari selisih dari pendapatan per-progress yang
Universitas Indonesia
29
Universitas Indonesia
30
3. Mencatat penerimaan
Cash
Account Receivable
Penjelasan pencatatan tersebut sama dengan penjelasan seperti metode
persentase penyelesaian.
4. Mencatat pengakuan pendapatan dan laba kotor
Construction Expenses xxx
Revenue from Long-Term Contract xxx
Perusahaan melakukan pencatatan dengan jurnal ini pada saat proyek telah
sepenuhnya selesai. Penjelasan pencatatan sama dengan metode persentase
selesai. Perbedaannya hanya pada nilai Construction in Process (gross
profit). Pada persentase penyelesaian, diakui gross profit secara berangsur,
sedangkan pada metode pemulihan biaya diakui langsung sebesar Revenue
from Long-Term Contract dengan Contruction Expenses yang
diakumulasikan dari awal pekerjaan konstruksi hingga selesainya
pekerjaan.
5. Mencatat penyelesaian kontrak
Billing on Constraction in Process xxx
Construction in Process xxx
Penjelasan pencatatan tersebut sama dengan penjelasan seperti metode
persentase penyelesaian.
Universitas Indonesia
31
Universitas Indonesia
32
Universitas Indonesia
33
b. Jumlah kerugian yang diakui dan termin, untuk semua kontrak dimana
melebihi biaya yang terjadi ditambah laba yang diakui (dikurangi
kerugian yang diakui).
Universitas Indonesia
34
Universitas Indonesia
35
Universitas Indonesia
BAB 4
PEMBAHASAN
36
Universitas Indonesia
37
Universitas Indonesia
38
Dari data tabel diatas bahwa dapat kita lihat dari 58 proyek PT. ACG. Dapat
dilihat bahwa proyek PT. ACG terdiri dari 11 proyek perkantoran, 26 proyek
apartement, 5 proyek rumah sakit, 5 proyek hotel, 7 proyek mall dan plaza dan 6
proyek fasilitas umum. Semua transaksi dilakukan dalam satuan uang Rupiah,
dengan rata-rata dari 58 proyek sebesar Rp 165.268.107.804.
Universitas Indonesia
39
Universitas Indonesia
40
3. Akun Kas/Bank
Akun ini merupakan yang digunakan ketika PT. ACG menerima
pembayaran piutang dari klien baik dalam bentuk kas atau melalui Bank.
4. Akun Utang
Akun ini merupakan akun yang digunakan ketika PT. ACG melakukan
pengeluaran namun dibayarkan secara kredit.
5. Akun PPh 4 Ayat 2
Akun ini merupakan akun pajak penghasilan atas imbalan yang dipotong
oleh klien ketika menerima pembayaran piutang.
Universitas Indonesia
41
Berikut penjelasan setiap proses akuntansi PT. ACG dari Gambaran 4.1
1. Bagian akuntansi kantor pusat melakukan verifikasi kelengkapan atau
keabsahan data dan bukti pendukung lainnya.
2. Bagian akuntansi kantor pusat melakukan entry realisasi RAB proyek atau
data penjualan ke dalam data base.
3. Bagian akuntansi melakukan verifikasi data base, dan melakukan
pengecekan biaya.
4. Bagian akuntansi melakukan entry jurnal, lalu cetak nota pembukuan
5. Bagian konsolidasi akan mengcopy data proyek-proyek atau kantor pusat
lalu posting.
6. Bagian konsolidasi melakukan evaluasi kewajaran data laporan lalu
membuat jurnal koreksi.
7. Bagian konsolidasi memproses konsolidasi lalu membuat jurnal eliminir
transaksi intern.
8. Bagian konsolidasi memposting proses penggabungan lalu cetak laporan
keuangan.
9. Bagian konsolidasi akan mlakukan konsolidasi laporan induk perusahaan
dengan proyek JO termasuk eliminir transaksi afiliasi (secara manual).
10. Bagian konsolidasi kantor pusat menyiapkan form yang dibutuhkan, lalu
memasukan data isian.
11. Bagian akuntansi kantor pusat akan mencetak laporan keuangan.
12. Bagian akuntansi kantor pusat akan membuat penjelasan dan lampiran
laporan keuangan dan mengkonsultasikan ke manajemen.
13. Bagian akuntansi kantor pusat akan meminta paraf atau tanda tangan BOD.
14. Bagian akuntansi kantor pusat akan mendistribusikan dan mengarsipkan
laporan.
Universitas Indonesia
42
yang terdapat didalamnya. Menurut PSAK No. 34 (Revisi 2016), ada dua jenis
kontrak konstruksi yaitu harga tetap dan kontrak biaya plus.
Pada bab sebelumnya, dijelaskan bahwa menurut Peraturan Pemerintah No.
29 Tahun 2000 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah,
jenis-jenis kontrak konstruksi diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis. Salah satu
dari klasifikasi tersebut adalah klasifikasi jenis kontrak berdasarkan bentuk
imbalan. Tidak hanya itu, dalam aturan ini masih ada beberapa klasifikasi lain yakni
berdasarkan jangka waktu dan berdasarkan jumlah pengguna barang/jasa.
Dalam praktiknya, PT. ACG menggunakan kontrak sistem persentase
penyelesaian. Menurut PT. ACG ada dua cara menentukan persentase penyelesaian
yaitu:
a. Lump sum
Suatu kontrak pengadaan barang atas penyelesaian barang/jasa atas
penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu dengan jumlah
harga total penawaran yang pasti dan tetap. Dengan demikian semua resiko
yang mungkin terjadi dalam proses penyelesaian pekerjaan tersebut
sepenuhnya ditanggung oleh penyedia jasa yang melakukan kontrak
tersebut, sepanjang lingkup pekerjaan atau gambar dan spesifikasi tidak
berubah.
b. Provisional sum (harga satuan)
Suatu kontrak pengadaan barang/jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan
dalam batas waktu tertentu, berdasarkan harga satuan yang pasti dan tetap
untuk setiap satuan/unsur pekerjaan dan spesifikasi teknis tertentu, yang
volume pekerjaannya masih bersifat perkiraan sementara, sedangkan
pembayarannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas volume
pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa.
Berikut tabel 4.2 merupakan perbedaan antara jenis kontrak lump sum dan
provisional sum:
Universitas Indonesia
43
Tabel 4.2 Perbedaan Jenis Kontrak Lump Sum dan Provisional Sum
Lump sum Provisional sum
1. Jumlah harga pasti dan tetap serta 1. Harga satuan pasti dan tetap untuk
tidak dimungkinkan penyesuaian setiap satuan atau unsur pekerjaan
harga; dengan spesifikasi teknis tertentu;
2. Semua risiko sepenuhnya 2. Volume atau kuantitas pekerjaanya
ditanggung oleh penyedia barang masih bersifat perkiraan pada saat
atau jasa; kontrak ditandatangani;
3. Pembayaran didasarkan pada 3. Pembayarannya didasarkan pada
tahapan produk atau keluaran yang hasil pengukuran bersama atas
dihasilkan sesuai dengan isi volume pekerjaan yang benar-benar
kontrak; telah dilaksanakan oleh penyedia
4. Sifat pekerjaan berorientasi kepada barang atau jasa; dan
keluaran (output based); 4. Dimungkinkan adanya pekerjaan
5. Total harga penawaran bersifat tambah atau kurang berdasarkan
meningkat; dan hasil pengukuran bersama atas
6. Tidak diperbolehkan adanya pekerjaan yang diperlukan.
pekerjaan tambah atau kurang.
Sumber: klc.kemenkeu.go.id
Pada kasus ini yang menjadi catatan adalah bahwa dalam provisional sum,
item pekerjaan ideal harus dicantumkan dalam RAB. Hal ini untuk mengantisipasi
kondisi lapangan apabila dimungkinkan terjadinya optimalisasi output. Maka tidak
mengherankan apabila dalam daftar kuantitas ditemukan satu item pekerjaan dalam
dokumen pemilihan harga satuannya ada namun volumenya = 0 dan harus juga
ditawarkan oleh penyedia dalam dokumen penawaran.
Untuk itu effort terhadap jenis provisional sum sangat berbeda dengan
kontrak lump sum. Berikut tabel 4.3 ilustrasi perbedaan kontrak menggunakan lump
sum dan provisional sump.
Tabel 4.3 Ilustrasi Perbedaan Kontrak Lump Sum dan Provisional Sum
Penjelasan Tentang Pekerjaan Harga Volume Satuan Total
Lumpsum Satuan
Pekerjaan bikisting 500.000 360 𝑚2 180.000.000
Universitas Indonesia
44
Universitas Indonesia
45
Universitas Indonesia
46
Universitas Indonesia
47
Universitas Indonesia
48
Jangka Waktu Pelaksanaan : 540 (lima ratus empat puluh) hari kalender
1 tahun 9 bulan (Jangka Panjang)
Universitas Indonesia
49
• PPN Keluaran
10% x Rp 5.717.090.909 : Rp 571.709.090
Atas uang muka yang diterima PT. ACG melakukan pencatatan (dalam rupiah).
Uang muka kontrak yang diterima diawal oleh PT. ACG ini nantinya akan
menjadi pengurang piutang yang dibayarkan pemberi kerja karena pihak PT. ACG
telah menerima 10% pembayaran awal dari total nilai kontrak. Nilai dari uang muka
ini akan menjadi pengurang terhadap pendapatan yang ditagihkan dan diterima oleh
PT. ACG. Uang muka ini dicatat ketika waktu penagihan dan penerimaan
pendapatan tiba sebagai control bahwa ada pendapatan yang sudah diterima diawal
dan akan mengurangi piutang yang ditagihkan. Uang muka ini akan dicatat sebagai
liabilitas pada laporan keuangan.
Berikut tabel 4.6 schedule pengembalian uang muka kontrak berdasarkan %
penyelesaian pekerjaan. Pada TKA ini penulis hanya membahas hingga bulan
Agustus, detail schedule telampir di Lampiran 2.
Universitas Indonesia
50
4.2.4 Retensi
Retensi adalah jaminan pemeliharaan terhadap pekerjaan yang telah
diselesaikan oleh PT. ACG. Retensi ini nilainya 5% dari total kontrak, nilai retensi
bisa berkurang jika terdapat kerusakan. Retensi dikembalikan setelah kontrak
selesai ditambah dengan masa pemeliharaan yang telah disetujui di dalam kontrak,
yaitu 365 hari kalender dari proyek telah selesai atau sampai bulan Oktober 2018,
ditandai dengan telah ditandatanganinya Berita Acara Berakhirnya Masa
Pemeliharaan.
Ketika PT. ACG menagihkan pendapatannya, maka nilai retensi ini akan
masuk dalam nilai revenue dikarenakan ada nilai kontrak 5% yang menjadi jaminan
yang belum diberikan klien kepada PT. ACG. Namun, ketika penerimaan
pendapatan diterima oleh PT. ACG nilai yang diterima dikurangi dengan retensi
yang masih ditahan sebagai jaminan. Pencatatan terhadap retensi ini sebagai control
oleh PT. ACG untuk mengetahui berapa nilai dari revenue yang masih ditahan
hingga masa retensi selesai. Berikut adalah pencatatan retensi menurut PT. ACG:
Piutang Retensi 6.767.636.364
Piutang Usaha 6.767.636.364
*5% x Rp 135.352.727.273
Jurnal seperti di atas, akan dicatat oleh PT. ACG ketika pihaknya sudah
menerima pendapatan proyek namun tidak termasuk didalamnya retensi.
Pencatatan ini menandakan bahwa masih ada nilai pendapatan yang masih tertahan
sebagai jaminan yakni, retensi.
Diasumsikan selama masa pemeliharaan, tidak terdapat kerusakan atau hal
lain yang tidak sesuai dengan kontrak. Maka klien wajib membayar sisa piutang
yang dijadikan jaminan pemeliharaan tersebut ke PT. ACG. Berikut adalah jurnal
ketika pembayaran retensi diterima
Universitas Indonesia
51
Bank 6.767.636.364
Piutang Usaha 6.767.636.364
Universitas Indonesia
52
Pada ilustrasi sebelumnya, diketahui bahwa sejak awal PT. ACG penagihan
dan penerimaan pendapatan dilakukan berdasarkan pencapaian kemajuan pekerjaan
setiap bulannya (monthly progress payment), setiap term tidak ada batasan minimal
penagihan pembayaran.
1. Pengakuan Beban
Biaya proyek apartement seperti biaya langsung, biaya tidak langsung dan
overhead. PT. ACG akan mengakui biaya langsung dan tidak langsung jika
ditandatangani oleh Manajer Proyek dan akan mengakui biaya overhead jika
ditandatangani oleh Kepala Proyek dan Logistik. Adapun yang termasuk kedalam
biaya langsung, tidak langsung dan overhead adalah sebagai berikut:
1. Biaya Langsung, yaitu biaya yang dibebankan langsung kedalam
proyek dan dicatat sebagai harga pokok pendapatan. Contoh beban ini
adalah beban upah pekerja bangunan, beban bahan, beban peralatan,
dan beban sub kontraktor
2. Biaya tidak langsung, yaitu biaya umum dan administrasi yang tidak
dibebankan langsung ke dalam proyek melainkan dicatat secara
terpisah. Contoh dari beban ini adalah beban biaya bank atas provisi,
beban asuransi
3. Biaya overhead seperti biaya atas persediaan yang digunakan.
Identifikasi atas biaya langsung atau tidak langsung berdasarkan dokumen
kartu monitoring termin yang diotorisasi oleh Project Manager dan Direktur
Produksi.
A. Periode Pelaporan Juli 2017
Pada Juli 2017, diketahui bahwa proyek PT. ACG telah
mengeluarkan beban langsung sebesar Rp936.878.000 sehingga jurnal
beban langsung adalah:
Universitas Indonesia
53
Berikut tabel 4.7 rekap beban selama bulan Juli dan Agustus.
Tabel 4.7 Rekap Beban Selama Bulan Juli dan Agustus:
Beban Juli Agustus Total
HPP Rp 936.878.000 Rp 873.394.000 Rp 1.810.272.000
Beban Umum Rp 48.998.000 Rp 45.678.000 Rp 94.676.000
4. Pengakuan Pendapatan
PT X mengakui pendapatan dengan persentase penyelesaian karena
mengikuti kebijakan perusahaan. Pendapatan diakui berdasarkan persentase
nilai termin penagihan kontrak. Dasar pencatatan pendapatan adalah Berita
Acara Kemajuan Pekerjaan (BAKP). BAKP berisi tentang persentase
kemajuan kerja yang terjadi dilapangan dan dibuat setiap bulan. BAKP
berisi tentang persentase kemajuan kerja yang terjadi dilapangan. BAKP
dibuat setiap bulan oleh Kepala Proyek dan Konsultan Teknik, dirivew oleh
Universitas Indonesia
54
1. Bulan Juli
Pendapatan yang diakui pada Juli 2017 adalah 0,822% berdasarkan prestasi
pekerjaan yang telah dikerjakan yang dibuat oleh Kepala Proyek dan
Konsultan Teknik. Berikut perhitungan pekerjaan konstruksi dihitung
menggunakan rumus seperti ini:
2. Bulan Agustus
Pendapatan yang diakui pada Agustus 2017 adalah 0,766% berdasarkan
prestasi pekerjaan yang telah dikerjakan yang dibuat oleh Kepala Proyek
dan Konsultan Teknik.Berikut perhitungan pekerjaan konstruksi dihitung
menggunakan rumus seperti ini:
Universitas Indonesia
55
Universitas Indonesia
56
Pendapatan
Nilai Kontrak (diluar PPN) : Rp 135.353.557.814
Persentase termin II : 0,766%
Pendapatan termin II (0,766% x 135.353.557.814) : Rp 1.037.168.952
5. Penagihan Piutang
PT. ACG melakukan penagihan piutang berdasarkan Berita Acara
Kemajuan Pekerjaan (BKAP) yang ditandatangani oleh Kepala Proyek,
Konsultan Teknik, dan disetujui oleh Pemberi Kerja. Penagihan dilakukan
jika sudah masuk ke tanggal termin pembayaran. Atas penerimaan uang
muka dan penagihan piutang, bagian akuntansi membuat kartu monitoring
termin yang terlampir di Lampiran 4. Contoh surat penagihan ke klien
terlampir di Lampiran 5. Dan Contoh dokumen penagihan di Lampiran 6.
Universitas Indonesia
57
Pendapatan
Pendapatan yang diakui di termin I (0,822%) :Rp1.112.606.245
Dikurangi: uang muka yang diakui di termin I (0,822%) :Rp 46.994.487
Dikurangi: pengembalian retensi di termin I (5%) :Rp (55.630.312) -
Pendapatan bersih termin I :Rp1.009.981.445
PPN Keluaran (10%) :Rp100.998.144 +
Piutang yang ditagihkan termin I :Rp1.110.979.590
Pendapatan
Pendapatan yang diakui di termin II (0,766%) :Rp1.037.168.952
Dikurangi: uang muka yang diakui di termin II (0,766%):Rp 43.808.709
Dikurangi: pengembalian retensi di termin II (5%) :Rp (51.858.448)-
Pendapatan bersih termin II :Rp 941.501.796
PPN Keluaran (10%) :Rp 94.150.180 +
Piutang yang ditagihkan termin II :Rp1.035.651.975
Universitas Indonesia
58
6. Pelunasan Piutang
Penagihan yang akan dilakukan sudah tidak termasuk uang muka
termin I dan II dan retensi termin I dan II. Berikut adalah perhitungan
penagihannya:
Total piutang yang ditagih
Bulan Juli 2017 : Rp 1.110.979.590
Bulan Agustus 2017 : Rp 1.035.651.975 +
Total 2017 Rp 2.146.631.565
Universitas Indonesia
59
Penulis akan menyajikan laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi
terkait proyek apartement, yang berasal dari perhitungan sebelumnya.
PT. ACG
Laporan Posisi Keuangan
Per Desember 2017
(Disajikan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
ASET
Aset Lancar
Piutang Usaha – Bersih 1.488.087.068
Total 1.488.087.068
Liabilitas
Liabilitas Lancar
Uang Muka 90.804.555
Total 90.804.555
Nilai piutang usaha berasal dari pena gihan termin 2 dan sisa termin
yang belum dibayarkan. Saldo piutang usaha pada akhir tahun 2017 sebesar
Rp1.488.087.068. Pada piutang usaha tidak terdapat penurunan nilai karena
dinilai dapat tertagih
Universitas Indonesia
60
Universitas Indonesia
61
Tidak terdapat perbedan dalam pencatatan uang muka kontrak menurut PT.
ACG dan menurut PSAK No. 34 (Revisi 2016).
Universitas Indonesia
62
Universitas Indonesia
63
mengakui piutang usaha, berarti njilai tagihan kemajuan proyek dan piutang
prestasi adalah sama.
4. Penerimaan Piutang
PSAK No. 34 PT. ACG
Bank xxx Bank xxx
PPN Keluaran xxx PPN Keluaran xxx
PPh 4 ayat 2 xxx PPh 4 ayat 2 xxx
Piutang Usaha xxx Piutang Usaha xxx
Pada pencatatan penerimaan piutang, antara PT. ACG dan PSAK No. 34
(Revisi 2016) tidak memiliki perbedaan.
5. Pencatatan Retensi
PSAK No. 34 PT. ACG
Piutang Retensi xxx Piutang Retensi xxx
Pendapatan xxx Pendapatan xxx
Pada pencatatan piutang retensi, antara PT. ACG dan PSAK No.34 (Revisi
2016) tidak memiliki perbedaan.
PT. ACG dalam pengungkapan akun-akun konstruksi sudah seuai dengan
PSAK 34 (Revisi 2016). PSAK 34 (Revisi 2016) paragraf 39, perusahaan
konstruksi mengungkapkan:
1. Jumlah pendapatan kontrak yang diakui sebagai pendapatan pada periode
berjalan.
2. Metode yang digunakan untuk menentukan pendapatan kontrak yang diakui
pada periode berjalan.
3. Metode yang digunakan untuk menentukan pendapatan kontrak yang diakui
pada periode berjalan.
Di laporan keuangan PT. ACG, sudah disajikan ketiga hal yang telah
disebutkan diatas.
Universitas Indonesia
64
Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan sebelumnya mengenai proyek jasa konstruksi
yang dilakukan PT. ACG yaitu proyek apartement Q, penulis menyimpulkan bahwa
PT. ACG dalam hal kebijakan pengakuan pendapatan lebih mengacu pada konsep
accrual basic. PT. ACG menggunakan bentuk kontrak konstruksi lumpsum sesuai
dengan dokumen penawaran yang diberikan oleh pemberi kerja (dalam dokumen
lelang) dan melakukan estimasi pendapatan biaya sebelum persetujuan kontrak.
PT. ACG menganut metode persentase penyelesaian untuk menetapkan
volume pekerjaan atau kegiatan yang telah dilaksanakan guna pembayaran hasil
pekerjaan. Hasil pemeriksaan pekerjaan dituangkan dalam laporan kemajuan hasil
pekerjaan setiap bulan, sesuai dengan persentase termin penagihan yang telah
disesuaikan dengan persentase yang terjadi dilapangan. Dapat disimpulkan secara
keseluruhan bahwa PT. ACG telah mengakui pendapatan dan beban jasa konstruksi
seusai dengan PSAK No.34 (Revisi 2016).
5.2 Saran
Setelah menjalankan proses magang selama 3 bulan. Penulis ingin
memberikan beberapa saran berdasarkan pengalaman yang didapat selama
menjalani kegiatan magang, saran dari penulis untuk jasa konstruksi PT. ACG
adalah sebaiknya PT. ACG memastikan bahwa penerapan PSAK No.34 (Revisi
2016) sudah tepat untuk pengakuan pendapatan dan beban jasa konstruksi, seperti
metode yang seharusnya digunakan untuk masing-masing proyek tergantung dari
kondisi kontrak tersebut.
65
Universitas Indonesia
DAFTAR REFERENSI
Earl K. Stice, James D. Stice dan K. Fred Skousen. (2010). Akuntansi Intermediate.
17𝑡ℎ Ed. Australia: South-Western.
Kieso, Donald E., Jerry J. Weygant, and Terry D. Warfield. (2011). Intermediate
Accounting. (Volume 2). IFRS Edition. United States of America: John Willey &
Sons Inc.
Nawawi, M. Bahrun. (2014). Jasa Konstruksi Antara Pasal 4 (2) dan Pasal 23 UU
PPh. 21 April 2016.
66
Universitas Indonesia
Lampiran 1: Contoh Schedule Pelaksanaan Proyek Apartement Q
Universitas Indonesia
Lampiran 2: Contoh Schedule Pengembalian Uang Muka
Universitas Indonesia
Lampiran 3: Contoh Dokumen Persentase Penyelesaian
Universitas Indonesia
Lampiran 4: Contoh Kartu Monitoring Termin
Universitas Indonesia
Lampiran 5: Contoh Surat Penagihan Pembayaran
Universitas Indonesia
Lampiran 6: Contoh Dokumen Penagihan
Universitas Indonesia