Anda di halaman 1dari 86

UNIVERSITAS INDONESIA

PENERAPAN PSAK 34 ATAS PENGAKUAN PENDAPATAN


PADA INDUSTRI KONSTRUKSI

TUGAS KARYA AKHIR

NURHALIZA ZARKASIH
1506714624

PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI


PROGRAM STUDI AKUNTANSI KEUANGAN
DEPOK
MEI 2018
UNIVERSITAS INDONESIA

PENERAPAN PSAK 34 ATAS PENGAKUAN PENDAPATAN


PADA INDUSTRI KONSTRUKSI

TUGAS KARYA AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya

NURHALIZA ZARKASIH
1506714624

PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI


PROGRAM STUDI AKUNTANSI KEUANGAN
DEPOK
MEI 2018
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Laporan karya akhir ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar

Nama : Nurhaliza Zarkasih


NPM : 1506714624

Tanda Tangan :
Tanggal : Depok, Mei 2018

iii
Universitas Indonesia
HALAMAN PENGESAHAN

Karya akhir ini diajukan oleh :


Nama : Nurhaliza Zarkasih
NPM :1506714624
Program Studi : Vokasi Akuntansi
Peminatan : Keuangan
Judul Laporan Karya Akhir : Penerapan PSAK 34 Atas Pendapatan
Pada Industri Konstruksi
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima
sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ahli
Madya Akuntansi Keuangan pada Program Vokasi Bidang Akuntansi,
Universitas Indonesia.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Birawani Dwi Anggraeni S.E, M.S.M (........................)

Penguji :

Ditetapkan di : Program Vokasi Universitas Indonesia


Tanggal : Mei 2018

iv
Universitas Indonesia
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil alamin, puji dan syukur penulis sampaikan ke hadirat


Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan tuga akhir ini yeng berjudul “Penerapan PSAK 34 Atas
Pendapatan PT. ACG” tepat pada waktunya. Adapaun tujuan dari tugas akhir ini
adalah sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Vokasi
Akuntansi Program Studi Keuangan.
Dalam pembuatan karya akhir ini penulis mengalami banyak kendala dan
keterbatasan, tetapi dengan segala bantuan, dorongan, dan semangat dari berbagai
pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya akhir ini. Pada kesempatan ini
saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT, yang senantiasa memberikan rahmat dan anugerahnya kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan karya akhir ini.
2. Program Vokasi Akuntansi Universitas Indonesia yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu dan mendapatkan banyak
pengalaman berharga selama menjalani perkuliahan.
3. Ibu Birawani Dwi Anggraeni S.E, M.SM selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam
penyusunan karya akhir ini.
4. Dosen-dosen dan staf-staf pengajar yang telah membantu memperluas
pengetahuan saya dalam menempuh studi dan membuat laporan karya akhir ini.
5. KAP HGK yang telah memberi kesempatan pada punulis untuk magang di KAP
tersebut. Mas Aryo Wibisono, S.E., CPA selaku partner KAP HGK, para
manager yakni Mba Sagita, Mba Wulan selaku manager yang telah memberikan
pengarahan selama magang.
6. Terima kasih kepada seluruh senior KAP HGK, yang sangat ramah,
menyenangkan, dan sabar dalam membimbing dan membantu penulis selama
magang, Kak Syarif, Kak Adi, Kak Iga, Kak, Oliv, Kak Dika, Kak Feriyah, Kak
Dian, Kak ali, dll yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

v
Universitas Indonesia
7. Mama, Kakak-kakak, dan seluruh keluarga yang selalu memberikan dukungan
baik moril maupun materil dan selalu mendoakan untuk kelancaran penyelesaian
tugas akhir ini.
8. Alm. Papa yang telah membuat saya menjadi seorang yang harus berjuang untuk
menyelesaikan pendidikan ini, dan memotivasi saya untuk meneruskan
pendidikan yang lebih tinggi lagi.
9. Muhammad Ihsan Taufiqurrahman selaku seseorang yang selalu memberikan
motivasi dan doa. Terimakasih untuk perhatian, kebahagiaan dan senyum manis
yang selalu menyemangati penulis.
10. Pihak-pihak yang langsung maupun tidak langsung membantu yang tidak dapat
saya sebutkan satu-persatu.

Akhir kata penulis berharap semoga Allah SWT senantiasa membalas


segala kebaikan semua pihak yang telah membantu demi kelancaran penyelesaian
tugas karya akhir ini. Semoga karya akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan pembaca pada umumnya.

Depok, Mei 2018

Nurhaliza Zarkasih

vi
Universitas Indonesia
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di


bawah ini:

Nama : Nurhaliza Zarkasih


NPM : 1506714624
Program Studi : Vokasi Akuntansi
Peminatan : Akuntansi Keuangan
Jenis Karya : Karya Akhir

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive-Royalty-
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
Penerapan PSAK 34 Atas Pengakuan Pendapatan Pada Industri Konstruksi

Beserta perangkat yang ada (bila diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-
Ekslusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/fortmat-kan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta ijin dari saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok
Pada tanggal : Mei 2018
Yang menyatakan

(Nurhaliza Zarkasih)

vii
Universitas Indonesia
ABSTRAK
Nama : Nurhaliza Zarkasih
Program Studi : Akuntansi Keuangan
Judul : Penerapan PSAK 34 Atas Pengakuan Pendapatan Pada
Perusahaan Konstruksi

Laporan karya akhir ini membahas proses pengakuan pendapatan pada perusahaan
konstruksi dengan menggunakan metode lump sum dan provisional sum.
Perusahaan ini memiliki 58 proyek pada tahun 2017, pada karya akhir ini hanya
membahas proyek apartement Q, dan hanya fokus untuk membahas pengakuan
pendapatan dengan metode lump sum. Hasil analisis menyimpulkan bahwa
perusahaan menggunakan metode persentase penyelesaian dalam melakukan
penagihan pembayaran, dan untuk mengakui pendapatan perusahaan menggunakan
bentuk kontrak konstruksi lump sum sesuai dengan dokumen penawaran yang
diberikan pemberi kerja.
Kata Kunci:
Metode lump sum, metode provisional sum, metode persentase penyelesaian,
kontrak konstruksi

ABSTRACT
Name : Nurhaliza Zarkasih
Study Program : Finance Accounting
Title : Implementation of PSAK 34 on Recognition of Revenue at
Construction Companies

This final paper report discusses the process of revenue recognition at construction
companies by using lump sum and provisional sum methods. The company has 58
projects by 2017, in this final paper only discussing the Q apartment project, and
only focuses on discussing revenue recognition by lump sum method. The result of
the analysis concludes that the company uses the percentage method of settlement
in the collection of payments, and to recognize the earnings of the company using
the form of a lump sum construction contract in accordance with the bidding
documents provided by the employer.

Keywords:
Lump sum method, provisional sum method, percentage completion method,
construction contract

viii
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i


HALAMAN JUDUL............................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iv
KATA PENGANTAR .............................................................................................v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................ vii
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan Karya Akhir .....................................................................3
1.4 Metode Penulisan .........................................................................................4
1.5 Ruang Lingkup Penulisan Karya Akhir .......................................................4
1.6 Sistematika Penulisan ..................................................................................5
BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ..................................................6
2.1 Profil PT. ACG ............................................................................................6
2.1.1 Visi dan Misi PT. ACG ....................................................................6
2.1.2 Struktur Organisasi PT. ACG ..........................................................7
2.2 Struktur Kepemilikan PT. ACG ...................................................................8
2.3 Gambaran Umum dari Sisi Keuangan Perusahaan ......................................8
2.4 Ikhtisar Laporan Keuangan ..........................................................................9
2.4.1 Analisis Keuangan ...........................................................................9
2.4.1.1 Analisis Vertikal...................................................................9
2.4.1.2 Analisis Horizontal.............................................................12
2.4.1.3 Analisis Rasio Profitabilitas ...............................................15

ix
Universitas Indonesia
BAB 3 LANDASAN TEORI ...............................................................................18
3.1 Pendapatan .................................................................................................18
3.1.1 Pengertian Pendapatan ...................................................................18
3.1.2 Pengakuan Pendapatan ...................................................................19
3.2 Pengertian Proyek dan Jasa Konstruksi .....................................................19
3.3 Pengertian Kontrak Konstruksi ..................................................................20
3.3.1 Jenis-Jenis Kontrak Konstruksi ......................................................20
3.4 Pendapatan dan Biaya Konstruksi ..............................................................22
3.4.1 Pendapatan Konstruksi ...................................................................22
3.4.2 Biaya Kontrak Konstruksi ..............................................................24
3.5 Pengakuan Pendapatan dan Beban Kontrak ...............................................25
3.5.1 Metode Persentase Penyelesaian ....................................................26
3.5.2 Metode Pemulihan Biaya ...............................................................28
3.6 Kerugian dalam Kontrak Konstruksi .........................................................31
3.7 Pengakuan Akun – Akun dalam Kontrak Konstruksi ................................32
3.8 Penyajian dalam Laporan Keuangan ..........................................................32
3.9 PPh 4 ayat 2 ................................................................................................33
BAB 4 LANDASAN TEORI ...............................................................................36
4.1 Gambaran Umum Proyek...........................................................................34
4.1.1 Nature Akun – Akun Digunakan PT. ACG ...................................38
4.1.2 Prosedur Pengelolaan Akuntansi PT. ACG ...................................40
4.1.3 Jenis Kontrak Konstruksi Pada PT. ACG ......................................41
4.2 Ilustrasi Kontrak Proyek PT. ACG ............................................................45
4.2.1 Proyek Apartement Q .....................................................................45
4.2.2 Kontrak Proyek PT. ACG ..............................................................47
4.2.3 Uang Muka Kontrak .......................................................................48
4.2.4 Retensi ............................................................................................50
4.2.5 Proses Pencatatan Pendapatan PT. ACG .......................................51
4.3 Analisis Proyek Apartement Q...................................................................60
4.4 Perbandingan Pencatatan Akuntansi PT. ACG dan PSAK ........................61

x
Universitas Indonesia
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................65
5.1 Kesimpulan ................................................................................................65
5.2 Saran ...........................................................................................................65
DAFTAR REFERENSI .......................................................................................66
LAMPIRAN

xi
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbandingan Pendapatan PT. ACG .......................................................8


Tabel 2.2 Perbandingan Laba Sebelum Pajak PT. ACG .........................................9
Tabel 2.3 Analisis Vertikal Laporan Posisi Keuangan PT. ACG .........................10
Tabel 2.4 Analisis Vertikal Laba Rugi PT. ACG..................................................12
Tabel 2.5 Analisis Horizontal Laporan Keuangan PT. ACG ................................13
Tabel 2.6 Analisis Horizontal Laba Rugi PT. ACG..............................................15
Tabel 3.1 Tarif Jasa Konstruksi Final ...................................................................33
Tabel 3.2 Rentang Pendapatan Bruto Kontraktor Menurut Grade ........................34
Tabel 3.3 Kewajiban Pajak ...................................................................................34
Tabel 4.1 Proyek PT. ACG Tahun 2017 ...............................................................36
Tabel 4.2 Perbedaan Jenis Kontrak Lump Sum dan Provisional Sum...................43
Tabel 4.3 Ilustrasi Perbedaan Kontrak Lump Sum dan Provisional Sum..............43
Tabel 4.4 Timline Pelaksanaan Pekerjaan ............................................................46
Tabel 4.5 Perhitungan Estimasi Laba Kontrak Yang Diharapkan ........................47
Tabel 4.6 Schedule Pengembalian Uang Muka Kontrak ......................................49
Tabel 4.7 Rekap Beban Selama Bulan Juli dan Agustus ......................................53
Tabel 4.8 Beban dan Persentase Penyelesaian ......................................................54
Tabel 4.9 Rekapitulasi Proyek Apartement Q.......................................................59

xii
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT. ACG..............................................................7


Gambar 2.2 Struktur Persentase Perusahaan Afiliasi ..............................................8
Gambar 4.1 Flow Chart Prosedur Pengelolaan Akuntansi ...................................40

xiii
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Schedule Pelaksanaan Proyek Apartement Q


Lampiran 2 Schedule Pengembalian Uang Muka
Lampiran 3 Contoh Dokumen Persentase Penyelesaian
Lampiran 4 Kartu Monitoring Termin
Lampiran 5 Surat Penagihan Pembayaran
Lampiran 6 Dokumen Penagihan

xiv
Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia dibawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo telah
berkomitmen untuk mempercepat pembangunan infrastruktur di seluruh Indonesia,
untuk itu dana infrastruktur yang dianggarkan dalam Anggaran pendapatan Belanja
Negara Prubahan (APBNP 2017) menjadi Rp387,3 triliun atau meningkat Rp 70,2
triliun dari tahun 2016 Rp 317,1 triliun. Hal inilah yang menjadi daya tarik bagi
investor di sektor konstruksi, baik konstruksi gedung, jalan tol, jembatan, power
plant, LRT, bendungan, pabrik, migas dan konstruksi lainnya.
Menurut penelitian CDMI, dalam lima tahun terakhir (2016-2017) kinerja
perusahaan konstruksi dalam negeri meningkat fantastis. Puncak kejayaannya
terjadi tahun 2015 dengan pendapatan dan laba yang spektakuler. Dari lima
perusahaan milik negara (BUMN) yang diteliti CDMI, PT. Pembangunan
Perumahan (Persero) Tbk memimpin dengan pendapatan RP 14,21 triliun, disusul
dengan PT. Waskita Karya (Persero) Tbk Rp 14,15 triliun, PT. Wjaya Karya
(Persero) Tbk Rp 13,62 triliun, PT. Adhi Persada (Persero) Tbk Rp 9,38 triliun dan
PT. Hutama Karya (Persero) Rp 6,31 triliun. Hingga September 2016
pendapatannya terus meningkat.
Kinerja perusahaan konstruksi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
juga meningkat fantastis. Menurut penelitian CDMI, PT. Jaya Konstruksi Manggala
Pratama Tbk memimpin dengan pendapatan Rp 4,65 triliun, disusul PT. Nusa Raya
Cipta TBk Rp 3,60 triliun, PT. Total Bangunan Persada Tbk Rp 2,26 triliun, PT.
Nusa Konstruksi Enjinering Tbk Rp 1,54 triliun, PT. Acset Indonesia Tbk Rp 1,36
triliun dan PT. Indonesia Pondasi Raya Tbk Rp 1,15 triliun. Hal yang sama juga
bersaing ketat untuk memperebutkan proyek-proyek konstruksi
Perusahaan konstruksi asing yang terlibat dalam bisnis konstruksi Indonesia
juga semakin banyak. Persaingan ketat terjadi antara perusahaan konstruksi Jepang
dan Korea Selatan. Jepang yang telah lama masuk ke Indonesia memimpin dengan
meraih proyek besar dan prestisius, namun Lotte Engineering & Costruction asal
Korea Selatan sudah mulai memperoleh proyek besar diantaranya membangun

1
Universitas Indonesia
2

pabrik kimia milik PT Asahimas Chemical di Cilegon seluas 91 hektar


(CDMI,2017).
Pertumbuhan ekonomi global saat ini semakin tak menentu dan persaingan
di dunia usaha pun semakin banyak, menuntut para pelaku usaha dalam dunia
perekonomian untuk semakin pandai dalam memanfaatkan peluang. Perusahaan-
perusahaan baik dalam skala kecil maupun nasional diharapkan untuk tetap dapat
bertahan dan berkembang di tengah sulitnya perekonomian global. Untuk itu
perusahaan harus mampu mengambil langkah-langkah dan kebijakan yang
dibutuhkan untuk pengambilan keputusan dan strategi bisnis yang tepat.
Faktor penting yang mempengaruhi kemajuan suatu negara adalah bidang
pembangunan, apabila pembangunan disuatu negara tersebut maju maka negara
tersebut dapat dikatakan sebagai negara berkembang. Maka dari itu peran
perusahaan kontruksi, baik yang diusahakan oleh pemerintahan melalui BUMN
maupun yang diusahakan oleh pihak swasta, sangat besar dalam menunjang
pembangunan di Indonesia. Kesuksesan suatu perusahaan hanya mampu dicapai
dengan manajemen yang baik, yaitu manajemen yang mampu mempertahankan
kontunuitas perusahaan dengan memperoleh laba yang maksimal sesuai dengan
tujuan perusahaan.
Elemen dalam laporan keuangan yang bersifat material adalah pendapatan.
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 34 (Revisi 2010)
dikatakan bahwa “Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang
timbul dari aktivitas normal perusahaan selama periode tertentu bila arus masuk
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman
modal”. Penerapan metode pengakuan pendapatan mempunyai pengaruh dalam
perhitungan rugi dan laba perusahaan.
Metode pengakuan pendapatan dalam perusahaan kontruksi ada dua, yaitu
metode kontrak selesai dan metode persentase penyelesaian. Pada metode kontrak
selesai pengakuan pendapatan dan laba kotor pada saat kontrak diselesaikan secara
keseluruhan. Sedangkan dalam metode persentase penyelesaian pengakuan
pendapatan, biaya, dan laba kotor sesuai dengan persentase pekerjaan yang
diselesaikan dalam tiap periode.

Universitas Indonesia
3

Dengan adanya perbedaan dalam metode pengakuan pendapatan


berdasarkan persentase penyelesaian pekerjaan tiap periode, maka perusahaan
dihadapkan pada permasalahan bagaimana menentukan pengakuan pendapatan
yang tepat terutama pada proyek-proyek jangka panjang, sehingga laporan
keuangan dapat disajikan wajar sesuai dengan kinerja perusahaan pada periode
tersebut.
Setiap perusahaan kontruksi pengakuan pendapatan dengan menggunakan
dua metode, tidak terkecuali pada perusahaan PT. ACG. Berdasarkan latar belakang
diatas maka penulis tertarik untuk menulis tugas karya akhir dengan judul
“Penerapan PSAK 34 Atas Pengakuan Pendapatan Perusahaan Konstruksi”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan dalam penulisan Karya Akhir
ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengakuan dan pencatatan pendapatan pada PT. ACG?
2. Bagaimana pengakuan dan pencatatan pendapatan dengan
menggunakan metode persentase penyelesaian pada PT. ACG?
3. Apakah implementasi pengakuan pendapatan pada PT. ACG tersebut
telah sesuai dengan aturan PSAK No.34 Revisi 2010?

1.3 Tujuan Penulisan Karya Akhir


Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan dari penulisan karya akhir
ini adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan pengakuan dan pencatatan pendapatan pada PT. ACG.
2. Menjelaskan pengakuan dan pencatatan pendapatan dengan
menggunakan metode persentase penyelesaian pada PT. ACG.
3. Menjelaskan apakah implementasi terhadap pendapatan jasa teknik PT.
ACG telah sesuai dengan aturan PSAK No. 34 Revisi 2010.

Universitas Indonesia
4

1.4 Metode Penulisan


Dalam rangka memperoleh data yang diperlukan dalam penyusunan tugas
karya akhir ini, penulis melakukan beberapa cara pengumpulan data baik di
lapangan maupun di luar lapangan. Adapun metode penulisan dan pengumpulan
data yang dilakukan dalam penulisan tugas karya akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan data
Penulis mendapatkan informasi melalui data yang diberikan oleh klien
PT. ACG kepada auditor. Data tersebut diantaranya adalah berita acara
progres atau berita acara prestasi proyek.
2. Wawancara
Penulis mendapatkan informasi dengan melakukan wawancara dengan
senior in charge.
3. Studi Kepustakaan
Penulis mendapatkan informasi mengenai topik bahasan karya akhir
dengan cara membaca dan mempelajari buku melalui media cetak
maupun elektronik tentang teori kasus yang berhubungan dengan topik
bahasan karya akhir ini.

1.5 Ruang Lingkup Penulis Karya Akhir


Tugas karya akhir ini akan difokuskan pada pengakuan dan pencatatan
pendapatan perusahaan. Selain itu, dikarenakan perusahaan yang diteliti memiliki
banyak proyek maka hanya dilakukan pada salah satu proyek pada PT. ACG.
Keterbatasan penulisan antara lain dikarenakan:
1. Selama periode magang penulis hanya berkesempatan melakukan voching
atas pengakuan pendapatan menggunakan kontrak sistem persentase
penyelesaian dengan metode perhitungan lump sum dan tidak sampai
menggunakan perhitungan provisional sum.
2. Penulis hanya mendapatkan 1 data proyek dari 58 proyek yang dikerjakan
oleh PT. ACG, sehingga data yang didapat bisa menunjang penulis untuk
menyelesaikan tugas karya akhir ini.

Universitas Indonesia
5

1.6 Sistematika Penulisan


Dalam penulisan karya akhir ini, penulis membagi materi laporan menjadi
5 (lima) bab agar memudahkan penulis dalam melakukan penulisan, serta
mempermudah pembaca untuk memahami isi atas karya akhir penulis.
Sistematika dari penulis tugas ini terdiri atas rincian sebagai berikut:
• BAB 1 PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis menjelaskan latar belakang penulisan tugas karya
akhir, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, ruang lingkup
penulisan, metodelogi penulisan, hingga sistematika penulisan karya
akhir.
• BAB 2 GAMBARAN UMUM ENTITAS
Bab ini memberikan gambaran secara umum mengenai profil
perusahaan klien, visi dan misi, struktur organisasi perusahaan, struktur
kepemilikan perusahaan, gambaran umum dari sisi keuangan
perusahaan, analisis vertikal, analisis horizontal dan analisis rasio
profitabilitas.
• BAB 3 LANDASAN TEORI
Pada bab ini berisi tentang teori-teori yang terkait dengan penulisan
karya akhir berdasarkan standar PSAK maupun referensi lainnya.
• BAB 4 PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai proses pengakuan dan
pencatatan pendapatan berdasarkan metode persentase penyelesaian
(percentage of completion) pada PT. ACG disesuaikan dengan PSAK
No. 34.
• BAB 5 PENUTUP
Pada bab ini berisi kesimpulan yang didapatkan dari tugas akhir ini.

Universitas Indonesia
BAB 2
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Profil PT. ACG


PT. ACG merupakan salah satu anak perusahaan konstruksi yang terkemuka
di wilayah Asia Tenggara. Berdasarkan akta notaris tahun 2013 PT. ACG didirikan
pada tanggal 10 Desember 201X dan telah diubah dengan akta pada tahun dan
notaris yang berbeda dan telah memperoleh pengesahan dari Menteri Hukum Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia tahun 2012, juga telah diumumkan dalam Berita
Nasional Indonesia tahun 2009. Anggaran dasar perusahaan induk telah diubah
seluruhnya untuk disesuaikan dengan undang-undang nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Tebatas sebagaimana dimuat dalam akta tahun 2008.
PT. ACG bergerak di bidang jasa konstruksi khususnya konstruksi
bangunan bertingkat (high-rise building). Perusahaan ini berkedudukan di Jakarta
Selatan. Selama berdiri PT. ACG telah berkembang dengan beragam jasa yang
ditawarkan seperti jasa kontraktor utama dan jasa kontraktor rancang dan bangunan.
Jasa kontraktor utama dapat diklasifikasikan antara lain pemborongan pada
umumnya (General Contractor). Sementara itu jasa kontraktor rancang dan
bangunan dapat diklasifikasi antara lain design internal, dan konsultan pihak ketiga
seperti arsitek, dan MEP (Mechanical, Electrical, Plumbing).

2.1.1 Visi dan Misi PT. ACG


Visi:
Menjadi perusahaan penyedia jasa konstruksi spesialis gedung yang
profesional dengan value terbesar di Indonesia.
Misi:
• Fokus pada pelaksanaan gedung bertingkat dengan mengutamakan
layanan yang memuaskan, kesesuaian mutu, ketepatan waktu, dan
harga yang bersaing sehingga menjadi pilihan utama pelanggan.
• Melakukan tata kelola sumber daya manusia, finansial, teknik, dan
operasi yang terukur.

6
Universitas Indonesia
7

• Menerapkan nilai-nilai perusahaan yang membumi dan prinsip-prinsip


tata kelola perusahaan yang baik.
• Fokus pada kedekatan dengan pelanggan (Market Intimacy).
• Memberi tambahan nilai yang optimal bagi para stakeholder.

2.1.2 Struktur Organisasi PT. ACG


Adapun struktur organisasi PT. ACG adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT. ACG:


Sumber: Annual Report PT. ACG Tahun 2017

Universitas Indonesia
8

2.2 Struktur Kepemilikan PT.ACG


PT. AA merupakan perusahaan yang bergerak dibidang konstruksi seperti
pembangunan jembatan, pembangunan bandara, pembangunan jalan, dll. PT. AA
memiliki 3 anak perusahaan yaitu PT. ACG dengan kepemilikan saham 99%, PT.
ACP dengan kepemilikan saham 98% yang bergerak dibidang apartement
developer/pengembangan properti untuk bangunan-bangunan tingkat tinggi seperti
apartement, hotel, condotel, dan office tower dan PT. APB dengan kepemilikan
saham 99% yang bergerak dibidang perindustrian, ekspor-impor dan perdagangan
beton percetakan serta kegiatan usaha terkait. Berikut adalah susunan perusahaan
dan kepemilikan sahan PT. AA.

Gambar 2.2 Struktur Persentase Perusahaan Afiliasi

Sumber: Data PT. ACG yang telah diolah kembali

2.3 Gambaran Umum dari Sisi Keuangan Perusahaan


Bisnis PT. ACG semakin maju, dilihat dari sisi kinerja. Pada tahun 2017,
pendapatan meningkat sebesar 57,5% menjadi 2,09triliun dari 1,33triliun ditahun
2016. Tabel 2.1 menunjukkan pendapatan usaha PT. ACG Tahun 2016-2017.

Tabel 2.1 Perbandingan Pendapatan PT. ACG


Tahun 2017 2016
Pendapatan Usaha 2.099.513.056 1.332.831.078
Sumber: Laporan Keuangan PT. ACG yang telah diolah kembali
Selain pendapatan, PT.ACG akan membuat laporan laba rugi. Dari laporan
ini, dapat dilihat apakah selama menjalankan kegiatan bisnisnya, PT. ACG

Universitas Indonesia
9

mendapatkan keuntungan atau justru mengalami kerugian. Berikut Tabel


perbandingan laba rugi PT. ACG.

Tabel 2.2 Perbandingan Laba Sebelum Pajak PT. ACG


Tahun 2017 2016
Pendapatan Usaha 2.099.513.056.071 1.332.831.078.199
Beban Pokok Pendapatan (1.858.712.711.914) (1.156.483.964.326)
Laba Bruto 240.800.344.157 176.347.113.873
Beban umum dan Administrasi (43.332.250.910) (36.519.148.506)
Beban Penjualan dan pemasaran (1.629.217.809) (1.218.279.022)
Penghasilan Keuangan 18.399.877.907 19.331.502.130
Penghasilan (Beban) Lain-lain (702.594.278) 1.960.206.268
Laba Sebelum Pajak 213.536.159.067 159.901.394.743
Sumber: Laporan Keuangan PT. ACG yang telah diolah kembali
Pada tabel 2.2 terlihat bahwa terjadi kenaikan pada pendapatan setiap
tahunnya yang nilainya cukup signifikan. Selain itu, terlihat pada tabel 2.2 di atas
bahwa perusahaan juga mampu menghasilkan laba setiap tahunnya meskipun
nilainya tidak sesignifikan pendapatan. Dari tahun 2016 hingga 2017 terjadi
kenaikan laba sebesar 33,5%. Terjadi kenaikan pendapatan setiap tahunnya
disebabkan karena banyak memperoleh kontrak baru. Sedangkan kenaikan laba
yang dihasilkan disebabkan oleh keandalan PT. ACG mengatur pendapatan dan
pengeluaran yang terjadi pada tahun berjalan.

2.4 Ikhtisar Laporan Keuangan


2.4.1 Analisis Keuangan
Analisis keuangan penting dilakukan untuk menilai kinerja perusahaan
selama tahun berjalan. Berikut adalah perhitungan analisis keuangan PT. ACG yang
terbagi menjadi analisis vertikal dan analisis horizontal.

2.4.1.1 Analisis Vertikal


Analisis vertikal adalah apabila laporan keuangan yang dianalisa hanya
meliputi satu periode saat itu saja, yaitu bertujuan untuk melihat masing-masing
akun aset dinyatakan dalam persen dari total aset. Akun kewajiban dan ekuitas

Universitas Indonesia
10

dinyatakan sebagai persen dari total kewajiban dan ekuitas. Berikut tabel 2.3 adalah
analisis vertikal untuk dua tahun periode pada PT. ACG.
a. Analisis Vertikal Laporan Posisi Keuangan
Tabel 2.3 Analisis Vertikal Laporan Posisi Keuangan PT. ACG
PT. ACG
Laporan Laba Rugi (Vertikal)
31 Desember 2017 dan 2016
2017 2016
Amount Percent Amount Percent
ASET
Aset Lancar
Kas dan Setara Kas 156,840,462,806 5.79% 328,747,028,025 18.47%
Piutang Usaha
Pihak Berelasi 123,684,099,154 4.57% 54,518,012,418 3.06%
Pihak Ketiga 385,078,181,744 14.23% 224,905,648,144 12.64%
Piutang Retensi
Pihak Berelasi 10,720,693,607 0.40% 19,107,760,348 1.07%
Pihak Ketiga 127,307,784,140 4.70% 94,484,784,679 5.31%
Tagihan Bruto Pemberi Kerja
Pihak Berelasi 598,802,679,588 22.12% 58,692,479,974 3.30%
Pihak Ketiga 1,085,411,700,798 40.10% 855,278,287,897 48.05%
Piutang Lain-lain
Pihak Berelasi 3,272,355,358 0.12% 3,372,597,330 0.19%
Persediaan 2,168,643,920 0.08% 6,750,287,160 0.38%
Uang Muka 38,905,380,324 1.44% 16,725,300,965 0.94%
Biaya Dibayar di Muka 5,807,075,957 0.21% 1,033,031,337 0.06%
Pajak Dibayar di Muka - 0% 4,567,555,626 0.26%
Aset Lain lain 66,328,725,000 2.45% 66,328,725,000 3.73%
Total Aset Lancar 2,604,327,782,396 96.22% 1,734,511,498,903 97.45%
Aset Tidak Lancar
Piutang Pihak Berelasi
Jangka Panjang 12,068,100,329 0.45% 13,730,788,190 0.77%
Aset Tetap 22,996,707,796 0.85% 26,013,492,908 1.46%
Aset Lain lain 67,305,372,663 2.49% 5,686,524,819 0.32%
Total Aset Tidak Lancar 102,370,180,788 3.78% 45,430,805,917 2.55%
TOTAL ASET 2,706,697,963,184 1,779,942,304,820

LIABILITAS DAN EKUITAS


LIABILITAS
Liabilitas Jangka Pendek
Utang Usaha
Pihak Ketiga 1,570,212,218,843 58.01% 963,669,581,455 54.14%
Utang Pajak 9,464,216,143 0.35% 1,423,112,607 0.08%
Beban Akrual 54,849,995,781 2.03% 22,363,518,845 1.26%
Utang Retensi 59,181,943,204 2.19% 38,731,011,090 2.18%
Uang Muka Pemberi Kerja
Pihak Berelasi 16,408,359,823 0.61% 11,163,491,792 0.63%
Pihak Ketiga 222,694,898,251 8.23% 114,124,638,410 6.41%
Utang Lain-lain 322,524,256,067 11.92% 306,842,139,037 17.24%
Total Liabilitas Jangka Pendek 2,255,335,888,112 83.32% 1,458,317,493,236 81.93%
Liabilitas Jangka Panjang
Utang Pihak Berelasi 48,863,565,560 1.81% 36,752,172,751 2.06%
Utang Jangka Panjang Setelah
Dikurangi Jangka Pendek -
Liabilitas Sewa Pembiayaan - 0% 47,868,500 0%
Total Liabilitas Jangka Panjang 48,863,565,560 1.81% 36,800,041,251 2.07%
Total Liabilitas 2,304,199,453,672 85.13% 1,495,117,534,487 84.00%

Sumber: Laporan Keuangan PT. ACG yang telah diolah kembali

Universitas Indonesia
11

PT. ACG
Laporan Laba Rugi (Vertikal)
31 Desember 2017 dan 2016
2017 2016
Amount Percent Amount Percent
EKUITAS
Modal Saham
Modal Saham - 200000 Lembar
saham biasa, modal ditempatkan
dan disetor penuh sebesar 50000
saham biasa, dengan nominal
Rp1000000 perlembar saham 50,000,000,000 1.85% 50,000,000,000 2.81%
Saldo Laba
Dicadangkan 29,886,513,355 1.10% 23,890,690,231 1.34%
Belum Dicadangkan 322,611,996,157 11.92% 210,934,080,102 11.85%
Total Ekuitas 402,498,509,512 14.87% 284,824,770,333 16.00%
TOTAL LIABILITAS DAN EKUITAS 2,706,697,963,184 1,779,942,304,820

Sumber: Laporan Keuangan PT. ACG yang telah diolah kembali


Dari hasil analisis vertikal untuk laporan posisi keuangan PT. ACG pada
akun aset menunjukkan bahwa yang mengalami penurunan yang signifikan di tahun
2017 adalah kas dan setara kas (dari 328.747.028.025 menjadi 156.840.462.806 di
tahun 2017) hal ini disebabkan oleh meningkatnya pengeluaran PT. ACG.
Persentase penurunan dari kas dan setara kas sebesar 18,47% menjadi 5,79%.
Persentase terbesar kenaikan tagihan bruto pemberi kerja terjadi pada pihak
berelasi, yaitu sebesar 3,30% pada tahun 2016 menjadi 22,12%, hal ini disebabkan
banyaknya pengerjaan proyek ditahun 2017. Selama tahun 2017 PT. ACG
memperoleh saldo laba yang dicadangkan sebesar 29.886.513.355 dan yang belum
dicadangkan sebesar 322.611.996.157 hal ini menyebabkan ekuitas PT. ACG
mengalami penurunan, yaitu sebesar 1,85% ditahun 2017 (ditahun 2016 sebesar
2,81%).
b. Analisis Vertikal Laporan Laba Rugi
Dalam Analisis vertikal terhadap laporan laba rugi PT. ACG masing-masing
pos dinyatakan sebagai persen dari total analisis vertikal bertujuan untuk melihat
akun paling signifikan yang dimiliki PT. ACG. Berikut ini analisis vertikal dapat
dilihat pada tabel 2.4 mengenai analisis vertikal laporan laba rugi PT. ACG.

Universitas Indonesia
12

Tabel 2.4 Analisis Vertikal Laporan Laba Rugi PT. ACG


PT. ACG
Laporan Laba Rugi (Vertikal)
31 Desember 2017 dan 2016
2017 2016
Amount Percent Amount Percent
PENDAPATAN USAHA 2,099,513,056,071 1,332,831,078,199
BEBAN POKOK PENDAPATAN - 1,858,712,711,914 -88.53% - 1,156,483,964,326 -86.77%
LABA BRUTO 240,800,344,157 11.47% 176,347,113,873 13.23%
Beban Umum dan Administrasi - 43,332,250,910 -2.06% - 36,519,148,506 -2.74%
Beban Penjualan dan Pemasaran - 1,629,217,809 -0.08% - 1,218,279,022 -0.09%
Penghasilan Keuangan 18,399,877,907 0.88% 19,331,502,130 1.45%
Penghasilan (Beban) Lain-lain - 702,594,278 -0.03% 1,960,206,268 0.15%
LABA SEBELUM PAJAK 213,536,159,067 10.17% 159,901,394,743 12.00%
Beban Pajak Penghasilan Final - 59,887,481,143 -2.85% - 39,984,932,260 -3.00%
LABA TAHUN BERJALAN 153,648,677,924 7.32% 119,916,462,483 9.00%
PENGHASILAN KOMPREHENSIF
LAIN
Pos yang tidak akan
direklasifikasian ke laba rugi - 0% - 0%
Pos yang akan direklasifikasi ke
laba rugi - 0% - 0%
PENGHASILAN / (BEBAN)
KOMPREHENSIF LAIN TAHUN
BERJALAN - 0% - 0%
TOTAL PENGHASILAN
KOMPREHENSIF PERIODE
BERJALAN 153,648,677,924 7.32% 119,916,462,483 9.00%

Sumber: Laporan Keuangan PT. ACG yang telah diolah kembali


Dari hasil analisis vertikal untuk laporan laba rugi PT. ACG menunjukkan
peningkatan pada pendapatan sebesar 2.009.513.056.071 ditahun 2017, hal ini
disebabkan oleh banyaknya pengerjaan proyek ditahun 2017. Laba bersih yang
diperoleh PT. ACG pada tahun 2017 sebesar 153.684.677.924, hal ini menunjukan
bahwa perusahaan mengalami penurunan dari kegiatan operasinya dibandingkan
dari tahun 2016.

2.4.1.2 Analisis Horizontal


Analisis horizontal merupakan analisis yang dilakukan dengan
membandingkan laporan keuangan untuk beberapa periode untuk menentukan
apakah ada kenaikan atau penurunan, dari hasil analisis ini akan terlihat
perkembangan perusahaan dari periode-periode yang lain. Berikut ini tabel analisis

Universitas Indonesia
13

horizontal dapat dilihat pada tabel 2.5 mengenai analisis horizontal laporan posisi
keuangan PT. ACG.
a. Analisis Horizontal Laporan Keuangan
Tabel 2.5 Analisis Horizontal Laporan Keuangan PT. ACG
PT. ACG
Laporan Laba Rugi (Horizontal)
31 Desember 2017 dan 2016
Amount 2017
2017 2016 Increase (Decrease) Percent
ASET
Aset Lancar
Kas dan Setara Kas 156,840,462,806 328,747,028,025 - 171,906,565,219 -52%
Piutang Usaha
Pihak Berelasi 123,684,099,154 54,518,012,418 69,166,086,736 127%
Pihak Ketiga 385,078,181,744 224,905,648,144 160,172,533,600 71%
Piutang Retensi
Pihak Berelasi 10,720,693,607 19,107,760,348 - 8,387,066,741 -44%
Pihak Ketiga 127,307,784,140 94,484,784,679 32,822,999,461 35%
Tagihan Bruto Pemberi Kerja
Pihak Berelasi 598,802,679,588 58,692,479,974 540,110,199,614 920%
Pihak Ketiga 1,085,411,700,798 855,278,287,897 230,133,412,901 27%
Piutang Lain-lain
Pihak Berelasi 3,272,355,358 3,372,597,330 - 100,241,972 -3%
Persediaan 2,168,643,920 6,750,287,160 - 4,581,643,240 -68%
Uang Muka 38,905,380,324 16,725,300,965 22,180,079,359 133%
Biaya Dibayar di Muka 5,807,075,957 1,033,031,337 4,774,044,620 462%
Pajak Dibayar di Muka - 4,567,555,626 - 4,567,555,626 -100%
Aset Lain lain 66,328,725,000 66,328,725,000 - 0%
Total Aset Lancar 2,604,327,782,396 1,734,511,498,903 869,816,283,493 50%
Aset Tidak Lancar
Piutang Pihak Berelasi
Jangka Panjang 12,068,100,329 13,730,788,190 - 1,662,687,861 -12%
Aset Tetap 22,996,707,796 26,013,492,908 - 3,016,785,112 -12%
Aset Lain lain 67,305,372,663 5,686,524,819 61,618,847,844 1084%
Total Aset Tidak Lancar 102,370,180,788 45,430,805,917 56,939,374,871 125%
TOTAL ASET 2,706,697,963,184 1,779,942,304,820 926,755,658,364 52%
LIABILITAS DAN EKUITAS
LIABILITAS
Liabilitas Jangka Pendek
Utang Usaha
Pihak Ketiga 1,570,212,218,843 963,669,581,455 606,542,637,388 63%
Utang Pajak 9,464,216,143 1,423,112,607 8,041,103,536 565%
Beban Akrual 54,849,995,781 22,363,518,845 32,486,476,936 145%
Utang Retensi 59,181,943,204 38,731,011,090 20,450,932,114 53%
Uang Muka Pemberi Kerja
Pihak Berelasi 16,408,359,823 11,163,491,792 5,244,868,031 47%
Pihak Ketiga 222,694,898,251 114,124,638,410 108,570,259,841 95%
Utang Lain-lain 322,524,256,067 306,842,139,037 15,682,117,030 5%
Total Liabilitas Jangka Pendek 2,255,335,888,112 1,458,317,493,236 797,018,394,876 55%
Liabilitas Jangka Panjang
Utang Pihak Berelasi 48,863,565,560 36,752,172,751 12,111,392,809 33%
Utang Jangka Panjang Setelah
Dikurangi Jangka Pendek -
Liabilitas Sewa Pembiayaan - 47,868,500 - 47,868,500 -100%
Total Liabilitas Jangka Panjang 48,863,565,560 36,800,041,251 12,063,524,309 33%
Total Liabilitas 2,304,199,453,672 1,495,117,534,487 809,081,919,185 54%

Sumber: Laporan Keuangan PT. ACG yang diolah kembali

Universitas Indonesia
14

PT. ACG
Laporan Laba Rugi (Horizontal)
31 Desember 2017 dan 2016
Amount 2017
2017 2016 Increase (Decrease) Percent
EKUITAS
Modal Saham
Modal Saham - 200000 Lembar
saham biasa, modal ditempatkan
dan disetor penuh sebesar 50000
saham biasa, dengan nominal
Rp1000000 perlembar saham 50,000,000,000 50,000,000,000 - 0%
Saldo Laba
Dicadangkan 29,886,513,355 23,890,690,231 5,995,823,124 25%
Belum Dicadangkan 322,611,996,157 210,934,080,102 111,677,916,055 53%
Total Ekuitas 402,498,509,512 284,824,770,333 117,673,739,179 41%
TOTAL LIABILITAS DAN EKUITAS 2,706,697,963,184 1,779,942,304,820 926,755,658,364 52%

Sumber: Laporan Keuangan PT. ACG yang diolah kembali


Dari hasil analisis horizontal untuk laporan posisi keuangan PT. ACG pada
akun aset menunjukkan bahwa total aset mengalami kenaikan yang signifikan
sebesar 926.755.658.364 di tahun 2017. Utang milik PT. ACG mengalami
peningkatan selama tahun 2017, terutama utang jangka pendek, yaitu utang pajak
sebesar 565% atau sebesar 9.464.216.143. PT ACG memperoleh saldo laba yang
dicadangkan sebesar 29.886.513.355 dan yang belum dicadangkan sebesar
322.611.996.157, hal ini menyebabkan ekuitas PT. ACG mengalami kenaikan,
yaitu sebesar 41% ditahun 2017 persentase ini menunjukan bahwa PT. ACG
mengalami kenaikan laba dari tahun sebelumnya.

Universitas Indonesia
15

b. Analisis Horizontal Laporan Laba Rugi


Tabel 2.6 Analisis Horizontal Laporan Laba Rugi PT. ACG
PT. ACG
Laporan Laba Rugi (Horizontal)
31 Desember 2017 dan 2016
Amount 2017
2017 2016 Increase (Decrease) Percent
PENDAPATAN USAHA 2,099,513,056,071 1,332,831,078,199 766,681,977,872 58%
BEBAN POKOK PENDAPATAN - 1,858,712,711,914 - 1,156,483,964,326 - 702,228,747,588 61%
LABA BRUTO 240,800,344,157 176,347,113,873 64,453,230,284 37%

Beban Umum dan Administrasi - 43,332,250,910 - 36,519,148,506 - 6,813,102,404 19%

Beban Penjualan dan Pemasaran - 1,629,217,809 - 1,218,279,022 - 410,938,787 34%


Penghasilan Keuangan 18,399,877,907 19,331,502,130 - 931,624,223 -5%
Penghasilan (Beban) Lain-lain - 702,594,278 1,960,206,268 - 2,662,800,546 -136%
LABA SEBELUM PAJAK 213,536,159,067 159,901,394,743 53,634,764,324 34%
Beban Pajak Penghasilan Final - 59,887,481,143 - 39,984,932,260 - 19,902,548,883 50%
LABA TAHUN BERJALAN 153,648,677,924 119,916,462,483 33,732,215,441 28%
PENGHASILAN KOMPREHENSIF
LAIN
Pos yang tidak akan
direklasifikasian ke laba rugi - - - 0%
Pos yang akan direklasifikasi ke
laba rugi - - - 0%
PENGHASILAN / (BEBAN)
KOMPREHENSIF LAIN TAHUN
BERJALAN - - - 0%
TOTAL PENGHASILAN
KOMPREHENSIF PERIODE
BERJALAN 153,648,677,924 119,916,462,483 33,732,215,441 28%

Sumber: Laporan Keuangan PT. ACG yang telah diolah kembali


Dari hasil analisis horizontal untuk laporan laba rugi PT. ACG
menunjukkan peningkatan pada pendapatan sebesar 58% ditahun 2017, hal ini
disebabkan oleh banyaknya pengerjaan proyek ditahun 2017. Laba bersih yang
diperoleh PT. ACG pada tahun 2017 sebesar 153.684.677.924, hal ini menunjukan
bahwa perusahaan mengalami kenaikan dari kegiatan operasinya dibandingkan dari
tahun 2016.

2.4.1.3 Analisis Rasio Profitabilitas


Analisis profitabilitas adalah rasio yang menunjukkan besarnya laba yang
diperoleh sebuah perusahaan dalam periode tertentu. Rasio ini digunakan untuk
menilai seberapa efisien pengelola perusahaan dapat mencari keuntungan atau laba

Universitas Indonesia
16

untuk setiap penjualan yang dilakukan. Rasio ini merupakan ukuran yang
menunjukkan perusahaan dalam melakukan peningkatan penjualan dan menekan
biaya-biaya yang terjadi. Selain itu, rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam memanfaatkan seluruh dana yang dimilikinya untuk mendapatkan
keuntungan maksimal.
Berikut adalah analisa rasio profitabilitas yang dilakukan melalui
perhitungan seperti berikut:
1. Perhitungan Current Ratio adalah perbandingan antara aset lancar dengan
kewajiban lancar. Rasio ini digunakan untuk melihat seberapa besar
kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban lancar menggunakan
aset lancar yang dimiliki atau seberapa besar jaminan aset lancar untuk
memenuhi kewajiban lancar.

2017 2016
Aset Lancar (A) 2.604.327.782 1.734.511.498
Kewajiban Lancar (B) 2.304.199.453 1.495.117.493
Current Ratio (A) ÷ (B) 1,13 Kali 1,16 Kali
Dari perhitungan diatas, dapat diketahui bahwa terjadi penurunan
kemampuan PT. ACG dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Sementara jika kita lihat bahwa aset lancar dan kewajiban lancar mengalami
kenaikan. Hal ini dikarenakan kenaikan kewajiban lancar yang terjadi juga
diiringi dengan kenaikan yang menyebabkan current ratio semakin
menurun walaupun tidak signifikan. Namun, secara keseluruhan,
perbandingan aset lancar PT. ACG terhadap current ratio sudah cukup
baik.

2. Perhitungan Net Profit Margin adalah perhitungan yang dilakukan untuk


mengetahi berapa besar persentase laba bersih yang dihasilkan dari setiap
penjualan yang dilakukan.

2017 2016
Net Income (A) 153.648.677 119.916.462
Net Sales (B) 2.099.513.056 1.332.831.078
Net Profit Margin (A) ÷ (B) 7,3% 8,99%

Universitas Indonesia
17

Dari perhitungan diatas, dapat diketahui bahwa terjadi penurunan


net profit margin sementara jika kita lihat bahwa net income dan net sales
PT. ACG mengalami kenaikan. Hal ini dikarenakan kenaikan net sales yang
terjadi juga diiringi dengan kenaikan yang menyebabkan net profit margin
semakin menurun walaupun tidak signifikan.

3. Perhitungan Return On Equity merupakan perhitungan yang digunakan


untuk mengetahui seberapa besar net income yang dihasilkan dari rata-rata
saham biasa yang dimiliki pleh PT. ACG.

2017 2016
Net Income (A) 153.648.677 119.916.462
Equity (B) 402.498.509 284.824.770
Return On Equity (A) ÷ (B) 38,17% 42,10%
Dari perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa terjadi penurunan
atas Return On Equity yang terjadi dari tahun 2016 dan 2017.

4. Perhitungan Operating Profit Margin menunjukkan seberapa kemampuan


perusahaan dalam memaksimalkan penjuakan untuk menghasilkan laba
operasi. Laba operasi adalah laba bersih sebelum pajak dan bunga.
2017 2016
EBIT (A) 213.536.159 159.901.394
Net Sales (B) 2.099.513.056 1.332.831.078
Operating Profit Margin (A) ÷ (B) 10,17% 11,99%
Dari perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa terjadi penurunan
dari tahun 2016 ke tahun 2014 yang tidak signifikan. Hal ini dikarenakan
terjadinya kenaikan pendapatan atas penjulan.

Universitas Indonesia
BAB 3
LANDASAN TEORI

3.1 Pendapatan
3.1.1 Pengertian Pendapatan
Pendapatan memiliki pengertian yang bermacam-macam tergantung dari
sisi mana untuk meninjau pengertian pendapatan tersebut. Pendapatan adalah
penghasilan yang timbul dari pelaksanaan aktivitas entitas yang normal dan dikenal
dengan sebutan yang berbeda, seperti penjualan, penghasilan jasa, bunga, deviden,
royalti, dan sewa. Bagi pihak-pihak yang berkompeten dibidangnya, pendapatan
memiliki penafsiran berbeda-beda yang disebabkan oleh latar belakang penyusunan
konsep yang berbeda bagi pihak tertentu. Berikut adalah pengertian pendapatan
menurut beberapa sumber:
• Menurut PSAK No. 23 (Revisi 2016), pendapatan adalah arus masuk bruto
dari manfaat ekonomik yang timbul dari aktivitas normal entitas selama
suatu periode jika arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas
yang tidak berasal dari konstribusi penanaman modal.
• Menurut Keiso, Weygant dan Warfield (2011), pendapatan adalah arus
masuk atau peningkatan lainnya atas aktiva sebuah entitas atau pelunasan
kewajiban (atau kombinasi dari keduanya) selama satu periode dari
pengiriman atau produksi barang, penyediaan jasa, atau aktivitas-aktivitas
lain yang merupakan kegiatan operasi utama atau kegiatan operasi sentral
perusahaan.
• Menurut Skousen, Stice dan Stice (2010;161), pendapatan adalah arus
masuk atau penyelesaian kewajiban (atau kombinasi keduanya) dari
pengiriman atau produksi barang, memberikan jasa atau melakukan
aktivitas lain yang merupakan aktivitas utama atau aktivitas centra yang
sedang berlangsung.

18
Universitas Indonesia
19

3.1.2 Pengakuan Pendapatan


Dalam PSAK No. 23 (2016), pendapatan diakui ketika kemungkinan besar
manfaat ekonomik masa depan akan mengalir ke entitas dan manfaat ini dapat
diukur secara andal.
Menurut Keiso, Weygant dan Warfield (2011), menyatakan pengakuan
pendapatan bahwa pendapatan dapat diakui pada saat:
a. Direalisasi (realized) atau dapat di realisasi (realizable).
Pendapatan direalisasi (realized) apabila barang dan jasa ditukar dengan kas
atau klaim atas kas (piutang). Pendapatan dapat direalisasi (realizable)
apabila aktiva yang diterima dalam pertukaran segera dapat dikonversi
menjadi kas atau klaim atas kas dengan jumlah yang diketahui.
b. Telah dihasilkan (earned)
Pendapatan dihasilkan (earned) apabila entitas bersangkutan pada
hakikatnya telah menyelesaikan apa yang seharusnya dilakukan untuk
mendapat hak atas manfaat yang dimiliki oleh pendapatan itu.

3.2 Pengertian Proyek dan Jasa Konstruksi


Menurut Pardede (2007:560), proyek dapat diartikan sebagai serangkaian
kegiatan yang masing-masing menunjukkan titik waktu yang pasti atas dimulai dan
diselesaikannya setiap kegiatan yang seluruhnya akan menghasilakan suatu atau
kelompok barang atau hasil operasi khusus.
Menurut Peraturan Lembaga Pembangunan Jasa Konstruksi Nasional No.3
Tahun 2017 memberikan definisi bahwa usaha jasa pelaksanaan konstruksi adalah
jenis usaha jasa konstruksi yang menyediakan layanan jasa pelaksanaan pekerjaan
konstruksi, yang dibedakan menurut bentuk usaha, klasifikasi dan kualifikasi usaha
jasa pelaksaan konstruksi.
Jasa konstruksi menurut Undang-Undang No.2 Tahun 2017 adalah layanan
jasa konsultasi konstruksi dan/atau pekerjaan konstruksi. Sedangkan pekerjaan
konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian kegiatan yang meliputi pembangunan,
pengoperasian, pemeliharaan, pembongkaran, dan pembangunan kembali suatu
bangunan.

Universitas Indonesia
20

3.3 Pengertian Kontrak Konstruksi


Industri konstruksi memiliki karakteristik utama yang membuat industrinya
berbeda dengan industri lain, yaitu pekerjaan yang dilakukan dalam industri
konstruksi didasarkan atas kontrak dengan pemberi kerja.
Menurut Undang-Undang No.2 Tahun 2017 Pasal 1 Ayat (8), kontrak kerja
konstruksi adalah keseluruhan yang mengatur hubungan hukum antara pengguna
jasa dan penyedia jasa dalam penyelenggaraan jasa konstruksi.
Menurut PSAK No.34 (Revisi 2016), kontrak konstruksi adalah suatu
kontrak yang dinegosiasikan secara khusus untuk konstruksi aset atau suatu
kombinasi aset yang berhubungan erat satu sama lain atau saling tergantung dalam
hal rancangan, teknologi, dan fungsi atau tujuan pokok penggunaan. Dalam
pernyataan ini, kontrak konstruksi meliputi :
1. Kontrak pemberi jasa yang berhubungan langsung dengan konstruksi aset,
sebagai contoh, pelayanan jasa untuk manajer proyek dan arsitek; dan
2. Kontrak untuk penghancuran atau restorasi aset dan restorasi lingkungan
setelah penghancuran aset.

3.3.1 Jenis-Jenis Kontrak Konstruksi


Menurut PSAK 34 (Revisi 2016), kontrak konstruksi dapat digolongkan
menjadi dua, yaitu:
1. Kontrak biaya plus adalah kontrak konstruksi yang mana kontraktor
mendapatkan penggantian untuk biaya-biaya yang telah diizinkan atau telah
ditentukan, ditambah imbalan dengan presentase terhadap biaya atau
imbalan tetap.
2. Kontrak harga tetap adalah kontrak konstruksi dengan syarat bahwa
kontraktor telah menyetujui kontrak tetap, atau tarif tetap yang telah
ditentukan per unit output, yang dalam beberapa hal tunduk pada klausa-
klausa kenaikan biaya.

Universitas Indonesia
21

Menurut Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2000 paragraf ketiga pasal 20,
kontrak konstruksi dibedakan sebagai berikut:
1. Berdasarkan Bentuk Imbalan
Kontrak berdasarkan bentuk imbalam dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
a. Kontrak sistem lump sum merupakan kontrak jasa atas penyelesaian
seluruh pekerjaan dalam jangka waktu tertentu dengan jumlah harga
yang pasti dan tetap serta semua resiko yang mungkin terjadi dalam
proses penyelesaian pekerjaan yang sepenuhnya ditanggung oleh
penyedia jasa sepanjang gambar dan spesifikasi tidak berubah.
b. Kontrak sistem harga satuan merupakan kontrak jasa atas penyelesaian
seluruh pekerjaan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan harga
satuan yang pasti dan tetap untuk setiap satuan/unsur pekerjaan dengan
spesifikasi teknis tertentu, yang volume pekerjaannya didasarkan pada
hasil pengukuran bersama atas volume pekerjaan yang benar-benar
telah dilaksanakan oleh penyedia jasa.
c. Kontrak sistem biaya tambahan imbalan jasa merupakan kontrak jasa
atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam jangka waktu tertentu,
dimana jenis-jenis pekerjaan dan volumenya belum diketahui dengan
pasti, sedangkan pembayarannya dilakukan berdasarkan pengeluaran
biaya yang meliputi pembelian bahan, sewa peralatan, upah pekerja dan
lain-lain, ditambah imbalan jasa yang telah disepakati oleh kedua belah
pihak.
d. Kontrak sistem gabungan lump sum dengan harga satuan merupakan
gabungan lump sum dan atau harga satuan dan atau tambah imbalan jasa
dalam 1 (satu) pekerjaan yang diperjanjikan sejauh yang disepakati para
pihak dalam kontrak kerja konstruksi.
e. Kontrak sistem aliansi merupakan kontrak pengadaan jasa dimana
suatu harga kontrak referensi ditetapkan lingkup dan volume pekerjaan
yang belum diketahui ataupun diperinci secara pasti sedangkan
pembayarannya dilakukan secara biaya tambah imbalan jasa dengan
suatu pembagian tertentu yang disepakati bersama atas penghematan

Universitas Indonesia
22

ataupun biaya lebih yang timbul dari perbedaan biaya sebenarnya dan
harga kontrak referensi.
2. Berdasarkan Jangka Waktu Pelaksanaan
Dalam kontrak berdasarkan jangka waktu pelaksanaan ini, dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Tahun tunggal yaitu kontrak pelaksanaan pekerjaan yang mengikat
dana anggaran untuk masa 1 (satu) tahun anggaran.
b. Tahun jamak yaitu kontrak pelaksanaan pekerjaan yang mengikat dana
anggaran direncanakan selesai lebih dari 1 (satu) tahun.
3. Berdasarkan Pembayaran Hasil Pekerjaan
Dalam kontrak bedasarkan pembayaran hasil pekerjaan dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Sesuai kemajuan pekerjaan yaitu pengukuran hasil pekerjaan
berdasarkan kemajuan pekerjaan selain dilakukan dalam beberapa
tahapan kemajuan pekerjaan, bisa juga dilakukan sekaligus pada saat
pekerjaan fisik selesai 100%.
b. Secara berkala yaitu pengukuran hasil pekerjaan secara berkala
umumnya dilakukan secara bulanan pada tiap akhir bulan.
Pada dasarnya, klasifikasi berbeda-beda menurut kedua sumber di atas, ini
dibuat untuk mempermudah pemberi proyek dan kontraktor agar dapat
menjalankan kegiatan konstruksi dengan lancar tanpa merugikan kedua belah
pihak. Namun, tetap perlu diadakan syarat-syarat supaya lebih rinci dan jelas agar
tidak merugikan dimasa yang akan mendatang.

3.4 Pendapatan dan Biaya Konstruksi


3.4.1 Padapatan Konstruksi
Menurut PSAK 34 (Revisi 2016) paragraf 11, pendapatan konstruksi terdiri
dari beberapa hal sebagai berikut:
1. Jumlah pendapatan semula yang disetujui dalam kontrak.
Pendapatan kontak diukur pada nilai wajar dari imbalan yang diterima atau
akan diterima. Pengukuran pendapatan kontrak dipengaruhi oleh beragam
ketidakpastian yang bergantung pada hasil dari peristiwa di masa depan.

Universitas Indonesia
23

Estimasi sering perlu untuk direvisi sesuai dengan realisasi dan hilangnya
ketidakpastian. Oleh karena itu, jumlah pendapatan kontrak dapat
meningkat atau menurun dari satu periode ke periode berikutnya.
Contohnya karena:
a. Kontraktor dan pelanggan mungkin menyetujui penyimpangan atau
klaim yang meningkatkan atau menurunkan pendapatan kontak pada
priode setelah periode yang disetujui pada kontak awal.
b. Jumlah pendapatan yang disetujui dalam kontrak harga tetap dapat
meningkat karena ketentuan-ketentuan kenaikan biaya.
c. Jumlah pendapatan kontrak dapat menurun karena denda yang timbul
akibat keterlambatan kontraktor dalam penyelesaian kontrak tersebut.
d. Jika dalam kontrak harga tetap terdapat harga tetap per unit output,
pendapatan kontrak meningkat jika jumlah unit meningkat.
2. Penyimpangan dalam pekerjaan kontrak, klaim, dan pembayaran insentif.
Penyimpangan adalah suatu instruksi yang diberikan pelanggan
mengenai perubahan dalam lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan
berdasarkan kontrak. Penyimpangan dapat meningkatkan atau menurunkan
dalam pendapatan kontrak. Contoh penyimpangan adalah perubahan dalam
spesifikasi atau rancangan aset atau perubahan lamanya kontrak.
Penyimpangan dimasukan ke dalam pendapatan kontrak jika:
a. Kemungkinan besar pelanggan akan menyetujui penyimpangan dan
jumlah pendapatan yang timbul dari penyimpangan tersebut.
b. Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal.
Klaim adalah jumlah yang ditagihkan kontraktor kepada pelanggan
atau pihak lain sebagai penggantian untuk biaya-biaya yang tidak termasuk
dalam nilai kontrak. Klaim dapat timbul dari, misalnya, keterlambatan yang
disebabkan oleh pelanggan, kesalahan dalam spesifikasi atau rancangan,
dan selisih penyimpangan dalam pekerjaan kontrak. Pengukuran jumlah
pendapatan yang timbul dari klaim mempunyai tingkat ketidakpastian yang
tinggi dan sering kali bergantung pada hasil negosisasi. Oleh karena itu,
klaim hanya dimasukkan dalam pendapatan kontrak jika:

Universitas Indonesia
24

a. Negosiasi telah mencapai tingkat akhir sehingga kemungkinan besar


pelanggan akan menerima klaim tersebut.
b. Jumlah klaim yang kemungkinan besar akan disetujui oleh pelanggan
tersebut, dapat diukur secara andal.
Pembayaran insentif adalah jumlah tambahan yang dibayarkan
kepada kontraktor apabila standar pelaksanaan yang telah ditentukan telah
terpenuhi atau terlampaui. Contohnya, suatu kontrak mungkin mengizinkan
suatu pembayaran insentif kepada kontraktor untuk suatu penyelesaian dini
dari suatu kontrak. Pembayaran insentif dimasukkan dalam pendapatan jika:
a. Kontrak tersebut telah cukup pelaksanaannya sehingga kemungkinan
besar akan memenuhi atau melampaui standar pelaksanaan.
b. Jumlah pembayaran insentif tersebut dapat diukur secara andal.

3.4.2 Biaya Kontrak Konstrusi


Biaya konstruksi menurut PSAK 34 (Revisi 2010), terdiri dari hal-hal
sebagai berikut:
1. Biaya yang berhubungan langsung dengan kontrak tertentu. Biaya tersebut
antara lain:
a. Biaya pekerja lapangan, termasuk penyelia.
b. Biaya bahan yang digunakan dalam kontrak.
c. Penyusutan sarana dan peralatan yang digunakan dalam kontrak.
d. Biaya pemindahan sarana, peralatan, dan bahan-bahan dari dan ke
lokasi pelaksanaan kontrak.
e. Biaya penyewaaan sarana dan peralatan.
f. Biaya rancangan dan bantuan teknis yang secara lansung berhubungan
dengan kontrak.
g. Estimasi biaya pembetulan dan jaminan pekerjaan, termasuk yang
mungkin timbul selama masa jaminan.
h. Klaim dari pihak ketiga.
Biaya-biaya ini dapat dikurangi dengan penghasilan yang bersifat insidental
yaitu pengasilan yang tidak termasuk dalam pendapatan kontrak.

Universitas Indonesia
25

2. Biaya-biaya yang dapat diatribusikan pada aktivitas kontrak secara umum


dan dapat dialokasikan pada kontrak tertentu, biaya tersebut antara lain:
a. Asuransi
b. Biaya rancangan dan bantuan teknis yang tidak secara langsung
berhubungan dengan kontrak tertentu.
c. Overhead konstruksi.
Biaya tersebut dialokasikan dengan menggunakan metode yang sistematis
dan rasional dan diterapkan secara konsisten pada semua biaya yang
mempunyai karakteristik sama. Alokasi tersebut didasarkan pada tingkat
normal aktivitas konstruksi. Overhead konstruksi meliputi biaya-biaya
seperti penyiapan dan pemrosesan gaji karyawan konstruksi. Biaya-biaya
yang dapat diatribusikan pada aktivitas kontrak secara umum dan dapat
dialokasikan pada kontrak tertentu juga termasuk biaya pinjaman.
3. Biaya-biaya yang secara spesifik dibebankan kepada pelanggan sesuai
dengan persyaratan kontrak dapat mencakup beberapa biaya administrasi
umum dan biaya pengembangan yang penggantiannya ditentukan dalam
pesyaratan kontrak

3.5 Pengakuan Pendapatan dan Beban Kontrak


Prinsip pengakuan pendapatan mengidentifikasikan bahwa pendapatan
diakui ketika ada kemungkinan memberikan keuntungan ekonomi kepada
perusahaan dan keuntungan tersebut dapat diukur secara andal.
Dalam PSAK 34 No. 34 (Revisi 2016) pengakuan pendapatan dan biaya
kontrak yaitu jika hasil kontrak konstruksi dapat diestimasi secara andal, maka
pendapatan kontrak yang berhubungan dengan kontrak diakui masing-masing
sebagai pendapatan dan beban dengan memperhatikan tahap penyelesaian aktivitas
kontrak pada tanggal akhir periode pelaporan, taksiran rugi pada kontrak konstruksi
segera diakui sebagai beban.
Secara teoritik titik waktu dari pengakuan pendapatan dapat dilakukan pada
saat proses produksi. Pengakuan pendapatan diakui pada saat proses produksi
biasanya dilakukan oleh perusahaan yang menjalankan produksi untuk jangka
panjang.

Universitas Indonesia
26

3.5.1 Metode Persentase Penyelesaian


Dalam PSAK No. 34 (Revisi 2016), pengakuan pendapatan dan beban
dengan memperhatikan tahap penyelesaian suatu kontrak sering disebut sebagai
metode persentase penyelesian. Menurut metode ini, pendapatan kontrak
dihubungkan dengan biaya kontrak yang terjadi dalam mencapai tahap
penyelesaian tersebut, sehingga pendapatan, beban, dan laba yang dilaporkan dapat
diatribusikan menurut penyelesaian pekerjaan secara proporsional.
Metode ini biasanya digunakan oleh perusahaan yang memiliki kontrak
jangka panjang, dimana jangka waktunya lebih dari satu periode akuntansi. Metode
ini mencerminkan prestasi kerja masa berjalan atas penyelesaian kontrak lebih dari
satu periode akuntansi. Metode ini mengakui pendapatan biaya dan laba kotor
sesuai dengan tercapainya kemajuan ke arah penyelesaian kontrak jangka panjang.
Metode presentase penyelesaian memiliki dua pendekatan, yaitu:
1. Metode pendekatan fisik (physical progress approach) adalah metode
pengakuan pendapatan yang diukur berdasarkan persentase kemajuan fisik
yang dicapai di lapangan. Dengan pendekatan fisik ukuran dibuat
berdasarkan hasil yang telah dicapai (output measures).
2. Metode pendekatan cost-to-cost adalah metode pengakuan pendapatan yang
diukur berdasarkan persentase selesai yang diperoleh dari besarnya biaya
yang terjadi untuk mencapai tahap penyelesaian pekerjaan proyek.
Perhitungannya berdasarkan ukuran masukan (input measures), yaitu
usaha-usaha dan biaya-biaya yang dikeluarkan (efforts-expended method).
Metode ini menentukan persentase penyelesaian atas pelaksanaan pekerjaan
proyek dengan cara membandingkan usaha-usaha yang telah tercurah
dengan usaha-usaha yang dibutuhkan untuk penyelesian proyek.
Sejalan dengan teori yang diuraikan diatas, Kieso, Weygant, dan Warfield
(2011) memberikan rumus untuk perhitungan persentase penyelesaian dasar cost to
cost:
Biaya yang terjadi sampai saat ini
Persentase penyelesaian =
Estimasi paling akhir total biaya selesai

Persentase pengakuan biaya dapat digunakan untuk menaksir persentase


atau laba kotor kontrak jangka panjang.

Universitas Indonesia
27

Sedangkan untuk mengetahui jumlah pendapatan atau laba kotor yang akan
diakui sampai tanggal ini:

Persentase x Estimasi total pendapatan = Pendapatan periode


penyelesaian (laba kotor) berjalan

Menurut Keiso, Weygant, dan Warfield (2011), pencatatan jurnal dalam


metode persentase penyelesaian memiliki sistem pencatatannya sendiri. Berikut
adalah sistem pencatatannya:

1. Mencatat biaya konstruksi


Construction in Progress xxx
Material, Cash, Payables, etc xxx
Perusahaan mencatat jurnal ini pada saat perusahaan melakukan
pencatatan biaya. Pada sisi debit muncul akun Construction in Progress.
Akun ini muncul karena adanya prinsip kesesuaian yang mengharuskan agar
setiap pengakuan biaya dapat dihubungkan dengan pendapatan yang akan
terjadi. Nilai dari akun ini adalah akumulasi dari biaya konstruksi yang telah
terjadi. Kemudian pada sisi kredit, muncul akun yang terdiri dari uang kas
atas pembayaran upah, pembelian bahan baku, ataupun hutang jika
melakukan pembelian secara kredit.
2. Mencatat tagihan kemajuan pekerjaan konstruksi
Account Receivable xxx
Billing on Construction in Process xxx
Pada sisi debit muncul akun Account Receivable yang merupakan
piutang yang mencerminkan bahwa dari pekerjaan konstruksi yang telah
diselesaikan, status pembayarannya masih ditagih atau belum dibayarkan
oleh klien. Pada sisi kredit akan muncul akun Billing on Construction in
Process yang mencerminkan bahwa penagihan terhadap pendapatan telah
dilakukan.
3. Mencatat penerimaan
Cash
Account Receivable

Universitas Indonesia
28

Pada sisi debit akan muncul Cash yang menandakan bahwa


perusahaan menerima pendapatan jasa konstruksi dari klien sehingga di sisi
kredit akan muncul akun Account Receivable yang di hapus karena
pembayaran piutang telah diterima.

4. Mencatat pengakuan pendapatan dan laba kotor


Construction in Process (gross profit) xxx
Construction Expenses xxx
Revenue from Long-Term Contract xxx

Pada sisi debit muncul akun Construction in Process (gross profit)

dimana akun ini berasal dari selisih dari pendapatan per-progress yang

diterima dengan biaya yang telah dihabiskan selama progress tersebut

berlangsung. Kemudian akan Construction Expenses muncul di debit

karena pengakuan beban dari konstruksi. Di sisi kredit akan muncul

Revenue from Long-Term Contract yang merupakan jumlah dari

pendapatan yang diterima per-progress.

5. Mencatat penyelesaian kontrak


Billing on Constraction in Process xxx
Construction in Process xxx
Pada sisi debit Billing on Constraction in Process sementara di sisi
kredit muncul Construction in Process yang menandakan bahwa seluruh
penagihan kontrak sampai dengan penyelesaian terakhir telah dilakukan dan
pengerjaan jasa konstruksi telah diselesaikan.

3.5.2 Metode Pemulihan Biaya


Dijelaskan dalam PSAK 34 (Revisi 2016) jika hasil kontrak konstruksi
tidak dapat diestimasi secara andal, maka:
1. Pendapatan diakui hanya sebesar biaya yang telah terjadi sepanjang biaya
tersebut diperkirakan dapat dipulihkan.
2. Biaya kontrak diakui sebagai beban pada periode terjadinya.

Universitas Indonesia
29

Metode pemulihan biaya atau yang dikenal zero-profit method, selama


tahap awal suatu kontrak sering terjadi hasil kontrak tidak dapat diestimasi secara
andal, dimungkinkan entitas akan memulihkan biaya kontrak yang terjadi. Oleh
karena itu, pendapatan kontrak diakui hanya sepanjang biaya yang terjadi
diharapkan dapat dipulihkan. Disebabkan hasil kontrak tidak dapat diestimasi
secara andal, maka tidak ada laba yang diakui.
Adakalanya walaupun hasil kontrak tidak dapat diestimasi secara andal,
dimungkinkan total biaya kontrak melebihi total pendapatan kontrak. Dalam hal ini,
setiap selisih lebih total biaya kontrak terhadap total pendapatan kontrak diakui
segera sebagai beban. Contoh keadaan yang berakibat biaya kontrak diakui sebagai
beban:
a. Kontrak yang tidak sepenuhnya dapat dijalankan, karena kebenaran
validitasnya masih diragukan.
b. Kontrak yang penyelesaiannya bergantung pada hasil proses pengadilan
atau legislasi yang tertunda.
c. Kontrak properti yang mungkin akan dimusnahkan atau diambilalih.
d. Kontrak yang mana pelanggan tidak dapat memenuhi kewajibannya dan
atau kontraktor tidak dapat menyelesailkan kontrak.
Keiso, Weygant dan Warfield (2011), metode pemulihan biaya memiliki
sistem pencatatan terhadap pendapatan sebagai berikut:
1. Mencatat biaya konstruksi
Construction in Progress xxx
Material, Cash, Payables, etc xxx
Penjelasan pencatatan tersebut sama dengan penjelasan seperti metode
persentase penyelesaian.
2. Mencatat tagihan kemajuan pekerjaan konstruksi
Account Receivable xxx
Billing on Construction in Process xxx
Penjelasan pencatatan tersebut sama dengan penjelasan seperti metode
persentase penyelesaian.

Universitas Indonesia
30

3. Mencatat penerimaan
Cash
Account Receivable
Penjelasan pencatatan tersebut sama dengan penjelasan seperti metode
persentase penyelesaian.
4. Mencatat pengakuan pendapatan dan laba kotor
Construction Expenses xxx
Revenue from Long-Term Contract xxx

Dalam metode ini, tidak ada pencatatan terhadap pengakuan laba


hingga kontrak selesai dikerjakan. Perusahaan hanya mencatat pendapatan
sesuai biaya yang dikeluarkan, maka tidak ada selisih laba/rugi antara
pendapatan yang diterima dan biaya yang dikeluarkan. Pencatatan terhadap
laba/rugi yang dihasilkan selama proses konstruksi dikerjakan ini jika
pekerjaan konstruksi sudah 100%, maka pencatatannya adalah sebagai
berikut:
Construction in Process (gross profit) xxx
Construction Expenses xxx
Revenue from Long-Term Contract xxx

Perusahaan melakukan pencatatan dengan jurnal ini pada saat proyek telah
sepenuhnya selesai. Penjelasan pencatatan sama dengan metode persentase
selesai. Perbedaannya hanya pada nilai Construction in Process (gross
profit). Pada persentase penyelesaian, diakui gross profit secara berangsur,
sedangkan pada metode pemulihan biaya diakui langsung sebesar Revenue
from Long-Term Contract dengan Contruction Expenses yang
diakumulasikan dari awal pekerjaan konstruksi hingga selesainya
pekerjaan.
5. Mencatat penyelesaian kontrak
Billing on Constraction in Process xxx
Construction in Process xxx
Penjelasan pencatatan tersebut sama dengan penjelasan seperti metode
persentase penyelesaian.

Universitas Indonesia
31

3.6 Kerugian dalam Kontrak Konstruksi


Dalam PSAK 34 Revisi (2016), jika kemungkinan besar terjadi bahwa total
biaya kontrak akan melebihi pendapatan kontrak, maka taksiran rugi segera diakui
sebagai beban. Jumlah kerugian tersebut ditentukan tanpa memperhatikan:
a. Apakah pekerjaan kontrak telah atau belum dilaksanakan.
b. Tahap penyelesaian aktivitas kontrak.
c. Jumlah taksiran laba yang akan diperoleh pada kontrak lain yang tidak
diperlakukan sebagai satu proyek konstruksi tunggal.
Menurut Keiso, Weygant, dan Warfield ada dua jenis kerugian yang dapat
timbul dalam kontrak jangka panjang, yaitu:
1. Kerugian di suatu periode di dalam kontrak yang menguntungkan
Kondisi ini timbul apabila selama konstruksi terjadi kenaikan harga yang
signifikan dalam estimasi total biaya kontrak, tetapi hal tersebut tidak
menghilangkan semua laba kontrak. Hanya dalam metode persentase
penyelesaian diperlukan penyesuaian periode berjalan. Pencatatan yang
dilakukan adalah:
Construction Expenses xxx
Construction in Progress (loss) xxx
Revenue from Long-Term Contract xxx
2. Kerugian pada kontrak yang merugikan
Estimasi biaya yang akhir periode berjalan mungkin bahwa kerugian akan
terjadi ketika seluruh kontrak berakhir. Pada kedua metode, keseluruhan
perkiranaan kerugian kontrak harus diakui dalam periode berjalan.
Pencatatan yang dilakukan adalah:
a. Metode pemulihan biaya
Construction Expenses xxx
Construction in Progress (loss) xxx
Revenue from Long-Term Contract xxx
b. Metode persentase penyelesaian
Loss from Long-Term Contract xxx
Construction in Progress (loss) xxx

Universitas Indonesia
32

3.7 Pengungkapan Akun – Akun dalam Kontrak Konstruksi


Menurut PSAK 34 (Revisi 2016), pengungkapan laporan keuangan pada
perusahaan konstruksi harus memuat hal-hal sebagai berikut:
a. Jumlah pendapatan kontrak yang diakui sebagai pendapatan pada periode.
b. Metode yang digunakan untuk menentukan pendapatan kontrak yang diakui
pada periode.
c. Metode yang digunakan untuk menentukan tahap penyelesaian kontrak.
Selain itu, pengungkapan hal-hal berikut untuk pekerjaan dalam proses
penyelesaian pada akhir periode pelaporan:
a. Jumlah agregat biaya yang terjadi dan laba yang diakui (dikurangi kerugian
yang diakui) sampai tanggal pelaporan.
b. Jumlah uang muka yang diterima.
c. Jumlah retensi.
Retensi adalah jumlah termin yang tidak dibayar hingga pemenuhan kondisi
yang ditentukan dalam kontrak untuk pembayaran jumlah tersebut atau hingga telah
diperbaiki. Termin adalah jumlah yang ditagih untuk pekerjaan yang dilakukan
dalam suatu kontrak baik yang telah ataupun belum dibayar oleh pelanggan. Uang
muka adalah jumlah yang diterima oleh kontraktor sebelum pekerjaan dilakukan.

3.8 Penyajian dalam Laporan Keuangan


Dalam PSAK 34 (Revisi 2016) perusahaan konstruksi harus menyajikan
hal-hal sebagai berikut:
1. Jumlah tagihan bruto kepada pelanggan sebagai aset.
Jumlah tagihan bruto kepada pelanggan untuk pekerjaan kontrak adalah
selisih antara:
a. Biaya yang terjadi ditambah laba yang diakui.
b. Jumlah kerugian dan termin yang diakui, untuk semua pekerjaan dalam
proses di mana biaya yang terjadi ditambah laba yang diakui (dikurangi
kerugian yang diakui) melebihi termin.
2. Jumlah utang bruto dari pelanggan sebagai liabilitas.
Jumlah utang bruto dari pelanggan adalah selisih antara:
a. Biaya yang terjadi ditambah laba yang diakui; dikurangi.

Universitas Indonesia
33

b. Jumlah kerugian yang diakui dan termin, untuk semua kontrak dimana
melebihi biaya yang terjadi ditambah laba yang diakui (dikurangi
kerugian yang diakui).

3.9 PPh 4 ayat 2


Jasa konstruksi dikenakan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 ayat 2 yang
bersifat final. Pengenaan PPh Final diterapkan tahun 2008 sejak muncul Peraturan
Pemerintah Nomor 51 Tahun 2008. Subjek pajak PPh Final adalah Wajib Pajak
Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap yang menerima penghasilan Usaha (SBU)
yang masih berlaku maupun tidak. Tarif Pasal 4 ayat 2 terkait jasa konstruksi tertera
di tabel 3.1.

Tabel 3.1 Tarif Jasa Konstruksi Final


Jenis Jasa Penyelenggara Grade Tarif Jenis Pajak
Kegiatan
Kualifikasi kecil 1 s.d 4 2%
Pelaksanaan Kualifikasi menengah 5 3%
Konstruksi Kualifikasi besar 6 s.d 7 3%
Tidak punya kualifikasi 4% PPh
Perencanaan dan Mempunyai kualifikasi 4%
Pengawasan Tidak punya kualifikasi 6%
Penyerahan dalam negeri 10% PPN
Penyerahan keluar daerah pabean 0%
Sumber: www.pajak.go.id
Tarif PPh 4 ayat 2 ini dikalikan dengan Dasar Pengenaan Pajak (DPP) untuk
mengetahui tarif PPh 4 ayat 2. DPP yang digunakan adalah jumlah pembayaran jika
PPh Final Jasa Konstruksi dipotong oleh pengguna jasa dan jumlah penerimaan
pembayaran jika dikenakan melalui penyetoran sendiri oleh kontraktor
bersangkutan. Klasifikasi rentang pendapatan bruto menurut Garde tertera pada
tabel 3.2, menurut LPJK Nomor 11 Tahun 2006 Grade adalah tingkat kemampuan
atau kompetensi dari kontraktor.

Universitas Indonesia
34

Tabel 3.2 Rentang Pendapatan Bruto Kontraktor Menurut Grade


Garde Pendapatan Bruto
1 0 s.d Rp 100.000.000.000
2 Rp100.000.000 s.d Rp300.000.000
3 Rp300.000.000 s.d Rp600.000.000
4 Rp1.000.000.000 s.d Rp.10.000.000
5 Rp100.000.000.000 s.d RP10.000.000.000
6 Rp10.000.000.000 s.d RP25.000.000.000
7 Lebih dari Rp25.000.000.000
Sumber: www.pajak.go.id
Untuk menentukan Grade perusahaan dilihat dari pendapatan bruto. Grade
7 diperuntukan untuk Badan Usaha termasuk asing. Pihak-pihak yang terkait
dengan pajak hal ini adalah Jasa Konstruksi, memiliki kewajiban perpajakan seperti
yang tertera di Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Kewajiban Pajak
Kewajiban Pemotongan Pajak/Wajib Pajak
Pengguna Jasa Penyedia Jasa
Pemotongan Pajak Pemotongan dilakukan Penyetoran sendiri
Penghasilan pada saat pembayaran menggunakan Surat
Setor Pajak (SSP)
Penyetoran paling lama Penyetoran paling lama
tanggal 10 bulan tanggal 15 bulan
berikutnya berikutnya setelah
penerimaan pembayaran
Pelaporan SPT Masa Wajib disampaikan paling lama 20 hari setelah
PPh Final Pasal 4 ayat 2 bulan dilakukan pemotongan pajak atau penerimaan
pembayaran
Membuat Faktur Pajak - Ya
Melaporkan SPT Masa Wajib menyampaikan paling lama akhir bulan
PPN berikutnya setelah berakhirnya masa pajak
Sumber: www.pajak.go.id

Universitas Indonesia
35

Dalam pemotongan Pajak Penghasilan terkait jasa konstruksi bila pengguna


jasa adalah badan pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri, bentuk usaha tetap
atau Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri yang ditunjuk oleh Direktur Jendral
Pajak, dipotong oleh pengguna jasa pada saat pembayaran uang muka dan termin.
Bila pengguna jasa adalah selain yang disebutkan sebelumnya, maka disetor sendiri
oleh penerima penghasilan pada saat pembayaran uang muka dan termin atau diakui
terlebih dahulu sebagai utang PPh 4 ayat 2.

Universitas Indonesia
BAB 4
PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Proyek


PT. ACG merupakan perusahaan yang bergerak dibidang jasa konstruksi
bangunan bertingkat (high-rise building), yang telah membangun berbagai macam
kontruksi bangunan seperti apartement, gedung perkantoran, hotel, rumah sakit,
gedung serba guna, dan lainnya. Pada tahun 2017 PT. ACG memiliki 58 proyek,
dan pemberi kerja (owner) tidak hanya dari kalangan perusahaan BUMN (pihak
berelasi) saja, melainkan banyak dari perusahaan swasta (pihak ketiga). Proyek PT.
ACG terdiri dari proyek jangka panjang dan proyek jangka pendek. Proyek yang
tergolong jangka panjang adalah proyek dengan jangka waktu lebih dari 1 tahun,
dan yang tergolong proyek jangka pendek adalah proyek dengan jangka waktu
kurang dari 1 tahun. Tetapi dalam hal ini penulis tidak dapat mengindentifikasi
secara detail proyek yang tergolong jangka panjang dan jangka pendek dikarenakan
tidak memperoleh data, dari 58 proyek penulis hanya memperoleh 1 data proyek
yang tergolong jangka panjang yaitu proyek apartement Q. Berikut tabel 4.1 adalah
proyek yang dikerjakan oleh PT. ACG pada tahun 2017:
Tabel 4.1 Proyek PT. ACG Tahun 2017
No Jenis Proyek Nilai Proyek Owner Lokasi
1 Perkantoran A Rp 47.337.164.090 Swasta -
2 Perkantoran B Rp 18.409. 592.476 Swasta -
3 Perkantoran C Rp 246.005.637.735 BUMN Jakarta Selatan
4 Perkantoran D Rp 23.101.071.058 BUMN Jakarta Timur
5 Perkantoran E Rp 65.714.689.407 Swasta Jakarta Selatan
6 Perkantoran F Rp 58.961.864.884 Swasta Tanggerang
7 Perkantoran G Rp 19.133.055.460 Swasta Jakarta Selatan
8 Perkantoran H Rp 258.884.537.999 Swasta Tanggerang
9 Perkantoran I Rp 49.692.634.724 Swasta Jakarta Pusat
10 Perkantoran J Rp 120.558.557.474 Swasta Jakarta Utara
11 Perkantoran K Rp 36.671.121.795 Swasta Tanggerang
12 Apartement A Rp 40.471.330.012 BUMN Jakarta Selatan

36
Universitas Indonesia
37

No Jenis Proyek Nilai Proyek Owner Lokasi


13 Apartement B Rp 69.407.283.138 BUMN Bekasi
14 Apartement C Rp 27.976.308.431 BUMN Depok
15 Apartement D Rp 40.163.207.060 BUMN Bandung
16 Apartement E Rp 151.720.053.852 Swasta Tanggerang
17 Apartement F Rp 34.659.889.440 Swasta Bekasi
18 Apartement G Rp 600.925.006.000 Swasta Bekasi
19 Apartement H Rp 358.421.517.418 Swasta Jakarta Selatan
20 Apartement I Rp 84.108.000.000 BUMN Surabaya
21 Apartement J Rp 75.060.000.000 BUMN Bekasi
22 Apartement K Rp 17.424.762.421 BUMN Bekasi
23 Apartement L Rp 315.272.727.273 Swasta Depok
24 Apartement M Rp 372.296.536.364 Swasta Depok
25 Apartement O Rp 681.709.090.909 Swasta Bali
26 Apartement P Rp 113.772.853.477 Swasta Tanggerang
27 Apartement Q Rp 135.352.727.273 Swasta Tanggerang
28 Apartement R Rp 350.000.000.000 Swasta Jakarta Selatan
29 Apartement S Rp 253.785.195.093 Swasta Jakarta Selatan
30 Apartement T Rp 318.080.000.000 Swasta Tanggerang
31 Apartement U Rp 87.610.190.000 BUMN Depok
32 Apartement V Rp 167.827.300.000 BUMN Bekasi
33 Apartement X Rp 52.800.000.000 BUMN Bekasi
34 Apartement Y Rp 147.241.379.310 Swasta Jakarta Timur
35 Apartmenet Z Rp 136.363.645.055 Swasta Bogor
36 Rumah Sakit A Rp 34.237.139.746 BUMN Jakarta Timur
37 Rumah Sakit B Rp 195.197.652.028 Swasta Jakarta Selatan
38 Rumah Sakit C Rp 115.714.535.206 Swasta Tanggerang
39 Rumah Sakit D Rp 50.388.000.000 Swasta Bogor
40 Rumah Sakit E Rp 78.170.909.189 Swasta Jakarta Barat
41 Tempat Ibadah A Rp 38.440.134.445 BUMN Jakarta Pusat
42 Hotel A Rp 51.131.176.398 Swasta Bogor

Universitas Indonesia
38

No Jenis Proyek Nilai Proyek Owner Lokasi


43 Hotel B Rp 71.236.280.213 Swasta Yogyakarta
44 Hotel C Rp 88.170.909.091 Swasta Surabaya
45 Hotel D Rp 35.000.807.273 Swasta Surabaya
46 Hotel E Rp 153.350.000.000 Swasta Surabaya
47 Mall & Plaza A Rp 354.539.235.629 Swasta Tanggerang
48 Mall & Plaza B Rp 155.569.844.000 Swasta Yogyakarta
49 Mall & Plaza C Rp 143.708.413.000 Swasta Semarang
50 Mall & Plaza D Rp 185.008.000.000 Swasta Solo
51 Mall & Plaza E Rp 223.603.304.829 Swasta Lampung
52 Mall & Plaza F Rp 144.533.053.317 Swasta Tasikmalaya
53 Mall & Plaza G Rp 789.090.909.091 Swasta Bekasi
54 Pabrik A Rp 28.545.590.909 Swasta Jakarta Pusat
55 Sekolah A Rp 77.397.929.146 Swasta Tanggerang
56 Sekolah B Rp 39.950.000.000 Swasta Jawa Tengah
57 Underpass Rp 35.409.348.447 Swasta Tanggerang
58 Infrastruktur Rp 920.274.200.000 BUMN Bogor
Sumber: Data PT. ACG yang Telah Diolah Kembali

Dari data tabel diatas bahwa dapat kita lihat dari 58 proyek PT. ACG. Dapat
dilihat bahwa proyek PT. ACG terdiri dari 11 proyek perkantoran, 26 proyek
apartement, 5 proyek rumah sakit, 5 proyek hotel, 7 proyek mall dan plaza dan 6
proyek fasilitas umum. Semua transaksi dilakukan dalam satuan uang Rupiah,
dengan rata-rata dari 58 proyek sebesar Rp 165.268.107.804.

4.1.1 Nature Akun-Akun Digunakan PT. ACG


Dalam pencatatan akuntansinya, PT. ACG melakukan pencatatan dengan
meng-input data. Data yang di-input berisikan akun-akun yang terkait dengan
transaksi yang terjadi selama periode jasa dilakukan. Akun-akun tersebut memiliki
nature yang berbeda-beda sesuai dengan fungsinya dalam pencatatan. PT. ACG
menggunakan akun yang berbeda untuk pengakuan pendapatan dan pengakuan
beban yang terjadi. Berikut adalah beberapa akun pendapatan yang digunakan oleh
PT. ACG dalam pencatatan (input) data akuntansinya.

Universitas Indonesia
39

1. Akun Piutang Prestasi


Akun piutang prestasi ini adalah akun yang dipakai ketika PT. ACG
mengakui pendapatan namun, pendapatan tersebut belum dapat ditagihkan.
2. Akun Pendapatan
Akun pendapatan merupakan akun umum yang digunakan untuk
menyatakan pendapatan yang diterima atau seharusnya diterima.
3. Akun Piutang Usaha
Akun ini merupakan akun piutang yang menandakan bahwa pengakuan atas
pendapatan jasa PT. ACG sudah dapat ditagihkan sehingga menjadi piutang
bagi PT. ACG. Akun ini dipakai ketika melakukan penagihan atas
pengakuan pendapatan.
4. Akun PPN Keluaran
Merupakan akun atas PPN keluaran yang akan dipungut PT. ACG ketika
menagihkan pendapatan. Namun, sebelumnya akun ini tercatat setiap kali
PT. ACG mengakui pendapatannya.
5. Akun Uang Muka Kontrak
Akun ini merupakan akun bagian dari nilai kontrak yang diterima kontraktor
dari pemberi kerja sebelum pekerjaan dilaksanakan. Uang muka ini akan
diperhitungkan (dipotong dari pembayaran tersisa secara proporsional
dengan persen pembayaran termin).
Selain akun terkait pendapatan, PT. ACG juga memiliki akun terkait beban
yang terjadi selama proses pengerjaan proyek. Berikut adalah akun terkait beban
yang digunakan oleh PT. ACG.
1. Akun Beban Pendapatan
Akun ini merupakan akun harga pokok terhadap pendapatan yang berisikan
seluruh beban langsung yang dibebankan kedalam unit dari setiap
pengerjaan jasa.
2. Akun Beban Umum
Akun ini merupakan beban yang secara tidak langsung dapat dibebankan
kedalam setiap unit dari beban lain-lain, beban asuransi, beban
pemeliharaan, dll.

Universitas Indonesia
40

3. Akun Kas/Bank
Akun ini merupakan yang digunakan ketika PT. ACG menerima
pembayaran piutang dari klien baik dalam bentuk kas atau melalui Bank.
4. Akun Utang
Akun ini merupakan akun yang digunakan ketika PT. ACG melakukan
pengeluaran namun dibayarkan secara kredit.
5. Akun PPh 4 Ayat 2
Akun ini merupakan akun pajak penghasilan atas imbalan yang dipotong
oleh klien ketika menerima pembayaran piutang.

4.1.2 Prosedur Pengelolaan Akuntansi PT. ACG


Gambar 4.1 menggambarkan prosedur pengelolaan akuntansi PT. ACG dari
awal transaksi hingga menjasi laporan keuangan konsolidasi:

Gambar 2.1 Flow Chart Prosedur Pengelolaan Akuntansi


Sumber: SOP PT.ACG

Universitas Indonesia
41

Berikut penjelasan setiap proses akuntansi PT. ACG dari Gambaran 4.1
1. Bagian akuntansi kantor pusat melakukan verifikasi kelengkapan atau
keabsahan data dan bukti pendukung lainnya.
2. Bagian akuntansi kantor pusat melakukan entry realisasi RAB proyek atau
data penjualan ke dalam data base.
3. Bagian akuntansi melakukan verifikasi data base, dan melakukan
pengecekan biaya.
4. Bagian akuntansi melakukan entry jurnal, lalu cetak nota pembukuan
5. Bagian konsolidasi akan mengcopy data proyek-proyek atau kantor pusat
lalu posting.
6. Bagian konsolidasi melakukan evaluasi kewajaran data laporan lalu
membuat jurnal koreksi.
7. Bagian konsolidasi memproses konsolidasi lalu membuat jurnal eliminir
transaksi intern.
8. Bagian konsolidasi memposting proses penggabungan lalu cetak laporan
keuangan.
9. Bagian konsolidasi akan mlakukan konsolidasi laporan induk perusahaan
dengan proyek JO termasuk eliminir transaksi afiliasi (secara manual).
10. Bagian konsolidasi kantor pusat menyiapkan form yang dibutuhkan, lalu
memasukan data isian.
11. Bagian akuntansi kantor pusat akan mencetak laporan keuangan.
12. Bagian akuntansi kantor pusat akan membuat penjelasan dan lampiran
laporan keuangan dan mengkonsultasikan ke manajemen.
13. Bagian akuntansi kantor pusat akan meminta paraf atau tanda tangan BOD.
14. Bagian akuntansi kantor pusat akan mendistribusikan dan mengarsipkan
laporan.

4.1.3 Jenis Kontrak Konstruksi Pada PT. ACG


Dalam konsep dasar atas proyek PT. ACG, telah dijelaskan bahwa
meskipun proyek ini mengacu pada aturan PSAK No. 34 (Revisi 2016) tentang
kontrak konstruksi, tidak serta merta proyek ini mengadopsi keseluruhan aturan

Universitas Indonesia
42

yang terdapat didalamnya. Menurut PSAK No. 34 (Revisi 2016), ada dua jenis
kontrak konstruksi yaitu harga tetap dan kontrak biaya plus.
Pada bab sebelumnya, dijelaskan bahwa menurut Peraturan Pemerintah No.
29 Tahun 2000 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah,
jenis-jenis kontrak konstruksi diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis. Salah satu
dari klasifikasi tersebut adalah klasifikasi jenis kontrak berdasarkan bentuk
imbalan. Tidak hanya itu, dalam aturan ini masih ada beberapa klasifikasi lain yakni
berdasarkan jangka waktu dan berdasarkan jumlah pengguna barang/jasa.
Dalam praktiknya, PT. ACG menggunakan kontrak sistem persentase
penyelesaian. Menurut PT. ACG ada dua cara menentukan persentase penyelesaian
yaitu:
a. Lump sum
Suatu kontrak pengadaan barang atas penyelesaian barang/jasa atas
penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu dengan jumlah
harga total penawaran yang pasti dan tetap. Dengan demikian semua resiko
yang mungkin terjadi dalam proses penyelesaian pekerjaan tersebut
sepenuhnya ditanggung oleh penyedia jasa yang melakukan kontrak
tersebut, sepanjang lingkup pekerjaan atau gambar dan spesifikasi tidak
berubah.
b. Provisional sum (harga satuan)
Suatu kontrak pengadaan barang/jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan
dalam batas waktu tertentu, berdasarkan harga satuan yang pasti dan tetap
untuk setiap satuan/unsur pekerjaan dan spesifikasi teknis tertentu, yang
volume pekerjaannya masih bersifat perkiraan sementara, sedangkan
pembayarannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas volume
pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa.
Berikut tabel 4.2 merupakan perbedaan antara jenis kontrak lump sum dan
provisional sum:

Universitas Indonesia
43

Tabel 4.2 Perbedaan Jenis Kontrak Lump Sum dan Provisional Sum
Lump sum Provisional sum
1. Jumlah harga pasti dan tetap serta 1. Harga satuan pasti dan tetap untuk
tidak dimungkinkan penyesuaian setiap satuan atau unsur pekerjaan
harga; dengan spesifikasi teknis tertentu;
2. Semua risiko sepenuhnya 2. Volume atau kuantitas pekerjaanya
ditanggung oleh penyedia barang masih bersifat perkiraan pada saat
atau jasa; kontrak ditandatangani;
3. Pembayaran didasarkan pada 3. Pembayarannya didasarkan pada
tahapan produk atau keluaran yang hasil pengukuran bersama atas
dihasilkan sesuai dengan isi volume pekerjaan yang benar-benar
kontrak; telah dilaksanakan oleh penyedia
4. Sifat pekerjaan berorientasi kepada barang atau jasa; dan
keluaran (output based); 4. Dimungkinkan adanya pekerjaan
5. Total harga penawaran bersifat tambah atau kurang berdasarkan
meningkat; dan hasil pengukuran bersama atas
6. Tidak diperbolehkan adanya pekerjaan yang diperlukan.
pekerjaan tambah atau kurang.
Sumber: klc.kemenkeu.go.id
Pada kasus ini yang menjadi catatan adalah bahwa dalam provisional sum,
item pekerjaan ideal harus dicantumkan dalam RAB. Hal ini untuk mengantisipasi
kondisi lapangan apabila dimungkinkan terjadinya optimalisasi output. Maka tidak
mengherankan apabila dalam daftar kuantitas ditemukan satu item pekerjaan dalam
dokumen pemilihan harga satuannya ada namun volumenya = 0 dan harus juga
ditawarkan oleh penyedia dalam dokumen penawaran.
Untuk itu effort terhadap jenis provisional sum sangat berbeda dengan
kontrak lump sum. Berikut tabel 4.3 ilustrasi perbedaan kontrak menggunakan lump
sum dan provisional sump.
Tabel 4.3 Ilustrasi Perbedaan Kontrak Lump Sum dan Provisional Sum
Penjelasan Tentang Pekerjaan Harga Volume Satuan Total
Lumpsum Satuan
Pekerjaan bikisting 500.000 360 𝑚2 180.000.000

Universitas Indonesia
44

Penjelasan Tentang Pekerjaan Harga Volume Satuan Total


Provisional sum Satuan
Pekerjaan facade dinding precast 800.000 0 𝑚2 0
panel

PT. ACG mendapatkan 2 pekerjaan atas kontrak jasa teknik yaitu:


1. Pekerjaan-1 (Lump sum)
Jasa pembuatan struktur, facade dan beton precast di apartement Q .
2. Pekerjaan-2 (Provisional sum)
Penyelesaian/finishing atas struktur arsitektur apartement dan
pemasangan/instalasi mekanikal elektrikal dan pemipaan/plumbing.
Pada pekerjaan-1 PT. ACG menggunakan kontrak sistem lump sum. Karena
menggunakan kontrak sistem ini, tentunya PT. ACG harus dengan andal dapat
mengestimasikan nilai kontrak, biaya yang dikeluarkan, margin yang diiinginkan
dan resiko-resiko yang mungkin terjadi selama kontrak berjalan.
Oleh karena itu, PT. ACG terlebih dahulu akan membuat sebuah rancangan
biaya yang dibuat berdasarkan berbagai pertimbangan untuk mengantisipasi
kerugian yang dapat disebabkan oleh kebijakan moneter yang dilakukan
pemerintah. Namun, apabila ditengah kontrak terjadi kenaikan harga-harga seperti
harga sewa alat, harga perlengkapan jasa, ataupun upah pekerja, maka PT. ACG
akan mengajukan amandemen ulang terhadap ketentuan biaya kontrak dengan
kliennya.
Pada saat PT. ACG membuat suatu nilai kontak, keseluruhan anggaran
biaya sudah ditambah PPN sebesar 10%. Nilai kontrak ini pun sudah termasuk
keuntungan yang ingin didapatkan dengan nilai margin kisaran 10% - 30% dengan
proyek yang didapat. Namun PT. ACG biasanya tidak akan mengambil keuntungan
yang terlalu tinggi agar nilai kontrak dapat diperkecil sehingga kemungkinan untuk
mendapatkan tender proyek lebih besar.
Pada pekerjaan-2 PT. ACG menggunakan Provisional sum dimana biaya
pekerjaan tersebut masih sebatas perkiraan yang oleh karenanya pula untuk
menentukan jumlah pembayaran biaya pekerjaan secara pasti para pihak sepakat
bahwa atas setiap kemajuan pekerjaan akan dilakukan pengukuran bersama atas
volume pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh PT. ACG selaku penyedia jasa.

Universitas Indonesia
45

Pada Tugas Karya Akhir ini, penulis hanya membahas menggunakan


metode lump sum, dikarenakan selama magang hanya berkesempatan membantu
audit terhadap proyek yang perhitungan persentase penyelesaiannya berdasarkan
metode lump sum.

4.2 Ilustrasi Kontrak Proyek PT. ACG


Pendapatan PT. ACG diakui dengan berdasarkan metode persentase
penyelesaian. Persentase penyelesaian ditetapkan berdasarkan kemajuan fisik
proyek dan berita acara yang ditandatangani pihak PT. ACG dan klien. Sementara
itu, laba yang diakui apabila hasil kontrak tersebut dapat diestimasi secara andal.
Perusahaan mengakui laba pada periode tertentu dengan metode persentase
penyelesaian, tahap penyelesaian ditentukan dengan mengacu pada proporsi biaya
yang terjadi sampai dengan tanggal posisi laporan keuangan terhadap estimasi
jumlah biaya untuk setiap kontrak. Seluruh kerugian yang diantisipasi termasuk
jumlah kerugian yang berhubungan dengan pekerjaan kontrak pada masa
mendatang, diakui pada periode kerugian tersebut diidentifikasikan. Kerugian yang
biasanya terjadi adalah penambahan biaya akibat adanya penambahan elemen nilai
kontrak dari nilai kontrak sebelumnya.
Pada sub bab ini, penulis menggambarkan sejauh mana implementasi PSAK
No. 34 yang dijadikan sebagai acuan terhadap pendapatan PT. ACG. Untuk lebih
memudahkan dalam penjelasannya, maka penulis akan membuat sebuah ilustrasi
proyek PT. ACG misalnya proyek apartement Q yang terdapat pada tabel 4.1 No.
27 pada halaman 37. Hal ini dikarenakan pada proyek apartement Q data yang
diperoleh penulis adalah data yang paling lengkap.

4.2.1 Proyek Apartement Q


Pada tanggal 28 April 2017, PT. ACG menerima kontrak atas jasa teknik
dari hasil memenangkan tender PT. MAP (swasta). Kontrak jasa teknik yaitu:
1. Pekerjaan-1 (Lump sum)
Jasa pembuatan struktur, facade dan beton precast di apartement Q dengan
nilai kontrak Rp 57.170.909.091.

Universitas Indonesia
46

2. Pekerjaan-2 (Provisional sum)


Penyelesaian/finishing atas struktur arsitektur apartement dan
pemasangan/instalasi mekanikal elektrikal dan pemipaan/plumbing dengan
nilai kontrak Rp 78.181.818.182.
Berikut tabel 4.4 gambaran timeline pekerjaan 1 dan pekerjaan 2, detail
schedule pelaksaan proyek telampir di Lampiran 1.
Tabel 4.4 Timeline Pelaksanaan Pekerjaan
Pekerjaan Waktu Pekerjaan Nilai Kontrak Uang Muka 10% Nilai Retensi
1 Juli 2017 - Oktober 2018 Rp 57,170,909,091 Rp 5,717,090,909 Rp 2,858,545,455
2 Juni 2018 - Maret 2019 Rp 78,181,818,182 Rp 7,818,181,818 Rp 3,909,090,909
Sumber:Data PT. ACG yang Telah Diolah Kembali

Total nilai kontrak proyek Apartement Q sebesar Rp 135.352.727.273,


dengan uang muka sebesar 10% dan retensi sebesar 5% dari masing-masing nilai
kontrak. Kontrak kerja adalah kontrak jangka panjang yang akan berlangsung
selama 1 tahun 9 bulan yang pekerjaannya akan dimulai pada 28 April 2017 hingga
20 Oktober 2018. Pada awal kontrak PT. ACG dan PT. MAP telah menyetujui term
penagihan 1 pendapatan dan tidak ada batasan minimum term penagihan, PT. MAP
menyetujui jika PT. ACG melakukan penagihan setiap bulannya berdasarkan %
penyelesaian. Term penagihan diukur berdasarkan pencapaian kemajuan pekerjaan
setiap bulannya hingga selesai mencapai 100%. Term ini berfungsi sebagai waktu
dimana PT. ACG dapat menagihkan dan menerima pendapatan jasanya.
Setelah memenangkan lelang, PT. ACG membuat kontrak yang disiapkan
oleh project manager, dan direview oleh manajemen produksi serta disetujui oleh
manajemen pengembangan bisnis. Atas dasar pertimbangan dari divisi
pengembangan bisnis, maka dibuat Rancangan Anggaran Pendapatan (RAP) dan
Rancangan Anggaran Biaya (RAB) proyek oleh manajemen keuangan dan sdm
untuk menghitung estimasi laba kotor yang diinginkan. Tabel 4.5 menggambarkan
laba kontrak yang diharapkan.

Universitas Indonesia
47

Tabel 4.5 Perhitungan Estimasi Laba Kontrak yang diharapkan


Estimasi Nilai Kontrak
Deskripsi
Proyek Apartement Q
Nilai Kontrak Rp135.352.727.273
Estimasi Beban Proyek Rp123.767.687.763
Estimasi Laba Kotor Rp11.585.039.509
Sumber: Data PT. ACG yang Telah Diolah Kembali
Tabel 4.5 menunjukkan estimasi beban proyek yang terdiri dari biaya
langsung, biaya tidak langsung dan overhead adalah sebesar Rp123.767.687.763
sehingga nilai estimasi laba kotor yang diestimasikan akan didapat adalah sebesar
Rp11.585.039.509, atau 8,56% dari estimasi pendapatan sebesar
Rp135.352.727.273.
Berikut timeline pekerjaan proyek apartement Q:

4.2.2 Kontrak Proyek Apartement Q

Kontrak proyek Apartement Q yang terletak dikawasan Bintaro dibuat pada


tahun 2017. Rangkuman kontrak proyek untuk Sekolah:

Pihak Pertama : PT. MAP (Swasta)

Pihak Kedua : PT. ACG

Nilai Kontrak (termasuk PPN) : Rp148.888.000.000


(Rp135.352.727.273 + Rp13.535.272.727)
Nilai Kontrak (diluar PPN) : Rp135.352.727.273

Universitas Indonesia
48

Jangka Waktu Pelaksanaan : 540 (lima ratus empat puluh) hari kalender
1 tahun 9 bulan (Jangka Panjang)

Masa Pemeliharaan : 365 (tiga ratus enam puluh lima) hari


terhitung tanggal Berita Acara Serah Terima
I (pertama).

Pembayaran : dibayarkan berdasarkan progress bulanan


(monthly progress payment).
Kontrak ini merupakan kontrak konstruksi dengan harga tetap, didukung
dari PSAK 34 (Revisi 2016) paragraf 2, syarat kontrak harga tetap adalah
kontraktor telah menyetujui nilai kontrak yang telah ditentukan, atau tarif tetap
yang telah ditentukan per unit output, dan dalam beberapa hal tunduk pada
ketentuan kenaikan biaya. Nilai kontrak diluar PPN sebesar Rp135.352.727.273.
Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan jasa apartement Q adalah 540 (lima ratus
empat puluh) hari kalender sejak Surat Perintah Kerja (kontrak konstruksi) dan
serah terima lahan sampai dengan Serah Terima Petama (BAST I).

4.2.3 Uang Muka Kontrak


Pada sub bab ini penulis hanya membahas pada pekerjaan-1. Ketika
pekerjaan jasa akan dimulai, tentunya PT. ACG akan menerima uang muka kontrak.
Uang muka kontrak adalah uang yang diberikan diawal kepada pemberi jasa yang
digunakan sebagai modal awal untuk biaya-biaya yang akan dikeluarkan diawal
kontrak mulai. Uang muka ini juga dapat dianggap sebagai tanda jadi bahwa pihak
pemilik proyek (PT. MAP) bersedia memakai jasa teknik PT. ACG untuk
mengerjakan pekerjaan jasa. Nilai dari uang muka kontrak diberikan diawal
biasanya berkisar antara 10% sampai dengan 25% tergantung kesepakatan
persetujuan.
Diawal kontrak PT. ACG menerima uang muka dari pekerjaan-1 sebesar
10% dari nilai kontrak Rp 57.170.909.091 (diluar PPN) atau sebesar
Rp5.717.090.909. berikut perhitungan dan pencatatan yang dilakukan PT. ACG
saat menerima uang muka kontrak:

Universitas Indonesia
49

• Uang muka kontrak


10% x Rp 57.170.909.091 : Rp 5.717.090.909

• PPN Keluaran
10% x Rp 5.717.090.909 : Rp 571.709.090

Atas uang muka yang diterima PT. ACG melakukan pencatatan (dalam rupiah).

29 Mei 2017 Bank 6.288.799.999


PPN Keluaran 571.709.090
Uang muka Kontrak 5.717.090.909

Uang muka kontrak yang diterima diawal oleh PT. ACG ini nantinya akan
menjadi pengurang piutang yang dibayarkan pemberi kerja karena pihak PT. ACG
telah menerima 10% pembayaran awal dari total nilai kontrak. Nilai dari uang muka
ini akan menjadi pengurang terhadap pendapatan yang ditagihkan dan diterima oleh
PT. ACG. Uang muka ini dicatat ketika waktu penagihan dan penerimaan
pendapatan tiba sebagai control bahwa ada pendapatan yang sudah diterima diawal
dan akan mengurangi piutang yang ditagihkan. Uang muka ini akan dicatat sebagai
liabilitas pada laporan keuangan.
Berikut tabel 4.6 schedule pengembalian uang muka kontrak berdasarkan %
penyelesaian pekerjaan. Pada TKA ini penulis hanya membahas hingga bulan
Agustus, detail schedule telampir di Lampiran 2.

Tabel 4.6 Schedule Pengembalian Uang Muka Kontrak


Bulan Tanggal Nilai Pengembalian Persentase
Penyerahan
Tagihan Uang Muka Penyelesaian
Kwitansi
Juli Agustus 46.994.487 0,822%
Agustus Oktober 43.808.709 0,766%
Sumber: Data PT. ACG yang Telah Diolah Kembali
Terkait persentase penyelesaian akan dijelaskan pada sub bab 4.2.5
halaman 52.

Universitas Indonesia
50

4.2.4 Retensi
Retensi adalah jaminan pemeliharaan terhadap pekerjaan yang telah
diselesaikan oleh PT. ACG. Retensi ini nilainya 5% dari total kontrak, nilai retensi
bisa berkurang jika terdapat kerusakan. Retensi dikembalikan setelah kontrak
selesai ditambah dengan masa pemeliharaan yang telah disetujui di dalam kontrak,
yaitu 365 hari kalender dari proyek telah selesai atau sampai bulan Oktober 2018,
ditandai dengan telah ditandatanganinya Berita Acara Berakhirnya Masa
Pemeliharaan.
Ketika PT. ACG menagihkan pendapatannya, maka nilai retensi ini akan
masuk dalam nilai revenue dikarenakan ada nilai kontrak 5% yang menjadi jaminan
yang belum diberikan klien kepada PT. ACG. Namun, ketika penerimaan
pendapatan diterima oleh PT. ACG nilai yang diterima dikurangi dengan retensi
yang masih ditahan sebagai jaminan. Pencatatan terhadap retensi ini sebagai control
oleh PT. ACG untuk mengetahui berapa nilai dari revenue yang masih ditahan
hingga masa retensi selesai. Berikut adalah pencatatan retensi menurut PT. ACG:
Piutang Retensi 6.767.636.364
Piutang Usaha 6.767.636.364
*5% x Rp 135.352.727.273

Jurnal seperti di atas, akan dicatat oleh PT. ACG ketika pihaknya sudah
menerima pendapatan proyek namun tidak termasuk didalamnya retensi.
Pencatatan ini menandakan bahwa masih ada nilai pendapatan yang masih tertahan
sebagai jaminan yakni, retensi.
Diasumsikan selama masa pemeliharaan, tidak terdapat kerusakan atau hal
lain yang tidak sesuai dengan kontrak. Maka klien wajib membayar sisa piutang
yang dijadikan jaminan pemeliharaan tersebut ke PT. ACG. Berikut adalah jurnal
ketika pembayaran retensi diterima

Piutang Usaha 6.767.636.364


Piutang Retensi 6.767.636.364
*5% x Rp 135.352.727.273

Universitas Indonesia
51

Bank 6.767.636.364
Piutang Usaha 6.767.636.364

4.2.5 Proses Pencatatan Pendapatan PT. ACG


Pada setiap bulannya PT. ACG akan membuat monthly progress report.
Monthly progress report adalah dokumen yang berisikan kemajuan pekerjaan dan
klaim pengakuan pendapatan bulanan PT. ACG. PT. ACG menggunakan metode
persentase penyelesaian seperti yang terdapat dalam PSAK No. 34 (Revisi 2016)
dalam mengakui pendapatan. Metode pengakuan pendapatan dengan persentase
penyelesaian adalah metode pengakuan yang banyak digunakan oleh perusahaan
yang memiliki kontrak kerja jangka panjang. Ada beberapa kondisi yang harus
dipenuhi untuk menerapkan kondisi ini yaitu seperti pendapatan yang harus diukur
secara handal. Jika tidak, maka kontraktor akan menanggung kerugian kontrak
kerja belangsung.
Tentunya sangat erat hubungan suatu biaya dengan pendapatan. Kontrak
konstruksi memiliki kekhususan dalam pendapatannya dimana sejak awal kontrak
disepakati, kontraktor harus dapat dengan andal mengestimasi seluruh biaya yang
akan dikeluarkan dan margin yang diinginkan sehingga ia akan memperoleh
pendapatan yang layak sesuai jasa yang diberikan. Jika diawal perusahaan tidak
kometen dalam menentukan hal tersebut maka kerugian sepanjang kontrak akan
ditanggungnya.
Telah dijelaskan dalam landasan teori pada bab 3, menurut PSAK No. 34
(Revisi 2016), terdapat dua metode pengakuan pendapatan yaitu metode pemulihan
biaya dan metode persentasi penyelesaian. Metode persentase penyelesaian adalah
metode pengakuan pendapatan dengan menggunakan term yang digunakan sebagai
acuan terhadap persentase penyelesaian jasa yang sudah dapat ditagihkan
pendapatannya kepada klien.
Namun, terdapat perbedaan metode terhadap pengakuan pendapatan yang
dipakai PT. ACG. Hal ini dikarenakan PT. ACG mengakui pendapatannya setiap
akhir bulan bersama dengan dikirimnya monthly progress report.

Universitas Indonesia
52

Pada ilustrasi sebelumnya, diketahui bahwa sejak awal PT. ACG penagihan
dan penerimaan pendapatan dilakukan berdasarkan pencapaian kemajuan pekerjaan
setiap bulannya (monthly progress payment), setiap term tidak ada batasan minimal
penagihan pembayaran.

1. Pengakuan Beban
Biaya proyek apartement seperti biaya langsung, biaya tidak langsung dan
overhead. PT. ACG akan mengakui biaya langsung dan tidak langsung jika
ditandatangani oleh Manajer Proyek dan akan mengakui biaya overhead jika
ditandatangani oleh Kepala Proyek dan Logistik. Adapun yang termasuk kedalam
biaya langsung, tidak langsung dan overhead adalah sebagai berikut:
1. Biaya Langsung, yaitu biaya yang dibebankan langsung kedalam
proyek dan dicatat sebagai harga pokok pendapatan. Contoh beban ini
adalah beban upah pekerja bangunan, beban bahan, beban peralatan,
dan beban sub kontraktor
2. Biaya tidak langsung, yaitu biaya umum dan administrasi yang tidak
dibebankan langsung ke dalam proyek melainkan dicatat secara
terpisah. Contoh dari beban ini adalah beban biaya bank atas provisi,
beban asuransi
3. Biaya overhead seperti biaya atas persediaan yang digunakan.
Identifikasi atas biaya langsung atau tidak langsung berdasarkan dokumen
kartu monitoring termin yang diotorisasi oleh Project Manager dan Direktur
Produksi.
A. Periode Pelaporan Juli 2017
Pada Juli 2017, diketahui bahwa proyek PT. ACG telah
mengeluarkan beban langsung sebesar Rp936.878.000 sehingga jurnal
beban langsung adalah:

Beban Pokok Pendapatan 936.878.000


Bank/Utang/Material 936.878.000
Pada Juli 2017, selain beban langsung PT. ACG juga mencatat
beban tidak langsung. Selama bulan Juli 2017 beban tidak langsung yang

Universitas Indonesia
53

sudah dikeluarkan adalah sebesar Rp48.998.000 Maka jurnal yang dicatat


oleh PT. ACG adalah sebagai berikut:
Beban umum 48.998.000
Kas/Bank/Utang 48.998.000

B. Periode Pelaporan Agustus 2017


Pada Agustus 2017, diketahui bahwa proyek PT. ACG telah
mengeluarkan beban langsung sebesar Rp 919.072.000 sehingga jurnal
beban langsung adalah:

Beban Pokok Pendapatan 873.394.000


Bank/Hutang/Material 873.394.000
Pada Agustus 2017, selain beban langsung PT. ACG juga mencatat
beban tidak langsung. Selama bulan Juli 2017 beban tidak langsung yang
sudah dikeluarkan adalah sebesar Rp94.181.121 Maka jurnal yang dicatat
oleh PT. ACG adalah sebagai berikut:
Beban umum 45.678.000
Kas/Bank/Hutang 45.678.000

Berikut tabel 4.7 rekap beban selama bulan Juli dan Agustus.
Tabel 4.7 Rekap Beban Selama Bulan Juli dan Agustus:
Beban Juli Agustus Total
HPP Rp 936.878.000 Rp 873.394.000 Rp 1.810.272.000
Beban Umum Rp 48.998.000 Rp 45.678.000 Rp 94.676.000

4. Pengakuan Pendapatan
PT X mengakui pendapatan dengan persentase penyelesaian karena
mengikuti kebijakan perusahaan. Pendapatan diakui berdasarkan persentase
nilai termin penagihan kontrak. Dasar pencatatan pendapatan adalah Berita
Acara Kemajuan Pekerjaan (BAKP). BAKP berisi tentang persentase
kemajuan kerja yang terjadi dilapangan dan dibuat setiap bulan. BAKP
berisi tentang persentase kemajuan kerja yang terjadi dilapangan. BAKP
dibuat setiap bulan oleh Kepala Proyek dan Konsultan Teknik, dirivew oleh

Universitas Indonesia
54

Kepala Proyek, ditandatangani oleh Kepala Proyek dan disetujui oleh


Direktur Produksi. Contoh Dokumen BAKP terlampir di Lampiran 3.
Pada akhir periode pelaporan, bagian akuntansi proyek melakukan
penyesuaian antara persentase kemajuan kerja yang ada di BAKP dan
pendapatan yang telah diakui berdasarkan termin penagihan.
Tabel 4.8 menunjukkan biaya proyek yang sudah dikeluarkan PT.
ACG dan persentase penyelesaiannya.
Tabel 4.8 Beban dan Persentase Penyelesaiannya
Total Pengeluaran Persentase
Bulan RAB
Biaya Penyelesaian
Juli Rp 985.876.000 Rp119.936.230.000 0,822%
Agustus Rp 919.072.000 Rp119.936.230.000 0,766%
Sumber: Data PT. ACG yang Telah Diolah Kembali
Tabel 4.8 menunjukkan beban proyek terkait dengan biaya yang sudah
dikeluarkan. Persentase penyelesaian didapat dari biaya yang dikeluarkan
dibandingkan dengan RAB. Berikut perhitungan persentase penyelesaian
periode Juli dan Agustus.

1. Bulan Juli
Pendapatan yang diakui pada Juli 2017 adalah 0,822% berdasarkan prestasi
pekerjaan yang telah dikerjakan yang dibuat oleh Kepala Proyek dan
Konsultan Teknik. Berikut perhitungan pekerjaan konstruksi dihitung
menggunakan rumus seperti ini:

Biaya yang terjadi / Total Estimasi Biaya = Persentase Proyek


Rp 985.876.000 / Rp 119.936.230.000 = 0,822%

2. Bulan Agustus
Pendapatan yang diakui pada Agustus 2017 adalah 0,766% berdasarkan
prestasi pekerjaan yang telah dikerjakan yang dibuat oleh Kepala Proyek
dan Konsultan Teknik.Berikut perhitungan pekerjaan konstruksi dihitung
menggunakan rumus seperti ini:

Biaya yang terjadi / Total Estimasi Biaya = Persentase Proyek


Rp 919.072.000 / Rp 119.936.230.000 = 0,766%

Universitas Indonesia
55

• Periode Pelaporan Bulan Juli 2017


Pada bulan Juli 2017, PT. ACG mengakui pendapatan terkait proyek
apartement Q 0,822%, berdasarkan prestasi pekerjaan. Pada Bulan Juli 2017
nilai pendapatan yang diakui dan pencatatannya adalah:
Pendapatan
Nilai Kontrak (diluar PPN) : Rp 135.353.557.814
Persentase termin I : 0,822%
Pendapatan termin I (0,822% x 135.353.557.814) : Rp 1.112.606.245

Uang Muka dan Retensi


Pengembalian UM (0,822% x Rp5.717.090.909) : Rp 46.994.487
Pemotongan retensi (5% x Rp1.112.606.245) : Rp 55.630.312 +
Total potongan : Rp 102.624.799

Jumlah pendapatan Juli 2017 : Rp 1.112.606.245


Dikurangi: uang muka dan retensi : Rp (102.624.799) -
Pendapatan bersih : Rp 1.009.981.445*
PPN (pendapatan bersih x 10%) : Rp 100.998.144*+
Jumlah pembayaran saat ini : Rp 1.110.979.590*

Jurnal pengakuan pendapatan termin I dalam Rupiah


18 Agust 2017 Piutang prestasi 1.110.979.590
PPN Keluaran 100.998.114
Pendapatan 1.009.981.445
*Angka diatas

• Periode Pelaporan Bulan Agustus 2017


Pada bulan Agustus 2017, PT. ACG mengakui pendapatan terkait proyek
apartement Q 0,766%, berdasarkan prestasi pekerjaan. Pada Bulan Agustus
2017 nilai pendapatan yang diakui dan pencatatannya adalah:

Universitas Indonesia
56

Pendapatan
Nilai Kontrak (diluar PPN) : Rp 135.353.557.814
Persentase termin II : 0,766%
Pendapatan termin II (0,766% x 135.353.557.814) : Rp 1.037.168.952

Uang Muka dan Retensi


Pengembalian UM (0,766% x Rp5.717.090.909) : Rp 43.808.709
Pemotongan retensi (5% x Rp1.037.168.952) : Rp 51.858.448+
Total potongan : Rp 95.667.156

Jumlah pendapatan Agustus 2017 : Rp 1.037.168.952


Dikurangi: uang muka dan retensi : Rp 95.667.156 -
Pendapatan bersih : Rp 941.501.795
PPN (pendapatan bersih x 10%) : Rp 94.150.180 *+
Jumlah pembayaran saat ini : Rp 1.035.651.975*

Jurnal pengakuan pendapatan termin II dalam Rupiah

02 Okt 2017 Piutang prestasi 1.035.651.975


PPN Keluaran 94.150.180
Pendapatan 941.501.795
*Angka diatas

5. Penagihan Piutang
PT. ACG melakukan penagihan piutang berdasarkan Berita Acara
Kemajuan Pekerjaan (BKAP) yang ditandatangani oleh Kepala Proyek,
Konsultan Teknik, dan disetujui oleh Pemberi Kerja. Penagihan dilakukan
jika sudah masuk ke tanggal termin pembayaran. Atas penerimaan uang
muka dan penagihan piutang, bagian akuntansi membuat kartu monitoring
termin yang terlampir di Lampiran 4. Contoh surat penagihan ke klien
terlampir di Lampiran 5. Dan Contoh dokumen penagihan di Lampiran 6.

Universitas Indonesia
57

• Periode pelaporan Juli 2017


Periode penagihan bulan Juli 2017 diakui pada saat tanggal penyerahan
kwitansi, yaitu pada 18 Agustus 2017. Bagian Akuntansi Proyek membuat
jurnal pencatatan untuk penagihan Juli 2017, di termin I (dalam Rupiah).

Pendapatan
Pendapatan yang diakui di termin I (0,822%) :Rp1.112.606.245
Dikurangi: uang muka yang diakui di termin I (0,822%) :Rp 46.994.487
Dikurangi: pengembalian retensi di termin I (5%) :Rp (55.630.312) -
Pendapatan bersih termin I :Rp1.009.981.445
PPN Keluaran (10%) :Rp100.998.144 +
Piutang yang ditagihkan termin I :Rp1.110.979.590

18 Agust 2017 Piutang Usaha 1.110.979.590


Piutang Prestasi 1.110.979.590

• Periode pelaporan Agustus 2017


Periode penagihan bulan Agustus 2017 diakui pada saat tanggal penyerahan
kwitansi, yaitu pada 02 Oktober 2017. Bagian Akuntansi Proyek membuat
jurnal pencatatan untuk penagihan Agustus 2017, di termin II (dalam
Rupiah).

Pendapatan
Pendapatan yang diakui di termin II (0,766%) :Rp1.037.168.952
Dikurangi: uang muka yang diakui di termin II (0,766%):Rp 43.808.709
Dikurangi: pengembalian retensi di termin II (5%) :Rp (51.858.448)-
Pendapatan bersih termin II :Rp 941.501.796
PPN Keluaran (10%) :Rp 94.150.180 +
Piutang yang ditagihkan termin II :Rp1.035.651.975

02 Okt 2017 Piutang Usaha 1.035.651.975


Piutang Prestasi 1.035.651.975

Universitas Indonesia
58

6. Pelunasan Piutang
Penagihan yang akan dilakukan sudah tidak termasuk uang muka
termin I dan II dan retensi termin I dan II. Berikut adalah perhitungan
penagihannya:
Total piutang yang ditagih
Bulan Juli 2017 : Rp 1.110.979.590
Bulan Agustus 2017 : Rp 1.035.651.975 +
Total 2017 Rp 2.146.631.565

Masing-masing nilai diatas sudah termasuk dengan nilai PPN 10%.


Hal ini dikarenakan nilai piutang pada jurnal penagihan sudah termasuk
PPN. Kemudian, ketika menerima pembayaran piutang atas jasa, nilai
piutang sebenarnya yang ditagihkan adalah Rp 2.146.631.565. hal ini
dikarenakan PT. ACG telah menerima pembayaran uang muka yang akan
dialokasikan berdasarkan termin penagihan dan penerimaan pembayaran
dan nilai piutang yang menjadi piutang retensi
Bukti penerimaan kas dibuat bagian keuangan saat penerimaan
pembayaran piutang usaha. Bulan Agustus 2017, belum menerima
pembayaran dari klien. Bulan Juli 2017 PT. ACG hanya menerima
pembayaran bulan sebesar Rp600.000.000 (perhitungan dipungut PPh 4
ayat 2 sebesar 3% yang akan dipotong klien, seperti berikut:

• Total piutang yang ditagih = Rp 2.146.631.565


Piutang yang diterima pembayarannya = Rp (600.000.000)
PPh 4 ayat 2 (3% x Rp 1.951.483.241) = Rp (58.544.497)
Piutang usaha yang belum dibayar = Rp 1.488.087.068

Jadi, jurnal penerimaan pendapatannya adalah seperti berikut:


17 Okt 2017 Bank 600.000.000
PPh 4 ayat 2 58.544.497
Hutang Usaha 1.488.087.068
Piutang Usaha 2.146.631.565

Universitas Indonesia
59

Berikut tabel 4.9 Rekapitulasi Proyek Apartement Q


Mei Juli Agustus Oktober Total
Piutang Usaha Piutang yang ditagih Piutang yang ditagih Pembayaran Bulan Juli
Rp 1,488,087,068
Rp1,110,979,590 Rp1,035,651,975 -Rp 658,544,497
UM 10% Pengembalian UM I Pengembalian UM II
Uang Muka Rp 90,804,555
Rp 6,288,800,000 Rp 46,994,487 Rp 43,810,068
Potongan Retensi I Potongan Retensi II
Retensi Rp 107,488,760
Rp 55,630,312 Rp 51,858,448
Pendapatan Bersih I Pendapatan Bersih II
Pendapatan Rp 2,149,775,197
Rp 1,112,606,245 Rp 1,037,168,952
Beban Pendapatan Beban Pendapatan
Rp 1,810,272,000
Rp 936,878,000 Rp 873,394,000
Beban
Beban Umum Beban Umum
Rp 94,676,000
Rp 48,998,000 Rp 45,678,000

Sumber: Data PT. ACG yang telah diolah kembali

7. Penyajian dilaporan Keuangan

Penulis akan menyajikan laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi
terkait proyek apartement, yang berasal dari perhitungan sebelumnya.

PT. ACG
Laporan Posisi Keuangan
Per Desember 2017
(Disajikan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
ASET
Aset Lancar
Piutang Usaha – Bersih 1.488.087.068
Total 1.488.087.068
Liabilitas
Liabilitas Lancar
Uang Muka 90.804.555
Total 90.804.555
Nilai piutang usaha berasal dari pena gihan termin 2 dan sisa termin
yang belum dibayarkan. Saldo piutang usaha pada akhir tahun 2017 sebesar
Rp1.488.087.068. Pada piutang usaha tidak terdapat penurunan nilai karena
dinilai dapat tertagih

Universitas Indonesia
60

Akun uang muka pemberi kerja merupakan uang muka yang


diterima dari pemberi kerja diawal kontrak secara berkala diperhitungkan
dengan tagihan termin. Saldo uang muka pemberi kerja jangka panjang pada
tanggal Agustus 2017 sebesar Rp 90.804.555
PT. ACG
Laba Rugi (Sebagian)
Untuk Tahun Yang Berakhir Pada 31 Desember 2017
(Disajikan dalam Rupiah)
Pendapatan 2.149.775.197
Beban Pendapatan 1.810.272.000
Laba Kotor 339.503.197
Beban Umum 94.676.000
Laba dari usaha sebelum pajak 244.827.197
Pada periode pelaporan 2017, saldo pendapatan adalah
Rp2.149.775.197, atas pendapatan usaha ini PT. ACG mencatat nilai beban
pendapatan terdiri dari beban upah, bahan, alat, dan sub kontraktor. Nilai
beban umum berasal dari beban lain-lain.

4.3 Analisis Proyek Apartement Q


PT. ACG mengakui mengakui pendapatan dari persentase
penagihan yang disesuaikan dengan persentase penyelesaian yang terjadi
dilapangan. PSAK 34 (Revisi 2016) paragraf 30, tahap penyelesaian suatu kontrak
dapat ditentukan dalam berbagai cara. Perusahaan menggunakan metode yang
mengukur secara andal pekerjaan yang dilakukan. Bergantung pada sifat kontrak,
metode tersebut antara lain meliputi:
a. Proporsi biaya kontrak yang terjadi untuk pekerjaan yang dilaksanakan sampai
tanggal perhitungan dibandingkan dengan estimasi total biaya;
b. Survei atas pekerjaan yang telah dilaksanakan; dan
c. Penyelesaian suatu bagian secara fisik daari pekerjaan kontrak.
Pengakuan pendapatan PT. ACG sudah sesuai PSAK 34 (Revisi 2016) paragraf 30
huruf b.

Universitas Indonesia
61

4.4 Perbandingan Pencatatan Akuntansi PT. ACG dan PSAK


Berdasarkan ilustrasi diatas, diketahui bentuk pencatatan yang digunakan
oleh PT. ACG dalam pengakuan pendapatannya. Namun, ada beberapa perbedaan
tentunya dalam metode pencatatan yang dilakukan oleh PT. ACG dengan
pencatatan yang dilakukan oleh PSAK 34 (Revisi 2016). Oleh karena itu penulis
akan membuat perbandingan pencatatan yang dilakukan oleh PT. ACG dan
pencatatan yang dilakukan oleh PSAK 34 (Revisi 2016) seperti berikut ini:

1. Pengakuan Uang Muka Proyek


PSAK No. 34 PT. ACG
Bank xxx Bank xxx
Uang muka kontrak xxx Uang muka kontrak xxx
PPN keluaran xxx PPN keluaran xxx

Tidak terdapat perbedan dalam pencatatan uang muka kontrak menurut PT.
ACG dan menurut PSAK No. 34 (Revisi 2016).

2. Pengakuan Pengeluaran Proyek


PSAK No. 34 PT. ACG
Konstruksi dlm pengerjaan xxx Beban pokok pendapatan xxx
Kas/Hutang/Material xxx Kas/Hutang/Material xxx

Pada pencatatan pengeluaran proyek,antara PT. ACG dan PSAK 34 (Revisi


2016) memiliki perbedaan pada akun yang digunakan. PT. ACG mendebit akun
Beban Pokok Pendapatan, untuk mencatat beban yang dikeluarkan untuk
menyelesaikan proyek. PT. ACG mencatat sebagai ebban karena langsung
membebankan biaya proyek yang terjadi. Sedangkan PSAK 34 (Revisi 2016),
mendebit akun Konstruksi dalam Pengerjaan sebagai aset, karena akan diakui
sebagai beban saat mengakui pendapatan. Pencatatan beban konstruksi antara PT.
ACG dan PSAK (Revisi 2016) secara garis besar memiliki fungsi yang sama,
karena nilai Konstruksi dalam Pengerjaan merupakan biaya yang dikeluarkan
ditambah laba yang diakui.

Universitas Indonesia
62

3. Pengakuan Pendapatan dan Penagihan Piutang atau Kemajuan Proyek


PSAK No. 34 PT. ACG
Pengakuan Pendapatan: Pengakuan Pendapatan:
Beban Konstruksi xxx Piutang Prestasi xxx
Konstruksi dlm Pengerjaan xxx Pendapatan xxx
PPN Keluaran xxx PPN Keluaran xxx
PSAK No. 34 PT. ACG
Penagihan Piutang: Penagihan Piutang:
Piutang Usaha xxx Piutang Usaha xxx
Tagihan Kemajuan Proyek xxx Piutang Prestasi xxx

Pencatatan pengakuan pendapatan antara PT. ACG dan PSAK No. 34


(Revisi 2016) memiliki perbedaan pada akun yang digunakan. PT. ACG mendebit
akun Piutang Prestasi karena pekerjaan sudah mencapai target untuk termin
penagihan, namun belum ditagihkan. Sedangkan PSAK No.34 (Revisi 2016),
mengakui beban bersamaan dengan pendapatannya dan mengakui laba kotor
dengan akun Konstruksi dalam Pengerjaan. Secara garis besar fungsi akun Piutang
Prestasi dan Konstruksi dalam Pengerjaan adalah sama. Pendapatan diakui PT.
ACG dengan mengakui piutang prestasi. Konstruksi dalam Pengerjaan adalah
ebban ditambah laba kotor yang disimpulkan adalah nilai pendapatan.
Pencatatan penagihan piutang antara PT. ACG dan PSAK No. 34 (Revisi
2016) memiliki perbedaan pada akun yang digunakan. PT. ACG mengkredit akun
Piutang Prestasi karena sebelumnya sudah mengakui pendapatan yang belum dapat
ditagihkan, namun karena sudah masuk termin penagihan maka PT. ACG mengakui
dengan mendebet akan Piutang Usaha. Sedangkan PSAK No.34 (Revisi 2016)
langsung mengakui dengan akun Piutang Usaha karena ditagihkan saat masuk
waktu penagihan dan mengkredit akun Tagihan Kemajuan Proyek untuk
menentukan besarnya tagihan kepada pemberi kerja. Secara garis besar fungsi akun
Piutang Prestasi dan Tagihan kemajuan proyek adalah sama. Nilai piutang prestasi
dan piutang usaha adalah sama. Tagihan kemajuan proyek adalah nilai untuk

Universitas Indonesia
63

mengakui piutang usaha, berarti njilai tagihan kemajuan proyek dan piutang
prestasi adalah sama.

4. Penerimaan Piutang
PSAK No. 34 PT. ACG
Bank xxx Bank xxx
PPN Keluaran xxx PPN Keluaran xxx
PPh 4 ayat 2 xxx PPh 4 ayat 2 xxx
Piutang Usaha xxx Piutang Usaha xxx

Pada pencatatan penerimaan piutang, antara PT. ACG dan PSAK No. 34
(Revisi 2016) tidak memiliki perbedaan.

5. Pencatatan Retensi
PSAK No. 34 PT. ACG
Piutang Retensi xxx Piutang Retensi xxx
Pendapatan xxx Pendapatan xxx
Pada pencatatan piutang retensi, antara PT. ACG dan PSAK No.34 (Revisi
2016) tidak memiliki perbedaan.
PT. ACG dalam pengungkapan akun-akun konstruksi sudah seuai dengan
PSAK 34 (Revisi 2016). PSAK 34 (Revisi 2016) paragraf 39, perusahaan
konstruksi mengungkapkan:
1. Jumlah pendapatan kontrak yang diakui sebagai pendapatan pada periode
berjalan.
2. Metode yang digunakan untuk menentukan pendapatan kontrak yang diakui
pada periode berjalan.
3. Metode yang digunakan untuk menentukan pendapatan kontrak yang diakui
pada periode berjalan.
Di laporan keuangan PT. ACG, sudah disajikan ketiga hal yang telah
disebutkan diatas.

Universitas Indonesia
64

PSAK 34 (Revisi 2016) paragraf 40 menyatakan, perusahaan konstruksi


mengungkapkan hal-hal berikut untuk pekerjaan dalam proses penyelesaian pada
akhir periode pelaporan:
1. Jumlah agregat biaya yang terjadi dan laba yang diakui (dikurangi kerugian
yang diakui) sampai tanggal pelaporan.
2. Jumlah uang muka yang diterima.
3. Jumlah retensi.
PT. ACG telah mengungkapkan poin satu dengan nama piutang prestasi,
karena mencatat piutang prestasi saat mengakui pendapatan (beban ditambah laba).
Mengungkapkan poin 2 dengan akun Uang Muka Diterima dari Pembari Kerja.
Mengungkapkan poin 3 dengan akun Piutang Retensi.
PT. ACG dalam menyajikan akun-akun konstruksi adalah sesuai dengan
PSAK 34 (Revisi 2016). PSAK 34 (Revisi 2016) paragraf 42, perusahaan
konstruksi menyajikan tagihan bruto kepada pelanggan sebagai aset dan utang
bruto dari pelanggan sebagai liabilitas. PT. ACG menyajikan tagihan bruto kepada
pelanggan dengan akun tagihan bruto pemberi kerja sebagai aset dan menyajikan
utang bruto dari pelanggan dengan akun pendapatan diterima dimuka sebagai
liabilitas.

Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan sebelumnya mengenai proyek jasa konstruksi
yang dilakukan PT. ACG yaitu proyek apartement Q, penulis menyimpulkan bahwa
PT. ACG dalam hal kebijakan pengakuan pendapatan lebih mengacu pada konsep
accrual basic. PT. ACG menggunakan bentuk kontrak konstruksi lumpsum sesuai
dengan dokumen penawaran yang diberikan oleh pemberi kerja (dalam dokumen
lelang) dan melakukan estimasi pendapatan biaya sebelum persetujuan kontrak.
PT. ACG menganut metode persentase penyelesaian untuk menetapkan
volume pekerjaan atau kegiatan yang telah dilaksanakan guna pembayaran hasil
pekerjaan. Hasil pemeriksaan pekerjaan dituangkan dalam laporan kemajuan hasil
pekerjaan setiap bulan, sesuai dengan persentase termin penagihan yang telah
disesuaikan dengan persentase yang terjadi dilapangan. Dapat disimpulkan secara
keseluruhan bahwa PT. ACG telah mengakui pendapatan dan beban jasa konstruksi
seusai dengan PSAK No.34 (Revisi 2016).

5.2 Saran
Setelah menjalankan proses magang selama 3 bulan. Penulis ingin
memberikan beberapa saran berdasarkan pengalaman yang didapat selama
menjalani kegiatan magang, saran dari penulis untuk jasa konstruksi PT. ACG
adalah sebaiknya PT. ACG memastikan bahwa penerapan PSAK No.34 (Revisi
2016) sudah tepat untuk pengakuan pendapatan dan beban jasa konstruksi, seperti
metode yang seharusnya digunakan untuk masing-masing proyek tergantung dari
kondisi kontrak tersebut.

65
Universitas Indonesia
DAFTAR REFERENSI

Earl K. Stice, James D. Stice dan K. Fred Skousen. (2010). Akuntansi Intermediate.
17𝑡ℎ Ed. Australia: South-Western.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2016). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan


No.23. Jakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2016). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan


No.34. Jakarta.

Kemenkeu Learning Center. (2017). Mengenal Lumpsum dan Harga Satuan.


Online Posting.
< https://klc.kemenkeu.go.id/mengenal-kontrak-lumpsum-dan-harga-satuan/>

Kieso, Donald E., Jerry J. Weygant, and Terry D. Warfield. (2011). Intermediate
Accounting. (Volume 2). IFRS Edition. United States of America: John Willey &
Sons Inc.

Nawawi, M. Bahrun. (2014). Jasa Konstruksi Antara Pasal 4 (2) dan Pasal 23 UU
PPh. 21 April 2016.

Pardede, Pontas M. (2007). Manajemen Operasi dan Produksi (Edisi Revisian)


Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Peraturan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional No.3. (2017).


Sertifikasi dan Registrasi Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi. Pasal 1.

Peraturan Pemerintah Nomor 29. (2000). Penyelenggaraan Jasa Konstruksi. Pasal


20.

Republik Indonesia, (2017), Undang-Undang nomor 2, Jakarta.

25 Top Group Perusahaan Konstruksi di Indonesia, 2017-2018 Beserta Laporan


Keuangannya. (2018): CDMI

66
Universitas Indonesia
Lampiran 1: Contoh Schedule Pelaksanaan Proyek Apartement Q

Universitas Indonesia
Lampiran 2: Contoh Schedule Pengembalian Uang Muka

Universitas Indonesia
Lampiran 3: Contoh Dokumen Persentase Penyelesaian

Universitas Indonesia
Lampiran 4: Contoh Kartu Monitoring Termin

Universitas Indonesia
Lampiran 5: Contoh Surat Penagihan Pembayaran

Universitas Indonesia
Lampiran 6: Contoh Dokumen Penagihan

Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai